• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2012 dan 2014 Tentang Merokok Sebagai Faktor Risiko PPOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2012 dan 2014 Tentang Merokok Sebagai Faktor Risiko PPOK"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

LEMBAR PENJELASAN PENGISIAN ANGKET

Saya selaku Mahasiswa FK USU: Nama : Vidya Cecilia Stambuk : 2012

Lembar persetujuan responden ini bertujuan untuk melakukan penelitian mengenai Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2012 dan 2014 Tentang Merokok Sebagai Faktor Risiko PPOK. Peneliti memerlukan Saudara/i sebagai subjek dalam penelitian, dimana Saudara/i berperan sebagai responden. Responden diminta untuk mengisi angket sesuai petunjuk yang diberikan. Nama responden tidak akan dicantumkan pada hasil penelitian dan jawaban yang responden berikan hanya digunakan untuk keperluan penelitian saja. Pengisian angket kurang lebih memakan waktu 10-15 menit.

Demikian saya beritahukan. Atas kesediaan Saudara/i mengisi lembar persetujuan dan kuesioner ini saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya. Semoga partisipasi Saudara/i dalam penelitian ini membawa manfaat besar bagi kita semua.

Medan, September 2015

(2)

LAMPIRAN 2

LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN ANGKET

Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama :

Stambuk : NIM :

Dengan ini menyatakan bersedia ikut berpartisipasi menjadi salah satu responden dalam penelitian “Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk 2012 dan 2014 Tentang Merokok Sebagai Faktor Risiko PPOK” dan bersedia mengisi angket ini dengan sebaik-baiknya.

Medan, September 2015

(3)

LAMPIRAN 3

KUESIONER PENELITIAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN MASUK 2012 DAN 2014 TENTANG MEROKOK SEBAGAI

FAKTOR RISIKO PPOK

No. responden : ________________

Nama : _______________________ Angkatan : __________

Umur : ______ tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan Suku : ___________________

Riwayat merokok : Merokok Tidak Merokok

PENGETAHUAN

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda contreng pada jawaban yang menurut anda anggap benar.

1. Jumlah bahan kimia yang diperkirakan terdapat dalam asap rokok …

a. 500-1000

b.1000-3000

c. 3000-7000

2. Asap sampingan dari rokok adalah …

a. Asap rokok yang dihisap langsung masuk ke paru-paru lalu dihembuskan kembali

b. Asap yang dihasilkan oleh ujung rokok yang terbakar, dan juga dari hembusan

perokok

(4)

3. PPOK ditandai dengan

a. Deviasi trakea pada sisi yang sakit

b. Keterbatasan aliran udara yang terus-menerus

c. Ekspansi dada asimetris

4. Sel inflamasi yang terganggu akibat merokok sehingga menyebabkan PPOK..

a. Makrofag Alveolar

b. Eosinofil

c. Mast Cell

5. Jumlah klasifikasi derajat keparahan PPOK berdasarkan pemakaian spirometri

(GOLD 2014)

a. 3

b. 4

c. 5

6.Komplikasi PPOK adalah…

a. Asma

b. Bronkitis kronik

c. Cor pulmonale

7. Pilihan pertama yang di rekomendasi pada penatalaksanaan PPOK stabil untuk

kelompok pasien tipe A adalah

a. SAMA

b. ICS

b. NSAID

8. Faktor manakah yang merupakan indikator risiko tinggi pada PPOK?

a. Eksaserbasi tahun lalu >1x

b. VEP1<60%

(5)

9. Manakah yang bukan merupakan tiga gejala utama eksaserbasi…

a. Batuk darah

b. Dahak berubah warna

c. Volume dahak bertambah

10. Klasifikasi PPOK eksaserbasi berdasarkan berat-ringan serangan… a. 3

b. 4

c. 5

B. SIKAP

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda contreng pada jawaban yang menurut anda anggap benar.

NO. PERMASALAHAN SANGAT

SETUJU 1. Ketika saudara/i mencium

asap rokok Anda akan menutup mulut.

2. Saudara/i akan ikut serta dalam menyukseskan program hari tanpa tembakau.

3. Saudara/i merasa tidak nyaman berada di samping orang yang merokok

4. Semua sponsor dan iklan rokok perlu dikurangi

5. Harga jual hasil tembakau/ rokok perlu ditingkatkan. 6. Di tempat-tempat umum

seperti restoran, anda akan memilih lokasi/ruang bebas rokok

7. Saudara/i akan mendukung program pemerintah dalam mengurangi konsumsi tembakau

(6)

merokok.

9. Dokter yang merokok dapat mempengaruhi pandangan pasien terhadapnya. 10. Upaya berupa kampanye

berhenti merokok dikalangan mahasiswa fakultas kedokteran yang merokok, perlu

dilaksanakan untuk mengurangi jumlah perokok di kalangan mahasiswa FK

(7)

LAMPIRAN 4

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Vidya Cecilia

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 23 November 1994

Warga Negara : Indonesia

Status : Belum Menikah

Agama : Katolik

Alamat : Jl. Danau Indah 5 no. 9. Jakarta Utara.

Nomor Handphone : 081513108418

Email : vidya_cecilia@hotmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. SD Don Bosco II Pulomas (2000-2006) 2. SMP Don Bosco II Pulomas (2006-2009) 3. SMA Don Bosco II Pulomas (2009-2012)

(8)

LAMPIRAN 5

ANGGARAN BIAYA PENELITIAN 1. Persiapan Proposal

Nama Jumlah Harga Satuan Total

Tinta print 1 Rp 60.000,00 Rp 60.000,00

Kertas A4 1 Rp 40.000,00 Rp 40.000,00

Jilid proposal awal 5 Rp 2.000,00 Rp 10.000,00 Jilid proposal revisi 5 Rp 2.000,00 Rp 10.000,00

Total Rp 120.000,00 2. Taksasi Pengumpulan Data

Memperbanyak kuesioner 190 Rp 400,00 Rp 76.000,00 Memperbanyak lembar

penjelasan

190 Rp 100,00 Rp 19.000,00

Memperbanyak lembar persetujuan

190 Rp 100,00 Rp19.000.00

Souvenir untuk responden 190 Rp 2.000,00 Rp 380.000,00

Total Rp 494.000,00 3. Taksasi Analisis data dan revisi

Tinta print 1 Rp 20.000,00 Rp 60.000,00

Kertas A4 1 Rp 40.000,00 Rp 40.000,00

Jilid KTI softcover 5 Rp 2.000,00 Rp 10.000,00 Jilid KTI hardcover 5 Rp 20.000,00 Rp 110.000,00

Total Rp 170.000,00

4. Transportasi Rp 100.000,00

(9)

LAMPIRAN 6

HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Uji Validitas dan Reliabilitas Pengetahuan

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

(10)

Uji Validitas dan Reliabilitas Sikap

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

(11)

LAMPIRAN 7

HASIL PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA TAHUN MASUK 2012 DAN 2014

(12)
(13)
(14)
(15)

LAMPIRAN 8

DATA INDUK

Data Induk Mahasiswa Tahun Masuk 2012 Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Merokok 10 11.1 11.1 11.1

Tidak Merokok 80 88.9 88.9 100.0

(16)

P1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(17)

P6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 24 26.7 26.7 26.7

1 66 73.3 73.3 100.0

(18)

Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(19)

S5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(20)

S9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 82 91.1 91.1 91.1

Cukup 8 8.9 8.9 100.0

(21)

Data Induk Mahasiswa Tahun Masuk 2014 Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Merokok 6 7.5 7.5 7.5

Tidak Merokok 74 92.5 92.5 100.0

(22)

P1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 73 91.3 91.3 91.3

1 7 8.8 8.8 100.0

(23)

P7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(24)

S1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(25)

S5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(26)

S9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(27)
(28)
(29)

53

DAFTAR PUSTAKA

Amin, M 1996, Penyakit Paru Obstruktif Menahun : Polusi Udara, Rokok, dan Alfa-1-antitripsin, Airlangga University Press, Surabaya.

