e-ISSN: 2615-7721 Vol 6, No. 1 (2022) 342 p-ISSN: 2620-8512
Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-46 UNS Tahun 2022
“Digitalisasi Pertanian Menuju Kebangkitan Ekonomi Kreatif”
Sumber Daya Air di Pulau-Pulau Kecil: Pola Pemanfaatan Air di Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa
Susi Sumaryati, Puji Prihatinningsih, Kristiawan, dan Kuswadi
1,2,3,4 Balai Taman Nasional Karimunjawa, Jl.Sinar Waluyo Raya 248, Semarang
Email: susilinky@gmail.com
Abstrak
Taman Nasional Karimunjawa merupakan kepulauan yang terdapat di Pantai Utara Laut Jawa.
Kepulauan ini dihuni oleh 9789 jiwa, dengan jumlah penduduk tersebut kebutuhan air menjadi tantangan dalam pemenuhannya. Di Kepulauan Karimunjawa terdapat satu Pulau yaitu Pulau Karimunjawa yang memiliki hutan hujan tropis dataran rendah pada ketinggian 506 dpl. Di dalam hutan ini terdapat sumber air yang digunakan oleh penduduk yang tinggal di Pulau Karimunjawa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pemanfaatan air di Pulau Karimunjawa. Metode yang digunakan adalah survei sumber air dan desk study. Survei dilakukan untuk mendapatkan data mengenai lokasi sumber air, debit air, pemanfaatan oleh masyarakat sekitar. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan statistik deskriptif. Hasil survei dapat diketahui bahwa terdapat 13 sumber mata air yang tersebar di Pulau Karimunjawa, enam diantaranya berada di dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa yaitu di Legon Lele, Cikmas, Makam Nyamplungan, Legon Goprak dan Alang-alang. Berdasarkan sistem zonasi Taman Nasional Karimunjawa, keenam sumber air tersebut berada di tiga zona yaitu Zona Pemanfaatan Darat, Zona Rimba, dan Zona Religi. Sumber air di pulau ini tidak memiliki cekungan air tanah, sehingga debit air berfluktuasi dengan bergantung pada curah hujan.
Sumber air ini selain digunakan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari juga dimanfaatkan untuk hotel, penginapan, lokasi wisata, warung makan, tempat ibadah, dan sekolah.
Kata kunci: pulau-pulau kecil, sumber daya air, taman nasional, pola pemanfaatan
Pendahuluan
Kepulauan Karimunjawa terletak di Pantai Utara Laut Jawa, terdiri dari 27 pulau. Secara administratif Kepulauan Karimunjawa merupakan bagian dari Kabupaten Jepara dalam Kecamatan Karimunjawa yang terdiri dari empat desa yaitu Desa Karimunjawa, Desa Kemujan, Desa Parang dan Desa Nyamuk (BPS Kabupaten Jepara, 2021). Kepulauan Karimunjawa juga merupakan kawasan konservasi yang dikelola oleh Balai Taman Nasional Karimunjawa. Luas
e-ISSN: 2615-7721 Vol 6, No. 1 (2022) 343 p-ISSN: 2620-8512
kawasan konservasi mencapai luas 111.624 Hektar, lebih dari 98% merupakan perairan laut (Balai Taman Nasional Karimunjawa, 2020). Terdapat lima tipe ekosistem yang menjadikan Kepulauan Karimunjawa sebagai kawasan yang harus terjaga kelestariannya yaitu ekosistem terumbu karang, lamun, pantai, mangrove, dan hutan hujan tropis dataran rendah (Taman Nasional Karimunjawa, 2017). Pulau Karimunjawa memiliki merupakan satu-satunya pulau di Kepulauan Karimunjawa yang memiliki hutan hujan tropis dataran rendah. Dari dalam kawasan hutan ini sumber-sumber air dapat dijumpai dan dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Karimunjawa.
