Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-46 UNS Tahun 2022
“Digitalisasi Pertanian Menuju Kebangkitan Ekonomi Kreatif”
Karakter Fisik Gabah Hasil Persilangan Backcross 2 Galur Harapan Padi Hitam/Jeliteng//Jeliteng
Arifah Husna1, Nandariyah1,2, Endang Yuniastuti1,2, dan Amalia Tetrani Sakya1
1Program Studi Magister Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret
2Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Keanekaragaman Hayati, Penelitian dan Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Sebelas Maret
Email: nandariyah@staff.uns.ac.id
Abstrak
Padi beras hitam merupakan salah satu pangan lokal di Indonesia yang memiliki kandungan nutrisi tinggi. Padi beras hitam berpotensi untuk dikembangkan guna mendukung ketahanan pangan nasional melalui diversifikasi pangan. Beras hitam saat ini mulai populer dikonsumsi sebagai pangan fungsional seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan.
Namun, budidaya padi hitam masih jarang diminati oleh petani di Indonesia. Pada penelitian terdahulu telah dihasilkan galur-galur harapan mutan umur pendek padi hitam hasil irradiasi sinar gamma yakni GH 8, GH 13, GH 44, GH 46, GH 51, GH 52. Perbaikan sifat tanaman untuk meningkatkan kualitas hasil dan karakter-karakter yang dimiliki padi hitam dapat dilakukan melalui pemuliaan tanaman persilangan. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji karakter-karakter biji hasil persilangan backcross yang telah dilakukan pada penelitian sebelumnya. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan alat bantu pengukuran berupa neraca analitik, millimeter block, dan RHS colorchart. Data hasil pengamatan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian pada hasil 6 set persilangan Galur Harapan Padi Hitam/Jeliteng//Jeliteng memiliki nilai rerata panjang gabah tertinggi 8,55. Nilai rata-rata lebar gabah tertinggi sebesar 2,55. Rerata bobot biji seluruh set persilangan ialah 0,0941. Seluruh hasil set persilangan memiliki warna kulit gabah yang tergolong pada 199 yakni Grey-Brown Group dan golongan 156 dengan keterangan Greyed-White Group. Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh benih padi hitam hasil persilangan backcross yang bersifat fertil dan dapat digunakan untuk bahan persilangan backcross generasi berikutnya.
Kata kunci: padi hitam, karakter gabah, persilangan, warna perikarp, ukuran gabah
Pendahuluan
Padi beras hitam merupakan salah satu pangan lokal di Indonesia yang memiliki kandungan nutrisi tinggi. Padi beras hitam berpotensi untuk dikembangkan guna mendukung ketahanan pangan nasional melalui diversifikasi pangan. Beras hitam saat ini mulai populer
dikonsumsi sebagai pangan fungsional seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesehatan. Menurut (Wang et al., 2020) beras hitam berpotensi sebagai sumber antioksidan dan dapat menjadi sumber pangan fungsional. Beras hitam berpotensi sebagai sumber antioksidan dan merupakan karbohidrat kompleks yang dapat dikonsumsi oleh penderita diabetes maupun untuk konsumsi diet (Kristam et al., 2018). Namun, budidaya padi hitam masih jarang diminati oleh petani di Indonesia. Rendahnya minat petani dipicu oleh kelemahan-kelemahan sifat yang dimiliki padi hitam serta adanya kendala organisme pengganggu tanaman. (Nandariyah et al., 2021) juga menjelaskan bahwa beras hitam memiliki sifat yang kurang menguntungkan dari segi agronomi antara lain umur panen 150 hari, habitus tanaman tinggi, dan hasil rendah 5 ton/ha.
