• Tidak ada hasil yang ditemukan

Digitalisasi Pertanian Menuju Kebangkitan Ekonomi Kreatif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Digitalisasi Pertanian Menuju Kebangkitan Ekonomi Kreatif"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-46 UNS Tahun 2022

“Digitalisasi Pertanian Menuju Kebangkitan Ekonomi Kreatif”

Distribusi Hama Invasif Baru Ulat Gerayak Jagung, Spodoptera frugiperda, di Kabupaten Lombok Barat

Bambang Supeno, Hery Haryanto, dan Tarmizi

Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Jalan Majapahit No.62, Mataram

Email: bsupeno59@unram.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi dan tingkat kerusakan akibat serangan hama Spodoptera frugiperda pada tanaman jagung di wilayah Kabupaten Lombok Barat.

Metode yang digunakan yaitu Deskriftif Eksploratif dengan teknik Observasi lapangan dan koleksi Spesimen. Penelitian dilaksanakan selama dua musim tanam, yaitu musim tanam 2019/2020 dan 2020/2021 Hasil penelitian menunjukkan: (1) Hama invasif baru ulat gerayak jagung (UGJ) telah menyebar di sembilan wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Lombok Barat. (2). Tingkat populasi dan intensitas serangan hama UGJ berbeda di setiap wilayah kecamatan pada dua musim tanam yang berbeda. (3) Rata-rata Intensitas serangan hama Spodoptera frugiperda tertinggi mencapai sekitar 60.5% ±11,3% yang ditunjukkan di kecamatan Labuapi. Intensitas serangan terendah didapatkan di Kecamatan Narmada dengan nilai 20,5% ± 11,3%. (4) Nilai rerata Intensitas serangan pada musim tanam jagung 2019/2020 mencapai sekitar 32,9% ± 12,7%, sementara pada musim tanam 2020/2021 diperoleh sekitar 42,9% ± 12,0%. (5) Hama UGJ menimbulkan kerusakan pada tanaman vegetatif dan generatif Kata kunci: distribusi, hama invasif, ulat-grayak-jagung

Pendahuluan

Jagung (Zea mays L) merupakan salah satu tanaman pangan yang penting di Indonesia sebagai sumber penghasil karbohidrat kedua setelah beras. Jagung juga sebagai bahan baku industri dan pakan ternak yang dibutuhkan dalam jumlah besar. Dilaporkan di Indonesai terdapat sepuluh provinsi sentra produksi jagung yang menguasai sekitar 85 % produksi nasional. Provinsi NTB adalah salah satu sentra produksi tanaman jagung ke 5 yang berkontribusi dalam penyediaan jagung sebesar 7%. Pada tahun 2018 tercatat luas panen jagung di NTB seluas 306.899 Ha dengan produksi 2,06 juta ton dan produktivitas sebesar 6,71 ton per hektar (Badan Ketahanan Pangan, 2018).

(2)

Tanaman jagung tampak terancam produksinya di Provinsi NTB akibat adanya Hama invasif baru. Hama baru tersebut adalah Hama Ulat Grayak Jagung/UGJ (Spodoptera frugiperda) (Nonci et al., 2019). Hama UGJ merupakan hama endemik di Amerika dan awal tahun 2016 pertama kali ditemukan menyebar di Afrika Tengah dan Barat, kemudian ditemukan di seluruh daratan Afrika bagian Selatan. Pada tahun 2018, hama ini teridentifikasi dan dilaporkan menyerang hampir diseluruh negara Sub-Sahara Afrika. Nonci dan Hishar (2019)melaporkan bahwa hama ini sudah masuk di Indonesia tepatnya pada bulan Maret 2019 di Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, dan Lampung. Hama ini merusak tanaman jagung dengan tingkat serangan yang tinggi dimana hama ini hampir merusak semua bagian tanaman yang ada mulai dari akar, daun, bunga jantan, bunga betina serta tongkol, satu tanaman jagung didominasi antara 2 - 10 larva petanaman (Nonci et al., 2019). Dalam kurun waktu kurang dari satu tahun dilaporkan telah menyebar di sebagian besar wilayah Indonesia termasuk di pulau Lombok (Supeno et al., 2020).

