HUBUNGAN TAJAM PENGLIHATAN DENGAN TINGKAT PRESTASI PADA SISWA BERPRESTASI SD PANCA BUDI
MEDAN TAHUN 2014
TESIS
OLEH
ERLI NUR M. SARI LUBIS NIM : 117110001
DEPARTEMENT ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK
MEDAN 2015
HUBUNGAN TAJAM PENGLIHATAN DENGAN TINGKAT PRESTASI PADA SISWA BERPRESTASI SD PANCA BUDI
MEDAN TAHUN 2014
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Spesialis Mata dalam Program Ilmu Kesehatan Mata Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara
OLEH
ERLI NUR M. SARI LUBIS NIM : 117110001
DEPARTEMENT ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK
MEDAN 2015
Judul Tesis : HUBUNGAN TAJAM PENGLIHATAN DENGAN TINGKAT PRESTASI PADA SISWA BERPRESTASI SD PANCA BUDI MEDAN TAHUN 2014
Nama Mahasiswa : Erli Nur M. Sari Lubis Nomor Induk Mahasiswa : 117110001
Program Studi : Ilmu Kesehatan Mata
Telah disetujui :
Dr. Zaldi, Sp.M Pembimbing
Dr. Aryani A. Amra, M.Ked (Oph), SpM (K) Pembimbing/
Ketua Program Studi
Dr. Delfi, M. Ked (Oph), Sp.M (K) Ketua Departemen
HALAMAN PERNTAYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah karya penulis sendiri, dan semua baik yang kutipan maupun dirujuk telah penulis nyatakan dengan benar
Nama : Erli Nur Magdalena Sari Lubis
NIM : 117110001
Tanda Tangan :
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Erli Nur Magdalena Sari Lubis
NIM : 117110001
Program Studi : Ilmu Kesehatan Mata Jenis Karya : Tesis
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non Exclusif Free Right) atas tesis saya yang berjudul:
“HUBUNGAN TAJAM PENGLIHATAN DENGAN TINGKAT PRESTASI PADA SISWA BERPRESTASI SD PANCA BUDI MEDAN TAHUN 2014”
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan), dengan Hak Bebas Royalti Non-eksklusif ini. Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk database, merawat dan mempublikasikan tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Medan Pada tanggal : April 2015 Yang Menyatakan
(Erli Nur M. Sari Lubis)
ABSTRAK
Latar Belakang : Kesehatan mata pada anak di usia sekolah menjadi salah satu faktor yang penting dalam menentukan prestasi belajar.
Dengan adanya kelainan refraksi dapat mengganggu proses penerimaan informasi anak saat belajar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kelainan refraksi dengan prestasi belajar anak.
Metode : Penelitian ini merupakan observasional deskriptif dengan metode cross sectional. Tes tajam penglihatan pada murid Sekolah Dasar Panca Budi Medan memakai Snellen Chart.
Hasil : Jumlah murid Sekolah Dasar Panca Budi Medan yang ikut dalam penelitian 100 siswa, dimana dari 50 siswa dengan ranking 1 sampai 5 dan 50 siswa rangking 6-10. Hasilnya yang menunjukkan penurunan tajam penglihatan sekitar 12 siswa (12%), dimana laki-laki yang mengalami penurunan tajam penglihatan ada 7 siswa (7%) dan perempuan yang mengalami penurunan tajam penglihatan ada 5 siswa (5%). Berdasarkan dari test korelasi two-sample Kolmogrov-Smirnov, kemudian ditemukan tidak adanya hubungan antara tajam penglihatan dengan tingkat penglihatan.
Kesimpulan : Jumlah siswa laki-laki lebih banyak yang pengalami penurunan tajam penglihatan dari pada perempuan. Serta tidak dijumpainya hubungan tajam penglihatan pada murid sekolah dasar.
Kata Kunci : Tajam penglihatan, snellen chart, tingkat prestasi.
ABSTRACT
Background : Eye health in school students is one of the important factors that determining the learning achievement. Refractive disorders can disturb the information process while studying. This study aimed to determine the relation between refractive disorders with students learning achievement.
Methods : This is a descriptive observational study with cross sectional method. Visual acuity was test in students of Primary School class IV-VI Panca Budi Medan using Snellen Chart.
Result : The number of students of Primary School Panca Budi Medan who involved in this study are 100 students, there are 50 students with achivement rank 1-5, and there are 50 students with achievement rank 6- 10. The resulted showed the number of decreased visual acuity are 12 students (12%), boys who suffered decreased visual acuity are 7 students (7%) and girls who suffered decreased visual acuity 5 students (5%).
Based one correlation test two-sample Kolmogrov-Smirnov Test, then found a lack of correlation between visual acuity with a significant rank of achievement.
Conclusion : boys are more common than girl from suffered with decreased visual acuity. The absence of a significant correlation between visual acuity with the rank of achievement of primary school children.
Keyword ; visual acuity, snellen chart, rank of achievement.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrohim,
Puji syukur yang tak terhingga penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini untuk memenuhi salah satu kewajiban dalam menyesalaikan Program Pendidikan Dokter Spesialis pada Ilmu Kesehatan Mata di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Perkenankahlah penulis mengucapkan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Rasa hormat, penghargaan dan ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Delfi, M. Ked (Oph), SpM (K), selaku Ketua Departement Ilmu Kesehatan Mata FK USU yang telah memberikan kesempatan pada penulis mengikuti pendidikan dan keahlian dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis.
2. Dr. Aryani Atiyatul Amra, M. Ked (Oph), SpM (K), dan dr. Zaldi, SpM selaku pembimbing dalam penelitian ini, yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, sekaligus masukan ilmu yang sangat berharga dalam penulisan tesis ini.
3. Seluruh Guru-guru/ staf pengajar Departement Ilmu Kesehatan Mata Prof. dr. H. Aslim D. Sihotang, Sp. M (KVR), Dr. Delfi, M. Ked (Oph), SpM (K), dr. Aryani Atiyatul Amra, M. Ked (Oph), SpM (K), dr. Bobby R.E. Sitepu, M. Ked (Oph), SpM, Dr. dr. Rodiah R.
Lubis, M. Ked (Oph), SpM, Dr. dr. Masitha Dewi Sari Lubis, SpM (K), dr. H. Chairul Bahri, SpM, dr. Masang Sitepu, SpM, dr. Hj.
Adelina Hasibuan, SpM, dr. Beby Parwis, SpM, dr. Pinto Y.
Pulungan, SpM (K), dr. Zaldi, SpM, dr. Syaiful Bahri, SpM, dr.
Vanda V. M. Ked (Oph), SpM, dr. Fithria Aldy, M. Ked (Oph), SpM, dr. T. Siti H. Z. , M. Ked (Oph), SpM, dr. Marina Y. Albar, M. Ked (Oph), dr. Rully H, M. Ked (Oph), SpM, dr. Laszuarni, SpM, dr.
Nova A. , SpM, dr. Herna Hutasoit, SpM, dr. Elly T. E. Silalahi, SpM, dr. Novie Diana Sari, SpM atas bimbingan dan pengalamannya yang sangat bermanfaat dalam penulisan tesis ini.
4. Drs. H. Abdul Jalil Amri Amra, M.Kes sebagai pembimbing dalam bidang statistik dalam penulisan tesis ini.
5. Ketua Yayasan, Kepala Sekolah, guru-guru SD Panca Budi yang telah memberikan fasilitas dan kesempatan yang seluas-luasnya kepada penulis dalam menjalani pemeriksaan mata untuk penelitian tesis ini.
6. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan dan Ketua TKP PPDS Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan penulis kesempatan untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Mata di Fakultas Sumatera Utara.