Alsagaff, H 2005, Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University Press, Surabaya.

Arumugam, HR 2009, Tingkat Pengetahuan Mahasiswa FK USU 09 tentang Merokok sebagai Faktor Resiko Utama PPOK, Repository USU, Medan. Azwar, S. 2005, Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Vol. 2. Pustaka Pelajar,

Yogyakarta.

Badan Penelitian dan Penembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI 2013, Riset Kesehatan Dasar, Kementrian Kesehatan RI, Jakarta.

Behr, J, Nowak, D 2002, ‘Tobacco Smoke and Respiratory Disease’, European Respiratory Monograph, vol. 21, pp. 161-179.

Benowitz, NL, Hukkanen, J, Jacob III, P 2009, ‘Nicotine Chemistry, Metabolism, Kinetics, and Biomarkers’, in Nicotine Psychopharmacology, Springer, San Fransisco, USA.

Bogden JD, Kemp FW, Buse M 1999. Composition of tobaccos I. Selenium, polonium-210, Alternaria, tar, and nicotine. J. Natl. Cancer Inst.Vol. 66 (1), pp. 27–31.

Bustan, MN 1997, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Rineka Cipta, Jakarta. Carre, PC, Roche, N, Neukirch, F, Radeau, T, Perez, T, Terrioux, P et al. 2008, ‘The

Effect of an Information Leaflet upon Knowledge and Awareness of COPD in Potential Sufferers’, Respiration 2008, vol. 76, pp. 53-60.

Dewi, M, Wawan A, 2010, Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia, Nuha Media, Yogyakarta.

(30)

54

Food and Drug Administration 2012, Harmful and Potentially Harmful Constituents in Tobacco Products and Tobacco Smoke, vol. 77, no. 64.

Geis, O, Kotzias, D 2007, Tobacco, Cigarettes and Cigarette Smoke An Overview, European Communities Directorate-General Joint Research Centre Institute for Health and Consumer Protection, Luxembourg.

Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease 2015, At-A-Glance Outpatient Management Reference for Chronic Obstructive Pulmonary Disease, GOLD, Belgium.

Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease 2015, Global Strategy for the Diagnosis, Management, and Prevention of COPD Updated 2015, GOLD, Belgium.

Grassi MC, Chiamulera, C, Baraldo, M, Culasso, F, Ferketich, AK, Raupach, T et al. 2012, ‘Cigarette Smoking Knowledge and Perceptions Among Students in Four Italian Medical Schools’, Nicotine & Tobacco Research 2012, viewed 1 December 2015, Oxford Journals, DOI 10.1093/ntr/ntr330.

Han, MY, Chen, WQ, Wen, XZ, Liang, CH, Ling, WH 2012, ‘Differences of Smoking Knowledge, Attitudes, and Behaviors Between Medical and Non-medical Students’, International Journal of Behavioral Medicine March 2012, Volume 19, Issue 1, pp 104-110, viewed 1 December 2015, Springer, DOI 10.1007/s12529-010-9140-7.

Kaplan R.M, Sallis J.F& Paterson T.L 2003, Types Of Cigarette Smoke. In Health and Human Behavior, Mc Graw Hill Book Co, New York.

Kawakami, M 2000, ‘Awareness of the Harmful Effects of Smoking and Views on Smoking Cessation Intervention among Japanese Medical Students’, Internal Medicine 2000, Vol. 39, No. 9, pp. 720-726, viewed 1 December 2015, j-stage, DOI http://doi.org/10.2169/internalmedicine.39.720.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2010, Pusat Promosi Kesehatan

(31)

55

Loren, Jeff 2009, Gambaran Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Faklutas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Terhadap Rokok, Repository USU, Medan.

Laniado, R 2008, ‘Smoking and Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD). Parallel Epidemics of the 21st Century’, International Journal of Environmental Research and Public Health,vol. 6, pp. 209-224.

Maramis, WF 2006, Ilmu Perilaku Dalam Pelayanan Kesehatan, Airlangga University Press, Surabaya.

Mannino, DM, Buist AS 2007, ‘Global Burden of COPD: Risk Factors, Prevalence, and Future Trends’, The Lancet, vol. 370, pp. 765-773.

Mubarak, WI 2011, Promosi Kesehatan untuk Kebidanan, Salemba Medika, Jakarta. Notoatmodjo, S 2003, Promosi kesehatan & Ilmu perilaku, Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo, S 2005, Ilmu & Aplikasi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta.

Notoadmodjo, S 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta. Notoadmodjo, S 2007, Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta,

Jakarta.

Potkin, S. 2005, viewed 10 November 2015,

<http://www.iptek.net.id/ind/berita/berita_lama_idx.php?id=169>.

Raupach, T, Shahab, L, Baetzing, S, Hoffmann, B, Hasenfuss, G, West, R et al. 2008, ‘Medical students lack basic knowledge about smoking: Findings from two European medical schools’, Nicotine & Tobacco Research 2009, viewed 1 December 2015, Oxford Journals, DOI 10.1093/ntr/ntr007.

Riyanto, BS, Hisyam, B 2009, ‘Obstruksi Saluran Pernapasan Akut’, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V, Interna Publishing, Jakarta, pp. 2216-2239.

Saryono 2008, Metodologi Penelitian Kesehatan Penuntun Praktis Bagi Pemulsa, Mitra Cendikia Press, Jogjakarta.

(32)

56

Tamimi, A, Serdarevic, D, Hanania, NA 2012, ‘The effects of cigarette smoke on airway inflammation in asthma and COPD: Therapeutic implications’, Respiratory Medicine, vol. 106, pp. 319-328.

Tobacco History, viewed 27 March 2015,

<http://archive.tobacco.org/History/Tobacco_History.html>.

TCSC-IAKMI 2010, Fakta Tembakau : Permasalahannya di Indonesia Tahun 2010, Bunga Rampai, Jakarta.

U.S Department of Health and Human Services 2010, A Report of the Surgeon General : How Tobacco Smoke Causes Disease: What It Means to You, Department of Health and Human Services, Centers for Disease Control and Prevention, National Center for Chromic Disease Prevention and Health Promotion, Office on Smoking and Health.

World Health Organization 2012, The top 10 causes of death, diakses 26 Maret 2015, <http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs310/en/index1.html>.

World Health Organization 2012, Burden of COPD, diakses 26 Maret 2015, <http://www.who.int/respiratory/copd/burden/en/>.

World Health Organization 2014, WHO global report on trends in tobacco smoking

2000-2025, diakses 26 Maret 2015,

<http://www.who.int/tobacco/publications/surveillance/reportontrendstobacco smoking/en/index4.html>.

World Health Organization 2015, Tobacco Fact Sheet, diakses 26 Maret 2015, <http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs339/en/>.

(33)

31

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kerangka konsep penelitian yang terdiri dari kerangka konsep dan definisi operasional. Pada kerangka konsep, akan digambarkan skema kerangka konsep yang berisi variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian.

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Pengetahuan dan Sikap

Mahasiswa FK USU tahun masuk 2012

Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa FK USU tahun masuk

(34)

32

3.2. Variabel dan Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi

Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

Skala Pengukuran 1. Pengetahuan Segala

(35)

33

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian

Rancangan penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk menilai tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa Fakultas Kedokteran Sumatera Utara tahun masuk 2012 dengan tahun masuk 2014 mengenai rokok sebagai faktor risiko PPOK. Pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah studi potong lintang (cross-sectional study), dimana pengambilan data dilakukan sekali saja pada setiap responden.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan dari bulan Maret hingga bulan Oktober 2015. Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan September 2015.

4.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4.3 Populasi dan Sampel penelitian 4.3.1 Populasi Target

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun masuk 2012 yang berjumlah 523 orang dan mahasiswa tahun masuk 2014 yang berjumlah 270 orang.