Hama ini menyerang tanaman jagung pada fase vegetatif dan menyerang titik tumbuh tanaman yang mengakibatkan kegagalan pembentukan pucuk tanaman. Dilaporkan juga hama ini dapat menyerang buah jagung muda dengan tingkat serangan yang rendah. Larva Spodoptera frugiperda memiliki kemampuan makan yang sangat tinggi dan bersifat kanibalisme untuk mempertahankan makanannya supaya tidak terjadi kompetisi perebutan makanan. Larva S. frugiperda akan masuk ke dalam bagian tanaman dan aktif makan disana, sehingga jika populasi sedikit maka akan sulit untuk dideteksi. Imagonya merupakan ngengat dengan jelajah terbang yang sangat kuat dan bahkan bisa terbang 100 km mengikuti arah angin sehingga keberadaan hama ini cepat menyebar luas ke berbagai tempat (CABI, 2019).

Di Nusa Tenggara Barat (NTB), hama UGJ sudah masuk ke wilayah NTB dengan daerah serangan meliputi: Kabupaten Dompo, Sumbawa, Lombok Barat, Lombok Timur, dan Lombok Utara. Di Pulau Lombok, keberdaan hama Spodoptera frugiperda sudah ada pada bulan Agustus 2019 (Supeno et al., 2020, BPTP NTB, 2019). Hama ini menyerang pertanaman jagung dengan luas serangan mencapai (41,25 ha). Sebaran hama ini sudah masuk ke beberapa kabupaten yang ada di Lombok yaitu Kabupaten Lombok Barat dengan luas serangan (15 ha), Lombok Timur dengan luas serangan (21,25 ha), dan Lombok Utara dengan luas serangan (5 ha).

Kabupaten Lombok Barat merupakan salah satu sentra produksi Jagung di pulau Lombok tentunya dengan tingkat serangan yang hampir sama dengan wilayah Kabupaten lainnya yang ada di pulau Lombok. Bagaimana sebaran dan tingkat serangannya selama dua tahun terakhir ini tentunya masih perlu informasi lebih rinci. Dengan demikian kiranya telah

(3)

dilaksanakan kegiatan riset ini dengan tujuan untuk mengetahui sebaran dan tingkat serangan hama ulat gerayak jagung di wilayah Kabupaten Lombok Barat.

Metode

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode Deskriftif Eksploratif dengan teknik Observasi lapangan (survey) dan koleksi contoh. Survey lapangan ditujukan untuk menentukan lokasi pengamatan dan pengambilan contoh.

Penelitian ini dilaksanakan pada pertanaman jagung yang ada di Kabupaten Lombok Barat. Pelaksanaan riset dilakukan selama dua musim taham tahun 2020 dan 2021. Identifikasi hama Spodoptera frugiperda akan dilaksanakan di Laboratorium Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram.

Penentuan lokasi ditentukan berdasarkan hasil survei pendahuluan pada bulan Oktober 2019 dengan mengambil sampel di masing masing Kecamatan yang ada di Kabupaten Lombok barat berdasarkan lokasi yang ditanami jagung. Penentuan lokasi pengamatan dengan metode transeks menelusuri jalan dari ujung selatan sampai ujung utara Kabupaten Lombok Barat, dimana pengambilan titik lokasi satu dengan yang lain berjarak minimal 1 km untuk memastikan perbedaan jumlah populasi hama. Pertanaman jagung yang dijadikan titik lokasi pengamatan yaitu berada pada fase vegetatif/generatif dengan luas setiap lokasi 1,5 are - 1 ha pertanaman jagung. Posisi geografi setiap titik lokasi pengamatan dicatat menggunakan GPS (Global Positioning System).

Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati meliputi (populasi telur, populasi larva, populasi ngengat, dan rerata populasi keseluruhan), intensitas kerusakan (skor 0-4), karakteristik gejala (fase vegetatif/generatife). Pengamatan intensitas kerusakan dan karakteristik gejala dilakukan dengan cara mengamati seluruh bagian tanaman jagung dan melihat karakteristik gejalanya.

Intensitas kerusakan tanaman dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

Perhitungan Relatif : I =(∑n x v)

(Z X N) 𝑥100%

Keterangan:

I = Intensitas serangan (%)

n = Jumlah tanaman atau bagian tanaman pada skala-v v = Nilai skala kerusakan tanaman

N = Jumlah tanaman atau bagian tanaman contoh yang diuamati Z = Nilai skala kerusakan tertinggi

(4)

Nilai skala skor kerusakan tanaman /bagian tertentu tanaman adalah sebagai berikut:

0 = Jika tidak ada bagaian tanaman yang rusak

1 = Jika bagian tanaman yang sakit atau rusak: 1-25%

2 = Jika bagian tanaman yang sakit atau rusak: 25-50%

3 = Jika bagian tanaman yang sakit atau rusak: 50-75%

4 = Jika bagian tanaman yang sakit atau rusak: > 75%

Cara Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel mengunakan metode Random sampling yaitu sampel diambil dari satu petak lahan dan ditentukan lima area tanaman (5 sub petak yang berukuran 5x5 m, dan diambil tanaman sampel sebanyak 20% dari jumlah pupulasi per sub petak. Masing- masing sub petak di wakili 33 tanaman dengan menggunaklan pola sistemastis random sampling sehingga didapatkan 165 sampel tanaman pada satu areal lokasi pengamatan.

Pengambilan sampel dilakukan satu kali pada tiap titik lokasi pengamatan. Masing-masing sampel tanaman diamati intensitas serangan , gejala kerusakan, dan populasinya. Sampel hama Spodoptera frugiperda yang sudah diamati, diambil dan dimasukkan kedalam kantong plastik bening. Kemudian di pindahkan ke botol koleksi dan dipelihara di Laboratorium untuk proses identifikasi (verifikasi).

Hasil dan Pembahasan

Populasi hama Spodoptera frugiperda dan intensitas kerusakan yang hasil pengamatan tersajikan dalam Tabel 1..

Tabel 1. Populasi Larva Hama UGJ (ekor) pada dua musim tanam Jagung

Lokasi Musim Tanam 2019/2020 Musim Tanam 2020/2021 Rerata

Sekotong 78 89 83,5

Lembar 64 77 70,5

Gerung 38 41 39,5

Kediri 89 102 95,5

Kuripan 126 138 132

Labuapi 123 143 133

Narmada 46 56 51

Lingsar 42 48 45

Gunung Sari 98 102 100

RERATA 78,2 88,4 83,3

SD 33,5 36,9 35,1

(5)

Pada Tabel 1. tampak terlihat bahwa populasi hama Spodoptera frugiperda yang ditemukan di masing-masing Kecamatan selama dua musim tanam tampak adanya perbedaan di masing-masing kecamatan. Rata- rata populasi selama dua musim sekitar 83,3 ± 35,1 dan tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata. Perbedaan jumlah larva yang ditemukan tersebut dimungkinkan akibat dari jumlah larva yang ditemukan setiap tanaman. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah larva pertanaman sekitar 1-4 larva menurut Supeno et al., (2019), semakin kecil stadia larva semakin banyak jumlah larva yang ditemukan pertanaman dan sebaliknya semakin besar stadia larvanya semakin kecil atau cenderung soliter atau satu per tanamannya. Kondisi yang demikian ini juga didukung dari laporan CABI, 2017 menunjukkan bahwa populasi hama spodoptera pada tanaman jagung didominasi satu atau dua larva pertanaman dikarnakan larva yang lebih besar bersifat kanibal. Nadrawati et al., (2019) menyatakan prilaku kanibalistik terjadi pada tahap larva, dimana larva yang lebih besar memakan larva yang lebih kecil. Rerata Populasi larva ditemukan paling banyak di Kecamatan Labuapi dengan jumlah populasi 133 ± 35,1 larva. Sedangkan rerata populasi terendah terdapat di Kecamatan Gerung dengan jumlah 39,5 ± 35,1 larva.

