• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terkait definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, klasifikasi dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terkait definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, klasifikasi dan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

21 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Gagal Ginjal Kronik

Pada penelitian ini mengambil konsep gagal ginjal kronik dengan menjelaskan terkait definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, klasifikasi dan penatalaksanaan.

2.1.1 Definisi

Gagal ginjal terjadi ketika fungsi reguler ginjal tidak dapat mengangkut zat sisa metabolik dari tubuh. Zat yang biasanya dikeluarkan melalui urine menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan pengeluaran renal dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan metabolik, elektrolit, cairan serta asam-basa (Suprihatiningsih et al., 2018). Gagal ginjal merupakan ketidakmampuan ginjal melakukan filtrasi sisa metabolisme tubuh dan menjaga keseimbangan cairan elektrolit seperti kalium dan sodium di dalam darah dikarenakan fungsi ginjal mengalami penurunan (Rahmayani, 2020).

Gagal ginjal kronik (GGK) adalah penyakit progresif yang tidak dapat disembuhkan dan memiliki morbiditas dan mortalitas yang tinggi yang sering terjadi secara umum pada usia dewasa, terutama pada penderita diabetes dan tekanan darah tinggi. Pelestarian fungsi ginjal dapat meningkatkan hasil dan dapat dicapai melalui strategi non farmakologis (misalnya diet makan dan penyesuaian gaya hidup) dan intervensi farmakologis spesifik pada penyakit ginjal dan penyakit ginjal kronis (Kalantar-Zadeh et al., 2021). Gagal adalah gangguan pada ginjal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh tidak dapat melakukan metabolisme dan keseimbangan dan elektrolit (Pratama et al., 2020). Gagal ginjal kronik biasanya diatasi

(2)

22 dengan transplantasi ginjal, terapi hemodialisis, CAPD atau yang biasa disebut “cuci darah”. Transplantasi ginjal merupakan proses penggantian ginjal dengan ginjal baru yang berfungsi dengan baik dengan cara dicangkok, proses ini merupakan metode terbaik akan tetapi kesediaan yang terbatas karena memerlukan ginjal pengganti yang cocok biasanya dimiliki oleh ikatan keluarga. Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) merupakan terapi yang hampir mirip dengan hemodialisis namun prosesnya melalui rongga peritoneal beda dengan terapi hemodialisis menggunakan mesin dialiser (Pandiangan, 2021)

2.1.2 Etiologi

Penyebab terjadinya kerusakan pada ginjal biasanya disebabkan oleh gangguan prerenal, ginjal dan post renal. Kerusakan ginjal dapat terjadi pada pasien dengan kondisi seperti kencing manis, infeksi glomeruli, penyakit imun, tekanan darah tinggi, penyakit ginjal herediter, batu ginjal, keracunan, trauma ginjal, gangguan kongenital dan keganasan dapat mengalami kerusakan ginjal. Penyakit ini sering menyerang nefron, menyebabkan ginjal kehilangan kemampuannya untuk menyaring. Kerusakan nefron terjadi dengan cepat, terhadap dan pasien tidak merasakan terjadinya penurunan fungsi ginjal dalam waktu yang lama (Siregar et al., 2020). Gagal ginjal kronik diakibatkan oleh penyakit ginjal intrinsik difusi menahun. Kira-kira sebesar 60% gagal ginjal kronik diakibatkan oleh glomerulonefritis, tekanan darah esensial, dan pielonefritis. Merokok minuman suplemen berenergi juga merupakan faktor yang diduga penyebab gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik juga dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, riwayat penyakit seperti diabetes, tekanan darah serta penyakit metabolik yang dapat menurunkan fungsi ginjal. Penyalahgunaan obat OAINS dan analgetik baik secara bebas maupun dokter bisa menyebabkan gagal ginjal kronik(Purwati, 2018).

(3)

23 Faktor dari gagal ginjal kronik bisa usia karena semakin tua fungsi ginjal akan semakin menurun akan tetapi pada usia muda juga bisa mengalami gagal ginjal kronik karena pola hidup yang tidak sehat seperti mekokok, minuman keras, minuman berenergi dan obesitas (Harahap, 2018). Menurut National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases pada tahun 2021 gagal ginjal kronik terjadi lebih sering pada perempuan (14%) dibantingkan dengan laki-laki (12%). Usia mempengaruhi tingkat gagal ginjal, umumnya orang yang berusia 65 tahun atau lebih tua (38%), diikuti dengan orang yang berusia 45 tahun hingga 64 tahun ( 12%) dan orang yang berusia 18 tahun hingga 44 tahun (6%) (NIDDK, 2021).

2.1.3 Epinomologi

Menurut United States Renal Data System (USRDS) 2018 mengatakan di Amerika Serikat penderita GGK sebanyak 2.242 juta populasi (Johansen et al., 2021). Indonesia diperkirakan oleh WHO akan terjadi peningkatan penderita gagal ginjal kronik pada tahun 1995-2025 sebesar 41,4% (Rahayu, Fernandoz, et al., 2018). Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia menyatakan penderita GGK sekitar 50 orang per satu juta penduduk (PERNEFRI, 2011). Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa GGK mengalami peningkatan dari tahun 2013 ke tahun 2018 yaitu dari 2,0% menjadi 3,8%, peningkatan mencapai 713.783 populasi. Populasi yang menderita gagal ginjal kronik 2018 sejumlah 355.726 (Rikesdas, 2018).

