• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

29 A. Hasil Penelitian

1. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Multi Usaha Pembangunan didirikan pada tahun 2009 oleh Bapak Didik S. Santoso. ST dihadapan Notaris Henny Rupiyanti, SH Nomor 75 tanggal 29 April 2009 dengan NPWP 31.635.224.4-731.000 kualifikasi usaha menengah (M2) dan Sub Bangunan Sipil (S1004) Jasa Pelaksana Konstruksi Pekerjaan Jembatan, Jalan Layang, terowongan dan Subways. Perusahaan ini berlokasi di Jl. Rantauan Darat Gg. Inpres No.20A RT.13 RW.01 Banjarmasin. Dalam perseroan ini Bapak Didik S Santoso bertindak sebagai satu-satunya persero yang bertanggung jawab sepenuhnya atas segala perbuatan perseroan terhadap pihak luar.

2. Struktur Organisasi

Tentunya setiap kegiatan usaha memerlukan suatu wadah dan orang-orangnya untuk melakukan kegiatan serta tujuan yang telah direncanakan secara optimal demikian juga halnya dengan PT. Multi Usaha Pembangunan Banjarmasin. Adapun struktur organisasi tersebut merupakan suatu kerangka yang menunjukkan hubungan suatu fungsi- fungsi serta aliran kekuasaan dan tanggung jawab dan fungsi perusahaan.

Dengan adanya struktur organisasi yang baik dapat menimbulkan suasana kepuasan pribadi dan kepuasan golongan yang dapat mendorong

(2)

kerjasama yang baik guna mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan.

Adapun bentuk struktur organisasi yang digunakan adalah bentuk garis. Dalam organisasi ini kekuasaan dan tanggung jawab berada di puncak pimpinan dari garis yang paling atas sampai paling bawah menurut garis vertical sesuai dengan batas masing – masing. Untuk bias lebih jelasnya struktur organisasi PT. Multi Usaha Pembangunan Banjarmasin adalah sebagai berikut:

BAGAN I Struktur Oraganisasi

PT. Multi Usaha Pembangunan Banjarmasin

DIREKTUR

BAGIAN ADMINISTRASI

BAGIAN TEKNIK

BAGIAN OPERASIONAL

PEERSONALIA

KEUANGAN

DIREKTUR UTAMA

Sumber : PT. Multi Usaha Pembangunan (2015)

(3)

Berdasarkan gambaran struktur oraganisasi tersebut maka penulis dalam hal ini dapat menguraikan mengenai tugas dan wewenang masing bagian sebagai berikut:

1. Direktur Utama

Merupakan pimpinan pelaksanaan harga dalam perusahaan yang bertugas meliputi rencana, koordinasi, pengarahan, evaluasi dan pengendalian terhadap jalannya perusahaan. Direktur utama melakukan perencanaan strategis dan memegang peranan penting dalam perusahaan agar sesuai dengan rencana.

Direktur utama bertanggung jawab atas kegiatan perusahaan dan semua informasi yang dibutuhkan oleh direktur utama diperoleh dari bawahan langsung yaitu Direktur. Direktur utama lebih banyak memiliki tugas untuk melayani pihak luar yaitu dalam melakukan negosiasi atau kontrak kerja.

2. Direktur

Pimpinan yang mempunyai tugas mengawasi jalannya produksi dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan harian yang dijalankan. Direktur melakukan pengendalian atas tindakan yang dilakukan oleh bagian administrasi (personalia dan keuangan), bagian teknik dan bagian operasional.