Ketersediaan air untuk kebutuhan sehari-hari menjadi hal yang penting bagi penduduk di Pulau Karimunjawa. Air di Pulau Karimunjawa berfluktuasi, pada saat musim hujan air melimpah, namun ketika musim kemarau tidak ada air (Taman Nasional Karimunjawa, 2017).
Perebutan air untuk kebutuhan domestik dan non domestik menjadi tidak terelakkan. Air menjadi hal yang kritis, mengingat pengembangan sektor lain yang membutuhkan daya dukung air bersih (Rimayanti, et al., 2020). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pemanfaatan sumber daya air di pulau-pulau kecil dengan mengambil studi kasus di Pulau Karimunjawa. Melalui pemahaman pola pemanfaatan air, memungkinkan bagi pemangku kawasan Taman Nasional Karimunjawa dan instansi terkait untuk melakukan upaya pengelolaan sumber daya air terutama di pulau-pulau kecil.
Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dan desk study. Survei dilakukan di sumber air yang berada di hutan hujan tropis dataran rendah kawasan Taman Nasional Karimunjawa. Data yang diambil meliputi lokasi sumber air, debit air, pemanfaatan oleh masyarakat sekitar. Penghitungan terhadap debit air dilakukan dengan menggunakan metode tampung atau volumetric. Pengukuran debit air dilakukan dengan cara menentukan waktu yang diperlukan untuk mengisi kontainer yang telah diketahui volumenya. Prosedur yang umum dilakukan untuk pengukuran debit dengan cara pengukuran volume adalah dengan membuat dam kecil (atau alat semacam weir) di salah satu bagian dari badan aliran air yang akan diukur. Penghitungan debit air dilakukan melalui persamaan :
Q =V T Keterangan:
Q:Debit aliran (liter/detik), V:Volume air (liter), T:Waktu pengukuran rata-rata (detik)
e-ISSN: 2615-7721 Vol 6, No. 1 (2022) 344 p-ISSN: 2620-8512
Hasil dan Pembahasan
Desa Karimujawa merupakan satu-satunya desa yang memiliki tipe ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah. Ekosistem ini berada di Pulau Karimunjawa pada ketinggian 0- 506 m dpl dan merupakan ekosistem unik yang menjadi bagian dari kawasan Taman Nasional Karimunjawa. Taman Nasional adalah kawasan konservasi yang dikelola melalui sitem zonasi.
Secara zonasi, ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah berada pada zona rimb, zona pemanfaatan dan zona religi. Tumbuhan yang ada di dalam hutan hujan tropis dataran rendah tersebut merupakan tumbuhan baru dari sisa kebakaran hutan yang terjadi antara tahun 1950 - 1960, sehingga hutan ini merupakan hutan sekunder. Keberadaan pohon perintis dari jenis Medang Wangi (Crytocarya tementosa) menjadi ciri bahwa hutan hujan tropis di Pulau Karimunjawa merupakan hutan sekunder (Nababan, et al., 2010).
Desa Karimunjawa saat ini dihuni oleh 5003 penduduk, jumlah ini merupakan tertinggi dibandingkan dengan tiga desa lainnya. Berturut-turut berikutnya adalah Kemujan dengan jumlah penduduk 3056 jiwa, Desa Parang 1110 jiwa dan Desa Nyamuk 620 jiwa (BPS Kabupaten Jepara, 2021). Pemenuhan kebutuhan air bersih di Desa Karimunjawa yang berasal dari Legon Lele dilakukan dengan menyalurkan air bersih melalui sistem buka tutup daerah Barat dan Timur. Sumber air di Legon Lele memiliki dua bak penampungan dengan volume bak masing-masing 12 m3. Air yang disalurkan dalam satu hari adalah selama 12 jam dari pukul 5.00 sampai dengan pukul 17.00. Ketersediaan air maksimum di Legon Lele mencapai 24 m3 dalam satu hari (288m3 dalam satu tahun).
Tabel 1. Jumlah penduduk dan kepadatan di empat desa di Kepulauan Karimunjawa (BPS Kabupaten Jepara, 2021)
No Desa Luas (m2) Jumlah Penduduk Kepadatan per km2
1 Karimunjawa 23.613.176,83 5003 212
2 Kemujan 18.614.984,90 3056 764
3 Parang 4.867.073,74 1110 804
4 Nyamuk 1.375.691,63 620 127
Total 48.470.927,10 9789 202
Terdapat 13 sumber mata air di Pulau Karimunjawa, enam diantaranya terletak di dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa yaitu sumber air di Legon Lele, Cikmas, Makam Nyamplungan, Legon Goprak dan Alang – alang. Sumber air yang ada di Legon Lele, secara zonasi berada Zona Pemanfaatan Darat, sumber air di Cikmas, Legon Goprak dan Alang-alang berada di Zona Rimba. Sumber air di Makam Nyamplungan berada di Zona Religi Budaya Sejarah. Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa sumber air berlokasi di dalam hutan hujan tropis
e-ISSN: 2615-7721 Vol 6, No. 1 (2022) 345 p-ISSN: 2620-8512
dataran rendah atau berada di dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa. Vegetasi yang tumbuh di hutan hujan tropis Karimunjawa memiliki ukuran yang cenderung pendek namun memiliki tingkat kerapatan sedang. Faktor geologi (Struktur tanah yang terbentuk dari batuan dan ketebalan solum yang tipis) menjadi faktor utama yang membentuk tipologi hutan hujan tropis di Karimunjawa (Prihatinningsih, Kristiawan, Khoirul, & Mulyadi., 2018). Sistem aliran air tanah yang terdapat di Pulau Karimunjawa terdiri dari dua yaitu sistem aliran air tanah antar butiran, yang terdapat pada endapan pantai dan pelapukan dari formasi Karimunjawa; dan sistem aliran air tanah melalui rekahan yang terdapat pada formasi Karimunjawa (Taman Nasional Karimunjawa, 2010).
Tabel 2. Lokasi sumber air yang berada di dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa dan jumlah debit air
No Nama Sumber Air
Blok/Zona Lokasi Zona Debit
(liter/dt)
X V
1 Legon Lele
Zona
Pemanfaatan Darat
E 110°2705,78” S 05°51’2040” 162,45 2 Cikmas Zona Rimba E 110°2735,63” S 05°50’25 00” 45,00 4 Makam
Nyamplungan
Zona Religi Budaya dan Sejarah
E 110°2655,95” S 05°50’24 32” 200,00 5 Legon Goprak Zona Rimba E 110°2554,48” S 05°50’5893” 33,70 6 Alang-Alang Zona Rimba E 110°2531,19” S 05°50’4366 ” 0,05
Total Debit (liter/detik) 441,20
Sumber air yang terdapat di Pulau Karimunjawa berupa sungai-sungai yang bersifat intermetten atau sungai dengan aliran interflow yang sangat bergantung dari musim. Pada musim penghujan debit air melimpah namun pada musim kemarau debit air berkurang, dibeberapa sumber air bahkan mengalami kekeringan. Debit air pada sumber air di Legon Lele, Legon Goprak, Kapuran, Legon Boyo, Nyamplungan dan Cikmas, pada musim kemarau mengalami penurunan. Sedangkan sumber air yang berada di Legon Waru, Alang-alang, Pancuran Belakang mengalami kekeringan pada musim kemarau. Perbedaan kondisi sumber air ini dipengaruhi oleh letak dan topografi. Pulau Karimunjawa tidak memiliki cekungan air tanah (CAT) atau dengan kata lain tidak mempunyai aliran air tanah (ground water flow).