(4)

24

Gambar 2. 1 Epinomologi

2.1.4 Patofisiologi

Awal terjadinya gagal ginjal dikarenakan menurunya jumlah glomerulus yang berfungsi. Akibat dari menurunnya glomerulus menyebabkan penurunan klirens substansi dalam darah yang awalnya dibersihkan oleh ginjal. Pada tahap selanjutnya ginjal tidak mampu untuk mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal sehingga ginjal tidak dapat merespon perubahan cairan dan elektrolit sehari-hari. Jika terjadi oliguria bersamaan dengan gagal ginjal maka bisa mempertahankan cairan dan natrium. Peningkatan beban sirkulasi yang berlebihan diakibatkan retensi natrium dan air sehingga terjadi edema, gagal jantung kongestif dan hipertensi. Singkatnya patofisiologi dari gagal ginjal kronik dikarenakan menurunnya fungsi ginjal untuk melakukan metabolisme protein yang normalnya dikeluarkan melalui urin akan tetapi terjadi penimbunan dalam darah. Akibat penumpukan zat sisa dalam darah maka terjadi uremia dan gejala semakin berat (Isroin, 2016).

Gagal ginjal kronik dengan perjalanan yang sangat beragam sehingga terjadi perkembangan selama periode bulanan hingga tahunan. Tahapan awal terjadi gagal ginjal sering dikenal dengan penurunan cadangan ginjal karena nefron yang hilang.

(5)

25 LFG akan sedikit menurun dan akan disertai BUN pada pasien asimtomatik akan tetapi kadar kreatin serum normal. Perkembangan penyakit semakin meningkat dan kadar LFG semakin menurun maka tekanan darah tinggi dan beberapa insufisiensi ginjal dapat muncul. Selanjutnya ginjal pada tahap ini (misalnya infeksi, dehidrasi, atau obstruksi saluran kemih) dapat menurunkan fungsi ginjal sehingga memicu gagal ginjal lebih lanjut. Kadar BUN dan serum kreatin naik secara drastis sehingga pasien menjadi oliguria dan manifestasi uremia muncul. Gagal ginjal kronik tahap akhir, LFG kurang dari 10% normalnya akan memerlukan terapi pengganti ginjal untuk mempertahankan hidup (Purwanto Hadi, 2016).

2.1.5 Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala terjadinya gagal ginjal yang terjadi pada pasien penderita secara akut antara lain: mata bengkak, kaki bengkak, nyeri pinggang hebat, buang air kecil nyerit, demam, urin sedikit, urin merah/darah, sering buang air kecil. Kelainan urine: protein, darah/eritrosit, sel darah putih/ leukosit, bakteri. Kemungkinan kerusakan ginjal yang paling sering dikenali melalui uji ureum (batas normal 20-40 mg/dl) dan kreatinin (batas normal 0.5-1.5 mg/dl). Penderita pra dan gagal ginjal akan memiliki kadar ureum dan kreatinin yang tinggi. Seseorang yang menderita gagal ginjal sering mengalami asam urat. Batas normal asam urat adalah 3-6 mg/dl. Tanda dan gejala yang dapat terjadi akibat gagal ginjal kronik seperti: kelemahan, kurang berenergi, kehilangan nafsu makan, mual, muntah, bengkak, buang air kencing berkurang, gatal- gatal, sesak nafas, dan kulit pucat. Kelainan urine: protein dan eritrosit. Kelainan lain pada pemeriksaan laboratorium: kreatinin darah meningkat, hemoglobin menurun, urin: protein selalu positif.(Hermawan Andreas, 2016). Pada sistem hematopoietik:

Anemia disebabkan eritropoietin yang menurun, trombositopenia disebabkan karena adanya pendarahan, trombositopenia menyebabkan ekimosis. Pada sistem

(6)

26 kardiovaskular: retensi natrium mengakibatkan hipervolomia, kelebihan cairan mengakibatkan tekanan darah tinggi dan hiperkalimia mengakibatkan takikardia. Pada sistem pernapasan terjadi sputum yang lengket, batuk disertai nyeri dan suhu tubuh meningkat (Dila & Panma, 2019).