Penelitian terdahulu telah menghasilkan galur-galur harapan mutan umur pendek padi hitam hasil irradiasi sinar gamma yang memiliki sifat umur pendek dan produktivitas yang tinggi, yakni GH 8, GH 13, GH 44, GH 46, GH 51, GH 52 ((Sofian et al., 2019); (Rahmawati et al., 2020); (Nandariyah, et al., 2021)). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian pada tahun 2019 melepas varietas unggul beras hitam pertama yang diberi nama Jeliteng. Jeliteng merupakan hasil persilangan Ketan Hitam/Pandan Wangi Cianjur. (Sudarwati, 2016) menjelaskan varietas ini mempunyai rata-rata hasil GKG 6,18 ton/ha dan potensi hasil 9,87 ton/ha. Umur panen varietas ini sekitar 113 hari setelah sebar (HSS). Padi beras hitam jeliteng juga memiliki karakter agak tahan dengan wereng batang cokelat biotipe 1.
Perbaikan sifat tanaman untuk meningkatkan kualitas hasil dan karakter-karakter yang dimiliki padi hitam dapat dilakukan melalui pemuliaan tanaman persilangan. (Tian et al., 2020) menjelaskan bahwa persilangan tanaman dengan spesies liar tidak hanya dapat mentransfer sifat-sifat yang menguntungkan dari kedua orang tua ke generasi berikutnya tetapi juga menginduksi perubahan yang menguntungkan dalam komposisi komunitas mikroba endofit yang ada pada keturunannya, yang berpotensi menghasilkan hasil yang lebih tinggi bahkan di bawah kondisi yang merugikan keadaan lingkungan.Terdapat beberapa metode yang dilakukan pemulia dalam kegiatan persilangan, salah satunya adalah metode silang balik (Backcross).
Ukuran dan penampilan biji hasil persilangan padi berpengaruh terhadap kualitas hasil dan senyawa yang terkandung didalamnya. (Sutrisno & Achmad, 2007) menjelaskan beberapa kajian terkait ukuran biji yang menyatakan bahwa biji panjang cenderung lebih mudah patah apabila digiling. Namun (Prayoga et al., 2018) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa ukuran gabah dengan panjang yang tergolong pendek dan bentuk membulat jarang diminati oleh petani. (Pujiasmanto et al., 2021) juga menjelaskan mengenai karakter warna biji dan pericarp yang cukup berperan dan mencerminkan senyawa-senyawa yang terkandung dalam
padi beras hitam. oleh karena itu kajian mengenai karakter fisik gabah pada hasil persilangan penting dilakukan dalam upaya memperoleh varietas baru. Pada penelitian persilangan backcross dua hasil persilangan antara benih padi hitam backcross satu dengan salah satu tetuanya yaitu varietas jeliteng telah dihasilkan benih padi hitam untuk proses persilangan generasi berikutnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji karakter-karakter biji yang akan digunakan untuk proses persilangan generasi berikutnya yang meliputi ukuran, warna kulit gabah hingga bobot biji hasil persilangan backcross 2.
Metode
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi hitam hasil persilangan backcross 1 antaralain BC1GH8, BC1GH 13, BC1GH44, BC1GH46, BC1GH51, BC1GH52.
Penelitian backcross 1 pada generasi sebelumnya dilakukan dengan menyilangkan kembali F1 hasil persilangan antara 6 nomor galur harapan padi hitam hasil irradiasi sinar gamma dengan varietas jeliteng yang kemudian disilangkan kembali dengan salah satu tetuanya yaitu varietas jeliteng. Bahan pendukung yang digunakan dalam penelitian di Lapangan antaralain polybag, media tanam berupa tanah, pupuk kandang sapi, pupuk urea, pupuk KCL, dan pestisida organik.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi cangkul, sekop, kotak semai, dan selang pengairan. Benih disemaikan dalam kotak semai selama 14-21 hari. Benih ditanam pada polybag berdiamter 30x30cm, tiap polybag berisi 2 tanaman.