7. Abang, Kakak dan teman-teman sejawat PPDS Ilmu Kesehatan Mata. Terima kasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan buat dr.
Fiska A, dr. Wina F. Lubis, untuk ide-idenya yang telah membantu sehingga tesis ini selesai.
Sembah sujud dan terimakasih yang tidak terhingga ananda haturkan kehadapan Ayahanda Drs. H. Erwin Asmuin Lubis, SE dan Ibunda Hj.
Lidya Bidasari Siregar, SE yang telah begitu besar mencuruhkan kasih sayang, perhatian, pengorbanan waktu, materi dan tenaga serta tak putus berdoa buat ananda sekeluarga juga memberikan dorongan semangat dalam menyelesaikan tesis ini.
Kepada yang terhormat kedua mertua Ir. H. Idramsyah, dan Hj.
Nanny Chairany terimakasih atas kasih sayang, dorongan semangat dan doa buat ananda sekeluarga.
Suamiku tercinta M. Dhani Syahputra, ST terimakasih atas segala cinta, kasih sayang, kesabaran, pengertian dan dorongan semangat, pengorbanan dan doa yang diberikan selama ini.
Kepada adikku tersayang dr. Angrainy Widya Sari Lubis, dan
Syahriani, beserta suami dr. Affandi Lubis, dr. Irna Fajri Syahny, SpA beserta suami dr. Endi Prilansa Mahadi,SpU dan adik ipar M. Isnandar Syahputra, terimakasih atas bantuan dan dorongan semangatnya selama ini.
Seluruh keluarga dan handai taulan yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, yang secara langsung maupun tidak langsung telah banyak memberikan bantuan serta doa selama ini, saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini jauh dari sempurna, namun saya berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat adanya.
Semoga ALLAH SWT senantiasa memberikan berkah dan petunjukNya kepada kita semua. AminYa Rabbal’Alamin.
Medan, April 2015
dr. Erli Nur M. Sari Lubis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK i
ABSTRACT ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR TABEL ix
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 RUMUSAN MASALAH 4
1.3 TUJUAN PENELITIAN 4
1.3.1 TUJUAN UMUM 4
1.3.2 TUJUAN KHUSUS 4
1.4 MANFAAT PENELITIAN 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1 DEFINISI 6
2.2 STATUS REFRAKSI PADA ANAK 7
2.3 PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN 8
BAB III. KERANGKA KONSEPSIONAL DAN DEFINISI OPERASIONAL 13
3.1 KERANGKA KONSEPSIONAL 13
3.2 DEFINISI OPERASIONAL 13
4.1 RANCANGAN PENELITIAN 14
4.2 PEMILIHAN TEMPAT PENELITIAN 14
4.3 POPULASI DAN SAMPEL 14
4.4 BESAR SAMPEL 14
4.5 KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI 15
4.6 IDENTIFIKASI VARIABEL 15
4.7 BAHAN DAN ALAT 16
4.8 CARA KERJA 16
4.9 ANALISA DATA 17
4.10 PERTIMBANGAN ETIKA 17
4.11 PERSONALIA PENELITIAN 17
4.12 BIAYA PENELITIAN 17
BAB V. HASIL PENELITIAN 18
BAB VI. PEMBAHASAN 27
BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN 30
DAFTAR PUSTAKA 32
DAFTAR GAMBAR
Halaman
GAMBAR 1. CHART PEMERIKSAAN ... 11 GAMBAR 2. THE EARLY TREATMENT RETIOPATHY CHARTS (ERDTS) ... 11 GAMBAR 3. CARA PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN ... 12
DAFTAR TABEL
Halaman
TABEL 1. Pemeriksaan Tajam Penglihatan 12 TABEL 5.1 Berdasarkan Jenis Kelamin Subjek Penelitian 18
TABEL 5.2 Jumlah Subjek Penelitian 19
TABEL 5.3 Berdasarkan Jenis Kelamin Subjek Penelitian dengan
Tajam Penglihatan 19
TABEL 5.4 Berdasarkan Umur Subjek Penelitian 20 TABEL 5.5 Berdasarkan Jumlah Suku Subjek PenelitianSubjek
Penelitian 20
TABEL 5.6 Berdasarkan Ketajaman Penglihatan Mata Kanan 21 TABEL 5.7 Berdasarkan Tingkat Penglihatan Mata Kiri Subjek
Penelitian 21
TABEL 5.8 Berdasarkan Koreksi Tajam Penglihatan Mata Kanan
Subjek Penelitian 22
TABEL 5.9 Berdasarkan Ketajaman Penglihatan Mata Kiri Subjek
Penelitian 23
TABEL 5.10 Berdasarkan Tingkat Prestasi (Ranking) Subjek
Penelitian 24
TABEL 5.11 Berdasarkan Tajam Penglihatan Mata Kanan dengan Tingkat Prestasi (Ranking) Subjek Penelitian 24 TABEL 5.12 Berdasarkan Tajam Penglihatan Mata Kiri dengan Tingkat
Prestasi (Ranking) Subjek Penelitian 25
ABSTRAK
Latar Belakang : Kesehatan mata pada anak di usia sekolah menjadi salah satu faktor yang penting dalam menentukan prestasi belajar.
Dengan adanya kelainan refraksi dapat mengganggu proses penerimaan informasi anak saat belajar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kelainan refraksi dengan prestasi belajar anak.
Metode : Penelitian ini merupakan observasional deskriptif dengan metode cross sectional. Tes tajam penglihatan pada murid Sekolah Dasar Panca Budi Medan memakai Snellen Chart.
Hasil : Jumlah murid Sekolah Dasar Panca Budi Medan yang ikut dalam penelitian 100 siswa, dimana dari 50 siswa dengan ranking 1 sampai 5 dan 50 siswa rangking 6-10. Hasilnya yang menunjukkan penurunan tajam penglihatan sekitar 12 siswa (12%), dimana laki-laki yang mengalami penurunan tajam penglihatan ada 7 siswa (7%) dan perempuan yang mengalami penurunan tajam penglihatan ada 5 siswa (5%). Berdasarkan dari test korelasi two-sample Kolmogrov-Smirnov, kemudian ditemukan tidak adanya hubungan antara tajam penglihatan dengan tingkat penglihatan.
Kesimpulan : Jumlah siswa laki-laki lebih banyak yang pengalami penurunan tajam penglihatan dari pada perempuan. Serta tidak dijumpainya hubungan tajam penglihatan pada murid sekolah dasar.
Kata Kunci : Tajam penglihatan, snellen chart, tingkat prestasi.
ABSTRACT
Background : Eye health in school students is one of the important factors that determining the learning achievement. Refractive disorders can disturb the information process while studying. This study aimed to determine the relation between refractive disorders with students learning achievement.
Methods : This is a descriptive observational study with cross sectional method. Visual acuity was test in students of Primary School class IV-VI Panca Budi Medan using Snellen Chart.
Result : The number of students of Primary School Panca Budi Medan who involved in this study are 100 students, there are 50 students with achivement rank 1-5, and there are 50 students with achievement rank 6- 10. The resulted showed the number of decreased visual acuity are 12 students (12%), boys who suffered decreased visual acuity are 7 students (7%) and girls who suffered decreased visual acuity 5 students (5%).
Based one correlation test two-sample Kolmogrov-Smirnov Test, then found a lack of correlation between visual acuity with a significant rank of achievement.
Conclusion : boys are more common than girl from suffered with decreased visual acuity. The absence of a significant correlation between visual acuity with the rank of achievement of primary school children.
Keyword ; visual acuity, snellen chart, rank of achievement.