2.1.6 Klasifikasi

Fungsi ginjal memegang peranan penting dalam tubuh manusia. Dengan kata lain, organ ini berperan penting sebagai sistem ekskresi (zat-zat sisa metabolism yang tidak berguna untuk tubuh dikeluarkan). Ada tiga parameter pengukuran untuk mengetahui kondisi ginjal yang sehat, yaitu ureum: kadar ureum normal yaitu 15-40 mg/dl, kritinien: kadar kreatinin yang sehat yaitu 0,1-1,1 mg/dl dan glomerular Filtration Rate (GFR) atau Laju Filtrasi Glomerulus (LFG): kadar GFR yang sehat yaitu yaitu 90-120 mL/min/1,73 m2(Irtawaty, 2017)

Menurut Isroin (2016) gagal ginjal kronik dapat dibagi menjadi lima stadium berdasarkan nilai Laju Filtrasi Glomerulus (LFG). Glomerulus adalah struktur di ginjal yang berfungsi melakukan penyaringannya, stadiumnya adalah sebagai berikut:

Tabel 2. 1 Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik

Stadium Deskripsi LFG (mL, menit/1,73m2)

1 LFG normal atau meningkat disertai dengan

ginjal yang rusak ≥ 90

2 LFG yang menurun disertai kerusakan

ginjal 60-89

3 Moderat LFG menurun 30-59

4 Penurunan berat LFG 15-29

5 Gagal ginjal <15 atau dialisis

(7)

27 2.1.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dibagi menjadi dua yaitu penatalaksanaan secara medis dan penatalaksanaan keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan. Berikut penjelasan terkait penatalaksanaannya:

1. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan atau pengobatan yang dilakukan pada pasien dengan gagal ginjal kronik yaitu dengan mempertahankan dan optimalkan keseimbangan cairan dan garam. Upaya mengoptimalkan cairan dengan membatasi cairan melalui pantauan asupan cairan per hari pada pasien gagal ginjal. Untuk mencegah komplikasi dilakukan program pembatasan cairan dan mengendalikan asupan cairan melalui pantauan jumlah urin yang dikeluarkan setiap hari (Prajayanti & Sari, 2018). Diet tinggi kalori dan rendah protein. Kandungan protein sangat dibutuhkan dalam tubuh akan tetapi pada penderita gagal ginjal kronik dilakukan diet rendah protein karena gejala uremik disebabkan adanya penumpukan katabolisme protein dalam tubuh. Katabolisme merupakan faktor penderita gagal ginjal mengalami kekurangan gizi dan asupan kalori sehingga diet tinggi kalori sangat dibutuhkan oleh pasien gagal ginjal kronik (Sitanggang et al., 2021). Rutin kontrol tekanan darah merupakan salah satu cara agar pasien yang mengalami gagal ginjal kronik bisa mengontrol pola hidup agar tidak terjadi peningkatan stadium pada (Giena et al., 2018).

2. Penatalaksanaan keperawatan

Sesuai dengan buku Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia edisi 1 (PPNI, 2016) dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia edisi 1 (PPNI, 2018). Defisit nutrisi b/d penyakit crohn’s dilakukan intervensi berupa dukungan Kepatuhan program pengobatan, konseling nutrisi, manajemen hiperglikemia, pemantauan cairan

(8)

28 dan pemantauan nutrisi. Hipervolemia b/d gagal ginjal kronis dilakukan intervensi berupa edukasi hemodialisis, manajemen nutrisi, pemantauan elektrolit, pemantauan tanda vital, manajemen cairan, manajemen elektrolit dan manajemen hemodialisis.

Intoleransi aktivitas b/d gangguan metabolik dilakukan intervensi berupa dukungan perawatan diri, edukasi latihan fisik, promosi dukungan keluarga, promosi latihan fisik, terapi aktivitas, terapi musik dan terapi otot progresif. Gangguan Integritas kulit/jaringan b/d gagal ginjal dilakukan intervensi berupa dukungan perawatan diri, latihan rentang gerak, manajemen nyeri dan pemberian obat kulit. Resiko infeksi b/d gagal ginjal diberikan intervensi berupa edukasi pencegahan luka tekan, manajemen nutrisi, pemantauan elektrolit, pemberian obat, pengaturan posisi dan perawatan luka 2.2 Konsep Hemodialisis

Pada konsep hemodialisis memaparkan pengertian dari hemodialisis, prinsip kerja hemodialisis, indikasi dilakukannya hemodialisis, tujuan dari hemodialisis dan komplikasi dari hemodialisis

2.2.1 Pengertian Hemodialisis

Hemodialisis merupakan proses pertukaran zat terlarut dan zat sisa dari tubuh.

Residu yang terakumulasi pada pasien dengan gagal ginjal dihilangkan dengan mekanisme difusi pasif dari membran semipermeabel. Zat sisa metabolik berpindah secara berlangsung mengikuti penurunan gradien konsentrasi dari sirkulasi ke dalam dialisat. Metode ini diharapkan dapat menurunkan pelepasan albumin pada pasien gagal ginjal, mengurangi gejala uremia dan memperbaiki gambaran klinis pasien.

Hemodialisis dapat mempengaruhi gambaran klinis pasien gagal ginjal berupa mual dan muntah, kehilangan nafsu makan, insomnia, hipertensi, dan gejala lainnya (Aisara et al., 2018). Hemodialisis merupakan tindakan pertukaran zat terlarut dan zat siasa dalam

(9)

29 tubuh. Perpindahan zat sisa metabolik sehingga dapat menurunkan gradien konsentrasi dari siklus ke dalam dialisat. Metode tersebut diharapkan dapat mengeluarkan albumin yang terjadi pada pasien gagal ginjal yang dapat diturunkan, gejala uremia berkurang, sehingga pasien dapat membaik dengan berkurangnya gejala seperti mual muntah, anoreksia, anemia, pruritus, pigmentasi, kelainan psikis, insomnia, tekanan darah dan maupun gejala yang lainnya (Aisara et al., 2018).