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Laboratorium Pertanian UNS, di Desa Sukosari Jumantono, Karanganyar. Penanaman dilakukan sebanyak 4 ulangan sehingga masing-masing terdapat 8 genotip tanaman. Pengamatan dilakukan pada peubah panjang biji, lebar biji, bobot 100 biji, dan warna kulit gabah. Pengukuran panjang dan lebar gabah biji dilakukan dengan menggunakan alat bantu kertas millimeter block. Satuan hasil ukuran gabah biji yang digunakan ialah millimeter. Perhitungan panjang gabah dilakukan dengan menganalisis panjang minimum dan panjang maksimum pada masing-masing hasil set persilangan. Pengukuran bobot biji hasil persilangan dilakukan dengan menggunakan alat bantu neraca analitik dengan skala pengukuran milligram. Bobot biji dilakukan dengan menghitung 10 biji tiap set persilangan. Penggolongan warna biji diamati dengan alat bantu berupa RHS colorchart (edisi 6; cetakan ulang 2019). Data hasil pengamatan dianalisis dan disajikan secara deskriptif.
Hasil dan Pembahasan
Panjang Biji Hasil Persilangan
Tabel 1. Panjang biji hasil persilangan Backcross 2 galur harapan padi Hitam/Jeliteng//Jeliteng
Set Persilangan Panjang Gabah
Rata-rata Panjang (mm)
Min Max
F1GH8/Jeliteng//Jeliteng 6,5 8,1 7,28
F1GH13/Jeliteng//Jeliteng 7,5 9,6 8,55
F1GH44/Jeliteng//Jeliteng 5,7 8,6 6,82
F1GH46/Jeliteng//Jeliteng 6 9 7,33
F1GH51/Jeliteng//Jeliteng 5,5 8,0 6,33
F1GH52/Jeliteng//Jeliteng 5,8 8,4 7,07
Sumber : Hasil Analisis Data
Ukuran gabah merupakan salah satu karakter yang dapat menentukkan kemurnian suatu varietas. (Zhang et al., 2012) menjelaskan bahwa ukuran dan bentuk gabah merupakan komponen penting yang menentukan hasil gabah padi. Tabel 1 menunjukkan bahwa panjang biji dari ke enam galur hasil persilangan memiliki nilai rerata tertinggi pada F1GH13/Jeliteng//Jeliteng yakni sebesar 8,55. Sedangkan untuk nilai rerata panjang biji terendah ada pada F1GH51/Jeliteng//jeliteng sebesar 6,33. Panjang gabah minimum terendah ada pada F1GH51/Jeliteng//Jeliteng yakni 5,5 dan panjang minimum F1GH13/Jeliteng//Jeliteng sebesar 7,5. Hasil perhitungan panjang gabah maksimum pada seluruh hasil set persilangan memiliki nilai maksimum terendah pada F1GH51/Jeliteng//Jeliteng yakni 8,0 sedangkan untuk panjang gabah maksimum terendah ada pada F1GH13//Jeliteng//Jeliteng sebesar 9,6. Penelitian (Zhang et al., 2012) menjelaskan bahwa panjang gabah 6,61 – 7,50 mm termasuk kategori panjang, 5,51 – 6,61 mm termasuk kategori sedang, dan panjang gabah < 5,51 termasuk kategori pendek. Rata-rata panjang gabah hasil persilangan backcross termasuk katgori panjang dan kategori sedang.
Selain menjadi indikator yang dapat menentukan kualitas hasil suatu tanaman, ukuran biji juga berperan menarik minat petani dalam menentukkan varietas yang akan digunakan.
(Prayoga et al., 2018) dalam hasil penelitiannya menjelaskan bahwa produktivitas justru tidak menjadi pertimbangan utama petani dalam memilih suatu varietas. Ukuran gabah menjadi salah satu pertimbangan. Ukuran gabah dengan panjang yang tergolong pendek dan bentuk membulat jarang diminati oleh petani. Ukuran gabah merupakan salah satu karakter yang diturunkan oleh tetuanya, namun terdapat faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pembentukan ukuran gabah. Salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan gabah adalah unsur hara. Menurut (Akino et al., 2012) unsur hara sangat berperan dalam menentukan
pembentukkan gabah. Pemberian unsur hara tepat dapat membantu proses pembentukan gabah yang optimal.
