• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN YURIDIS TERHADAP KEBERADAAN SERTIFIKASI HALAL UNTUK MELINDUNGI PRODUK PENGUSAHA DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KAJIAN YURIDIS TERHADAP KEBERADAAN SERTIFIKASI HALAL UNTUK MELINDUNGI PRODUK PENGUSAHA DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN YURIDIS TERHADAP KEBERADAAN SERTIFIKASI HALAL UNTUK MELINDUNGI PRODUK PENGUSAHA DALAM MENGHADAPI

PERSAINGAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) (MEA)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

ABRAHAM JOEPIARNO NIM : 110200421

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016

(2)

KAJIAN YURIDIS TERHADAP KEBERADAAN SERTIFIKASI HALAL UNTUK MELINDUNGI PRODUK PENGUSAHA DALAM MENGHADAPI

PERSAINGAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

ABRAHAM JOEPIARNO NIM : 110200421

Disetujui Oleh:

Ketua Departemen Hukum Ekonomi

Windha S.H.,M.Hum NIP.197501122005012002

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.Hum.

2016

Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum.

NIP. 195603291986011001 NIP.1 197302202002121001 FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

ABSTRAK

Abraham Joepiarno Simanjuntak*

Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.Hum.**

Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum.***

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sebagai suatu basis produksi dan pasar tunggal mempunyai tujuan agar perdagangan bebas tidak mengalami hambatan, baik tarif maupun non-tarif. Sehingga diperlukannya kebijakan perlindungan produk dalam negeri dalam kerangka pasar tunggal ASEAN berdasarkan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Salah satunya dengan cara pengaturan sertifikasi halal dalam perundang-undangan nasional di bidang perdagangan. Sehingga keberadaan sertifikasi halal sebagai instrument perlindungan terhadap produk dalam negeri dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif dengan pendekatan analisis peraturan perundang-undangan. Data yang digunakan adalah bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Metode pengumpulan data menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library research) dan dianalisis dengan metode analisis data kualitatif.

Hasil pembahasan menunjukkan bahwa kebijakan mengenai perlindungan terhadap produk dalam negeri diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan, Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2011 Tentang Tindakan Antidumping, tindakan Imbalan, dan Tindakan Pengamanan Perdagangan, dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan yang dikhususkan dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal. Sertifikasi halal sebagai instrumen perlindungan terhadap produk dalam negeri dalam menghadapi perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sebagai langkah untuk mengurangi impor produk luar negeri dan meningkatkan produk dalam negeri.

Kata kunci : Sertifikasi halal, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Perlindungan produk dalam negeri

* Mahasiswa Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

** Dosen Pembimbing I Departemen Hukum Ekonomi Universitas Sumatera Utara

*** Dosen pembimbing II Departemen Hukum Ekonomi Universitas Sumatera Utara

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat dan rahmat yang tidak terhingga yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis persembahkan kepada kedua orang tua, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesikan skripsi yang berjudul

“KAJIAN YURIDIS TERHADAP KEBERADAAN SERTIFIKASI HALAL UNTUK MELINDUNGI PRODUK PENGUSAHA DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)”.

Setelah sekian lama akhirnya penulis dapat menyelsesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat akademis untuk menyelesaikan Pendidikan Program S-1 pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari sebagai manusia biasa tidak akan pernah luput dari kesalahan, kekurangan, dan kekhilafan, baik dalam pikiran maupun perbuatan. Berkat bimbingan dari Bapak dan Ibu dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dengan ini izinkanlah penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih setinggi-tingginya kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H.,M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum USU.

2. Bapak Dr. OK. Saidin, S.H., M.hum., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum USU.

(5)

3. Ibu Puspa Melati Hasibuan, S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum USU.

4. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum USU.

5. Ibu Winda, S.H., M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi.

6. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I penulis yang banyak membantu dan memberikan saran dalam penyiapan judul di awal pembuatan skripsi ini, dan membimbing penulis dalam menyiapkan skripsi ini serta membantu penulis dikala mengalami kesulitan.

7. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II penulis yang banyak membantu dan memberikan saran dalam penyiapan judul diawal pembuatan skripsi ini, dan membimbing penulis dalam menyiapkan skripsi ini serta membantu penulis dikala mengalami kesulitan.

8. Bapak Muhammad Hamdan, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing Akademik Penulis selama perkuliahan.

9. Untuk semua Dosen dan staf pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara terutama Dosen Jurusan Hukum Internasional.

10. Kepada yang terkasih Ayahanda Arnold Edwin Poldinhi Simanjuntak, S.E. dan Ibunda Efi Herawati Tampubolon. Terima kasih buat doa dan dukungannya serta kasih sayang tiada batas yang diberikan sepanjang

(6)

11. hidup yang diberikan kepada penulis selama ini dari membesarkan hingga mendapatkan gelar Sarjana Hukum ini, hanya ucapan terima kasih dan doa yang dapat penulis berikan.

12. Christen L Natalia Simanjuntak, Gabriella Simanjuntak, Brian Batara Simanjuntak dan keluarga besar saya yang selalu mendukung, memberi doa dan semangat kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Kepada yang terkasih Noviliana Hasanah Siregar yang selalu ada, membantu dan menemani serta memberikan doa, motivasi, dan semangat yang diberikan sampai akhirnya skripsi ini selesai.

14. Kepada Ibu Dr. Chairul Bariah, S.H.,M.Hum yang membimbingan saya. Terima kasih atas bantuan dan motivasi yang selalu diberikan sampai akhirnya skripsi ini selesai.

15. Kepada Ibu Zulfi Chairi SH yang membimbing saya dan membantu memberikan semangat. Terima kasih atas bantuan dan motivasi yang selalu diberikan sampai akhirnya skripsi ini selesai.

16. Kepada sahabat perjuangan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Baginda Rizky Sitanggang, Boy Christian Tobing, Calvin Benyamin Pandjaitan SH, Dicky Tri Oliver SH, Michael Benhard Sipayung, Muhammad Zuhdi Lubis SH, Patuan Arif Sihombing SH, Tondi Harahap, Wahyu D Farasi.

17. Kepada Organisasi Sapma AMPI Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang selalu mendukung dan memberikan motivasi

(7)

18. Kepada adik stambuk 2013, Christ Imanuel Napitupulu, Abdul Harits, Agung Winoto, Acha Rohyas, Christ Ellia ( dek bogor ), Anifa Daulay, Gita Gisela, dan teman – teman lainya.

19. Kepada Mekar Organizer, Denny Dendi SH, Inal Lubis, Angga Hidayat, Taufiq, Rianda Tarigan, dan teman-teman lainnya

20. Kepada seluruh personal yang telah mendukung penulis baik sengaja maupun tidak sengaja, baik berupa sindiran maupun masukan hinnga akhirnya menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bukan hanya kepada penulis, tetapi juga kepada masyarakat.

Medan, Oktober 2016

Penulis

Abraham Joepiarno

NIM. 110200421

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 11

C.Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 12

D. Keaslian Penulisan ... 13

E. Tinjauan Pustaka ... 14

1. Pengertian Perdagangan Bebas ... 14

2. Pengertian Perlindungan Pelaku Usaha ... 21

3. Pengertian Sertifikasi Halal ... 23

F. Metode Penelitian ... 25

G. Sistematika Penulisan ... 27

BAB II KEBIJAKAN PERLINDUNGAN PRODUK DALAM NEGERI DALAM KERANGKA PASAR TUNGGAL ASEAN BERDASARKAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) A. Perdagangan Bebas Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ... 30

B. Perlindungan Terhadap Industri Dalam Negeri Dalam Perdagangan Bebas di ASEAN ... 43

C. Perlindungan Industri Dalam Negeri Dalam Perundang- Undangan di Indonesia ... 50

(9)

BAB III PENGATURAN SERTIFIKASI HALAL DALAM PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL DI BIDANG PERDAGANGAN

A. Undang – Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal ... 58 B. Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal Terhadap Produk

Dalam negeri Yang Diperdagangkan ... 64 C. Kepastian Hukum Terhadap Produk yang Telah Bersertifikasi

Halal ... 78 D. Peran Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Jaminan Produk

Halal ... 82

BAB IV KEBERADAAN SERTIFIKASI HALAL SEBAGAI INSTRUMEN PERLINDUNGAN TERHADAP PRODUK DALAM NEGERI DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

A. Sertifikasi Halal Sebagai Bentuk Perlindungan Konsumen ... 89 B.Peningkatan Daya Saing Produk Indonesia yang Telah

Bersertifikasi Halal ... 94 C. Penggunaan Sertifikasi Halal Terhadap Produk Luar Negeri

Yang Masuk Ke Indonesia Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Sertifikasi Halal ... 102

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ……….106 B. Saran………... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 109 LAMPIRAN

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

ASEAN sebagai kekuatan ekonomi ketiga terbesar setelah Jepang dan Tiongkok, kini telah membangun komunitas ASEAN Economic Community (AEC) atau yang dikenal juga sebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015 yangmenjadi pasar tunggal dikawasan Asia Tenggara.