2.2.2 Epinomologi Hemodialisis

Di Indonesia sekitar 90% sampai 3,8 kasus dan 1000 populasi meningkat dalam dekade secara signifikan dan sebanyak 19,3% membutuhkan perawatan hemodialisis serta peningkatan pasien hemodialisis dari tahun 2017-2018 sebanyak 53,7% (Indonesian renal registry)

Gambar 2. 2 Epinomologi Hemodialisis

Terlihat pada tahun 2018 terjadi peningkatan yang pesat baik pasien baru maupun pasien lama yang aktif. Peningkatan yang terjadi dari 2017-2018 dengan jumlah pasien mencapai dua kali lipat (Pernefri, 2018). Data dari USRDS pada tahun 2018 bahwa pasien yang menjalani terapi hemodialisis sebanyak 554.038 populasi (Nasional Kidney Foundation, 2021).

(10)

30 2.2.3 Prinsip Kerja Hemodialisis

Mesin cuci darah atau biasa disebut mesin hemodialisis berfungsi seperti ginjal manusia. Artinya, mesin ini memompa darah untuk membuang air dan sisa metabolisme dari tubuh. Dalam hemodialisis, filter mesin dialisis memurnikan membersihkan sisa metabolisme didalam darah. Darah yang bersih akan mengalir kembali ke dalam tubuh sehingga mengurangi zat berbahaya yang dapat meracuni tubuh. Prosedur penetapan hemodialisis yang tepat harus dilakukan secara hati-hati sebagai tujuan utama terapi hemodialisis pada pasien gagal ginjal.(Purnawinadi, 2021).

Hemodialisis tidak dilakukan sepanjang waktu namun mempunyai waktunya sendiri.

Proses hemodialisis dilakukan dalam waktu yang sangat singkat dan mendadak.

Hemodialisis dilakukan 2 kali seminggu selama 4,5 jam sampai 5,5 jam setiap sesinya.

Frekuensi hemodialisis ini bertujuan untuk mencapai keadaan yang adekuat dimana kondisi cairan tubuh optimal yang dicapai oleh proses purifikasi darah (Wibowo &

Desrial Siregar, 2020).

2.2.4 Indikasi Dilakukannya Hemodialisis

Indikasi hemodialisis dibedakan menjadi dua yaitu hemodialisis emergency atau yang harus segera dilakukan dan hemodialisis kronik.

1. Menurut (Zuliani et al., 2020) indikasi hemodialisis emergency yang pertama yaitu emergency ginjal meliputi klinis (uremik keadaanya berat, overhidrasi), oliguria (urine diproduksi kurang dari 200 ml/12 jam), anuria (urine diproduksi kurang dari 50 ml/12 jam), hiperkalemia (terjadi Ketika perubahan ECG), asidosis berat, uremia (BUN >150 mg/dL), ensefalopati uremikum, neuropati/miopati uremikum, perikarditis uremikum, dysnatremia berat dan hipertermia.

2. Keracunan akut (alcohol, obat-obatan) yang bisa melewati membrane dialysis.

(11)

31 Hemodialisis kronik merupakan terapi yang dilakukan seumur hidup penderita dengan mesin hemodialisis. Dialisis dilakukan jika GFR kurang dari 15 ml/menit berdasarkan K/DOQI. Kondisi pasien dengan GFR <15 ml/menit tidak selalu sama, sehingga terapi perlu dimulai jika pasien mengalami salah satu gejala yaitu GFR kurang dari 15 ml/mnt, sesuai dengan gejala klinis, uremia dengan gejala meliputi: nausea, lethargy, anoreksia, mual dan muntah, hilangnya massa otot atau andnya malnutrisi, kesulitan mengontrol hipertensi dan adanya kelebihan cairan dan terjadinya komplikasi metabolic yang refrakter. Pasien yang menjalankan terapi hemodialisisi adalah pasien GGK dan GGA untuk sementara sampai fungsi ginjalnya pulih. Pasien GGK dan GGA akan dilakukan terapi hemodialisis jika terdapat indikasi yaitu hiperkalemia, hiperkalsemia dan hipertensi, perikarditis dan Konfusi yang berat, kelebihan cairan, kadar kreatinin/ureum tinggi dalam darah, terapi konservatif yang gagal dan asidosis.

Instalasi HD dilakukan pada beberapa keadaan seperti kelebihan cairan yang sulit dikendalikan atau hipertensi, hiperkalemia yang refrakter terhadap restriksi diit dan terapi farmakologis, asidosis metabolik yang refrakter terhadap pemberian terapi bikarbonat, anemia yang refrakter terhadap pemberian eritropoietin dan besi, adanya penurunan kualitas hidup tanpa penyebab yang jelas, penurunan berat badan dan malnutrisi serta adanya gangguan neurologis(Zasra et al., 2018).

