YOGYAKARTA TERHADAP PENDAMPINGAN BELAJAR MASYARAKAT PRODI PAK DAN PE
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Oleh :
DYAH NARESWARI NIM : 041324011
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SIKAP DAN PARTISIPASI ORANG TUA PERKAMPUNGAN
SOSIAL PINGIT YOGYAKARTA TERHADAP PROGRAM
PENDAMPINGAN BELAJAR MASYARAKAT PRODI PAK DAN PE
Oleh : Dyah Nareswari NIM 041324011
Telah disetujui oleh :
Pembimbing I
Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si Tanggal : 26 Juni 2009
SIKAP DAN PARTISIPASI ORANG TUA PERKAMPUNGAN SOSIAL PINGIT YOGYAKARTA TERHADAP PROGRAM PENDAMPINGAN BELAJAR
MASYARAKAT PRODI PAK DAN PE
Dipersiapkan dan ditulis oleh : Dyah Nareswari
NIM : 041324011
Telah dipertahankan di depan Penguji Pada tanggal 24 Juli 2009 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua : Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. ……….. Sekretaris : Indra Darmawan, S.E., M.Si. ……….. Anggota : Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. ………..
Anggota : Y. M. V. Mudayen, S. Pd. ………..
Anggota : Drs. P. A. Rubiyanto ………..
Yogyakarta, 24 Juli 2009
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Dekan,
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 24 Juli 2009 Penulis
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Dyah Nareswari
Nomor Mahasiswa : 041324011
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
SIKAP DAN PARTISIPASI ORANG TUA PERKAMPUNGAN SOSIAL PINGIT YOGYAKARTA TERHADAP PENDAMPINGAN BELAJAR MASYARAKAT PRODI PAK DAN PE.
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 24 Juli 2009 Yang menyatakan
Motto
Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya ( Pengkotbah 3 : 11 )
Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan
kepadaku ( Filipi 4 : 13 )
Mengenal dan menerima kelemahan sendiri adalah kekayaan yang paling besar
( Paulina dr Mallinckrodt )
Persembahan
“ Puji dan syukur kupersembahkan pada Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa
menjadi tempat pertolonganku disaat aku merasa putus asa dan sekaligus menjadi
sumber pengharapanku”
Kupersembahkan kepada
“ Ayahku (Alm) Ign. Supramono, Ibuku C. Kristiwinanti, kakakku Vani Gallant,
Ibu Veronica T Kristanti dan Leo Febrianus. Mereka semua yang menjadi
keluarga sekaligus pendukung dan penyemangat demi terselesaikannya studi ini.
Terimakasih atas semua dukungan material dan spiritual serta doa yang telah
Engkau berikan melalui mereka”
Begitu besar kasih kalian kepadaku, hingga tiada
YOGYAKARTA TERHADAP PROGRAM PENDAMPINGAN BELAJAR MASYARAKAT PRODI PAK DAN PE
Dyah Nareswari 041324011
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2009
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) menganalisis sikap orang tua terhadap pelaksanaan program Pendampingan Belajar Masyarakat prodi PAK dan PE; (2) menganalisis sikap orang tua terhadap pencapaian hasil pelaksanaan program Pendampingan Belajar Masyarakat di Perkampungan Sosial Pingit dalam meningkatkan prestasi belajar, disiplin belajar dan kemandirian; dan (3) menganalisis tingkat partisipasi orang tua dalam proses belajar anak dengan adanya kegiatan Pendampingan Belajar Masyarakat.
Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi dan wawancara kepada 16 resonden orang tua yang anaknya mengikuti Pendampingan Belajar Masyarakat. Penyajian data dalam penelitian ini berbentuk teks naratif dan data yang telah dikumpulkan kemudian diambil kesimpulannya.
PARENTS’ ATTITUDE AND PARTICIPATION TO WARDS SOCIETY’S LEARNING GUIDING PROGRAM DONE BY THE STUDENTS OF THE ACCOUNTING AND ECONOMICS DEPARTMENT OF EDUCATION IN
PINGIT VILLAGE YOGYAKARTA
This research intends to analyze parents’ attitude towards : (1) the implementation of Society’s Learning Guiding Program done by the students of the Accounting and Economics Department of Education; (2) the achievement of the implementation of Society’s Learning Guiding Program in Pingit Village in increasing learning achievement, learning discipline, and self-reliance; and (3) to analyze parents’ participation level in students’ learning process by the existence of Society’s Learning Guiding Program.
The research is a descriptive qualitative research. The methods used in this research were observation method and interview to 16 parents whose children followed Society’s Learning Guiding Program. The data presentation of this research were narrative texts. The collected data were then summarized.
kemurahan kasihNya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan sesuai dengan program studi yang ditempuh.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis tidak bekerja sendirian tetapi mendapat banyak bantuan, bimbingan dukungan dan doa. Segala sesuatu yang penulis terima sangat mendukung kelancaran penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu perkenankanlah penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada :
1. Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
2. Drs. Sutarjo Adisusilo, J. R., selaku Ketua Jurusan P. IPS, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
3. Bapak Yohanes Harsoyo, S. Pd., M. Si., selaku Ketua Program Studi dan sebagai dosen pembimbing I yang telah memberikan kemudahan, kelancaran dan dengan sangat sabar membimbing serta mengoreksi kesalahan pada penulis
4. Bapak Y.M.V. Mudayen, S. Pd., selaku dosen pembimbing II yang memberikan bimbingan dan kritikan serta dengan sabar membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
7. Bapak Indra Darmawan, S. E., M. Si., yang telah membimbing penulis selama perkuliahan
8. Teman-teman PE 2004 yang turut membantuku menyelesaikan skripsi dan setia menemani selama perkuliahan : Kristin, Ce’ Santi, Imel, Is, Leni, Neni, Yanti, Sigit, City, Rico, Triko dan Ichak (tanpa kalian Rhy pasti kesepian dan gak ada apa-apanya, tengkyu friends… u;r my best friend for ever, don’t forget our friendship yaaa…)
9. Frater-frater Serikat Jesuit yang pernah berkarya di Perkampungan Sosial Pingit dan seluruh orang tua di Kampung Pingit Yogyakarta yang telah membantu penulis menyelesaikan sripsi ini
10. Pihak sekretariat (Mbak Titin), yang telah banyak membantu dalam pelayanan akademis selama perkuliahan
Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis dengan senang hati menerima berbagai kritikan dan saran bagi pembaca skripsi ini. Terima kasih.
Penulis
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………. ii
HALAMAN PENGESAHAN………. iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………. iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS……….. v
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN……… vi
ABSTRAK………. vii
ABSTRACT……… viii
KATA PENGANTAR……… ix
DAFTAR ISI………... xi
DAFTAR TABEL………... xvi
DAFTAR LAMPIRAN……….. BAB I PENDAHULUAN……….. 1
A. Latar Belakang ……….. 1
B. Batasan Masalah………. 6
C. Rumusan Masalah……….. 7
D. Tujuan Penelitian………... 7
E. Manfaat Penelitian………. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……… 9
A. Program Pendampingan Belajar Masyarakat……… 9
C. Partisipasi Dalam Proses Belajar……… 18
D. Peningkatan Prestasi Belajar……….. 20
E. Disiplin Dalam Proses Belajar……… 22
F. Peningkatan Kemandirian Dalam Belajar………... 24
1. Hakekat Kemandirian………. 24
2. Aspek-aspek Kemandirian……….. 25
G. Penelitian Terdahulu……….. 26
H. Kerangka Konseptual………. 26
BAB III. METODE PENELITIAN……… 29
A. Jenis Penelitian…………..……… 29
B. Lokasi dan Waktu Penelitian………. 30
C. Subjek dan Objek Penelitian………. 30
D. Variabel Penelitian……… 30
E. Instrume Penelitian……… 32
F. Teknik Pengumpulan Data………. 32
G. Teknik Analisis Data……….……… 34
H. Instrumen Pedoman Wawancara…...……… 35
BAB IV. GAMBARAN UMUM……….……….. 38
A. Kondisi dan Potensi Perkampungan Sosial Pingit Yogyakarta.……… 38
A. Pelaksanaan Penelitian……….. 45
B. Analisis Data………...……….. 45
1. Sikap orang tua terhadap pelaksanaan PBM………. 45
2. Sikap orang tua terhadap pencapaian hasil pelaksanaan program PBM.. 48
3. Partisipasi orang tua dalam proses belajar anak dengan adanya program PBM………... 50
4. Aspek pengukuran berdasarkan pengelompokkan respon sikap dan partisipasi orantg tua………..………….. 52
C. Pembahasan………….………. 56
BAB VI. KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN..……….. 63
A. Kesimpulan………... 63
B. Keterbatasan Penelitian...……….. 65
C. Saran……….……… 66
Terhadap Pelaksanaan PBM……….. 36
Tabel V.1 Metode Pelaksanaan PBM……… 46
Tabel V.2 Materi Pelaksanaan PBM………. 46
Tabel V.3 Sumber Belajar Pelaksanaan PBM……….. 47
Tabel V.4 Kedisiplinan Pelaksanaan PBM……… 48
Tabel V.5 Pencapaian Prestasi Setelah Pelaksanaan PBM……… 48
Tabel V.6 Pencapaian Kemandirian Setelah Pelaksanaan PBM……… 49
Tabel V.7 Pencapaian Kedisiplinan Setelah Pelaksanaan PBM……… 50
Tabel V.8 Partisipasi Orangtua Dalam Alokasi Waktu Mendampingi Anak Belajar……… 51
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tantangan dan kesulitan dalam kehidupan manusia baik yang diakibatkan
oleh lingkungan maupun alam yang kurang bersahabat, sering memaksa
manusia untuk mencari cara yang memungkinkan mereka untuk keluar dari
kesulitan yang dialaminya. Masih banyaknya masyarakat yang tidak
melanjutkan pendidikan ke taraf yang memungkinkan mereka menggeluti
profesi tertentu, menuntut upaya-upaya untuk membantu mereka dalam
mewujudkan potensi yang dimilikinya agar dapat bermanfaat bagi
pembangunan bangsa.
Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha untuk menyiapkan peserta
didik melalui kegiatan bimbingan dan atau latihan bagi peranannya di masa
yang akan datang. Peranan peserta didik dalam kehidupan masyarakat, baik
sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat merupakan keluaran
(output) dari sistem dan fungsi pendidikan. Pada hakikatnya pendidikan
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan meningkatkan mutu kehidupan,
dan martabat manusia baik individu maupun sosial. Dengan kata lain,
pendidikan berfungsi sebagai sarana pemberdayaan individu dan masyarakat
guna menghadapi masa depan.
Di dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat (1) menyebutkan
(pendidikan)”. Dari kutipan pasal di atas, berarti bahwa setiap warga negara
memiliki hak untuk memperoleh pendidikan dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan kehidupannya, dan Pemerintah berkewajiban menyelenggarakan
pendidikan yang dapat membelajarkan warga masyarakat dari berbagai
lapisan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.
Implementasi Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 dan Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional No.30 Tahun 2003, maka Pemerintah
menyelenggarakan Program Pendidikan Nasional yang dilaksanakan melalui
dua jalur, yaitu pendidikan sekolah yang diselenggarakan secara berjenjang
dan berkesinambungan serta jalur pendidikan luar sekolah yang secara
informal dilaksanakan melalui pendidikan keluarga, kelompok belajar,
kursus-kursus, dan satuan pendidikan yang sejenis.
Berbicara tentang penyelenggaraan pendidikan melalui jalur pendidikan
luar sekolah, Pemerintah membuat kebijakan yang tujuannya untuk
memberikan kemudahan kepada masyarakat/warga negara yang karena
sesuatu hal sehingga tidak dapat mengikuti serta menikmati proses pendidikan
yang diselenggarakan melalui jalur pendidikan di sekolah. Umumnya
masyarakat tidak dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah lebih
disebabkan oleh adanya keterbatasan-keterbatasan ekonomi dan fisik.
Sehingga dapat dikatakan bahwa fungsi penyelenggaraan pendidikan melalui
jalur pendidikan luar sekolah adalah sebagai pengganti, melengkapi, dan
sekolah (Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar
Sekolah).
Salah satu bentuk pelibatan atau partisipasi masyarakat khususnya orang
tua peserta didik dalam pendidikan selama ini hanya sebatas bentuk dan
dukungan fisik seperti membantu mendirikan sekolah atau sumbangan dana.
Cara pandang dan sikap tersebut tidak sepenuhnya salah, meskipun dalam
banyak hal justru mengaburkan peran masyarakat yang sesungguhnya
diinginkan dalam pengembangan mutu pendidikan yaitu pentingnya
keterlibatan atau partisipasi orang tua dan masyarakat secara penuh.
Sejauh ini, anggaran yang berkaitan dengan pendidikan mereka masih
terbatas, sehingga berbagai upaya untuk dapat terus mendorong keterlibatan
masyarakat dalam membangun pendidikan terus dilakukan oleh Pemerintah.
Hal ini dimaksudkan agar makin tumbuh sikap kesadaran akan pentingnya
pendidikan dan mendorong masyarakat untuk terus dapat berpartisipasi aktif
di dalamnya. Selain menumbuhkan sikap dan partisipasi, pendidikan juga
dapat mengarahkan masyarakat khususnya anak-anak kepada kemandirian,
sehingga anak-anak mampu menganalisa sendiri isu-isu sosial serta dapat
menemukan solusi atas permasalahan mereka.
Dalam hal ini pendidikan termasuk pendidikan nonformal yang berbasis
kepentingan masyarakat lainnya perlu mencermati hal tersebut, agar
keberadaanya dapat diterima dan dikembangkan sejalan dengan tuntutan.
Menurut Paulo Freire dan Y.B. Mangunwijaya (2002:12-13), dengan
membebaskan masyarakat dari berbagai bentuk penindasan, pembodohan
sampai kepada ketertinggalan. Sesuai dengan kebutuhan dan kondisi nyata
masyarakat berkaitan dengan kepentingan hidup dalam mengisi upaya
pembangunan di masyarakatnya. Ini berarti bahwa pendidikan nonformal
perlu menjadikan masyarakat sebagai sumber atau rujukan dalam
penyelenggaraan program pendidikannya.
Bagi masyarakat yang tidak mampu seperti di Perkampungan Sosial
Pingit, apa yang mereka pikirkan adalah bagaimana hidup hari ini karena
mereka belajar untuk kehidupan, mereka tidak mau belajar hanya untuk
belajar, untuk itu masyarakat khususnya orang tua perlu didorong untuk
memberikan dukungan dan partisipasinya melalui pendidikan nonformal
berbasis masyarakat, yakni pendidikan nonformal dari, oleh dan untuk
kepentingan masyarakat artinya bahwa pendidikan yang dikelola oleh
masyarakat dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di masyarakat dan
menekankan pentingnya partisipasi masyarakat pada setiap kegiatan belajar
serta bertujuan untuk menjawab kebutuhan masyarakat.
Dalam konteks penyelenggaraan program Pendampingan Belajar
Masyarakat yang sasaran utamanya adalah masyarakat khususnya anak-anak
yang secara struktural terpinggirkan oleh sistem (keterbatasan aspek ekonomi,
sosial, dan budaya). Sebagian besar sasaran program-program pendidikan luar
sekolah adalah warga masyarakat yang mengalami keterbatasan ekonomi
belajar dan biaya sekolah untuk mengikuti proses pendidikan di
sekolah-sekolah formal (mulai dari SD sampai SMU).
Jika hal ini dikaitkan dengan penyelenggaraan program belajar
masyarakat, maka proses pendampingan dapat diupayakan terutama untuk
meningkatkan prestasi belajar, disiplin belajar, dan kemandirian anak untuk
belajar dan pengelola program untuk dapat menyelenggarakan proses
pembelajaran secara efektif. Proses pendampingan untuk meningkatkan
prestasi, disiplin, dan kemandirian dalam belajar dengan menerapkan
teori-teori pendidikan anak dapat diupayakan oleh pengelola program, tokoh
masyarakat, dan mahasiswa sebagai praktikan PBM. Pada tahun 1998 di
Kampung Pingit RT 01, RW 01, Kelurahan Badran, Kecamatan Jetis,
Yogyakarta dirintis berdirinya program pelayanan pendidikan luar sekolah
yang berbasis pada masyarakat melalui Yayasan Sosial Soegiopranoto (YSS).
Dalam proses penyelenggaraan kegiatan Pendampingan Belajar
Masyarakat ini, praktikan Prodi Pendidikan Akuntansi / PAK dan Pendidikan
Ekonomi / PE Universitas Sanata Dharma Yogyakarta mengadakan kerjasama
dengan kelompok Pendampingan Belajar Masyarakat divisi anak
Perkampungan Sosial Pingit (PSP) yang dikelola oleh para Frater Jesuit dari
Kolose St. Ignatius Kotabaru, Yogyakarta. Pelayanan yang diberikan PSP
dikhususkan untuk anak-anak dari kalangan ekonomi lemah dan tersisihkan.
Pada umumnya warga PSP bekerja sebagai pemulung, pedagang kaki
lima, dan buruh kasar. Keterlibatan orang tua dalam menciptakan lingkungan
terhadap hasil belajar siswa. Keterlibatan atau partisipasi orang tua dalam
proses pendidikan anak merupakan faktor penting untuk mewujudkan
program PBM efektif dan bermutu.
Pendampingan oleh mahasiswa PAK dan PE sebagai praktikan PBM dan
pengelola PSP yang dilakukan secara rutin setiap hari Senin, Kamis dan Sabtu
serta partisipasi orang tua dalam proses belajar-mengajar di Pingit memberi
dampak positif, kuat, dan langgeng terhadap pencapaian hasil belajar anak. Di
samping itu, bantuan dari pihak luar seperti PBM ini nantinya tidak
menyebabkan ketergantungan terhadap pihak lain atau jangan sampai orang
tua lepas tanggung jawab terhadap anaknya dan pelibatan orang tua dalam
proses pendidikan juga dapat memperbaiki sikap dan persepsi terhadap
sekolah itu sendiri yang dapat menumbuhkan semangat anak belajar untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran. Sehingga anak-anak belajar mempunyai
semangat dan gairah belajar, baik untuk hadir di tempat belajar maupun aktif
mengikuti proses pembelajaran di kelas.
Dengan melihat kenyataan seperti ini, penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “SIKAP DAN PARTISIPASI ORANG
TUA PERKAMPUNGAN SOSIAL PINGIT YOGYAKARTA TERHADAP
PROGRAM PENDAMPINGAN BELAJAR MASYARAKAT PRODI PAK
B. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis hanya membatasi pada sikap orang tua
terhadap pelaksanaan, pencapaian hasil pelaksanaan, dan partisipasi orang tua
dalam proses belajar anak setelah anaknya program Pendampingan Belajar
Masyarakat di Perkampungan Sosial Pingit.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana sikap orang tua terhadap pelaksanaan PBM di Perkampungan
Sosial Pingit?
2. Bagaimana sikap orang tua terhadap pencapaian hasil pelaksanaan
program PBM di Perkampungan Sosial Pingit?
3. Bagaimana partisipasi orang tua dalam proses belajar anak dengan adanya
kegiatan PBM?
D. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang
ingin dicapai adalah :
1. Untuk menganalisis sikap orang tua terhadap pelaksanaan program
Pendampingan Belajar Masyarakat prodi PAK dan PE.
2. Untuk menganalisis sikap orang tua terhadap pencapaian hasil
3. Untuk menganalisis tingkat partisipasi orang tua dalam proses belajar
anak dengan adanya kegiatan Pendampingan Belajar Masyarakat.
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis
Penelitian yang dilakukan merupakan sarana berlatih bagi penulis
untuk menerapkan teori yang didapat dari perkuliahan ke dalam praktik
lapangan yang sesungguhnya dan dapat menambah pengetahuan serta
memperluas wawasan bagi penulis.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan
pertimbangan bagi Universitas Sanata Dharma khususnya Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan dalam mempersiapkan tenaga pengajar
yang handal dan melakukan evaluasi terhadap kompetensi mahasiswa
praktikan PBM.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu
bahan referensi untuk penelitian selanjutnya dan dapat menambah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Program Pendampingan Belajar Masyarakat
Program Pendampingan Belajar Masyarakat (PBM) merupakan salah satu
wujud dari Tridharma Perguruan Tinggi khususnya pengabdian pada
masyarakat. Program Pendampingan Belajar Masyarakat ini dirancang untuk
memberikan memberikan pengalaman bagi mahasiswa FKIP khususnya para
mahasiswa Pendidikan Akuntansi dan Pendidikan Ekonomi agar menjadi
calon-calon pendidik yang mampu bersosialisasi dengan masyarakat serta
dapat menjalin relasi yang menunjang keberhasilan pada peningkatan kualitas
pendidikan.
Program Pendampingan Belajar Masyarakat ini ingin memposisikan
masyarakat sebagai subjek didik dan kehadiran praktikan memiliki tujuan
untuk mendampingi dari proses analisis sosial di bidang pendidikan
berdasarkan permasalahan konkret dalam suatu masyarakat tertentu, kemudian
dapat ditentukan program-program pendampingan belajar yang sesuai dengan
permasalahan yang ditemukan dalam masyarakat sebagai motivator dalam
kegiatan pembelajaran bagi siswa-siswa sekolah dan sekelompok masyarakat
tertentu, sebagai pelaksana teknis yang bersifat sementara dalam pelaksanaan
Tujuan umum dari program Pendampingan Belajar Masyarakat menurut
Buku Pedoman Program Pendampingan Belajar Masyarakat (2008), antara
lain:
1. Melatih diri untuk mengembangkan kepekaan sosial terhadap masalah-
masalah aktual di bidang pendidikan yang dihadapi masyarakat luas.
2. Memperoleh pengalaman mengelola kegiatan-kegiatan pembelajaran yang
menunjang dalam pembentukan pribadi pendidik yang profesional.
3. Memperoleh pengalaman bekerja sama antar mahasiswa maupun
pihak-pihak lain yang berguna untuk pemantapan kedewasaan pribadinya.
Pada prinsipnya kegiatan pendampingan belajar harus merupakan hasil
analisis sosial yang telah dilakukan setelah masa observasi. Oleh karena itu,
sebenarnya bentuk kegiatan yang akan dilakukan bersifat terbuka. Kegiatan
pendampingan belajar yang dilaksanakan dapat diperuntukan bagi siswa-siswa
di sekolah atau sekelompok anggota masyarakat di luar sekolah yang dinilai
mahasiswa membutuhkan pendampingan belajar.
Menurut Buku Pedoman Program Pendampingan Belajar Masyarakat
(2008), sebagai gambaran jenis-jenis kegiatan bisa berbentuk :
a. Mengajar cara-cara belajar yang efektif.
b. Mengajar mata pelajaran tertentu sesuai dengan kebutuhan masyarakat
dengan berbagai metode yang informal.
c. Menciptakan, memproduksi dan memperbaiki berbagai macam media
d. Membina kelompok pendampingan belajar yang terdiri atas
pemuda-pemudi atau siswa-siswa yang lebih senior yang bertugas ikut
mendampingi kegiatan belajar.
e. Membina perpustakaan masyarakat.
f. Ceramah-ceramah dan pelatihan-pelatihan mengenai bidang sosial budaya,
misalnya melatih tari, musik, teater tradisional atau modern, olah raga dan
aspek budaya lainnya.
g. Ceramah-ceramah dan pelatihan-pelatihan mengenai bidang sosial
ekonomi, misalnya pembentukan pembinaan usaha kecil, kewirausahaan,
dan sebagainya.
h. Kegiatan-kegiatan lain yang disusun berdasarkan analisis sosial dan yang
telah dikonsultasikan dan disetujui dosen pembimbing.
Program kerja dapat diartikan sebagai suatu pernyataan tertulis tentang
situasi, tujuan-tujuan, masalah-masalah yang hendak dipecahkan dan cara-cara
pemecahannya. Konkritnya, program kerja adalah rencana kegiatan yang
memuat nama kegiatan, latar belakang, tujuan, waktu, pelaksanan dan
anggaran. Penyusunan program kerja merupakan suatu proses pengambilan
keputusan yang rasional tentang apa yang akan dilaksanakan, apa yang ingin
dicapai serta mengapa hal tersebut dilaksanakan. Oleh karena itu, dalam
menyusun program kerja yang baik perlu memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1) Memuat rumusan tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan-kegiatan
2) Memuat analisis terhadap lingkungan, yaitu antisipasi terhadap perubahan
yang mungkin terjadi pada lingkungan serta perkiraan dampaknya sebagai
peluang maupun ancaman.
Menurut Buku Pedoman Program Pendampingan Belajar Masyarakat
(2008), program kerja PBM yang merupakan hasil kerja kelompok ini akan
berfungsi sebagai:
a) Dasar bagi praktikan dalam melaksanakan kegiatan pendampingan belajar.
b) Dasar bagi dosen pembimbing dalam memberikan bimbingan.
c) Dasar penilaian keberhasilan pelaksanaan program kerja.
d) Sarana mengkomunikasikan kegiatan kepada masyarakat.
e) Sebagai bukti telah melakukan analisis sosial.
Pada dasarnya Program Pendampingan Belajar Masyarakat ini, memiliki
waktu selama satu semester. Namun demikian, mahasiswa diperkenankan
untuk mengatur waktu secara efektif dan efisien dengan persetujuan dosen
pembimbing.
Alokasi waktu dapat dirinci sebagai berikut :
1. Tiga minggu pertama setelah penyerahan mahasiswa diwajibkan untuk
melakukan observasi, pengumpulan data, dan menyusun program kerja.
Dalam tiga minggu pertama ini mahasiswa wajib menyerahkan rencana
program kerja utnuk mendapat persetujuan dari dosen pembimbing.
Tujuan dari observasi adalah memperoleh informasi yang rinci tentang
dimunculkan berasal dari hasil analisis sosial ini. Tiap-tiap rencana
kegiatan minimal wajib dijelaskan.
a. Nama kegiatan
Nama kegiatan disesuaikan dengan bentuk dan isi kegiatan yang akan
dilaksanakan.
b. Tujuan
Tujuan merupakan pernyataan tertulis yang memuat capaian yang
diinginkan dari pelaksanaan kegiatan. Setiap kegiatan yang akan
dilaksanakan dapat berisi lebih dari satu tujuan.
c. Materi kegiatan
Materi kegiatan adalah rincian kegiatan yang dipilih dan diyakini
relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan.
d. Waktu
Waktu disini adalah jumlah waktu efektif kegiatan yang dialokasikan
untuk kegiatan yang bersangkutan.
e. Biaya
Biaya adalah jumlah pengorbanan dalam rangka penyelenggaraan
kegiatan baik yang menyangkut jumlah unit moneter yang telah
dikeluarkan maupun hal-hal lain yang dapat dikuantitatifkan dalam unit
moneter.
f. Peran mahasiswa
Bagian ini digunakan untuk menjelaskan peran mahasiswa dalam
kegiatan organisator kegiatan, dinamisator kegiatan, pelaksanaan teknis,
dan lain-lain.
2. Setelah program kerja disetujui oleh dosen pembimbing, mahasiswa baru
diperkenankan melaksanakan kegiatan.
3. Proses penerjunan dan perijinan sepenuhnya diserahkan kesepakatan antara
mahasiswa, dosen, dan masyarakat yang akan ditempati. Surat pengantar
dari USD bisa diminta melalui koordinator PPL.
4. Pada masa pelaksanaan dan perencanaan mahasiswa diharapkan untuk
selalu mengkomunikasikan hal-hal yang dianggap penting dengan dosen
pembimbing. Ketua kelompok atau wakil wajib untuk mengikuti rapat
koordinasi yang diselenggarakan oleh koordinator PPL.
5. Untuk mempermudah penyusunan laporan baik laporan observasi dan
laporan akhir, maka mahasiswa diwajibkan untuk mengisi agenda
kegiatan harian. Setiap kegiatan yang dilaksanakan dimintakan tanda
tangan dari dosen pembimbing dan wakil masyarakat. Catatan kegiatan
hari ini akan membantu mahasiswa dalam melaksanakan refleksi atas
kegiatan pelaksanaan pendampingan belajar.
Pembinaan dan pendampingan merupakan bagian dari upaya
memberdayakan kaum miskin dan lemah tersebut. Pembinaan dan
pendampingan dalam proses belajar seorang anak harus didasarkan pada
kondisi dan karakteristik sasaran belajar.
1) Penyebar pengetahuan
Seorang pendamping atau pembimbing mengusahakan untuk
menyampaikan informasi dan pengetahuan kepada kelompok belajar.
2) Pelatih keterampilan
Pendampingan bermaksud untuk memberikan tambahan keterampilan
baru melalui latihan praktik yang mengajak peserta untuk belajar sambil
mengerjakan.
Perancang belajar pengalaman kreatif guna menciptakan situasi yang
memungkinkan anggota kelompok mendapatkan pengalaman baru atau
membuat peserta menata pengalaman di masa lalu dengan cara baru, sehingga
timbul kesempatan untuk berlaku lain daripada yang sudah terbiasa.
Peran-peran pendamping tersebut hanya akan dapat dilaksanakan secara
maksimal jika pendamping memahami kelompok yang didampinginya, karena
itu pendamping diupayakan dapat hadir di tengah mereka, hidup bersama
mereka, belajar dari apa yang mereka miliki, mengajar dari apa yang mereka
ketahui, dan bekerja sambil belajar.
B. Sikap
1. Pengertian Sikap
Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai
objek atau situasi yang relatif ajeg. Dalam sikap ini biasanya disertai
untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara yang tertentu
dipilihnya. (Walgito, 1994:105).
Selain itu sikap juga diartikan dalam beberapa versi, menurut Azwar
(1998:4) umumnya sikap dimasukkan ke dalam tiga kerangka pemikiran,
yaitu:
a. Kerangka pemikiran pertama diwakili oleh Louis Thurstone, Rensis
Likert, Charles Osgood yang mendefinisikan sikap sebagai bentuk
evaluasi atau reaksi perasaan terhadap suatu objek baik yang
mendukung dan yang tidak mendukung.
b. Pemikiran yang kedua diwakili oleh Chave, Bogardus, La Pierre,
Mead dan Gordon Allport yang mendefinisikan sikap sebagai suatu
pola perilaku tendensi atau kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu
objek dengan cara tertentu.
c. Kelompok yang ketiga diwakili oleh Secord dan Backman yaitu, sikap
merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan
konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan dan
berperilaku terhadap subjek.
Secord dan Bacman (1964) membagi sikap menjadi tiga komponen,
yaitu :
1) Komponen kognitif adalah komponen yang terdiri dari pengetahuan.
Pengetahuan inilah yang akan membentuk keyakinan dan pendapat
2) Komponen afektif adalah komponen yang berhubungan dengan
perasaan senang atau tidak senang, sehingga bersifat evaluatif.
Komponen ini erat hubungannya dengan sistem nilai yang dianut
pemilik sikap.
3) Komponen konatif adalah komponen sikap yang berupa kesiapan
seseorang untuk berperilaku yang berhubungan dengan objek sikap.
Sikap dipelajari pada periode waktu dan diorganisasi oleh pengalaman dan menimbulkan pengaruh tertentu terhadap perilaku seseorang. Dari definisi tersebut mempunyai implikasi tertentu yaitu pertama, sikap dapat dipelajari: kedua, sikap mendefinisikan predisposisi terhadap aspek-aspek yang diberikan dunia: ketiga, sikap memberikan dasar perasaan bagi hubungan antar pribadi dan identifikasi dengan orang lain: dan yang keempat, sikap diatur dan dekat dengan kepribadian (Gibson, 1996:4).
Sikap dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan diri individu.
Faktor lingkungan dan individu merupakan stimulus yang dapat
menentukan afeksi, kognitif, dan perilaku. Komponen dari afeksi adalah
emosional atau perasaan dan sikap yang dipelajari dari orang tua, guru,
dan teman dalam kelompok yang tanggapannya adalah suka atau tidak
suka, sedangkan kognitif komponennya terdiri dari persepsi, pendapat dan
keyakinan seseorang yang menghasilkan tanggapan pernyataan tentang
keyakinan kemudian perilaku suatu sikap berhubungan dengan
kecenderungan seseorang.
2. Pengukuran Sikap
Untuk dapat memahami sikap maka perlu dilakukan pengungkapan
a. Observasi perilaku yaitu pengamatan terhadap perilaku seseorang.
b. Pertanyaan langsung, asumsi yang mendasari metode pertanyaan
langsung adalah bahwa individu merupakan orang yang paling tahu
mengenai dirinya sendiri dan mengemukakan secara terbuka apa yang
dirasakannya.
c. Pengungkapan langsung adalah pengungkapan secara tertulis yang
dapat dilakukan dengan menggunakan item tunggal yaitu pernyataan
setuju atau tidak setuju dan menggunakan item ganda.
d. Metode yang keempat adalah dengan skala sikap yaitu dengan
menggunakan daftar pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh
individu. Pengukuran skala sikap dengan menggunakan daftar
pertanyaan yang harus dijawab oleh individu dalam hal ini berupa
pengungkapan sikap dengan menggunakan metode skala sikap model
Likert.
e. Metode yang kelima adalah pengukuran terselubung yang merupakan
objek pengamatan terhadap reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi di luar
kendali orang yang bersangkutan.
C. Partisipasi Dalam Proses Belajar
Istilah partisipasi seringkali digunakan untuk memberi kesan mengambil
bagian dalam sebuah aktivitas. Mengambil bagian dalam sebuah aktivitas
menentukan jalannya aktivitas tersebut dalam artian ikut menentukan
perencanaan dan pelaksanaan aktivitas tersebut.
Sehubungan dengan proses Pendampingan Belajar Masyarakat di
Perkampungan Sosial Pingit, partisipasi anak maupun orang tua sangat
dibutuhkan, karena partisipasi anak dalam proses belajar mengajar
mempunyai peranan yang cukup penting dalam berhasil tidaknya program
PBM dilaksanakan. Sedangkan partisipasi orang tua mempunyai peranan
penting dalam proses belajar anak.
Menurut Terry (1986:68) mengemukakan pendapatnya tentang partisipasi,
sebagai berikut :
“Partisipasi adalah turut sertanya seseorang baik secara mental maupun emosional untuk memberikan sumbangsih-sumbangsih kepada proses pembuatan keputusan, terutama mengenai persoalan-persoalan dimana keterlibatan pribadi orang yang bersangkutan dan orang yang bersangkutan melaksanakan tanggung jawabnya untuk melakukan hal tersebut.”
Dari pengertian yang diberikan oleh Terry (1986:68) dapat dijabarkan,
sebagai berikut :
1. Unsur keikut sertaan seseorang dalam pelaksanaan PBM ini khususnya
orang tua baik secara fisik dengan mengantar dan menunggui anak
belajar, membelikan alat belajar atau buku pelajaran dan secara mental
maupun emosional misalnya, dengan memberikan nasehat-nasehat melalui
kata-kata kepada anak supaya rajin belajar.
2. Unsur dorongan untuk bertanggung jawab dalam rangka mewujudkan
Partisipasi didasarkan atas prinsip psikologis yang menyatakan bahwa
orang lebih termotivasi kearah tujuan, di mana orang tersebut ikut membantu
menetapkannya dibandingkan dengan tujuan yang ditetapkan oleh pihak lain.
Di samping itu, orang akan lebih menaruh perhatiannya dalam
keputusan-keputusan pemecahan suatu problem di mana orang tersebut turut dalam
menetapkan keputusannya.
D. Peningkatan Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang setelah
mengalami prose belajar mengajar dalam periode tertentu dan berguna bagi
proses selanjutnya. Untuk mengetahui keberhasilan atau kegagalan seseorang
dalam belajar dapat ditunjukkan melalui hasil belajar yang telah dicapainya.
Sebelum membicarakan pengertian prestasi, terlebih dahulu akan
dikemukakan apa yang dimaksud dengan belajar.
1. Pengertian Belajar
Menurut Slameto (2003), belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dan interaksi dengan lingkungannya. Seperti perubahan tingkah
dengan serangkaian kegiatan misalnya, dengan membaca, mendengarkan,
meniru, dan sebagainya.
2. Pengertian Prestasi Belajar
a. Prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan dari
pelajaran-pelajaran yang diterima atau kemampuan menguasai mata pelajaran-pelajaran
yang diberikan guru dan prestasi belajar selalu dikaitkan dengan tes
hasil belajar / tes prestasi. (Mulyono 1990:700).
b. Prestasi Belajar adalah perubahan dalam hal kecakapan tingkah laku
ataupun kemampuan yang dapat bertambah selama beberapa waktu
dan tidak disebabkan oleh proses pertumbuhan, tetapi adanya situasi
belajar (Gagne, dalam Erma Yenny, 2000).
Prestasi belajar pada dasarnya merupakan hasil interaksi dari berbagai
faktor yang mempengaruhi proses secara keseluruhan. Faktor-faktor yang
berinteraksi tersebut berbeda antara satu individu dengan individu lainnya.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Slameto (1998:52-56) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar banyak jenisnya tetapi dapat digolongkan
menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah
faktor-faktor yang ada di dalam individu yang sedang belajar, sedangkan
faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor-faktor
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor intern meliputi :
2) faktor psikologis terdiri atas perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan, dan kelelahan.
b. Faktor ekstern meliputi :
1) faktor keluarga terdiri atas cara orang tua mendidik, relasi antar
anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi
keluarga.
2) faktor sekolah terdiri atas metode belajar, kurikulum, relasi antara
guru dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah,
keadaan gedung, metode belajar, dan tugas belajar.
3) faktor masyarakat terdiri atas kegiatan siswa dalam masyarakat,
media massa, teman bergaul, bentuk-bentuk kehidupan masyarakat.
E. Disiplin Dalam Proses Belajar
Pengertian disiplin sangat luas dan tidak memiliki batas yang jelas. Dalam
struktur ilmu istilah disiplin dimaknai sebagai ilmu. Dalam tulisan ini penulis
memaknai sebagai sikap dan perilaku kepatuhan yang tinggi yang sesuai
dengan aturan – aturan yang berlaku untuk melakukan sesuatu aktivitas
dengan hasil yang maksimal.
Disiplin yang mempunyai arti belajar ini dan pembentukan disiplin sangat
penting dalam tahap-tahap perkembangan dan pertumbuhan anak, baik dalam
lingkungan keluarga (orang tua), sekolah, dan masyarakat.
belajar yang baik juga merupakan suatu proses ke arah pembentukan watak
yang baik (Gie, 1989:51).
Pentingnya disiplin dalam proses pendidikan dalam hal ini pendampingan
belajar masyarakat, yaitu untuk mengajarkan hal-hal sebagai berikut :
1. Upaya untuk menanamkan kerja sama, disiplin dalam proses belajar
mengajar dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan kerjasama,
baik antar anak, anak dengan guru (praktikan PBM), maupun anak dengan
lingkungannya.
2. Rasa hormat terhadap orang lain, dengan ada dan dijunjung tingginya
disiplin dalam proses belajar mengajar setiap anak akan tahu dan
memahami tentang hak dan kewajibannya, serta akan menghormati dan
menghargai hak dan kewajiban orang lain.
3. Memperkenalkan contoh perilaku tidak disiplin, dengan menilai tingkat
kedisiplinan seperti memberikan contoh perilaku yang tidak disiplin
diharapkan siswa dapat menghindarinya atau membedakan mana perilaku
disiplin dan yang tidak disiplin.
Jadi disiplin belajar adalah melakukan kegiatan atau aktivitas rutin seperti
belajar dengan sungguh-sungguh penuh dengan ketekunan dan cara belajarnya
yang baik membawa hasil yang sangat memuaskan.. Selain itu, disiplin anak
akan berkembang kalau peserta didik terlibat langsung secara intensif dalam
F. Peningkatan Kemandirian Dalam Belajar 1. Hakekat Kemandirian
Kemandirian dalam belajar diartikan sebagai aktivitas belajar yang
berlangsung lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan
tanggung jawab sendiri dari kebutuhan belajar.
Konsep kemandirian dalam belajar bertumpu pada prinsip bahwa
individu yang belajar hanya sampai pada perolehan hasil belajar, mulai
keterampilan, pengembangan penalaran, pembentukan sikap sampai
kepada penemuan diri sendiri, apabila individu mengalami sendiri dalam
proses perolehan hasil belajar tersebut.
Manusia memiliki kebutuhan untuk mengaktualisasi diri, apabila
pengaktualisasian diri itu dapat diwujudkan, maka hal itu merupakan
pertanda bahwa individu itu telah mencapai tingkat pribadi yang semakin
luas lingkupnya dan demikian manusia menjadi lebih bersikap sosial. Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian adalah keadaan
seseorang yang dapat menentukan diri sendiri di mana dapat dinyatakan
dalam tindakan atau perilaku seseorang.
Untuk anak usia sekolah, urusan kemandirian dan tanggung jawab
tidaklah dapat diartikan bahwa anak mampu melakukan banyak hal dan
tanggung jawab, jika hal yang dilakukannya itu menimbulkan kesalahan
atau kerugian. Batas-batas kemandirian di usia ini (khususnya TK dan
sepatu sendiri. Mungkin bagi kita atau kakak-kakaknya yang sudah lebih
besar, hal itu sangatlah mudah. Tidak demikian halnya anak usia sekolah,
terkadang anak masih mengalami kesulitan untuk melakukannya, dan
perlu dibimbing.
Timbulnya kesadaran bahwa anak mampu untuk mengerjakan hal-hal
untuk dirinya sendiri akan memupuk rasa percaya diri bahwa anak
mampu. Dengan bimbingan tanpa menyalahkan kesalahan kecil yang
dibuatnya, dengan sendirinya bahwa anak dapat bertanggung jawab pada
pekerjaan-pekerjaan yang dapat dikerjakan sendiri. Rasa tanggung jawab
inilah yang kemudian menjadi bekal utama dalam menyelesaikan
pekerjaan di kemudian hari, khususnya dalam menyelesaikan pekerjaan
rumah dan menyelesaikan sekolah pada umumnya.
2. Aspek-aspek Kemandirian
Menurut Steinberg (1993) kemandirian secara psikososial tersusun
dari tiga bagian, yaitu :
a. Kemandirian Emosi, aspek kemandirian yang berhubungan dengan
perubahan kedekatan atau keterikatan hubungan emosional individu
terutama sekali dengan orang tua.
b. Kemandirian Bertindak, kemapuan untuk membuat keputusan secara
c. Kemandirian Nilai, kebebasan untuk memaknai seperangkat prinsip
tentang benar dan salah, yang wajib dan yang merupakan hak, apa
yang merupakan bagian penting dan bagian apa yang tidak penting.
G. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu penulis mengambil penelitian yang berjudul
“Pengaruh Pendampingan Tutor Terhadap Motivasi Belajar Warga Belajar
PKBM Taman Belajar Kecamatan Kenjeran, Surabaya”, oleh : Moh. Muzaqi.
S. Pd., Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga Surabaya, 2004.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sampel 100 orang warga
belajar dengan menggunakan teknik sampling random proporsional.
Komposisi sampel tersebut terdiri atas 15 warga belajar Kejar Paket A, 35
warga belajar Kejar Paket B, dan 50 warga belajar Kejar Paket C. Pengukuran
data didasarkan pada penilaian yang dilakukan responden melalui kuesioner
dengan menggunakan modifikasi Skala Likert. Teknik analis yang digunakan
adalah analisis regresi berganda dengan taraf signifikansi alpha sebesar 0,05.
H. Kerangka Konseptual
Berdasarkan landasan teoritis dalam tinjauan pustaka, maka di bawah ini
merupakan kerangka konseptual yang mencerminkan alur berpikir dan sebagai
Sikap Orang Tua Terhadap
Pelaksanaan PBM (metode, materi,
sumber belajar, kedisiplinan)
Pelaksanaan Program Sikap Orang Tua Terhadap
PBM Pencapaian Hasil PBM (prestasi,
disiplin, kemandirian)
Partisipasi Orang Tua Dalam proses
belajar anak
Dipilihnya pelaksanaan program Pendampingan Belajar Masyarakat di
Perkampungan Sosial Pingit Yogyakarta dalam penelitian ini karena intensitas
pendampingan yang dilakukan di daerah Pingit oleh Yayasan Sosial
Soegiopranoto (YSS) ini khususnya pada pendampingan belajar divisi anak
lebih besar dari pada pendampingan yang dilakukan oleh divisi orang tua.
Pendampingan yang dilakukan oleh para mahasiswa Universitas Sanata
Dharma sebagai praktikan PBM terhadap anak-anak Pingit dilaksanakan di
dalam kelas maupun di luar kelas atau di rumah. Pendampingan para praktikan
PBM di dalam kelas antara lain berupa mempersiapkan bahan-bahan/materi
pembelajaran, pada saat proses pembelajaran, maupun pasca kegiatan
pembelajaran. Sementara pendampingan PBM kepada anak-anak Pingit di luar
kelas atau di rumah ditekankan pada kemauan anak untuk menghadiri dan
mengikuti kegiatan pembelajaran secara rutin.
Pelaksanaan program Pendampingan Belajar Masyarakat di Pingit juga
di Pingit. Tumbuhnya kesadaran dan dukungan orang tua, seperti untuk
mengantar saat kegiatan PBM berlangsung dan membelikan peralatan belajar.
Dengan kata lain, dukungan penuh orang tua merupakan bagian paling inti
dalam rangka meningkatkan pembelajaran anak dan secara khusus orang tua
merupakan elemen yang paling menentukan terhadap keberhasilan anak dalam
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian kualitatif deskriptif (Dirjen Dikti, 1983, 20), yaitu berupaya keras
agar pembahasannya lebih cenderung kualitatif daripada kuantitatif, dengan
mendekati makna dan ketajaman analisis-logis dan juga dengan cara menjauhi
statistik.
Penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan
analisis dengan pendekatan induktif (Bungin, 2007:27). Penelitian kualitatif
bersifat deskriptif di sini mempelajari masalah dalam masyarakat, tata cara
yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi, sikap, pandangan, proses
yang sedang berlangsung; pengaruh dari suatu fenomena; pengukuran dari
suatu fenomena dalam masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis,
faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah
tertentu. Pada tahap ini, peneliti berusaha untuk menemukan fakta-fakta uji
hipotesis tentang hubungan-hubungan tersebut sehingga bisa diketahui
bagaimana sikap dan partisipasi orang tua terhadap pendampingan belajar
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih adalah di Perkampungan Sosial Pingit,
Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan Juni
2009. Alasan yang mendasari peneliti memilih Pingit sebagai tempat
penelitiannya karena peneliti sebelumnya sudah pernah terlibat di dalam
proses Pendampingan Belajar Masyarakat di PSP tersebut.
C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah orang tua dari anak yang mengikuti
kegiatan PBM di Perkampungan Sosial Pingit Yogyakarta.
2. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah sikap dan partisipasi terhadap
pelaksanaan program Pendampingan Belajar Masyarakat prodi PAK dan
PE.
D. Variabel Penelitian
Karena penelitian ini berangkat dari suatu hipotesis yang akan diuji
kebenarannya, maka definisi masing-masing variabel dalam penelitian ini
terdiri atas :
1. Variabel independen
Pendampingan Belajar Masyarakat di Perkampungan Sosial Pingit.
Adapun indikator dari masing-masing variabel independen adalah sebagai
berikut :
a. Sikap orang tua terhadap pelaksanaan program PBM
(Didasari oleh tanggung jawab orang tua terhadap anak atau orang
tualah orang pertama yang diharapkan mempunyai tanggung jawab
terhadap anak)
b. Sikap orang tua terhadap pencapaian hasil pelaksanaan program PBM
(Sebagai instrumen untuk mengukur apakah ada perubahan lebih baik
dalam proses belajar anak)
c. Partisipasi orang tua terhadap program PBM (Xз)
(Sebagai instrumen untuk mengukur apakah program PBM dapat
melaksanakan metode dan program belajar atau tidak)
2. Variabel dependen
Adapun yang menjadi variabel dependen adalah hasil pelaksanaan
program PBM di Perkampungan Sosial Pingit. Pelaksanaan program PBM
tersebut meliputi pelaksanaan metode dan program belajar PBM,
pencapaian hasil pelaksanaan program PBM (prestasi, disiplin, dan
kemandirian), serta partisipasi orang tua dalam proses belajar anak.
Variabel dependen ini berguna untuk mengukur sukses tidaknya program
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini berupa daftar pertanyaan wawancara yang
nantinya akan disampaikan kepada subyek penelitian untuk mengukur atau
mengetahui adanya pengaruh variabel independen kepada variabel dependen.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi 2 hal, yaitu jenis
dan sumber data serta metode pengambilan data.
1. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan jenis data primer, yaitu data yang
diperoleh secara langsung dari lapangan berkaitan dengan
variabel-variabel yang akan diteliti. Data primer tersebut bersifat kualitatif
berdasarkan hasil wawancara, sedangkan sebagai sumber data adalah
orang tua dari anak yang mengikuti kegiatan Pendampingan Belajar
Masyarakat di Perkampungan Sosial Pingit Yogyakarta.
2. Metode Pengambilan Data
Metode yang dipergunakan untuk pengambilan data dalam penelitian
ini adalah dengan metode wawancara atau interview, yaitu suatu proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab
atau metode untuk memperoleh jawaban melalui proses tanya jawab secara
langsung sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau
Teknik wawancara ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang
sikap dan partisipasi orang tua perkampungan sosial pingit terhadap
program pendampingan belajar masyarakat. Dilihat dari subjek dan objek
maka metode wawancara ini adalah bentuk wawancara individu dengan
individu, yaitu wawancara yang dilakukan antara seseorang dengan
lainnya.
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia
dengan untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra
mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya. Observasi partisipasi yang
dimaksud adalah pengumpulan data melalui observasi terhadap objek
pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan serta berada
dalam aktivitas kehidupan objek pengamatan. Dengan demikian, pengamat
betul-betul menyelami kehidupan objek pengamatan dan bahkan tidak
jarang pengamat kemudian mengambil bagian dalam kehidupan budaya
mereka.
Observasi juga merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
cara mengadakan pengamatan secara teliti, pencatatan yang sistematis, dan
secara langsung tentang keadaan Pendampingan Belajar Masyarakat di
Perkampungan Sosial Pingit. Teknik observasi ini digunakan untuk
mengumpulkan data tentang kesan umum sikap dan partisipasi orang tua
Perkampungan Sosial Pingit terhadap program Pendampingan Belajar
Terpenting dalam penjelasan ini adalah alasan mengapa metode ini
dilakukan, pada bagian masalah yang mana harus dilakukan wawancara
mendalam dan bagian masalah yang mana dilakukan observasi partisipasi,
atau keduanya dilakukan bersama-sama.
`
G. Teknik Analisis Data
1. Analisis Data Deskriptif-Kualitatif
Untuk menganalisis bagaimana sikap orang tua terhadap pelaksanaan
program Pendampingan Belajar Masyarakat prodi PAK dan PE di
Perkampungan Sosial Pingit, menggunakan analisis data
deskriptif-kualitatif. Dengan melakukan analisis data deskriptif-kualitatif ini, apakah
nantinya pelaksanaan PBM di Pingit para orang tua bersikap positif atau
negatif, dengan partisipasi para orang tua dapat meningkatkan atau tidak
dalam prestasi, disiplin, dan kemandirian belajar anak.
Semua teknis analisis data kualitatif berkaitan erat dengan metode
pengumpulan data, yaitu observasi dan wawancara. Bahkan terkadang suatu
teori yang dipilih berkaitan erat secara teknis dengan metode pengumpulan
data dan metode analisis data. Karena suatu teori biasanya pula
menyediakan prosedur metodis dan prosedur analisis data. Dengan
demikian, pengumpulan data dilakukan (wawancara dan observasi) melalui
tradisi analisis data tersebut. Peneliti seharusnya memilih teknik analisis
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang tersusun memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Dengan penyajian data yang
terkumpul, maka peneliti dapat memahami apa yang terjadi dan
menganalisisnya. Penyajian data dalam penelitian ini berbentuk teks naratif,
hal tersebut bertujuan agar peneliti tidak mengalami kesulitan dalam
penguasaan informasi baik secara keseluruhan maupun terpisah-pisah dari
data yang telah terkumpul.
3. Kesimpulan
Data yang telah terkumpul kemudian diambil kesimpulan yang terus
menerus selama penelitian berlangsung guna menjamin keabsahan dan
objektivitas data sehingga kesimpulan akhir bisa dipertanggungjawabkan.
Menarik kesimpulan dengan melihat pada data maupun penyajian data
sehingga kesimpulan yang diambil tidak menyimpang dari data yang
dianalisis.
H. Instrumen Pedoman Wawancara
Di bawah ini akan disajikan tabel rancangan pengembangan instrumen
atau daftar pedoman wawancara / interview dalam penelitian tentang sikap
dan partisipasi orang tua Perkampungan Sosial Pingit terhadap program
Pendampingan Belajar Masyarakat yang dilaksanakan oleh mahasiswa prodi
Tabel III.1
Daftar Pedoman Wawancara Sikap dan Partisipasi Responden Terhadap Pelaksanaan PBM
Variabel Indikator Nomor Item
1. Sikap orang tua
terhadap pelaksanaan
PBM
a. Sikap orang tua terhadap metode
pelaksanaan PBM
b. Sikap orang tua terhadap materi
pelaksanaan PBM
c. Sikap orang tua terhadap sumber
belajar pelaksanaan PBM
d. Sikap orang tua terhadap
kedisiplinan pelaksanaan PBM
a. Sikap orang tua terhadap
pencapaian hasil prestasi anak
setelah pelaksanaan PBM
b. Sikap orang tua terhadap
pencapaian hasil kemandirian anak
setelah pelaksanaan PBM
c. Sikap orang tua terhadap
pencapaian hasil kedisiplinan
setelah pelaksanaan PBM
5
6
7
3. Partisipasi orang tua
dalam proses belajar
anak dengan adanya
kegiatan PBM
a. Partisipasi orang tua dalam alokasi
waktu belajar bersama anak dengan
adanya kegiatan PBM
b. Partisipasi orang tua dalam
komunikasi/konsultasi dengan
penyelenggara PBM dengan
adanya kegiatan PBM
c. Partisipasi orang tua dalam alokasi
sarana dan prasarana belajar anak
8
9
BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. Kondisi dan Potensi Perkampungan Sosial Pingit Yogyakarta
Perkampungan Sosial Pingit (PSP) Yogyakarta merupakan sebuah
komunitas karya sosial yang dijiwai semangat Ignatian untuk terlibat dalam
melayani para keluarga tunawisma dan warga miskin perkotaan baik
anak-anak maupun orang dewasa dalam semangat kasih dan persaudaraan. PSP ini
selain membantu mereka juga memberikan bantuan dalam pendidikan
anak-anak TK sampai SMU. Mereka yang dibantu adalah mereka yang orang
tuanya tidak mampu untuk membiayai sekolahnya, bahkan anak jalanan yang
tidak bersekolah. PSP memberikan bantuan belajar dan pendampingan belajar
bagi anak-anak tersebut.
Saat ini terdapat kurang lebih 20 anak yang terdiri dari TK, SD, dan SMP,
dan anak yang tidak sekolah yang seusia dengan mereka dan membutuhkan
uluran tangan khususnya di bidang pendidikan. Oleh karena itu, PSP
membuka pintu lebar-lebar bagi siapa saja yang berkeinginan untuk
membantu baik secara material maupun secara spiritual ataupun menjadi
volunteer / pendamping anak belajar.
Di PSP saat ini terdapat 3 keluarga yang bertempat tinggal di rumah
sederhana yang disediakan PSP yang berlokasi di Kampung Pingit RT 01, RW
01, Kelurahan Badran, Kecamatan Jetis, Yogyakarta (di belakang Universitas
mengikuti kegiatan belajar tinggal di kampung Pingit dan termasuk 3 keluarga
yang tinggal di rumah singgah PSP itu bekerja sebagai pemulung, pedagang
kaki lima dan buruh kasar. Kegiatan di perkampungan sosial ini sudah ada
sejak tahun 1984.
1. Adapun secara rinci kondisi bangunan PSP adalah sebagai berikut: a) Kondisi gedung / bangunan
Gedung / bangunan yang digunakan untuk belajar anak-anak terbuat dari
bangunan semi permanen yaitu bangunan berupa tembok dan anyaman
bambu dan lantainya sudah disemen. Jumlah kelas ada 5 kelas, 1 kantor,
1 perpustakaan, dan 1 balai.
b) Halaman gedung
Halaman gedung cukup luas baik di depan rumah penduduk maupun
sekitar tempat belajar anak-anak.
c) Pagar bangunan
Bangunan yang terletak di pinggir sungai Winongo sudah ada tanggul
yang berfungsi untuk mencegah terjadinya longsor dan luapan air yang
melebihi kapasitas normal. Bangunan belum ada pagar permanen hanya
pagar bambu di beberapa tempat.
d) Kamar kecil
Kamar kecil di PSP ada dua kamar dengan tembok bata. Persediaan air
e) Rumah
Terdapat kurang lebih 11 kepala keluarga yang bisa menempati rumah
singgah PSP dan setiap kepala keluarga yang tinggal di rumah singgah
PSP maksimal boleh menempatinya selama 2 tahun.
f) Aula
Terdapat aula yang biasanya digunakan untuk tempat berkumpul
sebelum kegiatan belajar-mengajar dan sebagai tempat berekspresi.
Adapun kondisi lingkungan masyarakat Pingit sebagian besar
masyarakatnya bermata pencaharian sebagai pemulung, pedagang kaki
lima, tukang becak dan buruh kasar. Pendapatan yang mereka dapatkan
hanya untuk memenuhi sebagian besar anak-anak Pingit tidak mampu
mengenyam pendidikan sampai jenjang yang lebih tinggi, bahkan hanya
sampai tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).
2. Ruang kelas, Fasilitas belajar, Kantor, dan Sumber belajar a) Ruang kelas, terdiri dari lima ruang yaitu:
1) Ruang TK
2) Ruang untuk kelas I dan II
3) Ruang untuk kelas III dan IV
4) Ruang untuk kelas V dan VI
5) Ruang untuk SMP dan SMA
Ruang kelas untuk belajar berukuran 4 x 5 m yang masing-masing ruangan
dengan lampu TL 40wtt. Hanya saja keadaan kurang terawat dengan
bersih karena hanya mengandalkan tenaga dari volunteer (yaitu tenaga
sukarela yang membimbing anak-anak belajar / berkreativitas). Proses
belajar mengajar sering terganggu oleh keadaan kelas yang kurang
terawat. Ruangan kelas biasanya dibersihkan kalau ada kegiatan kerja
bakti atau sebelum kegiatan belajar dilaksanakan.
b) Keadaan fasilitas belajar
1) Papan tulis yang tersedia jarang digunakan sehingga kotor dan tidak
terawat.
2) Meja dan kursi cukup memadai, namun kurang nyaman karena coretan
kotor dan ada juga yang rusak.
3) Perpustakaan, tempatnya memadai, namun buku-buku bacaan kurang
memadai karena berdebu, kurang terawat, dan buku-buku banyak yang
tidak sesuai untuk bacaan anak-anak.
c) Dapur
Terdapat dapur sebagai tempat untuk mempersiapkan minum dan makanan
dengan perlengkapan yang mencukupi.
d) Kantor
Administrasi perkantoran PSP berada di Jl. Mataram 66 yang menjadi satu
dengan Yayasan Realino Seksi Pengabdian Masyarakat. Namun, sejak
bulan Oktober 2008 sudah pindah di Kolose St. Ignatius Kotabaru,
e) Sumber belajar
Kegiatan pendampingan belajar dilakukan setiap hari Senin dan Kamis
pada pukul 19.00 - 21.00, dilanjutkan evaluasi khusus bagi para volunteer
atau pendamping sampai dengan pukul 21.30 dan pada hari Sabtu ada
kegiatan pemberian keterampilan oleh kelompok PBM untuk membagikan
keterampilan yang dimilikinya, dan sudah disusun dalam program
pendampingan belajar masyarakat sejak awal serta waktu pelaksanaannya
pada pukul 17.00 - 19.00.
B. Permasalahan
Keadaan perekonomian keluarga yang minim berpengaruh pada minimnya
pengusahaan kebutuhan pendidikan anak. Hal ini dapat dilihat dari tingkat
pendidikan yang mayoritas hanya sampai tingkat pendidikan dasar. Begitu
juga dalam hal pemenuhan gizi dan kesehatan, kondisi seperti ini terjadi juga
di Pingit. Sebagian besar dari mereka berpenghasilan sangat minim, salah satu
akibat dari keminiman penghasilan tersebut adalah sedikitnya pengusahaan
kebutuhan akan pendidikan bagi anak-anak mereka.
Kesibukan orang tua dalam mencari nafkah menjadi kendala utama
kurangnya perhatian orang tua terhadap anak khususnya pembentukan sikap
dan watak anak. Hal ini menjadikan anak-anak kurang memiliki etika dalam
Situasi lingkungan sosial yang kurang mendukung mengakibatkan
masyarakat di daerah kampung Pingit dalam menyelesaikan masalahnya
cenderung pesimis seolah lari dari masalah bahkan tidak sedikit dari mereka
mengkonsumsi minuman keras sebagai pelarian. Kejadian seperti ini tentunya
akan berakibat buruk bagi masyarakat khususnya bagi perkembangan
anak-anak. Anak-anak akan cenderung lebih meniru kelakuan yang mereka lihat
dan yang terjadi di sekitar tempat tinggalnya.
Kenyataannya, ada potensi-potensi yang bisa digali dari Perkampungan
Sosial Pingit ini khususnya dari anak. Salah satunya berasal dari diri
masyarakat di Pingit, tidak sedikit anak yang mau berusaha belajar walaupun
dengan kondisi ekonomi yang minim dan juga banyak orang tua yang
mendukung anaknya untuk bersekolah walaupun mereka harus bekerja sangat
keras untuk mewujudkan harapan mereka pada anaknya.
Potensi lain yang bisa mendukung masyarakat Pingit untuk hidup lebih
baik adalah kehadiran volunteer / pihak lain yang ingin membagikan
keterampilan yang mereka miliki. Mereka tidak ingin mengajari orang di
perkampungan pingit dengan ajaran-ajaran yang mengharuskan mereka
menjadi lebih baik, tapi mereka berusaha menjadi teman bagi para orang tua
dan anak-anak yang ada di sana. Hal tersebut menjadikan para volunteer dapat
diterima dengan baik di lingkungan mereka.
Berdasarkan permasalah di atas, maka para praktikan mengadakan atau
Berharap dengan adanya program Pendampingan Belajar Masyarakat yang
dilaksanakan dapat membantu dan meningkatkan partisipasi orang tua
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Proses penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan bulan
Juni tahun 2009. Untuk mendapatkan data, penulis melakukan wawancara
langsung dengan 16 orang sebagai populasi orang tua yang anaknya mengikuti
kegiatan PBM di Kampung Pingit, Yogyakarta.
B. Analisis Data
Berikut ini disampaikan data yang diperoleh dari penelitian yang
dilakukan di Kampung Pingit, Yogyakarta.
1. Sikap orang tua terhadap pelaksanaan Pendampingan Belajar Masyarakat
a. Sikap orang tua terhadap metode pelaksanaan PBM
Wawancara yang dilakukan terhadap 16 orang responden, dapat diketahui bahwa 14 orang responden (87,50%) setuju tentang metode
pelaksanaan PBM dan 2 orang responden menjawab tidak tahu sebesar
Tabel V.1
Metode Pelaksanaan PBM Nomor
item
Metode PBM Jumlah %
1 Ya sesuai 14 87,50%
2 Tidak tahu 2 12,50%
Total 16 100%
Sumber : Data primer, 2009
b. Sikap orang tua terhadap materi pelaksanaan PBM
Mengenai materi pelaksanaan PBM juga dapat dilihat bahwa 14 (87,50%) responden menjawab sesuai dengan materi yang diberikan dan 2
(12,50%) responden menjawab tidak tahu. Hal ini dapat dilihat pada tabel
V.2.
Tabel V.2
Materi Pelaksanaan PBM Nomor
item
Materi PBM Jumlah %
1 Ya sesuai 14 87,50%
2 Tidak tahu 2 12,50%
Total 16 100%
c. Sikap orang tua terhadap sumber belajar pelaksanaan PBM
Mengenai penggunaan sumber belajar, semua responden (100%)
mengatakan bahwa sumber belajar yang disediakan dalam kegiatan PBM
sesuai dengan kebutuhan belajar anak. Hal ini bisa dilihat dari tabel
berikut :
Tabel V.3
Sumber Belajar Pelaksanaan PBM Nomor
item
Sumber Belajar PBM Jumlah %
1 Ya sesuai 16 100%
2 Tidak sesuai 0 0%
Total 16 100%
Sumber : Data primer, 2009
d. Sikap orang tua terhadap kedisiplinan pelaksanaan PBM
Dalam pelaksanaan pendampingan belajar masyarakat semua
responden (100%) menjawab bahwa kegiatan PBM selalu rutin
dilaksanakan sesuai jadwalnya yaitu setiap Senin, Kamis dan Sabtu. Hal
Tabel V.4
2. Sikap orang tua terhadap pencapaian hasil pelaksanaan program PBM a. Sikap orang tua terhadap pencapaian hasil prestasi anak setelah
pelaksanaan PBM (dilihat dari perkembangan nilai akademik anak) Berdasarkan tabel V.5 di bawah ini dapat dilihat bahwa semua responden melihat adanya perkembangan pada nilai akademik anak. Hal ini
dapat dilihat dari jawaban yang diberikan oleh responden (100%) yang
menjawab ada pencapaian prestasi anak setelah pelaksanaan PBM.
Tabel V.5
Pencapaian Prestasi Setelah Pelaksanaan PBM Nomor
item
Pencapaian Prestasi Jumlah %
1 Ya sesuai 16 100%
2 Tidak sesuai 0 0%
Total 16 100%
b. Sikap orang tua terhadap pencapaian hasil kemandirian anak setelah pelaksanaan PBM
Sedangkan, mengenai pencapaian hasil kemandirian anak setelah
pelaksanaan PBM dari 16 orang semua responden (100%) menjawab ada
pencapaian anak untuk belajar secara mandiri. Adanya motivasi anak untuk
belajar secara mandiri ini dapat dilihat di tabel V.6 berikut ini :
Tabel V.6
Pencapaian Kemandirian Setelah Pelaksanaan PBM Nomor
item
Pencapaian Kemandirian Jumlah %
1 Ya sesuai 16 100%
2 Tidak sesuai 0 0%
Total 16 100%
Sumber : Data primer, 2009
c. Sikap orang tua terhadap pencapaian hasil kedisiplinan setelah pelaksanaan PBM (dilihat dari waktu belajar anak secara rutin di rumah)
Mengenai pencapaian hasil kedisiplinan setelah pelaksanaan PBM ini
dapat dilihat bahwa tidak semua responden menjawab adanya kedisiplinan
anak dalam belajar secara rutin di rumah. Dari 16 orang responden ada 4