BAB I
PENDAHALUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penglihatan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam seluruh aspek kehidupan, apabila terdapat gangguan pada penglihatan dapat menyebabkan gangguan terhadap aktifitas, baik dalam proses pembelajaran maupun interaksi sosial sehingga dapat mempengaruhi perkembangan alamiah dari intelegensia maupun perkembangan akademis, profesi dan sosial. (AA0, 2011; Reinaldo José Gianinia, Eduardo de Masib, Eliane Cleto Coelhob et all, 2004)
Beberapa penulis mengakui hubungan antara prestasi akademik dengan penglihatan yang baik. Data dari studi internasional menunjukkan bahwa sekitar 25% dari anak usia sekolah membawa beberapa bentuk kelainan penglihatan. (Reinaldo José Gianinia,b, Eduardo de Masib, Eliane Cleto Coelhob et all, 2004)
Kelainan dari tajam penglihatan merupakan kelainan refraksi yang menjadi penyebab terbanyak gangguan penglihatan di seluruh dunia dan merupakan salah satu penyebab kebutaan. Menurut WHO dalam Global Data On Visual Impairments 2010, disebutkan bahwa 285 juta penduduk dunia mengalami gangguan penglihatan dengan penyebab terbanyak adalah kelainan refraksi yang tidak diatasi yaitu 43% dan menjadi penyebab kebutaan sebanyak 3%. (WHO, 2010)
Di Indonesia kelainan refraksi juga merupakan penyebab terbanyak gangguan penglihatan. Berdasarkan hasil survei kesehatan indera penglihatan dan pendengaran tahun 1993-1996, kelainan refraksi menempati urutan pertama dalam 10 penyakit mata terbesar di Indonesia dengan prevalensi sebesar 22,1%. Kelainan refraksi juga merupakan penyebab kebutaan dengan prevalensi sebesar 0,14%.(Depkes, 2005)
Dalam teori belajar koneksionisme yang dikembangkan oleh Thorndike (2010:19) menjelaskan bahwa adanya hubungan atau koneksi antara kesan yang ditangkap oleh pancaindera atau stimulus dengan perbuatan atau respons. Pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien apabila peserta didik telah memiliki kesiapan belajar. Dampak negatif atau positif perilaku dan hasil belajar tidak selalu sama antar siswa bergantung pada faktor psikologis, fisiologis dan lingkungan (2010:22).
(Pristiwatin, D. S., Widyawati, I. Y., Wahyuni, E. D. 2006)
Menurut Lauretti-Filho (1982) dan Gianini (2004), terdapat adanya asosiasi antara performa akademis yang adekuat dengan kesehatan penglihatan yang bagus. Menurut Pettiss (1993) dan Gianini (2004), terdapat data dari studi internasional yang menunjukkan bahwa sekitar 25% anak-anak usia sekolah memiliki suatu bentuk defisiensi penglihatan.
Keterlambatan melakukan koreksi refraksi terutama pada anak usia sekolah akan sangat mempengaruhi kemampuan menyerap materi pembelajaran dan berkurangnya potensi untuk meningkatkan kecerdasan karena 30 % informasi diserap dengan melihat dan mendengar (Direktorat PLB, 2004). Menurut Lauretti-Filho (1982) dan Gianini (2004), banyak diantara anak-anak cenderung tidak mengeluhkan masalah tersebut
kepada keluarga maupun guru mereka. (Available at: http://repository.
usu.ac.id/bitstream/123456789/21449/5/Chapter%20I.pdf
Dalam hal mengurangi angka penurunan ketajaman penglihatan selain melalui skrining, dapat ditempuh langkah edukasi. Melalui edukasi mengenai cara pengunaan mata yang benar, diharapkan penurunan tajam penglihatan ini tidak berlanjut. Menurut Resnikoff (2008) skrining dan edukasi lebih dipilih sebagai manajemen penurunan tajam penglihatan karena dibandingkan dengan usaha mengkoreksi kelainan refraksi maupun kelainan mata lainnya oleh ahli, usaha preventif lebih bersifat hemat biaya dan dapat dilakukan oleh tenaga masyarakat yang sudah terlatih. (Available at:
).
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/
21449/5/Chapter%20I.pdf)
Tajam penglihatan merupakan salah satu parameter pengukuran kemampuan visual seseorang sehingga pengukuran tajam penglihatan dan koreksi dini perlu dilakukan agar dapat tercapai kemampuan visual yang optimal (Xu,2005). (Available at: http://repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/ 21449/5/Chapter%20I.pdf)
Pemeriksaan rutin pada mata sebaiknya dimulai pada usia dini.
Skrinning mata perlu dilakukan untuk mendeteksi apakah menderita gangguan tajam penglihatan yang nantinya akan mengganggu aktivitas disekolahnya. (Dedy Fachrian, Arlia Barlianti Rahayu, Apep Jamal Naseh, et all., 2009)
Dengan alasan inilah, diperlukan penelitian yang terfokus pada prevalensi penurunan ketajaman penglihatan pada anak-anak agar dapat
dinilai apakah ada hubungan antara tajam penglihatan dengan tingkat prestasi pada anak Sekolah Dasar (SD) Panca Budi di Medan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagi berikut:
1. Hubungan antara tajam penglihatan dengan tingkat prestasi pada anak Sekolah Dasar (SD) Panca Budi kelas IV sampai VI.
2. Mengetahui proporsi tajam penglihatan dan proporsi tingkat prestasi pada anak Sekolah Dasar (SD) Panca Budi kelas IV sampai VI.
1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara tajam penglihatan dengan tingkat prestasi pada anak Sekolah Dasar (SD) Panca Budi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui proporsi tajam penglihatan pada anak SD Panca Budi kelas IV sampai VI.
2. Untuk mengetahui proporsi tingkat prestasi dari rangking 1 sampai rangking 10, pada anak SD Panca Budi kelas IV sampai VI.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
• Untuk Peneliti: Menambah pengetahuan peneliti dalam bidang refraksi dan informasi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian selanjutnya.
• Untuk Institusi: Memberikan informasi mengenai hubungan antara tajam penglihatan dengan tingkat prestasi anak Sekolah Dasar (SD), sehingga dapat membantu untuk menentukan pengobatan selanjutnya terhadap tajam penglihatan dan meningkatkan prestasi anak SD.
• Untuk Masyarakat: Mengetahui lebih dini kelainan tajam penglihatan pada anak, dan sebagai bahan informasi dalam upaya meningkatkan prestasi anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Suatu tajam penglihatan merupakan indikasi kejelasan penglihatan seseorang. Ini adalah pengukuran seberapa baik seseorang saat melihat objek. Kata "acuity" berasal dari bahasa Latin yaitu acuitas, yang berarti ketajaman. (Ted M. Montgomery. Visual acuity.2014)
Tajam penglihatan adalah ukuran dari kemampuan sistem penglihatan untuk membedakan dua titik kontras tinggi di dalam ruang.
(Opthalmology Investigasi and Examination Technique, 2007)
Tajam penglihatan adalah kemampuan untuk menyelesaikan spasial dari sistem penglihatan. Hal ini dapat dianggap sebagai kemampuan mata untuk melihat objek secara baik. Ada berbagai cara untuk mengukur dan menentukan ketajaman penglihatan, tergantung pada jenis tajam penglihatan yang digunakan. Ketajaman penglihatan dibatasi oleh difraksi, penyimpangan dan kepadatan fotoreseptor di mata.