2.2.5 Tujuan Hemodialis

Tujuan terapi hemodialisis yaitu untuk mengeluarkan zat sisa dalam darah dan air yang berlebihan dengan kata lain dari terapi hemodialisa yaitu mengambil zat-zat nitrogen yang tidak diperlukan dari dalam tubuh, mengeluarkan cairan yang berlebihan, mempertahankan atau mengembalikan system buffer dalam tubuh, mempertahankan kehidupan dan kadar elektrolit dalam tubuh dan mempertahankan kehidupan maupun kesejahteraan pasien gagal ginjal kronik sampai pulih. Pasien hemodialisis seringkali

(12)

32 melakukan terapi hemodialisis dengan dua atau tiga kali seminggu yang berlangsung selama 3 bulan secara bertahap (Suciana et al., 2020). Hemodialisis juga bertujuan untuk mengeluarkan zat-zat yang kotor dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan(Daryani et al., 2021). Terapi ini dilakukan untuk memperbaiki keseimbangan cairan intraseluler dan ekstraseluler yang terganggu akibat ginjal yang rusak (Suparmo & Hasibuan, 2021).

2.2.6 Komplikasi Hemodialisis

Pada penelitian pendahuluan di BRSU Tabana ruang Hemodialisa ditemukan berbagai komplikasi yang muncul setelah dilakukan terapi hemodialisis pada bulan mei 2017 yakni mual, sakit kepala, muntah, aritmia dan hipertensi. Selama terapi HD paling banyak terjadi komplikasi hipertensi intradialisis dan komplikasi lain. Komplikasi lain yang mempengaruhi masalah lebih kompleks pasien seperti ketidaknyamanan, kram, kelelahan, sakit kepala, mual, muntah, memperburuk kondisi pasien, mempengaruhi kualitas hidup, stress bahkan kematian (Isroin, 2016). Salah satu komplikasi yang terjadi pada pasien yang menjalani terapi hemodialisis adalah uremic pruritus. Komplikasi ini dapat menyebabkan gangguan pada siang hari maupun malam hari, depresi, gangguan tidur, ansietas dan komplikasi pada kulit serta menurunkan kualitas hidup pada pada pasien Intervensi (Sembiring et al., 2020).

2.3 Konsep Stres

Pada penelitian ini bagian konsep stres membahas pengertian dari stress dan komplikasi stress.

2.3.1 Pengertian Stres

Berbagai Macam definisi stress menurut para ahli yang berbeda-beda. Menurut Robbins (2001) stress merupakan suatu kondisi yang menekan keadaan psikis

(13)

33 seseorang dalam mencapai kesempatan tersebut dapat batasan atau penghalang.

Menurut Weinberg dan Gould (2003) stres merupakan ada ketidakseimbangan antara tuntutan psikis dan fisik untuk memenuhi kebutuhan. Stres adalah tekanan internal kondisi bermasalah lainnya dalam kehidupan merupakan definisi dari Sarafino (1994).

Kesimpulan dari beberapa konsep yang menjelaskan tentang stres adalah kondisi yang disebabkan oleh interaksi antara individu dengan lingkungan, menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi yang bersumber pada sistem biologis, sosial dan psikologis dari seseorang (Muslim, 2020). Stres merupakan salah satu gangguan mental yang dihadapi seseorang akibat tekanan yang muncul dari dalam diri atau luar. Stres dikatakan sebagai suatu proses yang menilai suatu peristiwa sebagai suatu yang mengancam, menantang ataupun membahayakan dan individu merespon peristiwa itu pada level fisiologi, emosional, kognitif dan perilaku (Andriyani, 2019).

2.3.2 Stres Pasien Gagal Ginjal Kronik

Menurut Stuart dan Laraia (2005) masalah keperawatan psikodinamika diawali dengan menganalisa faktor predisposisi, presipitasi, penilaian terhadap stresor, sumber koping dan mekanisme koping (Mundakir, 2021). Model adaptasi menurut Stuart yang dikaitkan dengan kondisi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis dan stres.

Ketika didiagnosa penyakit kronis sering sekali sulit untuk diterima seperti pasien yang didiagnosa gagal ginjal kronik. Pasien GGK akan mengalami masalah biologis dan psikologis seperti stres karena harus menerima diagnosis yang mengancam jiwa dan membutuhkan pengobatan seumur hidup, belajar teknik hemodialisis, berusaha adaptasi dengan pengobatan seumur hidup, dan mengatasi masalah ketika kegagalan dalam pengobatan (Sheng Goh Konstadina Griva, 2018). Pasien yang

(14)

34 menderita gagal ginjal kronik biasanya mengalami gejala mata bengkak, kaki bengkak, nyeri pinggang hebat, ketika buang air kecil merasa nyeri, demam, urin sedikit, urin merah/darah, sering buang air kecil, kelemahan, kurang berenergi, kehilangan nafsu makan, mual, muntah, gatal-gatal, sesak nafas, dan kulit pucat (Hermawan Andreas, 2016).Gagal ginjal kronik bisa membuat beberapa komplikasi seperti kadar kalium yang tinggi lebih dari 6 mEq/L, ginjal tidak dapat melakukan penyerapan asam sisa metabolisme dari darah dan mengeluarkan melalui urin, dan tekanan darah tinggi (Utami et al., 2020). Tanda dan gejala serta komplikasi secara biologi pada masalah gagal ginjal kronik merupakan sumber stresor pada pasien sehingga bisa menjadi faktor predisposisi (Wicaksono, 2016).

Sebagian besar pasien gagal ginjal kronik mengalami stres karen modifikasi dan pembatasan diet disertai dengan perubahan gaya hidup, tidak dapat bekerja penuh waktu, bergantung pada orang lain baik teman, pengasuh atau anggota keluarga sehingga bisa membuat pasien menderita secara psikologi (Thejavathi et al., 2021).

Stres pasien gagal ginjal kronik berkaitan dengan fakta bahwa harus menjalani terapi hemodialisis sepanjang hidup dan rumit serta berbagai diet dengan kendalanya, perubahan peran dalam masyarakat, keluarga dan pasangan, belum lagi masalah ekonomi yang menjadi beban. Masalah sosial ekonomi yang timbul dari penyakit ini dapat menyebabkan ketidakstabilan mental dan sosial sehingga menimbulkan gejala kejiwaan seperti stres(Thejavathi et al., 2021). Masalah sosial ekonomi pada pasien gagal ginjal kronik merupakan sumber stresor sehingga bisa menjadi faktor presipitasi (Wicaksono, 2016)

Berbagai perubahan pada pasien gagal ginjal kronik seperti ketergantungan pada terapi hemodialisis, perubahan dalam peran, perubahan dalam pekerjaan,

(15)

35 perubahan ekonomi, dan kehidupan sosial. Berdasarkan tersebut pasien akan membutuhkan proses penerimaan. Proses penerimaan akan melalui 5 fase penerimaan meliputi danial (penyangkalan) dimana pasien tidak menerima kenyataan bahwa menderita gagal ginjal, angry (kemarahan) pasien akan marah atau menyalahkan situasi bahkan pada tuhan sehingga mengalami distres spiritual, bargaining (tawar menawar) dimana pasien gagal ginjal akan menyesal dengan berpikir seandainya mereka lebih memperhatikan kesehatan dari awal, depression (depresi) pasien akan menyadari akan masalah yang dihadapi dan merasa putus asa akan tetapi fase ini harus dilewati, acceptance (penerimaan) pada tahap ini pasien menerima kondisinya. Pada tahap penerimaan membutuhkan waktu tiga bulan, pasien banyak menggunakan mekanisme koping untuk proses penerimaan diri (Agustin et al., 2020). Penerimaan dipengaruhi oleh kondisi psikologis karena ketika kondisi psikologi yang baik bisa dengan mudah menyesuaikan masalah dan perubahan yang terjadi dalam hidup. Penerimaan diri mempengaruhi tingkat stres pada pasien gagal ginjal kronik (Rohmah & Wakhid, 2018).

Perubahan dalam hidup pasien dikarenakan keadaan ketergantungan terhadap terapi hemodialisis yang dijalani seumur hidupnya. Pengaruh perubahan hidup penderita dikarenakan status kesehatan, keadaan ekonomi,serta proses hemodialisis yang dimana ini adalah faktor atau pemicu terjadinya stress. tresor mengidentifikasikan perubahan tersebut menjadi variabel (nurbiati et al., 2021). Terapi hemodialisis yang dijalani oleh pasien gagal ginjal kronik dilakukan 2-3 kali setiap minggunya dengan menghabiskan waktu beberapa jam sehingga membuat mereka mengalami dampak negatif seperti ketegangan, kecemasan, stres dan depresi (lia et al., 2021)

Terapi hemodialisis yang dijalani seumur hidup oleh pasien merupakan faktor pencetus terjadi nya stres pada pasien gagal ginjal kronik. Komplikasi yang disebabkan

(16)

36 oleh gagal ginjal kronik seperti gangguan sistem jantung dan pembuluh darah, anemia, hipertensi, gangguan kesuburan baik laki-laki maupun perempuan, gangguan kulit serta tulang dan masih banyak lagi masalah yang timbul sehingga membuat pasien merasa cemas dan stres menghadapi kenyataan hidup (Rahayu, Ramlis, et al., 2018)

2.3.3 Tingkatan Stres

Pengukuran persepsi stres banyak yang menggunakan Perceived Stress Scale (PSS) yang merupakan instrumen psikologi. Item ini dirancang untuk mengetahui bagaimana responden yang tidak dapat diprediksi, tidak terkendali, dan kelebihan beban menemukan kehidupan. Skala ini juga mencakup sejumlah pertanyaan langsung tentang tingkat stres yang dialami. Pertanyaan dengan item-itemnya mudah dipahami, dan alternatif tanggapannya mudah dipahami. Alat ini dikembangkan pada tahun 1983 dan menjadi populer dimana bisa membantu memahami bagaimana situasi yang berbeda mempengaruhi perasaan dan stres yang dirasakan. Pada scale ini terdapat 10 pertanyaan dengan skor dengan balikkan skor untuk pertanyaan 4,5,7, dan 8. Pada 4 pertanyaan ini, ubah skornya seperti 0=4, 1=3, 2=2, 3=1, 4=0. Hasil skor akan dianggap stres rendah dengan nilai 0-13, skor mulai 14-26 akan dianggap sedang dan skor 27-40 akan dianggap stres yang tinggi (Cohen, 1994). Pengukuran tingkat stres juga menggunakan Depression Anxiety Stress Scales (DASS) merupakan perangkat tiga skala laporan diri yang dirancang untuk mengukur keadaan emosi negatif meliputi depresi, kecemasan dan stres. DASS dibangununtuk mengukur keaadaan emosional yang didefinisikan secara konvesional, tetapi untuk melanjutkan proses mendefinisikan, memahami, dan mengukur keadaan emosional yang ada di mana-mana dan signifikan secara klinis yang bisa digambarkan. DASS terdiri dari 24 pertanyaan yang mencangkup ke tidak masalah emosional (Lovibond & Lovibond, 1995).

(17)

37 2.3.4 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan keperawatan stres pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis berdasarkan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (PPNI, 2016) dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (PPNI, 2018), diagnosa keperawatan berdasarkan tanda dan gejala secara psikologis pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Diagnosa yang pertama Berduka b/d penyakit terminal, bisa diberi intervensi berupa dukungan keluarga, konseling, manajemen mood, promosi koping dan terapi keluarga. Diagnosa kedua Gangguan Citra Tubuh b/d perubahan fungsi tubuh, bisa diberi intervensi berupa dukungan penampilan peran, edukasi teknik adaptasi, manajemen stres dan promosi harapan. Diagnosa ketiga Keputusasaan b/d penyakit kronis, bisa diberi intervensi berupa dukungan emosional, promosi harapan dan promosi koping.

2.4 Strategi Koping

Pada penelitian ini strategi koping membahas tentang pengertian dan strategi koping untuk stress.

2.4.1 Pengertian

Koping adalah usaha penyesuaian diri untuk mengatasi sumber stres. Proses penilaian yang dilakukan oleh individu, sumberdaya yang dialami bertujuan untuk menghadapi tuntutan dari lingkungan merupakan definisi dari stres. koping stres merupakan upaya seseorang yang menunjukan perilaku untuk mengatasi stres yang dialami dengan tujuan pencegahan dampak negatif yang timbul (Tagang & Aty, 2019).

Strategi koping adalah salah cara seseorang untuk mengatasi dan mengendalikan stress yang dianggap sebagai hantaman, tantangan yang bersifat menyakitkan atau merugikan dirinya dilakukan secara sadar dan terarah untuk mengatasinya. Upaya strategi koping

(18)

38 meliputi memperbaiki mental dan perilaku untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi atau meminimalkan suatu situasi atau kejadian yang penuh penekanan (Pardede et al., 2020) .

2.4.2 Sumber Koping

Sumber koping merupakan responden individu yang meliputi kekuatan dan keterampilan. Pemberian perawatan untuk mendukung strategi koping pada individu dengan cara memberi informasi tentang karakteristik kepribadian, kebiasaan, dan rutinitas individu. Self-help group merupakan sumber koping yang efektif (Suprihatiningsih et al., 2018). Beberapa contoh sumber koping yang berhubungan dengan sosial maladaptif yaitu, melibatkan keluarga yang luas dan teman, melibatkan hewan peliharaan dan mengekspresikan stres interpersonal misalnya kesenian dan menulis. Sumber koping merupakan cara seseorang untuk mengatasi masalah dengan menggunakan sumber koping internal dan eksternal. Ada empat komponen sumber koping yaitu dukungan sosial, kemampuan Individu, aset material dan keyakinan yang dapat membantu seseorang dalam mengatasi stressfull dan belajar tentang bagaimana mekanisme koping yang adaptif. Ketika empat komponen sumber koping tersebut tidak seimbang akan menyebabkan perilaku yang negatif (Mundakir, 2021). Berikut penjelasna terkait empat aspek sumber koping pada pasien gagal ginjal kronik:

1. Dukungan Sosial

Pasien gagal ginjal kronik ketika menjalani terapi hemodialisis sering merasakan putus asa dan tidak percaya diri serta merasa tidak berguna bagi keluarga dan lingkungan sekitar. Pada proses penerimaan terhadap penyakit yang dialami, pasien membutuhkan dukungan keluarga dan lingkungannya dalam menjalani pengobatan dan terapi hemodialisis. Mengingatkan pasien melakukan hemodialisis tepat waktu

(19)

39 merupakan perhatian kecil yang bisa membantu pasien merasa diperhatikan dan memberi dukungan secara terus menerus pasien akan merasa diperhatikan dan akan semangat menjalani terapi sehingga pasien akan mudah dalam penerimaan diri (Renolita Sinagal et al., 2019).

2. Kemampuan Individu

Pasien gagal ginjal kronik dalam menghadapi stresor biasanya menggunakan sistem adaptasi. Menurut Roy 1984 memandang sistem adaptasi seseorang dalam menghadapi stimulus dalam 4 bentuk model yaitu fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Pasien yang memiliki konsep diri yang positif memiliki tingkat masalah psikologi yang rendah begitu juga sebaliknya pada pasien yang memiliki konsep diri yang negatif karena konsep diri pada individu akan mempengaruhi proses berfikir, bersikap dan bertingkah laku (Isroin, 2017). Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda dalam mengenali gangguan emosional secara spesifik.

Secara umum seperti yang terjadi pada laki-laki dan perempuan yang memiliki perbedaan karena perempuan lebih mudah mengakui dan menilai gangguan mental yang dialami dibandingkan laki-laki. Menurut penelitian Muhammad Rosyidul Ibad dan Zaqqi Ubaidillah pada tahun 2019 menyatakan bahwa pada responden laki-laki yang menjalani hemodialisis memiliki stressor berupa perannya menjadi kepala keluarga yang harus mencari nafkah, pekerjaan wiraswasta dengan gaji 1-2 juta dan latar belakang pendidikan adalah diploma. Responden laki-laki untuk sumber kopingnya berasal dari keluarga dengan pemberian dukungan dari istri dan anak.

Mayoritas laki-laki menggunakan self-distraction atau mengalihkan perhatian pada suatu hal atau aktivitas sebagai mekanisme kopingnya, pengalihan tersebut sifatnya smentatara sehingga kurang efektif. Sedangkan perempuan mayoritas menggunakan mekanisme koping instrumental support yaitu pasien akan meminta bantuan secara

(20)

40 langsung jika memiliki keterbatasan aktivitas dan untuk dukungan yang diperoleh perempuan mayoritas dari anak dan suami (Ibad & Ubaidillah, 2019).

3. Aset Material

Aset material yang dimiliki oleh pasien untuk mendukung penyelesaian stresor atau masalah yang meliputi ketersediaan dana baik dari asuransi seperti BPJS maupun tabungan. Pasien yang keterbatasan terhadap aset material akan beresiko meningkatkan ansietas yang dimiliki oleh pasien (Wuryaningsih et al., 2020).

4. Keyakinan

Keyakinan individu terhadap kemampuannya melakukan perilaku yang mendukung kesehatannya berpengaruh dengan koping yang efektif untuk penyelesaian masalah, situasi, dan stres yang dialami. Keyakinan yang positif akan berpotensi meningkatkan motivasi pasien untuk menggunakan mekanisme yang adaptif (Venizelia et al., 2020).

2.4.3 Mekanisme Koping

Mekanisme koping adalah cara seseorang untuk menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri akan perubahan yang dialami, respon terhadap situasi yang mengancam, dapat berupa mekanisme koping adaptif (konstruktif) dan maladaptif ( destruktif) tergantung bagaimana seseorang menghadapi stres tersebut (Cumayunaro et al., 2018). Untuk bertahan hidup dalam lingkungan yang selalu berubah seseorang memerlukan mekanisme koping. Individu yang sedang menghadapi stres melakukan upaya berupa kognitif, perubahan perilaku dan perubahan lingkungan. Dengan adanya stres individu dengan sadar atau tidak sadar akan bereaksi untuk mengatasi masalah tersebut (Suprihatiningsih et al., 2018)

(21)

41 Ada dua jenis mekanisme koping meliputi mekanisme koping adaptif dan mekanisme koping maladaptive. Mekanisme koping adaptif merupakan mekanisme yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan.

contohnya adalah berbicara dengan orang lain, teknik relaksasi, memecahkan masalah secara efektif, latihan keseimbangan dan aktivitas konstruktif. Mekanisme koping maladaptif merupakan mekanisme yang menghambat integrasi, memecahkan pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.

Contohnya adalah makan berlebihan atau tidak makan, bekerja berlebihan atau menghindar. Pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisis dan mengalami stres memerlukan sebuah penyelesaian masalah dengan menggunakan mekanisme koping atau strategi koping untuk mengarahkan pasien berperilaku adaptif (Pratama et al., 2020).

Referensi

Dokumen terkait

Artinya pelatihan proprioseptif memberikan peningkatan yang bermakna terhadap keseimbangan dinamis pada pemain sepak bola dengan functional ankle instability di SSB

Telah dilakukan penelitian tentang “Formulasi tablet likuisolid piroksikam dengan menggunakan propilen glikol (PG) sebagai pelarut non volatile”.. Dalam penelitian

Dukungan teman sebaya dapat membawa pengaruh yang positif bila remaja atau siswa tersebut berada dalam lingkungan yang baik yang sehat sehingga remaja atau

Untuk menge- tahui kemungkinan tersebut maka pada penelitian ini akan dilakukan studi fenomena korosi paduan AlMg2 dan AlMgSi, dalam media air dengan pH 6,7 sesuai

Pendapatan yang dihasilkan dapat digunakan untuk membayar layanan jaringan CPA atau mitranya seperti untuk menutupi biaya iklan atau untuk membeli layanan lain yang ditawarkan

Pada tahun 2016 program ini akan diteruskan dan diperluas agar lembaga litbang juga mampu menghasilkan produk iptek maupun produk inovasi yang berbasis

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji kemampuan polisakarida mannan dari bungkil inti sawit sebagai pengendali Eschericia coli (in vitro). Ekstraksi bungkil inti sawit dilakukan

Penebalan dinding usus halus yang mengalami dilatasi memberikan gambaran herring bone appearance, karena dua dinding usus halus yang menebal dan menempel membentuk