3. Bagian Administrasi

Bagian administrasi bertugas mengelola segala aktivitas organisasi perusahaan, antara lain surat-menyurat, jadwal kegiatan,

(4)

membuat laporan dan pengarsipan berkas perusahaan. Dalam melaksanakan tugasnya, bagian ini dibantu oleh staf yaitu :

a) Personalia, yaitu bagian yang mengelola masalah ketenagakerjaan perusahaan seperti inventarisir data personalia dan pemenuhan ketenagakerjaan.

b) Keuangan, yaitu bagian yang mengatur pemasukan dan pengeluaran kas perusahaan, melakukan pencatatan setiap transaksi keuangan yang terdapat pada aktivitas perusahaan, bertanggung jawaab menyusun laporan keuangan perusahaan, mengurus pembayaran gaji karyawan, melakukan pengawasan terhadap biaya-biaya proyek dengan membuat anggaran.

4. Bagian Teknik

Bagian ini bertugas mengerjakan segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan teknis proyek, seperti menganalisis kelayakan suatu proyek yang akan dikerjakan, membuat penawaran tender, pengerjan konstruksi, dan mengawasi atau mengontrol teknis pengerjaan di lapangan sesuai dengan perjanjian yang dibuat perusahaan, serta mengarahkan dan mengawasi buruh dalam pekerjaannya.

5. Bagian Operasional

Bagian operasional bertugas menyediakan barang atau materi al dan bahan-bahan keperluan perusahaan, baik keperluan kantor

(5)

maupun keperluan proyek dilapangan. Selain itu bagian ini juga bertugas untuk menyediakan segala peralatan yang dibutuhkan perusahaan, baik peralatan kantor maupun peralatan proyek, serta menjaga dan memelihara segala peralatan inventaris kantor.

3. Kegiatan Perusahaan

Usaha pelaksanaan konstruksi meliputi layanan jasa pelaksanaan dalam pekerjaan konstruksi, yang terdiri dari kegiatan mulai dari penyimpanan lapangan sampai dengan penyerahan akhir hasil pekerjaan konstrusi. Untuk pengawasan, usaha pengawasan konstruksi memberikan layanan jasa dalam bidang pengawasan dari pekerjaan pelaksanaan konstruksi. Pengawasan tersebut dilakukan mulai dari penyiapan lapangan sampai dengan penyerahan akhir hasil konstruksi.

Bentuk usaha dalam kegiatan jasa konstruksi meliputi usaha perseorangan dan badan usaha, baik nasional maupun asing baik dalam bentuk hukum maupun bukan badan hokum. Bentuk usaha yang dilakukan oleh orang perseorangan sebagai pelaksana konstruksi hanya dapat dilakukan atas pekerjaan konstruksi yang beresiko kecil, berteknologi sederhana, dan yang biayanya kecil. Pekerjaan konstruksi yang beresiko besar dan berteknologi tinggi serta yang berbiaya besar hanya dapat dilakukan oleh badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas atau badan usaha asing yang dipersamakan.

Permasalahan PT. Multi Usaha Pembangunan adalah perusahaan tidak melakukan pemotongan terhadap pendapatan sebesar 3% untuk

(6)

pembayaran pajak pasal 4 ayat 2 dalam jasa kontrak konstruksi di perusahaan tingkat menengah. Hal ini sangat berpengaruh terhadap laba, karena laba yang diperoleh untuk setiap kontrak akan terlihat lebih tinggi daripada yang sebenarnya. Selain itu beban penyusutan kendaraan, mesin dan peralatan yang termasuk ke dalam biaya operasional membuat laba lebih tinggi. PT Multi Usaha Pembangunan memang telah menggunakan metode kontrak selesai yang sesuai dengan PSAK No.34.

Namun, dari segi pencatatan masih terdapat beberapa kejanggalan dan ketidaksesuaian dalam hal mengakui pendapatan kontrak. Pembayaran uang muka untuk kontrak konstruksi biasanya selalu menggunakan takaran persentase 20/80, 30/70, atau 50/50 dari nilai kontrak. Pada kasus ini, perusahaan menggunakan persentase yaitu 20% pembayaran di awal dan 80% setelah kontrak selesai dikerjakan. Permasalahannya adalah perusahaan melakukan pengakuan pendapatan kontrak pada uang muka tersebut pada laba rugi, sedangkan uang muka pada dasarnya tetaplah harus diakui sebagai uang muka dan diposisikan pada neraca perusahaan.