Terlepas dari keterbatasan ini, sejumlah faktor juga mempengaruhi tajam penglihatan seperti kesalahan bias, pencahayaan, kontras dan lokasi retina yang dirangsang (Smith dan Atchison, 1997). (Michael Kalloniatis and Charles Luu, 2014 ; Journal of Biomedical Optics, 2010)
Tajam penglihatan adalah indikasi yang utama dari kesehatan mata dan sistem penglihatan. Tajam penglihatan didefinisikan sebagai objek
terkecil yang dapat diatasi oleh mata pada jarak tertentu. Hal ini dinyatakan sebagai fraksi yang mana pembilangnya menunjukkan ukuran objek dan penyebutnya menunjukkan jarak yang dapat dilihat dalam meter atau feet. (Clinical Skils For The Opthalmic Examination, 2006 ; Manual for Eye Examination and Diagnosis. Seventh edition.2007)
2.2. STATUS REFRAKSI PADA ANAK
Status refraksi pada anak berubah seiring dengan perubahan panjang sumbu bola mata, kornea dan lensa semakin rata. Secara umum, bayi baru lahir status refraksinya adalah Hiperopia, kemudian menjadi lebih hiperopik sampai usia 7 tahun, lalu mengalami Myopic shift menjadi plano, saat bola mata sudah cukup matang. Perubahan dalam kesalahan refraksi sangat luas, namun jika Miopia terjadi sebelum usia 10 tahun, resiko Miopia dengan koreksi spheris 6D atau lebih akan mungkin terjadi. Astigmatisma biasa terjadi pada bayi, dan sering mengalami regresi. (Scuta et all, Pediatric Opthalmogy and Strabismus, 2011)
Emmetropization adalah suatu proses perkembangan pada mata dimana kekuatan refraksi dari segmen anterior dengan sumbu bola mata berkesinambungan untuk mencapai Emmetropia. Contoh dari hal ini ialah hilangnya astigmatisma pada bayi dan hilangnya Hiperopia pada anak umur 6-8 tahun. Penelitian pada binatang menunjukkan jika pemaksaan Hiperopia atau Miopia dengan lensa kacamata pada bayi, hal ini akan mengakibatkan sumbu bolamata menjadi lebih panjang sehingga menghilangkan pemaksaan kesalahan refraksi. (Scuta et all, Pediatric
2.3. PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN
Sebuah chart mata yang standar diperlukan untuk membuat perbandingan dan untuk menentukan ketajaman penglihatan manusia.
Yang paling umum digunakan kebanyakan dokter adalah “Snellen chart”.
Pada tahun 1862, Dokter Spesialis Mata di Belanda, Dr. Hermann Snellen, merancang grafik mata ini. Dia mengatakan bahwa ada hubungan antara ukuran huruf tertentu dilihat pada jarak tertentu. (Watt, W. S. How Visual Acuity Is Measured. 2003)
Pemeriksaan tajam penglihatan merupakan suatu prosedur sederhana berdasarkan prinsip optik. Tes tajam penglihatan digunakan untuk menentukan huruf terkecil yang dapat dibaca pada grafik standar (Snellen Chart) dengan jarak 20ft jauhnya. Grafik khusus digunakan ketika pengujian pada jarak yang lebih pendek dari 20ft. Snellen Chart terdiri dari serangkaian huruf kapital hitam dipapan putih, diatur dalam baris. (Mark W. Leitman, MD. Manual for Eye Examination and Diagnosis. 2007;Lindy DuBois, MEd, MMSc, CO, COMT. Clinical Skils For The Opthalmic Examination. 2006; Khurana, A. K.. Comprehensive Opthalmology. 2007;
American Optometric Association, Visual Acuity, 2013; Available at:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003396.htm.; Available at:
http://biomed.science.ulster.ac.uk/vision/How-is-Visual-acuity-recorded- .html.)
Tajam penglihatan, diuji secara terpisah untuk masing-masing mata. Satu mata ditutupi dengan selembar kertas atau telapak tangan yang ditempatkan di atas mata. Jari-jari tidak boleh digunakan untuk menutup mata (karena pasien akan dapat melihat diantara jari-jari
tersebut). Pasien diminta untuk mengidentifikasi huruf atau simbol-simbol tertentu, yang disebut sebagai optotypes (snellen chart) pada jarak 6meter (20ft). (Lindy DuBois, MEd, MMSc, CO, COMT. Clinical Skils For The Opthalmic Examination. 2006; Lang, Gerhard K. Ophthalmology A Pocket Textbook Atlas. Second edition. German. 2006)
Snellen Chart harus benar diterangi. Pasien diminta untuk membaca huruf dengan masing-masing mata secara terpisah dan tajam penglihatan dicatat sebagai pecahan, pembilang menjadi jarak pasien dengan Snellen Chart, dan penyebut menjadi huruf terkecil yang dapat dibaca oleh orang normal. Ketika pasien mampu membaca hingga 6m, tajam penglihatan dicatat sebagai 6/6 (normal). (Clinical Skils For The Opthalmic Examination, 2006; Manual for Eye Examination and Diagnosis, 2007;. Khurana, A. K, 2007)
Tergantung pada garis terkecil yang dapat dibaca pasien dari jarak 6m, penglihatannya adalah dicatat sebagai 6/9, 6/12, 6/18, 6/24, 6/36 dan 6/60, dan masing-masing. Jika tajam penglihatan kurang dari 6/6 (20/20), pasien dapat diperiksa dengan menggunakan lubang kecil (pinhole). Jika terjadi perbaikan penglihatan ketika melihat melalui pinhole, itu menunjukkan bahwa diperlukan penggunakan kacamata yang akan meningkatkan penglihatan. (Manual for Eye Examination and Diagnosis, 2007)
Jika pasien tidak dapat membaca huruf terbesar dari Snellen Chart, maka dilakukan pemeriksaan hitung jari (Count Fingers), dilakukan dengan cara pemeriksa maju 1meter demi 1meter, sampai sejauh mana
3/60, 2/60 dan 1/60. (Clinical Skils For The Opthalmic Examination, 2006
; Manual for Eye Examination and Diagnosis, 2007)
Jika pasien tidak dapat menghitung jari, pemeriksa bergerak dekat tangannya ke wajah pasien. Jika pasien bisa melihat gerakan tangan (Hand Movement), tajam penglihatan dicatat dengan Hand Movement (1/300). Jika pasien tidak bisa melihat adanya gerakan tangan, maka pemeriksa memeriksa apakah pasien dapat melihat cahaya (Light Perception / LP) atau tidak dapat melihat cahaya (No Light Perception / NLP). (Clinical Skils For The Opthalmic Examination, 2006; Manual for Eye Examination and Diagnosis, 2007)
Jenis–jenis Snellen Chart antara lain: (Clinical Skils For The Opthalmic Examination, 2006; Manual for Eye Examination and Diagnosis, 2007)
A. Simple Picture Chart : digunakan untuk anak-anak.
B. Landolt C- chart : digunakan untuk pasien buta huruf.
C. E -chart : digunakan untuk pasien yang buta huruf.
Untuk pasien yang tidak dapat mengenali huruf, untuk itulah ada alternatif untuk mengukur tajam penglihatan yaitu ETDRS, Bailey-Lovie (perangkat berbasis komputer, yang optotype). (Lang, Gerhard K., 2006)
Gambar1: A :Snellen letters; B: Landolt rings, C: E-Chart; D: Simple Picture Chart. (David Sculfor, Bruce James. Opthalmology Investigasi and Examination Technique. 2007)
Gambar 2: The Early Treatment Retinopathy Charts (ETDRS).(Lang, Gerhard K., 2006)
Gambar 3: Cara pemeriksaan tajam penglihatan. (Khurana, A. K.
Comprehensive Opthalmology. 2007)
Tabel 1: Pemeriksaan tajam penglihatan. (Lindy DuBois, MEd, MMSc, CO, COMT. Clinical Skils For The Opthalmic Examination. 2006).
