• Tidak ada hasil yang ditemukan

S BIO 1103997 Abstract

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S BIO 1103997 Abstract"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

Luthfianti Zhafarina Harmany, 2015

PENALARAN ANTROPOSENTRIS, BIOSENTRIS, DAN EKOSENTRIS PADA JENJANG SD, SMP, DAN SMA MENGENAI PERMASALAHAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Penalaran Antroposentris, Biosentris, dan Ekosentris pada Jenjang SD,

SMP, dan SMA Mengenai Permasalahan Lingkungan

Luthfianti Zhafarina Harmany

Adanya penalaran moral terhadap permasalahan lingkungan yang sifatnya didasarkan pada kepentingan manusia (Penalaran Antroposentris) dapat menjadi penyebab kerusakan lingkungan yang semakin parah. Jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) yang selalu mempelajari materi ajar keseimbangan ekosistem tidak menjamin menjadikan penalaran moral terhadap permasalahan lingkungan berkembang seiring bertambah tingginya jenjang pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis penalaran moral terkait permasalahan lingkungan mulai dari jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), sampai Sekolah Menengah Atas (SMA). Jenis penalaran moral yang diteliti mulai dari jenis penalaran yang jika pemecahan permasalahan lingkungan cenderung untuk kepentingan dirinya sendiri sebagai manusia (antroposentris), makhluk hidup lain (biosentris), dan keseimbangan lingkungan (ekosentris). Penelitian deskriptif ini melibatkan 19 siswa SD, 29 siswa SMP dan 32 siswa SMA yang berasal dari sekolah yang dikelola oleh satu lembaga pendidikan di Kota Bandung. Pemilihan satu yayasan pendidikan untuk semua jenjang pendidikan yang diteliti yang dilakukan untuk menghindari faktor-faktor lain yang mempengaruhi proses bernalar seseorang. Data penelitian dijaring melalui pemberian kuesioner dalam bentuk uraian terbuka dan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan bahwa dominansi penalaran moral siswa dari jenjang pendidikan SD sampai SMA tidak menunjukkan perkembangan dari penalaran antroposentris ke arah ekosentris. Namun demikian pola penalaran dari setiap jenjangnya mengalami perubahan, penalaran antroposentris pada jenjang pendidikan SD sampai SMA meningkat presentasenya. Pada jenis penalaran biosentris di jenjang pendidikan SD sampai SMA presentasenya menurun. Namun, penalaran ekosentris tidak ditunjukkan pada siswa SD, justru penalaran jenis ini ditemukan paling tinggi persentasenya di jenjang pendidikan SMP.

(2)

Luthfianti Zhafarina Harmany, 2015

PENALARAN ANTROPOSENTRIS, BIOSENTRIS, DAN EKOSENTRIS PADA JENJANG SD, SMP, DAN SMA MENGENAI PERMASALAHAN LINGKUNGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Anthropocentric, Biocentric, and Ecocentric Reasoning in Elementary

School, Junior High School, and Senior High School about Environmental

Issues

Luthfianti Zhafarina Harmany

The existence of informal reasoning in environmental problems that are based on human interest (Anthropocentric Reasoning) can be a cause of massive environmental damage. The use of ecosystem materials as teaching material in all educational levels from Primary School (PS), Junior Secondary School (JSS), until Senior Secondary School (SSS) does not guarantee that students’ informal reasoning towards environmental issues will be developed as their educational level increases. This study aimed to identify the development of student’s moral reasoning related to environmental issues ranging from Elementary School (ES), Junior High School (JHS) through Senior High School (SHS). The types of moral reasoning which studied in this study are including three types, start with the reasoning when the problem solving is for only the benefit of human life (anthropocentric), living things (biocentric), and ecosystem balancing (ecocentric). This descriptive research involved 19 ES students, 29 JHS students and 32 SHS students in Bandung. These selected schools were managed by an educational institution including all three levels of education to avoid the factors which can influence person’s reasoning process. The data obtained through the open answer of essay questionnaire and interviews. The result shows that there is no clear development of student’s moral reasoning from anthropocentric reasoning towards ecocentric reasoning on ES through SHS. However, the pattern of moral reasoning at each education level was changed. The anthropocentric reasoning on ES through SHS students increased. Although biocentric reasoning on ES through SHS students is decreased. The ecocentric reasoning is not performed by ES students, precisely found the highest percentage is in the JHS students.

Referensi

Dokumen terkait

Guru harus memberikan Pendekatan proses bertolak dari suatu pandangan bahwa setiap siswa

7XMXDQ SHQHOLWLDQ LQJLQ PHQJDQDOLVLV SHQJDUXK EDXUDQ SURPRVL WHUKDGDS NHSXWXVDQ QDVDEDK GDODP SHPEHOLDQ SURGXN .35 3ODWLQXP L% SDGD %DQN ; 6\DULDK 9DULDEHO EDXUDQ SURPRVL \DQJ

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian pengelolaan kegiatan komunikasi strategis dalam pengelolaan krisis publisitas tentang pemadaman listrik PT.PLN

Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif untuk memperoleh informasi mengenai jenis yang biasa dimanfaatkan, kelompok kegunaan (obat, pangan, upacara

Berikut hal- hal yang dilakukan peneliti dalam tahap perencanaan adalah (a) menentukan jadwal penelitian, (b) menganalisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi

mengendalikan aktivitas departemen lain karena berkaitan dengan tanggung jawab staf spesifik.Di dalam definisi tugas dan wewenang di atas kita dapat membedakan antara tugas

Karateristik informan dalam penelitian ini adalah: Anggota KPUD Kabupaten Tolikara berjumlah 5 orang, dengan latar belakang pendidikan lulusan S1, dari bidang Ilmu

Kombinasi perlakuan kompos TKKS dan pupuk NPK berbeda nyata untuk parameter laju pertumbuhan tanaman, rasio tajuk akar, berat kering tanaman, diameter