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dibentuk oleh para pemimpin ASEAN dalam menghadapi perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN dan sebagai basis produksi tunggal. Visi dari ASEAN di dalam perdagangan bebas ini adalah pada tahun 2015 akan dapat dilakukannya aliran bebas barang (free flow of goods) secara bebas tanpa mengalami hambatan, baik tarif maupun non-tarif.

Pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dilakukan dalam Konferensi Tingkat Tinggi di Bali pada 7 Oktober 2003, dimana Para Petinggi ASEAN mendeklarasikan bahwa Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan dibentuk pada tahun 2015 untuk meningkatkan daya saing ASEAN dalam menyaingi Tiongkok dan India dalam menarik investasi asing. Penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 ini juga akan merubah ASEAN menjadi sebuah pasar tunggal yang berbentuk basis produksi,kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi, kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata,

(11)

kawasan yang terintegrasi penuh dengan ekonomi global.1

Dalam melakukan kerjasama negara negara anggota ASEAN menerapkan prinsip-prinsip kerjasama sebagai berikut :

Dalam proses mewujudkan ASEAN Economic Community (AEC) atau yang dikenal juga sebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015 ini, negara-negara anggota ASEAN melakukan peningkatan daya saing produk makanan, pertanian dan kehutanan di pasar internasional, dan pemanfaatan serta pemberdayaan produk lokal yangtelah menjadi prioritas regional.

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan membentuk sebuah kawasan ekonomi dengan tingkat kompetisi yang tinggi sehingga memerlukan suatu kebijakan yang meliputi competition policy, consumer protection, Intellectual Property Rights (IPR), taxation, dan E-Commerce.

Tujuan dibuatnya kebijakan dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) agar dapat tercipta iklim persaingan yang adil, terdapat perlindungan konsumen, mencegah terjadinya pelanggaran hak cipta, menciptakan jaringan transportasi yang efisien, aman, dan terintegrasi, menghilangkan Double Taxation, dan meningkatkan perdagangan dengan media elektronik berbasis online. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan menjadi kawasan yang memiliki perkembangan ekonomi yang merata, dengan memprioritaskan pada Usaha Kecil Menengah.

2

1. Menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kesetaraan, integritas wilayah nasional, serta identitas nasional setiap negara. Aturan ini diterapkan untuk

1ASEAN Economic Community Blueprint 2025 (Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN 2025), halaman 7

2http://www.dosenpendidikan.com/5-macam-bentuk-kerja-sama-asean-aec-dasar-bisnis- produksi/ diakses pada 02 April 2016

(12)

setiap anggota ASEAN agar tidak terganggu dalam urusan dalam negeri negaranya dan tidak mencampur masalah di negara tersebut dengan ASEAN.

2. Tidak ikut campur dalam urusan dalam negeri negara sesama anggota.

3. Apabila terdapat perdebatan dan perbedaan pendapat antara anggota, maka diselesaikan masalah tersebut secara damai.

4. Apabila terdapat masalah dari negara-negara ASEAN, negara-negara anggota menolak untuk menggunakan senjata atau kekuatan yang dapat menyebabkan perang.

5. Kerjasama ASEAN diimplementasikan secara efektif. rasional, dan berguna.

Masyarakat Ekonomi ASEAN dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan daya saing negara peserta ASEAN dalam menarik investasi asing agar semakin bertambahnya lapangan pekerjaan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.3

Pembentukan pasar tunggal yang diistilahkan dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) ini nantinya memungkinkan satu negara menjual barang, jasa, investasi dan tenaga terampil dengan mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi dalam negeri sendiri akan semakin ketat. Persaingan akan semankin meningkat bagi Indonesia dan negara-negara anggota ASEAN lainnya dalam menyediakan barang, jasa, investasi dan tenaga terampil yang

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang dimulai pada tahun 2015 dirancang untuk mewujudkan WAWASAN ASEAN 2020.

3http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2014/08/140826_pasar_tenaga_kerja_ae c diakses pada 02 April 2016

(13)

bebas serta aliran modal yang bebas.4

Tujuan dibentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) untuk meningkatkan stabilitas perekonomian di kawasan ASEAN dalam menghadapi masalah-masalah di bidang ekonomi antar negara-negara anggota ASEAN.

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) juga bertujuan untuk menghilangkan hambatan-hambatan kegiatan ekonomi lintas kawasan yang diimplementasikan melalui 4 pilar utama, yaitu :5

1. ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi internasional (single market and production base). Dengan terciptanya kesatuan pasar dan basis produksi maka akan membuat arus barang, jasa, investasi, modal dalam jumlah yang besar, dan skilled labour(tenaga kerja terdidik) menjadi tidak ada hambatan dari satu negara ke negara lainnya di kawasan Asia Tenggara.

ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi memiliki lima elemen utama, yaitu6

a. Aliran bebas barang.

:

b. Aliran bebas jasa.

c. Aliran bebas investasi.

d. Aliran modal yang lebih bebas.

e. Aliran bebas tenaga kerja terampil.

2. ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi yang tinggi (competitive economic region). Diperlukan suatu kebijakan yang

4http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/150-artikel-keuangan-umum/20545- masyarakat-ekonomi-asean-mea-dan-perekonomian-indonesia diakses pada 03 April 2016

5ASEAN Economic Community Blueprint 2025 (Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN 2025), loc.cit.

6Ibid.

(14)

meliputiperaturan kompetisi (competition policy), perlindungan konsumen (consumer protection), hak atas kekayaan intelektual (intellectual property rights), pengembangan infrastruktur, perpajakan (taxation), dan e- commerce. Hal ini akan mengakibatkan :

a. Terciptanya iklim persaingan yang adil.

b. Terdapat perlindungan berupa sistem jaringan dari agen-agen perlindungan consumen.

c. Mencegah terjadinya pelanggaran hak cipta.

d. Menciptakan jaringan transportasi yang efisien, aman, dan terintegrasi.

e. Menghilangkan sistem Double Taxation.

f. Meningkatkan perdagangan dengan media elektronik berbasis online.

3. ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata (equitable economic development).Dengan memprioritaskan pada Usaha Kecil Menengah (UKM), dan prakarsa integrasi ASEAN untuk negara- negara CMLV (Cambodia, Myanmar, Laos, dan Vietnam). Kemampuan daya saing dan dinamisme UKM akan ditingkatkan dengan memfasilitasi akses mereka terhadap informasi terkini, kondisi pasar, pengembangan sumber daya manusia dalam hal peningkatan kemampuan, keuangan, serta teknologi.

4. ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global (integration into the global economy) dengan elemen

(15)

pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi di luar kawasan, dan meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global. Dengan membangun sebuah sistem untuk meningkatkan koordinasi terhadap negara- negara anggota. Selain itu, akan ditingkatkan partisipasi negara-negara di kawasan Asia Tenggara pada jaringan pasokan global melalui pengembangkan paket bantuan teknis kepada negara-negara Anggota ASEAN yang kurang berkembang. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kemampuan industri dan produktivitas sehingga tidak hanya terjadi peningkatkan partisipasi mereka pada skala regional namun juga memunculkan inisiatif untuk terintegrasi secara global.

Diadakannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ditujukan untuk meningkatkan daya saing kawasan, mendorong pertumbuhan ekonomi, menekan angka kemiskinan dan untuk meningkatkan standar hidup masyarakat ASEAN.

Dengan adanya pembangunan perekonomian ASEAN, diharapkan dapat mengarahkan ASEAN sebagai tulang punggung perekonomian Asia.

Dengan dimulainya Mayarakat Ekonomi ASEAN (MEA) maka setiap negara anggota ASEAN harus meleburkan batas teritori dalam sebuah pasar bebas. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan menyatukan pasar setiap negara menjadi pasar tunggal. Sebagai pasar tunggal, arus barang dan jasa yang bebas merupakan sebuah keharusan. Selain itu negara dalam kawasan juga diharuskan membebaskan arus investasi, modal dan tenaga terampil.

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) membentuk negara-negara anggota ASEAN menjadi pasar dan basis dari produksi tunggal yang dapat membuat

(16)

ASEAN terlihat dinamis dan dapat bersaing terhadap gerakan bisnis dengan tenaga kerja yang memiliki bakat dan terampil sehingga dapat memperkuat kelembagaan mekanisme di ASEAN.Adapun bentuk kerjasama dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN, yaitu :

1. Pengembangan pada sumber daya manusia.

2. Pengakuan terkait kualifikasi professional.

3. Konsultasi yang lebih dekat terhadap kebijakan makro keuangan dan ekonomi.

4. Memiliki langkah-langkah dalam pembiayaan perdagangan.

5. Meningkatkan infrastruktur.

6. Melakukan pengembangan pada transaksi elektronik lewat e-ASEAN.

7. Memperpadukan segala industri yang ada diseluruh wilayah untuk dapat mempromosikan sumber daerah.

8. Meningkatkan peran dari sektor swasta untuk dapat membangun MEA atau Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Berdasarkan ASEAN Economic Blueprint, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sangat dibutuhkan dalam rangka memperkecil kesenjangan pada pembangunan antara negara-negara ASEAN dengan cara meningkatkan ketergantungan anggota-anggota didalamnya. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dapat mengembangkan konsep meta-nasional dalam rantai suplai makanan, dan menghasilkan blok perdagangan tunggal yang dapat menangani dan bernegosiasi dengan eksportir dan importir non-ASEAN.

(17)

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) juga memunculkan tantangan baru bagi Indonesia berupa permasalahan homogenitas komoditas yang diperjualbelikan, contohnya untuk komoditas pertanian, karet, produk kayu, tekstil, dan barang elektronik. Dalam hal ini competition risk akan muncul dengan banyaknya barang impor yang akan mengalir dalam jumlah banyak ke Indonesia yang akan mengancam industri lokal dalam bersaing dengan produk-produk luar negri yang jauh lebih berkualitas. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan defisit neraca perdagangan bagi Negara Indonesia sendiri.7

Dari aspek ketenagakerjaan, terdapat kesempatan yang sangat besar bagi para pencari kerja karena banya tersedia lapangan kerja dengan berbagai

Pada sisi investasi, kondisi ini dapat menciptakan iklim yang mendukung masuknya Foreign Direct Investment (FDI) yang dapat membantu pertumbuhan ekonomi melalui perkembangan teknologi, penciptaan lapangan kerja, pengembangan sumber daya manusia, dan akses yang lebih mudah kepada pasar dunia. Meskipun begitu, kondisi tersebut dapat memunculkan exploitation risk.

Tindakan eksploitasi dalam skala besar terhadap ketersediaan sumber daya alam oleh perusahaan asing yang masuk ke Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah sumber daya alam melimpah dibandingkan negara-negara lainnya. Tidak tertutup kemungkinan juga eksploitasi yang dilakukan perusahaan asing dapat merusak ekosistem di Indonesia, sedangkan peraturan investasi yang ada di Indonesia belum cukup kuat untuk menjaga kondisi alam termasuk ketersediaan sumber daya alam yang terkandung.

7http://crmsindonesia.org/knowledge/crms-articles/peluang-tantangan-dan-risiko-bagi- indonesia-dengan-adanya-masyarakat-ekonomi diakses pada 20 September 2016

(18)

kebutuhan akan keahlian yang beraneka ragam. Selain itu, akses untuk pergi keluar negeri dalam rangka mencari pekerjaan menjadi lebih mudah bahkan bisa jadi tanpa ada hambatan tertentu.

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi kesempatan yang bagus bagi para pencari kerja untuk mencari pekerja terbaik sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Namun hal ini dapat memunculkan risiko ketenagakarejaan bagi Indonesia. Dilihat dari sisi pendidikan dan produktivitas Indonesia masih kalah bersaing dengan tenaga kerja yang berasal dari Malaysia, Singapura, dan Thailand serta fondasi industri yang bagi Indonesia sendiri membuat Indonesia berada pada peringkat keempat di ASEAN.8

Dengan diterapkannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sejak awal 2016, perhatian sudah mulai dialihkan pada pencapaian visi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2025. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) harus dapat memberikan dukungan penuh terhadap pembangunan ekonomi nasional. Maka, Pemerintah Indonesia berusaha meningkatkan perdagangannya baik di dalam ASEAN maupun di luar ASEAN, agar tercipta perekonomian Indonesia yang berintegrasi secara global.

Dengan hadirnyaMasyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Indonesia memiliki peluang untuk memanfaatkan keunggulan skala ekonomi dalam negeri sebagai basis dalam memperoleh keuntungan. Namun demikian, Indonesia masih memiliki banyak tantangan dan risiko-risiko yang akan muncul bila Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) telah diimplementasikan.

8http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/13/05/24/mnadgu-indonesia-hanya- menduduki-peringkat-empat-di-asean diakses pada 20 Mei 2016

(19)

Indonesia mempunyai berbagai potensi dan sumber daya yang tidak dimanfaatkan yang menyebabkan negara-negara ASEAN yang memanfaatkan untuk kepentingan ekonomi nasional, sehingga hubungan Indonesia pada bidang ekonomi dan perdagangan bersama ASEAN kurang mampu bersaing.

Bagi Indonesia, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) diharapkan menjadi kesempatan yang baik agar mengurangi hambatan perdagangan. Hal ini akan berdampak pada peningkatan eskpor yang pada akhirnya akan meningkatkan GDP Indonesia.

Menyadari Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) juga memiliki pengaruh yang besar terhadap perekonomian kawasan, Indonesia berupaya memanfaatkan momentum Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sebagai pendorong peningkatan perekonomian nasional dengan menguatkan kerjasama ekonomi regional dengan negara-negara ASEAN lainnya.

Vietnam,Thailand dan Singapura adalah bagian dari ASEAN yang diperhitungkan oleh Indonesia sebagai mitra potensial yang dapat mendorong perekonomian kawasan. Indonesia sebagai ekonomi terbesar di kawasan memfokuskan pada ketiga negara tersebut dalam pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) agar kerjasamanya dalam kerangka Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dapat mendukung kepentingan ekonomi Indonesia.9

Kerjasama negara-negara anggota ASEAN dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) walaupun dapat membantu meningkatkan perdagangan dan menghapuskan hambatan perdagangan bebas antara negara-negara anggota

9http://www.kemlu.go.id/id/berita/siaran-pers/Pages/MEA-Peluang-dan-Tantangan-bagi- Sektor-Ekonomi-RI.aspx diakses pada 15 April 2016

(20)

ASEAN, tetapi diperlukan juga perlindungan produk dalam negeri dalam menghadapi pasar bebas ASEAN.

Salah satu cara untuk melindungi produk dalam negeri adalah dengan memberikan sertifikasi halal terhadap produk tersebut agar kualitas produk tersebut terjamin dan dapat bersaing dalam pasar bebas. Sertifikasi halal ini merupakan instrument perlindungan terhadp produk dalam negeri dalam mengahadpi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan mengenai perlindungan produk dalam negeri dalam menghadapi Masayarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dengan mengangkat judul : KAJIAN YURIDIS TERHADAP KEBIJAKAN SERTIFIKASI HALAL UNTUK MELINDUNGI PRODUK PENGUSAHA DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya, permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini , yaitu :

1. Bagaimanakah kebijakan perlindungan produk dalam negeri dalam kerangka pasar tunggal ASEAN berdasarkan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)?

2. Bagaimanakah pengaturan sertifikasi halal dalam perundang-undangan nasional di bidang perdagangan?

(21)

3. Bagaimanakah keberadaan sertifikasi halal sebagai instrument perlindungan terhadap produk dalam negeri dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)?

C. Tujuan & Manfaat Penulisan

Berdasarkan rumusan permasalahan diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kebijakan perlindungan produk dalam negeri dalam kerangka pasar tunggal ASEAN berdasarkan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

2. Untuk mengetahui pengaturan sertifikasi halal dalam perundang-undangan nasional di bidang perdagangan.

3. Untuk mengetahui keberadaan sertifikasi halal sebagai instrument perlindungan terhadap produk dalam negeri dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Dalam setiap penulisan skripsi diharapkan terdapat manfaat yang dapat diambil di dalam penulisannya. Manfaat secara umum yang dapat diambil dalam penulisan skripsi ini terdiri dari manfaat yang bersifat teoritis dan manfaat yang bersifat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Tulisan ini memberikan pengetahuan mengenai perdagangan bebas di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan juga mengenai pemberian jaminan produk halal terhadap keberadaan sertifikasi halal untuk

(22)

melindungi produk pengusaha yang ditinjau dari Undang – Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal.