BAB III
KERANGKA KONSEPSIONAL DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 KERANGKA KONSEPSIONAL
Kerangka konsep merupakan kerangka yang menggambarkan dan mengarahkan asumsi mengenai elemen-elemen yang diteliti.
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan dalam latar belakang dan tinjauan kepustakaan maka kerangka konsep digambarkan sebagai berikut :
3.2. DEFINISI OPERASIONAL
• Tajam Penglihatan adalah kemampuan melihat suatu objek pada jarak tertentu.
• Tingkat Prestasi adalah nilai raport terakhir (rangking 1 sampai 10) anak Sekolah Dasar (SD) Panca Budi.
Tingkat Prestasi anak
SD Panca Budi Tajam penglihatan anak SD Panca Budi
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4. 1. RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini bersifat observational dengan metode pengukuran secara cross sectional dengan mengambil data pada anak SD Panca Budi.
4. 2. PEMILIHAN TEMPAT PENELITIAN
Penelitian dilakukan di sekolah SD Panca Budi.
4. 3. POPULASI DAN SAMPEL
• Populasi penelitian adalah seluruh anak SD Panca Budi yang nilai raport terakhir/ rangking 1 sampai 10.
• Sampel penelitian diambil dan ditentukan berdasarkan jumlah anak SD Panca Budi yang memenuhi kriteria inklusi.
4.4 BESAR SAMPEL
Besar sampel ditentukan dengan metode Total sampling, yaitu semua anak SD Panca Budi yang ada di Medan .
Besar sampel pada penelitian dihitung berdasarkan rumus:
( )
( )
2
2 ) 1 ( )
2 / 1
( (1 ) ) (1 )
a o
a a o
o
P P
P P Z
P P n Z
−
− +
≥ −α − −β
Dimana :
) 2 / 1 (−α
Z = deviat baku alpha. utk α= 0,05 maka nilai baku normalnya 1,96
) 1 (−β
Z = deviat baku betha. utk β = 0,10 maka nilai baku normalnya 1,282
P0 = proporsi anak yang tajam penglihatan terganggu 0,25 (25 %)
(sumber)
Pa = perkiraan proporsi anak yang tajam penglihatan terganggu yang diteliti sebesar = 0,40
Pa
P0 − = beda proporsi yang bermakna ditetapkan sebesar 0,15 Maka sampel minimal untuk penelitian ini sebanyak 97 orang.
4. 5. KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI Kriteria inklusi :
- Semua anak SD Panca Budi kelas IV sampai kelas VI, dan kooperatif diperiksa.
- Anak Sekolah Dasar kelas IV sampai kelas VI dengan nilai raport terakhir/ rangking 1 sampai 10.
Kriteria eksklusi :
- Anak Sekolah Dasar kelas IV sampai dengan kelas VI dengan kelainan segmen anterior.
4. 6. IDENTIFIKASI VARIABEL 1. Variabel terikat adalah:
- Tajam penglihatan pada anak SD Panca Budi Medan.
2. Variabel bebas adalah:
- Tingkat prestasi, berupa nilai raport terakhir (rangking 1 sampai rangking 10).
4.7. BAHAN DAN ALAT
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Kertas 2. Pulpen
3. Snellen Chart 4. Trial frame 5. Trial lens
6. Funduskopi direct
4. 8. CARA KERJA
Dilakukan penelitian prospektif pengumpulan dan pencatatan data berupa:
1. Pencatatan identitas semua pasien yang memenuhi kriteria pemilihan sampel.
2. Dilakukan anamnesa (nilai raport terakhir, dan riwayat pemakaian kacamata), dan pemeriksaan visus dengan Snellen chart.
3. Dilakukan pemeriksaan ketajaman penglihatan dan dilakukan koreksi refraksi bagi siswa dengan ketajaman penglihatan yang menurun.
4. 9. ANALISA DATA
Analisa data dilakukan secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabulasi data.
4. 10. PERTIMBANGAN ETIKA
Usulan penelitian ini terlebih dahulu disetujui oleh Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara / RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian ini kemudian diajukan untuk disetujui oleh rapat komite etika PPKRM Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4. 11. PERSONALIA PENELITIAN
Peneliti : Erli Nur Magdalena Sari Lubis.
4.12. BIAYA PENELITIAN
KRITERIA INKLUSI
SAMPEL
ANAMNESA
VISUS
PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
BAB V
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini berbentuk deskriptif observational yang bertujuan untuk mengetahui Hubungan Tajam Penglihatan dengan Tingkat Prestasi yang dilakukan di SD Panca Budi Medan, siswa kelas IV, V dan VI pada bulan Juni sampai Juli tahun 2014. Kelas IV berjumlah 3 lokal, dengan 2 lokal bilingual dan 1 lokal regular. Kelas V berjumlah 4 lokal, dengan 3 lokal bilingual dan 1 lokal regular. Serta kelas VI berjumlah 3 lokal bilingual. Jumlah siswa pada SMP Panca Budi Medan pada tahun 2014 yang diteliti sebanyak 100 siswa.
Tabel 5.1 Jumlah Subjek Penelitian siswa SD Panca Budi Medan tahun 2014 Kelas IV-VI dengan Tingkat Prestasi 1-10
Kelas n %
4- Bil 1 10 10,0 4- Bil 2 10 10,0 4- Reg 10 10,0 5- Bil 1 10 10,0 5- Bil 2 10 10,0 5- Bil 3 10 10,0 5- Reg 10 10,0 6- Bil 1 10 10,0 6- Bil 2 10 10,0 6- Bil 3 10 10,0 Total 100 100,0
Dari tabel 5.1 menunjukkan bahwa jumlah keseluruhan siswa SD Panca Budi Medan kelas IV-VI dengan tingkat Prestasi (ranking) 1 sampai 10 adalah sebanyak 100 siswa.
Tabel 5.2 Berdasarkan Jenis Kelamin Subjek Penelitian (siswa Panca Budi Kelas IV-VI)
Jenis Kelamin n % Pria 48 48,0 Wanita 52 52,0 Total 100 100,0
Dari tabel 5.2 menunjukkan bahwa jumlah siswa laki-laki yang memiliki tingkat prestasi (ranking) 1 sampai 10 pada sekolah tersebut adalah sebanyak 48 orang atau sekitar 48%, dan siswa perempuan sebanyak 52 orang atau sekitar 52%.
Tabel 5.3 Berdasarkan Jenis Kelamin Subjek Penelitian dengan Tajam Penglihatan (siswa Panca Budi Kelas IV-VI)
Jenis Kelamin-Tajam Penglihatan n % Laki- Laki 7 7,0 Perempuan 5 5,0 Total 12 12,0
Dari tabel 5.3 menunjukkan bahwa jumlah siswa laki-laki yang memiliki penurunan tajam penglihatan pada sekolah tersebut adalah sebanyak 7 orang atau sekitar 7%, dan siswa perempuan sebanyak 5 orang atau sekitar 5%.
Tabel 5.4 Berdasarkan Umur Subjek Penelitian (siswa SD Panca Budi Kelas IV-VI)
Umur n % 8-9 Tahun 30 30,0
10-11 Tahun 40 40,0 12-13 Tahun 30 30,0 Total 100 100,0
Dari tabel 5.4 menunjukkan bahwa siswa yang umurnya 9 tahun berjumlah 30 siswa (30%), umur 10 tahun berjumlah 40 siswa (40%), dan umur 11 tahun berjumlah 30 siswa (30%).