Tinggi dan rendahnya populasi kemungkinan disebabkan oleh varietas jagung yang berbeda antara daerah satu dengan lainnya. Apriani et al., 2021 dan Novita et al., 2021 mengatakan bahwa varietas jagung memiliki tingkat preferensi yang berbeda. Selain jenis tanaman dan varietas yang berbeda, kemungkinan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan (suhu) yang mendukung pertumbuhan hama Spodoptera frugiperda. Menurut Nadrawati et al., (2019) dan CABI, (2019), mengatakan S. frugiperda dapat tumbuh dengan baik pada suhu optimum yaitu 28°C untuk menghasilkan sebanyak 150-200 telur Hama ini berpupa pada kondisi tanah liat berpasir dengan kondisi suhu 14,6-30°C (CABI, 2019). Berdasarkan data yang didapatkan dari BMKG Nusa Tenggara Barat, suhu di Kabupaten Lombok Barat pada saat penelitian berkisar antara 25,6-28,4°C yang memiliki kontribusi untuk perkem-bangan UGJ.

Hasil analisis dan perhitungan Intensitas serangan hama Spodoptera frugiperda di Kabupaten Lombok Barat pada dua musim tersajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Terlihat bahwa Rata-rata Intensitas serangan tertinggi mencapai sekitar 60,5%

±11,3% yang ditunjukkan di kecamatan Labuapi. Intensitas serangan terendah didapatkan di Kecamatan Narmada dengan nilai 20,5% ± 11,3%. Nilai rerata Intensitas serangan pada musim tanam jagung 2019/2020 mencapai sekitar 32,9% ± 12,7%, sementara pada musim tanam 2020/2021 diperoleh sekitar 42,9% ± 12,0%. Tinggi dan rendahnya tingkat serangan hama UGJ ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti populasi larva yang berbeda-beda pada setiap daerah. Satrodihardjo (1979) menyatakan bahwa kepadatan populasi dari suatu jenis hama

(6)

menentukan serangan dari hama tersebut. Seamakin besar populasi dari suatu jenis hama maka semakin besar pula tingkat serangannya, sehingga kerusakan yang ditimbulkan oleh hama tersebut sejalan dengan meningkatnya pupulasi hama. Faktor musuh alami juga menentukan seperti dikatakan Jannah et al., (2021) dan Supeno et al. (2021) predator UGJ sangat beragam setiap fase pertumbuhan jagung, demikian juga parasitoid yang ditemukan bervariasi (parasitoid telur dan larva). Faktor variets yang ditanam juga menentukan seperti yang dilaporkan oleh Novita et al., (2021) bahwa Intensitas serangan hama S. frugiperda tertinggi ditunjukkan oleh varietas Bisi-18 dengan nilai rerata sekitar 69,12% dan terendah dijumpai pada varietas Lamuru dengan rerata 44,27. Teknik budidaya tanaman masing-masing wilayah yang berbeda menyebabkan terjadinya perbedaan intensitas serangan. Supeno et al. (2021a) melaporkan bahwa teknik pengendalian dengan monitoring dan pemanfaatan tanaman refugia memberikan dampak intensitas kerusakannya terendah dibandingan dengan teknik pengendalian cara petani. Supeno et al. (2021a) mengatakan bahwa pemanfaatan refusia marigold mampu mengurangi intensitas serangan hama ulat gerayak jagung.

Tabel 2. Intensitas Serangan Hama UGJ (%) pada dua musim tanam

Lokasi Musim Tanam 2019/2020 Musim Tanam 2020/2021 Rerata

Sekotong 33 34 33,5

Lembar 31 56 43,5

Gerung 17 42 29,5

Kediri 36 46 41

Kuripan 44 37 40,5

Labuapi 56 65 60,5

Narmada 16 25 20,5

Lingsar 25 36 30,5

Gunung Sari 38 45 41,5

Jumlah 296 386 341

X 32,9 42,9 37,9

SD 12,7 12,0 11,3

Gambar 1. Gejala serangan hama Spodoptera frugiperda (A) gejala dimakan neonotus, (B) pertumbuhan daun tak beraturan serta daun berlubang, (C) memakan pucuk tanaman, (D) titik tumbuh tanaman mati (E) Serangan pada tongkol muda (Dokumentasi pribadi, 2021).

Hama Spodoptera frugiperda merusak tanaman jagung dengan memakan daun tanaman. Karakter dari gejala serangan hama ini sangat khas dimana pada saat larva baru

(7)

menetas (neonutus) memakan jaringan daun tanaman sehingga meninggalkan bekas daun transparan (Gambar 1A). Larva S. frugiperda dewasa masuk kedalam kuncup tanaman kemudian memakan daun tanaman secara agresif sehingga menimbulkan daun tanaman bergerigi, berlubang, dan tanaman membentuk pola tidak beraturan akibat serangan hama ini (Gambar 1.B.C). Larva dewasa menyebabkan titik tumbuh tanaman layu kemudian mati (Gambar 1.D). Gejala kerusakan yang diakibatkan oleh larva pada tongkol jagung tampak terlihat lubang dan dikotori oleh pises. Bila dibuka pembungkus tongkol akan ditemui larva dan tongkol terlihat rusak (Gambar 1.E)

Kesimpulan

Atas dasar uraian di atas dapat diambil beberapa kesimpulan (1). Hama invasif baru ulat gerayak jagung (UGJ) telah menyebar di sembilan wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Lombok Barat. (2). Tingkat populasi dan intensitas serangan hama UGJ berbeda di setiap wilayah kecamatan pada dua musim tanam yang berbeda. (3) Rata-rata Intensitas serangan hama Spodoptera frugiperda tertinggi mencapai sekitar 60.5% ±11,3% yang ditunjukkan di kecamatan Labuapi. Intensitas serangan terendah didapatkan di Kecamatan Narmada dengan nilai 20,5% ± 11,3%. (4) Nilai rerata Intensitas serangan pada musim tanam jagung 2019/2020 mencapai sekitar 32,9% ± 12,7%, sementara pada musim tanam 2020/2021 diperoleh sekitar 42,9% ± 12,0%. (5) Hama UGJ menimbulkan kerusakan pada tanaman vegetatif dan generatif.

Daftar Pustaka

Apriani, D., B. Supeno, dan H. Haryanto. 2021. Uji preferensi hama Spodoptera frugiperda pada uji preferensi inang hama Spodoptera ftugiperda pada beberapa tanaman pangan.

Prosiding SAINTEK, Vol 3, Januari 2021.

Badan Ketahanan Pangan. 2018. Dikutip dari Jurnal ISSN: 2615-3807.

http://bkp.pertanian.go,id/storage/app/uploads/public/5b0/0a8/5b05230a887ad919144 521.pdf . [05 Oktober 2019].

BPTP NTB, 2019. Data Sebaran OPT Utama Tanaman Padi dan Jagung. Balai Perlindungan Tanaman Pertanian (BPTP) NTB. Narmada.

Centre for Agriculture and Bioscience International [CABI]. 2017. General Information on Fall Army Worm. Entomol. 76:1052-4.

Centre for Agriculture and Bioscience International [CABI]. 2019. Spodoptera frugiperda (Fall Armyworm) http://www.cabiorg/ISC/fallarmyworm. [06 November 2019]. Tanaman

(8)

Jannah, M., B. Supeno, dan M. Windarningsih. 2021. Keragaman predator ulat grayak jagung (Spodoptera frugiperda) selama pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L) di Desa lreng Lombok Barat. Prosiding Seminar Nasional Fakultas Pertanian UNS. Vol 5 No 1 Tahun 2021.

Maharani, Y., V. K. Dewi, L. T. Puspari, L. Rizkie, Y. Hidayat, dan D. Dono. 2019. Kasus Serangan Ulat Grayak Jagung Spodoptera frugiperda J.E. Smith (Lepidoptera:

Noctuidae) pada Tanaman Jagung di Kabupaten Bandung, Garut, dan Sumedang, Jawa Barat. Universitas Padjajaran, Tanjung Sari, West Java, Indonesia. 45363.

Nadrawati, Ginting S, dan A. Zarkani. 2019. Identifikasi hama baru dan musuh alaminya pada tanaman jagung, di Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Seluma, Bengkulu. Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Bengkulu.

Novita, D., B. Supeno, dan H. Haryanto. 2021. Uji preferensi hama Spodoptera frugiperda pada tiga varietas tanaman jagung (Zea mays L). Prosiding SAINTEK, Vol 3, Januari 2021.

Nurnina Nonci, S. H. Kalqutny, H. Mirsam, A. Muis, M. Azrai, dan M. Aqil. 2019. Pengenalan fall armyworm (Spodoptera frugiperda J.E. Smith) hama baru pada tanaman jagung di indonesia. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Jakarta.

Roesmarkam, A. dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius.

Yogyakarta.

Sastrodihardjo. 1979. Pengantar Entomologi Terapan. ITB. Bandung.

Supeno, B., Meidiwarman, Tarmizi, dan H. Haryanto. 2020. Eksplorasi dan Sebaran Musuh Alami Lokal Hama Baru Ulat Gerayak Jagung (Fall Armyworm /FAW), Spodoptera frugiperda di Pulau Lombok. Laporan akhir Penelitian Peningkatan Kapasitas. LPPM Universitas Mataram. 45p.

Supeno, B., Tarmizi, H. Haryanto, dan Ni Made Laksmi Ernawati. 2021. Parasitoid of fall armyworm, Spodoptera fulgifera (Lepidoptera: Noctuidae) on mize at Lombok Island.

Proceeding International Conference on Science (ICST) Vol 2.

Supeno, B., Tarmizi, H. Haryanto, Ni Made Laksmi Ernawati, M. T. Fauzi. 2021a. Strategi pengendalian invasi hama baru ulat grayak jagung, Spodoptera frugiperda, di Daerah Sentra Produksi Kabupaten Lombok Barat. Jurnal SIAR ILMUWAN TANI. 2(2): 100- 106.

Referensi

Dokumen terkait

Sistem tanam jajar legowo (jarwo) adalah pola bertanam yang berselang-seling antara dua atau lebih (biasanya dua atau empat) baris tanaman padi dan satu baris

Kota Langsa merupakan kota pesisir yang terletak di pesisir timur pulau Sumatra. Kota Langsa memiliki suatu desa di dekat pesisir yaitu Desa Kuala Langsa. Desa

Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat interaksi antara dosis pupuk urea dan abu sekam padi, dosis optimal pupuk urea terhadap pertumbuhan dan hasil

Seperti halnya pH dan KTK, nilai kejenuhan basa tanah pada calon-calon lahan di kabupaten Bolaang Mongondow tidak akan menjadi faktor pembatas apabila lahan-lahan

Melalui kegiatan pelatihan digital marketing ini, masyarakat kampung Tanah Tinggi selaku pelaku usaha memperoleh pengetahuan baru mengenai cara memasarkan barang

Hasil survei dapat diketahui bahwa terdapat 13 sumber mata air yang tersebar di Pulau Karimunjawa, enam diantaranya berada di dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa yaitu di

Tabel 2. Lebar biji juga merupakan salah satu karakter penentu ukuran gabah yang dapat menjadi indikator kualitas benih atau kualitas hasil produksi padi di lapangan.

Sikap Petani pada Dampak Pembangunan Tol bagi Mata Pencarian sebagai Petani Dari keragaan atau karakteristik petani terdampak di Kecamatan Polanharjo terlihat bahwa bagian