4.3.2. Sampel

Perhitungan sampel bagi penelitian ini diambil dari rumus penentuan besarnya sampel untuk populasi yang kecil yaitu kurang dari 10.000 (Notoatmodjo 2005; Saryono 2008). Di mana rumus yang digunakan adalah:

n =

(36)

34

N = Besar populasi n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang dinginkan

Pada penelitian ini, tingkat kepercayaan yang dikehendaki adalah 90% dan tingkat ketepatan relatif adalah 10%.

Berdasarkan rumus diatas, pada mahasiswa tahun masuk 2012, besarnya sampel yang diperlukan dalam penelitian adalah:

n =

[ + , ]

n = , n = 83,94

Dengan demikian, pada mahasiswa tahun masuk 2012, besar sampel yang diperlukan pada penelitian ini adalah 84 orang, dan pada penelitian ini diambil sebanyak 90 orang.

Sedangkan pada mahasiswa tahun masuk 2014, besarnya sampel yang diperlukan dalam penelitian adalah:

n =

[ + , ]

n = , n = 72,97

Dengan demikian, pada mahasiswa tahun masuk 2014, besar sampel yang diperlukan pada penelitian ini adalah 73 orang, dan pada penelitian ini diambil sebanyak 80 orang.

(37)

35

4.4 Metode Pengumpulan Data 4.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang berasal dari sampel penelitian dan pengumpulan data dilakukan dengan metode kuesioner yang diisi oleh mahasiswa FK USU tahun masuk 2012 dan 2014. Ada beberapa formulir yang akan disertakan dengan instrumen penelitian.

Formulir A:

Formulir ini berisi tentang penjelasan kepada responden tentang penelitian yang akan dijalankan yang memuatkan tandatangan peneliti.

Formulir B:

Adalah informed consent yang memuat tanda tangan responden sebagai tanda persetujuan.

Formulir C:

Kuesioner yang akan diisi oleh responden.

4.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat dari pihak universitas bagian akademik yang berhubungan dengan jumlah mahasiswa FK USU tahun masuk 2012 dan 2014.

4.4.3. Instrumen Penelitian

(38)

36

4.4.4 Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Uji validitas dibagi atas validitas isi/muatan (content), validitas relasi kriteria (criteria related), dan validitas konstrak (construct). Pada penelitian ini digunakan jenis validitas konstrak.

Kuesioner penelitian ini yang telah disusun sebelumnya dengan jumlah pertanyaan sebanyak 45 pertanyaan, yang terdiri dari 26 pertanyaan pengetahuan dan 19 pertanyaan sikap, kemudian dilakukan uji validitas dan diambil sebanyak 21 soal yang valid. Sampel untuk uji validitas adalah 20 orang responden yang diambil dari mahasiswa FK USU tahun masuk 2013. Uji validitas ini dilaksanakan pada bulan September 2015.

Uji validitas dinilai dengan menggunakan korelasi Pearson. Skor yang didapat dari setiap pertanyaan dikorelasikan dengan skor total variabel yang diukur. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel. Dalam aplikasi pelaksanaan, peneliti menggunakan program SPSS untuk mendapatkan data korelasi tersebut. Pengambilan keputusan jika r hasil > r tabel, maka butir atau variabel tersebut valid, sebaliknya jika r hasil < r tabel, maka butir atau variabel tersebut tidak valid.

4.4.5 Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan indeks yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana konsistensi hasil penelitian jika kegiatan tersebut dilakukan berulang-ulang, dan uji reliabilitas ini dapat dilakukan apabila seluruh butir pertanyaan telah valid. Pertanyaan dalam kuesioner yang telah selesai disusun, dan telah valid, diuji reliabilitasnya dengan program komputer SPSS.

(39)

37

masuk 2013. Pertanyaan yang reliabel merupakan pertanyaan yang memiliki nilai alpha lebih besar dari r tabel.

Tabel 4.1. Hasil uji validitas dan relialibilitas untuk tiap pertanyaan

(40)

38

4.5. Etika Penelitian

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dalam bentuk angket/kuesioner, dan sebelum pengisian kuesioner akan dilampirkan lembar persetujuan responden. Kuesioner tersebut berisikan pertanyaan-pertanyaan berupa pengetahuan dan sikap mahasiswa mengenai rokok dan PPOK. Baik nama serta identitas diri pasien akan menjadi rahasia peneliti dan tidak akan disebarluaskan. Sedangkan hasil penelitian serta jawaban yang diberikan responden hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian Waktu pengisian kuesioner memakan waktu kurang lebih 10-15 menit.

4.6 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data adalah suatu proses untuk memperoleh data atau angka yang ringkas. Pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya:

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.

3. Data entry

(41)

39

4. Melakukan teknik analisis.

(42)

40

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan dengan menggunakan instrumen angket yang telah diisi oleh responden di tempat tanpa dibawa pulang ke rumah. Hasil angket yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa, sehingga dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah ini.

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang berlokasi di jalan dr. Mansyur No.5 Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Medan, Indonesia, dengan batas wilayah:

a. Batas Utara : Jalan dr. Mansyur, Padang Bulan b. Batas Selatan : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU c. Batas Timur : Jalan Universitas, Padang Bulan d. Batas Barat : Fakultas Psikologi USU

(43)

41

5.1.2 Karakteristik Responden

Berikut adalah tabel yang mendeskripsikan karakteristik responden dalam penelitian ini.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

(44)

42

total sebanyak 57 orang (63,3%) sedangkan laki-laki dengan total sebanyak 33 orang (36,7%). Sedangkan pada mahasiswa tahun masuk 2014, terlihat bahwa dari keseluruhan 80 responden, didapati responden terbanyak ialah perempuan dengan total sebanyak 60 orang (75,0%) dibandingkan dengan laki-laki dengan total sebanyak 20 orang (25,0%).

Pada mahasiswa tahun masuk 2012, terlihat bahwa responden terbanyak ialah reponden berusia 21 tahun sebanyak 60 responden (66,7%), dan responden paling sedikit berusia 19 tahun sebanyak 1 responden (1,1%). Sedangkan pada mahasiswa tahun masuk 2014, terlihat bahwa responden terbanyak ialah reponden berusia 19 tahun sebanyak 47 responden (58,8%), dan responden paling sedikit berusia 17 tahun sebanyak 1 responden (1,3%).

Berdasarkan karakteristik suku, pada mahasiswa tahun masuk 2012, terlihat bahwa mayoritas responden ialah reponden dengan Suku Batak sebanyak 40 responden (44,4%), dan responden paling sedikit yang bersuku Aceh sebanyak 2 responden (2,2%). Sedangkan pada mahasiswa tahun masuk 2014, terlihat bahwa mayoritas responden juga bersuku Batak yaitu sebanyak 29 responden (36,3%), dan responden paling sedikit yang bersuku India dan bersuku Aceh, yaitu sebanyak 1 responden (1,3%).

(45)

43

5.2 Hasil Analisis Data

5.2.1 Pengetahuan Mahasiswa FK USU Terhadap Merokok Sebagai Faktor Risiko PPOK

Pada penelitian ini, dalam lembar angket penelitian terdapat 10 pertanyaan mengenai pengetahuan terhadap merokok sebagai faktor risiko PPOK. Pertanyaan-pertanyaan yang ada didalam angket tersebut telah di uji validitas dan reliabilitasnya. Sehingga pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat mewakili pengetahuan responden. Data lengkap distribusi frekuensi jawaban angket responden pada variabel pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.5 di bawah ini.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan Responden pada Pertanyaan Pengetahuan Mengenai Merokok sebagai Faktor Risiko PPOK

No Item Pertanyaan

Tahun Masuk

2012 2014

Benar Salah Benar Salah

n % n % n % n %

1, Bahan kimia dalam rokok 44 48,9 46 51,1 39 48,8 41 51,3 2, Pengertian asap sampingan

rokok

59 65,6 31 34,4 52 65,0 28 35,0 3, Tanda PPOK 58 64,4 32 35,6 56 70,0 24 30,0 4, Sel inflamasi pada PPOK 67 74,4 23 25,6 63 78,8 17 21,3 5, Klasifikasi derajat PPOK

berdasarkan spirometri

48 53,3 42 46,7 44 55,0 36 45,0 6, Komplikasi PPOK 7 7,8 83 92,2 7 8,8 73 91,3 7, Tatalaksana PPOK stabil untuk

pasien tipe A

14 15,6 76 84,4 13 16.3 67 83,8 8, Indikator risiko tinggi pada

PPOK

18 20,0 72 80,0 17 21,3 63 78,8 9, Gejala utama eksaserbasi

PPOK

(46)

44

Berdasarkan tabel 5.2, pertanyaan yang paling banyak dijawab oleh mahasiswa tahun masuk 2012 dengan benar, yaitu pertanyaan pada nomor 4 yaitu sebesar 74,4%. Sedangkan pertanyaan yang paling banyak di jawab salah adalah pertanyaan pada nomor 6 yaitu sebesar 92,2%. Pertanyaan yang paling banyak di jawab oleh mahasiswa tahun masuk 2014 dengan benar, yaitu pertanyaan pada nomor 4 yaitu sebesar 83,8%. Sedangkan pertanyaan yang paling banyak di jawab salah adalah pertanyaan pada nomor 6 yaitu sebesar 92,2%.

5.2.2 Distribusi Pengetahuan Responden

Tabel 5.3 Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Merokok sebagai Faktor Risiko PPOK

Pengetahuan

Tahun Masuk

2012 2014

n % n %

Baik 26 28,9 1 1,3

Cukup 33 36,7 18 22,5

Kurang 31 34,3 61 76,3

Total 90 100,0 80 100,0

(47)

45

5.2.3 Sikap Mahasiswa FK USU Terhadap Merokok Sebagai Faktor Risiko PPOK

Pada penelitian ini, dalam lembar angket penelitian terdapat 11 pertanyaan mengenai sikap terhadap merokok sebagai faktor risiko PPOK. Pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam angket tersebut telah di uji validitas dan reliabilitasnya. Sehingga pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat mewakili sikap responden. Data lengkap distribusi frekuensi jawaban angket responden pada variabel sikap dapat dilihat pada tabel 5.4 di bawah ini.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Sikap Responden pada Pertanyaan Sikap Mengenai Merokok sebagai Faktor Risiko PPOK

No Item Pernyataan

(48)

46

Berdasarkan tabel 5.4, pernyataan yang paling banyak dijawab oleh mahasiswa tahun masuk 2012 dengan sikap sangat setuju, terdapat pada pernyataan pada nomor 8 bahwa sikap dokter seharusnya memberi contoh yang baik dengan tidak merokok, yaitu sebanyak 83,3%. Pernyataan yang paling banyak dijawab oleh mahasiswa tahun masuk 2014 dengan sikap sangat setuju, yaitu juga pernyataan nomor 8.

5.2.4 Distribusi Sikap Responden

(49)

47

Dari tabel 5.5, pada mahasiswa tahun masuk 2012 diperoleh kelompok responden tertinggi memiliki sikap baik yaitu sebanyak 82 orang (91,1%), sikap cukup 8 orang (8,9%), dan tidak ditemukan responden bersikap kurang. Sedangkan pada kelompok 2 diperoleh kelompok responden tertinggi juga memiliki sikap baik yaitu sebanyak 74 orang (87,8%), dan responden dengan sikap cukup sebanyak 5 orang (6,3%), namun pada mahasiswa tahun masuk 2014 masih ditemukan mahasiswa dengan sikap kurang sebanyak 1 orang (1,1%).

5.3 Pembahasan 5.3.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan hal ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo 2003). Dalam penelitian ini telah dilakukan pembagian angket yang telah valid untuk mengukur pengetahuan dan sikap responden pada tingkat pengetahuan yang pertama, yaitu tahu.

Dari hasil jawaban pertanyaan dari tabel 5.2, diperoleh bahwa pertanyaan terbanyak yang di jawab dengan benar adalah pertanyaan nomor 4. Sebanyak 67 responden dari mahasiswa tahun masuk 2012 dan 63 responden dari mahasiswa tahun masuk 2014, telah mengetahui bahwa merokok menyebabkan Mast Cell terganggu yang merupakan bagian dari patofisiologi PPOK.

(50)

48

Dengan mengetahui jawaban responden pada pertanyaan yang menilai pengetahuan responden, diperoleh tingkat pengetahuan responden. Pada mahasiswa tahun masuk 2012, tingkat pengetahuan mayoritas responden adalah cukup yaitu sebanyak 33 responden (36,7%) dari total 90 responden. Sedangkan pada mahasiswa tahun masuk 2014, tingkat pengetahuan mayoritas responden adalah kurang sebanyak 61 responden (76,3%) dari total 80 responden. Maka dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa tahun masuk 2012 mengenai merokok sebagai faktor risiko PPOK adalah lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa tahun masuk 2014. Menurut asumsi peneliti, hal ini disebabkan karena belum didapatkannya mata kuliah mengenai PPOK pada mahasiswa semester 3,sehingga pengetahuan mahasiswa semester 3 masih kurang.

Hal ini sesuai dengan penelitian Han et al. (2011) yang dilaksanakan di Guangzhou bahwa pengetahuan mengenai bahaya merokok, lebih tinggi pada mahasiswa senior dibandingkan mahasiswa junior. Penelitian yang dilakukan oleh Arumugam (2009), mengenai Tingkat Pengetahuan Mahasiswa FK USU 09 tentang Merokok sebagai Faktor Resiko Utama PPOK, juga menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa yang telah memperoleh pengetahuan dari perkuliahan, berada dalam kategori baik (76% ).

Namun juga masih ditemukan sebanyak 31 responden (34,4%) yang memiliki tingkat pengetahuan kurang pada mahasiswa tahun masuk 2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun sudah pernah mendapatkan pendidikan mengenai bahaya merokok sebagai mahasiswa kedokteran, mahasiswa bisa saja tidak memiliki pengetahuan yang baik.

(51)

49

lainnya yang dilakukan oleh Raupach pada tahun 2013 pada 2 fakultas kedokteran berbeda di Jerman dan London, ditemukan bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan mahasiswa berada pada tingkat kurang.

Menurut peneliti, tingkat pengetahuan mahasiswa, selain dipengaruhi oleh sudah diperolehnya kuliah atau tidak, juga dapat dipengaruhi oleh usia, pendidikan, pengalaman, dan media informasi, contohnya, media cetak, maupun media elektronik. Makin banyak mendapatkan informasi maka makin tinggi pengetahuan mahasiswa.

Seperti yang disampaikan oleh Wied Hary A. (dalam Mubarak 2011) bahwa informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang, sehingga dalam kaitannya dengan hasil yang didapati, persentase pengetahuan responden yang baik akan lebih besar bila dalam perkuliahan mendapat topik mengenai PPOK.

5.3.2. Sikap

Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif. Respon hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang mengkehendaki adanya reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar 2005).

(52)

50

Dari hasil analisa secara keseluruhan dapat dilihat bahwa sikap mahasiswa FK USU terhadap rokok berada pada kategori baik. Bila dilihat dari pengetahuan responden yang bermayoritas memiliki kategori cukup, maka hal ini bertolak belakang dengan teori yang dikemukakan oleh Notoadmodjo (2003). Menurut Notoadmodjo, pengetahuan yang diperoleh subjek selanjutnya akan menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap terhadap objek yang telah diketahuinya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bila pengetahuan yang baik akan memiliki sikap yang baik juga. Tetapi dalam penelitian ini didapati hasil pengetahuan dan sikap tidak sejalan, dimana pengetahuan yang diperoleh dalam penelitian ini berada pada kategori cukup,sedangkan sikap dalam penelitian ini berada pada kategori baik.

(53)

51

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan, yaitu:

a. Tingkat pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun masuk 2012 terhadap merokok sebagai faktor risiko PPOK mayoritas berada pada kategori cukup. Sedangkan pada mahasiswa tahun masuk 2014, tingkat pengetahuan mayoritas berada pada kategori kurang. b. Sikap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tahun

masuk 2012 terhadap merokok sebagai faktor risiko PPOK mayoritas berkategori baik. Pada mahasiswa tahun masuk 2014, mayoritas sikap juga berada pada kategori baik.

6.2. Saran

Dari hasil penelitian yang didapat, maka muncul beberapa saran dari peneliti, yaitu:

a. Masukan kepada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara supaya: (1) Memberikan topik kuliah mengenai komplikasi PPOK kepada mahasiswa

FK USU

(2) Mengeluarkan larangan merokok sehingga di lingkungan FK USU tidak ada yang boleh merokok.

(54)

52

(55)

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan (Knowledge)

Menurut KBBI 2002, Pengetahuan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang diketahui, segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran). Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo 2003).

Ada 2 cara untuk memperoleh pengetahuan (Notoatmodjo 2005), yaitu: 1. Cara Tradisional atau Non-ilmiah

a. Trial and error

Cara ini telah digunakan sebelum munculnya kebudayaan atau bahkan sebelum munculnya peradaban. Pada waktu itu, ketika seseorang dihadapkan dengan suatu persoalan atau masalah, cara penyelesaiannya dilakukan dengan coba-coba saja. Sampai sekarang pun metode ini masih digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun pendekatan ini untuk beberapa masalah lebih

praktis sering tidak efisien.

b. Kekuasaan atau Otoritas

(56)

7

c. Pengalaman Pribadi

Cara ini dilakukan dengan mengulang pengalaman atau pengetahuan yang didapat ketika memecahkan suatu masalah pada telah diselesaikan pada masa yang lampau.

d. Jalan Pikiran atau Secara Logis

Dengan perkembangan kebudayaan dan pengetahuan sebelumnya, pemikiran manusia ikut berkembang. Manusia mampu menggunakan nalar atau jalan pikirnya nya untuk memecahkan suatu masalah.

2. Cara Modern atau Cara Ilmiah (Metode Ilmiah)

Cara yang paling tepat untuk mencari suatu kebenaran. Dikarenakan lebih sistematis, berdasar pada pengetahuan yang terstruktur, dan analisa data dengan menggunakan prinsip validitas dan reabilitas (Nursalam, dalam Notoatmodjo 2005).

2.1.1 Tingkatan-tingkatan dalam pengetahuan

Menurut Benyamin Bloom, proses pembelajaran dari suatu pengetahuan terbagi atas tiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Domain kognitif adalah perilaku yang paling sederhana dalam hirarki perilaku dan pengetahuan sekaligus yang terpenting.

Menurut Notoatmodjo, pengetahuan dibagi menjadi 6 tingkat di dalam domain kognitif :

1. Tahu (Know)

(57)

8

2. Memahami (Comprehension)

Memahami adalah kemampuan untuk menjelaskan dengan benar tentang objek yang diketahui serta menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

Kata kerja untuk pengukuran tingkatan memahami adalah menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan sebagainya.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi didefinisikan sebagai penggunaan materi yang telah dipelajari pada suatu kondisi yang sesungguhnya (real). Aplikasi diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum- hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja, dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis diartikan sebagai suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Orang yang mampu menyintesis suatu materi harus dapat menyusun, merencanakan, menyesuaikan, dan lainnya terhadap rumusan yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

(58)

9

Untuk mengukur pengetahuan seseorang, dapat digunakan kuesioner atau pun wawancara. Indikator yang dapat digunakan dapat dikelompokkan menjadi:

a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit

Antara lain : penyebab penyakit, gejala atau tanda-tanda penyakit, cara pengobatan, cara pencegahan, cara penularan, dan sebagainya

b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat

Antara lain : bahaya merokok, jenis-jenis makanan bergizi, manfaat makan makanan bergizi, pentingnya olahraga, pentingnya istirahat cukup, dan sebagainya.

c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan

Antara lain : manfaat air bersih, cara pembuangan limbah yang sehat, manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat, akibat polusi bagi kesehatan, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).

2.2 Sikap (Attitude)

(59)

10

Menurut Bem (dalam Maramis 2006), sikap biasanya sedikit banyak berhubungan dengan kepercayaan Hal ini sejalan dengan pendapat Allport (dalam Notoatmodjo 2007), bahwa sikap terdiri dari tiga komponen pokok yaitu kepercayaan terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap objek, dan kecenderungan untuk bertindak. Contohnya, seorang mahasiswa telah mengetahui penyebab, akibat, dan sebagainya tentang PPOK. Pengetahuan ini akan membawa mahasiswa tersebut untuk berpikir dan berusaha supaya tidak terkena PPOK. Dalam pemikiran, komponen keyakinan dan emosi ikut berpengaruh sehingga mahasiswa itu menghindari asap rokok untuk mencegah PPOK. Mahasiswa ini mempunyai sikap tertentu terhadap objek yang berupa PPOK.

2.2.1 Tingkatan-tingkatan Sikap

Sama halnya dengan pengetahuan, sikap juga terdiri dari hirarki tingkatan. Ada empat tingkatan dalam sikap :

1. Menerima (Receiving)

Sikap menerima dilakukan ketika subjek (seseorang) mau dan memerhatikan objek (stimulus) yang diberikan.

2. Merespon (Responding)

Sikap merespon adalah bila seseorang memberikan jawaban bila diberi pertanyaan, mengerjakan, atau menyelesaikan suatu tugas yang diberikan. 3. Menghargai (Valuing)

Sikap menghargai diartikan bila seseorang mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan tentang suatu masalah.

4. Bertanggung Jawab (Responsible)

(60)

11

Bila secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Indikator untuk sikap kesehatan, juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan, antara lain :

a. Sikap terhadap sakit dan penyakit

Sikap mengenai bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap gejala penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit, dan sebagainya.

b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat

Sikap mengenai bagaimana penilaian sesorang terhadap makanan, minuman, olahraga, relaksasi, merokok, dan sebagainya

c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan

Sikap mengenai bagaimana pendapat seseorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya terhadap kesehatan, misalnya terhadap air bersih, polusi, dan sebagainya.

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka sesorang terhadap objek. Sikap membuat seseorang mendekati atau pun menjauhi objek lain. Sikap positif terhadap nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal-hal yang memengaruhinya, antara lain:

a. Sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu. b. Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada

pengalaman orang lain.

c. Sikap diwujudkan atau tidak diwujudkan berdasarkan banyak sedikitnya pengalaman seseorang.

(61)

12

2.3 Kategori Pengukuran Pengetahuan dan Sikap

Menurut Arikunto (dalam Budiman dan Riyanto 2013), tingkat pengetahuan dan sikap responden dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu: baik, cukup, dan kurang. Hasilnya dapat didapat berdasarkan penilaian berikut ini:

Nilai = Jumlah skor akhir respondenJumlah skor maksimum × %

Dengan perincian :

a. Kategori baik apabila responden mempunyai nilai ≥ 75% b. Kategori cukup apabila responden mempunyai nilai 56-74% c. Kategori kurang apabila responden mempunyai nilai ≤ 55%

2.3 Perilaku

Perilaku berdasarkan KBBI, berarti tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Skiner (1938) seorang ahli psikologi, menyatakan perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Teori Skiner ini disebut juga teori “S-O-R” atau Stimulus Organisme Respon. Perilaku diklasifikasikan menjadi dua berdasarkan respon perilaku terhadap stimulus, yaitu:

a. Perilaku tertutup (covert behavior)

Reaksi stimulus masih dalam batas perhatian, persepsi, pengetahuan, dan sikap, dan belum dapat diamati jelas oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

(62)

13

2.3.1 Faktor-faktor yang memengaruhi perilaku

Berdasarkan tim kerja WHO, penyebab seseorang berperilaku disebabkan adanya 4 hal pokok, yaitu : Pemikiran dan perasaan, orang penting sebagai referensi, sumber daya, dan kebudayaan.

a. Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling) 1. Pengetahuan

2. Kepercayaan, sering diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek 3. Sikap

b. Orang penting sebagai referensi (personal reference)

Perilaku orang, terutama anak kecil banyak dipengaruhi orang yang dianggap penting. Contohnya : Guru, pemuka agama, kepala desa, dan sebagainya. c. Sumber-sumber daya (resources)

Hal ini meliputi fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan lain-lain.

d. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber dalam suatu masyarakat yang menghasilkan pola hidup yang disebut juga kebudayaan (culture). Kebudayaan terbentuk dalam waktu yang lama dan selalu berubah, baik perlahan atau pun cepat, sesuai dengan perkembangan manusia.

Secara sederhana teori WHO dapat dirumuskan sebagai berikut

B = f(TF, PR, R, C)

B-Behavior f-Fungsi

TF-Thoughts about feeling PR-Personal Reference R-Resources

(63)

14

Dari batasan perilaku oleh Skiner, perilaku kesehatan dapat didefinisikan sebagai suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Perilaku kesehatan dibagi menjadi tiga menurut (Becker, dalam Notoatmodjo 2003):

a. Perilaku hidup sehat

Berhubungan dengan usaha seseorang untuk menjaga atau meningkatkan kesehatannya.

Contoh perilaku hidup sehat : - Makan dengan menu seimbang - Olahraga teratur

- Tidak merokok. Merokok merupakan kebiasaan buruk dengan berbagai efek penyakit. Ironisnya, kebiasaan merokok di Indonesia sangat membudaya

- Tidak minum-minuman keras dan narkoba - Istirahat cukup

- Pengendalian stress, dan sebagainya b. Perilaku sakit

Merupakan respon seseorang terhadap sakit dan penyakit, antara lain: persepsi terhadap penyakit, pengetahuan tentang penyakit, dan lainnya.

c. Perilaku peran sakit

Perilaku ini dimaksudkan bahwa pasien mengetahui hak dan kewajiban orang-orang sakit. Meliputi:

- Tindakan untuk sembuh

- Mengetahui sarana pelayanan kesehatan yang layak

(64)

15

2.3.2 Perilaku Merokok dan Faktor-faktor yang memengaruhinya

Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian diisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa (Sitepoe 2000). Perilaku merokok disebabkan karena adanya dorongan psikologis dan dorongan fisiologis. Perilaku merokok sendiri digolongkan menjadi empat jenis berdasarkan Management of Affect Theory oleh Tomkins, yaitu:

a. Perilaku merokok yang dipengaruhi perasaan positif

Pelaku beranggapan semakin banyak merokok, semakin bertambah rasa positif dalam dirinya. Ia menjadi percaya diri, tenang, nyaman, dan lainnya dengan merokok.

b. Perilaku merokok yang diperngaruhi perasaan negatif

Seseorang yang merokok untuk mengalihkan kecemasannya, menenangkan emosi-emosi negatif dari dirinya.

c. Perilaku merokok yang adiktif (ketergantungan fisiologis)

Perilaku ini menyebabkan seseorang akan terus meningkatkan dosis rokok yang dihisap setiap hari setelah efek rokok tersebut berkurang.. Hal ini biasanya disebabkan nikotin.

d. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan (ketergantungan psikologis) Perilaku yang otomatis dilakukan, baik secara sadar atau tidak sengaja. Perokok tidak mampu menolak permintaan dari dalam dirinya.

2.4 Rokok

(65)

16

Di Indonesia, perkebunan tembakau dimulai pada tahun 1864, sedangkan pabrik rokok mulai tumbuh pada 1925. Tembakau diperoleh dari daun tembakau yang dirajang lalu dikeringkan. Dari daun tembakau kering itu, tembakau dikonsumsi berbagai cara. Secara garis besar, penggunaan tembakau dibagi menjadi dua, yaitu a. Pemakaian Tembakau Tanpa Membakar (Tanpa Mengeluarkan Asap) atau

Smokeless Tobacco Contoh penggunaannya :

- Tembakau kunyah, yaitu daun tembakau kering tersebut digulung lalu diisap-isap.

- Tembakau minuman, daun tembakau segar dibuat menjadi jus yang dicampur garam atau bahan rempah-rempah lainnya.

- Tembakau jilatan, jus tembakau ditambahkan tepung ubi lalu digoreskan di gigi, gusi, atau pun lidah.

- Tembakau sebagai supositoria, tembakau kering dimasukkan melalui anus. Awalnya untuk mengobati kecacingan dan sembelit, namun sekarang telah menjadi kebiasaan.

- Tembakau hirup, daun tembakau kering digiling dan diayak, lalu dihirup. - Tembakau digunakan melalui kulit atau jaringan tubuh lain, ada yang

melekatkan tembakau pada kulit dengan plester atau pun meneteskan cairan atau asap rokok daun tembakau ke mata.

(66)

17

b. Tembakau sebagai Rokok

Tembakau terdiri dari berbagai bentuk dan jenis. Salah satunya, pembagian rokok berdasarkan pembungkusnya,

1. Pembungkus kertas, misalnya rokok kretek dan rokok putih.

2. Pembungkus daun nipah, yaitu pelepah tongkol jagung, disebut rokok kelobot

3. Pembungkus dengan daun tembakau sendiri disebut rokok cerutu 4. Tanpa pembungkus, misalnya pada rokok pipa

Sedangkan berdasarkan bahan bakunya, rokok dibedakan menjadi : 1. Rokok Putih, hanya berbahan baku tembakau.

2. Rokok kretek, berbahan baku tembakau dan cengkeh.

3.Rokok kelembak atau rokok siong, berbahan baku tembakau dan ditambahkan kemenyan dan kelembak. Rokok ini sangat khas dan diminati di beberapa daerah Jawa.

Salah satu kekhususan rokok di Indonesia adalah rokok kretek, yang terdiri dari bahan baku tembakau dan cengkeh. Jenis ini berbeda dengan rokok putih yang beredar di seluruh dunia, komponen utamanya hanya tembakau. Menurut Wise and Guerin (1986) perbandingan tembakau dan cengkeh adalah 60:40 pada rokok kretek. Rokok kretek diproduksi dengan dua cara yaitu dengan mesin, yang disebut rokok kretek mesin, dan dapat juga diproduksi secara manual menggunakan banyak tenaga kerja, yang disebut rokok kretek tangan. Di beberapa daerah Jawa, perokok bahkan dapat menggulung sendiri rokok yang akan diisap, rokok ini disebut rokok tingwe.

(67)

18

2.5 Jenis-Jenis Perokok

Secara umum, perokok dibedakan menjadi dua, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif ialah perokok yang mempunyai kebiasaan merokok atau orang yang mengisap rokok. Sedangkan perokok pasif adalah orang yang berada disekitar perokok aktif, dan menghisap asap rokok perokok aktif (Susanna, Hartono dan Fauzan 2003). Perokok pasif rentan menjadi korban penyakit akibat rokok karena menghirup asap sampingan yang mempunyai bahaya tiga kali lebih besar (Crofton dan Simpson 2009).

Dari survei yang dibuat oleh Departemen Kesehatan (1990), derajat perokok dibedakan menjadi empat

a. Perokok ringan (1-10 batang/hari) b. Perokok sedang (11-20 batang/hari) c. Perokok berat (>20 batang/hari) d. Perokok yang berhenti merokok

Menurut hasil Riskesdas 2013, diketahui bahwa rerata batang rokok yang dihisap per hari per orang di Indonesia adalah 12,3 batang (setara satu bungkus), artinya rata-rata perokok di Indonesia termasuk perokok sedang.

Klasifikasi lainnya menurut PDPI (2000), derajat merokok seseorang dapat diukur dengan Indeks Brinkman, dimana perkalian antara jumlah batang rokok yang dihisap dalam sehari dikalikan dengan lama merokok dalam satu tahun, akan menghasilkan pengelompokan sebagai berikut :

(68)

19

2.6 Zat-zat yang terkandung dalam rokok Tabel 2.1 Zat Kimia dalam Rokok

Primary Toxic and Carcinogenic components of Cigarette Smoke including vapour-phase and particulate vapour-phase components

Agent Toxic Ciliotoxic Carcinogenic

Co-carcinogenic / Promoter

Carbon Monoxide x Nitrogen Oxides (NOx) x

Hydrogen Cyanide x x

Dibenz[a,h]anthracene x x

Benzo[b]fluoranthene x x

Benzo[j]fluoranthene x x

Dibenzo[a,h]pyrene x x

Dibenzo[a,i]pyrene x x

Dibenz[a,j]acridine x x

Indeno[1,2,3-cd]pyrene x x

Benzo[c]phenanthrene x x

(69)

20

Benzo[e]pyrene x x

Chrysene x x

Methylchrysene x x

Mehtylfluoranthene x x

Dibenz[a,c]anthracene x x

Dibenz[a,h]acridine x x

Dibenzo[c,g]carbazole x x

Mehtylnaphtalenes x

Nitrosoethymethylamine x

(70)

21

N'-Nitrosoanabasine x

N'-Nitrosoanatabine x

Aromatic Amines x

Aromatic

Nitrohydrocarbons x

Polonium-210 x

Nickel x

Arsenic x

Cadmium x

Sumber : Stephen Mulcahy. The Toxicology of Cigarette Smoke and Environmental

Tobacco Smoke, dalam Report Assignment-Biochemical Toxicology,1997.

Pada saat merokok, asap rokok yang diisap atau asap rokok yang dihirup melalui dua komponen, yaitu: komponen yang lekas menguap berbentuk gas dan komponen yang bersama gas terkondensasi dan berubah menjadi komponen partikulat. Maka, asap rokok yang diisap umumnya 85% gas dan 15% partikel (Faucci 2008). Asap rokok sendiri dibedakan menjadi dua :

a. Mainstream smoke (MS), yaitu asap rokok yang diisap melalui mulut

b. Sidestream smoke (SS), yaitu asap rokok yang terbentuk pada ujung rokok yang terbakar dan dihembuskan ke udara. Sidestream smoke inilah yang dihirup oleh perokok pasif. Temperatur pada saat pembentukan MS jauh lebih tinggi dibandingkan temperatur SS, akibatnya SS mengandung lebih banyak zat berbahaya dibandingkan MS.

(71)

22

Berikut ini adalah zat-zat utama berbahaya yang ada dalam setiap rokok a. Nikotin

Kandungan zat ini terdapat dalam asap rokok dan tembakau yang tidak dibakar. Nikotin bersifat toksis terhadap jaringan saraf, juga menyebabkan tekanan darah meningkat. Hal ini disebabkan efek nikotin menyebabkan perangsangan terhadap hormon kathekolamin (adrenalin) yang bersifat memacu jantung dan tekanan darah. Jantung tidak diberikan kesempatan istirahat dan akibatnya terjadi peningkatan tekanan darah, yang berakhir dengan hipertensi. Efek lain nikotin adalah, merangsang berkelompoknya trombosit (sel pembekuan darah), trombosit akan menggumpal dan akhirnya akan menyumbat pembuluh darah yang sudah sempit akibat asap yang mengandung CO yang berasal dari rokok. Hal ini akan memperparah kejadian penyakit kardiovaskular. Nikotin juga memegang peranan penting dalam ketagihan merokok. Menurut Benowitz (1994) menyatakan kadar nikotin sejumlah 4-6 mgr per hari dapat menimbulkan ketagihan terhadap rokok. Dengan bioavabilitas nikotin 40% dari rokok yang diisap, Benowitz memperhitungkan ambang batas nikotin agar tidak ketagihan adalah sebesar 0,4-0,5 mgr/batang rokok.

Gambar 2.1 Skema metabolisme nikotin

(72)

23

b. Tar

Tar disebut juga (NFDPM = Nicotine Free Dry Particulate Matter), diartikan sebagai total particulate matter (TPM) tanpa air dan tanpa nikotin. TPM ditemukan dalam filter Cambride pada mesin rokok dari mainstream smoke. Sumber tar adalah tembakau, cengkeh, pembungkus rokok, dan bahan organik yang dibakar

Hubungan antara konsentrasi tar dengan efeknya terhadap kesehatan masih belum jelas. Namun diketahui ada hubungan antara rokok dengan kanker, zat karsinogenik dalam tar yaitu polisiklik hidrokarbon aromatis yang memicu kanker paru. Tar juga mengandung benzopyrene, yang menyebabkan noda di gigi, kuku dan paru-paru. Konsentrasi tar yang terkandung dalam rokok bervariasi, dan dapat dikelompokkan menjadi tiga

- Kadar tar tinggi: <22 mg/batang rokok - Kadar tar sedang : 15-21 mg/batang rokok - Kadar tar rendah : <14 mg/batang rokok c. Karbon Monoksida (CO)

(73)

24

2.7 Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) 2.7.1 Definisi dan Faktor Risiko

PPOK adalah penyakit yang dapat dicegah dan diobati, umumnya ditandai dengan keterbatasan aliran udara persistent yang biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronis pada saluran napas dan paru karena partikel/ atau gas berbahaya. Eksaserbasi dan komorbiditas secara keseluruhan berkontribusi pada keparahan penyakit pasien (GOLD 2015).

Keterbatasan aliran udara ditandai dengan adanya penyakit pada saluran pernapasan kecil (obstruktif bronkiolitis) dan kerusakan parenkim paru (emfisema). Inflamasi kronik menyebabkan perubahan struktural dan mengecilnya saluran pernapasan. Hal yang sama terjadi pada kerusakan parenkim paru, proses inflamasi menyebabkan hilangnya hubungan antara alveoli dengan saluran pernapasan kecil dan menurunkan elastisitas recoil paru. Perubahan-perubahan inilah yang menyebabkan ekspirasi pada proses pernapasan terganggu.

Merokok merupakan faktor risiko utama terbesar untuk PPOK, namun juga ada banyak faktor lain yang memengaruhi terjadinya dan perkembangan PPOK, antara lain:

- Genetik

Defisiensi alpa-1 antitripsin. Gen lainnya belum diketahui jelas - Umur dan jenis kelamin

- Pertumbuhan dan perkembangan paru sejak dalam kandungan sampai dewasa Ditemukan adanya hubungan positif antara BBLR dengan VEP1 yang menurun ketika dewasa

- Eksposur terhadap partikel berbahaya Rokok

Debu & bahan kimia dari lingkungan kerja, contohnya : Serbuk kayu, arang, kotoran hewan, dan sebagainya

(74)

25

- Status sosioekonomi (kemiskinan) - Asma / hiperaktivitas bronkus - Bronkitis kronik

Adanya hubungan hipersekresi mukus pada bronkitis kronik dengan penurunan VEP1 dan risiko timbulnya PPOK

- Infeksi

Infeksi berulang/berat pada masa kanak-kanak menyebabkan penurunan fungsi paru

2.7.2 Patologi, Patogenesis, dan Patofisiologi PPOK Patologi PPOK

Dalam GOLD (2015) disebutkan bahwa perubahan karakteristik pada PPOK ditemukan pada saluran pernapasan, parenkim paru, dan vaskularisasi saluran pernapasan. Perubahan patologis tersebut meliputi peningkatan jumlah sel-sel inflamasi spesifik pada paru dan perubahan struktur paru serta saluran pernapasan.

Patogenesis

(75)

26

Berikut adalah faktor-faktor yang berperan dalam perubahan karakteristik saluran napas :

a. Oxidative stress

b. Ketidakseimbangan Protease-Antiprotease c. Sel-sel inflamatori

d. Mediator Inflamasi

Patofisiologi PPOK

a. Keterbatasan aliran udara dan udara yang terperangkap dalam paru

(Air Trapping)

Inflamasi, fibrosis, dan eksudat pada saluran pernafasan kecil menyebabkan penurunan VEP1 dan rasio VEP1/KPV. Obstruksi pada saluran napas perifer ini sedikit demi sedikit memerangkap udara ketika ekspirasi, yang berujung pada hiperinflasi. Hiperinflasi menurunkan kapasitas inspirasi dan meningkatkan kapasitas residual fungsional,terutama ketika berolahraga (hiperinflasi dinamis), yang menyebabkan dispnea. Faktor-faktor ini berkontribusi pada kerusakan otot respiratori, dan menyebabkan peningkatan sitokin (pro-inflammatory cell).

b. Abnormalitas pertukaran gas

Hal ini menyebabkan hipoksemia dan hiperkapnia. Umumnya, pertukaran oksigen dan karbon dioksida akan semakin memburuk seiring perjalanan penyakit, yang berujung pada retensi karbon dioksida.

c. Hipersekresi mukus

(76)

27

d. Hipertensi Pulmonal.

Biasanya terjadi karena hipoksia yang disebabkan vasokonstriksi pada arteri pulmonal kecil, dan akhirnya berakibat pada perubahan struktural berupa hyperplasia otot polos. Hilangnya capillary bed berkontribusi dalam peningkatan tekanan darah pulmonal. Hipertensi pulmonal progresif bisa mengkaibatkan gagal jantung kanan. e. Eksaserbasi

Eksaserbasi PPOK dapat dipicu oleh bakteri atau pun virus dan polusi lingkungan. Selama eksaserbasi akut, terjadi hiperinflasi dan air trapping, serta penurunan ekspirasi, yang berkibat dispnea. Kondisi lain seperti pneumonia, thromboemboli, dan gagal jantung akut memiliki karakteristik yang sama dengan eksaserbasi, atau pun dapat memicu eksaserbasi.

Gambar 2.2 Skema rokok sebagai faktor risiko penyakit paru

(77)

28

2.7.3 Diagnosis PPOK

Diagnosis PPOK perlu dilakukan dengan spirometri. Spirometri dilakukan jika salah satu indikator di bawah ini terdapat pada pasien dengan usia di atas 40 tahun (GOLD 2015), yaitu:

1) Dyspnea :

a) Progresif (bertambah berat seiring berjalannya waktu) b) Bertambah berat dengan adanya aktifitas

c) Persisten (terjadi setiap hari)

2) Batuk kronik (dapat terjadi intermiten dan dapat tidak produktif)

3) Produksi sputum kronik (semua bentuk produksi sputum kronis dapat mengarah pada indikasi PPOK)

4) Riwayat terpapar faktor resiko - Merokok

- Asap masakan - Debu pekerjaan

5) Riwayat Keluarga PPOK

Spirometri digunakan untuk menegakan diagnosis PPOK. Penderita PPOK menunjukkan penurunan baik VEP1 dan KVP. Terdapatnya VEP1/KVP < 70% menegaskan bahwa terdapat hambatan aliran udara dan PPOK. Maka tindakan selanjutnya :

1. Nilai simptom

Dengan menggunakan COPD Assessment Test (CAT) atau Clinical COPD Questionnaire (CCQ)

(78)

29

Tabel 2.2 Klasifikasi PPOK berdasarkan Spirometri

Pada Pasien dengan VEP1/KVP < 0.70

GOLD 1 Mild VEP1 ≥ 80% predicted

GOLD 2 Moderate 50% ≤ VEP1 < 80% predicted GOLD 3 Severe 30% ≤ VEP1 < 50% predicted GOLD 4 Very Severe VEP1 < 30% predicted

Sumber : GOLD Report 2015

3. Nilai risiko kemungkinan eksaserbasi akut pada PPOK

Dilihat apakah sebelumnya pernah mengalami eksaserbasi akut atau tidak, seberapa sering.

4. Nilai apakah ada penyakit lainnya, seperti penyakit kardiovaskuler, osteoposis, kecemasan atau ansietas, disfungsi otot skeletal, sindrom metabolik, kanker paru, dan sebagainya.

5. Kombinasi penilaian PPOK

(79)

30

Patient Characteristic Spirometric Classification

Exacerbations

per year CAT mMRC

A Low Risk

Less Symptoms GOLD 1-2 ≤ 1 < 10 0-1

B Low Risk

More Symptoms GOLD 1-2 ≤ 1 ≥ 10 ≥ 2

C High Risk

Less Symptoms GOLD 3-4 ≥ 2 < 10 0-1

D High Risk

More Symptoms GOLD 3-4 ≥ 2 ≥ 10 ≥ 2

(80)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

(81)

2

Hampir 80% dari perokok berasal dari negara dengan pendapatan rendah hingga sedang-dimana terdapat tingginya morbiditas dan mortalitas akibat rokok-dan diperkirakan masih terjadi peningkatan (WHO 2014). Sebaliknya pada negara-negara dengan pendapatan tinggi, terdapat penurunan jumlah perokok. Menurut WHO, hal ini berkaitan dengan intelektualitas suatu masyarakat, yang pada hakekatnya mendasari pengetahuan tentang risiko dan bahaya merokok bagi kesehatan.

Di Indonesia, Informasi perilaku penggunaan tembakau pada Riskesdas tahun 2013 dibagi menjadi dua kelompok, yaitu perilaku merokok dan perilaku penggunaan tembakau dengan mengunyah. Hal tersebut dikarenakan efek samping yang ditimbulkan akibat merokok dan dengan metode mengunyah tembakau berbeda. Perokok hisap menimbulkan polusi pada perokok pasif dan lingkungan sekitarnya, sedangkan mengunyah tembakau hanya berdampak pada dirinya sendiri. Rerata proporsi perokok saat ini di Indonesia adalah 29,3 persen (laki-laki 64,9%; perempuan 2,1%), dengan proporsi terbanyak perokok aktif setiap setiap hari pada umur 30-34 tahun sebesar 33,4 persen. Di Sumatera Utara, jumlah perokok mencapai 28,4% dengan konsumsi rokok 14,9 batang rokok per hari.

Dengan banyaknya jumlah perokok disertai tingginya konsumsi rokok per hari, Indonesia menduduki peringkat ke-5 dalam mengonsumsi rokok di dunia setelah China (2.163 milyar batang), Amerika Serikat (357 milyar batang), Rusia (331 milyar batang), dan Jepang (259 milyar batang). Tobacco Atlas 2009 menunjukkan konsumsi rokok Indonesia yang berjumlah 239 milyar batang, kenaikan tajam dari tahun 2005 sebesar 214 milyar batang per tahun.

Gambar

Tabel 3.1 Definisi Operasional
Tabel 4.1. Hasil uji validitas dan relialibilitas untuk tiap pertanyaan
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kekerasan verbal yang dialami anak akan berdampak secara holistik yaitu dampak psikis yang dirasakan oleh korban antara lain berkeringat, jantung berdetak

Adalah standar komunikasi data yang digunakan oleh komunitas internet dalam proses tukar-menukar data dari satu komputer ke komputer lain di dalam jaringan

We define three different types of nodes in our implementation of belief propagation, these are constant, function and variable nodes.. The constant and variable nodes are

PERATURAN DAERAH PROPINSI BENGKULU TENTANG ORGAN]* SASI DINAS KOPERASI DAN PE}IGUSAHA KECIL, }IENENGAH.. PROPINSI

In the following section, we explain PHD filter, formulate multi-target detection problem by using it, and then apply a proposed method to the acquired data of forest

In this investigation, Oscar coast area in Graham Land, Antarctic Peninsula (AP) was selected to conduct a remote sensing study using Landsat-7 Thematic Mapper (TM),

yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika (HIMATIKA) FMIPA IINY pada tanggal24 September 2011 di D.03.105 FMIPAUDiy. Yogyaka rta,, 24 September

Dalam hal ini perlu dilakukan upaya untuk manyakinkan masyarakat tentang partisipasi dalam pembangunan yang sangat memerlukan adanya komunikasi antara pemerintah dengan