Tabel 5.5 Berdasarkan Jumlah Suku Subjek Penelitian Suku n % Mandailing 11 11,0 Melayu 14 14,0 Padang 10 10,0 Aceh 21 21,0 Jawa 33 33,0 Suku lainnya 11 11,0 Total 100 100,0
Dari tabel 5.5 didapatkan suku paling banyak adalah Jawa yaitu 33 siswa (33%) , Aceh sebanyak 17 siswa (21%), Melayu sebanyak 14 siswa
(14%), Mandailing dan suku lainnya masing-masing sebanyak 11 siswa (11%), dan Padang sebanyak 10 siswa (10%).
Tabel 5.6 Berdasarkan Ketajaman Penglihatan Mata Kanan Subjek Penelitian
VOD n % 6/6 88 88,0
<6/6-6/18 4 4,0
<6/18-6/60 3 3,0 <6/60 5 5,0 Total 100 100,0
Dari tabel 5.6 menunjukkan bahwa jumlah siswa dengan tajam penglihatan mata kanan 6/6 sebanyak 88 siswa (88%), jumlah siswa dengan tajam penglihatan <6/6-6/18 adalah sebanyak 4 siswa (4%), dan siswa dengan tajam penglihatan <6/18-6/60 sebanyak 3 siswa (3%), dan siswa dengan tajam penglihatan <6/60 sebanyak 5 siswa (5%).
Tabel 5.7 Berdasarkan Ketajaman Penglihatan Mata Kiri Subjek Penelitian
VOS N % 6/6 88 88,0
<6/6-6/18 5 5,0
<6/18-6/60 2 2,0
<6/60 5 5,0 Total 100 100,0
Dari tabel 5.7 menunjukkan bahwa jumlah siswa dengan tajam penglihatan mata kiri 6/6 sebanyak 88 siswa (88%), jumlah siswa dengan tajam penglihatan <6/6-6/18 adalah sebanyak 5 siswa (5%), dan siswa dengan tajam penglihatan <6/18-6/60 sebanyak 2 siswa (2%), dan siswa dengan tajam penglihatan <6/60 sebanyak 5 siswa (5%).
Tabel 5.8 Berdasarkan Koreksi Tajam Penglihatan Mata Kanan Subjek Penelitian
Koreksi VOD n % Normal 88 88,0
S:-0,25 1 1,0 -0,50 1 1,0 -0,75 0 0,0 -1,00 1 1,0 -1,25 1 1,0 -1,50 2 2,0 -1,75 1 1,0 -2,00 4 4,0 -2,50 1 1,0 Total 100 100,0
Dari tabel 5.8 menunjukkan bahwa siswa SD Panca Budi yang tajam penglihatannya masih normal berjumlah 88 siswa (88%), siswa yang memiliki koreksi tajam penglihatan mata kanan s -0,25 sebanyak 1 siswa (1%), s -0,50 sebanyak 1 siswa (1%), s -1,00 sebanyak 1 siswa (1%), s -1,25 sebanyak 1 siswa (1%), s-1,50 sebanyak 2 siswa (2%), s-
1,75 sebanyak 1 siswa (1%), s -2,00 sebanyak 4 siswa (4%) dan s -2,50 sebanyak 1 siswa (1%).
Tabel 5.9 Berdasarkan Tingkat Penglihatan Mata Kiri Subjek Penelitian
Koreksi VOS n % Normal 88 88,0 S: -0,25 0 0,0 -0,50 2 2,0 -0,75 0 0,0 -1,00 2 2,0 -1,25 1 1,0 -1,50 1 1,0 -1,75 1 1,0 -2,00 5 5,0 Total 100 100,0
Dari tabel 5.9 menunjukkan bahwa jumlah siswa dengan koreksi tajam penglihatan mata kiri s-0,50 sebanyak 2 siswa (2%), s-1,00 sebanyak 2 siswa (2%), s-1,25 sebanyak 1 siswa (1%), s-1,50 sebanyak 1 siswa (1%), s-1,75 sebanyak 1 siswa (1%), s-2,00 sebanyak 5 siswa (5%).
Tabel 5.10 Berdasarkan Tingkat Prestasi (Ranking) Subjek Penelitian
Ranking n %
1-5 6-10
50 50
50,0 50,0
Total 100 100,0
Dari tabel 5.10 menunjukkan bahwa jumlah siswa Panca Budi kelas IV-VI dengan tingkat prestasi (ranking) 1 sampai dengan ranking 5 sebanyak 50 siswa (50%), ranking 6 sampai ranking 10 sebanyak 50 siswa (50%).
Tabel 5.11 Berdasarkan Tajam Penglihatan Mata Kanan dengan Tingkat Prestasi (Ranking) Subjek Penelitian
VOD
RANKING 1-5 6-10 n % n %
TOTAL n %
p
6/6 47 53,4% 41 46,6% 88 100%
6/6-6/18 2 50,0% 2 50,0% 4 100%
6/18-6/60 1 33,3% 2 66,7% 3 100% 0,864
<6/60 0 0 5 100% 5 100%
Dari tabel 5.11 menunjukkan bahwa siswa dengan tingkat prestasi (ranking) 1 sampai 5 dengan tajam penglihatan mata kanan normal (6/6) sekitar 47 siswa (47%), dengan tajam penglihatan < 6/6 – 6/18 sekitar 2 siswa (2%), dan dengan tajam penglihatan < 6/18-6/60 sekitar 1 siswa (1%). Sedangkan siswa dengan tingkat prestasi (ranking) 6 sampai 10 dengan tajam penglihatan mata kanan normal (6/6) sekitar 41 siswa
(41%), dengan tajam penglihatan < 6/6 – 6/18 sekitar 2 siswa (2%), dan dengan tajam penglihatan < 6/18-6/60 sekitar 2 siswa (2%), dan dengan tajam penglihatan <6/60 sekitar 5 siswa (5%).
Untuk melihat hubungan tajam penglihatan mata kanan dengan tingkat prestasi digunakan uji korelasi two-sample Kolmogrov-Smirnov Test. Uji ini digunakan karena uji chi square tidak memenuhi syarat ( uji chi square boleh digunakan kalau expected count cell <5%). Dari tabel didapati bahwa tidak ada hubungan antara tajam penglihatan mata kanan dengan tingkat prestasi.
Tabel 5.12 Berdasarkan Tajam Penglihatan Mata Kiri dengan Tingkat Prestasi (Ranking) Subjek Penelitian
VOS
RANKING 1-5 6-10 n % n %
TOTAL n %
p
6/6 47 53,4% 41 46,6% 88 100%
6/6-6/18 3 60,0% 2 40,0% 5 100%
6/18-6/60 0 0 2 100% 2 100% 0,864
<6/60 0 0 5 100% 5 100%
Dari tabel 5.12 menunjukkan bahwa siswa dengan tingkat prestasi (ranking) 1 sampai 5 dengan tajam penglihatan mata kiri normal (6/6) sekitar 47 siswa (47%), dan dengan tajam penglihatan < 6/6 – 6/18 sekitar 3 siswa (2%). Sedangkan siswa dengan tingkat prestasi (ranking) 6 sampai 10 dengan tajam penglihatan mata kanan normal (6/6) sekitar 41 siswa (41%), dengan tajam penglihatan < 6/6 – 6/18 sekitar 2 siswa (2%),
dan dengan tajam penglihatan < 6/18-6/60 sekitar 2 siswa (2%), dan dengan tajam penglihatan <6/60 sekitar 5 siswa (5%).
Untuk melihat hubungan tajam penglihatan mata kanan dengan tingkat prestasi digunakan uji korelasi two-sample Kolmogrov-Smirnov Test. Uji ini digunakan karena uji chi square tidak memenuhi syarat ( uji chi square boleh digunakan kalau expected count cell <5%). Dari tabel didapati bahwa tidak ada hubungan antara tajam penglihatan mata kiri dengan tingkat prestasi.