Lebar Biji Hasil Persilangan
Tabel 2. Lebar biji hasil persilangan Backcross 2 galur harapan padi Hitam/Jeliteng//Jeliteng
Set Persilangan Lebar Gabah
Rata-rata Lebar (mm)
Min Max
F1GH8/Jeliteng//Jeliteng 1,9 2,8 2,39
F1GH13/Jeliteng//Jeliteng 2,0 3,2 2,55
F1GH44/Jeliteng//Jeliteng 1,8 2,3 2,00
F1GH46/Jeliteng//Jeliteng 1,9 3,1 2,40
F1GH51/Jeliteng//Jeliteng 2,0 3,0 2,33
F1GH52/Jeliteng//Jeliteng 2,0 3,0 2,38
Sumber : Hasil Analisis Data
Peubah lebar biji hasil persilangan penting untuk diamati karena merupakan salah satu karakter yang dapat diturunkan oleh tetua tanaman. Lebar biji juga merupakan salah satu karakter penentu ukuran gabah yang dapat menjadi indikator kualitas benih atau kualitas hasil produksi padi di lapangan. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data lebar biji pada tabel 2, menunjukkan bahwa seluruh hasil set persilangan memperlihatkan hasil perbedaan yang mendasar. Rata-rata lebar biji tertinggi ada pada F1GH13/Jeliteng//Jeliteng yakni sebesar 2,55.
Rata-rata lebar terendah ada pada F1GH44/Jeliteng//Jeliteng yakni 2,00. Berdasarkan hasil perhitungan lebar maksimum gabah tertinggi ada pada F1GH13/Jeliteng//Jeliteng sebesar 3,2, dan lebar gabah maksimum terendah ada pada F1GH44/Jeliteng//Jeliteng yakni 2,3.
Perhitungan lebar gabah minimum terendah dari seluruh hasil set persilangan menunjukkan nilai tertinggi ada pada 3 galur hasil set persilangan yaitu F1GH13 /Jeliteng//Jeliteng, F1GH51 /Jeliteng//Jeliteng, F1GH52 /Jeliteng//Jeliteng yakni sebesar 2,0. Menurut (Putra et al., 2010) lebar gabah padi dikelompokkan ke dalam 3 kategori, yaitu sempit (<1mm), sedang (1-2mm), dan lebar (>2mm). Untuk lebar gabah minimum terendah ada pada F1GH44/Jeliteng//Jeliteng yakni 1,8. Lebar gabah biji merupakan salah satu karakter yang penting untuk diamati karena merupakan salah satu indikator kualitas dan kuantitas hasil produksi suatu tanaman padi. Lebar biji juga merupakan karakter yang diturunkan oleh tanaman. (A. Wang et al., 2019) menyatakan bahwa ukuran lebar biji dalam suatu malai dapat perpengaruh terhadap panjang malai dalam suatu rumpun padi. Ukuran dan bentuk gabah merupakan komponen penting yang menentukan hasil gabah padi. Sama seperti panjang biji, ukuran lebar gabah biji juga tidak hanya dipengaruhi oleh faktor gen yang diturunka oleh tetuanya, namun juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Menurut (Sarwanto et al., 2018) memiliki sifat genetik yang baik ditambah
dengan faktor lingkungan yang menguntungkan atau sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Fase pemasakan meliputi pengisian gabah, pemasakan gabah, pembentukkan panjang gabah, lebar gabah dan tebal gabah. Pembentukkan ukuran gabah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti gen turunan dari tetuanya, kondisi lingkungan, hingga kebutuhan unsur hara. Unsur hara mikro juga menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan selama proses pembentukkan bulir gabah.
Bobot Biji Hasil Persilangan
Tabel 3. Bobot 10 biji gabah hasil Persilangan Backcross 2 galur harapan padi Hitam/Jeliteng//Jeliteng
Set Persilangan Bobot 10 Biji (gram)
F1GH8/Jeliteng//Jeliteng 0,0784
F1GH13/Jeliteng//Jeliteng 0,0920
F1GH44/Jeliteng//Jeliteng 0,0912
F1GH46/Jeliteng//Jeliteng 0,0844
F1GH51/Jeliteng//Jeliteng 0,1071
F1GH52/Jeliteng//Jeliteng 0,0958
Sumber : Hasil Analisis Data
Tabel 4. Warna Gabah Kulit Hasil Persilangan Backcross 2 Galur Harapan Padi Hitam/Jeliteng//Jeliteng
Set Persilangan Kode Warna Kulit Gabah Keterangan Warna Kulit Gabah
F1GH8/Jeliteng//Jeliteng 156-B (yellowish Grey)
F1GH13/Jeliteng//Jeliteng 199-C (Light Yellowish brown)
F1GH44/Jeliteng//Jeliteng 199-B (Light Olive brown)
F1GH46/Jeliteng//Jeliteng 156-A (Yellowish Grey)
F1GH51/Jeliteng//Jeliteng 199-D (Dark Greyish yellow) F1GH52/Jeliteng//Jeliteng 199-D (Dark Greyish yellow) Sumber : Hasil Pengamatan
Rata-rata bobot biji seluruh hasil set persilangan ialah 0,0941. Rerata bobot biji terendah ada pada hasil set persilangan F1GH46/Jeliteng//Jeliteng dengan bobot 0,0844. Rerata bobot biji tertinggi ada pada benih hasil set persilangan F1GH51/Jeliteng//Jeliteng dengan bobot 0,1071. Bobot gabah juga menjadi indikator produktivitas suatu tanaman. Dalam penelitian ini perhitungan bobot gabah dilakukan sebagai indikasi awal produktivitas masing- masing set persilangan. Perhitungan bobot gabah dilakukan dengan menimbang 10 biji hasil persilangan pada tiap-tiap set persilangan pada backcross. Berdasarkan hasil perhitungan bobot biji hasil persilangan dari masing-masing hasil set persilangan cukup beragam. Menurut (Yulina et al., 2021) perbedaan genetic dari masing-masing genotipe yang menjadi penyebab perbedaan hasil atau produksi. (Shi et al., 2020) juga menjelaskan bahwa karakter bobot biji sangat dipengaruhi oleh faktor genetis. Selain faktor genetis, faktor lingkungan juga dapat
mempengaruhi bobot biji hasil persilangan seperti pengairan hingga perolehan cahaya matahari yang menentukan proses fotosintesis. Menurut (Ji et al., 2020) pertumbuhan dan hasil padi juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang termasuk didalamnya ialah nutrisi tanaman.
Gambar 1. Warna Gabah Kulit Biji Hasil Persilangan Backcross 2 (kode warna 199-D) Warna kulit gabah pada seluruh hasil set persilangan rata-rata ada pada golongan 199 yakni Grey-Brown Group, namun 2 diantaranya ada pada golongan 156 yakni Greyed-White Group. Hasil set persilangan F1GH51/Jeliteng//Jeliteng dan F1GH52/Jeliteng//Jeliteng memiliki warna kulit gabah yang tergolong Grey-Brown Group dengan 199-D yakni Dark Greyish Yellow. Untuk hasil set persilangan F1GH13/Jeliteng//Jeliteng memiliki warna kulit gabah yang juga tergolong Grey-Brown Group dengan kode 199-C yakni Light Yellowish Brown. Hasil set persilangan F1GH44/Jeliteng//Jeliteng juga memiliki warna kulit gabah yang tergolong Grey-Brown Group, namun termasuk dalam kode warna 199-B yakni Light Olive Brown. Sedangkan untuk warna kulit gabah dari hasil set persilangan F1GH8/Jeliteng//Jeliteng tergolong pada 156 dengan kode 156-B yakni yellowish grey. Begitu juga pada hasil set persilangan F1GH46/Jeliteng//Jeliteng yang memiliki warna kulit gabah tergolong Greyed- White Group namun memilki kode 156-A dengan yellowish grey. Karakter warna kulit gabah merupakan salah satu karakter yang diturunkan oleh tetuanya. Secara keseluruhan warna perikarp gabah hasil persilangan tergolong coklat keabuan. (Safitri, 2010) menjelaskan bahwa warna warna beras hasil persilangan umumnya sama dengan warna beras tetua betina persilangan. Menurut (Oktarisna et al., 2013) menjelaskan bahwa warna biji hasil persilangan juga dapat diamati pada populasi F2 karena akan terjadi segregasi. (Rahayu et al., 2022) juga dalam penelitian nya juga menyatakan apabila warna biji hasil persilangan berwarna sama dengan tetua betina, maka dapat dianggap hasil persilangan tersebut dipengaruhi oleh maternal effect.
Kesimpulan dan Saran
Hasil penelitian pada hasil 6 set persilangan Galur Harapan Padi Hitam/Jeliteng//Jeliteng memiliki nilai rerata panjang gabah tertinggi 8,55. Nilai rata-rata lebar gabah tertinggi sebesar 2,55. Rerata bobot biji seluruh set persilangan ialah 0,0941. Hasil set persilangan yang memiliki bobot 10 biji tertinggi ialah F1GH51/Jeliteng//Jeliteng yakni sebesar 0,1071. Seluruh hasil set persilangan memiliki warna kulit gabah yang tergolong pada 199 yakni Grey-Brown Group dan golongan 156 dengan keterangan Greyed-White Group.
Daftar Pustaka
Akino, H., K. Muhammad, dan S. Budi. 2012. Pengaruh Pupuk Kandang Kotoran Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah Dengan Metode SRI. Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura.
Ji, Y., W. Huang, B. Wu, Z. Fang, dan X. Wang. 2020. The amino acid transporter AAP1 mediates growth and grain yield by regulating neutral amino acid uptake and reallocation in Oryza sativa. Journal of Experimental Botany. 71(16): 4763–4777.
Kristam, Taryono, P. Basunanda, and R. H. Mur. 2018. Use of microsatellite markers to detect heterozygosity in An F2 generaon of a black rice and white rice cross. Indonesian Journal of Biotechnology. 23(1): 28–34.
Nandariyah, M. Rahayu, B. Pujiasmanto, dan V. P. Luxrensa. 2021. Yield Quality and performance of three strains black rice from Gamma Ray irradiation. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 905(1).
Nandariyah, Sukaya, B. Pujiasmanto, and U. Chasanah. 2021. The yield of three promising lines cempo ireng black rice M7 generation from Gamma-Ray irradiation. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science. 824(1).
Oktarisna, F. A., A. Soegianto, dan A. N. Sugiharto. 2013. Pola pewarisan sifat warna polong pada hasil persilangan tanaman buncis (Phaseolus vulgaris L.) varietas introduksi dengan varietas lokal. Jurnal Produksi Tanaman. 1(2): 81–89.
Prayoga, M. K., N. Rostini, M. R. Setiawati, T. Simarmata, S. Stoeber, dan K. Adinata. 2018.
Preferensi petani terhadap keragaman padi (Oryza sativa) unggul untuk lahan sawah di wilayah Pangandaran dan Cilacap. Kultivasi. 17(1): 523–530.
Pujiasmanto, B., S. Sutarno, N. Nandariyah, S. Suharyana, dan R. Riyatun. 2021. Padi Hitam:
Manfaat, Resep Makanan Beras Hitam, dan Riset Padi Hitam yang Diradiasi Sinar Gamma. Yayasan Kita Menulis.
Putra, S., I. Suliansyah, dan Ardi. 2010. Eksplorasi dan karakterisasi pasma nutfah padi beras merah di Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan Propinsi Sumatera Barat. Jerami, 3(3): 139–157.
Rahayu, N. N., D. Sugiono, Y. S. Rahayu, H. Safitri, dan P. Lestari. 2022. Studi waktu polinasi terhadap keberhasilan persilangan pada tanaman padi beras merah dan beras putih (Oryza
Sativa L.). Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan. 8(1): 269–278.
Rahmawati, A., E. Yuniastuti, and Nandariyah. 2020. Increased Anthocyanin Content in Seven Furrows of Cempo Ireng Black Rice with Mutation Induction. IOP Conference Series:
Earth and Environmental Science, 466(1).
Safitri, H. 2010. Kultur Antera dan Evaluasi Galur Haploid Ganda untuk Mendapatkan Padi Gogo Tipe Baru.
Sarwanto, S. Samudin, dan A. Ete. 2018. Karakterisasi Beberapa Kultivar Padi Gogo Lokal.
Jurnal Agrotekbis. 6(2): 274–284.
Shi, C., N. Dong, T. Guo, W. Ye, J. Shan, dan H. Lin. 2020. A Quantitative Trait Locus GW6 Controls Rice Grain Size and Yield Through the Gibberellin Pathway. The Plant Journal.
103(3): 1174–1188.
Sofian, A., Nandariyah, N., Djoar, D. W., and S. Sutarno. 2019. Estimation Variability, Heritability and Genetic Advance of Mutant Black Rice (M6). Caraka Tani: Journal of Sustainable Agriculture, 34(2), 170.
Sudarwati, S. 2016. Widyayanti, S., Basunanda, P., & Mitrowihardjo, S. (2017). Keragaman Genetik dan Heritabilitas Karakter Agronomi Galur F4 Padi Beras Hitam Genetic Variability and Heritability of the Agronomic Characters. September 2016. Prosiding Seminar Nasional Kesiapan Sumber Daya Pertanian Dan Inovasi Spesifik Lokasi Memasuki Era Industri 4.0, 508–512.
Sutrisno dan D. Achmad. 2007. Pengaruh ukuran dan bentuk gabah terhadap rendemen dan mutu beras giling. Balai Besar Peneltian Tanaman Padi, 505–517.
Tian, L., Lin, X., Ji, L., Chang, J., Li, X., Tran, L.-S. P., and Tian, C. 2020. Wild Rice Controls More Root Endophytic Fungi Than Cultivated Rice in the F1 Offsprings After the Crossbreeding. 1–12.
Wang, A., Hou, Q., Si, L., Huang, X., Luo, J., Lu, D., Zhu, J., Shangguan, Y., Miao, J., Xie, Y., Wang, Y., Zhao, Q., Feng, Q., Zhou, C., Li, Y., Fan, D., Lu, Y., Tian, Q., Wang, Z., and Han, B. 2019. The PLATZ Transcription Factor GL6 Affects Grain Length and Number in Rice. Plant Physiology, 180(4), 2077–2090.
Wang, H., Liu, D., Ji, Y., Liu, Y., Xu, L., and Guo, Y. 2020. Dietary Supplementation of Black Rice Anthocyanin Extract Regulates Cholesterol Metabolism and Improves Gut Microbiota Dysbiosis in C57BL/6J Mice Fed a High-Fat and Cholesterol Diet. Molecular Nutrition and Food Research, 64(8), 2022.
Yulina, N., C. Ezward, dan A. Haitami. 2021. Karakter Tinggi Tanaman, Umur Panen, Jumlah Anakan Dan Bobot Panen Pada 14 Genotipe Padi Lokal. Jurnal AGROSAINS Dan TEKNOLOGI, 6(1), 15.
Zhang, X., Wang, J., Huang, J., Lan, H., Wang, C., Yin, C., Wu, Y., Tang, H., Qian, Q., Li, J., and Zhang, H. 2012. Rare Allele of OsPPKL1 Associated with Grain Length Causes Extra-Large grain and a Significant Yield Increase in Rice. Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America, 109(52), 21534–21539.