• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sikap dan partisipasi orang tua perkampungan sosial Pingit Yogyakarta terhadap pendampingan belajar masyarakat prodi PAK dan PE - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Sikap dan partisipasi orang tua perkampungan sosial Pingit Yogyakarta terhadap pendampingan belajar masyarakat prodi PAK dan PE - USD Repository"

Copied!
0
0
0

Teks penuh

(1)

YOGYAKARTA TERHADAP PENDAMPINGAN BELAJAR MASYARAKAT PRODI PAK DAN PE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh :

DYAH NARESWARI NIM : 041324011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

SIKAP DAN PARTISIPASI ORANG TUA PERKAMPUNGAN

SOSIAL PINGIT YOGYAKARTA TERHADAP PROGRAM

PENDAMPINGAN BELAJAR MASYARAKAT PRODI PAK DAN PE

Oleh : Dyah Nareswari NIM 041324011

Telah disetujui oleh :

Pembimbing I

Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si Tanggal : 26 Juni 2009

(3)

SIKAP DAN PARTISIPASI ORANG TUA PERKAMPUNGAN SOSIAL PINGIT YOGYAKARTA TERHADAP PROGRAM PENDAMPINGAN BELAJAR

MASYARAKAT PRODI PAK DAN PE

Dipersiapkan dan ditulis oleh : Dyah Nareswari

NIM : 041324011

Telah dipertahankan di depan Penguji Pada tanggal 24 Juli 2009 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. ……….. Sekretaris : Indra Darmawan, S.E., M.Si. ……….. Anggota : Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. ………..

Anggota : Y. M. V. Mudayen, S. Pd. ………..

Anggota : Drs. P. A. Rubiyanto ………..

Yogyakarta, 24 Juli 2009

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(4)

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 24 Juli 2009 Penulis

(5)

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Dyah Nareswari

Nomor Mahasiswa : 041324011

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

SIKAP DAN PARTISIPASI ORANG TUA PERKAMPUNGAN SOSIAL PINGIT YOGYAKARTA TERHADAP PENDAMPINGAN BELAJAR MASYARAKAT PRODI PAK DAN PE.

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 24 Juli 2009 Yang menyatakan

(6)

Motto

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya ( Pengkotbah 3 : 11 )

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan

kepadaku ( Filipi 4 : 13 )

Mengenal dan menerima kelemahan sendiri adalah kekayaan yang paling besar

( Paulina dr Mallinckrodt )

Persembahan

“ Puji dan syukur kupersembahkan pada Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa

menjadi tempat pertolonganku disaat aku merasa putus asa dan sekaligus menjadi

sumber pengharapanku”

Kupersembahkan kepada

“ Ayahku (Alm) Ign. Supramono, Ibuku C. Kristiwinanti, kakakku Vani Gallant,

Ibu Veronica T Kristanti dan Leo Febrianus. Mereka semua yang menjadi

keluarga sekaligus pendukung dan penyemangat demi terselesaikannya studi ini.

Terimakasih atas semua dukungan material dan spiritual serta doa yang telah

Engkau berikan melalui mereka”

Begitu besar kasih kalian kepadaku, hingga tiada

(7)

YOGYAKARTA TERHADAP PROGRAM PENDAMPINGAN BELAJAR MASYARAKAT PRODI PAK DAN PE

Dyah Nareswari 041324011

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2009

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) menganalisis sikap orang tua terhadap pelaksanaan program Pendampingan Belajar Masyarakat prodi PAK dan PE; (2) menganalisis sikap orang tua terhadap pencapaian hasil pelaksanaan program Pendampingan Belajar Masyarakat di Perkampungan Sosial Pingit dalam meningkatkan prestasi belajar, disiplin belajar dan kemandirian; dan (3) menganalisis tingkat partisipasi orang tua dalam proses belajar anak dengan adanya kegiatan Pendampingan Belajar Masyarakat.

Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi dan wawancara kepada 16 resonden orang tua yang anaknya mengikuti Pendampingan Belajar Masyarakat. Penyajian data dalam penelitian ini berbentuk teks naratif dan data yang telah dikumpulkan kemudian diambil kesimpulannya.

(8)

PARENTS’ ATTITUDE AND PARTICIPATION TO WARDS SOCIETY’S LEARNING GUIDING PROGRAM DONE BY THE STUDENTS OF THE ACCOUNTING AND ECONOMICS DEPARTMENT OF EDUCATION IN

PINGIT VILLAGE YOGYAKARTA

This research intends to analyze parents’ attitude towards : (1) the implementation of Society’s Learning Guiding Program done by the students of the Accounting and Economics Department of Education; (2) the achievement of the implementation of Society’s Learning Guiding Program in Pingit Village in increasing learning achievement, learning discipline, and self-reliance; and (3) to analyze parents’ participation level in students’ learning process by the existence of Society’s Learning Guiding Program.

The research is a descriptive qualitative research. The methods used in this research were observation method and interview to 16 parents whose children followed Society’s Learning Guiding Program. The data presentation of this research were narrative texts. The collected data were then summarized.

(9)

kemurahan kasihNya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan sesuai dengan program studi yang ditempuh.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis tidak bekerja sendirian tetapi mendapat banyak bantuan, bimbingan dukungan dan doa. Segala sesuatu yang penulis terima sangat mendukung kelancaran penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu perkenankanlah penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada :

1. Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

2. Drs. Sutarjo Adisusilo, J. R., selaku Ketua Jurusan P. IPS, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

3. Bapak Yohanes Harsoyo, S. Pd., M. Si., selaku Ketua Program Studi dan sebagai dosen pembimbing I yang telah memberikan kemudahan, kelancaran dan dengan sangat sabar membimbing serta mengoreksi kesalahan pada penulis

4. Bapak Y.M.V. Mudayen, S. Pd., selaku dosen pembimbing II yang memberikan bimbingan dan kritikan serta dengan sabar membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

(10)

7. Bapak Indra Darmawan, S. E., M. Si., yang telah membimbing penulis selama perkuliahan

8. Teman-teman PE 2004 yang turut membantuku menyelesaikan skripsi dan setia menemani selama perkuliahan : Kristin, Ce’ Santi, Imel, Is, Leni, Neni, Yanti, Sigit, City, Rico, Triko dan Ichak (tanpa kalian Rhy pasti kesepian dan gak ada apa-apanya, tengkyu friends… u;r my best friend for ever, don’t forget our friendship yaaa…)

9. Frater-frater Serikat Jesuit yang pernah berkarya di Perkampungan Sosial Pingit dan seluruh orang tua di Kampung Pingit Yogyakarta yang telah membantu penulis menyelesaikan sripsi ini

10. Pihak sekretariat (Mbak Titin), yang telah banyak membantu dalam pelayanan akademis selama perkuliahan

Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis dengan senang hati menerima berbagai kritikan dan saran bagi pembaca skripsi ini. Terima kasih.

Penulis

(11)

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………. ii

HALAMAN PENGESAHAN………. iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………. iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS……….. v

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN……… vi

ABSTRAK………. vii

ABSTRACT……… viii

KATA PENGANTAR……… ix

DAFTAR ISI………... xi

DAFTAR TABEL………... xvi

DAFTAR LAMPIRAN……….. BAB I PENDAHULUAN……….. 1

A. Latar Belakang ……….. 1

B. Batasan Masalah………. 6

C. Rumusan Masalah……….. 7

D. Tujuan Penelitian………... 7

E. Manfaat Penelitian………. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……… 9

A. Program Pendampingan Belajar Masyarakat……… 9

(12)

C. Partisipasi Dalam Proses Belajar……… 18

D. Peningkatan Prestasi Belajar……….. 20

E. Disiplin Dalam Proses Belajar……… 22

F. Peningkatan Kemandirian Dalam Belajar………... 24

1. Hakekat Kemandirian………. 24

2. Aspek-aspek Kemandirian……….. 25

G. Penelitian Terdahulu……….. 26

H. Kerangka Konseptual………. 26

BAB III. METODE PENELITIAN……… 29

A. Jenis Penelitian…………..……… 29

B. Lokasi dan Waktu Penelitian………. 30

C. Subjek dan Objek Penelitian………. 30

D. Variabel Penelitian……… 30

E. Instrume Penelitian……… 32

F. Teknik Pengumpulan Data………. 32

G. Teknik Analisis Data……….……… 34

H. Instrumen Pedoman Wawancara…...……… 35

BAB IV. GAMBARAN UMUM……….……….. 38

A. Kondisi dan Potensi Perkampungan Sosial Pingit Yogyakarta.……… 38

(13)

A. Pelaksanaan Penelitian……….. 45

B. Analisis Data………...……….. 45

1. Sikap orang tua terhadap pelaksanaan PBM………. 45

2. Sikap orang tua terhadap pencapaian hasil pelaksanaan program PBM.. 48

3. Partisipasi orang tua dalam proses belajar anak dengan adanya program PBM………... 50

4. Aspek pengukuran berdasarkan pengelompokkan respon sikap dan partisipasi orantg tua………..………….. 52

C. Pembahasan………….………. 56

BAB VI. KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN..……….. 63

A. Kesimpulan………... 63

B. Keterbatasan Penelitian...……….. 65

C. Saran……….……… 66

(14)