BAB VI PEMBAHASAN
Suatu tajam penglihatan merupakan indikasi kejelasan penglihatan seseorang. Ini adalah pengukuran seberapa baik seseorang saat melihat objek. Tajam penglihatan didefinisikan sebagai objek terkecil yang dapat diatasi oleh mata pada jarak tertentu. Hal ini dinyatakan sebagai fraksi yang mana pembilangnya menunjukkan ukuran objek dan penyebutnya menunjukkan jarak yang dapat dilihat dalam meter atau feet.
Prevalensi kelainan refraksi pada anak usia sekolah pada anak pria dan wanita masih mengalami kontroversi. Pada penelitian ini, dari 100 siswa yang diperiksa dengan jumlah siswa laki-laki yang memiliki tingkat prestasi (ranking) 1 sampai 10 pada sekolah tersebut adalah sebanyak 48 siswa (48%), dan siswa perempuan sebanyak 52 siswa (52%). Dari 48 siswa (48%) laki-laki ada 7 siswa yang mengalami penurunan tajam penglihatan, dan dari 52 siswa (52%) terdapat 5 siswa yang mengalami penurunan tajam penglihatan. Hal ini sejalan dengan penelitian di daerah Pakistan, dalam periode Januari 2006 – Desember 2007 prevalensi kelainan refraksi pada anak yang berumur 3-15 tahun sekitar 500 orang , dimana laki-laki yang paling banyak 9Sethi dkk, 2009). Namun berbeda dengan penelitian didaerah Qazvin, Iran pada Oktober 2002 - September 2008 antara anak yang berumur 7-15 tahun menyatakan pada anak perempuan lebih tinggi yang mengalami kelainan refraksi (Khalaj dkk, 2009) begitu juga di Ethiopia (Kassa, 2000), di Singapore (Woo dkk,
Didapati 12 siswa yang mengalami penurunan tajam penglihatan, dimana sebelumnya dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan terhadap siswa untuk mengetahui apakah siswa mengalami gangguan/ penurunan tajam penglihatan. Dari 12 siswa yang mengalami penurunan tajam penglihatan, didapatkan 1 orang siswa (1%) mengalami penurunan tajam penglihatan mata kanan dan kiri >6/60.
Dari tabel 5.8, dan tabel 5.9 menunjukkan bahwa koreksi tajam penglihatan siswa SD Panca Budi semuanya adalah miopia. Hal ini sejalan dengan penelitian Dedy Fachrian et all (2009) yang menunjukkan kelainan tajam penglihatan pada anak kelas V dan VI SD “X” Jatinegara, Jakarta Timur adalah sebesar 51,9%. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Hartanto et al (2010) yang mendapatkan kelainan refraksi miopia dengan presentasi paling banyak, dan Penelitian Saw (2003) di Sumatera, Wu di Amerika dan Bastanta (2010) juga menemukan bahwa sebagian besar kelainan refraksi adalah miopia. Penelitian Handayani et al (2011) menemukan bahwa miopia memiliki frekuensi tertinggi pada kelompok umur 6-20 tahun (25,1%). Ini terjadi mungkin karena kelompok usia ini adalah kelompok anak-anak sekolah, aktivitas yang lebih tinggi dan pengaruh dari penggunaan komputer, serta penelitian Reinaldo José Gianini et all menemukan bahwa prevalensi penurunan tajam penglihatan murid-murid sekolah adalah sekitar 13,1 %. Data dari studi international menunjukkan 25% dari usia sekolah mengalami penurunan tajam penglihatan.
Dari tabel 5.10 dan tabel 5.11, didapatkan siswa dengan tingkat prestasi (ranking) 1 sampai 10 dengan tajam penglihatan normal (6/6)
yang terbanyak, yaitu sekitar 87 siswa (87%), dan tajam penglihatan 6/5,5 sampai 5/50 sekitar 12 siswa (12%), dan tajam penglihatan mata >6/60 sekitar 1 siswa (1%), dimana siswa yang mengalami penurunan tajam penglihatan sudah menggunakan koreksi kacamata. Berdasar penelitian sebelumnya banyak siswa dengan miopia yang memperoleh kesuksesan secara akademik dan kemudian menduduki fungsi intelektual (Hendianti, 2011:13).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada anak usia sekolah dengan miopia yang menggunakan kaca mata koreksi secara rutin didapatkan hasil prestasi belajar kuantitatif paling banyak masuk dalam kategori baik. Hal ini sejalan dengan hasil dari penelitian dari Nandy E.
Rumondor, Laya M. Rases (2010) yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kelainan refraksi dengan prestasi belajar.
Yang mana dari hasil penelitian tidak dijumpai hubungan yang signifikan antara tajam penglihatan dengan tingkat prestasi belajar.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
VI. I. KESIMPULAN
1. Jumlah siswa dengan tajam penglihatan mata kanan 6/6 sebanyak 87 siswa (87%), jumlah siswa dengan tajam penglihatan antara 6/6-5/50 adalah sebanyak 12 siswa (12%), dan siswa dengan tajam penglihatan > 6/60 sebanyak 1 siswa (1%).
2. Anak – anak sekolah dasar Panca Budi kelas IV-VI, mengalami penurunan tajam penglihatan (miopia), dimana siswa yang mengalami penurunan tajam penglihatan sudah menggunakan koreksi kacamata.
3. Tidak adanya hubungan yang berarti antara tingkat prestasi dengan tajam penglihatan, dimungkinkan karena adanya faktor lain seperti lamanya waktu bermain, dan lamanya waktu belajar siswa.
VI. II. SARAN
1. Diperlukan penyuluhan kepada masyarakat tentang kelainan refraksi sedini mungkin, terutama pada anak sekolah, agar tingkat prestasi belajar baik.
2. Skrining pada usia pra-sekolah dan sekolah sebaiknya dilakukan secara periodik untuk mendeteksi kelainan refraksi.
3. Kepada orang tua harus lebih peka terhadap kejadian di luar kebiasaan pada anak atau keluhan yang muncul mengenai
penglihatan yang terganggu. Sehingga lebih cepat diketahui dan diberi pengobatan jika anak mengalami gangguan penglihatan.
4. Tidak melakukan aktivitas melibatkan kerja mata yang maksimal dalam waktu terlalu lama, seperti : membaca, menonton TV, main game, komputer, internet dan lain-lain. Membaca dengan pencahayaan yang cukup dan tidak membaca dalam posisi berbaring.
5. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data untuk penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
American Academy of Ophthalmology, Basic and Clinical science course section 6 Pediatric Opthalmology and Strabismus. San Francisco:
American Academy of Ophthalmology; 2011. P.167-71.
American Optometric Association. Visual Acuity. St. Louis. 2013.
Available at: http://www.visual-acuity.htm
David Sculfor, Bruce James. Opthalmology Investigasi and Examination Technique. British. 2007. Chapter 1. P 1-6.
Departement Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.1473/MENKES/SK/X/
2005 tentang Rencana strategi nasional penanggulangan gangguan penglihatan dan kebutaan untuk mencapai vision 2020.
DuBois, Lindy, MEd, MMSc, CO, COMT. Clinical Skils For The Opthalmic Examination. Atlanta. 2006. Second edition. Chapter 2. P 14-19.
Fachrian, D., Rahayu A.B., Naseh, A.J., et all.Prevalensi Kelainan Tajam Penglihatan pada Pelajar SD “X” Jatinegara Jakarta Timur.
2009. P. 260-264.
Faye EE, Flecther DC, Clinical Optics, Chapter 9, American Academy of Ophthalmology, 2011-2012, p. 283-307.