2. Manfaat Praktis

Uraian dalam skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran, dan menambah wawasan masyarakat untuk dapat mengetahui tentang perlindungan hukum terhadap produk pengusaha pada era pasar tunggal ASEAN yang ditinjau dari Undang-Undang Nomor 33 tahun 2014 tentan Jaminan Produk halal. Uraian ini juga sebagai bahan kajian untuk para akademisi dan para peneliti lainnya yang ingin mengadakan penelitian yang lebih dalam mengenai pemberian jaminan produk halal.

D. Keaslian Penulis

Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan di perpustakaan Universitas Sumatera Utara diketahui bahwa skripsi yang berjudul: “Kajian Yuridis Terhadap Keberadaan Sertifikasi Halal Untuk Melindungi Produk Pengusaha Dalam Menghadapi Persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)” belum pernah ditulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Namun penulis menemukan bahwa ada karya tulis yang memiliki kemiripan dengan skripsi ini, yaitu skripsi yang berjudul “Perlindungan Hukum Terhadap Produsen Farmasi Pada Era Pasar Tunggal ASEAN Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal” yang ditulis oleh mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang bernama Maria Kristina Simanjuntak yang membahas perlindungan hukumterhadap

(23)

produsen farmasi ditinjau Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal dengan permasalahan :

1. Bagaimana pengaturan perdagangan produk farmasi dalam sistem hukum Indonesia ?

2. Bagaimana kehalalan suatu produk menurut Undang – Undang Nomor 33 Tahun 2014 ?

3. Bagaimana perlindungan hukum terhadap produsen farmasi pada era pasar tunggal ASEAN ?

Penelitian yang dilakukan pada skripsi yang berjudul “Kajian Yuridis Terhadap Keberadaan Sertifikasi Halal Untuk Melindungi Produk Pengusaha Dalam Menghadapi Persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ” secara khusus membahas tentang perlindungan produk dalam negeri dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN dengan menggunakan sertifikasi halal.

Penelitian skripsi ini berbeda dengan penelitianan skripsi dan tersebut yang juga membahas tentang perdagangan luar negeri, karena terdapat perbedaan yang signifikan mengenai substansi pembahasan. Oleh karena itu, penulisan skripsi ini merupakan hasil pemikiran sendiri tanpa ada meniru hasil karya orang lain yang dapat merugikan pihak-pihak tertentu. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan akademik.

(24)

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Pengertian Perdagangan Bebas

Perdagangan bebas sebagai suatu kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk tidak melakukan diskriminasi terhadap impor atau ekspor atas perdagangan yang terjadi di negaranya.10

Hambatan perdagangan (trade barriers) adalah regulasi atau peraturan pemerintah yang dilakukan pemerintah yang membatasi perdagangan bebas (free trade)

Perdagangan bebas sebagai suatu sistem terhadap barang, arus modal, dan tenaga kerja secara bebas antara negara-negara, tanpa hambatan yang bisa menghambat proses perdagangan.

11, yang menghambat arus barang dan/atau jasa dalam perdagangan internasional atau menghambat arus barang, jasa, orang dan modal antar negara. Bentuk-bentuk hambatan perdangangan antara lain:12

a. Tarif atau bea cukai.

Tarif adalah pajak atau cukai yang dibebankan pemerintah untuk suatu produk yang diperdagangkan secara internasional sehingga harga barang impor menjadi lebih tinggi.13

1) Bea ekspor (export duties), yaitu pajak atau bea yang dikenakan terhadap barang yang diangkut menuju negara lain.

Tujuan penggunaan tarif untuk melindungi ekonomi dalam negeri dari kompetisi luar negeri.Tarif dapat digolongkan menjadi beberapa bagian, antara lain :

10https://global.britannica.com/topic/free-trade diakses pada 19 September 2016

11Pandika, Rusli.Sanksi Dagang Unilateral di bawah Sistem Hukum WTO, (Bandung: PT Alumni, 2010), halaman 139

12Ibid., halaman 140

13Sunandar, Taryana. Perdagangan Hukum Perdagangan Internasional dari GATT 1947 Sampai Terbentuknya WTO, (Jakarta: BPHN, Departemen Kehakiman, 1996), halaman 1

(25)

2) Bea transit (transit duties), yaitu pajak yang dikenakan terhadap barang-barang yang melalui wilayah negara lain dengan ketentuan bahwa negara tersebut bukan merupakan tujuan akhir dari pengiriman.

3) Bea impor (import duties), yaitu pajak yang dikenakan terhadap barang-barang yang masuk dalam suatu negara dengan ketentuan pemungutan pajak tersebut adalah merupakan tujuan akhir dari pengiriman barang.

4) Uang jaminan impor, yaitu persyaratan bagi importir suatu produk untuk membayar kepada pemerintah sejumlah uang tertentu pada saat kedatangan produk di pasar domestik sebelum penjualan dilakukan.

b. Kuota.

Kuota adalah suatu kebijakan yang membatasi jumlah produk impor agar jumlah produk impor yang ditawarkan di dalam negeri berkurang sehingga harga jualnya naik yang dapat memengaruhi daya beli konsumen terhadap produk impor. Kuota juga di bagi menjadi beberapa bagian, antara lain :

1) Absolute atau Unilateral Kuota, yaitu pembatasan yang hanya di lakukan untuk negara sepihak, tidak melalui persetujuan dengan negara lain.

2) Negotiated atau Bilateral Kuota, yaitu kuota yang besar kecilnya ditentukan berdasarkan persetujuan dengan 2 negara atau lebih.

(26)

3) Tarif Kuota, yaitu gabungan antara tarif dan Kuota. Suatu barang yang dimasukkan ke dalam negeri melebihi jumlah yang telah ditargetkan, maka tarifnya akan menjadi lebih mahal.

4) Mixing Kuota, yaitu pembatasan penggunaan bahan mentah yang diimpit pada proporsi tertentu dalam memproduksi barang.

c. Subsidi.

Subsidi adalah bantuan pemerintah yang dihasilkan dari pajak untuk produsen lokal dengan cara meringankan pajak, pemberian fasilitas, pemberian kredit bank yang murah ataupun pemberian hadiah atau insentif dari pemerintah. Adanya subsidi, harga barang dalam negeri menjadi murah, sehingga barang-barang hasil produksi dalam negeri mampu bersaing dengan barang-barang impor.

d. Muatan lokal.

e. Peraturan administrasi.

Setiap negara mempunyai ketentuan dan peraturan sendiri dalam mengatur perdagangan dengan negara lain. Hal inilah yang dapat menghambat perdagangan internasional, karena negara pengekspor harus mematuhi ketentuan yang berlaku di Negara pengimpor, begitu juga sebaliknya.

Seperti perizinan ekspor-impor, aturan-aturan prosedur ekspor-impor, masalah pajak, masalah penentuan harga, dan system pembayaran. Saat ini pemerintah mewajibkan penggunaan L/C Letter Of Credit sebagai alat pembayaran kegiatan ekspor untuk sejumlah industri. Ini untuk meningkatkan devisa bagi Negara. Karena dengan kewajiban membuka

(27)

L/C di dalam negeri setiap pembayaran terhadap produk ekspor diatur dalam peraturan tersebut.

f. Peraturan antidumping.

Adanya hambatan perdangan dapat mengurangi efisiensi ekonomi, karena masyarakat tidak dapat mengambil keuntungan dari produktivitas negara lain. Pihak yang diuntungkan dari adanya hambatan perdangan adalah produsen dan pemerintah.

Produsen mendapatkan proteksi dari hambatan perdagangan, sementara pemerintah mendapatkan penghasilan dari bea-bea.Dengan tidak adanya hambatan perdangan, harga produk dan jasa dari luar negeri akan menurun dan permintaan untuk produk dan jasa lokal akan berkurang. Hal ini dapat menyebabkan matinya industri lokal perlahan-lahan.

Banyak negara memiliki perjanjian perdagangan bebas, dan beberapa organisasi internasional mendorong perdagangan bebas antara anggota mereka.