Ketersediaan air yang ada merupakan air permukaan yang merupakan simpanan air hujan dari hutan. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan sumber air bergantung pada keberadaan hutan
e-ISSN: 2615-7721 Vol 6, No. 1 (2022) 346 p-ISSN: 2620-8512
hujan tropis dataran rendah (Prihatinningsih, Kristiawan, Khoirul, & Mulyadi., 2018). Sumber air di Nyamplungan memiliki jumlah debit paling tinggi dibandingkan dengan sumber air lainnya. Dari hasil perhitungan debit air di Nyamplungan mencapai 200 Liter/detik, menyusul berikutnya debit air di Legon lele pada angka 162,45 Liter/detik. Sumber air di Alang-alang memiliki debit paling kecil yaitu 0,05 Liter/detik.
Gambar 1. Titik biru menunjukkan sebaran sumber air di Pulau Karimunjawa
Sumber air yang ada telah dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat Desa Karimunjawa, terutama sumber air yang berasal dari Legon Lele. Pada sumber air dibuat instalasi air agar air dapat terkonsentrasi pada satu outlet, hal ini dimaksudkan agar ketika disalurkan ke penduduk akan didapatkan aliran yang stabil. Sumber air di Legon Lele disalurkan kepada 900 Kepala Keluarga (KK) yang berada di Desa Karimunjawa.
Pembangunan infrastruktur pada sumber air di Cikmas mampu memberikan manfaat untuk 21 KK, di Legon Goprak dimanfaatkan oleh lebih dari 50 KK, di Makam Nyamplungan dimanfaatkan untuk 24 KK (Tabel 3). Jumlah Kepala Keluarga pengguna air yang bersumber
e-ISSN: 2615-7721 Vol 6, No. 1 (2022) 347 p-ISSN: 2620-8512
dari Legon Lele sangat dominan, mengingat sebagian besar pemukiman penduduk terkonsentrasi disini.
Tabel 3. Jumlah pengguna sumber air di Pulau Karimunjawa
No Zona Sumber Mata Air Infrastruktur Penerima Manfaat 1 Zona Rimba Cikmas Dam kecil di luar kawasan 21 KK
Nyamplungan Belum dimanfaatkan -
Legon Goprak Legon Goprak Atas >50 KK Legon Goprak Bawah >7 KK
Alang-Alang Selang pralon 1 KK
2 Zona Religi, Budaya dan Sejarah
Makam Nyamplungan
Bak penampungan 24 KK
3 Zona
pemanfaatan darat
Legon Lele Bak penampungan
berukuran 3,3 x3,25x1,7 m.
Pipa sepanjang 14,6 m diameter 10 cm
900KK
Pemanfaatan sumber air di Pulau Karimunjawa pada awalnya hanya untuk memenuhi kebutuhan domestik atau rumah tangga. Pemanfaatan air untuk pertanian tidak dominan, hanya satu areal persawahan yang terdapat di Dukuh Cikmas seluas 12 Ha dengan sistem pengairan tadah hujan. Seiring dengan berkembangnya Desa Karimunjawa, maka pemanfaatan akan air untuk keperluan non domestik ikut meningkat. Kebutuhan non domestik diantaranya untuk penginapan baik berupa homestay, hotel, tempat ibadah, tempat wisata, warung makan, coffee shop, industri rumah tangga. Di Desa Karimunjawa terdapat 32 industri rumah tangga, 11 hotel dan 73 penginapan berupa hosmen/motel/losmen/ wisma (BPS Kabupaten Jepara, 2021). Hasil kajian yang dilakukan oleh Wildlife Conservation Society menyatakan bahwa jika akan dilakukan pembangunan penginapan di Karimunjawa tidak boleh melebih total 599 tempat tidur atau sekitar 60 penginapan berjenis homestay (Rimayanti, et al., 2020). Sektor wisata dipandang sebagai sumber pendapatan yang potensial namun memiliki keterbatasan dalam kelemahan dalam pengelolaan yang berkelanjutan (Kay & Alder, 1999).
Wilayah pesisir menghadapi dampak utama sebagai akibat dari perubahan iklim yaitu naiknya permukaan air laut yang dapat mengancam sumber daya air tawar (Marganingrum &
Sudrajat, 2018). Ancaman tersebut ditambah dengan tipe sumber air di Pulau Karimunjawa yang tidak memiliki cekungan air tanah atau sangat tergantung pada curah hujan. Ketika musim kemarau, debit air berkurang sedangkan kebutuhan tetap. Faktor pembatas yang mempengaruhi sumber daya air di Pulau Karimunjawa adalah penyusupan air laut dan sempitnya luas daratan
e-ISSN: 2615-7721 Vol 6, No. 1 (2022) 348 p-ISSN: 2620-8512
(Prihatinningsih, Kristiawan, Khoirul, & Mulyadi., 2018). Pengelolaan terhadap penggunaan sumber air di Pulau Karimunjawa nampaknya harus mempertimbangkan dua hal yaitu keutuhan hutan hujan tropis dataran rendah dan penerapan wisata berkelanjutan.
Kesimpulan dan Saran
Terdapat 13 sumber air di Pulau Karimunjawa, enam diantaranya berada dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa. Pulau Karimunjawa tidak memiliki Cekungan Air Tanah (CAT) sehingga debit air berfluktuasi tergantung pada curah hujan. Pemanfaatan air di Pulau Karimunjawa tidak hanya untuk kebutuhan domestik namun juga kebutuhan non domestik. Konservasi air untuk Pulau Karimunjawa dapat dilakukan dengan cara mempertahankan keutuhan hutan hujan tropis dataran rendah dan pengendalian terhadap pengembangan wisata.
Ucapan Terimakasih
Apresiasi yang tinggi kami sampaikan kepada rekan-rekan di Taman Nasional Karimunjawa yang telah meluangkan waktu dan pemikirannya dalam penyelesaian tulisan ini.
Terima kasih atas diskusi yang mencerahkan dan dukungan data selama di lapangan.
Daftar Pustaka
Balai Taman Nasional Karimunjawa. (2020). Statistik Balai Taman Nasional Karimunjawa.
Semarang: Balai Taman Nasional Karimunjawa.
BPS Kabupaten Jepara. (2021). Kecamatan Karimunjawa Dalam Angka 2021. Jepara: BPS Kabupaten Jepara.
Kay, R., & Alder, J. (1999). Coastal Planning and Management. London and New York: E &
FN spon.
Marganingrum, D., & Sudrajat, Y. (2018, Desember). Estimasi Daya Dukung Sumber Daya Air di Pulau-Pulau Kecil (Studi Kasus Pulau Pari). Jurnal Wilayah dan Lingkungan Volume 6, hal. 164-182.
Nababan, M., Munasik, Yulianto, I., Kartawijaya, T., Prasetia, R., Ardiwijaya, et al. (2010).
Status Ekosistem di Taman Nasional Karimunjawa. Bogor: Wildlife Conservation Society-Indonesia Program.
e-ISSN: 2615-7721 Vol 6, No. 1 (2022) 349 p-ISSN: 2620-8512
Prihatinningsih, P., Kristiawan, Khoirul, L., & Mulyadi. (2018). Inventarisasi Sumber Daya Air di Taman Nasional Karimunjawa. Semarang: Balai Taman Nasional Karimunjawa.
Rimayanti, R., Tarigan, S., Muttaqin, A., Rohman, E., Nurcahyadi, M., Muttaqin, E., et al.
(2020). Laporan Teknis: Kajian Dampak Wisata Bahari dan Daya Dukung Lokasi Wisata di Taman Nasional Karimunjawa Karimunjawa 2020. Bogor: Wildlife Conservation Society - Indonesia Program.
Taman Nasional Karimunjawa. (2010). Kajian Nilai Ekonomi Pemanfaatan Sumber Daya Air Taman Nasional Karimunjawa. Semarang: CV.Prambanan.
Taman Nasional Karimunjawa. (2017). Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Taman Nasional Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah Tahun 2018 - 2027. Semarang: Balai Taman Nasional Karimunjawa.