Setelah penyelesaian kontrak perusahaan, maka perusahaan baru bisa mengakui penerimaan tersebut sebagai pendapatan dan itu pun setelah dibuatnya jurnal untuk mencatat penyerahan saat proyek telah diselesaikan.

4. Tujuan Perusahaan

PT. Multi Usaha Pembangunan Banjarmasin adalah sebuah perusahaan yang memiliki ruang lingkup operasional pada bidang

(7)

konstruksi. Pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh perusahaan ini diperoleh melalui kontrak kerja sama dengan pihak pemerintah.

Konstruksi yang dilakukan oleh perusahaan adalah pembuatan jalan, perbaikan jalan maupun jembatan.

Tender dalam mengerjakan suatu proyek diperoleh melalui negosiasi dengan pihak pemberi kontrak ataupun dengan cara mengikuti lelang proyek yang dilaksanakan oleh kontraktor penerima proyek.

PT. Multi Usaha Pembangunan Banjarmasin memiliki tujuan perseroan yang sama dengan perusahaan-perusahaan lain yang bergerak dibidang usaha sejenis.

Tujuan dari perseroan ini adalah sebagai berikut :

a. Menjalankan usaha di bidang penyedia jasa kontrak konstruksi pembuatan jalan, perawatan jalan dan juga jembatan.

b. Meningkatkan produktivitas perusahaan dengan menyelesaikan kontrak sesuai dengan perjanjian kontrak baik dalam hal penyelesaian waktu pengerjaan , maupun kualitas pekerjaan yang dilakukan.

c. Meningkatkan mutu kinerja dan keuntungan dari kegiatan operasional perusahaan.

5. Neraca dan Laporan Laba Rugi PT. Multi Usaha Pembangunan Periode Tahun 2014

Neraca dan Laporan laba rugi PT. Multi Usaha Pembangunan periode tahun 2014 digunakan sebagai bahan perbandngan terhadap

(8)

masalah yang akan diteliti. Untuk lebih jelasnya akan diperlihatkan Neraca dan Laporan Laba Rugi PT. Mulit Usaha Pembangunan sebagai berikut :

(9)

6. Pengakuan Pendapatan Dan Biaya Jasa Kontrak Konstruksi Pada PT Multi Usaha Pembangunan Banjarmasin

Data yang berkenaan dengan penerimaan proyek jasa konstruksi pada PT Multi Usaha Pembangunan Banjarmasin pada tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Sumber : PT Mulkti Usaha Pembangunan Banjarmasin

(10)
(11)

Lanjutan

(12)

Lanjutan

(13)

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Perhitungan Pengakuan Pendapatan dengan Metode Kontrak Selesai Berdasarkan hasil temuan data di lapangan, selama ini metode pengakuan pendapatan dan biaya yang digunakan oleh PT. Multi Usaha Pembangunan telah sesuai dengan PSAK No.34 yaitu menggunakan metode kontrak selesai dalam kontrak jangka pendek yang dijalankan. Namun, yang menjadi masalah pada PT. Multi Usaha Pembangunan adalah perusahaan tidak melakukan pemotongan terhadap pendapatan sebesar 3% untuk pembayaran pajak pasal 4 ayat 2 dalam jasa kontrak konstruksi di perusahaan tingkat menengah.

Hal ini sangat berpengaruh terhadap laba, karena laba yang diperoleh untuk setiap kontrak akan terlihat lebih tinggi daripada yang sebenarnya. Selain itu beban penyusutan kendaraan, mesin dan peralatan yang termasuk ke dalam biaya operasional membuat laba lebih tinggi. PT Multi Usaha Pembangunan memang telah menggunakan metode kontrak selesai yang sesuai dengan PSAK No.34. Namun, dari segi pencatatan masih terdapat beberapa kejanggalan dan ketidaksesuaian dalam hal mengakui pendapatan kontrak. Pembayaran uang muka untuk kontrak konstruksi biasanya selalu menggunakan takaran persentase 20/80, 30/70, atau 50/50 dari nilai kontrak. Pada kasus ini, perusahaan menggunakan persentase yaitu 20% pembayaran di awal dan 80% setelah kontrak selesai dikerjakan. Permasalahannya adalah perusahaan melakukan pengakuan

(14)

pendapatan kontrak pada uang muka tersebut pada laba rugi, sedangkan uang muka pada dasarnya tetaplah harus diakui sebagai uang muka dan diposisikan pada neraca perusahaan. Setelah penyelesaian kontrak perusahaan, maka perusahaan baru bisa mengakui penerimaan tersebut sebagai pendapatan dan itu pun setelah dibuatnya jurnal untuk mencatat penyerahan saat proyek telah diselesaikan.

Berdasarkan hal tersebut, maka penulis berupaya untuk meluruskan ketidaksesuaian yang terjadi pada perusahaan dalam melakukan pencatatan akuntansi kontrak konstruksi dan dalam melakukan perhitungan pajak pasal 4 ayat 2 pada setiap perhitungan pengakuan pendapatan kontrak.

Apabila PT. Multi Usaha Pembangunan melakukan perhitungan pph pasal 4 ayat 2 untuk setiap kontrak yang diperoleh, maka pencatatan dan penyajian dalam Laporan Laba Rugi untuk setiap proyek akan disajikan pada table berikut ini :

(15)
(16)
(17)

Sumber :Diperbaharui oleh Penulis

(18)

Dari tabel 6 tersebut, maka jurnal yang dibuat untuk mencatat hasil perhitungan yang akan disajikan dalam tabel 7 adalah sebagai berikut :

(19)

Lanjutan ...

(20)

Lanjutan ...

(21)

Lanjutan ...

(22)

Lanjutan ...

(23)
(24)
(25)
(26)

Lanjutan ...

(27)
(28)
(29)

2. Pengakuan Biaya Proyek

Pengakuan biaya yang diterapkanperusahaan berpedoman pada Standar Akuntansi Keuangan yaitu biaya diakui dalam laporan laba rugi jika penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan asset atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur secara andal. Biaya diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara biaya yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang diproses. Proses yang biasanya disebut pengaitan biaya dengan pendapatan (matching of cost revenues) ini melibatkan pengakuan penghasilan dan biaya secara gabungan atau bersamaan yang dihasilkan secara langsung bersama-sama dari transaksi atau peristiwa lain yang sama.

Sehubungan dengan pengakuan biaya, perusahaan pada waktu pemakaian melakukan pencatatan setiap pembelian bahan dan untuk pengakuan biaya kontrak konstruksi. Namun dalam mengakui biaya, perusahaan menggolongkan biaya penyusutan kendaraan, mesin , dan peralatan kontrak ke dalam beban operasional sebagai biaya penyusutan seluruh kontrak. Sedangkan menurut standar akuntansi keuangan, penyusutan sarana dan peralatan yang digunakan dalam penyelesaian kontrak maka dapat diakumulasikan sebagai beban kontrak. Kurang tepatnya pengakuan biaya penyusutan tersebut mengakibatkan harga pokok kontrak akan terlihat rendah sedangkan laba kotor akan terlihat lebih tinggi.

(30)

Perhitungan biaya penyusutan kendaraan, mesin dan peralatan kantor adalah sebagai berikut:

Kendaraan = Rp. 566.500.000 x 12,5% = Rp. 70.812.500 Mesin dan Peralatan = Rp. 1.897.587.500x 12,5%= Rp. 237.198.438 Beban penyusutan kendaraan, mesin & peralatan = Rp. 308.010.938 Maka harga pokok kontrak dalam laporan laba rugi adalah

Beban Kontrak = Rp. 27.768.177.203

Beban penyusutan kendaraan, mesin & peralatan = Rp. 308.010.938

Harga Pokok Kontrak = Rp. 28.076.188.141

Berdasarkan perhitungan pendapatan dan biaya yang dilakukan oleh penulis, maka pelaporan dalam neraca akan tampak pada tabel berikut :

(31)

Sumber : Diperbaharui oleh penulis

(32)

Sumber : Diperbaharui oleh penulis

(33)

Sumber : Diperbaharui oleh penulis

(34)

Sumber : Diperbaharui oleh penulis

(35)

Setelah membandingkan antara neraca dan laporan laba- rugi antara perhitungan perusahaan dan penulis, maka penulis melihat adanya perbedaan yaitu sebagai berikut :

a. Perusahaan belum melakukan perhitungan pajak pasal 4 ayat 2 sebesar 3% pada setiap pendapatan dari nilai kontrak setelah dikurangi PPN untuk keseluruhunan kontrak selama tahun 2014 maka pajak pasal 4 ayat 2 sebesar Rp.999.654.380 yang mengakibatkan jumlah pendapatan dan laba yang diakui perusahaan terlalu tinggi.

b. Perusahaan membebankan biaya penyusutan kendaraan, mesin dan peralatan kedalam beban penyusutan biaya operasional sebesar Rp.

308.010.938 yang mengakibatkan jumlah beban pokok sebesar Rp.28.076.188.141 dan laba kotor yang diakui pada tahun 2014 berjumlah Rp.6.245.278.883.

c. Perusahaan mengakui laba pada tahun 2014 sebesar Rp.2.830.531.527 sedangkan menurut perhitungan penulis laba yang diakui adalah senilai Rp.1.830.877.147

Jadi, sebaiknya perusahaan melakukan perhitungan untuk pajak pasal 4 ayat 2 sebesar 3% dari nilai kontrak setelah dikurangi PPN. Sehingga jumlah pendapatan yang diperoleh perusahaan tidak terlihat terlalu tinggi. Selain itu asset tetap yang digunakan untuk penyelesaian kontrak, maka beban penyusutan asset tetap seperti kendaraan, mesin dan peralatan diakui sebagai penambah beban pokok proyek, bukan sebagai biaya operasional.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan untuk menyatakan suatu model fit, karena hanya ada tiga item pengukuran, dengan sendirinya merupakan model yang just identified, dan merupakan model yang fit sempurna.

Sedangkan, pada bagian belakang kartu matching cards menggunakan warna kontras dari biru tua yaitu merah marun dengan warna emas yang melambangkan pekerjaan

dinidng geser lebih didominasi oleh geser. Dalam penelitian ini belum membahas rasio tinggi dan lebar dinding geser yang ekonomis serta pengaruh vanasi kekakuan balok pondasi

Sebanyak 40% dari responden memberikan saran bahwa pohon buah merupakan jenis tanaman yang bagus untuk ditanam di kawasan hutan kota, 28% memilih tanaman endemik, 25% memilih

Sektor perikanan merupakan suatu komoditas yang bernilai bagi suatu negara, mengingat konsumsi ikan di merupakan suatu komoditas yang bernilai bagi suatu negara,

14 Catatan atas laporan keuangan Ramayana Lestari Sentosa Tbk periode 2005-2006 (18. Kewajiban diestimasi atas imbalan kerja karyawan). 15 Rangkuman Laporan keuangan Toko Gunung

Dari prosentase jawaban angket di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar PAI pada aspek akhlak dengan materi sifat-sifat terpuji siswa kelas VII-B sudah mulai naik

Seiring dengan berjalannya waktu kondisi cat pelapis kabin depan lama kelamaan akan terkelupas yang menyebabkan kabin depan jadi keropos dan rusak, sehingga perlu