Henk A. Weeber, Kristen A. Featherstone, and Patricia A. Piers.
Population-based visual acuity in the presence of defocus well predicted by classical theory. Journal of Biomedical Optics. Vol.
15. 2010.
Kalloniatis, Michael and Luu, Charles. Visual acuity. 2014.
Katz M, Kruger PE., Clinical Optics, Chapter 3, American Academy of Ophthalmology, 2011-2012, p. 108-111.
Khurana. A. K. Comprehensive Opthalmology. New Delhi: New Age International (P) Ltd; 2007. 4th edition. P. 464-466.
Lang, Gerhard K, Spraul CW. Ophthalmology A Pocket Textbook Atlas.
Second edition. German. 2006. P 3-5.
Mark W. Leitman, MD. Manual for Eye Examination and Diagnosis.
Seventh edition.2007. P 6-10.
Montgomery, Ted M.. Visual acuity. 2003, Available at:http://www.ted montgomery.com/the_eye/acuity.html.
Pristiwatin, D.S., Widyawati, I.Y., Wahyuni, E. D. Penggunaan Kaca Mata Koreksi pada Anak Usia Sekolah dengan Miopia terhadap Prestasi Belajar Di SDN Pacar Keling VI Surabaya. Available at: http://journal.unair.ac.id/filerPDF/cmsnjd82a067f50full. pdf. Prevalensi kelainan tajam penglihatan. Available at:http://repository.
usu.ac.id/bitstream/123456789/21449/5/Chapter%20I.pdf
Reinaldo José Gianinia, Eduardo de Masib, Eliane Cleto Coelhob et all. Prevalence of low visual acuity in public school’s students from Brazil. Brazil. 2004.
.
Rumondor, Nandy E., Laya M. Rares. Hubungan Kelainan Refraksi Dengan Prestasi Belajar Anak di SMP Kristen Eben Haezar 2.
MANADO. 2010
Visual acuity recorded, available at: http://biomed.science.ulster.ac.uk/
vision/How-is-Visual-acuity-recorded-.html.
Visual acuity test. Available at:http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/
ency/article/003396.htm.
Watt, W. S., O.D. How Visual Acuity Is Measured. Available at:http://
lowvision.preventblindness.org/eyeconditions/howvisual-acuity- is-measured
World Health Organization. Global data on visual impairments 2010.
.
Lampiran 1
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Selamat pagi/siang orang tua/ wali murid, saya dr. Erli Nur Magdalena Sari Lubis akan melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan tingkat prestasi dengan Tajam Penglihatan anak Sekolah Dasar (SD) Panca Budi Medan Tahun 2014 ”. Penelitian ini untuk menilai hubungan antara tingkat prestasi (rangking/ raport terakhit) dengan tajam penglihatan anak SD Panca Budi dengan terlebih dahulu melakukan pemeriksaan tajam penglihatan untuk melihat apakah ada kelainan/ penurunan dari tajam penglihatan dengan menggunakan Snellen Chart, dan trial lens untuk mengkoreksi penurunan dari tajam penglihatan.
Pada orang tua/wali murid yang bersedia anaknya mengikuti penelitian ini nantinya akan diharuskan mengisi surat persetujuan ikut dalam penelitian, mengisi data yang disediakan, pemeriksaan tajam penglihatan, dan pemeriksaan funduskopi.
Segala biaya pemeriksaan ditanggung oleh peneliti dan tidak dibebankan pada pasien. Bila masih terdapat pertanyaan, maka Bapak/Ibu dapat menghubungi saya:
Nama : dr. Erli Nur Magdalena Sari Lubis
Alamat : Jl. Bunga Cempaka, Komp. Cempaka Garden Blok B No.26, Medan.
Telepon/ HP : 08116000605
(dr. Erli Nur Magdalena Sari Lubis)
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORMED CONCERN)
Saya orangtua/ wali murid atas nama:
Nama : ………
Alamat : ………...
Umur : ………… Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan Kelas :
Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang kebaikan dan keburukan prosedur penelitian ini, saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyetujui dan bersedia
Demikian surat persetujuan bersedia ikut dalam penelitian ini saya buat untuk dapat dipergunakan seperlunya.
agar anak saya ikut serta dalam penelitian “Hubungan Tingkat Prestasi dengan Tajam Penglihatan Anak Sekolah Dasar (SD) Panca Budi Medan Tahun 2014”.
Medan, …… Juni - 2014
Orang tua/ Wali murid
(………)
Nama :
Alamat :
No. Tlp :
Lampiran 3
Lampiran 4 : Daftar Riwayat Hidup Peneliti
DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. Identitas
Nama : dr. Erli Nur M. Sari Lubis Tempat/ Tgl. Lahir : Medan / 21 Maret 1986 Suku/ Bangsa : Mandailing / Indonesia
Agama : Islam
Alamat : jl. Bunga Cempaka Komp. Cempaka Garden Blok B No. 26, Medan
Suami : M. Dhani Syahputra, ST II. Pendidikan
SD Al-Azhar Medan, tamat tahun 1996 SMP Al-Azhar Medan, tamat tahun 2000 SMA Negri 1 Medan, tamat tahun 2003
Fakultas Kedokteran USU, tamat tahun 2010 III. Riwayat Pekerjaan
Dokter Umum di RS. Bandung tahun 2010 Dokter Umum di RS. Hisarma tahun 2010 Dokter umum di klinik La-Tahzan tahun 2010 IV. Perkumpulan Profesi
Anggota Ikatan Dokter Indonesi (IDI) Medan Anggota Perdami Muda Sumatera Utara
V. Tulisan
1. Steven Johnson Syndrome 2. Intranuklear Opthalmoplegia
3. Pleomorfik Adenoma pada Kelenjar Air Mata VI. Partisipasi Dalam Kegiatan Ilmiah
1. Peserta An Intercontinental Perspective of Pediatric Opthalmology & Strabismus : AAPOS & SNEC Joint Meeting, Singapore, 14-16 July 2013
2. Peserta The 36th Annnual Meeting Indonesian Opthalmologist Association, Yogyakarta, 30 Oktober – 1 November 2014
3. Peserta One Day Symposium Practical Pearls In Pediatric Opthalmology, Surabaya, 23 Februari 2015
Lampiran 5
STATUS PASIEN ANAK SD PANCA BUDI
Tanggal pemeriksaan : ………
I. Data Murid SD
Nama : ………
Alamat lengkap : ………
………
Telepon : ………
Tanggal Lahir : ………
Umur : …………Tahun
Jenis kelamin : a. laki-laki b. Perempuan
Suku : a. Aceh
b. Batak ………
c. Jawa d. Melayu e. Minang
f. Dll………..
II. Anamnesis
1. Keluhan Utama: mata terasa kabur, lamanya …….
2. Riwayat pemakaian kacamata:
a. Ada b. Tidak ada
3. Lamanya pemakaian kacamata:
a. < 1 tahun b. 1-3 tahun c. 3-5 tahun
4. Riwayat Keluarga Menderita Kelainan Refraksi:
a. Kedua orang tua menderita kelainan refraksi.
b. Satu orang tua menderita kelainan refraksi.
b. Kedua orang tidak menderita kelainan refraksi.
5. Tingkat Prestasi/Nilai raport terakhir: ...
III. Pemeriksaan Mata
OD OS
VISUS Palpebra superior
Palpebra inferior Konjuntiva tarsal sup Konjungtiva tarsal inf Konjungtiva bulbi Kornea
Bilik mata depan Iris
Pupil Lensa
Hasil koreksi kelainan refraksi dengan
• Subjektif:
OD : S C x o OS : S C x o
Diagnosa: