Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Mengenai Dampak Merokok Terhadap Kesehatan Paru Tahun 2015
Karya Tulis Ilmiah
Oleh :
DIMAS SOFANI LUBIS NIM : 120100422
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
ABSTRAK
Pendahuluan. Rokok adalah penyebab kematian didunia dan jumlah kematian mencapai 500 juta orang per tahun. Dalam setiap enam detik terdapat satu kematian akibat rokok. Rokok mengandung lebih dari 4000 senyawa kimia, dimana 60 diantaranya bersifat karsinogenetik. Lebih dari 85% penderita kanker paru adalah perokok, berikut juga adanya hubungan dengan penderita kanker.
Metode. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan dan sikap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara mengenai dampak merokok terhadap kesehatan paru. Penelitian dilakukan dengan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan Cross Sectional Study.
Hasil. Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terhadap Dampak Merokok Terhadap Kesehatan Paru Tahun 2015 berpengetahuan baik sebanyak 99 orang (97.1%), berpengetahuan cukup 3 orang (2.9%), berpengetahuan kurang sebanyak 0 orang (0%).
Diskusi. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara berada pada kategori baik. Masukan kepada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara supaya memberikan topik kuliah nikotin dan memberikan peraturan bebas asap rokok di lingkungan FK USU.
Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Mahasiswa, Rokok.
ABSTRACT
Introduction. Cigarette is the cause of death in the world and the number of deaths reaches 500 million people per year. In every six seconds there is one death from a cigarette. Cigarettes contain more than 4000 chemical compounds, of which 60 are carcinogenetic. More than 85% of lung cancer patients are smokers, as well as links to cancer patients. Methods. The purpose of this research is to know the knowledge and attitude of students of Faculty of Medicine University of North Sumatra about the impact of smoking on lung health. The research was conducted by descriptive research method with Cross Sectional Study approach. Results. Level of Knowledge of Medical Faculty of University of Sumatera Utara to the Health Effects on Lung Health of 2015 is well knowledgeed 99 people (97.1%), knowledgeable enough 3 people (2.9%), knowledgeable less 0 people (0%).
Discussion. From the results of this study can be concluded that the knowledge of students of the Faculty of Medicine, University of North Sumatra is in good category. Feedback to the Faculty of Medicine, University of North Sumatra to provide nicotine lecture topics and give smoke-free regulation in FK USU environment.
Keywords: Knowledge, Attitude, Student, Cigarette.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan hasil Karya Tulis Ilmiah ini.
Laporan hasil Karya Tulis Ilmiah ini diberi judul “Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Mengenai Dampak Merokok Terhadap Kesehatan Paru Tahun 2015” telah disusun untuk melengkapi dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan tahap sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, peneliti berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca.
Dalam laporan hasil penelitian Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti mendapatkan bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. (Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K)) selaku Dekan Fakultas Kedokteran USU.
2. Dr. dr. Imam Budi Putra, Sp.KK(K) selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas Kedokteran USU.
3. Dr. dr. Dina Keumala Sari, MS, Sp.GK selaku pembimbing penelitian dalam menyelesaikan proposal serta laporan hasil bagi Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Dosen dan staf/karyawan Fakultas Kedokteran USU yang telah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan studi.
5. Mama Papa tercinta dan seluruh keluarga, yang telah susah payah untuk memberikan dukungan baik moral maupun materil sehingga saya dapat menyelesaikan proposal serta laporan hasil penelitian Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Teman-teman mahasiswa Angkatan 2012 Fakultas Kedokteran USU yang telah sama-sama berjuang dan saling memberikan dukungan dalam proses menyelesaikan laporan hasil penelitian ini.
Peneliti menyadari bahwa laporan hasil penelitian ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun bahasanya. Untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini di masa yang akan datang.
Akhir kata peneliti mengharapkan semoga laporan hasil penelitian ini dapat membawa manfaat terutama bagi peneliti sendiri dan para pembaca sekalian.
Medan, 01 Juni 2015, Peneliti,
Dimas Sofani Lubis NIM : 120100422
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar belakang ... 1
1.2. Rumusan Masala ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
1.3.1. Tujuan Umum ... 4
1.3.2. Tujuan Khusus... 4
1.4. Manfaat penelitian ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1. Pengetahuan ... 6
2.2. Sikap ... 7
2.3. Rokok ... 9
2.3.1. Rokok terhadap Susunan Saraf Pusat ... 13
2.3.2. Rokok terhadap Penyakit Kardiovaskuler ... 13
2.3.3. Rokok terhadap Arteriosklerosis ... 14
2.3.4. Rokok terhadap Tukak Lambung ... 15
2.3.5. Rokok terhadap Bayi ... 15
2.3.6. Rokok terhadap Otak dan Daya Ingat ... 16
2.3.7. Rokok terhadap Impotensi ... 16
2.3.8. Rokok terhadap Kanker ... 16
2.3.9. Rokok terhadap Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOK).... 17
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 20
3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 20
3.2 Definisi Operasional... 20
3.3. Aspek Pengukuran ... 21
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 23
4.1. Jenis Penelitian ... 23
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 23
4.2.1. Waktu Penelitian ... 23
4.2.2. Tempat Penelitian ... 23
4.3. Populasi dan Sampel ... 23
4.3.1. Populasi ... 23
4.3.2. Sampel ... 24
4.4. Metode Pengumpulan Data ... 24
4.4.1. Data Primer ... 24
4.4.2. Data Sekunder ... 24
4.4.3. Uji validitas ... 25
4.4.4. Uji reabilitas ... 25
4.6. Etika penelitian... 25
4.7. Metode analisis data ... 26
DAFTAR PUSTAKA ... 27 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 3.1 Skor Pertanyaan pada Angket Pengetahuan...21 Tabel 3.2 Skor Pertanyaan untuk Angket Sikap...22
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Persetujuan (informed consent) Lampiran 2 Kuesioner
Bab 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
Menurut hasil survey dari WHO, sepertiga dari penduduk di dunia terutama pada populasi dewasa adalah perokok (dimana 57% diantaranya adalah laki-laki dan 43% diantaranya adalah peremuan). Pada zaman ini satu dari sepuluh kematian didunia adalah akibat rokok dan jumlah kematian mencapai 500 juta orang per tahun. Dalam setiap enam detik terdapat satu kematian akibat rokok.
(WHO, 2008).
Sekitar 1,3 milyar perokok di seluruh dunia, 84% diantaranya di negara- negara berkembang. Sedangkan di negara maju yang terjadi justru sebaliknya, persentase perokok terus menerus cenderung menurun dan saat ini kira-kira hanya 30% laki-laki dewasa di negara maju yang mempunyai kebiasaan merokok. Hal ini disebabkan tingkat kesadaran masyarakat di negara maju akan bahaya merokok sudah tinggi.Berdasarkan data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) penduduk Indonesia usia dewasa yang mempunyai kebiasaan merokok sebanyak 31,6%. Dengan besarnya jumlah dan tingginya persentase penduduk yang mempunyai kebiasaan merokok, Indonesia merupakan konsumen rokok tertinggi kelima di dunia dengan jumlahrokok yang dikonsumsi pada tahun 2002 sebanyak 182 milyar batang rokok setiap tahunnya setelah Republik Rakyat China (1.697.291milyar), Amerika Serikat (463,504 milyar), Rusia (375.000 milyar) dan Jepang (299.085 milyar)(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004)
Tingginya persentase penduduk Indonesia yang mempunyai kebiasaan merokok, kesehatan menjadi salah satu faktor yang tidak bisa dikesampingkan.
Tercatat tidak kurang dari 4.000 jenis zat kimia yang terkandung dalam sebatang rokok dan 60 zat di antaranya bersifat karsinogenik dan bersifat adiktif (Gondodiputro, 2007). Menurut Kendal dan Hammen (1998) dilihat dari sisi kesehatan bahan-bahan kimia yang terkandung didalam rokok akan memacu kerja dari susunan saraf pusat dan susunan saraf simpatis sehingga dapat
mengakibatkan tekanan darah meningkat dan detak jantung bertambah cepat (Komalasari dan Helmi, 2008).
Merokok merupakan salah satu penyebabterjadinya 90% kanker paru pada laki-laki dan 70% pada perempuan, 22% dari penyakit jantung dan pembuluh darah, bahkan kematian. Efek rokok membuat pengisap asaprokok mengalami risiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker paru-paru, kanker mulut dan tenggorokan, kanker esofagus, kanker kandung kemih, serangan jantung dan berbagai penyakit yang lain seperti penyempitan pembuluh darah, tekanan darah tinggi, jantung, paru-paru, dan bronkitis kronis (Kaplan dkk, 1993). Efek dari rokok tidak hanya dirasakan pada perokok aktif, tetapi juga dapat dirasakan oleh perokok pasif. Risiko yang ditanggung perokok pasif lebih berbahaya dibanding dengan perokok aktif karena daya tahan tubuh terhadap zat-zat yang berbahaya dari rokok lebih rendah (Gondodiputro, 2007).
Bagi ibu hamil, rokok dapat menyebabkan meningkatnya angka kejadian ke lahiran bayi prematur, berat bayi lahir rendah (BBLR), mortalitas prenatal, kemungkinan lahirdalam keadaan cacat dan mengalami gangguan dalam perkembangan (Gondodi putro, 2007).
Jumlah prevalensi anak dan remaja yang merokok terus meningkat. Survei Sosial Ekonomi Badan Pusat Statistik tahun 2001 dan 2004 menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi merokok pada anak-anak usia 15-19 tahun. Pada tahun 2001 prevalensi merokok pada anak-anak sebesar 12,7% dan mengalami peningkatan pada tahun 2004 menjadi 17,3% (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003).
Separuh dari 80 ribu sampai 100 ribu anak-anak sedunia yang merokok setiap hari berasal dari benua Asia (Global Smoking Statistics, 2002).
Berdasarkan survey oleh Global Tobacco Youth Survey (GTYS) yang dilakukan di Jakarta, Bekasi, dan Medan pada tahun 2006, didapatkan bahwa prevalensi merokok di Jakarta sebanyak 34% murid sekolah usia SMP yang pernah merokok dan 16,6% diantaranya masih merokok, di Bekasi didapatkan 33% murid sekolah usia SMP pernah merokok dan 17,1% diantaranya masih merokok, dan di Medan
didapatkan 34,9% murid sekolah usia SMP pernah merokok dan 20,9%
diantaranya masih merokok (Aditama, 2006).
Perilaku merokok pada remaja merupakan perilaku simbolisasi bagi kaum remaja, dimana merupakan simbol untuk menunjukkan kematangan, kekuatan, kepemimpinan, dan daya tarik terhadap lawan jenis. Selain itu, perilaku merokok juga bertujuan untuk mencari kenyamanan (perasaan nyaman) karena dengan merokok dapat mengurangi ketegangan, memudahkan berkonsentrasi. Menurut Atkinson (1999) salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak- anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia (Komalasari dan Helmi, 2008).
Menurut Al Bachri (2006) apabila seorangremaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok. Dari fakta tersebut dapat ditarik dua kemungkinan yang terjadi, yaitu remaja tersebut terpengaruh oleh teman-temannya atau teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitupula dengan remaja non perokok (Komalasari dan Helmi, 2008).
Hasil penelitian di Dokuz Eylul University of Medical School juga didapati bahwa penyebab tersering dari seorang mahasiswa untuk menjadi perokok adalah terpengaruh dari teman-teman sekelompok. Sebanyak 70,5%
diantaranya yang merokok adalah laki-laki. Dari hasil penelitian tersebut juga didapati bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa akan bahaya efek rokok terhadap kesehatan cukup tinggi sedangkan sebanyak 88,5% sikap mahasiswa merasa tidak nyaman akan keberadaan perokok disekitar mereka tetapi hanya 34,6% dari mahasiswa yang menegur bila melihat orang merokok (Itil, 2004).
Berdasarkan hal yang diuraikan diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terhadap Rokok.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka diperlukan penelitian mengenai gambaran pengetahuan dan sikap mahasiswa terhadap Rokok. Oleh karena itu, maka masalah yang dapat dijabarkan dalam rumusan:
a. Bagaimana pengetahuan mahasiswa FK USU terhadap Rokok?
b. Bagaimana sikap mahasiswa FK USU terhadap Rokok?
1.3. Tujuan Masalah a. Umum:
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap mahasiswa FK USU terhadap Rokok.
a. Khusus:
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa FK USU terhadap rokok.
2) Untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa FK USU terhadap bahaya rokok.
3) Untuk mengetahui gambaran sikap mahasiswa FK USU terhadap rokok.
1.4. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam upaya meningkatkan kesadaran mahasiswa FK USU terhadap rokok dan ikut berperan dalam menyukseskan hari tanpa tembakau sedunia.
b. Manfaat Bagi Peneliti Sendiri
Merupakan pengalaman berharga dan wadah latihan untuk memperoleh wawasan dan pengetahuan dalam rangka penerapan ilmu pengetahuan yang telah diterima selama kuliah.
c. Manfaat Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Sebagai bahan masukan dalam perencanaan upaya perubahan pengetahuan dan sikap mahasiswa FK USU terhadap rokok.
d. Manfaat Bagi Organisasi Kemahasiswaan di FK USU
Diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan bahaya rokok bagi kesehatan dan semakin aktif dalam menyukseskan hari tanpa tembakau sedunia di lingkungan kampus.
e. Manfaat Bagi Mahasiswa FK USU
Untuk mengubah pengetahuan dan sikap mahasiswa terhadap rokok sehingga pemahaman akan keuntungan dan kerugian terhadap rokok semakin meningkat.
Bab 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
Dari pengalaman dan penelitian dibuktikan bahwa perilaku yang disadari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Menurut Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan, yakni: Awareness, Interest, Evaluation, Trial, Adoption (Notoatmodjo, 1996).
Perubahan perilaku subjek terhadap rokok dimulai dari subjek mengenal dan mengetahui rokok terlebih dahulu (Awareness), selanjutnya subjek mulai tertarik terhadap rokok (Interest), setelah itu subjek mulai menimbang-nimbang keuntungan dan kerugian dari rokok terhadap dirinya (Evaluation), kemudian subjek mulai mencoba berperilaku merokok (Trial), dan akhirnya subjek telah berperilaku baru berupa merokok yang telah disesuaikan dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap rokok (Adoption).
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut Notoatmodjo (1996) mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu (know)
b. Memahami (comprehension) c. Aplikasi (application) d. Analisis (analysis) e. Sintesis (synthesis) f. Evaluasi (evaluation)
Pada tingkat pengetahuan, tahu (know) adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah, disini subjek mengetahui apa itu rokok dan rokok telah dikenal atau dipelajari sebelumnya. Subjek akan dapat menyebutkan, menguraikan ataupun mendefinisikan secara benar apa yang dimaksud dengan rokok, misalnya:
seseorang mengetahui apa itu rokok, jenis-jenis rokok yang ada dijual, ataupun menjelaskan rokok itu dari sudut pandangnya. Memahami (comprehension) merupakan tingkat yang lebih tinggi dari tahu, disini subjek memiliki kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan rokok secara benar. Aplikasi (application), disini subjek mampu menggunakan pengetahuannya akan rokok dalam kondisi atau situasi yang sesungguhnya, misalnya: seseorang yang telah mengerti akan bahayaasap rokok, dia akan keluar dari ruangan yang penuh dengan asap rokok tersebut guna menjaga kesehatannya. Pada tingkat analisis (analysis), subjek memiliki kemampuan untuk menjabarkan rokok lebih spesifik. Pada tahap ini subjek mulai menganalisis efek-efek dari asap rokok terhadap kesehatan maupun keuntungan dan kerugian dari asap rokok. Sedangkan pada tingkat sintesis (synthesis), subjek mulai menghubungkan efek-efek dari asap rokok, kandungan didalam rokok dengan timbulnya penyakit, misalnya: kanker, penyakit jantung maupun PPOK. Akhirnya pada tingkat evaluasi (evaluation), subjek membuat keputusan berdasarkan tahapan pengetahuan terhadap rokok, dimana subjek akan menanggapi rokok secara positif maupun negatif.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitianatau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.
2.2. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Dari batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam
kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Menurut Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
Menurut Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok:
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu: menerima (reiciving), merespon (responding), menghargai (valuing), bertanggung jawab (responsible) (Notoatmodjo, 1996).
Sikap dimulai dari subjek mau dan memerhatikan rokok sebagai stimulus yang diberikan, kemudian subjek akan merespon rokok. Selanjutnya, subjek mulai tertarik terhadap rokok, biasanya subjek mulai berbagi pendapat atau berdiskusikan akan rokok terhadap orang disekitarny. Akhirnya subjek akan membuat pilihannya terhadap rokok dengan segala risiko.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan- pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat reponden.
2.3. Rokok
Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus yang meliputi kretek dan rokok putih yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica
dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.
Rokok mengandung lebih dari 4000 senyawa kimia, dimana 60 diantaranya bersifat karsinogenik. Sampai sekarang belum ada batas jumlah yang pasti dengan terpaparnya asap rokok untuk menimbulkan penyakit. Tetapi dari bukti yang ada, terpaparnya dengan asap rokok dalam waktu yang lama akan meningkatkan resiko yang fatal untuk kesehatan. Lebih dari 85% penderita kanker paru adalah perokok, berikut juga adanya hubungan dengan penderita kanker mulut, faring, laring, esofagus, pankreas, serviks, ginjal, ureter, kandung kemih dan kolon. Leukemia juga merupakan salah satu penyakit yang dapat timbul akibat asap rokok.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa rokok dapat meningkatkan resiko penyakit kardiovaskuler termasuk stroke, sudden death, cardiac arrest, peripheral vascular disease dan aorta aneurysm. Banyak komponen yang terkandung didalam rokok yang bersifat ciliotoxic dimana sifatnya mengiritasi dinding dari sistem pernafasan yang menyebabkan meningkatnya sekresi mucus di bronkus, penyakit pulmonal kronik, dan fungsi dari mucosilia.
Environmental Protection Agency (EPA) pada tahun 1992 melaporkan bahwa dari hasil penelitian mereka didapatkan bahwa perokok pasif atau secondhand smoke atau Environmental Tobacco Smoke (ETS) mempunyai resiko yang sama besar dibanding yang merokok (perokok aktif). Menurut Budiantoro (2009) dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) mengatakan, sebanyak 25 persen zat berbahaya yang terkandung dalam rokok masuk ke tubuh perokok (perokok aktif), sedangkan 75 persennya beredar di udara bebas yang berisiko masuk ke tubuh orang di sekelilingnya (perokok pasif).
Konsentrasi zat berbahaya di dalam tubuh perokok pasif lebih besar karena racun yang terhisap melalui asap rokok perokok aktif tidak terfilter. Sedangkan racun rokok dalam tubuh perokok aktif terfilter melalui ujung rokok yang dihisap.Namun konsentrasi racun perokok aktif bisa meningkat jika perokok aktif kembali menghirup asap rokok yang ia hembuskan. Racun rokok terbesar dihasilkan oleh asap yang mengepul dari ujung rokok yang sedang tak dihisap.
Sebab asap yang dihasilkan berasal dari pembakaran tembakau yang tidak sempurna.
Di tinjau dari segi asap rokok, asap rokok dibagi menjadi 2 kategori, yaitu mainstream smoke (MS) dan sidestream smoke (SS). Mainstream smoke adalah asap yang dihisap oleh perokok selama merokok melalui pipa rokok atau batang rokok sedangkan sidestream smoke adalah asap rokok yang dihasilkan dari hasil pembakaran antara rokok dengan pipa rokok atau batang rokok. Komposisi kimia yang dihasilkan dari kedua asap rokok secara qualitatif adalah sama tetapi secara quantitatif dijumpai perbedaan yang cukup signifikan antara MS dan SS.
Sehingga dari hasil percobaan didapatkan SS secara quantitas mengandung lebih banyak senyawa kimia organik jika dibandingkan dengan MS. Jadi dari hasil studi ditetapkan bahwa kemungkinan SS akan bersifat lebih karsinogenik dari pada MS walaupun pada konsentrasi yang sama banyak.
Racun utama pada rokok adalah nikotin, tar, dan karbon monoksida.
a. Nikotin
Nikotin adalah zat atau bahan senyawa pirrilidin yang terdapat dalam Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang bersifat adiktif dan dapat mengakibatkan ketergantungan. Nikotin bersifat sangat adiktif dan beracun, tidak berwarna. Nikotin yang dihirup dari asap rokok masuk ke paru- paru dan masuk ke dalam aliran darah kemudian masuk ke dalam otak perokok dalam tempo 7-10 detik.
Nikotin yang terkandung dalam rokok adalah sebesar 0.5-3 nanogram, dansemuanya diserap sehingga di dalam cairan darah ada sekitar 40-50 nanogram nikotin setiap 1 mlnya. Nikotin bukan merupakan komponen karsinogenik. Hasil pembusukan panas dari nikotin seperti dibensakridin, dibensokarbasol, dan nitrosaminelah yang bersifat karsinogenik. Pada paru-paru, nikotin akan menghambat aktivitas silia. Selain itu, nikotin juga memiliki efek adiktif dan psikoaktif. Seketika itu, nikotin merangsang terjadinya sejumlah reaksi kimia yang mempengaruhi hormon dan neurotransmitter seperti adrenalin, dopamine, dan insulin. Sehingga membuat sensasi yang nikmat pada rokok seketika tetapi sensasi ini hanya berlangsung seketika.
1) Nikotin terhadap Adrenalin
Ketika seseorang menghirup asap rokok, nikotin yang terdapat didalam rokok tersebut di absorbsi dengan cepat ke dalam darah dan mulai mempengaruhi otak dalam tempoh kurang dari 10 detik. Akibatnya adalah dilepasnya adrenalin dan terjadi prinsip fight or flight pada hormon. Secara fisik, adrenalin meningkatkan detak jantung, tekanan darah dan mengurangi aliran darah ke otot jantung. Ketika ini semua terjadi, perokok akan terasa tergesa-gesa, bernafas dalam dan detak jantung terasa kencang. Adrenalin juga membuat tubuh mengeluarkan glukosa dalam jumlah yang banyak ke dalam aliran darah.
2) Nikotin terhadap Insulin
Nikotin juga menghambat pelepasan dari insulin dari pankreas. Keadaan ini yang membuat terjadinya hiperglikemia. Akibat dari kadar glukosa yang tinggi di dalam darah, membuat perokok mengalami penekanan nafsu makannya.
3) Nikotin terhadap Dopamine
Nikotin mengaktivasi jalur hadiah yang ada diotak seperti yang terjadi pada kokain atau amphetamine walaupun dalam tingkat yang lebih rendah. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa nikotin meningkatkan kadar dopamine di otak. Efek dari nikotin berlangsung sebentar saja, oleh karena itu perokok harus terus merokok guna mempertahankan efek sensasi dari nikotin dan untuk menghindar dari gejala putus nikotin. dan keracunan nikotin dapat menyebabkan kematian. Tetapi bila kadar nikotin turun di dalam darah, perokok akan merasa gelisa, tidak dapat tenang, ini disebut gejala putus nikotin (Nicotine Withdrawal).
Kadar nikotin yang terkandung di dalam rokok dapat sangat bervariasi.
b. Tar
Tar adalah senyawa polinuklir hidrokarbon aromatika yang bersifat karsinogenik. Sejenis cairan berwarna coklat tua atau hitam yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru, sehingga dapat membuat warna gigi dan kuku seorang perokok menjadi coklat, begitu juga di paru-paru. Tar yang ada dalam asap rokok menyebabkan paralise silia yang ada di saluran pernafasan dan menyebabkan penyakit paru lainnya seperti emphysema, bronchitis kronik dan kanker paru. Sebelum tahun 1950, rokok tidak menggunakan filter, tetapi setelah
dari hasil penelitian didapati bahwa tar dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker paru, sejak itu rokok sekarang rata-rata menggunakan filter, karena dengan menggunakan filter, sedikit banyak zat-zat kimia yang ada di asap rokok dapat tersaring di filter tersebut.
Konsentrasi tar yang ada dalam rokok dapat bervariasi, yaitu:
1) Rokok dengan kadar tar yang tinggi, mengandung tar sekitar 22 mg.
2) Rokok dengan kadar tar yang sedang, mengandung tar sekitar 15 - 21 mg.
3) Rokok dengan kadar tar yang rendah, mengandung tar sekitar 7 mg atau lebih kecil.
c. Karbon Monoksida (CO)
Karbon Monoksida adalah suatu zat beracun yang sifatnya tidak berwarna dan tidak berbau. Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna dari unsur zat arang/ karbon. Gas CO yang dihasilkan sebatang tembakau dapat mencapai 3% - 6%, dan gas ini dapat dihisap oleh siapa saja. Seorang yang merokok hanya akan menghisap 1/3 bagian saja, yaitu arus tengah, sedangkan arus pinggir akan tetap berada di luar. Sesudah itu perokok tidak akan menelan semua asap tetapi ia semburkan lagi keluar.
Gas CO mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin yang terdapat dalam sel darah merah, lebih kuat dibandingkan oksigen, sehingga setiap ada asap tembakau, disamping kadar oksigen udara yang sudah berkurang, ditambah lagi sel darah merah akan semakin kekurangan oksigen karena yang diangkut adalah CO dan bukan oksigen. Sel tubuh yang kekurangan oksigen akan melakuka n spasme, yaitu menciutkan pembuluh darah. Bila proses ini berlangsung terus menerus, maka pembuluh darah akan mudah rusak dengan terjadinya proses aterosklerosis (penyempitan). Penyempitan pembuluh darah akan terjadi di mana- mana. Terpaparnya dengan CO dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan hilangnya kesadaran sampai meninggal.
2.3.1. Rokok terhadap Susunan Saraf Pusat
Nikotin yang diabsorpsi dapat menimbulkan tremor tangan dan kenaikan berbagai hormone dan neurohormon dopamine di dalam plasma. Berdasarkan rangsangannya terhadap chemoreceptors trigger zone dari sumsum tulang belakang dan stimulasinya dari refleks vagal, nikotin menyebabkan mual dan muntah.
Di lain pihak, nikotin itu diterima oleh reseptor asetilkolin nikotinik yang kemudian membaginya ke jalur imbalan dan jalur adrenergik. Pada jalur imbalan, perokok akan merasakan rasa nikmat, memacu sistem dopaminergik. Hasilnya, perokok akan merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar. Sementara di jalur adrenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem adrenergik pada bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan serotonin, meningkatnya serotonin menimbulkan rangsangan senang sekaligus mencari tembakau lagi. Efek dari tembakau memberi stimulasi depresi ringan, gangguan daya rangkap, alam perasaan, alam pikiran, tingkah laku dan fungsi psikomotor.
2.3.2. Rokok terhadap Penyakit Kardiovaskuler
Pada seseorang yang merokok, asap tembakau akan merusak dinding pembuluh darah. Kemudian, nikotin yang terkandung dalam asap tembakau akan merangsang hormon adrenalin yang akibatnya akan mengubah metabolisme lemak dimana kadar HDL akan menurun. Adrenalin juga akan menyebabkan perangsangan kerja jantung dan menyempitkan pembuluh darah. Demikian pula faktor stress yang akhirnya melalui jalur hormon adrenalin, menyebabkan proses penyakit jantung koroner terjadi sebagaimana asap tembakau tadi. Seseorang yang stress yang kemudian mengambil pelarian dengan jalan merokok sebenarnya sama saja dengan menambah risiko terkena jantung koroner. Sekitar 90% penderita arteritis obliteran pada tingkat III dan IV umumnya akan terkena penyakit jantung.
Oleh karena proses penyempitan arteri koroner yang mendarahi otot jantung, maka ketidakcukupan antara kebutuhan dengan suplai menimbulkan kekurangan darah (ischemia). Bila melakukan aktifitas fisik atau stress, kekurangan aliran meningkat sehingga menimbulkan sakit dada. Penyempitan
yang berat atau penyumbatan dari satu atau lebih arteri koroner berakhir dengan kematian jaringan/komplikasi dari infark miokard termasuk irama jantung tidak teratur dan jantung berhenti mendadak. Iskemia yang berat dapat menyebabkan otot jantung kehilangan kemampuannya untuk memompa sehingga terjadi pengumpulan cairan di jaringan tepi maupun penimbunan cairan di paru-paru.
Orang yang merokok lebih dari 20 batang tembakau/hari memiliki risiko 6 kali lebih besar terkena infark miokard dibandingkan dengan bukan perokok.
Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab utama dari kematian di negara- negara industri dan berkembang, yaitu sekitar 30% dari semua penyakit jantung berkaitan dengan tembakau.
2.3.3. Rokok terhadap Arteriosklerosis
Merokok merupakan penyebab utama timbulnya penyakit ini, yaitu menebal dan mengerasnya pembuluh darah. Arteriosklerosis menyebabkan pembuluh darah kehilangan elastisitas
serta pembuluh darah menyempit. Arteriosklerosis dapat berakhir dengan penyumbatan yang disebabkan oleh gumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah.
Wanita yang merokok dan menggunakan pil kontrasepsi mempunyai kemungkinan untuk menderita penggumpalan pembuluh darah sekitar 10%. Dari 100 pasien yang menderita gangguan sirkulasi pada tungkai bawah
(Arteriosklerosis Obliteran), 99 diantaranya adalah perokok.
Ada 4 tingkat gangguan Arteriosklerosis Obliteran, yaitu:
a. Tingkat I : Tanpa gejala
b. Tingkat II : Kaki sakit saat latihan, misalnya berjalan lebih dari 200m dan kurang dari 200m dan keluhan hilang bila istirahat.
b. Tingkat III : Keluhan timbul saat istirahat umunya saat malam hari dan bila tungkai ditinggikan.
c. Tingkat IV : Jaringan mati. Dalam stadium ini tindakan yang mungkin adalah amputasi. Jika penyumbatan terjadi di percabangan aorta daerah
perut akan menimbulkan sakit di daerah pinggang termasuk pula timbulnya gangguan ereksi.
2.3.4. Rokok terhadap Tukak Lambung
Di dalam perut dan usus dua belas jari terjadi keseimbangan antar pengeluaran asam yang dapat mengganggu lambung dengan daya perlindungan.
Tembakau meningkatkan asam lambung sehingga terjadilah tukak lambung dan usus dua belas jari. Perokok menderita gangguan 2 kali lebih tinggi dari bukan perokok.
2.3.5. Rokok terhadap Bayi
Ibu hamil yang merokok mengakibatkan kemungkinan melahirkan prematur. Jika kedua orang tuanya perokok mengakibatkan daya tahan bayi menurun pada tahun pertama, sehingga akan menderita radang paru-paru maupun bronkitis 2 kali lipat dibandingkan yang tidak merokok, sedangkan terhadap infeksi lain meningkat 30%. Terdapat bukti bahwa anak yang orang tuanya merokok menunjukkan perkembangan mentalnya terbelakang.
2.3.6. Rokok terhadap Otak dan Daya Ingat
Akibat proses aterosklerosis yaitu penyempitan dan penyumbatan aliran darah ke otak yang dapat merusak jaringan otak karena kekurangan oksigen.
Kelainan tersebut dibagi menjadi 4 bentuk :
a. Tingkat I : Penyempitan kurang dari 75% tanpa disertai keluhan.
b. Tingkat II : Defisit neurologis sementara.
c. Tingkat III : Defisit neurologi yang menghilang disekitar 3 hari atau frekuensinya meningkat.
d. Tingkat IV : Terjadi infark otak yang lengkap dan menyebabkan defisi neurologis yang menetap.
Studi tentang hubungan tembakau dan daya ingat juga dilakukan baru-baru ini. Dari hasil analisis otak, peneliti dari Neuropsychiatric Institute University of California menemukan bahwa jumlah dan tingkat kepadatan sel yang digunakan
untuk berpikir pada orang yang merokok jauh lebih rendah daripada orang yang tidak merokok.
2.3.7. Rokok terhadap Impotensi
Pada laki-laki berusia 30-40 tahunan, merokok dapat meningkatkan disfungsi ereksi sekitar 50%. Ereksi tidak dapat terjadi bila darah tidak mengalir bebas ke penis. Oleh karena itu, pembuluh darah harus dalam keadaan baik.
Merokok dapat merusak pembuluh darah, nikotin menyempitkan arteri yang menuju penis, mengurangi aliran darah dan tekanan darah menuju penis. Efek ini meningkat bersamaan dengan waktu. Masalah ereksi ini merupakan peringatan awal bahwa tembakau telah merusak area laindari tubuh.
2.3.8. Rokok terhadap Kanker
Insiden kanker paru mempunyai hubungan antara rata-rata jumlah rokok yang dihisap perhari. Dikatakan bahwa, 1 dari 9 perokok berat akan menderita kanker paru. Dari laporan beberapa penelitian mengatakan bahwa perokok pasif pun akan beresiko terkena kanker paru. Anak-anak yang terpapar asap rokok selama 25 tahun pada usia dewasa akan terkena resiko terkena kanker paru dua kali lipat dibandingkan dengan yang tidak terpapar, dan perempuan yang hidup dengan suami/pasangan perokok juga terkena resiko kanker paru 2-3 kali lipat.
Diperkirakan 25% kanker paru dari bukan perokok adalah berasal dari perokok pasif (Amin, 2006). Asap tembakau bertangggung jawab terhadap lebih dari 85%
kanker paru-paru dan berhubungan dengan kanker mulut, faring, laring, esofagus, lambung, pankreas, mulut , saluran kencing, ginjal, ureter, kandung kemih, dan usus.
Tipe kanker yang umumnya terjadi pada petembakau : a. Kanker kandung kemih.
b. Kanker esofagus.
c. Kanker pada ginjal.
d. Kanker pada pankreas.
e. Kanker serviks.
f. Kanker payudara.
g. dll.
Mekanisme kanker yang disebabkan tembakau yaitu sebagai berikut : merokok menyebabkan kanker pada berbagai organ, tetapi organ yang terpengaruh langsung oleh karsinogen adalah saluran nafas. Sebagian besar karsinogen dalam asap tembakau ditemukan pada fase tar seperti PAH dan fenol aromatik. Tembakau yang mengandung nitrosamine dan derivate nikotin juga bersifat karsinogen karena mudah diabsorpsi ke dalam darah. Berkembangnya pengetahuan tentang karsinogen meningkatkan usaha mengurangi konsentrasi berbagai senyawa dan kadar tar menurun hampir 3 kali sejak tahun 1955.
Pengurangan kadar senyawa tertentu dalam tembakau akan mengubah pola merokok untuk memenuhi kebutuhannya.
2.3.9. Rokok terhadap Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOK)
Kebiasaan merokok mengubah bentuk jaringan saluran nafas dan fungsi pembersih menghilang, saluran membengkak dan menyempit. Seseorang yang menunjukkan gejala batuk berat selama paling kurang 3 bulan pada setiap tahun berjalan selama 2 tahun, dinyatakan mengidap bronkitis kronik. Hal tersebut terjadi pada separuh perokok diatas umur 40 tahun.
Bronkus yang melemah kolaps sehingga udara tidak bisa disalurkan dan alveoli melebar menimbulkan empisema paru-paru. Teori hubungan rokok-PPOK yang saat ini digandrungi adalah peran keseimbangan oksidan-anti oksidan dalam pemeliharaan intergritas paru. Oksidan berkemampuan merusak sel parenkim serta jaringan ikat dari ekstraseluler, melalui sifatnya sebagai bahan kimia yang elektrofilik reaktif. Asap rokok dapat meningkatkan kadar oksidan melalui peningkatan sel radang antara lain makrofag alveolar meningkat 2-4 kali, netrofil meningkat 3-5 kali, hal yang mengakibatkan bertambahnya kadar superoksida dan hidrogen peroksida. Asap rokok juga bertindak sebagai oksidan serta menekan aktifitas silia, dan dapat mengakibatkan hipertroi mukus (Alsagaff, 2006).
Kerusakan saluran napas umumnya dan paru-paru pada khususnya tersebut dipengaruhi oleh beberapa mekanisme di bawah ini sehingga terjadi penyakit paru obstruksi kronik.
a. Cedera Akibat Oksidasi 1) Oksidasi Langsung
Fase tar mengandung kuinon, radikal bebas semikuinon dan hidrokuinon dalam bentuk matriks polimer. Fase gas mengandung nitric oxide. Senyawa ini dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangan merusak.
2) Oksidasi pada Cell-mediated
Asap tembakau mengakibatkan peningkatan jumlah neutrofil dan makrofag secara nyata pada petembakau yang secara normal tidak terjadi pada bukan petembakau. Neutrofil dirangsang untuk melepas protease dan oksigen dari radikal bebas. Petembakau mengalami penurunan kadar vitamin E pada cairan alveolar, penurunan konsentrasi vitamin C dalam plasma dan peningkatan superoksida dismutase (SOD) serta aktivitas katalase dalam makrofag secara mencolok.
b. Aktivasi Imunologik
Perokok mengalami peningkatan kadar Immunoglobulin E serum.
Penyebabnya belum diketahui tetapi peningkatan mencapai hampir 2 kali lipat.
Toksisitas dan kerusakan sel akibat oksidasi menimbulkan kerusakan permeabilitas sel mukosa saluran napas, sehingga memudahkan alergen untuk merangsang sel menjadi aktif secara imunologik.
Merokok akan meningkatkan aktivitas subset
limfosit T untuk menghasilkan Interleukin-4, suatu sitokin yang merangsang pembentukan Imunoglobulin E. Hubungan kadar Immunoglobulin E dan perburukan fungsi paru sudah terbukti pada asthma (penyempitan saluran napas), tetapi hal ini belum terbukti jelas pada perokok yang tidak menderita asthma.
Bab 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian
ini adalah:
3.2. Definisi Operasional
a. Pengetahuan adalah menilai pengetahuan subjek terhadap rokok, dampak atau efek dari merokok. Keuntungan dan kerugian dari rokok dan bahayanya akan kandungan-kandungan yang ada dalam rokok terhadap tubuh.
b. Sikap adalah bagaimana reaksi atau respon subjek yang masih tertutup terhadap rokok berdasarkan pengetahuan akan rokok yang dimiliki subjek.
c. Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus yang meliputi kretek dan rokok putih yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.
Rokok
Pengetahuan Sikap
3.3. Aspek Pengukuran
a. Pengukuran gambaran pengetahuan mahasiswa FK USU mengenai rokok dilakukan berdasarkan jawaban pertanyaan yang diberikan oleh responden.
Instrumen yang digunakan berupa angket dengan jumlah pertanyaan sebanyak 10 pertanyaan. Bila jawaban responden benar akan diberi nilai 1, jika jawaban salah diberi nilai 0. Sistem skoring yang diberikan pada tiap- tiap pertanyaan adalah sebagai berikut.
Tabel 3.1.
Skor Pertanyaan pada Angket Pengetahuan
No. Skor
1. B = 1 S = 0
2. B = 1 S = 0
3. B = 1 S = 0
4. B = 1 S = 0
5. B = 1 S = 0
6. B = 1 S = 0
7. B = 1 S = 0
8. B = 1 S = 0
9. B = 1 S = 0
10. B = 1 S = 0
Dengan memakai skala pengukuran menurut Hadi Pratomo dan Sudarti (1966) yaitu:
(1) Baik, bila jawaban responden benar > 75% dari total nilai angket pengetahuan.
(2) Sedang, bila jawaban responden benar antara 40-75% dari total nilai angket pengetahuan.
(3) Kurang, bila jawaban responden benar <40% dari total nilai angket pengetahuan.
Maka penilaian terhadap pengetahuan responden yaitu : (1) Skor 8-10 : baik
(2) Skor 4-7 : sedang (3) Skor ≤ 3 : kurang
b. Pengukuran sikap mahasiswa FK USU mengenai rokok dilakukan berdasarkan jawaban pertanyaan yang diberikan oleh responden. Instrumen yang digunakan berupa angket dengan jumlah pertanyaan sebanyak 5 pertanyaan. Bila jawaban responden setuju akan diberi nilai 1, jika jawaban tidak setuju diberi nilai 0. Sistem skoring yang diberikan pada tiap-tiap pertanyaan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2.
Skor Pertanyaan untuk Angket Sikap
No. Skor
1. S = 1 TS = 0
2. S = 1 TS = 0
3. S = 0 TS = 1
4. S = 1 TS = 0
5. S = 0 TS = 1
Dengan memakai skala pengukuran menurut Hadi Pratomo dan Sudarti (1966) yaitu:
(1) Baik, bila jawaban responden benar > 75% dari total nilai angket pengetahuan.
(2) Sedang, bila jawaban responden benar antara 40-75% dari total nilai angket pengetahuan.
(3) Kurang, bila jawaban responden benar <40% dari total nilai angket pengetahuan.
Maka penilaian terhadap pengetahuan responden yaitu : (1) Skor 4-5 : baik
(2) Skor 2-3 : sedang (3) Skor ≤ 1 : kurang
Bab 4
METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif ini dilakukan terhadap sekumpulan objek biasanya cukup banyak, dalam jangka waktu tertentu yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terhadap rokok. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study dimana pengambilan data dilakukan hanya sekali saja pada setiap responden.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Lokasi ini dipilih berdasarkan evaluasi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti.
4.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama 6 bulan, sejak peneliti menentukan judul, menulis proposal, mengumpulkan data hingga seminar hasil, yang berlangsung sejak bulan Maret 2015 hingga September 2015.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2012, stambuk 2013, dan stambuk 2014.
Populasi pada penelitian ini berjumlah sekitar 1306 orang.
4.3.2. Sampel
Sampelnya adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara stambuk 2012, stambuk 2013, dan stambuk 2014. Perhitungan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus :
306 n = jumlah sampel 1+ N (d2)
N = besar populasi = 1306
d = tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan = 0,05
Dengan tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 95% dan tingkat ketepatan relatif adalah sebesar 5%. Maka jumlah sampel yang diperoleh dengan memakai rumus tersebut adalah sebanyak 306 orang.
Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Sampel tersebut kemudian didistribusikan merata pada mahasiswa tersebut:
a. Mahasiswa stambuk 2012: 1/3 x 306 = 102 orang.
b. Mahasiswa stambuk 2013: 1/3 x 306 = 102 orang.
c. Mahasiswa stambuk 2014: 1/3 x 306 = 102 orang.
4.4. Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer
Data primer adalah data yang berasal dari sampel penelitian dan pengumpulan data dilakukan dengan metode angket.
4.4.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan pihak fakultas yang berhubungan dengan jumlah mahasiswa.
4.4.3. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Angket yang telah selesai disusun akan diuji validitasnya dengan SPSS 11.5.
Uji validitas dilakukan dengan korelasi Pearson, skor yang didapat dari setiap pertanyaan dikorelasikan dengan skor total untuk tiap variabel. Setelah semua korelasi untuk setiap pertanyaan dengan skor total diperoleh, nilai-nilai
tersebut dibandingkan dengan nilai r tabel. Nilai r tabel untuk jumlah responden 20 orang dengan taraf signifikansi 0.1 adalah 0.444. Jika nilai 42 koefisien korelasi Pearson dari suatu pertanyaan tersebut berada diatas nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut valid.
4.4.4. Uji Reabilitas
Reliabilitas merupakan indeks yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan angket yang telah selesai disusun akan diuji reabilitasnya dengan menggunakan SPSS 11.5.
Uji reliabilitas dilakukan pada seluruh pertanyaan yang valid dengan koefisien Reliabilitas Alpha pada aplikasi SPSS 11.5. Jika nilai alpha lebih besar dari nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut reliabel.
4.4.5. Etika Penelitian
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket, dan sebelum pengisian angket akan dilampirkan lembaran persetujuan responden. Dalam angket tersebut nama responden tidak akan dicantumkan.
Angket tersebut berisikan pertanyaan-pertanyaan berupa pengetahuan dan sikap terhadap kebiasaan merokok. Hasil penelitian dan jawaban dari responden hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian. Pengisian angket kurang lebih memakan waktu responden sebanyak 10-15 menit.
4.5. Metode Analisis Data
Data dari setiap responden akan dimasukkan ke dalam komputer oleh peneliti. Analisis data yang diperoleh dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan SPSS versi 11.5 (Statistical Products and Service Solutions).
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di kampus Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang terletak di Jl. Dr. T. Mansyur No.5 Medan. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Dr. Ir. Soekarno pada tanggal 20 November 1957. Fakultas Kedokteran merupakan fakultas tertua di Universitas Sumatera Utara (USU). Kampus ini memiliki beberapa ruang kuliah, ruang laboratorium, ruang tutorial, dan beberapa ruang akademik serta administrative lainnya. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara juga mempunyai fasilitas musholla, aula, perpustakaan, took buku, dan beberapa kantin.
5.1.2 Deskripsi karakteristik sampel
Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa fakultas kedokteran semester III, V, VII yang aktif dan terdaftar secara sah oleh pihak Universitas Sumatera Utara dengan jumlah 102 orang sesuai dengan rumus random sampling yang dipakai peneliti dalam penelitian ini dan juga termasuk dalam kriteria inklusi.
5.1.3 Deskripsi tingkat pengetahuan mahasiswa tentang Dampak Merokok Terhadap Kesehatan Paru
Hasil penelitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Mengenai Dampak Merokok Terhadap Kesehatan Paru Tahun 2015”, kuesioner diberikan kepada 102 responden pada penelitian ini. Hasilnya dapat disajikan sebagai berikut :
Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terhadap Dampak Merokok Terhadap Kesehatan Paru Tahun 2015 berpengetahuan baik sebanyak 99 orang (97.1%), berpengetahuan cukup 3 orang
(2.9%), berpengetahuan kurang sebanyak 0 orang (0%). Hal ini dapat dilihat pada table 5.1 dibawah ini :
Tabel 5.1
Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan pengetahuan mahasiswa fakultas kedokteran universitas sumatera utara mengenai
dampak merokok terhadap kesehatan paru tahun 2015 (n=100)
VARIABEL FREKUENSI PERSENTASE
BAIK 99 97.1
SEDANG 3 2,9
KURANG 0 0
TOTAL 102 100
Tingkat Pengetahuan terhadap sikap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terhadap Dampak Merokok Terhadap Kesehatan Paru Tahun 2015 berpengetahuan baik sebanyak 95 orang (93.1%), berpengetahuan cukup 7 orang (6.9%), berpengetahuan kurang sebanyak 0 orang (0%). Hal ini dapat dilihat pada table 5.1 dibawah ini :
Tabel 5.2
Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan sikap mahasiswa fakultas kedokteran universitas sumatera utara mengenai dampak merokok
terhadap kesehatan paru tahun 2015 (n=100)
VARIABEL FREKUENSI PERSENTASE
BAIK 95 93.1
SEDANG 7 6,9
KURANG 0 0
TOTAL 102 100
5.2. Pembahasan
5.2.1 Distribusi frekuensi reponden terhadap pengetahuan
Pengetahuan responden mengenai dampak bahaya merokok terhadap kesehatan paru adalah untuk mengetahui sejauh mana responden mengetahui tentang dampak bahaya merokok terhadap kesehatan paru.
Berdasarkan tabel 5.1 dan hasil penelitian yang telah dilakukan pada mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun 2015, diperoleh data yang merupakan keadaan nyata dengan cara menyebarkan kuesioner kepada 102 orang responden. Data tersebut dapat dijadikan tolak ukur dalam melakukan pembahasan dan sebagai hasil akhir dapat dijabarkan sebagai berikut :
Berdasarkan penelitian ini diperoleh mahasiswa yang berpengetahuan baik sebanyak 97.1%, berpengetahuan sedang sebanyak 2.9% dan berpengetahuan kurang sebanyak 0%.
Menurut Salam (2003) pengetahuan merupakan hasil dari usaha manusia untuk tahu. Pekerjaan tahu adalah hasil dari kenal, insaf, mengerti dan pandai.
Dengan hal ini menyatakan bahwa usaha yang dimaksud adalah usaha untuk mengetahui dari materi pembelajaran.
Menurut asumsi penulis hal ini menyatakan bahwa mahasiswa yang memiliki pengetahuan baik lebih banyak, ini berarti mahasiswa telah mengetahui tentang dampak bahaya merokok terhadap kesehatan paru, karena pemahaman dan penguasaan mahasiswa yang diperoleh dari dosen yang memberikan materi maupun dari buku panduan yang tersedia di sarana pendidikan. Mahasiswa mengatakan pemahaman dan tatap muka yang dilakukan di kelas efektif sehingga mampu memperdalam materi yang disampaikan. Selain itu buku-buku penunjang materi yang tersedia disarana pendidikan seperti perpustakaan sudah dimanfaatkan sehingga wawasan yang diterima tidak hanya dari proses belajar mengajar yang dilakukan di kelas. Selain itu aplikasi dalam bentuk praktek yang membuat mahasiswa mampu memperdalam materi yang disampaikan. Sedangkan
mahasiswa yang memiliki pengetahuan cukup disebabkan mahasiswa hanya aktif saat proses belajar mengajar di dalam kelas dan kurang memanfaatkan sarana perpustakaan yang sudah disediakan oleh pendidikan. Dan tingkat pengetahuan mahasiswa dikategorikan dalam kategori kurang dikarenakan sebagian besar responden kurang aktif dan kurang memperhatikan saat dosen memberikan penjelasan.
Dengan hasil yang didapat, asumsi peneliti dalam hal ini menyatakan bahwa sarana pendidikan yang terdapat pada fakultas kedokteran universitas sumatera utara sudah baik sehingga mahasiswa dapat dengan mudah memperoleh infomasi pada materi yang telah diberikan dosen.
Hasil penelitian ini mendukung pendapat yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2005) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain: pendidikan, pekerjaan, media masa/informasi, sosial budaya dan ekonomi, lingkungan, pengalaman dan usia.
Berdasarkan Tabel 5.2 penelitian terhadap sikap diperoleh mahasiswa yang berpengetahuan baik tentang sikap sebanyak 93.1%, berpengetahuan sedang sebanyak 6.9% dan berpengetahuan kurang sebanyak 0%.
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya (Notoatmodjo, 2005).
Menurut Notoatmodjo (2005) pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri, media dan lingkungan. Pengetahuan baik dan cukup dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sumber informasi, dan faktor pendidikan.
Semakin banyak seseorang mendapatkan informasi akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Mengenai Dampak Merokok Terhadap Kesehatan Paru Tahun 2015” diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Distribusi pengetahuan responden tentang dampak merokok terhadap kesehatan paru di Fakultas Universitas Sumatera Utara Tahun 2015 berpengetahuan baik sebanyak 99 orang (97.1%), berpengetahuan sedang 3 orang (2.9%), berpengetahuan kurang sebanyak 0 orang (0%).
6.2. Saran
6.2.1. Bagi Peneliti Lanjutan
Bagi peneliti di masa akan datang jumlah sampelnya lebih banyak, tempat yang berbeda dan dapat meneruskan penelitian ini dengan yang lebih spesifi Dalam hal ini untuk peneliti di masa yang akan datang diharapkan dapat memperluas cakupan atau meneliti tentang dampak bahaya merokok terhadap kesehatan paru lebih mendalam dari segi teori, gejala, penatalaksanaan, dan lain- lain.
6.2.2. Bagi Responden
Untuk responden diharapkan untuk lebih mempelajari lagi materi tentang dampak bahaya merokok terhadap kesehatan paru. Dalam hal ini diharapkan responden untuk lebih aktif untuk menggali pengetahuan dan mencari sumber- sumber lain yang dapat menambah pengetahuan seperti surat kabar, internet, buku, dan lain-lain.
6.2.3. Bagi Institusi
Untuk institusi diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi dan bahan bacaan.
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff, H., Mukty, H.A., 2006. Penyakit Obstruksi Saluran Pernafasan.
Dalam: Alsagaff, H., Mukty, H.A. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya:
Airlangga University Press, 231-53.
Amin, Z., 2006. Kanker Paru. Dalam: Sudoyo, A.W., Setryohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M.K., Setiati, S. Ilmu Penyakit Dalam. Ed 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1015-21.
Curfman, G.D., Morrissey, S., Drazen J.M., 2008. The FDA and Tobacco Regulation. N Eng J Med359 (10): 1056-7.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009. Murid SMP Terlalu Mudah Membeli Rokok. Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat, Direktorat Promosi Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006. Kematian Akibat Rokok Berlipat Ganda Pada Tahun 2020. Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat, Direktorat Promosi Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004. Perokok Pasif Mempunyai Risiko Lebih Besar Dibandingkan Perokok Aktif. DirektoratJendral Kesehatan Masyarakat, Direktorat Promosi Kesehatan.
Gondodiputro, S., 2007.Bahaya Tembakau dan Bentuk-bentuk Sediaan Tembakau. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran. Universitas Padjajaran. Available from: http://resources.unpad.ac.id/unpad-
content/uploads/publikasi_dosen/Rokok.PDF.
Isselbacher, B et al, 1999. Harrisons' Principles of Internal Medicine, 10thEd.
NewYork: McGraw-Hill Company, 1302-5.
Itil, O., Ergor, G., Ceylan, E., 2004. Knowledge and Attitudes About Smoking Among Students In A Medical Faculty. Turkish Respiratory J5 (2): 86-91.
Kaplan, R.M., Sallis, J.F., Patterson, T.L., 1993. Health and Human Behavior.
New York: McGraw-Hill Book Co.
Komalasari, D., Helmi, A.F., 2008. Faktor-faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja. Universitas Gadja Mada Press. Available from:
http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/perilaku_merokok_avin.pdf.
Medical News Today, 2004. Prevalence of Smoking.Washington:
MediLexicon International. Ltd. Available. from:
www.medicalnewstoday.com/articles/9702.php.[Accessed 25 Maret 2009]
Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI, 2004. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Tentang Pedoman Cara Uji Kandungan Kadar Nikotin dan Tar Rokok.Direkorat Jendral Industri Kimia, Argo dan Hasil Hutan.
Mulcahy, S., 1997. The Toxicology of Cigarette Smoke and Environmental Tobacco Smoke. New York: Biochemical Toxicology. Available from:
www.csn.ul.ie/~stephen/reports/bc4927.html.
Noorastuti, P. T. 2009. Konsentrasi racun dalam tubuh perokok pasif lebih besar karena racun tidak terfilter. Jakarta: Bahaya Perokok Pasif 3 Kali Perokok Aktif.
Availablefrom : http://kosmo.vivanews.com/news/read/69076- bahaya_perokok_pasif_3_kali_perokok_aktif
Notoadmodjo, S.2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoadmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Dalam:
Notoadmodjo, S. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta:
Rineka Cipta, 95-145.
Notoadmodjo, S. 2007. Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan. Dalam:
Notoadmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta, 133-51.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003. Prevalensi Merokok Pada Anak Terus Meningkat. Indonesia: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Available from:
http://www.kikil.org/forum/printthread.php?tid=7394.
Pusat data dan Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia, 2003. 57% Penduduk Indonesia Merokok. Jakarta: PDPERSI. Available from:
http://www/website/persinew/inc/counter.inc.php.
Whelton, P.K, 1999. Passive Smoking and The Risk of Coronary Heart Disease: A Meta-analysis of epidemiologic study. N Engl J Med 340: 9206.
WHO, 2008. Who report on the Global Tobacco Epidemic.WHO. Available from: http://www.who.int/tobacco/mpower/mpower_report_full_2008.pdf.
World Bank, 2001. Tobacco Control in Developing Countries. World Bank.
Available from: http://www1.worldbank.org/tobacco/tcdc/465TO476.pdf
Lampiran 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Dimas Sofani Lubis Jenis Kelamin : Laki - Laki
Tempat, Tanggal Lahir : Petumbukan, 22 Januari 1994 Warga Negara : Indonesia
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : Komp Vila Asoka A-19 MEDAN
Email : [email protected] Riwayat Pendidikan :
1. SDPN Medan (2000-2006)
2. SMP Harapan 2 Medan (2006-2009) 3. SMAN 1 Medan (2009-2012)
4. Fakultas Kedokteran USU (2012-Sekarang)
LEMBAR PENJELASAN Responden yang saya hormati,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dimas Sofani Lubis NIM : 120100422
Adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter S1 Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian yang berjudul, “Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Mengenai Dampak Merokok Terhadap Kesehatan Paru Tahun 2015”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap mahasiswa FK USU mengenai dampak merokok terhadap kesehatan paru.
Penelitian ini tidak akan merugikan responden, data hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Dengan surat ini saya lampirkan surat persetujuan bila anda bersedia menjadi responden penelitian.
Bersama ini saya mohon kesediaan anda untuk ikut serta dalam penelitian ini. Partisipasi anda bersifat bebas dan tanpa ada paksaan. anda berhak untuk menolak berpartisipasi tanpa dikenakan sanksi apapun. Untuk penelitian ini, anda tidak dikenakan biaya apapun. Anda juga dapat menghubungi saya (08116180178).
Demikianlah penjelasan ini saya sampaikan. Atas partisipasi dan kesediaan anda, saya ucapkan terima kasih.
Medan, 2015 Peneliti
Dimas Sofani Lubis NIM: 120100422
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk ikut berpartisipasi dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter S1 Universitas Sumatera Utara yang bernama Dimas Sofani Lubis, NIM: 120100422 dengan penelitian yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Mengenai Dampak Merokok Terhadap Kesehatan Paru Tahun 2015”. Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini sangat besar manfaatnya bagi peningkatan ilmu kesehatan di Indonesia.
Medan, 2015 Responden
...
Lampiran 3
KUESIONER
Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Mengenai Dampak Merokok
Terhadap Kesehatan Paru Tahun 2015
1. Karakteristik Responden
Petunjuk pengisian : Beri tanda (√) pada kolom yang tersedia.
Jenis Kelamin : □ Pria □ Wanita
Pendidikan Responden : □ Mahasiswa stambuk 2012
□ Mahasiswa stambuk 2013 □ Mahasiswa stambuk 2014
Aktivitas Responden selain kuliah : □ Organisasi □ Berdagang □ Olahraga □ Lain-lain,_______
□ Bekerja
Saudara/i mengenal rokok sejak : □ TK □ SMU
□ SD □ Mahasiswa/i
□ SLTP
Riwayat merokok : □ Merokok □ Tidak merokok
A.PENGETAHUAN
1. Menurut kamu, apakah rokok berbahaya bagi kesehatan?
a. Ya b. Tidak
c. Tidak Mengetahui d. Semua salah
2. Berbahaya bagi kesehatan siapa?