Perdagangan bebas dicontohkan oleh Area Ekonomi Eropa/Uni Eropa dan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara, yang telah mendirikan pasar terbuka dengan sangat sedikit pembatasan perdagangan.14

Tujuan dilakukannya perdagangan bebas adalah untuk menurunkan harga barang dan jasa dengan mendorong kompetisi. Produsen dalam negeri tidak akan lagi dapat mengandalkan subsidi pemerintah dan bentuk bantuan lainnya, termasuk kuota yang pada dasarnya memaksa warga untuk membeli

14https://www.academia.edu/18636100/Kerugian_Pasar_Perdagangan_Bebas diakses pada 20 September 2016

(28)

dari produsen dalam negeri, sementara perusahaan asing dapat membuat terobosan di pasar baru ketika hambatan perdagangan diangkat.

Selain mengurangi harga, perdagangan bebas juga seharusnya mendorong inovasi, karena persaingan antar perusahaan memicu kebutuhan untuk datang dengan produk inovatif dan solusi untuk merebut pangsa pasar.Adapun prinsip hukum perdagangan internasional yang diatur daalm GATT/WTO, meliputi:

a. Prinsip Non-Diksriminasi (Non-Discrimination Principle), meliputi : 1) Prinsip most favoured Nation

Semua negara anggota terikat untuk memberikan negara – negara yang lainnya perlakuan yang sama dalam pelaksanaan dan kebijakan impor dan ekspor serta menyangkut biaya – biaya lainnya. Perlakuan yang sama tersebut harus dijalankan dengan segera dan tanpa syarat terhadap produk yang berasal atau yang ditujukan

2) Prinsip National Treatment b. Prinsip Resiprositas15

Prinsip yang mensyaratkan adanya perlakuan timbal balik diantara sesama negara anggota WTO dalam kebijaksanaan perdagangan internasional. Artinya, apabila suatu negara dalam kebijaksanaan perdagangan internasionalnya menurunkan tarif masuk atas produk impor dari suatu negara, maka negara yang mengekspor produk tersebut wajib

15 Sood, Muhammad. Hukum Perdagangan Internasional. (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), halaman 45.

(29)

juga menurunkan tarif masuk untuk produk dari negara pertama tadi.

Prinsip ini diterapkan terutama dalam hal terjadinya pertukaran barang antara dua negara secara timbal balik, dan menghendaki adanya kebijaksanaan atau konsesi yang seimbang dan saling menguntungkan antara negara yang satu dengan yang lainnya dalam perdagangan internasional.

c. Prinsip penghapusan hambatan kuantitatif (prohibition of quantitative rectriction)16

Hambatan kuantitatif dalam GATT/WTO adalah hambatan perdagangan yang bukan merupakan tarif atau bea masuk. Termasuk dalam katagori hambatan ini adalah kuota dan pembatasan ekspor secara sukarela. Menyadari bahwa pembatasan kuota cenderung tidak adil dan dalam prakteknya justru dikriminasi. Oleh karena itu, hukum perdagangan internasional melalui WTO, menetapkan menghendaki transparansi dan menghilangkan jenis hambatan kuantitatif. Jadi, jika ingin melakukan proteksi perdagangan internasional, tidak boleh menggunakan kouta sebagai penghambat, melainkan hanya tarif yang hanya boleh diterapkan.

d. Prinsip perdagangan yang adil (fairness principles)

Dalam perdagangan internasional, prinsip fairness ini diarahkan untuk menghilangkan praktik – praktik persaingan curang, dalam kegiatan ekonomi yang disebut dengan praktik dumping dan subsidi dalam perdagangan internasional.

16Ibid., halaman 46

(30)

Maka, apabila hal diatas terjadi negara pengimpor yang dirugikan mempunyai hak untuk menjatuhkan sanksi balasan. Sanksi balasan itu adalah berupa pengenaan bea masuk tambahan yang disebut dengan bea masuk dumping yang dijatuhkan terhadap produk – produk yang di ekspor secara dumping dan countervailing duties atau bea masuk untuk barang – barang yang terbukti telah diekspor dengan fasilitas subsidi.

e. Prinsip tarif mengikat (binding tariff principles)

Setiap negara anggota WTO harus memenuhi berapapun besarnya tarif yang telah disepakatinya atau disebut dengan tarif mengikat.

Pembatasan perdagangan bebas dengan prinsip tarif yang masih ditoleransi, misalnya melakukan tindakan proteksi terhadap industri domestik melalui kenaikan tarif (bea masuk).

Sebagian besar negara-negara saat ini adalah anggota dari perjanjian perdagangan multilateral Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Namun, sebagian besar pemerintah masih memberlakukan beberapa kebijakan proteksionis yang dimaksudkan untuk mendukung kerja lokal, seperti penerapan tarif impor atau subsidi untuk ekspor. Pemerintah juga dapat membatasi perdagangan bebas untuk membatasi ekspor sumber daya alam.17 2. Pengertian Perlindungan Pelaku Usaha

Pengertian pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum

17 https://www.academia.edu/18636100/Kerugian_Pasar_Perdagangan_Bebas diakses pada 20 September 2016

(31)

negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.18

Perlindungan pelaku usaha dalam melakukan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi berupa hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dannilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan. Pelaku usaha juga mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik dan mendapat pembelaan diri yang seharusnya ketika menyelesaikan sengketa dengan konsumen serta merehabilitasi nama baiknya.

Pelaku usaha yang termasuk dalam pengertian tersebut meliputi perusahaan, korporasi, BUMN, koperasi, importir, pedagang, distributor dan lain-lain.

19

Selain itu pelaku usaha juga mendapat perlindungan hakatas merk dari produk yang dia keluarkan selama dalam jangka waktu perlindungan merk.20Pemerintah juga dapat memberikan fasilitas dan/atau kemudahan untuk pelaksanaan kegiatan pameran dagang yang dilakukan oleh Pelaku Usaha untuk mengembangkan Ekspor komoditas unggulan nasional dalam rangka memberikan perlindungan kepada pelaku usaha.21

World Trade Organization (WTO) sendiri memberikan perlindungan terhadap pelaku usaha melalui tindakan :

18 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Pasal 1 angka 3

19Ibid., Pasal 6

20 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek Pasal 28

21 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan Pasal 78

(32)

1. Anti Dumping

Dalam perdagangan internasional, dumping dilarang karena dianggap dapat merugikan perekonomian negara lain yang menimbulkan kerugian material karena adanya diskriminasi harga sehingga dikenakannya bea masuk anti-dumping (BMAD) untuk menutup kerugian industri dalam negeri.

Pemungutan dilakukan terhadap semua yang melakukan impor dumping yang menyebabkan kerugian. Jumlah bea masuk anti-dumping tidak akan melebihi selisih harga dumping dengan harga normal.

2. Anti Subsidi

World Trade Organization (WTO) menyediakan tindakan-tindakan yang boleh diambil oleh anggotanya untuk melindungi industri domestik yang menghasilkan barang-barang sejenis melawan akibat dampak negatif dari impor atas barang-barang bersubsidi dengan menerapkan bea masuk (Countervailing Duties)untuk mengimbangi efek dari subsidi yang diberikan oleh negara pengekspor untuk perusahaan eksportir.

3. Tindakan Pengamanan (Safeguard)

Negara-negara anggota WTO dapat melakukan tindakan pengamanan (safeguard) untuk melindungi industri dalam negeri dan bersifat non diskriminatif. Maka, negara-negara pengekspor dibatasi aksesnya di pasar negara pengimpor karena banjirnya produk impor di negaranya dengan mengendalikan perdagangan luar negeri meliputi, perizinan, standar, pelarangan dan pembatasan ekspor barang yang dilakukan oleh pelaku usaha yang telah terdaftar dan telah

(33)

ditetapkan sebagai eksportir sehingga eksportir tersebut yang akan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap barang yang diekspor.

3. Pengertian Sertifikasi Halal

Sertifikasi Halal adalah suatu proses untuk memperoleh sertifikat halal melalui beberapa tahap untuk membuktikan bahwa bahan, dan proses produksi untuk memenuhi standar LPPOM MUI. Sertifikat halal adalah fatwa tertulis MUI yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan syari'at Islam.22Dasar hukum yang terkait sertifikasi, yaitu :23

1. Undang-undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan.

2. UU No 8 tahun 1999 Perlindungan Konsumen.

3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

924/Menkes/SK/VIII/ 1996 tentang perubahan atas Keputusan Menteri Kesehatan RI No.82/Menkes/SK/I/1996 tentang Pecantuman Tulisan Halal pada Label Makanan.

4. Fatwa MUI.

5. Peraturan dan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan.

6. Keputusan Menag No. 518 Tanggal 30 November 2001 tentang Pedoman dan Tata cara Pemeriksaan dan Penetapan Pangan Halal dan Keputusan Menag No. 519 tanggal 30 November 2001 tentang Lembaga Pelaksana Pemeriksaan Pangan Halal.

22http://www.suduthukum.com/2015/12/pengertian-sertifikasi-halal.html diakses pada 21 September 2016

23http://www.suduthukum.com/2016/05/hukum-sertifikasi-halal.html diakses pada 21 September 2016

(34)

7. Piagam Kerjasama Departemen KEsehatan, Departemen Agama dan MUI tentang Pelaksanaan Pencantuman Label "halal" pada Makanan tertanggal 21 Juni 1996.

Tujuan pemberian Sertifikasi Halal pada produk pangan, obat-obat, kosmetika dan produk lainnya dilakukan untuk memberikan kepastian status kehalalan suatu produk, sehingga dapat menenteramkan hati para konsumen.

Kesinambungan proses produksi halal dijamin oleh produsen dengan cara menerapkan Sistem Jaminan Halal.

Sertifikat halal sebagai persyaratan untuk pengurusan perijinan label halal yang mengikuti peraturan dari Badan Pemeriksaan Obat dan Makanan (BPOM).

Pemegang Sertifkat halal bertanggung jawab memelihara kehalalan produk yang diproduksinya dan sertifikat tersebut tidak dapat dipindahtangankan.24

F. Metode Penelitian

Sertifikat halal ini merupakan syarat untuk mencantumkan label halal pada kemasan produk, dengan tujuan memberikan kepastian kehalalan suatu produk pangan, obat-obatan dan kosmetika, sehingga dapat menenteramkan batin yang mengkonsumsinya. Sertifikat halal suatu produk dikeluarkan setelah diputuskan dalam sidang Komisi Fatwa MUI yang sebelumnya berdasarkan proses audit yang dilakukan oleh LPPOM MUI.

Untuk mencari dan menemukan kebenaran secara ilmiah serta memperoleh hasil yang optimal dalam melengkapi bahan-bahan bagi penulisan

24http://halalmuijatim.org/sertifikasi/tentang-sertifikat-halal/ diakses pada 03 April 2016

(35)

skripsi, Metode yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah : 1. Jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif.

Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang melakukan analisa hukum atas peraturan perundang-undangan dan keputusan hakim. Dalam penulisan ini pendekatan yuridis normatif digunakan untuk meneliti norma- norma hukum yang mengatur tentang keberadaan sertifikasi halal untuk melindungi produk pengusaha dalam menghadapi persaingan Masayrakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Penelitian ini bersifat deskriptif, yang mengungkapkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori hukum yang menjadi objek penelitian. Penelitian yang bersifat deskriptif merupakan metode yang dipakai untuk menggambarkan suatu kondisi atau keadaan yang sedang terjadi atau berlangsung yang tujuan agar dapat memberikan data seteliti mungkin mengenai objek penelitian sehingga mampu menggali hal-hal yang bersifat ideal, kemudian dianalisis berdasarkan teori hukum atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan hukum primer, sekunder dan tersier.

1. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan huku yang mengikat yang merupakan landasan utama yang digunakan dalam penelitian ini. Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah Undang

(36)

Undang nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan, Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang menunjang dan memberi penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti buku-buku, jurnal ilmiah dan pendapat para ahli hukum ekonomi.

3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukumyang memberikan penjelasan dari bahan hukum primer dan badan hukum sekunder, berupa kamus hukum dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.

3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitan yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau disebut dengan data sekunder. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain berasal dari buku-buku, artikel, peraturan perundang-undangan dan bahan bacaan lain yang terkait dengan penulisan skripsi ini.

4. Analisis data

Data yang diperoleh dari studi kepustakaan, dianalisis dengan metode kualitatif. Metode kualitatif yaitu data penelitian diolah dan dianalisis berdasarkan kualitas dan kebenarannya lalu dideskripsikan dengan menggunakan kata-kata sehingga diperoleh bahasan atau paparan dalam bentuk kalimat yang sistematis dan dapat dimengerti yang kemudian dapat ditarik sebuah kesimpulan. Alasan penggunaan metode kualitatif

(37)

karena landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar focus penelitian sesuai dengan fakta lapangan.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman untuk mendapatkan jawaban atas rumusan permasalahan, maka pembahasan akan diuraikan secara garis besar melalui sistematika penulisan. Tujuannya agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam menguraikannya lebih lanjut mengenai inti permasalahan yang akan dicari jawabannya. Pada bagian ini terdapat ringkasan garis besar dari lima bab yang terdapat dalam skripsi. Setiap bab terdiri dari beberapa sub-bab yang akan mendukung keutuhan pembahasan setiap bab. Sistematikannya adalah sebagai berikut :

Bab I, merupakan bab pendahuluan, dalam Bab I ini dibahas mengenai latar belakang yang menjelaskan alasan pemilihan judul yang kemudian akan dilanjutkan dengan perumusan masalah dan diikuti dengan tujuan dan manfaat dari penelitian. Bab ini juga membahas mengenai keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan serta metodelogi penelitian yang digunakan dan diakhiri dengan sistematika penulisan.

Bab II, berjudul Kebijakan Perlindungan Produk Dalam Negeri Dalam Kerangka Pasar Tunggal ASEAN Berdasarakan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Dalam bab ini berisi mengenai perdagangan bebas dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) serta perlindungan terhadap industry dalam negeri baik

(38)

dalam perdagangan bebas di ASEAN maupun dalam perundang-undangan di Indonesia.

Bab III, berjudul Pengaturan Sertifikasi Halal Dalam Perundang-undangan Nasional di Bidang Perdagangan. Dalam bab ini berisi mengenai Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal, bagaimana penyelenggaraannya terhadap produk yang diperdagangkan, kepastian hukum terhadap produk yang bersertifikasi halal serta peranan masyarakat dalam penyelenggaraan jaminan produk halal.

Bab IV, berjudul Keberadaan Sertifikasi Halal Sebagai Instrumen Perlindungan Terhadap Produk Dalam Negeri Dalam Menghadapi Masyrakata Ekonomi ASEAN (MEA). Dalam bab ini berisi mengenai sertifikasi halal sebagai bentuk perlindungan konsumen, peningkatan daya saing produk yang telah bersertifikasi halal dan penggunaan sertifikasi halal terhadap produk luar negeri yang masuk ke Indonesia berdasarkan undang-undang yang berlaku.

Bab V, merupakan bab penutup dari keseluruhan rangkaian bab-bab sebelumnya yang berisikan kesimpulan yang dibuat berdasarkan uraian skripsi ini dan dilengkapi dengan saran-saran.

(39)

BAB II

KEBIJAKAN PERLINDUNGAN PRODUK DALAM NEGERI DALAM KERANGKA PASAR TUNGGAL ASEAN BERDASARKAN

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

A. Sejarah Perdagangan Bebas

Perdagangan adalah kegiatan transaksi barang dan/atau jasa yang melewati batas wilayah suatu negara yang mempunyai tujuan pengalihan hakatas barang dan/atau jasa agar mendapatkan imbalan. 25

Perdagangan bebas adalah kebijakan di mana pemerintah tidak melakukan diskriminasi terhadap

Perdagangan sebagai pilar pertumbuhan ekonomi di seluruh Negara di dunia, telah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu.

impor atau ekspor. Perdagangan bebas dicontohkan oleh Area Ekonomi Eropa/Uni Eropa dan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara, yang telah mendirikan pasar terbuka dengan sangat sedikit pembatasan perdagangan.26

Perdagangan bebas berkembang akibat dari adanya globalisasi ekonomi dunia. Sejarah dari perdagangan bebas adalah sejarah perdagangan internasional yang fokus terhadap pasar terbuka untuk bertransaksi dalam perdagangan.

25 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan Pasal 1 ayat 1

26Afiana, Arsy. (2015). PENDIDIKAN ISLAM DAN PASAR BEBAS. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam [Online], Volume 3, halaman 22. Tersedia:

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=392476&val=6180&title=PENDIDIKAN%2 0ISLAM%20DAN%20PASAR%20BEBAS. [diakses pada 21 September 2016]

(40)

Pengertian perdagangan bebas menurut David Ricardo, perdagangan bebas merupakan sistem perdagangan luar negeri dimana setiap negara melakukan perdagangan tanpa ada halangan negara. Menurut Adam Smith, pasar bebas sebagai suatu wadah untuk menampung yang dihasilkan oleh setiap individu yang berpangkal pada paham kebebasan yang diberikan kepada pelaku – pelaku ekonomi untuk menjalankan kegiatan ekonomi sesuai dengan keinginan mereka tanpa ada campur tangan pemerintah.27

Istilah perdagangan internasional (International Trade) atau perdagangan bangsa-bangsa, dimulai di Benua Eropa yang kemudian berkembang di Asia dan Afrika. Negara-negara yang tergabung dalam kegiatan perdagangan internasional ini kemudian membentuk suatu persetujuan dagang dan tarif (General Agreement on Tariff and Trade/GATT) yang berkembang menjadi suatu organisasi perdagangan internasional, yang dikenal dengan Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO).28

Perdagangan bebas sebagai bagian dari globalisasi merupakan kemestian yang tidak dapat dihindari. Perdagangan bebas menyatukan dunia dalam distribusi barang. Tidak ada diskriminasi antara barang impor dengan barang produk domestik dimana sebelumnya barang impor akan dikenai pungutan negara berupa

World Trade Organization (WTO) sebagai organisasi internasional dalam hubungan ekonomi dan pembangunan antarbangsa yang berperan dalam mengatur hubungan perdagangan internasional dalam rangka peningkatan pembangunan ekonomi dan standar hidup bagi negara-negara anggotanya.

27 Wijatno, Serian dan Dr. Ariawan Gunadi, S.H., M.H. Perdagangan Bebas Dalam Perspektif Hukum Perdagangan Internasional, (Jakarta: PT. Grasindo, 2014), halaman 61

28 Sood, Muhammad., Op.cit., halaman 17

(41)

bea masuk sehingga barang impor mengalami kenaikan harga. Kondisi ini menjadikan konsumen dirugikan.29

Kerjasama ekonomi di dalam wilayah ASEAN dimulai dengan pembentukan kawasan pasar bebas ASEAN atau yang dikenal dengan ASEAN Free Trade Area (AFTA). ASEAN Free Trade Area (AFTA) diusulkan pertama kali oleh Perdana Menteri Thailand, Anand Panyarachun, yang kemudian diwujudkan dalam Deklarasi Singapura pada Januari 1992 dengan niat untuk membentuk blok atau kawasan bebas ASEAN 15 tahun kemudian.

Perdagangan bebas berniat menghapus diskriminasi atas barang impor dengan menghapus bea masuk sehingga dapat dilakukan penekanan harga jual.

Produsen yang tidak mampu menjual barang dengan harga murah akan kalah bersaing melawan produsen yang efisien hingga sehingga mampu menjual barang dengan harga lebih murah. Semua pihak saat ini sedang berlomba menghadirkan barang dengan harga murah ke seluruh dunia melalui perdagangan bebas.

30

ASEAN Free Trade Area (AFTA) adalah kesepakatan untuk melakukan kerjasama perdagangan dan ekonomi di wilayah ASEAN untuk menciptakan situasi perdagangan yang seimbang dan adil melalui penurunan tarif barang perdagangan dimana tidak ada hambatan tariff (bea masuk 0 – 5 %) maupun hambatan non tariff bagi negara-negara anggota ASEAN.31

Tujuan ASEAN Free Trade Area (AFTA) adalah meningkatkan daya saing ekonomi negara-negara ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis

29http://www.bppk.depkeu.go.id/webbc/images/stories/file/2011/artikel/perlindungan%20 industri%20domestik%20dalam%20perdagangan%20bebas_1_.pdf diakses pada 06 April 2016

30Ibid.

31https://www.scribd.com/doc/50934463/AFTA diakses pada 02 Oktober 2016

(42)

produksi pasar dunia, untuk menarik investasi dan meningkatkan perdagangan antar anggota ASEAN. Barang-barang yang diproduksi di antara negara ASEAN memenuhi ketentuan setidak-tidaknya 40 % kandungan lokal dan akan dikenai tarif hanya 0-5 %.

Untuk meningkatkan kerja sama di bidang perdagangan jasa antar negara anggota ASEAN (AMS), dibentuklah ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) pada tanggal 15 Desember 1995 di Bangkok, Thailand oleh Menteri- menteri Ekonomi ASEAN. ASEAN Framework Agreement on Service (AFAS) bertujuan untuk :32

1. Meningkatkan kerja sama di bidang jasa antara negara negara anggota asean (ASEAN member states) dalam rangka meningkatkan efisiensi dan daya saing, diversifikasi kapasitas produksi serta pasokan dan distribusi jasa, baik antara para penyedia jasa di ASEAN maupun luar ASEAN.

2. Menghapus hambatan perdagangan jasa antara AMS.

3. Memperdalam dan memperluas cakupan liberalisasi yang telah dilakukan dalam kerangka GATS/WTO yang bertujuan untuk merealisasikan area perdagangan bebas bidang jasa.

Sejumlah hambatan perdagangan yang tertimpa dalam perjanjian perdagangan bebas. Pajak, tarif, dan kuota impor semua dihilangkan, seperti subsidi, keringanan pajak, dan bentuk-bentuk dukungan kepada produsen dalam negeri. Pembatasan aliran mata uang juga diangkat, seperti juga peraturan yang dapat dianggap penghalang untuk perdagangan bebas. Perdagangan bebas

32http://aeccenter.kemendag.go.id/tentang-aec-2015/4-pilar-asean/single-market- production-base/free-flow-of-services/ diakses pada 21 September 2016

(43)

memungkinkan perusahaan asing untuk berdagang seperti efisien, mudah, dan efektif seperti produsen dalam negeri.33

Perdagangan bebas seringkali ditentang karena dianggap merugikan produsen dalam negeri dengan membuka kompetisi untuk perusahaan yang beroperasi di negara-negara dengan undang-undang tenaga kerja yang kurang ketat serta keamanan produk antara konsumen. Di Uni Eropa, misalnya, ada aturan khusus tentang jam kerja, tarif wajar gaji, kondisi kerja, dan sebagainya, yang menyebabkan naiknya biaya produksi bagi perusahaan yang beroperasi di Uni Eropa. Sebaliknya, hukum perburuhan di banyak negara berkembang jauh

Dengan diadakannya perdagangan bebas, produsen dalam negeri tidak akan lagi dapat mengandalkan subsidi pemerintah dan bentuk bantuan lainnya, termasuk kuota yang pada dasarnya memaksa warga untuk membeli dari produsen dalam negeri, sementara perusahaan asing dapat membuat terobosan dan inovasi baru ketika hambatan perdagangan diangkat.

Perdagangan bebas juga dapat mendorong kerja sama internasional, dengan mendorong negara-negara untuk bebas bertukar barang dan warga negara.

Perjanjian antara mitra dagang juga dapat mempromosikan keunggulan pendidikan, seperti mengirim insinyur untuk melatih dengan orang-orang di bagian atas bidang teknik dalam satu negara, atau mengirim ahli pertanian ke daerah pedesaan untuk mengajar orang tentang teknik pertanian baru dan praktek keamanan pangan.

33http://www.sridianti.com/pengertian-perdagangan-bebas.html diakses pada 10 April 2016

(44)

lebih longgar, yang memungkinkan perusahaan untuk menghasilkan produk dengan biaya rendah.

Adanya kegiatan perdagangan antar negara yang kemudian dikenal dengan kerja sama perdagangan internasional34

Perkembangan perekonomian yang semakin pesat sekarang ini telah mengarah kepada terbentuknya ekonomi global, termasuk di kawasan ASEAN, seperti dibentuknya blok-blok perdagangan regional seperti ASEAN Free Trade Area (AFTA), maupun Asia Pasific Economy Cooperation (APEC), dan saat ini memasuki era ASEAN Economic Community (AEC).

yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain atas kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antara individu dengan individu, individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah lain.

35

1. Menambah peluang kesempatan kerja.

ASEAN Economic Community (AEC) atau yang dikenal juga sebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), sebagaisuatu perjanjian perdagangan bebas untuk kawasan Asia Tenggara mengakibatkan produk-produk dari negara-negara di Asia Tenggara dapat membanjiri negara-negara lain anggota ASEAN dengan lebih mudah. Keuntungan yang didapat dengan adanya perdagangan bebas, yaitu :

Dengan adanya perdagangan bebas, pasar barang dan jasa dari suatu negara menjadi lebih luas sehingga pemasaran atas hasil produksi tidak lagi hanya mengandalkan pasar dalam negeri namun juga bisa mengandalkan pasar internasional yang pasarnya sangat luas. Maka,

34 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan Pasal 1 ayat 22

35 Emirzon, Joni. Aspek-Aspek Hukum Perusahaan Jasa Penilai (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000), halaman 1.

(45)

jumlah produk barang dan jasa yang dihasilkan bertambah yang mengakibatkan permintaan terhadap tenaga kerja pun jumlahnya meningkat.

2. Terciptanya efisiensi alokasi sumber daya dan spesialisasi.

Dengan adanya perdagangan bebas, suatu negara hanya akan memproduksi barang dan jasa tertentu yang dianggap paling menguntungkan dan efisien apabila dihasilkan di negaranya dibandingkan jika dihasilkan di negara lain. Sehingga semua negara akan melakukan spesialisasi pada produk tertentu saja, akibatnya akan terjadi efisiensi dalam penggunaan sumber daya.

3. Mendorong percepatan kemajuan di bidang IPTEK.

Perdagangan sebagai persaingan atas harga dan kualitas mengharuskan barang dan jasa yang ditawarkan harus lebih unggul dalam kualitas dan murah dalam harga, hal ini hanya bisa diraih dengan terus mengembangkan IPTEK.

4. Perdagangan bebas dapat meningkatkan pendapatan suatu negara.

Jika dalam pasar domestik terjadi kelebihan barang, maka dapat dijual pada negara yang membutuhkannya. Semakin tinggi daya jual, maka semakin besar pula pendapatan yang diterima suatu negara, sehingga dapat memakmurkan rakyatnya.

Negara-negara anggota ASEAN bertujuan menciptakan pasar tunggal dan basis produksi yang stabil, makmur, sangat kompetitif, dan terintegrasi secara

(46)

ekonomis melalui fasilitasi yang efektif untuk perdagangan dan investasi diantara negara-negara anggota ASEAN melalui bantuan timbal balik dan kerja sama.36

Dalam melaksanakan upaya-upaya liberalisasi, negara-negara anggota akan berpedoman pada prinsip-prinsip sebagai berikut :37

1. Liberalisasi melalui formula ASEAN minus X dimana Negara-negara yang telah siap dapat lebih dahulu melaksanakan liberalisasi dan Negara yang belum siap dapat bergabung kemudian.

2. Proses liberalisasiharus sesuia dengan tujuan kebijakan nasional dan tingkat harus dan tingkat pembangunan ekonomi serta kauanagan di setaiap Negara anggota.

Ruang lingkup perdagangan bebas dalam Mayarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sebagai pasar tunggal dan basis produksi, yaitu38

1. Aliran bebas barang ditetapkan sebagai salah satu sarana utama dalam mewujudkan pasar tunggal dan basis produksi. Pasar tunggal untuk barang dan jasa juga akan mempermudah pengembangan jaringan produksi di kawasan dan meningkatkan kapasitas Asean sebagai pusat produksi global atau sebagai bagian dari mata rantai pasokan global. Dalam aliran bebas barang ini tidak hanya diperlukan penghapusan tarif juga penghapusan non-tarif.

:

2. Aliran bebas sektor jasa ditetapkan sebagai salah satu elemen penting dalam mewujudkan Komunitas Ekonomi Asean yang di dalamnya tidak ada hambatan bagi para pemasok jasa Asean dalam penyediaan jasanya

36 ASEAN Charter (Piagam ASEAN) Bab I Pasal 1 Angka 5 dan 6

37ASEAN Economic Community Blueprint 2025, Op.cit., halaman 15

38Ibid.

(47)

secara lintas-negara di kawasan, sesuai dengan aturan domestik di setiap negara anggota. Liberalisasi sektor jasa dirundingkan dalam beberapa putaran negosiasi, khususnya melalui Asean Coordinating Committee on Service (CCS). Negosiasi untuk sektor tertentu seperti jasa keuangan dan transportasi negara dilaksanakan melalui kementerian terkait. Dalam meliberalisasi sektor jasa tidak diperkenankan untuk menarik kembali komitmen dan fleksibilitas yang disepakati oleh seluruh negara anggota Asean.

3. Aliran bebas investasi yang bebas dan terbuka merupakan kunci untuk meningkatkan daya saing Asean dalam menarik penanaman bermodal asing langsung termasuk investasi intra-Asean. Aliran masuk investasi baru dan peningkatan investasi yang telah ada akan mendorong dan menjamin pembangunan ekonomi Asean yang dinamis.

4. Aliran modal yang lebih bebas ditetapkan untuk memperkuat pengembangan dan integrasi pasar modal Asean, mengijinkan mobilitas modal yang lebih tinggi dengan liberalisasi pergerakan modal dan mencapai harmonisasi yang lebih baik dalam hal standar pasar modal Asean di bidang ketentuan penawaran surat utang dll.

5. Arus bebas lalu lintas tenaga kerja terampil adalah dalam rangka mengijinkan mobilitas yang terkelola serta memfasilitasi masuknya tenaga kerja yang terlibat dalam perdagangan barang, jasa dan investasi sesuai dengan peraturan yang berlaku di negera penerima. Sektor integrasi

(48)

prioritas dalam MEA ini sebanyak dua belas sektor prioritas ekonomi yang telah diidentifikasi untuk mempercepat integrasi ekonomi.

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan menjadi kesempatan yang baik dalam perdagangan suatu negara karena hambatan perdagangan akan cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal tersebut akan berdampak pada peningkatan eskpor yang pada akhirnya akan meningkatkan produk domestik bruto suatu negara.

Pada sisi investasi, kondisi ini dapat menciptakan iklim yang mendukung masuknya Foreign Direct Investment (FDI) yang dapat menstimulus pertumbuhan ekonomi melalui perkembangan teknologi, penciptaan lapangan kerja, pengembangan sumber daya manusia (human capital) dan akses yang lebih mudah kepada pasar dunia.

ASEAN telah membentuk suatu perjanjian (agreement) di bidang investasi guna menunjang keterlibatan negara ASEAN dalam program ASEAN Economic Community 2015 (AEC 2015) yang mulai secara efektif di implementasikan pada 31 Desember 2015. Perjanjian ini dikenal dengan Asean Comprehensive Investment Agreement (ACIA) yang kemudian diratifikasi Indonesia melalui

Peraturan Presiden No. 49 tahun 2011 tentang Pengesahan ASEANComprehensive Investment Agreement (Persetujuan Penanaman Modal Menyeluruh ASEAN).39

Meningkatkan daya saing ekspor serta mendorong ekonomi ASEAN menuju pasar tunggal untuk barang, jasa dan investasi serta berbasis produksi tunggal ASEAN diperlukan sutau lingkungan perdagangan dan kepabeanan,

39http://www.kompasiana.com/fathanali/nota-kesepakatan-asean-comprehensive-

investment-agreement-acia-indonesia-dan-aec-2015_5749a89a3493735e0a8439e7 diakses pada 21 September 2016

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan pada penelitian ini adalah untuk memberi kemudahan dalam mengendalikan lampu rumah dan peralatan listrik lainnya menggunakan alat pengendalian jarak

Desain experiment yang digunakan adalah non equivalent control group design dengan pengambilan keputusan: Z > Z α/2 atau – 2 < – 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa

Diperlukan sinergi yang baik antara Pemda Solo, Koperasi Sentra atau paguyuban, dan para pengusaha batik didorong oleh kekuatan yang ada yang merupakan pencangkokan paguyuban/koperasi

HPS, dinyatakan gugur. Apabila tidak ada penyedia yang lulus dalam evaluasi harga, Pejabat Pengadaan menyatakan penyedia tersebut dan mengundang penyedia lain

Pemahaman yang baik tentang kelainan refraksi dan faktor-faktor yang. mempengaruhinya sangat penting untuk mengurangi prevalensi

Based on the discussion of some researches, can be conclude that to success in opening new franchise business in foreign countries some factors should be consider: 1)

bea, retribusi, dan pungutan lain yang sah serta biaya asuransi (apabila diperlukan) yang harus dibayar oleh penyedia untuk pelaksanaan pengadaan

Miopia adalah suatu bentuk kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar dari objek pada jarak tak terhingga akan berkonvergensi dan dibiaskan pada satu titik di depan