Terhadap Pelaksanaan PBM……….. 36

Tabel V.1 Metode Pelaksanaan PBM……… 46

Tabel V.2 Materi Pelaksanaan PBM………. 46

Tabel V.3 Sumber Belajar Pelaksanaan PBM……….. 47

Tabel V.4 Kedisiplinan Pelaksanaan PBM……… 48

Tabel V.5 Pencapaian Prestasi Setelah Pelaksanaan PBM……… 48

Tabel V.6 Pencapaian Kemandirian Setelah Pelaksanaan PBM……… 49

Tabel V.7 Pencapaian Kedisiplinan Setelah Pelaksanaan PBM……… 50

Tabel V.8 Partisipasi Orangtua Dalam Alokasi Waktu Mendampingi Anak Belajar……… 51

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tantangan dan kesulitan dalam kehidupan manusia baik yang diakibatkan

oleh lingkungan maupun alam yang kurang bersahabat, sering memaksa

manusia untuk mencari cara yang memungkinkan mereka untuk keluar dari

kesulitan yang dialaminya. Masih banyaknya masyarakat yang tidak

melanjutkan pendidikan ke taraf yang memungkinkan mereka menggeluti

profesi tertentu, menuntut upaya-upaya untuk membantu mereka dalam

mewujudkan potensi yang dimilikinya agar dapat bermanfaat bagi

pembangunan bangsa.

Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha untuk menyiapkan peserta

didik melalui kegiatan bimbingan dan atau latihan bagi peranannya di masa

yang akan datang. Peranan peserta didik dalam kehidupan masyarakat, baik

sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat merupakan keluaran

(output) dari sistem dan fungsi pendidikan. Pada hakikatnya pendidikan

berfungsi untuk mengembangkan kemampuan meningkatkan mutu kehidupan,

dan martabat manusia baik individu maupun sosial. Dengan kata lain,

pendidikan berfungsi sebagai sarana pemberdayaan individu dan masyarakat

guna menghadapi masa depan.

Di dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat (1) menyebutkan

(16)

(pendidikan)”. Dari kutipan pasal di atas, berarti bahwa setiap warga negara

memiliki hak untuk memperoleh pendidikan dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan kehidupannya, dan Pemerintah berkewajiban menyelenggarakan

pendidikan yang dapat membelajarkan warga masyarakat dari berbagai

lapisan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.

Implementasi Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 dan Undang-Undang

Sistem Pendidikan Nasional No.30 Tahun 2003, maka Pemerintah

menyelenggarakan Program Pendidikan Nasional yang dilaksanakan melalui

dua jalur, yaitu pendidikan sekolah yang diselenggarakan secara berjenjang

dan berkesinambungan serta jalur pendidikan luar sekolah yang secara

informal dilaksanakan melalui pendidikan keluarga, kelompok belajar,

kursus-kursus, dan satuan pendidikan yang sejenis.

Berbicara tentang penyelenggaraan pendidikan melalui jalur pendidikan

luar sekolah, Pemerintah membuat kebijakan yang tujuannya untuk

memberikan kemudahan kepada masyarakat/warga negara yang karena

sesuatu hal sehingga tidak dapat mengikuti serta menikmati proses pendidikan

yang diselenggarakan melalui jalur pendidikan di sekolah. Umumnya

masyarakat tidak dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah lebih

disebabkan oleh adanya keterbatasan-keterbatasan ekonomi dan fisik.

Sehingga dapat dikatakan bahwa fungsi penyelenggaraan pendidikan melalui

jalur pendidikan luar sekolah adalah sebagai pengganti, melengkapi, dan

(17)

sekolah (Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar

Sekolah).

Salah satu bentuk pelibatan atau partisipasi masyarakat khususnya orang

tua peserta didik dalam pendidikan selama ini hanya sebatas bentuk dan

dukungan fisik seperti membantu mendirikan sekolah atau sumbangan dana.

Cara pandang dan sikap tersebut tidak sepenuhnya salah, meskipun dalam

banyak hal justru mengaburkan peran masyarakat yang sesungguhnya

diinginkan dalam pengembangan mutu pendidikan yaitu pentingnya

keterlibatan atau partisipasi orang tua dan masyarakat secara penuh.

Sejauh ini, anggaran yang berkaitan dengan pendidikan mereka masih

terbatas, sehingga berbagai upaya untuk dapat terus mendorong keterlibatan

masyarakat dalam membangun pendidikan terus dilakukan oleh Pemerintah.

Hal ini dimaksudkan agar makin tumbuh sikap kesadaran akan pentingnya

pendidikan dan mendorong masyarakat untuk terus dapat berpartisipasi aktif

di dalamnya. Selain menumbuhkan sikap dan partisipasi, pendidikan juga

dapat mengarahkan masyarakat khususnya anak-anak kepada kemandirian,

sehingga anak-anak mampu menganalisa sendiri isu-isu sosial serta dapat

menemukan solusi atas permasalahan mereka.

Dalam hal ini pendidikan termasuk pendidikan nonformal yang berbasis

kepentingan masyarakat lainnya perlu mencermati hal tersebut, agar

keberadaanya dapat diterima dan dikembangkan sejalan dengan tuntutan.

Menurut Paulo Freire dan Y.B. Mangunwijaya (2002:12-13), dengan

(18)

membebaskan masyarakat dari berbagai bentuk penindasan, pembodohan

sampai kepada ketertinggalan. Sesuai dengan kebutuhan dan kondisi nyata

masyarakat berkaitan dengan kepentingan hidup dalam mengisi upaya

pembangunan di masyarakatnya. Ini berarti bahwa pendidikan nonformal

perlu menjadikan masyarakat sebagai sumber atau rujukan dalam

penyelenggaraan program pendidikannya.

Bagi masyarakat yang tidak mampu seperti di Perkampungan Sosial

Pingit, apa yang mereka pikirkan adalah bagaimana hidup hari ini karena

mereka belajar untuk kehidupan, mereka tidak mau belajar hanya untuk

belajar, untuk itu masyarakat khususnya orang tua perlu didorong untuk

memberikan dukungan dan partisipasinya melalui pendidikan nonformal

berbasis masyarakat, yakni pendidikan nonformal dari, oleh dan untuk

kepentingan masyarakat artinya bahwa pendidikan yang dikelola oleh

masyarakat dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di masyarakat dan

menekankan pentingnya partisipasi masyarakat pada setiap kegiatan belajar

serta bertujuan untuk menjawab kebutuhan masyarakat.

Dalam konteks penyelenggaraan program Pendampingan Belajar

Masyarakat yang sasaran utamanya adalah masyarakat khususnya anak-anak

yang secara struktural terpinggirkan oleh sistem (keterbatasan aspek ekonomi,

sosial, dan budaya). Sebagian besar sasaran program-program pendidikan luar

sekolah adalah warga masyarakat yang mengalami keterbatasan ekonomi

(19)

belajar dan biaya sekolah untuk mengikuti proses pendidikan di

sekolah-sekolah formal (mulai dari SD sampai SMU).

Jika hal ini dikaitkan dengan penyelenggaraan program belajar

masyarakat, maka proses pendampingan dapat diupayakan terutama untuk

meningkatkan prestasi belajar, disiplin belajar, dan kemandirian anak untuk

belajar dan pengelola program untuk dapat menyelenggarakan proses

pembelajaran secara efektif. Proses pendampingan untuk meningkatkan

prestasi, disiplin, dan kemandirian dalam belajar dengan menerapkan

teori-teori pendidikan anak dapat diupayakan oleh pengelola program, tokoh

masyarakat, dan mahasiswa sebagai praktikan PBM. Pada tahun 1998 di

Kampung Pingit RT 01, RW 01, Kelurahan Badran, Kecamatan Jetis,

Yogyakarta dirintis berdirinya program pelayanan pendidikan luar sekolah

yang berbasis pada masyarakat melalui Yayasan Sosial Soegiopranoto (YSS).

Dalam proses penyelenggaraan kegiatan Pendampingan Belajar

Masyarakat ini, praktikan Prodi Pendidikan Akuntansi / PAK dan Pendidikan

Ekonomi / PE Universitas Sanata Dharma Yogyakarta mengadakan kerjasama

dengan kelompok Pendampingan Belajar Masyarakat divisi anak

Perkampungan Sosial Pingit (PSP) yang dikelola oleh para Frater Jesuit dari

Kolose St. Ignatius Kotabaru, Yogyakarta. Pelayanan yang diberikan PSP

dikhususkan untuk anak-anak dari kalangan ekonomi lemah dan tersisihkan.

Pada umumnya warga PSP bekerja sebagai pemulung, pedagang kaki

lima, dan buruh kasar. Keterlibatan orang tua dalam menciptakan lingkungan

(20)

terhadap hasil belajar siswa. Keterlibatan atau partisipasi orang tua dalam

proses pendidikan anak merupakan faktor penting untuk mewujudkan

program PBM efektif dan bermutu.

Pendampingan oleh mahasiswa PAK dan PE sebagai praktikan PBM dan

pengelola PSP yang dilakukan secara rutin setiap hari Senin, Kamis dan Sabtu

serta partisipasi orang tua dalam proses belajar-mengajar di Pingit memberi

dampak positif, kuat, dan langgeng terhadap pencapaian hasil belajar anak. Di

samping itu, bantuan dari pihak luar seperti PBM ini nantinya tidak

menyebabkan ketergantungan terhadap pihak lain atau jangan sampai orang

tua lepas tanggung jawab terhadap anaknya dan pelibatan orang tua dalam

proses pendidikan juga dapat memperbaiki sikap dan persepsi terhadap

sekolah itu sendiri yang dapat menumbuhkan semangat anak belajar untuk

mengikuti kegiatan pembelajaran. Sehingga anak-anak belajar mempunyai

semangat dan gairah belajar, baik untuk hadir di tempat belajar maupun aktif

mengikuti proses pembelajaran di kelas.

Dengan melihat kenyataan seperti ini, penulis merasa tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “SIKAP DAN PARTISIPASI ORANG

TUA PERKAMPUNGAN SOSIAL PINGIT YOGYAKARTA TERHADAP

PROGRAM PENDAMPINGAN BELAJAR MASYARAKAT PRODI PAK

(21)

B. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis hanya membatasi pada sikap orang tua

terhadap pelaksanaan, pencapaian hasil pelaksanaan, dan partisipasi orang tua

dalam proses belajar anak setelah anaknya program Pendampingan Belajar

Masyarakat di Perkampungan Sosial Pingit.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana sikap orang tua terhadap pelaksanaan PBM di Perkampungan

Sosial Pingit?

2. Bagaimana sikap orang tua terhadap pencapaian hasil pelaksanaan

program PBM di Perkampungan Sosial Pingit?

3. Bagaimana partisipasi orang tua dalam proses belajar anak dengan adanya

kegiatan PBM?

D. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang

ingin dicapai adalah :

1. Untuk menganalisis sikap orang tua terhadap pelaksanaan program

Pendampingan Belajar Masyarakat prodi PAK dan PE.

2. Untuk menganalisis sikap orang tua terhadap pencapaian hasil

(22)

3. Untuk menganalisis tingkat partisipasi orang tua dalam proses belajar

anak dengan adanya kegiatan Pendampingan Belajar Masyarakat.

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis

Penelitian yang dilakukan merupakan sarana berlatih bagi penulis

untuk menerapkan teori yang didapat dari perkuliahan ke dalam praktik

lapangan yang sesungguhnya dan dapat menambah pengetahuan serta

memperluas wawasan bagi penulis.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan

pertimbangan bagi Universitas Sanata Dharma khususnya Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan dalam mempersiapkan tenaga pengajar

yang handal dan melakukan evaluasi terhadap kompetensi mahasiswa

praktikan PBM.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu

bahan referensi untuk penelitian selanjutnya dan dapat menambah

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Program Pendampingan Belajar Masyarakat

Program Pendampingan Belajar Masyarakat (PBM) merupakan salah satu

wujud dari Tridharma Perguruan Tinggi khususnya pengabdian pada

masyarakat. Program Pendampingan Belajar Masyarakat ini dirancang untuk

memberikan memberikan pengalaman bagi mahasiswa FKIP khususnya para

mahasiswa Pendidikan Akuntansi dan Pendidikan Ekonomi agar menjadi

calon-calon pendidik yang mampu bersosialisasi dengan masyarakat serta

dapat menjalin relasi yang menunjang keberhasilan pada peningkatan kualitas

pendidikan.

Program Pendampingan Belajar Masyarakat ini ingin memposisikan

masyarakat sebagai subjek didik dan kehadiran praktikan memiliki tujuan

untuk mendampingi dari proses analisis sosial di bidang pendidikan

berdasarkan permasalahan konkret dalam suatu masyarakat tertentu, kemudian

dapat ditentukan program-program pendampingan belajar yang sesuai dengan

permasalahan yang ditemukan dalam masyarakat sebagai motivator dalam

kegiatan pembelajaran bagi siswa-siswa sekolah dan sekelompok masyarakat

tertentu, sebagai pelaksana teknis yang bersifat sementara dalam pelaksanaan

(24)

Tujuan umum dari program Pendampingan Belajar Masyarakat menurut

Buku Pedoman Program Pendampingan Belajar Masyarakat (2008), antara

lain:

1. Melatih diri untuk mengembangkan kepekaan sosial terhadap masalah-

masalah aktual di bidang pendidikan yang dihadapi masyarakat luas.

2. Memperoleh pengalaman mengelola kegiatan-kegiatan pembelajaran yang

menunjang dalam pembentukan pribadi pendidik yang profesional.

3. Memperoleh pengalaman bekerja sama antar mahasiswa maupun

pihak-pihak lain yang berguna untuk pemantapan kedewasaan pribadinya.

Pada prinsipnya kegiatan pendampingan belajar harus merupakan hasil

analisis sosial yang telah dilakukan setelah masa observasi. Oleh karena itu,

sebenarnya bentuk kegiatan yang akan dilakukan bersifat terbuka. Kegiatan

pendampingan belajar yang dilaksanakan dapat diperuntukan bagi siswa-siswa

di sekolah atau sekelompok anggota masyarakat di luar sekolah yang dinilai

mahasiswa membutuhkan pendampingan belajar.

Menurut Buku Pedoman Program Pendampingan Belajar Masyarakat

(2008), sebagai gambaran jenis-jenis kegiatan bisa berbentuk :

a. Mengajar cara-cara belajar yang efektif.

b. Mengajar mata pelajaran tertentu sesuai dengan kebutuhan masyarakat

dengan berbagai metode yang informal.

c. Menciptakan, memproduksi dan memperbaiki berbagai macam media

(25)

d. Membina kelompok pendampingan belajar yang terdiri atas

pemuda-pemudi atau siswa-siswa yang lebih senior yang bertugas ikut

mendampingi kegiatan belajar.

e. Membina perpustakaan masyarakat.

f. Ceramah-ceramah dan pelatihan-pelatihan mengenai bidang sosial budaya,

misalnya melatih tari, musik, teater tradisional atau modern, olah raga dan

aspek budaya lainnya.

g. Ceramah-ceramah dan pelatihan-pelatihan mengenai bidang sosial

ekonomi, misalnya pembentukan pembinaan usaha kecil, kewirausahaan,

dan sebagainya.

h. Kegiatan-kegiatan lain yang disusun berdasarkan analisis sosial dan yang

telah dikonsultasikan dan disetujui dosen pembimbing.

Program kerja dapat diartikan sebagai suatu pernyataan tertulis tentang

situasi, tujuan-tujuan, masalah-masalah yang hendak dipecahkan dan cara-cara

pemecahannya. Konkritnya, program kerja adalah rencana kegiatan yang

memuat nama kegiatan, latar belakang, tujuan, waktu, pelaksanan dan

anggaran. Penyusunan program kerja merupakan suatu proses pengambilan

keputusan yang rasional tentang apa yang akan dilaksanakan, apa yang ingin

dicapai serta mengapa hal tersebut dilaksanakan. Oleh karena itu, dalam

menyusun program kerja yang baik perlu memenuhi persyaratan sebagai

berikut:

1) Memuat rumusan tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan-kegiatan

(26)

2) Memuat analisis terhadap lingkungan, yaitu antisipasi terhadap perubahan

yang mungkin terjadi pada lingkungan serta perkiraan dampaknya sebagai

peluang maupun ancaman.

Menurut Buku Pedoman Program Pendampingan Belajar Masyarakat

(2008), program kerja PBM yang merupakan hasil kerja kelompok ini akan

berfungsi sebagai:

a) Dasar bagi praktikan dalam melaksanakan kegiatan pendampingan belajar.

b) Dasar bagi dosen pembimbing dalam memberikan bimbingan.

c) Dasar penilaian keberhasilan pelaksanaan program kerja.

d) Sarana mengkomunikasikan kegiatan kepada masyarakat.

e) Sebagai bukti telah melakukan analisis sosial.

Pada dasarnya Program Pendampingan Belajar Masyarakat ini, memiliki

waktu selama satu semester. Namun demikian, mahasiswa diperkenankan

untuk mengatur waktu secara efektif dan efisien dengan persetujuan dosen

pembimbing.

Alokasi waktu dapat dirinci sebagai berikut :

1. Tiga minggu pertama setelah penyerahan mahasiswa diwajibkan untuk

melakukan observasi, pengumpulan data, dan menyusun program kerja.

Dalam tiga minggu pertama ini mahasiswa wajib menyerahkan rencana

program kerja utnuk mendapat persetujuan dari dosen pembimbing.

Tujuan dari observasi adalah memperoleh informasi yang rinci tentang

(27)

dimunculkan berasal dari hasil analisis sosial ini. Tiap-tiap rencana

kegiatan minimal wajib dijelaskan.

a. Nama kegiatan

Nama kegiatan disesuaikan dengan bentuk dan isi kegiatan yang akan

dilaksanakan.

b. Tujuan

Tujuan merupakan pernyataan tertulis yang memuat capaian yang

diinginkan dari pelaksanaan kegiatan. Setiap kegiatan yang akan

dilaksanakan dapat berisi lebih dari satu tujuan.

c. Materi kegiatan

Materi kegiatan adalah rincian kegiatan yang dipilih dan diyakini

relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan.

d. Waktu

Waktu disini adalah jumlah waktu efektif kegiatan yang dialokasikan

untuk kegiatan yang bersangkutan.

e. Biaya

Biaya adalah jumlah pengorbanan dalam rangka penyelenggaraan

kegiatan baik yang menyangkut jumlah unit moneter yang telah

dikeluarkan maupun hal-hal lain yang dapat dikuantitatifkan dalam unit

moneter.

f. Peran mahasiswa

Bagian ini digunakan untuk menjelaskan peran mahasiswa dalam

(28)

kegiatan organisator kegiatan, dinamisator kegiatan, pelaksanaan teknis,

dan lain-lain.

2. Setelah program kerja disetujui oleh dosen pembimbing, mahasiswa baru

diperkenankan melaksanakan kegiatan.

3. Proses penerjunan dan perijinan sepenuhnya diserahkan kesepakatan antara

mahasiswa, dosen, dan masyarakat yang akan ditempati. Surat pengantar

dari USD bisa diminta melalui koordinator PPL.

4. Pada masa pelaksanaan dan perencanaan mahasiswa diharapkan untuk

selalu mengkomunikasikan hal-hal yang dianggap penting dengan dosen

pembimbing. Ketua kelompok atau wakil wajib untuk mengikuti rapat

koordinasi yang diselenggarakan oleh koordinator PPL.

5. Untuk mempermudah penyusunan laporan baik laporan observasi dan

laporan akhir, maka mahasiswa diwajibkan untuk mengisi agenda

kegiatan harian. Setiap kegiatan yang dilaksanakan dimintakan tanda

tangan dari dosen pembimbing dan wakil masyarakat. Catatan kegiatan

hari ini akan membantu mahasiswa dalam melaksanakan refleksi atas

kegiatan pelaksanaan pendampingan belajar.

Pembinaan dan pendampingan merupakan bagian dari upaya

memberdayakan kaum miskin dan lemah tersebut. Pembinaan dan

pendampingan dalam proses belajar seorang anak harus didasarkan pada

kondisi dan karakteristik sasaran belajar.

(29)

1) Penyebar pengetahuan

Seorang pendamping atau pembimbing mengusahakan untuk

menyampaikan informasi dan pengetahuan kepada kelompok belajar.

2) Pelatih keterampilan

Pendampingan bermaksud untuk memberikan tambahan keterampilan

baru melalui latihan praktik yang mengajak peserta untuk belajar sambil

mengerjakan.

Perancang belajar pengalaman kreatif guna menciptakan situasi yang

memungkinkan anggota kelompok mendapatkan pengalaman baru atau

membuat peserta menata pengalaman di masa lalu dengan cara baru, sehingga

timbul kesempatan untuk berlaku lain daripada yang sudah terbiasa.

Peran-peran pendamping tersebut hanya akan dapat dilaksanakan secara

maksimal jika pendamping memahami kelompok yang didampinginya, karena

itu pendamping diupayakan dapat hadir di tengah mereka, hidup bersama

mereka, belajar dari apa yang mereka miliki, mengajar dari apa yang mereka

ketahui, dan bekerja sambil belajar.

B. Sikap

1. Pengertian Sikap

Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai

objek atau situasi yang relatif ajeg. Dalam sikap ini biasanya disertai

(30)

untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara yang tertentu

dipilihnya. (Walgito, 1994:105).

Selain itu sikap juga diartikan dalam beberapa versi, menurut Azwar

(1998:4) umumnya sikap dimasukkan ke dalam tiga kerangka pemikiran,

yaitu:

a. Kerangka pemikiran pertama diwakili oleh Louis Thurstone, Rensis

Likert, Charles Osgood yang mendefinisikan sikap sebagai bentuk

evaluasi atau reaksi perasaan terhadap suatu objek baik yang

mendukung dan yang tidak mendukung.

b. Pemikiran yang kedua diwakili oleh Chave, Bogardus, La Pierre,

Mead dan Gordon Allport yang mendefinisikan sikap sebagai suatu

pola perilaku tendensi atau kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu

objek dengan cara tertentu.

c. Kelompok yang ketiga diwakili oleh Secord dan Backman yaitu, sikap

merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan

konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan dan

berperilaku terhadap subjek.

Secord dan Bacman (1964) membagi sikap menjadi tiga komponen,

yaitu :

1) Komponen kognitif adalah komponen yang terdiri dari pengetahuan.

Pengetahuan inilah yang akan membentuk keyakinan dan pendapat

(31)

2) Komponen afektif adalah komponen yang berhubungan dengan

perasaan senang atau tidak senang, sehingga bersifat evaluatif.

Komponen ini erat hubungannya dengan sistem nilai yang dianut

pemilik sikap.

3) Komponen konatif adalah komponen sikap yang berupa kesiapan

seseorang untuk berperilaku yang berhubungan dengan objek sikap.

Sikap dipelajari pada periode waktu dan diorganisasi oleh pengalaman dan menimbulkan pengaruh tertentu terhadap perilaku seseorang. Dari definisi tersebut mempunyai implikasi tertentu yaitu pertama, sikap dapat dipelajari: kedua, sikap mendefinisikan predisposisi terhadap aspek-aspek yang diberikan dunia: ketiga, sikap memberikan dasar perasaan bagi hubungan antar pribadi dan identifikasi dengan orang lain: dan yang keempat, sikap diatur dan dekat dengan kepribadian (Gibson, 1996:4).

Sikap dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan diri individu.

Faktor lingkungan dan individu merupakan stimulus yang dapat

menentukan afeksi, kognitif, dan perilaku. Komponen dari afeksi adalah

emosional atau perasaan dan sikap yang dipelajari dari orang tua, guru,

dan teman dalam kelompok yang tanggapannya adalah suka atau tidak

suka, sedangkan kognitif komponennya terdiri dari persepsi, pendapat dan

keyakinan seseorang yang menghasilkan tanggapan pernyataan tentang

keyakinan kemudian perilaku suatu sikap berhubungan dengan

kecenderungan seseorang.

2. Pengukuran Sikap

Untuk dapat memahami sikap maka perlu dilakukan pengungkapan

(32)

a. Observasi perilaku yaitu pengamatan terhadap perilaku seseorang.

b. Pertanyaan langsung, asumsi yang mendasari metode pertanyaan

langsung adalah bahwa individu merupakan orang yang paling tahu

mengenai dirinya sendiri dan mengemukakan secara terbuka apa yang

dirasakannya.

c. Pengungkapan langsung adalah pengungkapan secara tertulis yang

dapat dilakukan dengan menggunakan item tunggal yaitu pernyataan

setuju atau tidak setuju dan menggunakan item ganda.

d. Metode yang keempat adalah dengan skala sikap yaitu dengan

menggunakan daftar pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh

individu. Pengukuran skala sikap dengan menggunakan daftar

pertanyaan yang harus dijawab oleh individu dalam hal ini berupa

pengungkapan sikap dengan menggunakan metode skala sikap model

Likert.

e. Metode yang kelima adalah pengukuran terselubung yang merupakan

objek pengamatan terhadap reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi di luar

kendali orang yang bersangkutan.

C. Partisipasi Dalam Proses Belajar

Istilah partisipasi seringkali digunakan untuk memberi kesan mengambil

bagian dalam sebuah aktivitas. Mengambil bagian dalam sebuah aktivitas

(33)

menentukan jalannya aktivitas tersebut dalam artian ikut menentukan

perencanaan dan pelaksanaan aktivitas tersebut.

Sehubungan dengan proses Pendampingan Belajar Masyarakat di

Perkampungan Sosial Pingit, partisipasi anak maupun orang tua sangat

dibutuhkan, karena partisipasi anak dalam proses belajar mengajar

mempunyai peranan yang cukup penting dalam berhasil tidaknya program

PBM dilaksanakan. Sedangkan partisipasi orang tua mempunyai peranan

penting dalam proses belajar anak.

Menurut Terry (1986:68) mengemukakan pendapatnya tentang partisipasi,

sebagai berikut :

“Partisipasi adalah turut sertanya seseorang baik secara mental maupun emosional untuk memberikan sumbangsih-sumbangsih kepada proses pembuatan keputusan, terutama mengenai persoalan-persoalan dimana keterlibatan pribadi orang yang bersangkutan dan orang yang bersangkutan melaksanakan tanggung jawabnya untuk melakukan hal tersebut.”

Dari pengertian yang diberikan oleh Terry (1986:68) dapat dijabarkan,

sebagai berikut :

1. Unsur keikut sertaan seseorang dalam pelaksanaan PBM ini khususnya

orang tua baik secara fisik dengan mengantar dan menunggui anak

belajar, membelikan alat belajar atau buku pelajaran dan secara mental

maupun emosional misalnya, dengan memberikan nasehat-nasehat melalui

kata-kata kepada anak supaya rajin belajar.

2. Unsur dorongan untuk bertanggung jawab dalam rangka mewujudkan

(34)

Partisipasi didasarkan atas prinsip psikologis yang menyatakan bahwa

orang lebih termotivasi kearah tujuan, di mana orang tersebut ikut membantu

menetapkannya dibandingkan dengan tujuan yang ditetapkan oleh pihak lain.

Di samping itu, orang akan lebih menaruh perhatiannya dalam

keputusan-keputusan pemecahan suatu problem di mana orang tersebut turut dalam

menetapkan keputusannya.

D. Peningkatan Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang setelah

mengalami prose belajar mengajar dalam periode tertentu dan berguna bagi

proses selanjutnya. Untuk mengetahui keberhasilan atau kegagalan seseorang

dalam belajar dapat ditunjukkan melalui hasil belajar yang telah dicapainya.

Sebelum membicarakan pengertian prestasi, terlebih dahulu akan

dikemukakan apa yang dimaksud dengan belajar.

1. Pengertian Belajar

Menurut Slameto (2003), belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu

sendiri dan interaksi dengan lingkungannya. Seperti perubahan tingkah

(35)

dengan serangkaian kegiatan misalnya, dengan membaca, mendengarkan,

meniru, dan sebagainya.

2. Pengertian Prestasi Belajar

a. Prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan dari

pelajaran-pelajaran yang diterima atau kemampuan menguasai mata pelajaran-pelajaran

yang diberikan guru dan prestasi belajar selalu dikaitkan dengan tes

hasil belajar / tes prestasi. (Mulyono 1990:700).

b. Prestasi Belajar adalah perubahan dalam hal kecakapan tingkah laku

ataupun kemampuan yang dapat bertambah selama beberapa waktu

dan tidak disebabkan oleh proses pertumbuhan, tetapi adanya situasi

belajar (Gagne, dalam Erma Yenny, 2000).

Prestasi belajar pada dasarnya merupakan hasil interaksi dari berbagai

faktor yang mempengaruhi proses secara keseluruhan. Faktor-faktor yang

berinteraksi tersebut berbeda antara satu individu dengan individu lainnya.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Slameto (1998:52-56) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar banyak jenisnya tetapi dapat digolongkan

menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah

faktor-faktor yang ada di dalam individu yang sedang belajar, sedangkan

faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor-faktor

tersebut adalah sebagai berikut :

a. Faktor intern meliputi :

(36)

2) faktor psikologis terdiri atas perhatian, minat, bakat, motif,

kematangan, dan kelelahan.

b. Faktor ekstern meliputi :

1) faktor keluarga terdiri atas cara orang tua mendidik, relasi antar

anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi

keluarga.

2) faktor sekolah terdiri atas metode belajar, kurikulum, relasi antara

guru dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah,

keadaan gedung, metode belajar, dan tugas belajar.

3) faktor masyarakat terdiri atas kegiatan siswa dalam masyarakat,

media massa, teman bergaul, bentuk-bentuk kehidupan masyarakat.

E. Disiplin Dalam Proses Belajar

Pengertian disiplin sangat luas dan tidak memiliki batas yang jelas. Dalam

struktur ilmu istilah disiplin dimaknai sebagai ilmu. Dalam tulisan ini penulis

memaknai sebagai sikap dan perilaku kepatuhan yang tinggi yang sesuai

dengan aturan – aturan yang berlaku untuk melakukan sesuatu aktivitas

dengan hasil yang maksimal.

Disiplin yang mempunyai arti belajar ini dan pembentukan disiplin sangat

penting dalam tahap-tahap perkembangan dan pertumbuhan anak, baik dalam

lingkungan keluarga (orang tua), sekolah, dan masyarakat.

(37)

belajar yang baik juga merupakan suatu proses ke arah pembentukan watak

yang baik (Gie, 1989:51).

Pentingnya disiplin dalam proses pendidikan dalam hal ini pendampingan

belajar masyarakat, yaitu untuk mengajarkan hal-hal sebagai berikut :

1. Upaya untuk menanamkan kerja sama, disiplin dalam proses belajar

mengajar dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan kerjasama,

baik antar anak, anak dengan guru (praktikan PBM), maupun anak dengan

lingkungannya.

2. Rasa hormat terhadap orang lain, dengan ada dan dijunjung tingginya

disiplin dalam proses belajar mengajar setiap anak akan tahu dan

memahami tentang hak dan kewajibannya, serta akan menghormati dan

menghargai hak dan kewajiban orang lain.

3. Memperkenalkan contoh perilaku tidak disiplin, dengan menilai tingkat

kedisiplinan seperti memberikan contoh perilaku yang tidak disiplin

diharapkan siswa dapat menghindarinya atau membedakan mana perilaku

disiplin dan yang tidak disiplin.

Jadi disiplin belajar adalah melakukan kegiatan atau aktivitas rutin seperti

belajar dengan sungguh-sungguh penuh dengan ketekunan dan cara belajarnya

yang baik membawa hasil yang sangat memuaskan.. Selain itu, disiplin anak

akan berkembang kalau peserta didik terlibat langsung secara intensif dalam

(38)

F. Peningkatan Kemandirian Dalam Belajar 1. Hakekat Kemandirian

Kemandirian dalam belajar diartikan sebagai aktivitas belajar yang

berlangsung lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan

tanggung jawab sendiri dari kebutuhan belajar.

Konsep kemandirian dalam belajar bertumpu pada prinsip bahwa

individu yang belajar hanya sampai pada perolehan hasil belajar, mulai

keterampilan, pengembangan penalaran, pembentukan sikap sampai

kepada penemuan diri sendiri, apabila individu mengalami sendiri dalam

proses perolehan hasil belajar tersebut.

Manusia memiliki kebutuhan untuk mengaktualisasi diri, apabila

pengaktualisasian diri itu dapat diwujudkan, maka hal itu merupakan

pertanda bahwa individu itu telah mencapai tingkat pribadi yang semakin

luas lingkupnya dan demikian manusia menjadi lebih bersikap sosial. Dari

pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian adalah keadaan

seseorang yang dapat menentukan diri sendiri di mana dapat dinyatakan

dalam tindakan atau perilaku seseorang.

Untuk anak usia sekolah, urusan kemandirian dan tanggung jawab

tidaklah dapat diartikan bahwa anak mampu melakukan banyak hal dan

tanggung jawab, jika hal yang dilakukannya itu menimbulkan kesalahan

atau kerugian. Batas-batas kemandirian di usia ini (khususnya TK dan

(39)

sepatu sendiri. Mungkin bagi kita atau kakak-kakaknya yang sudah lebih

besar, hal itu sangatlah mudah. Tidak demikian halnya anak usia sekolah,

terkadang anak masih mengalami kesulitan untuk melakukannya, dan

perlu dibimbing.

Timbulnya kesadaran bahwa anak mampu untuk mengerjakan hal-hal

untuk dirinya sendiri akan memupuk rasa percaya diri bahwa anak

mampu. Dengan bimbingan tanpa menyalahkan kesalahan kecil yang

dibuatnya, dengan sendirinya bahwa anak dapat bertanggung jawab pada

pekerjaan-pekerjaan yang dapat dikerjakan sendiri. Rasa tanggung jawab

inilah yang kemudian menjadi bekal utama dalam menyelesaikan

pekerjaan di kemudian hari, khususnya dalam menyelesaikan pekerjaan

rumah dan menyelesaikan sekolah pada umumnya.

2. Aspek-aspek Kemandirian

Menurut Steinberg (1993) kemandirian secara psikososial tersusun

dari tiga bagian, yaitu :

a. Kemandirian Emosi, aspek kemandirian yang berhubungan dengan

perubahan kedekatan atau keterikatan hubungan emosional individu

terutama sekali dengan orang tua.

b. Kemandirian Bertindak, kemapuan untuk membuat keputusan secara

(40)

c. Kemandirian Nilai, kebebasan untuk memaknai seperangkat prinsip

tentang benar dan salah, yang wajib dan yang merupakan hak, apa

yang merupakan bagian penting dan bagian apa yang tidak penting.

G. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu penulis mengambil penelitian yang berjudul

“Pengaruh Pendampingan Tutor Terhadap Motivasi Belajar Warga Belajar

PKBM Taman Belajar Kecamatan Kenjeran, Surabaya”, oleh : Moh. Muzaqi.

S. Pd., Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga Surabaya, 2004.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sampel 100 orang warga

belajar dengan menggunakan teknik sampling random proporsional.

Komposisi sampel tersebut terdiri atas 15 warga belajar Kejar Paket A, 35

warga belajar Kejar Paket B, dan 50 warga belajar Kejar Paket C. Pengukuran

data didasarkan pada penilaian yang dilakukan responden melalui kuesioner

dengan menggunakan modifikasi Skala Likert. Teknik analis yang digunakan

adalah analisis regresi berganda dengan taraf signifikansi alpha sebesar 0,05.

H. Kerangka Konseptual

Berdasarkan landasan teoritis dalam tinjauan pustaka, maka di bawah ini

merupakan kerangka konseptual yang mencerminkan alur berpikir dan sebagai

(41)

Sikap Orang Tua Terhadap

Pelaksanaan PBM (metode, materi,

sumber belajar, kedisiplinan)

Pelaksanaan Program Sikap Orang Tua Terhadap

PBM Pencapaian Hasil PBM (prestasi,

disiplin, kemandirian)

Partisipasi Orang Tua Dalam proses

belajar anak

Dipilihnya pelaksanaan program Pendampingan Belajar Masyarakat di

Perkampungan Sosial Pingit Yogyakarta dalam penelitian ini karena intensitas

pendampingan yang dilakukan di daerah Pingit oleh Yayasan Sosial

Soegiopranoto (YSS) ini khususnya pada pendampingan belajar divisi anak

lebih besar dari pada pendampingan yang dilakukan oleh divisi orang tua.

Pendampingan yang dilakukan oleh para mahasiswa Universitas Sanata

Dharma sebagai praktikan PBM terhadap anak-anak Pingit dilaksanakan di

dalam kelas maupun di luar kelas atau di rumah. Pendampingan para praktikan

PBM di dalam kelas antara lain berupa mempersiapkan bahan-bahan/materi

pembelajaran, pada saat proses pembelajaran, maupun pasca kegiatan

pembelajaran. Sementara pendampingan PBM kepada anak-anak Pingit di luar

kelas atau di rumah ditekankan pada kemauan anak untuk menghadiri dan

mengikuti kegiatan pembelajaran secara rutin.

Pelaksanaan program Pendampingan Belajar Masyarakat di Pingit juga

(42)

di Pingit. Tumbuhnya kesadaran dan dukungan orang tua, seperti untuk

mengantar saat kegiatan PBM berlangsung dan membelikan peralatan belajar.

Dengan kata lain, dukungan penuh orang tua merupakan bagian paling inti

dalam rangka meningkatkan pembelajaran anak dan secara khusus orang tua

merupakan elemen yang paling menentukan terhadap keberhasilan anak dalam

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian kualitatif deskriptif (Dirjen Dikti, 1983, 20), yaitu berupaya keras

agar pembahasannya lebih cenderung kualitatif daripada kuantitatif, dengan

mendekati makna dan ketajaman analisis-logis dan juga dengan cara menjauhi

statistik.

Penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan

analisis dengan pendekatan induktif (Bungin, 2007:27). Penelitian kualitatif

bersifat deskriptif di sini mempelajari masalah dalam masyarakat, tata cara

yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi, sikap, pandangan, proses

yang sedang berlangsung; pengaruh dari suatu fenomena; pengukuran dari

suatu fenomena dalam masyarakat.

Penelitian ini bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis,

faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah

tertentu. Pada tahap ini, peneliti berusaha untuk menemukan fakta-fakta uji

hipotesis tentang hubungan-hubungan tersebut sehingga bisa diketahui

bagaimana sikap dan partisipasi orang tua terhadap pendampingan belajar

(44)

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih adalah di Perkampungan Sosial Pingit,

Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan Juni

2009. Alasan yang mendasari peneliti memilih Pingit sebagai tempat

penelitiannya karena peneliti sebelumnya sudah pernah terlibat di dalam

proses Pendampingan Belajar Masyarakat di PSP tersebut.

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah orang tua dari anak yang mengikuti

kegiatan PBM di Perkampungan Sosial Pingit Yogyakarta.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah sikap dan partisipasi terhadap

pelaksanaan program Pendampingan Belajar Masyarakat prodi PAK dan

PE.

D. Variabel Penelitian

Karena penelitian ini berangkat dari suatu hipotesis yang akan diuji

kebenarannya, maka definisi masing-masing variabel dalam penelitian ini

terdiri atas :

1. Variabel independen

(45)

Pendampingan Belajar Masyarakat di Perkampungan Sosial Pingit.

Adapun indikator dari masing-masing variabel independen adalah sebagai

berikut :

a. Sikap orang tua terhadap pelaksanaan program PBM

(Didasari oleh tanggung jawab orang tua terhadap anak atau orang

tualah orang pertama yang diharapkan mempunyai tanggung jawab

terhadap anak)

b. Sikap orang tua terhadap pencapaian hasil pelaksanaan program PBM

(Sebagai instrumen untuk mengukur apakah ada perubahan lebih baik

dalam proses belajar anak)

c. Partisipasi orang tua terhadap program PBM (Xз)

(Sebagai instrumen untuk mengukur apakah program PBM dapat

melaksanakan metode dan program belajar atau tidak)

2. Variabel dependen

Adapun yang menjadi variabel dependen adalah hasil pelaksanaan

program PBM di Perkampungan Sosial Pingit. Pelaksanaan program PBM

tersebut meliputi pelaksanaan metode dan program belajar PBM,

pencapaian hasil pelaksanaan program PBM (prestasi, disiplin, dan

kemandirian), serta partisipasi orang tua dalam proses belajar anak.

Variabel dependen ini berguna untuk mengukur sukses tidaknya program

(46)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini berupa daftar pertanyaan wawancara yang

nantinya akan disampaikan kepada subyek penelitian untuk mengukur atau

mengetahui adanya pengaruh variabel independen kepada variabel dependen.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi 2 hal, yaitu jenis

dan sumber data serta metode pengambilan data.

1. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan jenis data primer, yaitu data yang

diperoleh secara langsung dari lapangan berkaitan dengan

variabel-variabel yang akan diteliti. Data primer tersebut bersifat kualitatif

berdasarkan hasil wawancara, sedangkan sebagai sumber data adalah

orang tua dari anak yang mengikuti kegiatan Pendampingan Belajar

Masyarakat di Perkampungan Sosial Pingit Yogyakarta.

2. Metode Pengambilan Data

Metode yang dipergunakan untuk pengambilan data dalam penelitian

ini adalah dengan metode wawancara atau interview, yaitu suatu proses

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab

atau metode untuk memperoleh jawaban melalui proses tanya jawab secara

langsung sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau

(47)

Teknik wawancara ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang

sikap dan partisipasi orang tua perkampungan sosial pingit terhadap

program pendampingan belajar masyarakat. Dilihat dari subjek dan objek

maka metode wawancara ini adalah bentuk wawancara individu dengan

individu, yaitu wawancara yang dilakukan antara seseorang dengan

lainnya.

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia

dengan untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra

mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya. Observasi partisipasi yang

dimaksud adalah pengumpulan data melalui observasi terhadap objek

pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan serta berada

dalam aktivitas kehidupan objek pengamatan. Dengan demikian, pengamat

betul-betul menyelami kehidupan objek pengamatan dan bahkan tidak

jarang pengamat kemudian mengambil bagian dalam kehidupan budaya

mereka.

Observasi juga merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan

cara mengadakan pengamatan secara teliti, pencatatan yang sistematis, dan

secara langsung tentang keadaan Pendampingan Belajar Masyarakat di

Perkampungan Sosial Pingit. Teknik observasi ini digunakan untuk

mengumpulkan data tentang kesan umum sikap dan partisipasi orang tua

Perkampungan Sosial Pingit terhadap program Pendampingan Belajar

(48)

Terpenting dalam penjelasan ini adalah alasan mengapa metode ini

dilakukan, pada bagian masalah yang mana harus dilakukan wawancara

mendalam dan bagian masalah yang mana dilakukan observasi partisipasi,

atau keduanya dilakukan bersama-sama.

`

G. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Deskriptif-Kualitatif

Untuk menganalisis bagaimana sikap orang tua terhadap pelaksanaan

program Pendampingan Belajar Masyarakat prodi PAK dan PE di

Perkampungan Sosial Pingit, menggunakan analisis data

deskriptif-kualitatif. Dengan melakukan analisis data deskriptif-kualitatif ini, apakah

nantinya pelaksanaan PBM di Pingit para orang tua bersikap positif atau

negatif, dengan partisipasi para orang tua dapat meningkatkan atau tidak

dalam prestasi, disiplin, dan kemandirian belajar anak.

Semua teknis analisis data kualitatif berkaitan erat dengan metode

pengumpulan data, yaitu observasi dan wawancara. Bahkan terkadang suatu

teori yang dipilih berkaitan erat secara teknis dengan metode pengumpulan

data dan metode analisis data. Karena suatu teori biasanya pula

menyediakan prosedur metodis dan prosedur analisis data. Dengan

demikian, pengumpulan data dilakukan (wawancara dan observasi) melalui

tradisi analisis data tersebut. Peneliti seharusnya memilih teknik analisis

(49)

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang tersusun memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Dengan penyajian data yang

terkumpul, maka peneliti dapat memahami apa yang terjadi dan

menganalisisnya. Penyajian data dalam penelitian ini berbentuk teks naratif,

hal tersebut bertujuan agar peneliti tidak mengalami kesulitan dalam

penguasaan informasi baik secara keseluruhan maupun terpisah-pisah dari

data yang telah terkumpul.

3. Kesimpulan

Data yang telah terkumpul kemudian diambil kesimpulan yang terus

menerus selama penelitian berlangsung guna menjamin keabsahan dan

objektivitas data sehingga kesimpulan akhir bisa dipertanggungjawabkan.

Menarik kesimpulan dengan melihat pada data maupun penyajian data

sehingga kesimpulan yang diambil tidak menyimpang dari data yang

dianalisis.

H. Instrumen Pedoman Wawancara

Di bawah ini akan disajikan tabel rancangan pengembangan instrumen

atau daftar pedoman wawancara / interview dalam penelitian tentang sikap

dan partisipasi orang tua Perkampungan Sosial Pingit terhadap program

Pendampingan Belajar Masyarakat yang dilaksanakan oleh mahasiswa prodi

(50)

Tabel III.1

Daftar Pedoman Wawancara Sikap dan Partisipasi Responden Terhadap Pelaksanaan PBM

Variabel Indikator Nomor Item

1. Sikap orang tua

terhadap pelaksanaan

PBM

a. Sikap orang tua terhadap metode

pelaksanaan PBM

b. Sikap orang tua terhadap materi

pelaksanaan PBM

c. Sikap orang tua terhadap sumber

belajar pelaksanaan PBM

d. Sikap orang tua terhadap

kedisiplinan pelaksanaan PBM

a. Sikap orang tua terhadap

pencapaian hasil prestasi anak

setelah pelaksanaan PBM

b. Sikap orang tua terhadap

pencapaian hasil kemandirian anak

setelah pelaksanaan PBM

c. Sikap orang tua terhadap

pencapaian hasil kedisiplinan

setelah pelaksanaan PBM

5

6

7

3. Partisipasi orang tua

dalam proses belajar

anak dengan adanya

kegiatan PBM

a. Partisipasi orang tua dalam alokasi

waktu belajar bersama anak dengan

adanya kegiatan PBM

b. Partisipasi orang tua dalam

komunikasi/konsultasi dengan

penyelenggara PBM dengan

adanya kegiatan PBM

c. Partisipasi orang tua dalam alokasi

sarana dan prasarana belajar anak

8

9

(51)

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Kondisi dan Potensi Perkampungan Sosial Pingit Yogyakarta

Perkampungan Sosial Pingit (PSP) Yogyakarta merupakan sebuah

komunitas karya sosial yang dijiwai semangat Ignatian untuk terlibat dalam

melayani para keluarga tunawisma dan warga miskin perkotaan baik

anak-anak maupun orang dewasa dalam semangat kasih dan persaudaraan. PSP ini

selain membantu mereka juga memberikan bantuan dalam pendidikan

anak-anak TK sampai SMU. Mereka yang dibantu adalah mereka yang orang

tuanya tidak mampu untuk membiayai sekolahnya, bahkan anak jalanan yang

tidak bersekolah. PSP memberikan bantuan belajar dan pendampingan belajar

bagi anak-anak tersebut.

Saat ini terdapat kurang lebih 20 anak yang terdiri dari TK, SD, dan SMP,

dan anak yang tidak sekolah yang seusia dengan mereka dan membutuhkan

uluran tangan khususnya di bidang pendidikan. Oleh karena itu, PSP

membuka pintu lebar-lebar bagi siapa saja yang berkeinginan untuk

membantu baik secara material maupun secara spiritual ataupun menjadi

volunteer / pendamping anak belajar.

Di PSP saat ini terdapat 3 keluarga yang bertempat tinggal di rumah

sederhana yang disediakan PSP yang berlokasi di Kampung Pingit RT 01, RW

01, Kelurahan Badran, Kecamatan Jetis, Yogyakarta (di belakang Universitas

(52)

mengikuti kegiatan belajar tinggal di kampung Pingit dan termasuk 3 keluarga

yang tinggal di rumah singgah PSP itu bekerja sebagai pemulung, pedagang

kaki lima dan buruh kasar. Kegiatan di perkampungan sosial ini sudah ada

sejak tahun 1984.

1. Adapun secara rinci kondisi bangunan PSP adalah sebagai berikut: a) Kondisi gedung / bangunan

Gedung / bangunan yang digunakan untuk belajar anak-anak terbuat dari

bangunan semi permanen yaitu bangunan berupa tembok dan anyaman

bambu dan lantainya sudah disemen. Jumlah kelas ada 5 kelas, 1 kantor,

1 perpustakaan, dan 1 balai.

b) Halaman gedung

Halaman gedung cukup luas baik di depan rumah penduduk maupun

sekitar tempat belajar anak-anak.

c) Pagar bangunan

Bangunan yang terletak di pinggir sungai Winongo sudah ada tanggul

yang berfungsi untuk mencegah terjadinya longsor dan luapan air yang

melebihi kapasitas normal. Bangunan belum ada pagar permanen hanya

pagar bambu di beberapa tempat.

d) Kamar kecil

Kamar kecil di PSP ada dua kamar dengan tembok bata. Persediaan air

(53)

e) Rumah

Terdapat kurang lebih 11 kepala keluarga yang bisa menempati rumah

singgah PSP dan setiap kepala keluarga yang tinggal di rumah singgah

PSP maksimal boleh menempatinya selama 2 tahun.

f) Aula

Terdapat aula yang biasanya digunakan untuk tempat berkumpul

sebelum kegiatan belajar-mengajar dan sebagai tempat berekspresi.

Adapun kondisi lingkungan masyarakat Pingit sebagian besar

masyarakatnya bermata pencaharian sebagai pemulung, pedagang kaki

lima, tukang becak dan buruh kasar. Pendapatan yang mereka dapatkan

hanya untuk memenuhi sebagian besar anak-anak Pingit tidak mampu

mengenyam pendidikan sampai jenjang yang lebih tinggi, bahkan hanya

sampai tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).

2. Ruang kelas, Fasilitas belajar, Kantor, dan Sumber belajar a) Ruang kelas, terdiri dari lima ruang yaitu:

1) Ruang TK

2) Ruang untuk kelas I dan II

3) Ruang untuk kelas III dan IV

4) Ruang untuk kelas V dan VI

5) Ruang untuk SMP dan SMA

Ruang kelas untuk belajar berukuran 4 x 5 m yang masing-masing ruangan

(54)

dengan lampu TL 40wtt. Hanya saja keadaan kurang terawat dengan

bersih karena hanya mengandalkan tenaga dari volunteer (yaitu tenaga

sukarela yang membimbing anak-anak belajar / berkreativitas). Proses

belajar mengajar sering terganggu oleh keadaan kelas yang kurang

terawat. Ruangan kelas biasanya dibersihkan kalau ada kegiatan kerja

bakti atau sebelum kegiatan belajar dilaksanakan.

b) Keadaan fasilitas belajar

1) Papan tulis yang tersedia jarang digunakan sehingga kotor dan tidak

terawat.

2) Meja dan kursi cukup memadai, namun kurang nyaman karena coretan

kotor dan ada juga yang rusak.

3) Perpustakaan, tempatnya memadai, namun buku-buku bacaan kurang

memadai karena berdebu, kurang terawat, dan buku-buku banyak yang

tidak sesuai untuk bacaan anak-anak.

c) Dapur

Terdapat dapur sebagai tempat untuk mempersiapkan minum dan makanan

dengan perlengkapan yang mencukupi.

d) Kantor

Administrasi perkantoran PSP berada di Jl. Mataram 66 yang menjadi satu

dengan Yayasan Realino Seksi Pengabdian Masyarakat. Namun, sejak

bulan Oktober 2008 sudah pindah di Kolose St. Ignatius Kotabaru,

(55)

e) Sumber belajar

Kegiatan pendampingan belajar dilakukan setiap hari Senin dan Kamis

pada pukul 19.00 - 21.00, dilanjutkan evaluasi khusus bagi para volunteer

atau pendamping sampai dengan pukul 21.30 dan pada hari Sabtu ada

kegiatan pemberian keterampilan oleh kelompok PBM untuk membagikan

keterampilan yang dimilikinya, dan sudah disusun dalam program

pendampingan belajar masyarakat sejak awal serta waktu pelaksanaannya

pada pukul 17.00 - 19.00.

B. Permasalahan

Keadaan perekonomian keluarga yang minim berpengaruh pada minimnya

pengusahaan kebutuhan pendidikan anak. Hal ini dapat dilihat dari tingkat

pendidikan yang mayoritas hanya sampai tingkat pendidikan dasar. Begitu

juga dalam hal pemenuhan gizi dan kesehatan, kondisi seperti ini terjadi juga

di Pingit. Sebagian besar dari mereka berpenghasilan sangat minim, salah satu

akibat dari keminiman penghasilan tersebut adalah sedikitnya pengusahaan

kebutuhan akan pendidikan bagi anak-anak mereka.

Kesibukan orang tua dalam mencari nafkah menjadi kendala utama

kurangnya perhatian orang tua terhadap anak khususnya pembentukan sikap

dan watak anak. Hal ini menjadikan anak-anak kurang memiliki etika dalam

(56)

Situasi lingkungan sosial yang kurang mendukung mengakibatkan

masyarakat di daerah kampung Pingit dalam menyelesaikan masalahnya

cenderung pesimis seolah lari dari masalah bahkan tidak sedikit dari mereka

mengkonsumsi minuman keras sebagai pelarian. Kejadian seperti ini tentunya

akan berakibat buruk bagi masyarakat khususnya bagi perkembangan

anak-anak. Anak-anak akan cenderung lebih meniru kelakuan yang mereka lihat

dan yang terjadi di sekitar tempat tinggalnya.

Kenyataannya, ada potensi-potensi yang bisa digali dari Perkampungan

Sosial Pingit ini khususnya dari anak. Salah satunya berasal dari diri

masyarakat di Pingit, tidak sedikit anak yang mau berusaha belajar walaupun

dengan kondisi ekonomi yang minim dan juga banyak orang tua yang

mendukung anaknya untuk bersekolah walaupun mereka harus bekerja sangat

keras untuk mewujudkan harapan mereka pada anaknya.

Potensi lain yang bisa mendukung masyarakat Pingit untuk hidup lebih

baik adalah kehadiran volunteer / pihak lain yang ingin membagikan

keterampilan yang mereka miliki. Mereka tidak ingin mengajari orang di

perkampungan pingit dengan ajaran-ajaran yang mengharuskan mereka

menjadi lebih baik, tapi mereka berusaha menjadi teman bagi para orang tua

dan anak-anak yang ada di sana. Hal tersebut menjadikan para volunteer dapat

diterima dengan baik di lingkungan mereka.

Berdasarkan permasalah di atas, maka para praktikan mengadakan atau

(57)

Berharap dengan adanya program Pendampingan Belajar Masyarakat yang

dilaksanakan dapat membantu dan meningkatkan partisipasi orang tua

(58)

BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Proses penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan bulan

Juni tahun 2009. Untuk mendapatkan data, penulis melakukan wawancara

langsung dengan 16 orang sebagai populasi orang tua yang anaknya mengikuti

kegiatan PBM di Kampung Pingit, Yogyakarta.

B. Analisis Data

Berikut ini disampaikan data yang diperoleh dari penelitian yang

dilakukan di Kampung Pingit, Yogyakarta.

1. Sikap orang tua terhadap pelaksanaan Pendampingan Belajar Masyarakat

a. Sikap orang tua terhadap metode pelaksanaan PBM

Wawancara yang dilakukan terhadap 16 orang responden, dapat diketahui bahwa 14 orang responden (87,50%) setuju tentang metode

pelaksanaan PBM dan 2 orang responden menjawab tidak tahu sebesar

(59)

Tabel V.1

Metode Pelaksanaan PBM Nomor

item

Metode PBM Jumlah %

1 Ya sesuai 14 87,50%

2 Tidak tahu 2 12,50%

Total 16 100%

Sumber : Data primer, 2009

b. Sikap orang tua terhadap materi pelaksanaan PBM

Mengenai materi pelaksanaan PBM juga dapat dilihat bahwa 14 (87,50%) responden menjawab sesuai dengan materi yang diberikan dan 2

(12,50%) responden menjawab tidak tahu. Hal ini dapat dilihat pada tabel

V.2.

Tabel V.2

Materi Pelaksanaan PBM Nomor

item

Materi PBM Jumlah %

1 Ya sesuai 14 87,50%

2 Tidak tahu 2 12,50%

Total 16 100%

(60)

c. Sikap orang tua terhadap sumber belajar pelaksanaan PBM

Mengenai penggunaan sumber belajar, semua responden (100%)

mengatakan bahwa sumber belajar yang disediakan dalam kegiatan PBM

sesuai dengan kebutuhan belajar anak. Hal ini bisa dilihat dari tabel

berikut :

Tabel V.3

Sumber Belajar Pelaksanaan PBM Nomor

item

Sumber Belajar PBM Jumlah %

1 Ya sesuai 16 100%

2 Tidak sesuai 0 0%

Total 16 100%

Sumber : Data primer, 2009

d. Sikap orang tua terhadap kedisiplinan pelaksanaan PBM

Dalam pelaksanaan pendampingan belajar masyarakat semua

responden (100%) menjawab bahwa kegiatan PBM selalu rutin

dilaksanakan sesuai jadwalnya yaitu setiap Senin, Kamis dan Sabtu. Hal

(61)

Tabel V.4

2. Sikap orang tua terhadap pencapaian hasil pelaksanaan program PBM a. Sikap orang tua terhadap pencapaian hasil prestasi anak setelah

pelaksanaan PBM (dilihat dari perkembangan nilai akademik anak) Berdasarkan tabel V.5 di bawah ini dapat dilihat bahwa semua responden melihat adanya perkembangan pada nilai akademik anak. Hal ini

dapat dilihat dari jawaban yang diberikan oleh responden (100%) yang

menjawab ada pencapaian prestasi anak setelah pelaksanaan PBM.

Tabel V.5

Pencapaian Prestasi Setelah Pelaksanaan PBM Nomor

item

Pencapaian Prestasi Jumlah %

1 Ya sesuai 16 100%

2 Tidak sesuai 0 0%

Total 16 100%

(62)

b. Sikap orang tua terhadap pencapaian hasil kemandirian anak setelah pelaksanaan PBM

Sedangkan, mengenai pencapaian hasil kemandirian anak setelah

pelaksanaan PBM dari 16 orang semua responden (100%) menjawab ada

pencapaian anak untuk belajar secara mandiri. Adanya motivasi anak untuk

belajar secara mandiri ini dapat dilihat di tabel V.6 berikut ini :

Tabel V.6

Pencapaian Kemandirian Setelah Pelaksanaan PBM Nomor

item

Pencapaian Kemandirian Jumlah %

1 Ya sesuai 16 100%

2 Tidak sesuai 0 0%

Total 16 100%

Sumber : Data primer, 2009

c. Sikap orang tua terhadap pencapaian hasil kedisiplinan setelah pelaksanaan PBM (dilihat dari waktu belajar anak secara rutin di rumah)

Mengenai pencapaian hasil kedisiplinan setelah pelaksanaan PBM ini

dapat dilihat bahwa tidak semua responden menjawab adanya kedisiplinan

anak dalam belajar secara rutin di rumah. Dari 16 orang responden ada 4

Gambar

TabelV.1 Metode Pelaksanaan PBM……………………………………………
Tabel III.1
Tabel V.1 Metode Pelaksanaan PBM
Tabel V.3 Sumber Belajar Pelaksanaan PBM
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari tahap penyaringan konsep didapatkan alternatif konsep dengan nilai akhir tertinggi yaitu desain I dengan spesifikasi untuk pengumpul dan penyimpan panas

Dalam IPM ini terdapat indikator yaitu angka harapan hidup (AHH), angka harapan lama sekolah (HLS), rata-rata lama sekolah (RLS), dan pengeluaran per kapita yang

Degradabilitas yang tinggi pada perlakuan C disebabkan oleh kandungan protein kasar yang lebih tinggi yaitu 15,07%, sehingga ketersediaan protein yang cukup akan

Donggala akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan pengadaan Jasa Lainnya sebagai berikut:..

Penelitian ini termasuk dalam penelitian tindakan kelas (PTK). Tujuan PTK adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktik pembelajaran secara berkesinambungan.

Memahami customer dapat diartikan selain membuat produk yang diinginkan pasar, sebagai businessman kita juga harus dapat memberikan nilai tambah (value)

Tes Sub Sumatif.. Hal ini menunjukkan metode CTL tipe EQ mampu meningkatkan minat belajar siswa yang merupakan modal awal untuk meningkatkan hasil belajar

Serta perawat lebih meningkatkan pengetahuan tentang respon time dalam memberikan pelayanan yang baik kepada pasien, dan perawat lebih meningkatkan salam, senyum