• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica Val.) DENGAN METODE Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP) Skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica Val.) DENGAN METODE Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP) Skripsi"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica Val.) DENGAN METODE Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Atrini Rambu Tagu Edi Nim : 178114109

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2020

(2)

ii Persetujuan Pembimbing

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica val) DENGAN METODE Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP)

skripsi yang diajukan Oleh:

Atrini Rambu Tagu Edi NIM : 178114109

Telah disetujui oleh:

Pembimbing Utama

(Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, SJ.) Tanggal 13 Juli 2021

(3)

iii Pengesahan Skripsi Berjudul

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica val) DENGAN METODE Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP)

Oleh:

Atrini Rambu Tagu Edi NIM: 178114109

Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Pada tanggal:...

Mengetahui Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Dekan

Dr. Yustina Sri Hartini, Apt.

Panitia Penguji : Tanda Tangan

Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, SJ.

Dr. Yustina Sri Hartini, Apt.

Dr. Jefry Julianus, M.Si

(4)

iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, dengan mengikuti ketentuan sebagaimana layaknya karya ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarism dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 11 Juli 2021 Penulis

Atrini Ramb Tagu Edi

(5)

v HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk:

Tuhan Yang Maha Esa Kedua orang tua saya dan keluarga saya Teman-teman saya sekalian Serta almamater saya yang tercinta Karena masa depan

sungguh ada, dan harapanmu tidak akan

hilang

Amsal 23:18

(6)

vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Atrini Rambu Tagu Edi

NIM : 178114109

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica val) DENGAN METODE Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP) Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 13 Januari 2022 Yang menyatakan

(Atrini Rambu Tagu Edi)

(7)

vii PRAKATA

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan berkat, serta pimpinan dan tuntunan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi yang berjudul “UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica Val.) DENGAN METODE Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP)” dengan baik. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) pada Program Studi Farmasi di Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini penulis tidak lepas dari bantuan,doa,arahan,dukungan, kritik dan saran yang sangat membangun. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Yang Terkasih dan yang paling berharga Bapak Umbu Kabalu Sara Oli, Mama Debora Rambu Dauki Iru, Kakak Dhesyari Rambu Paji Rauna yang selalu memberi motivasi, dukungan, semangat, dan kekuatan bagi penulis serta senantiasa mendoakan dan mengingatkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma dan Kepala Program Studi Farmasi Universitas Sanata Dharma

3. Romo Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, SJ. Selaku dosen pembimbing atas segala kesabaran dan waktu yang telah diberikan untuk memberi masukan,bimbinga, dukungan,saran, dan motivasi kepada penulis dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Yustina selaku dosen penguji yang telah berkenan menguji dan memberikan ide, masukan serta saran yang membangun untuk penelitian ini 5. Bapak Jefry selaku dosen penguji yang telah berkenan menguji dan

memberikan ide, masukan serta saran yang membangun untuk penelitian ini

(8)

viii 6. Ibu dr. Fenty selaku Dosen Pembimbing Akademik atas pendampingan dan

dukungan kepada penulis selama ini

7. Bapak Wagiran selaku Laboran Laboratorium Farmakognosi Fitokimia atas segala bantuan dan dukungan yang diberikan serta dinamika di laboratorium selama melakukan penelitian.

8. Segenap dosen dan karyawan di Fakultas Farmasi Universitas sanata Dharma, terimakasih atas waktu dan bantuannya selama ini.

9. Yang terkasih Nene Ina, Oma nyora, Nene Yubi, Nene Ati, Mama Nunu, Bapa mama Eman, Bapa mama Aurel, Bapa mama Besar, Bapa mama Jayden, Bapa mama Yolan, Bapa mama Gilbert, Bapa mama Tresa, Bapa mama Reagan, Bapa mama Nike, Mama Reta, Om Feri, Om Niko, Tante Ati, Mama Ratih, Kaka Sari, Kaka Yolan dan semua keluarga yang selalu memberikan doa, semangat, dan dukungan moral maupun financial kepada penulis selama awal perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini.

10. Teman-teman seperjuangan dalam penelitian menggunakan metode FRAP:

Petronela Sambut, Melania Rugha, Petrus K., dan Alvonsa atas kebersamaan, bantuan, dan semangat yang diberikan selama penelitian ini berlangsung 11. Adik-adik terkasih Ariella yaya, Ubbu rama, Jhosua, Aurelia, Jaiden, Tresa,

Giandra, Gilbert, Mario, Vano, Mercy, Reagan, Jovan, Tamu Anna, Glori, Nike, Gandi, Saden, yang selalu memberikan semangat dan menjadi salah satu alasan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini

12. Teman-teman luar biasa bagi penulis: Angelina, Metri, Frederich, Alin, Inggrid, Yola, Relsa, Meldi, Andra, Yosmi, Awanda, Sindi, Rani, Angel M, Putri, Ka Debra, Ka Ani, Ka Resky dan Squad Gailar 2017 yang menjadi saudara dan selalu memberikan semangat kepada penulis. Terima kasih penulis diberi kesempatan untuk mengenal,berteman, dan belajar dari kalian.

13. Teman-teman angkatan 2017 Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, khususnya FSM C 2017 dan khususnya lagi golongan C1 atas kebersamaannya.

(9)

ix Akhir kata, “tak ada gading yang tak retak”, begitu juga dengan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jau darisempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang membangun sehingga bisa membuat karya yang lebih baik. Penulis mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 05 Juli 2021

Penulis

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI.. ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN. ... v

PRAKATA...vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL...xi

DAFTAR GAMBAR...xii

DAFTAR LAMPIRAN...xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT. ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Keaslian Penelitian ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Tinjauan Pustaka ... 6

1. Pengobatan tradisional ... 6

2. Radikal bebas ... 7

3. Antioksidan ... 8

4. Kandungan kurkumin dalam rimpang kunyit (curcuma domestica Val.) 9 5. Metode FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power) ... 11

B. Landasan Teori ... 13

C. Hipotesis ... 14

BAB III METODE PENELITIAN... 15

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 15

(11)

xi

B. Variabel Penelitian ... 15

C. Definisi Operasional... 15

D. Bahan Penelitian... 16

E. Alat Penelitian ... 16

F. Determinasi Tnaman ... 16

G. Tata Cara Penelitian ... 17

1. Preparasi sampel... 17

2. Maserasi ... 17

3. Penyiapan pada sampel ekstrak etanolik ... 17

4. Peniapan larutan kurva baku ... 18

5. Penyiapan pada larutan ... 18

a. Larutan Dapar Fosfat 0,2 M pH 6,6 ... 18

b. Larutan Kalium Ferrisianida 1% ... 18

c. Larutan FeCl3 0,1% ... 18

d. Larutan asam trikloroasetat (TCA) 10% ... 18

6. Aktivitas Antioksidan dengan Metode FRAP ... 19

7. Analisis data ... 19

H. Jadwal Kegiatan ... 20

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

A. Determinasi ... 20

B. Hasil Pengumpulan Bahan ... 20

C. Preparasi Sampel ... 21

D. Maserasi ... 22

E. Penyiapan Larutan Kurva Baku ... 24

F. Aktivitas Antioksidan Dengan Metode FRAP ... 25

G. Hasil Analisis Data ... 29

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 32

A. Kesimpulan ... 32

B. Saran ... 32

Daftar Pustaka ... 33

LAMPIRAN ... 37

BIOGRAFI PENULIS ... 44

(12)

xii Daftar Tabel

Tabel I. Nilai Absorbansi Vitamin C ... 24 Tabel II. Nilai Absorbansi Sampel ... 28 Tabel III. Hasil Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak rimpang Kunyit ... 30

(13)

xiii DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Curcuma domestica Val... 21 Gambar 2. Reaksi pembentukan warna biru... 27

(14)

xiv DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Hasil Determinasi Kunyit yang Digunakan ...21

Lampiran 2. Proses pengambilan rimpang Kunyit dan Maserasi...23

Lampiran 3. Hasil Penentuan Bobot Tetap Bobot...23

Lampiran 4. Absorbansi Asam Askorbat...25

Lampiran 5. Kurva Baku Asam askorbat pada panjang gelombang 593 nm...26

Lampiran 6. Larutan berwarna Biru...28

Lampiran 7. Absorbansi Replikasi sampel...28

Lampiran 8. Skrining Fitokimia...29

Lampiran 9. Perhitungan Bahan...43

(15)

xv ABSTRAK

Di berbagai wilayah Indonesia, ada banyak cara masyarakat untuk mengolah tanaman dan memanfaatkannya sebagai bahan pengobatan. Obat-obatan herbal juga diketahui banyak mengandung antioksidan. Antioksidan diperlukan untuk mencegah stres oksidatif yang merupakan kondisi ketidakseimbangan antara jumlah radikal bebas dengan jumlah antioksidan dalam tubuh. Radikal bebas dalam jumlah yang terlalu banyak, dapat menyebabkan stres oksidatif yang dapat menyebabkan kerusakan oksidatif mulai dari tingkat sel hingga ke organ tubuh yang dapat mempercepat terjadinya proses penuaan dan munculnya penyakit degeneratif seperti kanker, diabetes mellitus, dan aterosklerosis. Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan tanaman yang memiliki berbagai manfaat, baik sebagai bahan makanan dan juga sebagai bahan pembuatan obat tradisional. Senyawa yang terdapat di dalam kunyit yaitu kurkumin dipercaya dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan karena dapat menangkap radikal hidroksil yang merupakan salah satu bentuk dari radikal bebas.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui aktivitas antioksidan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) diuji menggunakan metode FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power). Metode FRAP berdasarkan pada reaksi reduksi dalam suasana asam terhadap senyawa kompleks Fe3+ menjadi Fe2+ akibat donor elektron dari senyawa antioksidan. Hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh aktivitas antioksidan kunyit (Curcuma domestica Val.) sebesar 237 mgQE/g Ekstrak, artinya dalam setiap gram ekstrak setara dengan 237 mg asam askorbat. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kunyit (Curcuma domestica Val.) termasuk dalam golongan antioksidan kuat. Kandungan senyawa kurkumin tanaman kunyit dapat bermanfaat sebagai antioksidan.

Kata Kunci: Kunyit (Curcuma domestica Val.), Radikal bebas, Antioksidan, metode FRAP

(16)

xvi ABSTRACT

In various regions of Indonesia, there are many ways for people to cultivate plants and use them as medicinal ingredients. Herbal medicines are also known to contain lots of antioxidants. Antioxidants are needed to prevent oxidative stress which is a condition of an imbalance between the number of free radicals and the amount of antioxidants in the body. Free radicals in excessive amounts can cause oxidative stress that can cause oxidative damage from the cellular level to the organs of the body that can accelerate the aging process and the emergence of degenerative diseases such as cancer, diabetes mellitus, and atherosclerosis. Turmeric (Curcuma domestica Val.) is a plant that has various benefits, both as a food ingredient and also as an ingredient for making traditional medicines. The compound contained in turmeric, namely curcumin, is believed to be used as an antioxidant because it can capture hydroxyl radicals which are a form of free radicals.

The purpose of this study was to determine the antioxidant activity of turmeric (Curcuma domestica Val.) rhizome tested using the FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power) method. The FRAP method is based on the reduction reaction in an acid environment to the Fe3+ complex compound to Fe2+ due to electron donors from antioxidant compounds. The results of the research that have been carried out have obtained the antioxidant activity of turmeric (Curcuma domestica Val.) of 237 mgQE/g extract, meaning that in every gram of extract it is equivalent to 237 mg of ascorbic acid. These results indicate that turmeric (Curcuma domestica Val.) is included in the group of strong antioxidants. The content of curcumin compounds in the turmeric plant can be useful as an antioxidant.

Keywords: Turmeric (Curcuma domestica Val.), Free radicals, Antioxidants, FRAP method

(17)

1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Negara berkembang seperti Indonesia mempunyai keterbatasan dalam penanggulangan masalah kesehatan. Banyak masyarakat yang tinggal di wilayah pedesaan sulit dijangkau oleh fasilitas kesehatan sehingga menyebabkan pemerataan khususnya di bidang kesehatan sulit untuk tercapai.

Stres oksidatif berperan penting dalam patofisiologi terjadinya proses menua dan berbagai penyakit degeneratif, seperti kanker dan aterosklerosis yang mendasari penyakit jantung, pembuluh darah dan stroke. Di beberapa Provinsi seperti Aceh, Bengkulu, Bali, Papua, Sulawesi,Maluku, dan NTT pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional sangatlah tinggi (Kemenkes,2018)

Radikal bebas ditemukan pertama kali dalam sistem biologis sekitar lebih dari puluhan tahun yang lalu. Setelah penemuan itu muncullah label

“evildoers” atau produk yang tidak diinginkan namun tidak dapat dihindari keberadaannya di antara makhluk hidup. Radikal bebas mewakili spesies yang mengandung satu elektron tidak berpasangan, yang kebanyakan dari mereka reaktif dan mengoksidasi protein, DNA, lipid, dan biomolekul lainnya. Jumlah radikal bebas yang tidak terkontrol terlibat dalam patofisiologis terjadinya penyakit-penyakit neurodegeneratif dan proses penuaan. Ada berbagai senyawa yang digunakan untuk mencegah terjadinya radikal bebas, salah satu contohnya adalah antioksidan. Antioksidan saat ini menjadi fokus banyak kelompok penelitian baik di bidang biokimia, farmakologi, dan ilmu pengetahuan pangan, serta berperan penting untuk mengembangkan perawatan berbagai masalah kesehatan. Isolasi atau sintesis antioksidan memiliki keuntungan karena banyak digunakan dalam industri makanan (sebagai suplemen atau untuk pengawet makanan), dalam bidang farmasi (sebagai lead untuk obat baru), dan industri kosmetik untuk produk "anti penuaan" (Spasojevic,2011). Terdapat berbagai

(18)

2 bahan alam asli Indonesia yang banyak mengandung antioksidan dengan berbagai bahan aktifnya. Penggunaan bahan alam asli Indonesia diperlukan sebagai antioksidan untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dengan biaya yang relatif terjangkau (Werdhasari,2014). Vitamin C biasanya digunakan sebagai kontrol positif dalam penelitian karena vitamin C merupakan salah satu antioksidan yang larut dalam air dan biasa digunakan.

Vitamin C menangkal radikal bebas ekstraseluler dengan karakteristik mudah teroksidasi oleh cahaya, panas dan logam (Meigaria dkk.,2016).

Negara Indonesia memiliki keragaman hayati yang melimpah. Ada berbagai jenis tanaman yang dapat tumbuh di negara ini, menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia (Dewoto,2007). Oleh nenek moyang kita, tanaman-tanaman tersebut ada yang digunakan sebagai bahan makanan, bahan bangunan, dan juga sebagai bahan pengobatan yang dikenal sebagai obat tradisional. Diberbagai wilayah indonesia, banyak praktek-praktek di masyarakat yang memanfaatkan tanaman untuk pengobatan. Salah satu contoh masyarakat di desa Tanamodu pulau Sumba memanfaatkan daun “Tai belalang” untuk mengurangi pendarahan pada luka kecil, ada pula daun jambu yang digunakan untuk mengatasi sakit perut, dan rimpang kunyit yang biasanya dijadikan jamu dicampur dengan tanaman lainnya.

Tanaman obat adalah jenis tanaman yang dipercaya dapat memberikan khasiat dalam pengobatan. Sudah banyak penelitian dalam ruang lingkup penggunaan bahan herbal sebagai pengobatan tradisional, pendekatan yang baik untuk mengembangkan obat-obatan baru dan juga untuk memperbaiki kualitas kesehatan. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia juga telah mengeluarkan surat edaran dengan nomor HK.02.02/IV.2243/2020 tentang pemanfaatan obat tradisional sebagai upaya untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, dan perawatan kesehatan termasuk pada masa kedaruratan bencana nasional Coronavirus Disease 2019 (Kemenkes,2020).

(19)

3 Ada beberapa keunggulan pengobatan tradisional, salah satunya terletak pada bahan dasarnya yang bersifat alami sehingga efek sampingnya dapat ditekan seminimal mungkin. Obat-obatan herbal juga diketahui banyak mengandung antioksidan. Dengan kemajuan teknologi dan kemajuan pemahaman menjadikan Indonesia semakin kaya akan produk tanaman obat (Utami & Puspaningtyas,2013).

Terdapat berbagai bumbu makanan yang mengandung bahan kunyit (Curcuma domestica Val) umumnya identik dengan warna kuning. Warna kuning tersebut disebabkan karena adanya kurkuminoid. Terdapat 3 jenis kurkuminoid yang bertanggung jawab atas warna kuning pada kunyit tersebut, yaitu kurkumin, monodemethoxycurcumin, dan bisdemethoxycurcumin.

Kunyit (Curcuma domestica Val) biasa digunakan sebagai rempah-rempah dan juga obat tradisional seperti jamu. Kurkuminoid memiliki sifat antioksidatif dan koleretik (Lechtenberg,2004). Di India kunyit dianggap sebagai bahan antibiotik yang baik, secara tradisional kunyit telah digunakan untuk melawan penyakit yang berhubungan dengan batuk, diabetes, dan rematik. Di Cina kunyit digunakan untuk penyakit yang berhubungan dengan penyakit perut (Shan & Iskandar,2018).Selain itu, kurkumin juga telah dilaporkan memiliki khasiat yang luas seperti berbagai sifat farmakologis termasuk anti-inflamasi, anti-toksik dan anti-oksidatif (Choudhuri dkk., 2002). Kelarutan senyawa dalam pelarut sangat mempengaruhi efektivitas ekstraksi suatu senyawa oleh pelarut (Wahyuningtyas dkk.,2017). Penelitian ini menggunakan pelarut yang bersifat polar yaitu etanol karena berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Shirsath dkk.,2017 dinyatakan bahwa ekstraksi kurkumin ditemukan paling banyak dalam etanol. Etanol memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah dibandingkan air. Hal ini mengakibatkan dinding sel tumbuhan yang bersifat kurang polar lebih mudah didegrasi dan senyawa akan lebih mudah keluar dari sel tanaman (Tiwari dkk.,2011). Etanol dipertimbangkan sebagai pelarut karena

(20)

4 kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20% keatas (Sa’adah &

Nurhasnawati,2015)

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menguji aktivitas antioksidan di antaranya ABTS (2,2’ Azino bis (3-ethylbenthiazoline-6 sulfonic acid)), metode reduksi FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power), dan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrail). Banyaknya metode uji aktivitas antioksidan dapat memberikan hasil uji yang juga beragam. Adanya pengaruh dari struktur kimia antioksidan, sifat fisikokimia sediaan sampel yang berbeda dan sumber radikal bebas merupakan beberapa contoh penyebab didapatnya hasil uji yang berbeda (Maesaroh dkk.,2018). Tumbuhan yang memiliki senyawa antioksidan dapat ditentukan dengan menggunakan metode Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP) (Wabula dkk.,2019). Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengetahui senyawa yang dapat menangkal radikal bebas, seperti penelitian untuk mengetahui kandungan antioksidan didalam didalam suatu tanaman. Beberapa uji aktivitas antioksidan kunyit (Curcuma domestica Val) dilihat dengan metode DPPH telah dilakukan, sementara itu sampai saat ini informasi mengenai uji aktivitas antioksidan rimpang kunyit dengan metode FRAP belum banyak dilakukan. Berdasarkan hasil tersebut, peneliti ingin mengetahui apakah rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) mempunyai aktivitas antioksidan jika dilihat dengan metode FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power). Metode FRAP dipilih karena pengerjaannya yang mudah, murah dan cepat. Selain itu metode FRAP juga terbukti berguna untuk menyaring kapasitas antioksidan dan efisien membandingkan senyawa yang berbeda (Spiegel dkk.,2020)

(21)

5 B. Rumusan Masalah

Apakah rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) memiliki aktivitas antioksidan dengan diuji menggunakan metode FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power)?

C. Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai uji aktivitas antioksidan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) yang pernah dilakukan antara lain:

1. Triyono dkk.,2018 dengan judul “Antioxidant Activity of Ethanol Extract of Tumeric Rhizome (Curcuma domestica Val.), Trengguli Bark (Cassia fistula L), and Its Combination with DPPH Method”

2. Sakinah,2017 dengan judul “ Uji Aktivitas Antioksidan Kombinasi Ekstrak rimpang kunyit putih (Curcuma longa L.) dan Rumput Bambu (Lophatheerum gracile B.) Menggunakan metode DPPH Serta Identifikasi Golongan Senyawa Aktifnya”

Sejauh penelusuran pustaka yang telah dilakukan oleh peneliti, penelitian mengenai Uji Aktivitas Antioksidan Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) Dengan Metode Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP) belum pernah dilakukan.

D. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) dengan diuji menggunakan metode FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power)

E. Manfaat Penelitian

Dapat mengetahui adanya aktivitas antioksidan pada rimpang kunyit dan menambah pengetahuan dalam pengaplikasian metode FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power) untuk melihat aktivitas antioksidan rimpang kunyit.

(22)

6 TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengobatan tradisional

Peraturan Mentri Kesehatan tahun 2012 menyatakan bahwa obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai norma yang berlaku di masyarakat. Pengobatan secara tradisional memiliki banyak keunggulan seperti bahan dasar yang sifatnya masih alami sehingga dapat meminimalisir efek samping yang mungkin terjadi. Tanaman tradisional juga diketahui banyak mengandung antioksidan (Utami &

Puspaningtyas,2013).

Penggunaan produk alami sebagai obat tradisional tidak cukup hanya berdasarkan pengalaman yang diturunkan dari generasi ke generasi, tetapi juga perlu dibuktikan secara ilmiah. Seperti yang kita ketahui tumbuhan obat mengandung zat aktif yang berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk membuktikan aktivitas farmakologis dan kandungan kimiawi dari bahan alam. Salah satu bahan alam seperti kunyit (Curcuma domestica Val.) telah dilaporkan memiliki aktivitas farmakologis (Triyono dkk.,2018).

Banyak senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami berasal dari tumbuhan. Isolasi antioksidan tidak selalu dari bagian tumbuhan yang dapat dimakan karena antioksidan tersebar di beberapa bagian tanaman seperti pada akar,daun,buah,biji, dan kayu (Palupi &

Martosupono,2009). Terdapat berbagai bahan alam asli Indonesia yang

(23)

7 banyak mengandung antioksidan dengan berbagai bahan aktifnya seperti vitamin C,karetenoid, flavonoid dan lain-lain. Bahan alam baik yang sudah lama digunakan sebagai makanan sehari-hari atau baru dikembangkan sebagai suplemen makanan mengandung berbagai antioksidan tersebut (Werdhasari,2014).

2. Radikal bebas

Sel manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan kehidupan. Energi tersebut bisa diperoleh dari proses metabolisme dan respirasi sel itu sendiri. Energi dihasilkan dari proses atau reaksi oksidasi intraseluler. Oksidasi adalah pelepasan elektron yang menyebabkan terjadi peningkatan muatan positif. Sedangkan reduksi adalah penangkapan jumlah elektron dari substrat yang menerima elektron tersebut. Reaksi oksidasi terjadi setiap saat, reaksi ini dapat menyebabkan terbentuknya radikal bebas. Radikal bebas dapat bermuatan positif (kation), bermuatan negatif (anion), atau tidak bermuatan (Yuslianti,2018).

Menurut Ardhie,2011 radikal bebas merupakan molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron yang yang tidak berpasangan di orbit luarnya sehingga relatif tidak stabil. Sehingga untuk mendapatkan kestabilannya , molekul yang bersifat reaktif tersebut mencari pasangan elektronnya, disebut juga sebagai reactive oxygen species (ROS).

Mekanismenya dengan donasi meski umumnya dengan mencuri dari sel tubuh lain. Dalam jumlah normal, radikal bebas bermanfaat bagi kesehatan seperti memerangi peradangan dan membunuh bakteri.

Sedangkan dalam jumlah yang terlalu banyak, dapat menyebabkan stres oksidatif yang dapat menyebabkan kerusakan oksidatif mulai dari tingkat sel hingga ke organ tubuh yang dapat mempercepat terjadinya proses penuaan dan munculnya penyakit degeneratif seperti kanker, diabetes mellitus,aterosklerosis.

(24)

8 Sifat reaktivitas dari radikal bebas sangat tinggi, sehingga kecenderungan untuk menarik elektron dan kemampuannya untuk mengubah suatu molekul menjadi radikal bebas baru yang menyebabkan terjadi reaksi rantai yang menyebabkan kerusakan sel.

Reaksi rantai tersebut hanya bisa berhenti jika radikal bebas diredam dengan antioksidan. (Yuslianti,2018). Radikal bebas dapat merusak jaringan normal, dapat mengganggu produksi DNA, lapisan lipid pada dinding sel, dan produksi prostaglandin. Radikal bebas juga dijumpai pada lingkungan, beberapa logam berat, asap rokok, polusi udara, obat, sinar Ultraviolet (UV), pewarna makanan, dan makanan dalam kemasan (Arief,2008)

3. Antioksidan

Proses oksidasi dari molekul oksidan dapat dihambat dengan Antioksidan. Oksidasi merupakan reaksi kimia yang memindahkan elektron dari satu substansi ke agen oksidan. Sel dilengkapi oleh sistem pertahanan terhadap kerusakan oksidatif yaitu berbagai jenis antioksidan yang akan bekerja melalui beragam mekanisme.

Antioksidan dapat dibedakan atas antioksidan alamiah dan antioksidan sintetik (Ardhie,2011). Antioksidan alamiah merupakan senyawa yang secara alami terdapat didalam tubuh sebagai mekanisme pertahanan tubuh. Antioksidan sintetik merupakan senyawa yang disintesis secara kimia. Salah satu sumber antioksidan adalah tanaman dengan kandungan senyawa polifenol yang tinggi (Tristantini dkk.,2016).

Antioksidan alamiah seperti flavonoid, kumarin, asam fenolat, vitamin C dan lainnya. Antioksidan sintetik seperti probukol, SOD, katalase, dan sebagainya (Ardhie,2011). Antioksidan tubuh dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu Antioksidan primer, antioksidan sekunder, dan antioksidan tersier (Palupi & Martosupono,2009).

(25)

9 Antioksidan diperlukan untuk mencegah stres oksidatif yang merupakan kondisi ketidakseimbangan antara jumlah radikal bebas dengan jumlah antioksidan dalam tubuh. Sifat antioksidan yang sangat mudah dioksidasi menyebabkan radikal bebas akan mengoksidasi antioksidan dan melindungi molekul lain dalam sel dari kerusakan yang disebabkan oksidasi oleh radikal bebas (Werdhasari,2014). Antioksidan memiliki kemampuan untuk menetralkan radikal bebas tanpa ikut menjadi radikal bebas itu sendiri. Saat antioksidan menetralkan radikal bebas dengan menerima atau menyumbangkan elektron, antioksidan tidak akan berubah menjadi radikal bebas dan tetap stabil. Antioksidan banyak ditemukan pada sayuran, buah-buahan, dan tanaman obat (Triyono dkk.,2018). Senyawa-senyawa yang telah diketahui bersifat antioksidan antara lain asam-asam galat, stilbena,elagat, flavonoid, dan kurkuminoid (Setyowati & Suryani,2013)

Pada penelitian Uji Aktivitas Antioksidan Vitamin A,C,E dengan metode DPPH yang dilakukan oleh (Lung & Destiani,2017) disebutkan bahwa Vitamin C merupakan senyawa antioksidan alami yang sering digunakan sebagai senyawa pembanding dalam pengujian aktivitas antioksidan. Hal tersebut dikarenakan senyawa antioksidan alami relatif aman dan tidak menimbulkan toksisitas. Vitamin C lebih sering digunakan sebagai pembanding dikarenakan lebih murah dan mudah didapat.

4. Kandungan kurkumin dalam rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) Kunyit merupakan salah satu herbal yang sangat bernilai bagi manusia. Kunyit biasanya digunakan sebagai bahan makanan dan dijadikan bahan rempah yang memberikan warna kuning cerah. Kunyit digunakan diberbagai negara dengan manfaat yang berbeda-beda. Di India kunyit digunakan untuk memudahkan proses pencernaan dan untuk perlawanan penyakit seperti batuk dan diabetes. Di Cina kunyit

(26)

10 juga digunakan untuk penyakit yang berhubungan dengan penyakit perut. (Shan & Iskandar,2018). Taksonomi tanaman kunyit dikelompokkan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Class : Monocotyledonae Ordo : Zingiberales Family : Zingiberaceae Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma domestica Val.

(Kusbiantoro & Purwaningrum,2018) Kurkumin merupakan komponen aktif dari kunyit yang berperan menghasilkan warna kuning. Kunyit memiliki kandungan kimia yang bermanfaat untuk kesehatan dan mengandung senyawa kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin dan zat-zat lain yang berkhasiat sebagai obat. Kunyit mempunyai aktivitas antiinflamasi, antioksidan, antifungi, antibakteri dan antivirus. Kurkumin menunjukkan aktivitas antioksidan yang kuat sebanding dengan vitamin C dan vitamin E.

Kurkumin adalah senyawa antioksidan yang larut dalam lemak sehingga di dalam membran sel akan bereaksi dengan radikal fenoksil (Shan & Iskandar,2018).

Rimpang kunyit diketahui memiliki aktivitas antioksidatif karena mengandung senyawa kurkumin. Kurkumin sangat potensial sebagai antioksidan, dikarenakan sifat antioksidatif dari kurkumin terkait dengan struktur difenol kurkumin (Setyowati & Suryani,2013).

Kurkumin termasuk golongan senyawa polifenol yang berpotensi sebagai antioksidan dalam menangkal radikal bebas (Wahyuningtyas

(27)

11 dkk.,2017). Menurut Jayaprakasha dkk.,2006 Senyawa aktif dalam kunyit merupakan senyawa fenolik termasuk kurkumin yang memiliki aktifitas antioksidan kuat.

Proses pengambilan senyawa kurkumin dari suatu tanaman dapat dilakukan dengan cara ekstraksi metode maserasi. Metode maserasi merupakan proses ekstraksi simplisia dengan menggunakan pelarut yang tujuannya untuk mendapatkan zat-zat yang terkandung didalamnya. Kurkumin merupakan senyawa yang bersifat polar, suatu senyawa akan terlarut pada pelarut yang memiliki sifat kepolaran yang sama dengan senyawa tersebut. Untuk menghasilkan kurkumin dan antioksidan yang tinggi dibutuhkan pelarut yang polar, contoh pelarut yang bersifat polar diantaranya adalah etanol,aseton air, metanol dan isopropanol (Wahyuningtyas dkk.,2017).

5. Metode FRAP (Ferric Reducing Antioxidant Power)

Untuk menguji aktivitas antioksidan, digunakan metode reduksi Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP). Metode FRAP merupakan metode yang secara langsung mengukur antioksidan dalam bahan, metode FRAP juga merupakan metode yang dapat digunakan untuk menguji antioksidan dalam tumbuh-tumbuhan. Keuntungan menggunakan metode FRAP adalah metode pengerjaannya yang mudah, murah dan cepat, reagen yang digunakan sederhana dan tidak menggunakan alat khusus untuk perhitungan total antioksidan (Wabula dkk.,2019). Pada metode FRAP kemampuan senyawa antioksidan untuk mereduksi ion Fe3+ (kalium heksasianoferat) yang berwarna kuning menjadi Fe2+ yang berwarna hijau kebiruan digunakan untuk menentukan kandungan antioksidan total dari suatu bahan, sehingga kemampuan antioksidan suatu senyawa dianalogikan dengan kemampuan mereduksi dari senyawa tersebut (Selawa dkk.,2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Melannisa dkk.,2011 menyebutkan

(28)

12 bahwa penentuan kadar total fenolik menggunakan metode Folin- ciocalteau dan menunjukkan hasil tertinggi pada ekstrak kunyit (Curcuma domestica). Hal tersebut dapan mengindikasikan dengan tingginya kadar fenolik maka tinggi pula kadar kurkuminoidnya sehingga aktifitas penangkapan radikal bebas makin kuat.

Metode FRAP berdasarkan pada reaksi reduksi dalam suasana asam terhadap senyawa kompleks Fe3+ menjadi Fe2+ akibat donor elektron dari senyawa antioksidan. Proses uji aktivitas antioksidan dengan metode FRAP sangat singkat sehingga hasilnya dapat diperoleh dengan cepat. Uji aktivitas antioksidan dengan metode FRAP dapat dimonitoring dengan pengukuran serapan senyawa kompleks Fe2+ yang terbentuk dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum (Measaroh dkk.,2018). Peningkatan nilai absorbansi menunjukkan besarnya aktivitas antioksidan dari sampel yang diuji antioksidannya (Tahir dkk.,2016).

Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari spectrometer yang berfungsi untuk menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang tertentu dan fotometer yang berfungsi untuk mengukurnya.

Spektrofotometer UV-Vis merupakan jenis spektrofotometer yang menggunakan dua sumber cahaya berbeda dan merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible. Spektrofotometer UV-Vis paling banyak tersedia dan paling sering digunakan karena metode ini dapat digunakan baik untuk sampel berwarna dan sampel tidak berwarna (Nazar,2018).

(29)

13 B. Landasan teori

Terdapat berbagai senyawa yang dapat mencegah dampak radikal bebas, salah satu senyawa tersebut adalah antioksidan. Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan tanaman yang memiliki berbagai manfaat, baik sebagai bahan makanan dan juga sebagai bahan pembuatan obat tradisional.

Terdapat berbagai penelitian yang telah membuktikan manfaat kunyit dibidang kesehatan. Senyawa yang terdapat didalam kunyit yaitu kurkumin dipercaya dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan karena dapat menangkap radikal hidroksil yang merupakan salah satu bentuk dari radikal bebas. Proses tersebut dapat membantu melindungi tubuh dari dampak negatif radikal bebas. Hal tersebut karena antioksidan dapat mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan dapat dihambat. Metode FRAP dapat digunakan untuk mengukur kemampuan antioksidan dalam mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+, dengan peningkatan nilai absorbansi menunjukkan besarnya aktivitas antioksidan dari sampel.

Absorbansi diukur dengan spektrofotometer UV-Vis.

Pernyataan pada paragraf pertama terkait manfaat kunyit dapat dibuktikan dari penelitian yang dilakukan oleh Kusbiantoro dan Purwaningrum (2018) yang menyimpulkan bahwa kunyit berkhasiat sebagai obat karena mengandung kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin dan senyawa lainnya yang bermanfaat sebagai antioksidan dan antikanker. Kurkumin memiliki aktivitas antioksidan yang efektif dan kuat (Shan & Iskandar,2018). Sejalan dengan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian yang dilakukan oleh Triyono dkk (2018) dengan judul “Antioxidant Activity of Ethanol Extract of Tumeric Rhizome (Curcuma domestica Val.), Trengguli Bark (Cassia fistula L), and Its Combination with DPPH Method” menyatakan bahwa rimpang kunyit mengandung senyawa yang bersifat antioksidan. Penelitian-penelitian tersebut menjadi landasan hipotesis adanya Aktivitas Antioksidan Rimpang

(30)

14 Kunyit (Curcuma domestica Val.) Diuji Dengan Metode Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP)

C. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori di atas dapat dihipotesiskan bahwa Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) memiliki aktivitas antioksidan diuji dengan metode Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP)

(31)

15 METODE PENELITIAN

A. Jenis Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen skala laboratorium dengan menggunakan metode Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP) untuk menguji aktivitas antioksidan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) dilakukan di Fakultas Farmasi Universitas Ssanata Dharma Yogyakarta.

B. Variabel Penelitian

• Variabel Bebas: Konsentrasi ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.)

• Variabel Tergantung: Aktivitas antioksidan yang dilihat dari nilai absorbansi

• Variabel Pengacau Terkendali: Waktu panen, tempat pengambilan sampel, suhu inkubasi, dan metode ekstraksi

• Variabel Pengacau Tak terkendali: lingkungan tempat tumbuh, dan stabilitas bahan dalam pelarut.

C. Definisi Operasional

a) Ekstrak etanol rimpang kunyit adalah hasil ekstrak dari rimpang kunyit yang berbentuk kental dan telah mengalami proses ekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96%.

b) Metode FRAP: adalah metode yang digunakan untuk menguji antioksidan dalam tumbuh-tumbuhan

c) Aktivitas antioksidan: adalah kapasitas total antioksidan untuk menghambat radikal bebas di dalam sel dan makanan

d) Reactive oxygen species (ROS): Molekul yang bersifat reaktif dan radikal bebas yang berasal dari molekuler oksigen

(32)

16 e) Maserasi : Merupakan proses perendaman sampel menggunakan pelarut

organik pada temperatur ruangan

D. Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.). Kunyit yang akan digunakan berasal dari Pasar Maguwohardjo, Depok, Sleman. Bahan kimia yang digunakan antara lain etanol 96%, dapar fosfat (0,2 M pH 6,6), larutan TCA, FeCl3,ekstrak kunyit, larutan kalium ferrisianida 1%, Vitamin C dan aquades,

E. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas, timbangan analitik, tabung pipet volum, pipet ukur, pisau, kertas saring,erlenmeyer,pH meter, tabung reaksi, tabung sentrifugasi, labu ukur, oven, blender, spektrofotometer UV-Vis

F. Determinasi Tanaman

Dilakukan determinasi untuk memastikan bahwa tanaman yang digunakan untuk penelitian benar-benar menggunakan tanaman rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.). Determinasi rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) dilakukan di Bagian Biologi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan cara membandingkan ciri dan sifat tanaman dengan buku Flora of Java.

(33)

17 G. Tata Cara Penelitian

1. Preparasi sampel

Sampel rimpang kunyit yang digunakan berupa sampel segar yang diambil dari tumbuhan kunyit (Curcuma domestica Val.) tersebut. Rimpang kunyit dipilih yang tidak berjamur, tidak kering, tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Kunyit yang sudah dipilih dibersihkan dari kotoran seperti tanah kemudian diiris kecil-kecil dan dikeringkan menggunakan oven pada suhu 40-500C selama 40 jam. Proses pengeringan dianggap selesai apabila saat diremas dengan tangan bahan dapat dengan mudah patah. Kunyit yang telah melalui proses pengeringan kemudian disortasi kering untuk memisahkan kunyit dari pengotornya. Setelah proses sortasi selesai, kunyit yang telah kering dapat dihaluskan dengan menggunakan blender, dan diayak menggunakan ayakan nomor 60 mesh agar mendapatkan serbuk yang lebih halus. Serbuk yang diperoleh dapat diekstraksi (Wahyuningtyas dkk.,2017).

2. Maserasi

Pembuatan ekstrak kunyit menggunakan metode maserasi. Serbuk kunyit yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak 50 g, kemudian dilarutkan dengan pelarut etanol 96% sebanyak 250 ml, dan dimasukkan ke dalam erlenmayer 500 ml. Campuran serbuk kunyit dengan pelarut etanol 96%

kemudian diaduk selama 5 menit dan dimaserasi selama 48 jam. Setelah 48 jam larutan disaring menggunakan kertas whatman no 42 untuk memisahkan ampas dan filtratnya. Ampas kemudian diremaserasi lagi selama 24 jam. Setelah 24 jam larutan disaring menggunakan kertas whatman no 42 untuk memisahkan ampas dan filtratnya. Filtrat yang didapat kemudian dievaporasi menggunakan rotary vakum evaporator hingga didapatkan ekstrak kental (Wahyuningtyas dkk.,2017).

3. Penyiapan pada sampel ekstrak etanolik

(34)

18 Ekstrak etanol ditimbang dengan 3 replikasi yaitu masing-masing 5 mg.

Masing-masing ekstrak dilarutkan dengan etanol 96% sebanyak 5 mL.

kemudian dihomogenkan.

4. Penyiapan larutan kurva baku

Dibuat larutan stok 1000 ppm dengan melarutkan 25 mg asam askorbat yang dilarutkan dengan etanol 96% hingga batas labu ukur 25 mL.

Selanjutnya dari larutan stok 1000 ppm diambil masing-masing 0,6; 0,7;

0,8; 0,9; dan 1,0 mL dan ditempatkan dalam labu ukur 10 mL yang berbeda dan diencerkan dengan etanol 96% hingga 10 mL dan dihomogenkan.

Konsentrasi larutan standar 1000 ppm asam askorbat yakni 60, 70, 80, 90, 100 ppm (Maryam dkk.,2015).

5. Penyiapan pada larutan

a. Larutan Dapar Fosfat 0,2 M pH 6,6

Disiapkan larutan dengan menimbang 2 gram NaOH dan dilarutkan dengan aquades bebas CO2 hingga tepat 250 mL dalam labu takar.

Kemudian sebanyak 6,8 gram KH2PO4 yang dilarutkan dengan aquades bebas CO2 250 mL dalam labu takar. Kemudian dipipet sebanyak 16,4 mL NaOH dimasukkan dalam labu takar dan dicampurkan 50 mL KH2PO4, selanjutnya diukur sampai pH 6,6 dan dicukupkan dengan aquades bebas CO2 hingga 200 mL

b. Larutan Kalium Ferrisianida 1%

Disiapkan larutan dengan melarutkan 1 gram kalium ferrisianida dalam aquades dan diencerkan dalam labu takar 100 mL.

c. Larutan FeCl3 0,1%

Disiapkan larutan dengan melarutkan 0,1 gram FeCl3 dalam aquades dan diencerkan dalam labu takar 100 mL.

d. Larutan asam trikloroasetat (TCA) 10%

(35)

19 Disiapkan larutan dengan melarutkan 10 gram TCA dalam aquades dan diencerkan dalam labu takar 100 mL

(Maryam dkk.,2015)

6. Aktivitas Antioksidan dengan Metode FRAP

Dilarutkan sebanyak 5 mg ekstrak dalam 5 mL etanol 96%, lalu di pipet 1 mL, ditambahkan 1 mL dapar fosfat 0,2 M (pH 6.6) dan 1 mL K3Fe(CN)6 1% setelah itu, diinkubasi selama 20 menit dengan suhu 50°C. Setelah diinkubasi ditambahkan 1 mL TCA lalu disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Setelah disentrifuge di pipet 1 mL lapisan bagian atas ke dalam tabung reaksi, dan ditambahkan 1 mL aquades dan 0,5 mL FeCl3 0,1%. Larutan didiamkan selama 10 menit dan diukur absorbansinya pada kisaran panjang gelombang 300-600 nm. Sebagai blangko digunakan etanol 96%. Kurva kalibrasi dibuat menggunakan larutan asam askorbat dengan berbagai konsentrasi (Maryam dkk.,2015) 7. Analisis data

Analisis data dilakukan pada panjang gelombang maksimum pada spektrofotometer UV-Vis sehingga didapatkan nilai berupa absorbansi.

Setelah didapatkan nilai absorbansi maksimum, sampel kemudian dihitung total antioksidan dengan cara dimasukkan dalam regresi kurva standar dengan persamaan linier :

Y = bx+a

Penentuan aktivitas antioksidan:

𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑛𝑡𝑖𝑜𝑘𝑠𝑖𝑑𝑎𝑛 =konsentrasi sampel x Volume sampel

𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 𝑓𝑝

(36)

20 HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi

Determinasi tumbuhan dilakukan dengan tujuan menghindari kesalahan pemilihan jenis tumbuhan yang digunakan dalam penelitian dan untuk memastikan kebenaran taksonomi dari suatu tumbuhan berdasarkan struktur tumbuhan yang dilakukan sespesifik mungkin dan tepat sasaran karena tumbuhan mempunyai kemiripan varietas yang terkadang membingungkan untuk berbagai penelitian. Determinasi rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) dilakukan di Bagian Biologi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Hasil determinasi menunjukkan bahwa rimpang kunyit yang digunakan dalam penelitian ini adalah benar tanaman kunyit dengan nama ilmiah Curcuma domestica Val (Lampiran 1).

B. Hasil pengumpulan Bahan

Bahan yang diperlukan adalah rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.). Rimpang kunyit diperoleh dari tanaman kunyit yang berada di lokasi LPUBTN Jl. Pelda Sugiono Dukuh, RT.03?RW.21, Niron, Pandowoharjo, Kec.

Sleman, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewah Yogyakarta. Waktu pemanenenan dilakukan pukul 09.00 pagi tanggal 09 Maret 2021.

Gambar 1. Curcuma domestica Val.

(37)

21 Rimpang kunyit dipilih yang tidak berjamur, tidak kering, tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Pemanenan dilakukan pada pagi hari untuk memperoleh kandungan metabolit sekunder yang maksimal, sebab jika dilakukan pada siang hari atau sore hari metabolit sekunder yang berperan sebagai antioksidan kemungkinan akan berkurang ketika sudah terpapar sinar UV dari matahari.

C. Preparasi sampel

Setelah proses pemanenan, dilakukan sortasi basah dengan cara dicuci menggunakan air bersih untuk memisahkan rimpang kunyit dari pengotor- pengotor seperti tanah atau batu-batuan kecil yang menempel pada rimpang kunyit. Rimpang kunyit kemudian diiris tipis-tipis untuk mempercepat proses pengeringan. Rimpang kunyit yang telah diiris tipis-tipis dikeringkan menggunakan oven selama 3 hari. Tujuan dari pengeringan untuk meminimalkan kandungan air di dalam simplisia sehingga tidak ditumbuhi bakteri atau jamur. Proses pengeringan dihentikan apabila saat diremas dengan tangan bahan dapat dengan mudah patah.

Kunyit yang telah melewati proses pengeringan disortasi kering untuk memisahkan lagi pengotor yang tercampur setelah pengeringan. Setelah proses sortasi selesai, kunyit yang telah kering dapat dihaluskan dengan menggunakan blender dan diayak menggunakan ayakan nomor 50 mesh hingga didapatkan serbuk simplisia rimpang kunyit. Proses penghalusan simplisia rimpang kunyit menjadi serbuk untuk memperkecil ukuran partikel sehingga memperbesar luas permukaan serbuk yang dapat membuat proses ekstraksi menjadi maksimal karena luas area kontak antara simplisia dan larutan penyari menjadi lebih besar. Pengayakan yang dilakukan bertujuan untuk menghomogenkan ukuran partikel (Sapri, dkk.,2014) (Lamiran 2).

(38)

22 D. Maserasi

Dalam penelitian ini, metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dan remaserasi. Sebanyak 50 gram serbuk simplisia Kunyit (Curcuma domestica Val.) yang telah diayak menggunakan ayakan nomor 50 mesh dimaserasi dengan pelarut etanol 96% sebanyak 250 ml. Kurkumin memiliki kelarutan yang tinggi di dalam etanol sehingga menyebabkan kurkumin dapat terekstrak dengan baik pada pelarut etanol (Wahyuningtyas, kk.,2017).

Maserasi dibantu menggunakan alat shaker yang bertujuan untuk meningkatkan kelarutan dan mengoptimalkan proses maserasi. Proses maserasi rimpang kunyit dilakukan selama 48 jam di atas shaker sambil sesekali diaduk. Maserasi dilakukan pada suhu ruangan yang terlindung dari cahaya sehingga pada erlenmayer dibungkus dengan alumunium foil. Hasil maserasi kemudian disaring dengan menggunakan corong yang telah dilapisi kertas saring sehingga didapatkan filtrat dan ampas. Ampas yang sudah didapat diremasersi lagi selama 24 jam. Hasil akhir filtrat yang didapatkan kemudian diuapkan dengan alat rotary evaporator untuk menghilangkan pelarut etanol 96% yang digunakan. Didapatkan ekstrak kental sebesar 15,94 gram.

Penguapan menggunakan rotary evaporator dikarenakan alat ini mampu menguapkan pelarut di bawah titik didih agar senyawa yang terkandung dalam ekstrak tidak mengalami kerusakan oleh suhu yang tinggi. Penguapan menggunakan rotary evaporator dilakukan sampai didapatkan ekstrak kental berwarna kuning kehitaman kemudian dilakukan perhitungan bobot tetap dari ekstrak yang didapatkan (Lampiran 2). Menurut Farmakope Indonesia, bobot tetap adalah bobot yang telah mengalami penimbangan dua kali berturut-turut tidak mengalami perubahan lebih dari 0,5 mg tiap gram sisa yang ditimbang.

Didapatkan bobot tetap ekstrak sebesar 76,48 gram (Lampiran 3).

Proses ekstraksi dilakukan bertujuan untuk mengambil senyawa kimia yang terkandung dalam sampel (Aminah, dkk.,2017). Maserasi merupakan metode ekstraksi dengan proses perendaman bahan menggunakan pelarut yang

(39)

23 sesuai dengan senyawa aktif yang akan diambil dengan pemanasan rendah atau tanpa adanya proses pemanasan (Chairunnisa, dkk.,2019). Menurut Hasrianti, dkk.,2016 Maserasi merupakan suatu proses perendaman sampel pelarut organik pada temperatur ruangan. Alasan penggunaan metode tersebut adalah perlakuannya lebih sederhana karena tidak membutuhkan peralatan yang mahal, kandungan kimia dalam simplisia yang akan ditarik aman karena tidak menggunakan pemanasan (Ningsih, kk.,2020).

Proses maserasi sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding sel akibat adanya perbedaan tekanan di dalam dan di luar sel sehingga metabolit sekunder yang terdapat di dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik dan ekstrak senyawa akan sempurnah karena dapat diatur lama perendaman yang dilakukan (Hasrianti, dkk.,2016 ). Proses remaserasi dilakukan untuk mengoptimalkan rendemen ekstrak yang diperoleh.

Pelarut yang digunakan pada penelitian ini yaitu pelarut etanol 96%.

Pelarut etanol 96% merupakan salah satu pelarut yang dapat menarik semua senyawa yang bersifat polar,semi polar, dan nonpolar dan juga kandungan airnya hanya sedikit. Hal tersebut dapat mempercepat proses penguapan (Suharsanti, dkk.,2020). Etanol 96% juga digunakan karena presentase air sedikit yaitu sebanyak 4% dan etanol sebanyak 96% dapat mengurangi kontaminasi atau pertumbuhan mikroorganisme didalam ekstrak (Cobra,dkk.,2019). Menurut Aminah,dkk.,2017 etanol memiliki kelebihan dalam hal penyarian jika dibandingkan dengan metanol dan air. Pelarut etanol mampu mengengstrak senyawa kimia lebih banyak dibandingkan dengan penyari lain seperti metanol dan air.

(40)

24 E. Penyiapan larutan kurva baku

Larutan kurva baku dibuat menggunakan asam askorbat (vitamin C).

Alasan penggunaan vitamin C pada penelitian ini karena vitamin C memiliki antioksidan sehingga dapat dibandingkan dengan kunyit. Vitamin C merupakan senyawa reduktor terbanyak di tubuh dan merupakan antioksidan yang paling dominan dikulit (Ardhie,2011). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lung

& Destiani (2017) Vitamin C mempunyai aktivitas aktivitas antioksidan yang paling kuat dibandingkan dengan vitamin A dan vitamin E.

Kurva baku adalah kurva yang diperoleh dengan memplotkan nilai absorbansi dengan konsentrasi larutan standar yang bervariasi menggunakan panjang gelombang maksimum. Kurva baku merupakan hubungan antara absorbansi dan konsentrasi. Bila hukum Lambert-beer terpenuhi maka kurva kalibrasi berupa garis lurus. Pembuatan kurva baku menggunakan persamaan garis yang diperoleh dari metode kuadrat terkecil yaitu y = bx + a, dari persamaan ini akan menghasilkan nilai koefisien korelasi (r). Nilai koefisien korelasi yang memenuhi persyaratan adalah lebih dari 0,9770 (Tulandi, dkk.,2015). Sebanyak 25 mg asam askorbat (vitamin C) dilarutkan menggunakan Asam Oksalat kedalam labu ukur 25 mL. Dari larutan tersebut dibuat 5 konsentrasi yaitu 0,6; 0,7; 0,8; 0,9; dan 1,0 mL dan ditempatkan dalam labu ukur 10 mL yang berbeda dan diencerkan dengan asam oksalat hingga batas labu ukur 10 mL. Konsentrasi larutan standar 1000 ppm asam askorbat yakni 60, 70, 80, 90, 100 ppm. Didapatkan kurva baku dan nilai absorbansi sebagai berikut (Lampiran 4).

Tabel 1. Nilai Absorbansi Vitamin C

Konsentrasi Absorbansi

Konsentrasi 0,6 ppm 0,033 Konsentrasi 0,7 ppm 0,033 Konsentrasi 0,8 ppm 0,033

(41)

25 Konsentrasi 0,9 ppm 0,035

Konsentrasi 1,0 ppm 0,039

Berdasarkan nilai absorbansi, didapatkan persamaan Y = 0,0014x + 0,0304, dengan nilai koefisien determinasi R2 = 0,7206 (Lampiran 5). Nilai koefisien korelasi yang didapatkan berada di bawah nilai teoritis (r = 0,9770), di mana nilai r yang didapat adalah 0,8488. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan vitamin C dalam konsentrasi absorbansi berkolerasi positif tetapi nilai korelasinya di bawah nilai korelasi teoritis. Hal ini dapat menyebabkan kurva standar yang diperoleh tidak terlalu akurat dalam menentukan konsentrasi.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Putri & Setiawan,2015 kandungan vitamin C akan rusak karena proses oksidasi oleh udara luar, pemanasan, dan lama penyimpanan. Oleh karena itu penyimpanan vitamin C harus diperhatikan, sebaiknya menghindari penyimpanan pada udara terbuka dan tempat yang terpapar cahaya atau panas terlalu lama.

F. Aktivitas antioksidan dengan metode FRAP

Antioksidan dari kunyit (Curcuma domestica Val.) diuji menggunakan metode FRAP. Metode FRAP ini cukup sederhana, ekonomis dan dapat diterapkan pada plasma dan ekstrak tumbuhan (PANDA,2012). Penetapan antioksidan menggunakan metode FRAP pada prinsipnya dapat berjalan dengan baik jika dilakukan pada senyawa antioksidan yang dapat mereduksi Fe3+menjadi Fe2+ (Setiawan dkk.,2018). Menurut Xiao dkk.,2020 Uji FRAP bergantung pada kemampuan senyawa antioksidan untuk mereduksi Fe3+

menjadi Fe2+ di mana pengikatan tersebut akan akan menghasilkan warna biru melalui reaksi yang ditunjukkan pada gambar 2. Pengukuran absorbansi dapat dilakukan pada panjang gelombang 593 nm untuk menguji jumlah besi yang tereduksi dan dapat dikorelasikan dengan jumlah antioksidan.

(42)

26 Gambar 2. Reaksi pembentukan warna biru

(Xiao dkk.,2020) Proses pengukuran absorbansi kunyit diawali dengan menimbang ekstrak kental sebanyak 3 replikasi yaitu masing-masing 5 mg ekstrak dan dilarutkan dalam 5 ml etanol 96%. Langkah selanjutnya mencampurkan 5 mL ekstrak yang telah dibuat sebelumnya dengan 1 mL larutan dapar fosfat.

Larutan dapar fospat dibuat dengan melakukan penimbangan 2 g NaOH dan 6,8 g KH2PO4 kemudian masing-masing dilarutkan dengan aquades bebas CO2

dalam labu takar 250 mL yang berbeda. Setelah itu dipipet sebanyak 16,4 mL NaOH dan 50 mL KH2PO4 dimasukkan dalam labu takar 200 mL. Dilakukan pengukuran pH sampai pH 6 kemudian labu takar 200 mL dicukupkan dengan aquadest bebas CO2, terbentuklah larutan dapar fosfat 0,2 M. Kurkumin pada pH diatas 7,2 akan menyebabkan senyawa tersebut terdegradasi, sehingga warna kurkumin akan lebih condong berwarna merah dan mudah larut.

Kecepatan degradasi akan meningkat seiring meningkatnya pH. Kurkumin sensitif terhadap cahaya yang akan menyebabkan stabilitas kurkumin menurun.

Cara untuk meningkatkan stabilitas kurkumin terhadap cahaya dapat dilakukan dengan penambahan asam (Mardiah,dkk.,2018)

Larutan ekstrak yang telah ditambahkan dapar fosfat selanjutnya ditambahkan lagi 1 mL larutan K3Fe(CN)6, larutan K3Fe(CN)6 1% dibuat dengan cara melakukan penimbangan 1 g kalium ferrisianida kemudian diencerkan dalam labu takar 100 mL menggunakan aquades, terbentuklah larutan K3Fe(CN)6 1%. Setelah penambahan dapar fosfat dan K3Fe(CN)6 1%,

(43)

27 larutan kemudian diinkubasi selama 20 menit pada suhu 50°C dan didapatkan hasil larutan yang sangat keruh (tidak jernih). Waktu inkubasi selama 20 menit dilakukan untuk memastikan reaksi pembentukan kompleks berlangsung dan untuk meminimalisasi pengaruh perbedaan waktu dalam penambahan larutan (Jatmika dkk.,2015).

Larutan yang telah diinkubasi kemudian ditambahkan TCA 10% yang dibuat dengan cara melakukan penimbangan 10 g TCA kemudian dilarutkan menggunakan aquades dan diencerkan dalam labu takar 100 mL, terbentuklah larutan TCA 10%. Sampel yang telah diinkubasi dan ditambahkan larutan TCA kemudian disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm, dan didapatkan hasil larutan yang sangat jernih dengan adanya endapan didasar tabung sentrifugasi. Penambahan TCA bertujuan untuk melarutkan kompleks kalium ferrosianida mengendap (Maryam dkk.,2015). Setelah dilakukan proses sentrifugasi, dipipet 1 mL lapisan bagian atas lalu ditambahkan aquades dan FeCl3 0,1%.

Larutan FeCl3 dibuat dengan cara melakukan penimbangan 0,1 g FeCl3 kemudian dilarutkan menggunakan aquades dan diencerkan di dalam labu takar 100 mL, terbentuklah larutan FeCl3 0,1%. Setelah penambahan FeCl3 larutan yang terbentuk berwarna hijau kebiruan (Lmpiran 6). Penambahan FeCl3 bertujuan untuk membentuk kompleks berwarna hijau sampai biru (Maryam dkk.,2015). Semakin tinggi intensitas warna biru yang terbentuk menunjukkan potensi antioksidan yang semakin tinggi (Jatmika dkk.,2015). Larutan tersebut kemudian dibiarkan selama 10 menit dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 593 nm dengan etanol 96% sebagai blanko (Lampiran 7). Hasil pengukuran absorbansi yang didapatkan adalah sebagai berikut:

(44)

28 Tabel 2. Nilai Absorbansi Sampel

Replikasi Absorbansi Replikasi 1 0,364

Replikasi 2 0,360 Replikasi 3 0,365

Menurut Jatmika dkk.,2015 semakin tinggi absorbansi yang terukur maka semakin tinggi kemampuan reduksinya. Daya reduksi merupakan indikator potensi suatu senyawa antioksidan (Maryam dkk.,2015). Daya reduksi dalam hal ini diukur dari kemampuan suatu antioksidan untuk mengubah Fe3+ menjadi Fe2+. Senyawa yang mempunyai daya reduksi kemungkinan dapat berperan sebagai antioksidan karena dapat menstabilkan radikal dengan mendonorkan elektron atau atom hidrogen sehingga senyawa radikal berubah menjadi lebih stabil (Pardede, dkk.,2018)

Radikal bebas atau sering disebut senyawa oksigen reaktif (reactive oxygen species/ROS) adalah sebuah molekul atau atom yang mempunyai elektron tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Radikal bebas mempunyai reaktivitas yang tinggi dan bersifat tidak stabil, sehingga dapat merebut elektron dari molekul lain dalam upaya mendapatkan pasangan elektronnya. Jika tidak diinaktivasi, reaksi radikal bebas dapat menimbulkan perubahan kimiawi dan merusak makromolekul seperti karbohidrat, proteiin, dan lipid (Astuti,2008).

Berdasarkan penelusuran pustaka, diketahui bahwa antioksidan memiliki berbagai manfaat di antaranya mencegah proses penuaan dan penyekit degeneratif. Antioksidan dapat melawan radikal bebas yang didapat dari hasil metabolisme tubuh, polusi udara, cemaran makanan, sinar matahari dan sebagainya. Berbagai tanaman dan obat-obat sintesis juga bersifat sebagai antioksidan, seperti kunyit (Curcuma domestica Val.) dan vitamin C (Werdhasari,2014). Menurut Triyono,2018 Antioksidan memiliki kemampuan

(45)

29 untuk itu menetralkan radikal bebas tanpa ikut menjadi radikal bebas itu sendiri.

Saat antioksidan menetralkan radikal bebas dengan menerima atau menyumbangkan elektron, mereka tidak akan berubah menjadi radikal bebas dan tetap stabil. Kunyit memiliki kandungan senyawa aktif seperti kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin, dimetoksikurkumin, dan Bis-dimetoksikurkumin.

Hasil uji fitokimia terhadap ekstrak rimpang kunyit menunjukkan bahwa rimpang kunyit mengandung golongan senyawa Flavonoid, tanin, dan polifenol (Lampiran 8). Hasil uji flavonoid dengan pereaksi Mg dan HCl menunjukkan hasil positif yang ditandai dengan terdapat buih dengan intensitas banyak terbentuknya warna jingga. Uji tanin dengan pereaksi FeCl3 menunjukkan hasil positif dengan terbentuknya warna kehitaman. Uji polifenol dengan penambahan NaCl dan garam galatin menunjukkan hasil positif yang ditandai dengan adanya endapan yang timbul di dasar tabung reaksi. Kurkumin merupakan senyawa aktif golongan polifenol yang ditemukan pada kunyit (Suharsanti,2020). Kurkumin dapat berfungsi sebagai antioksidan yang kuat (menangkap radikal-radikal bebas yang berbahaya bagi sel tubuh).

G. Hasil Analisis Data

Analisis data pada penilitian ini menggunakan nilai absorbansi yang diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 593 nm. Spektrofotometri UV-vis dapat digunakan untuk informasi analisis kuantitatif maupun analisis kualitatif. Analisis kualitatif dapat digunakan untuk mengidentifikasi kualitas obat dan metabolitnya. Dalam analisis kuantitatif data yang dihasilkan spektrofotometer UV-Vis berupa panjang gelombang maksimal, intensitas, efek pH dan pelarut. Sedangkan dalam analisis kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan (larutan sampel) dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya (Putri & Setiawan,2015).

(46)

30 Tabel 3. Hasil Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak rimpang

Kunyit (Curcuma domestica Val) Replikasi Berat

Sampel (gram)

Absorbansi Sampel

Aktivitas Antioksidan (mgAAE/g Ekstrak)

Rata-rata aktivitas antioksidan

(mgAAE/g Ekstrak)

1 0,05 0,364 238

2 0,05 0,360 235 237

3 0,05 0,365 239

Penentuan kandungan total aktivitas antioksidan ekstrak kunyit yang dilakukan pada panjang gelombang 593 nm didapatkan nilai berupa absorbansi.

Nilai absorbansi replikasi I sebesar 0,364; replikasi II sebesar 0,360: dan replikasi III sebesar 0,365. Setelah didapatkan nilai absorbansi, sampel kemudian dihitung total antioksidan dengan cara memasukkan nilai absorbansi ke dalam persamaan regresi kurva baku vitamin C dengan Y = 0,0014x + 0,0304, dan nilai koefisien korelasi r = 0,8488 yang digunakan untuk penentuan aktivitas antioksidan ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.).

Hasil yang didapatkan kemudian dihitung lagi menggunakan rumus penentuan nilai FRAP yang dinyatakan dalam mg/g bahan equivalen asam askorbat (AAE) (Pardede,dkk.,2018). Nilai aktivitas antioksidan ekstrak kunyit replikasi 1 sebesar 238 mgAAE/g Ekstrak, replikasi 2 sebesar 235 mgAAE/g Ekstrak, dan replikasi 3 sebesar 239 mgAAE/g Ekstrak dan dihitung nilai rata- rata dari ketiga replikasi tersebut. Pada penentuan aktivitas antioksidan ekstrak etanol kunyit (Curcuma domestica Val.) dibuat tiga replikasi agar diperoleh data yang akurat. Nilai FRAP dinyatakan dalam mg equivalen setara dengan asam askorbat/g ekstrak (AAE) (Raharjo & Haryoto, 2019). AAE merupakan

(47)

31 acuan umum untuk mengukur jumlah vitamin C yang terkandung dalam suatu bahan (Pardede,dkk.,2018).

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh aktivitas antioksidan kunyit (Curcuma domestica Val.) sebesar 237 mgAAE/g ekstrak, artinya dalam setiap gram ekstrak setara dengan 237 mg asam askorbat.

Vitamin C digunakan sebagai pembanding karena berfungsi sebagai antioksidan sekunder yaitu menangkap radikal bebas dan mencegah terjadinya reaksi berantai. Hal tersebut dikarenakan vitamin C mempunyai gugus hidroksi bebas yang bertindak sebagai penangkap radikal bebas (Maryam dkk.,2015).

Bahan dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat apabila memiliki nilai kapasitas antioksidan lebih dari 500 mgAAE/g, kuat apabila memiliki nilai kapasitas antioksidan antara 100-500 mgAAE/g, medium apabila nilai kapasitas antioksidan antara 10-100 mgAAE/g, dan lemah apabila memiliki nilai kapasitas kurang dari 10 mgAAE/g (Fihtriani, dkk.,2015). Aktivitas antioksidan kunyit (Curcuma domestica Val.) sebesar 237 mgAAE/g ekstrak sehingga dapat digolongkan sebagai antioksidan kuat karena berada pada rentang 100-500 mgAAE/g.

(48)

32 KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini , maka dapat disimpulkan bahwa kunyit (Curcuma domestica Val.) memiliki aktivitas antioksidan diuji menggunakan metode FRAP. Aktivitas antioksidan kunyit (Curcuma domestica Val.) sebesar 237 mgQE/g Ekstrak, artinya dalam setiap gram ekstrak setara dengan 237 mg asam askorbat dan masuk dalam golongan antioksidan kuat. Kandungan senyawa kurkumin tanaman kunyit dapat bermanfaat sebagai antioksidan.

B. SARAN

Berdasarkan atas apa yang telah dilakukan penulis terkait dengan penelitian ini, terdapat beberapa saran agar lebih memaksimalkan hasil penelitian yang telah didapatkan

- Saran bagi peneliti selanjutnya sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang uji aktivitas antioksidan kunyit menggunakan metode lain seperti ABTS (2,2’ Azino bis (3-ethylbenthiazoline-6 sulfonic acid)) dan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrail).

- Melihat kelemahan dari penelitian ini yang mendapatkan nilai kurva baku Vitamin C berda dibawah nilai teoritis, disarankan untuk penelitian selanjutnya dapat melakukan penentuan kurva baku dengan lebih teliti agar mendapatkan hasil yang sesuai.

- Nilai absorbansi larutan standar yang di dapat terlalu kecil sehingga di sarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menaikkan konsentrasi larutannya

Gambar

Tabel I. Nilai Absorbansi Vitamin C  .......................................................................
Gambar 1.  Curcuma domestica Val.....................................................................
Gambar 1. Curcuma domestica Val.
Tabel 1. Nilai Absorbansi Vitamin C

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah penelitian ini adalah apakah pemberian ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.)

- untuk mengetahui efek antidiare ekstrak rimpang kunyit terhadap mencit Swiss Webster jantan dalam memperbaiki konsistensi feses menjadi lebih padat.. 1.4

4.2.1 Hasil Uji Anova efektivitas ekstrak rimpang kunyit ( Curcuma domestica Val.) dalam menghambat pertumbuhan jamur Penicillium

Pada gambar 3 menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak daun kunyit serta pelarut yang digunakan dalam ekstraksi sangat berpengaruh pada aktivitas penstabil oksigen singlet

Pemberian ekstrak etanol rimpang kunyit ( Curcuma domestica Val) dengan dosis bertingkat (P1, P2, P3) secara peroral pada mencit balb/c yang telah diinjeksi asam asetat

Penelitian pengaruh sitotoksik ekstrak total rimpang kunyit terhadap viabilitas sel kanker serviks belum dilakukan, karena itu tujuan utama penelitian ini adalah

Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian tentang pengaruh metode ekstraksi terhadap rimpang kunyit dan metode yang digunakan adalah maserasi dan sokletasi agar dapat

Fraksi Hasil Pemisahan dengan Kromatografi Kolom Ekstrak etanol kunyit yang pada awal diuji telah menunjukkan efektivitasnya terhadap pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa,