• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara tingkat stres dengan prestasi belajar pada siswa sekolah dasar yang memiliki kegiatan tambahan pelajaran - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan antara tingkat stres dengan prestasi belajar pada siswa sekolah dasar yang memiliki kegiatan tambahan pelajaran - USD Repository"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN PRESTASI

BELAJAR PADA SISWA SEKOLAH DASAR YANG MEMILIKI

KEGIATAN TAMBAHAN PELAJARAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Sri Harjanto

NIM: 049114046

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv MOTTO

Terbanglah Seperti Kupu-kupu dan Menyengatlah Seperti

Lebah.

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Tiada sesuatu yang lebih berharga dan saya tidak akan berarti

apa-apa tanpa kasih dari Ibunda.

Tugas Akhir Skripsi yang sederhana ini spesial saya persembahkan

untuk ibu sebagai wujud sujud dan baktiku atas segala dorongan,

(6)
(7)

vii

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SEKOLAH DASAR YANG MEMILIKI

KEGIATAN TAMBAHAN PELAJARAN

Sri Harjanto

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stres dengan prestasi belajar pada siswa sekolah dasar yang memiliki kegiatan tambahan pelajaran dalam hal ini les baik yang dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah. Jenis penelitian ini adalah korelasional. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara stress dengan prestasi belajar siswa. Subyek penelitian terdiri dari 86 siswa kelas V Sekolah Dasar yang berada di Surakarta. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan skala stres dan dengan metode dokumentasi untuk mendapatkan data prestasi belajar, yaitu dengan hasil nilai semester II siswa. Reabilitas skala stress diuji dengan metode koefisien reabilitas Alpha Cronbach dan diperoleh hasil 0,955 dari 46 item. Data dianalisis menggunakan uji Pearson Correlation dan menghasilkan nilai r sebesar -0,298 pada taraf signifikasi 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan ada hubungan negatif antara stres dengan prestasi belajar siswa, dapat diterima. Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi stres yang dialami siswa akan semakin menurunkan nilai prestasi belajarnya. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah tingkat stes yang dirasakan siswa maka tidak akan menurunkan prestasi belajar. Uji korelasi menunjukkan adanya hubungan antara stres dan prestasi belajar sebesr 29,8%. Hubungan ini tergolong cenderung kecil.

(8)

viii

THE CORRELATION BETWEEN STRESS AND THE STUDYING ACHIEVEMENT OF ELEMENTARY SCHOOL STUDENT WITH ADDITIONAL ACTIVITIES

Sri Harjanto

ABSTRACT

This purpose of the research is to find out the correlation between the stress of learning achievement in elementary school students who have additional activities. The type of the research is correlation. The hypothesis of the research is there is relation between negative stress with learning achievements of students. The subject of research consists of 86 elementary schools 5th grade students in Surakarta. Method of data collection is using stress scale and with methods of documentation. Reabilitas-scale stress tested by Cronbach Alpha coefficient methods reabilitas and obtained 0,955 from 46 items as the result. Data was analyzed using Pearson Correlation test and produce the value of r -0,298 on the significance 0.05. Those results showed that the research hypothesis asserts there is a negative relationship between stress with student learning achievements, are acceptable. So we can say that the higher the stress experienced by students will further lower the value of their learning achievements. The lower the perceived level of stress will not lowering the learning achievements. Correlation test demonstrated a connection between stress and learning achievement is 29.8%. This relationship is likely small.

(9)
(10)
(11)
(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

II. LANDASAN TEORI A. Stres ... 7

1. Definisi Stres ... 7

2. Gejala Stres ... 8

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres ... 12

(13)

xiii

1. Pengertian Belajar ... 17

2. Fungsi dan Tujuan Belajar ... 18

3. Pengertian Prestasi Belajar ... 18

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 19

C. Kegiatan Tambahan Pelajaran ... 23

1. Pengertian Kegiatan Tambahan Pelajaran ... 23

2. Tujuan Kegiatan Tambahan Pelajaran ... 23

3. Alasan Mengikuti Kegiatan Tambahan Pelajaran ... 24

4. Dampak Adanya Kegiatan Tambahan Pelajaran... 25

D. Dinamika Hubungan Antara Stres dan Prestasi Belajar ... 26

E. Hipotesis ... 29

III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 31

B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 31

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 31

D. Subyek Penelitian ... 32

E. Alat Pengumpulan Data ... 33

F. Uji Coba Instrumen ... 33

G. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data ... 35

H. Hasil Uji Coba ... 35

IV. PEMBAHASAN A. Proses Penelitian ... 40

B. Deskripsi Subyek Penelitian ... 41

C. Hasil Penelitian ... 41

(14)

xiv

1. Uji Normalitas ... 44

2. Uji Linearitas ... 45

3. Uji Hipotesis ... 45

E. Pembahasan ... 46

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 50

B. Keterbatasan Penelitian ... 50

C. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

LAMPIRAN Lampiran 1: Kuesioner Penelitian ... 55

Lampiran 2: Data Hasil Penelitian ... 58

Lampiran 3: Uji Kesahihan Butir Soal ... 62

Lampiran 4: Uji Asumsi Normalitas ... 63

Lampiran 5: Uji Asumsi Linearitas ... 64

Lampiran 6: Uji Korelasi Bivariat ... 65

(15)

xv DAFTAR TABEL

No Nama tabel Hal

1. Blue print skala stres sebelum try out 34

2. Distribusi Butir Soal Skala Stres Setelah Uji Validitas 37 3.

4.

Deskripsi Data Penelitian

Hasil Mean Teoritis, Mean Empiris dan Standar Deviasi

41 41

5. Hasil Uji Normalitas 43 6. Hasil Uji Linearitas 44

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan hal yang dianggap paling utama bagi

anak-anak. Sejak dini, orang tua sudah memikirkan perkembangan kecerdasan anak-anak.

Pada masa awal anak-anak, anak-anak diberi berbagai macam permainan yang

dianggap mendidik seperti puzzle, plastisin, dan lain sebagainya. Di usia yang

dianggap cukup, anak-anak diikutsertakan dalam kegiatan bermain seperti

playgroup. Di usia sekolah, di luar pembelajaran yang diberikan di sekolah,

orang tua juga menginginkan pendidikan tambahan bagi anak-anak. Sering

ditemui orang tua mengikutsertakan anak dalam berbagai kegiatan tambahan

pelajaran. Kegiatan tambahan pelajaran ini bisa berupa tambahan pelajaran di

dalam sekolah, kegiatan kursus yang diadakan oleh guru di luar sekolah,

maupun kegiatan kursus yang disediakan oleh lembaga-lembaga pendidikan di

luar sekolah.

Setiap orangtua menginginkan anaknya berprestasi. Dengan kegiatan

tambahan pelajaran ini, orang tua berharap anaknya dapat memperoleh

prestasi yang memuaskan. Berdasarkan informasi awal yang didapat dari

wawancara dengan wali kelas V SD N Pajang 1 Ibu Christina Sri Karningsih

pada tanggal 15 Juni 2012, Bapak Surahjiatun wali kelas V SD Mangkuyudan

pada tgl 15 Juni 2012, dan Ibu Daryanti wali kelas V SD Kabangan pada tgl

(17)

tambahan pelajaran di luar sekolah. Disamping itu, pihak sekolah juga

memberikan tambahan pelajaran diluar jam sekolah. Ibu Daryanti

menambahkan bahwa kegiatan tambahan ini dianggap perlu seiring dengan

tuntutan prestasi yang dinilai semakin meningkat bagi siswa.

Orangtua mengharapkan anaknya memperoleh jaminan masa depan

yang cerah. Dengan prestasi yang baik, seorang anak yang duduk di Sekolah

Dasar dapat melanjutkan pendidikannya di Sekolah Lanjutan yang dianggap

favorit, karena siswa harus memiliki Nilai Ujian Nasional (UN) yang cukup

untuk dapat mendaftar di sekolah-sekolah tersebut. Harapan untuk bisa

bersekolah di sekolah favorit ini terkait dengan tuntutan sosial yang berasumsi

bahwa sekolah favorit merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan orang tua

dalam mendidik anak.

Prestasi belajar semakin terasa penting karena mempunyai beberapa

fungsi utama, antara lain: (1) prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan

kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa, (2) prestasi belajar sebagai

lambang pemuasan hasrat ingin tahu, hal ini didasarkan atas asumsi para ahli

psikologi yang biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi keingintahuan

(couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia (Moslow, 1984),

termasuk kegiatan siswa dalam suatu program, (3) prestasi belajar sebagai

bahan informasi dalam inovasi pendidikan karena prestasi belajar dapat

dijadikan pendorong bagi siswa dalam meningkatkan mutu pendidikan, (4)

prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi

(18)

indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan, indikator ekstern

dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator

tingkat kesuksesan siswa di masyarakat, (5) prestasi belajar dapat dijadikan

indikator terhadap daya serap (kecerdasan) siswa. (Arifin, 2009)

Prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh setelah mengikuti

pendidikan atau latihan tertentu yang hasilnya bisa ditentukan dengan

pemberian tes akhir pendidikan (Chasiyah, 2002). Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa prestasi belajar merupakan tolok ukur dari keberhasilan

proses pembelajaran itu sendiri.

Prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh faktor internal maupun

eksternal. Faktor internal merupakan aspek-aspek yang datang dari diri siswa

seperti faktor jasmani (kesehatan, cacat tubuh), faktor psikologis (intelegensi,

perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kesiapan), serta faktor

kelelahan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri

siswa seperti faktor lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Faktor

keluarga dikatakan dapat mempengaruhi prestasi belajar. Lingkungan keluarga

yang tidak nyaman untuk belajar dapat menjadi salah satu penyebab prestasi

akademis yang tidak sesuai dengan harapan. Adapun faktor lingkungan

keluarga ini meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga,

suasana rumah, keadaan sosial keluarga, tuntutan dalam keluarga, dan

semacamnya. Di sisi lain, faktor sekolah juga berpengaruh dalam prestasi

akademis. Faktor sekolah ini meliputi metode pengajaran, kurikulum, relasi

(19)

akan dapat menyerap pelajaran dengan optimal jika metode pengajaran dan

kurikulum yang diberikan tepat. Sedangkan faktor masyarakat meliputi

kegiatan siswa, teman bergaul dan bentuk kehidupan bermasyarakat. (Slameto,

1995)

Menurut Rismiyati (2009) dan Smith & Renk (2007), faktor internal

IQ (kecerdasan intelektual) bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar seseorang, tetapi ada faktor internal lain yang dapat

mempengaruhi prestasi belajar seseorang, salah satunya adalah stres.

Penelitian Mahan dan Schaughnessy (1999) mengungkapkan bahwa faktor-

faktor penyebab stres siswa dipersentasekan sebagai berikut: (1) berkaitan

dengan akademik (26%), konflik dengan orangtua (17%), (3) berkaitan dengan

hubungan sosial (15%), (4) masalah finansial (10%) dan (5) pindah rumah

atau sekolah (5%). Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa sebagian

besar siswa mengalami stres karena akademik. Oleh karena itu, dalam

penelitian ini, penulis ingin membahas lebih dalam mengenai faktor internal

yang dapat mempengaruhi prestasi belajar, yaitu stres akademik.

Stres merupakan salah satu hal yang tidak dapat dianggap remeh, stres

yang berkelanjutan dapat mempengaruhi prestasi belajar. Seseorang yang

mengalami stres sulit untuk berkonsentrasi. Rasa sulit berkonsentrasi ini akan

menurunkan kualitas belajar siswa sehingga berdampak pada penurunan

prestasi akademik. Stres merupakan suatu tanggapan dalam menyesuaikan diri

yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologis, sebagai

(20)

peristiwa yang mereka rasakan sebagai ancaman kesehatan fisik atau

psikisnya.

Adapun stres pada anak dapat terjadi ketika anak mengalami beban

yang dinilai terlalu berat. Dalam hal ini, proses belajar dapat menjadi salah

satu sumber tekanan yang dialami anak. Baumel (2000) mengatakan bahwa

stres akademik dapat muncul ketika harapan untuk pencapaian prestasi

akademik meningkat, baik dari orang tua, guru maupun teman sebaya. Stres

dibidang akademik dapat terjadi karena adanya kesenjangan antara tuntutan

lingkungan pada prestasi akademik dengan kemampuan siswa untuk

mencapainya, sehingga situasi tersebut mengakibatkan respon dalam diri

siswa baik secara fisik maupun psikologis. Seorang anak dapat saja menjadi

stres karena merasa bahwa kegiatan tambahan pelajaran yang diikutinya

merupakan suatu tuntutan yang berlebih bagi dirinya.

Dari uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian mengenai hubungan antara stres akademik dengan

prestasi belajar pada anak Sekolah Dasar yang memiliki kegiatan tambahan

pelajaran.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti membuat rumusan masalah

seperti berikut: adakah hubungan antara stres akademik dengan prestasi

(21)

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan

antara stres akademik dengan prestasi belajar pada siswa Sekolah Dasar yang

memiliki kegiatan tambahan pelajaran.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat praktis

Memberikan Informasi kepada pembaca pada umumya, dan kepada orang

tua dan praktisi pendidikan pada khususnya, mengenai hubungan antara

stres terhadap kegiatan tambahan pelajaran dengan prestasi siswa Sekolah

Dasar.

2. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan dalam

kepustakaan psikologi, khususnya psikologi pendidikan dan psikologi

perkembangan tentang hubungan antara stres anak terhadap kegiatan

(22)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

A. STRES

1. Definisi Stres

Stres merupakan sebuah label untuk gejala psikologis yang

mendahului penyakit, reaksi ansietas, ketidaknyamanan dan banyak

keadaan lain. Stres juga sebagai stimulus, stres sebagai respon dan stres

sebagai stimulus-respon. Stres sebagai stimulus merupakan pendekatan

yang menitik beratkan pada lingkungan. Definisi stimulus memandang

stres sebagai suatu kekuatan yang menekan individu untuk memberikan

tanggapan terhadap stresor. Pendekatan ini memandang stres sebagai

konsekuensi dari interaksi antara stimulus lingkungan dengan respon

individu.

Pendekatan stimulus-respon mendefinisikan stres sebagai

konsekuensi dari interaksi antara stimulus lingkungan dengan respon

individu. Stres dipandang tidak sekedar sebuah stimulus atau respon,

melainkan stres merupakan hasil interaksi unik antara kondisi stimulus

lingkungan dan kecenderungan individu untuk memberikan tanggapan.

Atkinson (2001) mendefinisikan stres sebagai suatu tanggapan

dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan

proses psikologis, sebagai konsekuensi dari tindakan. Stres terjadi jika

(23)

ancaman kesehatan fisik atau psikisnya. Seseorang cenderung mengalami

stres apabila dirinya kurang mampu mengadaptasikan keinginan dengan

kenyataan yang ada, baik kenyataan yang adahhj dalam diri maupun diluar

dirinya. Hal tersebut dapat pula disebabkan oleh ketidaktahuan individu

akan keterbatasan-keterbatasan yang ada dalam dirinya (Anoraga, 1992).

Menurut Santrock (2003), stres adalah respon individu terhadap

keadaan atau kejadian yang memicu stres (stressor), yang mengancam dan

mengganggu kemampuan seseorang untuk menanganinya (coping). Pada

saat individu menderita stres karena situasi dimana individu berhadapan

dengan tuntutan dari lingkungannya, maka individu cenderung diharuskan

atau terpaksa untuk berubah dalam suatu hal atau cara tertentu untuk

menangani stres yang dideritanya (Darley, Glucksberg & Kinchla, 1991)

Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

stres merupakan suatu tanggapan dari sebuah keadaan yang mengenai

individu. Stres adalah suatu respon individu sebagai hasil dari interaksi

antara individu dengan lingkungannya terhadap kondisi, hal atau kejadian

yang mengancam, menekan atau mengganggu individu, dimana dalam

interaksi tersebut terjadi kesenjangan antara tuntutan dari lingkungan

dengan sumber daya yang dimiliki sehingga menyebabkan terjadinya

perubahan pada fisiologis, psikologis, serta perilaku pada individu

2. Gejala Stres

Hardjana (1994) menerangkan gejala stres dalam beberapa segi :

(24)

a. Gejala fisikal

Sakit kepala, insomnia, sakit punggung, diare, radang usus, sembelit,

gatal pada kulit, urat leher dan bahu tegang, saluran pencernaan

terganggu, tekanan darah tinggi, serangan jantung, berkeringat terlalu

banyak, dll.

b. Gejala emosional

Gelisah, sedih, depresi, mudah menangis, suasana hati berubah dengan

cepat, mudah marah, gugup, merasa tidak aman, terlalu peka, mudah

tersinggung, mudah menyerang orang dan bermusuhan.

c. Gejala intelektual

Susah berkonsentrasi, sulit membuat keputusan, pelupa, pikiran kacau,

daya ingat menurun, sering melamun, kehilangan rasa humor yang

sehat, prestasi kerja yang menurun, pikiran dipenuhi oleh satu pikiran

saja.

d. Gejala interpersonal

Kehilangan kepercayaan kepada orang lain, mudah

mempermasalahkan orang lain, mudah membatalkan janji atau tidak

memenuhinya, suka mencari kesalahan orang lain, suka menyerang

orang dengan kata-kata, mendiamkan orang lain, mengambil sikap

terlalu membentengi dan mempertahankan diri.

Menurut Greene (2003), gejala stres dapat berupa tanda-tanda

(25)

a. Fisik, yaitu sulit tidur atau tidur tidak teratur, sakit kepala, sulit buang

air besar, adanya gangguan pencernaan, radang usus, kulit gatal-gatal,

punggung terasa sakit, urat-urat pada bahu dan leher terasa tegang,

keringat berlebihan, berubah selera makan, tekanan darah tinggi atau

serangan jantung, kehilangan energi.

b. Emosional, yaitu marah-marah, mudah tersinggung dan terlalu sensitif,

gelisah dan cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, sedih, mudah

menangis dan depresi, gugup, agresif terhadap orang lain dan mudah

bermusuhan serta mudah menyerang, dan kelesuan mental.

c. Intelektual, yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun,

sulit untuk berkonsentrasi, suka melamun berlebihan, pikiran hanya

dipenuhi satu pikiran saja.

d. Interpersonal, yaitu acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan

pada orang lain menurun, mudah mengingkari janji pada orang lain,

senang mencari kesalahan orang lain atau menyerang dengan

kata-kata, menutup diri secara berlebihan, dan mudah menyalahkan orang

lain.

Menurut Sarafino (1994), terdapat 4 pola gangguan yang dapat

dikatakan sebagai respon dari stress :

a. Biologis

Gangguan yang mungkin timbul dalam aspek ini adalah tegang,

(26)

menerus, perut terasa sakit, nafas terasa sesak, sulit tidur, tangan dan

kaki terasa dingin.

b. Emosi

Pola gangguan yang mungkin timbul dalam aspek ini adalah perasaan

cemas, mudah tersinggung, marah, gelisah, depresi, terlalu sensitif,

mudah menangis, gugup, merasa bersedih, dan perasaan bersalah.

c. Kognisi

Pola gangguan yang mungkin timbul dalam aspek ini adalah gangguan

fungsi pikir, kurang konsentrasi, daya ingat, dan tidak mampu

mengambil keputusan.

d. Sosial

Pola gangguan yang mungkin timbul dalam aspek ini adalah pada etos

kerja, keterlibatan dengan masyarakat, kemampuan bersosialisasi,

efektivitas hubungan interpersonal, dan peran sosial.

Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas mengenai gejala stres

dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal yang merupakan gejala-gejala

stres antara lain adanya gangguan yang menyerang diri seseorang secara

fisik misalnya sakit kepala, buang air terus menerus, jantung

berdebar-debar dll, emosional terganggu misalnya merasa cemas, mudah

tersinggung, gelisah gugup dll, sulit berkonsentrasi dan hilangnya

(27)

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres

Terdapat dua faktor penyebab atau sumber munculnya stres, yaitu

faktor lingkungan dan faktor personal (Dwiyanti, 2001). Faktor

lingkungan dapat berupa kondisi fisik, maupun hubungan sosial di

lingkungan. Sedang faktor personal bisa berupa tipe kepribadian,

peristiwa/pengalaman pribadi maupun kondisi sosial-ekonomi keluarga di

mana pribadi berada dan mengembangkan diri. Betapapun faktor kedua

tidak secara langsung berhubungan dengan kondisi pekerjaan, namun

karena dampak yang ditimbulkan pekerjaan cukup besar, maka faktor

pribadi ditempatkan sebagai sumber atau penyebab munculnya stres.

Sedangkan menurut Smet (1994), faktor-faktor yang

mempengaruhi stres adalah sebagai berikut:

a. Variabel dalam diri individu

Umur, tahapan kehidupan, jenis kelamin, temperamen, faktor genetik,

intelektual, kebudayaan, status ekonomi, kondisi fisik dan sistem

berfikir.

b. Karakteristik kepribadian

Introvet-ekstrovet, kestabilan secara umum, kepribadian, locus of

control, kekebalan dan ketahanan.

c. Variabel sosial kognitif

Dukungan sosial yang dirasakan, jaringan sosial dan kontrol pribadi

yang dirasakan.

(28)

Dukungan sosial yang diterima dan integrasi dalam jaringan sosial.

e. Strategi coping

Rangkaian respon yang melibatkan unsur-unsur pemikiran guna

mengatasi permasalahan sehari-hari dan stressor yang menyangkut

tuntutan serta ancaman yang berasal dari lingkungan sekitar.

Sarafino (dalam Smet, 1994) menambahkan faktor-faktor yang

mempengaruhi stres antara lain :

a. Dari dalam diri seseorang, meliputi sakit dan konflik, trauma masa

lalu.

b. Keluarga

Stres di sini dapat bersumber dari interaksi antara para anggota

keluarga seperti perselisihan, perasaan saling acuh tak acuh,

tujuan-tujuan yang saling berbeda dan keadaan keluarga (seperti status sosial

ekonomi, ayah yang sakit). Perkembangan jiwa anak sangat

dipengaruhi oleh bagaimana peran orangtua/keluarga sebagai

lingkungan eksternal pertama bagi anak.

c. Dari dalam komunitas dan lingkungan

1) Pekerjaan

a) Tuntutan kerja, karena mungkin pekerjaan terlalu banyak dan

jenis pekerjaan.

b) Pekerjaan-pekerjaan yang menuntut tanggung jawab bagi

(29)

2) Lingkungan

Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik seperti

kebisingan, suhu terlalu panas, kesesakan, angin badai dan

termasuk juga didalamnya stressor secara makro seperti kecelakaan

lalu lintas, bencana nuklir dan faktor sekolah.

Secara ringkas Atkinson (2001) mengatakan bahwa ada dua unsur

pokok yang menyebabkan stres :

a. Faktor internal, yaitu stres yang berasal dari dalam diri individu

1) Stres dapat bersumber dari penyakit

Penyakit dapat membawa tuntutan fisik dan psikologis pada

seseorang. Tinggi rendahnya dan berat ringannya tuntutan

tergantung dari jenis penyakit dan usia orang yang menderita.

Penyakit ringan pada umumnya mendatangkan stres yang ringan,

tetapi penyakit berat (seperti penyakit jantung) pada umumnya

mengakibatkan stres yang lebih berat. Jika anak sakit, maka dia

hanya ingin sembuh, perhatiannya terbatas pada hilangnya rasa

sakit pada saat itu saja, tetapi jika orang dewasa sakit, maka dia

tidak hanya berfikir tentang penyakit dan saat sakit tetapi juga

akibat yang ditimbulkan penyakit dan masa-masa sesudah sakit.

2) Stres dapat bersumber dari pertentangan dan konflik

Hidup ini terdiri dari berbagai pilihan. Ketika terjadi proses

(30)

Jika seseorang dihadapkan pada suatu konflik, maka kemungkinan

ia akan mengalami stres.

b. Faktor eksternal, yaitu stres yang berasal dari luar individu misalnya

keluarga dan lingkungan.

1) Stres dari dalam keluarga

Keluarga merupakan kesatuan ini dalam masyarakat, setiap

anggota akan mempunyai perilaku, kebutuhan dan kepribadian

yang berbeda-beda. Oleh karena itu konflik antar anggota keluarga,

peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan anggota keluarga dapat

juga menjadi penyebab stres, misalnya kelahiran anak, ada anggota

keluarga yang sakit atau kematian anggota keluarga.

2) Stres dari dalam lingkungan

Ada dua lingkungan yang menyebabkan stres, yaitu :

a) Lingkungan kerja

Penyebab stres dari lingkungan kerja adalah tanggung jawab,

lingkungan fisik kerja, hubungan antar manusia, jenjang karier

dan keamanan dalam bekerja.

b) Lingkungan sekitar

Penyebab stres dari lingkungan sekitar adalah tempat yang

berjubel, suara bising, kekurangan tempat bergerak dan kurang

udara segar. Lingkungan yang tidak padat pun dapat

menimbulkan stres bila penuh dengan suara bising dan keras

(31)

Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli di atas,

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi stres, dapat disimpulkan sebagai

berikut :

a. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam individu termasuk

didalamnya :

1) Variabel dalam diri individu : umur, tahapan kehidupan,

temperamen, faktor-faktor genetik, intelektual, pendidikan,

kebudayaan, status sosial ekonomi, penilaian terhadap situasi yang

menyebbakan stres dan kondisi fisik.

2) Karakteristik kepribadian : introvert-extravert, kestabilan emosi

secara umum, kepribadian, locus of control, kekebalan dan

ketahanan.

3) Strategi coping : respon yang melibatkan unsur-unsur berpikir

untuk mengatasi permasalahan sehari-hari dan stressor yang

menyangkut tuntutan dan ancaman yang berasal dari lingkungan

sekitarnya.

4) Penyakit, penyakit dapat membawa tuntutan fisik dan psikologis

pada seseorang.

5) Konflik, pada waktu seseorang dihadapkan pada pilihan maka

individu dihadapkan pada suatu konflik.

b. Faktor eksternal, yaitu stres yang berasal dari luar individu, termasuk

(32)

1) Variabel sosial kognitif : dukungan sosial yang dirasakan, jaringan

sosial, kontrol pribadi, dan keluarga.

2) Hubungan dengan lingkungan sosial : dukungan sosial yang

diterima, integrasi dalam jaringan sosial, lingkungan dan pekerjaan.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi stres adalah :

a. Faktor internal termasuk didalamnya variabel dalam diri individu,

karakteristik kepribadian, strategi coping, penyakit dan konflik.

b. Faktor eksternal termasuk didalamnya variabel sosial kognitif dan

hubungan dengan lingkungan sosial.

B. PRESTASI BELAJAR

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seorang siswa

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan sebagai hasil pengamatannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya (Slameto, 1995).

W.S. Winkel (dalam Max Darsono, 2004), menjelaskan bahwa

belajar adalah suatu aktifitas, mental/psikis yang berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam

pengetahuan-pengetahuan, ketrampilan dan nilai sikap.

Maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perbuatan atau

(33)

menuju ke arah yang lebih maju. Dalam hal ini, kemajuan yang dimaksud

bukan aspek intelektual atau salah satu aspek saja, tetapi juga meliputi

semua aspek yang ada di dalam pribadi termasuk perilaku.

2. Fungsi dan Tujuan Belajar

Fungsi belajar adalah untuk merubah tingkah laku atau penampilan

dengan serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati,

mendengarkan, meniru dan lain sebagainya (Sardiman, 2000). Sardiman

(2000), mengatakan bahwa tujuan belajar ada tiga (3) jenis yaitu:

a. Untuk mendapatkan pengetahuan

b. Penanaman konsep dan ketrampilan jasmani

c. Pembentukan sikap

Oemar Hamalik (1999), menjelaskan bahwa tujuan belajar adalah

didasarkan atas kebutuhan dan motivasi tertentu, dilaksanakan dengan

latihan-latihan, membentuk hubungan asosiasi dan melalui penguatan,

bersifat keseluruhan yang menitikberatkan pemahaman berpikir kritis dan

reorganisasi pengalaman dihadapkan kepada masalah dan kesulitan yang

perlu dipecahkan.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi dan

tujuan belajar adalah untuk meningkatkan kemampuan belajar dan tingkat

kemandirian siswa yang menitikberatkan pada pemahaman berpikir kritis

dan reorganisasi pengalaman.

(34)

Prestasi belajar merupakan indikator hasil belajar siswa akibat dari

kegiatan belajar mengajar yang dilakukan. Prestasi akademik pada tiap

semester menjadi dasar untuk melihat sejauh mana hasil belajar yang

dicapai siswa bermanfaat untuk meningkatkan prestasi akademik yang

sudah diperoleh. Steinberg (2002) memaparkan prestasi sebagai

keseluruhan perkembangan motif, kemampuan, minat dan perilaku yang

berhubungan dengan performansi siswa dalam situasi evaluatif.

Selanjutnya, ia mendefinisikan prestasi belajar dalam tiga arti, yaitu:

a. School performance, yaitu nilai akademik yang didapat siswa

disekolah.

b. Academicachievement, yaitu perfomansi siswa dalam suatu tes.

c. Educationalattainment, yaitu lama waktu yang dibutuhkan siswa untuk

menyelesaikan suatu jenjang pendidikan.

Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar adalah indikator hasil belajar siswa dari keseluruhan perkembangan

motif, kemampuan, minat, dan perilaku siswa. Indikator ini diwujudkan

dengan nilai akademik yang didapat siswa disekolah, performansi siswa

dalam suatu tes, dan lama waktu yang dibutuhkan siswa untuk

menyelesaikan suatu jenjang pendidikan.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Dakir (1982), menjelaskan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar yaitu:

(35)

1) Kondisi fisik, kondisi fisik di bedakan menjadi dua bagian yaitu

kondisi fisik umum dan kondisi fisik khusus. Kondisi fisik umum

misalnya kesehatan jasmani /badan, keadaan gizi dan sebagainya.

Kondisi fisik khusus juga sangat mempengaruhi belajar yaitu

keadaan panca indera terutama indera penglihatan dan indera

pendengaran.

2) Kondisi psikologis, ada beberapa faktor psikologis yang dapat

mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa, faktor-faktor

tersebut adalah kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi,

kemampuan kognitif.

3) Kondisi sosial ekonomi.

b. Faktor dari luar yang meliputi:

1) Pembimbing atau guru

2) Kurikulum

3) Sarana dan prasarana

Menurut Bimo Walgito (1980), faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar adalah faktor anak atau individu yang belajar, faktor lingkungan

anak, faktor bahan atau materi yang dipelajari. Berikut ini adalah

faktor-faktor mempengaruhi prestasi belajar:

a. Faktor anak atau individu yang belajar

Faktor individu adalah faktor yang penting. Anak suka belajar

atau tidak tergantung pada anak itu sendiri. Mungkin faktor-faktor lain

(36)

kemauan untuk belajar maka proses belajar itu tidak terjadi.

Faktor-faktor dari anak itu terdiri dari:

1) Faktor fisik

Agar prestasi belajar menjadi lebih baik maka fisik harus

dalam kondisi baik dalam arti sehat. Oleh sebab itu untuk menjaga

kesehatan badan perlu menjaga aktivitas fisik (bergerak badan)

sebagai selingan belajar untuk menjaga agar badan selalu dalam

kondisi baik. Orang yang tubuhnya sehat akan mempunyai

pengaruh yang besar terhadap proses belajarnya. Sebaliknya orang

yang tubuhnya tidak sehat (sakit) akan berpengaruh tidak baik pula

terhadap proses belajar yang dilakukannya.

2) Faktor psikis

Individu harus mempunyai kesiapan mental untuk

mengahadapi tugas yang perlu dipelajari. Kesiapan mental ini akan

mempengaruhi:

a) Motif, adalah hal penting dalam manusia untuk berbuat

(kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk

melakukan sesutu).

b) Minat, adalah suatu gejala psikis yang didalamnya terkandung

perasaan senang dan menunjukkan adanya pemusatan perhatian

terhadap suatu obyek tertentu.

c) Konsentrasi, merupakan aktivitas yang tertuju pada sesuatu

(37)

d) Intelegensi, menurut Binet yang dikutip oleh Thulus Hidayat

(1987), “kemampuan untuk menggunakan dan

mempertahankan kesiapan mental dan merupakan kemampuan

untuk menyelesaikan diri terhadap tujuan yang akan dicapai

dan merupakan kekuatan dari kritik terhadap diri sendiri

e) Ingatan, pengulangan terhadap materi atau obyek tertentu agar

yang dipelajari itu tetap dalam ingatan.

b. Faktor lingkungan anak

Dalam proses belajar faktor lingkungan juga memegang

peranan yang penting. Oleh karena itu hal ini harus mendapat perhatian

yang sebaik-baiknya. Faktor lingkungan anak itu terdiri dari: tempat

belajar, alat-alat untuk belajar, suasana, waktu belajar, pergaulan anak.

c. Faktor bahan atau materi yang dipelajari

Bahan yang dipelajari akan menentukan cara atau metode

belajar apa yang akan ditempuhnya. Jadi, tehnik atau metode belajar

akan dipengaruhi atau ditentukan oleh macam materi yang dipelajari.

Belajar tentang pelajaran eksakta akan berbeda dengan cara belajar

yang bersifat mata pelajaran sosial.

Menurut Slameto (1995), faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar adalah:

a. Faktor Internal, dibagi menjadi tiga yaitu:

(38)

2) Faktor psikologis yang meliputi: intelegensi, perhatian, minat,

bakat, motif, kematangan, kesiapan

3) Faktor kelelahan

b. Faktor Eksternal dibagi menjadi:

1) Faktor keluarga yang meliputi: cara orang tua mendidik, relasi

antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan sosial keluarga,

pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan

2) Faktor sekolah yang meliputi: metode pengajaran, kurikulum,

relasi guru dengan siswa, realasi siswa dengan siswa, disiplin

sekolah.

3) Faktor masyarakat yang meliputi: kegiatan siswa, media massa,

teman bergaul, bentuk kehidupan bermasyarakat.

C. KEGIATAN TAMBAHAN PELAJARAN

1. Pengertian kegiatan tambahan pelajaran

Masyarakat awam seringkali menyebut kegiatan tambahan

pelajaran dengan istilah les. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2005) les adalah pelajaran tambahan di luar jam sekolah. Les tambahan

jam pelajaran merupakan kegiatan belajar di luar jam reguler untuk

membantu peserta didik menghadapi UASBN (Astuti, 2011).

2. Tujuan kegiatan tambahan pelajaran

Tambahan pelajaran (les) dilaksanakan di luar jam pelajaran efektif

(39)

penguasaan materi dan menyelesaikan soal-soal ujian nasional dengan

baik dan benar

(http://smp2pegandon.net/2011/04/08/program-peningkatan-mutu-lulusan/, diakses tanggal 5 Maret 2012). Tambahan

pelajaran juga dapat bertujuan untuk mengingat kembali pelajaran yang

telah disampaikan pada pagi hari saat jam pelajaran efektif

(http://sdnkotakusuma.blogspot.com/2011/02/icp-course.html, diakses

tanggal 5 Maret 2012).

Pihak sekolah juga mencanangkan program pembelajaran

tambahan yaitu tambahan pelajaran di sekolah. Pada umumnya, ketika

siswa sudah mendekati masa ujian, pihak sekolah bekerja keras

mengadakan pembelajaran efektif dengan cara melaksanakan program

pembelajaran tambahan yang berorientasi pada upaya meningkatkan

prestasi belajar siswa. Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa yang

dilakukan guru dalam bentuk les tambahan belajar pada umumnya

ditekankan pada materi yang belum dikuasau siswa. Dalam hal ini, guru

tahu secara pasti tingkat kemampuan siswanya. Dengan pengetahuan ini,

maka siswa mendapatkan pemantapan sesuai dengan kebutuhannya

(http://www.anneahira.com/upaya-meningkatkan-prestasi-belajar-siswa.htm, diakses tanggal 5 Maret 2012).

3. Alasan mengikuti kegiatan tambahan pelajaran

Berbagai alasan dilontarkan oleh para siswa mengapa mereka

mengikuti les tambahan. Pertama, karena takut tidak lulus. Alasan takut

(40)

dengan mengikuti les tambahan kelulusan akan mudah didapat. Hal ini

disebabkan les tambahan tidak hanya memberikan materi pelajaran, tetapi

juga latihan soal agar siswa lebih siap ketika menghadapi tes atau ujian.

Alasan ketiga dari seorang siswa mengikuti les tambahan adalah disuruh

orangtua. Bukanlah menjadi hal yang aneh jika orangtua menginginnkan

anaknya berhasil. Orangtua pasti juga khawatir melihat standar kelulusan

yang tinggi. Jadi, apapun akan dilakukan orangtua demi anaknya,

termasuk mereka harus rela mengeluarkan banyak biaya untuk anak.

Memang benar les tambahan sangatlah penting bagi seorang anak karena

ikut les membantu anak menambah ilmu selain di sekolah. Alasan keempat

yaitu karena hanya ikut teman

(http://www.bunghatta.ac.id/artikel-263-les-tambahan-untuk-apa-.html, diakses tanggal 6 Maret 2012).

4. Dampak adanya kegiatan tambahan pelajaran

Tasman (2002) mengungkapkan bahwa saat ini anak Sekolah

Dasar bersekolah dengan waktu sekolah yang lebih panjang dan setelah

itu, anak masih harus mengikuti berbagai macam kegiatan les demi

mencapai prestasi akademik yang memuaskan di sekolahnya. Suhaenah

(2004) berpendapat bahwa dengan memperpadat kegiatan anak justru

dapat membawa hasil yang bertolak belakang dengan harapan orangtua

semula, yaitu prestasi yang tinggi. Stainback (1999) mengatakan bahwa

jumlah waktu belajar mandiri (di luar jam belajar sekolah) dalam satu hari

yang baik untuk dilakukan oleh anak berusia 7 hingga 12 tahun adalah

(41)

minggunya dan dilakukan secara konsisten. Hal ini tentunya dilakukan

agar anak tidak mengalami kelelahan, baik secara fisik maupun psikis.

Murtisari (2005) mengatakan bahwa tanpa mengikuti pelajaran tambahan,

sebetulnya anak sudah lelah dengan aktivitas belajar di sekolah, apalagi

bila anak masih harus menjalani berbagai aktivitas les sesudah pulang

sekolah.

Tambahan jam pelajaran memberikan dampak pada siswa, baik

positif maupun negatif sebagai berikut (Astuti, 2011):

a. Peserta didik menjadi mengerti dan bisa mengerjakan soal-soal

b. Tenaga peserta didik terforsir karena harus meluangkan waktu lebih.

D. DINAMIKA HUBUNGAN ANTARA STRES DAN PRESTASI

BELAJAR

Kegiatan tambahan pelajaran (les) bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan khususnya di bidang akademik, di samping kemampuan lain di

bidang olahraga atau seni. Kegiatan tersebut dilakukan di bawah pengawasan

orangtua sehingga bukan sekedar untuk bersenang-senang, namun lebih diarahkan

pada pencapaian tujuan (Gross, tt).

Anak yang memiliki kegiatan tambahan pelajaran atau aktivitas di luar

sekolah lainnya biasanya tidak memiliki waktu bermain yang cukup bahkan anak

tak sempat bermain atau bersantai sepulang sekolah, waktu belajar menjadi

bertambah, serta tidak dapat mengembangkan diri dan mengekspresikan

kepribadian mereka. Hal ini menyebabkan anak suka mengeluh dengan sejumlah

(42)

Dalam kondisi yang demikian, anak akan menunjukkan perubahan negatif

pada perilakunya, baik secara fisik, emosional, intelektual maupun interpersonal.

Perubahan secara fisik, anak menjadi sulit tidur atau tidur tidak teratur, sakit

kepala, kehilangan energi. Secara emosional, anak mudah marah-marah, merasa

sedih, depresi, dan mengalami kelesuan mental. Perubahan secara intelektual

misalnya anak sulit untuk berkonsentrasi, kacau pikirannya dan daya ingat

menurun, sedangkan secara interpersonal anak menutup diri secara berlebihan,

acuh dan mendiamkan orang lain, serta mudah menyalahkan orang lain (Greene,

2003).

Perubahan secara fisik, emosional, intelektual dan interpersonal di atas

menunjukkan anak telah mengalami gejala-gejala stres. Dengan demikian,

kegiatan tambahan pelajaran dapat memicu timbulnya stres pada anak. Hal sejalan

dengan hasil penelitian Diah dan Nurlaela (2009) menunjukkan bahwa

peningkatan alokasi waktu untuk beraktivitas di luar sekolah akan meningkatkan

tingkat stres. Stres yang dimaksud di sini adalah stres akademik, yaitu

konsekuensi dari penilaian siswa secara kognitif terhadap tuntutan-tuntutan

akademik sehingga siswa merasa terganggu secara fisik dan psikis.

Stres akademik yang dialami siswa dapat berakibat negatif yaitu timbulnya

gangguan pada perilakunya seperti:

1. Gangguan pemusatan perhatian, dimana anak memperlihatkan gejala semacam

perhatian yang mudah beralih, tidak mampu menyelesaikan tugas, secara

(43)

2. Gangguan tingkah laku, dimana anak menunjukan perilaku yang bertentangan

dengan norma-norma sosial, misalnya membolos.

Kedua gangguan perilaku di atas dapat menyebabkan siswa mengalami

kekacauan pikiran sehingga sulit untuk berkonsentrasi (pemusatan perhatian) saat

belajar, tidak mengerjakan tugas, tidak menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan

sekolah. Selain itu, siswa akan cenderung suka membolos sehingga menjadi tidak

disiplin, tidak peduli terhadap materi yang diajarkan guru, dan malas belajar.

Hal-hal tersebut tentu saja dapat menurunkan prestasi belajar siswa.

Hal tersebut dipertegas oleh Hutabarat (2009) bahwa efek negatif dari

terjadinya stres akademik yaitu mempengaruhi keefektifan performa individu

dalam melakukan sebuah tugas, mengganggu fungsi kognitif, menyebabkan

masalah gangguan psikologis dan fisik. Keadaan ini berpotensi menurunkan

prestasi siswa dalam bidang akademik. Selain itu, stres berhubungan langsung

dengan prestasi yang rendah di sekolah. Stres dapat membuat seorang siswa

merasa tidak sanggup untuk belajar (Armacort dalam Rice, 1993).

Dinamika kegiatan tambahan pelajaran, stres dan prestasi belajar siswa

(44)

Gambar 2.1. Dinamika kegiatan tambahan pelajaran, stres dan prestasi belajar siswa

E. HIPOTESIS

Dalam penelitian ini, hipotesis yang diajukan adalah “terdapat hubungan

yang negatif antara stres dengan prestasi belajar pada siswa Sekolah Dasar yang

memiliki kegiatan tambahan pelajaran, baik kegiatan tambahan pelajaran yang

diberikan luar sekolah, maupun kegiatan tanbahan pelajaran yang diselenggarakan

oleh pihak sekolah”. Semakin tinggi tingkat stres yang dialami siswa Sekolah

berdampak pada

Kegiatan tambahan pelajaran menyebabkan: 1. Waktu belajar bertambah

2. Waktu bermain berkurang

Interpersonal:

menutup diri secara berlebihan acuh dan mendiamkan orang lain mudah menyalahkan orang lain Fisik:

Suka membolos Malas belajar

(45)

Dasar yang memiliki kegiatan tambahan pelajaran les di luar atau dalam sekolah,

maka semakin rendah prestasi belajarnya. Sebaliknya, semakin rendah stres yang

dialami siswa Sekolah Dasar yang memiliki kegiatan tambahan pelajaran di luar

(46)

31 BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Penelitian

korelasional bertujuan untuk mengetahui keeratan hubungan antara

variabel yang diteliti tanpa melakukan intervensi terhadap variasi

variabel-variabel yang bersangkutan (Azwar, 2005).

B. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Dalam penelitian ini, beberapa variabel yang akan dikaji adalah:

1. Variabel bebas (independent variable)

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau

berubahnya variabel terikat (Sugiyono, 2004). Variabel bebas yang

digunakan dalam penelitian ini adalah stres siswa.

2. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi data karena adanya

variabel bebas (Sugiyono, 2004). Variabel yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu prestasi belajar siswa.

C. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

Definisi operasional variabel penelitian merupakan penjelasan dari

(47)

indikator-indikator yang membentuknya. Definisi operasional kedua variabel dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Stres adalah suatu respon individu sebagai hasil dari interaksi antara

individu dengan lingkungannya terhadap kondisi, hal atau kejadian yang

mengancam, menekan atau mengganggu individu, dimana dalam interaksi

tersebut terjadi kesenjangan antara tuntutan dari lingkungan dengan

sumber daya yang dimiliki sehingga menyebabkan terjadinya perubahan

pada fisiologis, psikologis, serta perilaku pada individu.

2. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh setelah mengikuti pendidikan

atau latihan tertentu yang hasilnya bisa ditentukan dengan memberi test

akhir pendidikan. Indikator ini diwujudkan dengan nilai yang didapat

siswa disekolah, performansi siswa dalam suatu tes, dan lama waktu yang

dibutuhkan siswa untuk menyelesaikan suatu jenjang pendidikan. Di

dalam penelitian ini prestasi belajar diukur dengan menggunakan nilai

rata-rata siswa semester 2 yang diraih oleh siswa tersebut.

D. SUBYEK PENELITIAN

Pada penelitian ini, subjek yang akan diambil adalah siswa kelas V

Sekolah Dasar SD Pajang I, SD Mangkuyudan dan SD Kabangan yang

memiliki kegiatan tambahan pelajaran baik les di luar sekolah maupun di

sekolah dengan surat ijin penelitian bernomor surat

410/D/KP/Psi/USD/VI/2012. Teknik sampling yang digunakan dalam

(48)

yang didasarkan pada ciri-ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui

sebelumnya. Peneliti mengambil sampel siswa kelas V sebab berdasarkan

analisis dan wawancara siswa kelas V mulai mengikuti kegiatan tambahan

pelajaran baik di sekolah maupun di luar sekolah.

E. ALAT PENGUMPULAN DATA

Penelitian ini akan menggunakan teknik kuesioner dan dokumentasi

untuk mengumpulkan data. Teknik kuesioner digunakan untuk mengumpulkan

data mengenai stres siswa, yang terdiri atas daftar identitas subjek dan skala

stres. Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data prestasi

belajar siswa. Pengumpulan nilai prestasi belajar ini didapat dengan cara

merekap hasil belajar siswa selama semester 2. Nilai ini diminta dari guru

kelas masing-masing sekolah setelah proses belajar mengajar dan ujian

semester 2 selesai.

F. UJI COBA INSTRUMEN

Sebelum mengadakan penelitian terlebih dahulu dilakukan uji coba

instrumen. Uji coba instrumen ini berlangsung selama 4 hari. Uji coba

instrumen dimaksudkan untuk menguji kesahihan dan keandalan instrumen

yang nantinya akan digunakan sebagai alat ukur untuk penelitian. Dalam

penelitian ini try out dilakukan di dua sekolah yang berbeda yaitu SD N Tegal

Ayu Surakarta dan SD N Premulung Surakarta. Berdasarkan hasil try out

(49)

mengisi angket dengan skala stres. Blue print skala stres pada saat try out

disajikan pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Blue print skala stres sebelum try out

No Aspek/Indikator No. Item Jumlah

(n)

a. Menutup diri secara

berlebihan

4,19 3,20 4 25%

b. Acuh dan mendiamkan

(50)

G. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT PENGUMPULAN DATA

1. Validitas

Pengujian validitas skala dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan validitas isi. Validitas isi digunakan untuk melihat sejauh

mana aitem-aitem dalam skala mencakup keseluruhan kawasan isi objek

yang hendak diukur (Azwar, 2004). Pengujian validitas ini menggunakan

analisis rasional yang dalam penelitian ini peneliti meminta pendapat ahli

(expert judgement). Pendapat ahli yang dimaksud adalah dosen

pembimbing dalam penelitian.

2. Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada konsistensi dan stabilitas nilai hasil skala

pengukuran tertentu. Reliabilitas berkonsentrasi pada masalah akurasi

pengukuran dan hasilnya (Sarwono, 2006). Dikatakan reliabel bila

mengukur suatu gejala pada waktu berlainan, senantiasa menunjukkan

hasil yang sama. Uji reliabilitas menggunakan teknik alpha cronbrach.

Batas nilai minimal alpha cronbrach lebih besar dari 0,6. Nilai r sebesar

60% dianggap sebagai nilai kesepakatan batas reliabilitas instrumen,

sedangkan nilai r 80% sampai 100% diinterpretasikan sebagai mempunyai

korelasi tinggi, sekaligus menunjukkan reliabilitas yang tinggi pula

(51)

H. HASIL UJI COBA

Uji coba skala stres dilakukan terhadap 60 siswa kelas v dari tiga

sekolah dasar yang berbeda.

1. Uji Kesahihan Butir

Setelah data diperoleh kemudian dilakukan uji kesahihan item atau uji

validitas butir soal. Pengujian ini menggunakan program SPSS 13 for

windows dengan mengukur korelasi antara butir soal dengan skor total subyek.

Kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item total untuk skala ini

menggunakan bataasan ≥ 0,25. Hal ini didasarkan atas pertimbangan agar jumlah item yang diinginkan dapat tercapai.

Berdasarkan hasil perhitungan, nilai koefisien korelasi total berkisar

antara 0,3628 sampai 0,7018. Oleh karena terdapat nilai dibawah 0,25 maka

terdapat beberapa butir soal yang gugur. Nilai koefisien korelasi yang di

bawah 0,25 adalah soal nomor 2 dan 9. Sehingga dari total soal 48 setelah uji

validitas hanya terdapat 46 soal yang valid. Berikut ini disajikan blue print

(52)

Tabel 2. Distribusi Butir Soal Skala Stres Setelah Uji Validitas

No Aspek/Indikator No. Item Jumlah (n)

a. Menutup diri secara

berlebihan

Uji reliabilitas skala stres terhadap prestasi belajar dihitung dengan

menggunakan pendekatan koefisien reliabilitas alpha cronbach dari program

(53)

atas 0,955 oleh karena itu dapat dikatakan bahwa angket telah reliabel dan

dapat dijadikan sebagai alat ukur dalam penelitian ini. Instrumen yang akan

digunakan sebagai alat ukur tingkat stres siswa yang mempunyai kegiatan

tambahan telah valid dan reliabel, maka selanjutnya adalah pelaksanaan

penelitian.

3. Teknik analisis data

Teknik analisis data yang dihgunakan untuk menganalisis hubungan

antara stres dan prestasi belajar adalah analisis korelasi Product Momen dari

Karl Pearson. Perhitungan korelasi Product Momen dilakukan dengan

(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PROSES PENELITIAN

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap. Tahap

pertama adalah membuat skala. Skala yang dibuat merupakan skala tingkat

stres untuk dapat mengukur tingkat stres yang dialami oleh siswa. Setelah

skala stres sudah jadi langkah selanjutnya adalah mengurus izin dengan pihak

kampus. Nomor surat ijin yang digunakan untuk try out adalah

360/D/KP/Psi/USD/VI/2012. Try out dilaksanakan di 2 sekolah dasar yang

berbeda yaitu SD Tegal Ayu pada tanggal 8 Juni 2012 dan SD Premulung

pada tanggal 11 Juni 2012. Try out dilaksanakan dengan cara memberikan

angket skala tingkat stres kepada siswa yang kemudian diisi oleh siswa.

Siswa dari SD Tegal Ayu sebanyak 40 dan siswa dari SD Premulung

sebanyak 34. Namun, yang diisi lengkap hanya 60 siswa. Setelah diketahui

aitem-aitem yang memenuhi validitas dan reliabilitas, selanjutnya peneliti

mengambil aitem-item yang valid tersebut untuk dijadikan skala stres yang

digunakan dalam mengambil data penelitian.

Tahap kedua yaitu tahap pelaksanaan, sebelum melakukan penelitian

peneliti terlebih dahulu membuat surat ijin penelitian dengan nomor surat

410/D/KP/Psi/USD/VI/2012. Pengambilan data penelitian dengan menyebar

skala stres. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di 3 sekolah dasar yaitu SD

Pajang I pada tanggal 20 Juni 2012, SD Mangkuyudan pada 21 Juni 2012 dan

(55)

siswa dari SD Pajang, 30 siswa dari SD Mangkuyudan dan 24 siswa dari SD

Kabangan, sehingga data keseluruhan dari penelitian ini adalah sebanyak 86.

Setelah diperoleh data dari masing-masing subjek penelitian maka

pada tahap terakhir yaitu tahap pengolahan data, untuk selanjutnya data

dioleh dengan menggunakan bantuan program SPSS versi13.0 for windows.

B. DESKRIPSI SUBYEK PENELITIAN

Subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

siswa-siswi kelas V dengan jumlah seluruhnya 86 subyek yang memenuhi

kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti. Subjek penelitian terdiri dari

42 perempuan dan 44 laki-laki dengan rentang usai antara 10 sampai 11

tahun. Penelitian ini dilakukan di tiga Sekolah Dasar yang terletak di

daerah perkotaan, yaitu di wilayah kotamadya Surakarta. Sekolah Dasar

yang menjadi sampel penelitian ini sengaja dipilih berdasarkan asumsi

bahwa siswa yang bersekolah di daerah perkotaan banyak mengikuti

kegiatan tambahan pelajaran, baik kegiatan tambahan yang dilakukan

(56)

C. HASIL PENELITIAN

Dari hasil pengumpulan data penelitian diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 3. Tabel Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi Data Nilai Prestasi Belajar Stres

Mean 76,04 95,34

SD 7,19 10,55

Xmax 86,2 119

Xmin 51 67

Untuk mengetahui tingkat kecenderungan stres dan prestasi belajar

berdasarkan hasil angket dan nilai semester dua yang diperoleh dari pihak

sekolah maka dilakukan uji signifikansi antara mean empiris dan mean

teoritis. Di bawah ini disajikan mean teoritis, mean empiris dan standar

deviasi hasil penelitian.

Tabel 4. Hasil Mean Teoritis, Mean Empiris, dan Standar Deviasi

Alat ukur Mean Teoritik Mean Empiris SD

Stres 115 95,34 10,55

Prestasi Belajar 50 76,03 7,19

Mean teoritik adalah rata-rata skor alat penelitian. Mean teoritik ini

diperoleh dari angka yang menjadi titik tengah alat ukur penelitian. Mean

empiris adalah rata-rata skor data penelitian. Pada tingkat stres diperoleh

mean teoritik sebesar 115, sedangkan mean empiris sebesar 95,34. Hasil

(57)

(95,34 < 115) sehingga dapat dikatakan tingkat kesetresan siswa yang

mempunyai kegiatan tambahan di sekolah cenderung rendah.

Untuk mean teoritik pada variabel prestasi belajar mempunyai nilai

sebesar 50 dengan mean empirisnya sebesar 76,03. Dari data rata-rata teoritik

dan empiris tersebut dapat dilakukan perbandingan yang menghasilkan bahwa

mean teoritik pada variabel prestasi belajar kurang dari mean empirisnya

(50 < 76,03). Hal tersebut menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa kelas V

sekolah dasar yang menjadi subjek penelitian ini dikatakan tergolong tinggi.

Berdasarkan hasil tersebut, tingkat stres yang dialami responden

dalam penelitian ini dapat dikatakan cenderung rendah, sedangkan hasil dari

prestasi belajar mereka cenderung tinggi, hal ini berarti siswa kelas V yang

menjadi subjek dalam penelitian ini tidak mengalami stres meskipun memiliki

kegiatan tambahan pelajaran. Kegiatan tambahan pelajaran yang mereka

lakukan berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa, hal ini dibuktikan

dengan nilai prestasi belajar siswa tersebut cenderung tinggi.

D. ANALISIS HASIL PENELITIAN

Pada penelitian ini akan dianalisis mengenai ada tidaknya hubungan

antara tingkat stres siswa yang mempunyai kegiatan tambahan di luar sekolah

terhadap prestasi belajarnya di sekolah. Alat ukur yang digunakan untuk

mengetahui hubungan tersebut adalah korelasi bivariat. Sebelum melakukan

analisis data untuk menguji hipotesis penelitian terlebih dahulu dilakukan uji

(58)

terkumpul memenuhi syarat untuk sebuah korelasi. Uji pra syarat yang

digunakan dalam penelitian ini adalah normalitas dan linearitas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui distribusi sebaran suatu

data bersifat normal atau tidak. Untuk membantu dalam perhitungan uji

normalitas menggunakan alat bantu SPSS 13 for windows dengan

Kolmogorov-Smirnov Test. Hasil uji normalitas variabel dependen dan

independen pada penelitian disajikan pada tabel di berikut ini:

Tabel 5. Hasil Uji Normalitas

Nilai Prestasi Belajar Tingkat Stres

Kolmogorov-S 1,023 1,113

Signifikansi 0,246 0,168

Keterangan Normal Normal

Berdasarkan uji normalitas yang ada pada tabel 6 terlihat nilai Z

untuk prestasi belajar yang diperoleh pada Kolmogorov Smirnov Test

sebesar 1,023 dengan signifikansi 0,246. Data dikatakan berdistribusi

normal jika nilai signifikansinya lebih dari 0,05. Sehingga dapat

disimpulkan untuk data prestasi belajar telah berdistribusi normal. Seperti

halnya nilai prestasi, untuk data tingkat stres dikatakan normal jika

memiliki nilai signigfikansi yang lebih dari 0,05. Data untuk tingkat stres

akademi memiliki nilai Z sebesar 1,113 dengan signifikansi sebesar 0,168

sehingga data tingkatstres akademi berdistribusi normal.Rekaman hasil uji

(59)

2. Uji Linearitas

Uji linearitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan

antara skor tingkat stres akademi dan nilai prestasi belajar merupakan

suatu garis lurus atau tidak.Uji linearitas dilakukan dengan menghitung

nilai F. Kriteria keputusan yang digunakan adalah jika nilai signifikansi

pada F kurang dari 5% maka garis data skor dinyatakan linear. Untuk

membantu uji linearitas dalam penelitian ini menggunakan alat bantu

SPSS 13 for windows. Berikut hasil uji linearitas penelitian disajikan pada

tabel 6 di bawah ini:

Tabel 6. Hasil Uji Linearitas

Tingkat Stres

Berdasarkan hasil uji linearitas data penelitian yang disajikan pada

tabel 10 terlihat bahwa untuk linearity memiliki nilai F sebesar 7,688 dan

nilai signifikansi sebesar 0,008 (p < 0,05) dan nilai F pada deviation from

linearity sebesar 0,851; p = 0,688 (p > 0,05) sehingga dapat disimpulkan

bahwa tingkat stres akademi siswa yang memiliki kegiatan tambahan di

luar sekolah linear terhadap prestasi belajar.

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan alat bantu

(60)

stres akademik dilakukan korelasi dengan nilai prestasi belajar. Hasil dari

korelasi ini mendapatkan nilai signifikansi sebesar 0,05 dan besarnya nilai

pearson correlation -0,298. Hal ini menunjukkan adanya hubungan negatif

antara tingkat kesetresan akademi siswa yang memiliki kegiatan tambahan

terhadap prestasi belajar. Besarnya hubungan antara variabel tingkat stres

terhadap prestasi belajar sebesar 0,298. Nilai determinasi R2 sebesar 0,089

atau sebesar 8,9%. Hal ini berarti sebesar 8,9% variabel independen

tingkat stres akademi yang dialami siswa memberikan pengaruh terhadap

prestasi belajar.

` Berikut hasil uji korelasi penelitian disajikan pada tabel 7 dibawah ini

Tabel 7. Hasil Uji Korelasi

Tingkat PRESTASI Pearson Correlation

Sig. (2-tailed)

Penelitian ini dilakukan di tiga Sekolah Dasar yang terletak di kota

Surakarta. Sekolah Dasar yang menjadi sampel penelitian ini sengaja

dipilih berdasarkan asumsi bahwa sekolah di daerah perkotaan mempunyai

perkembangan yang lebih cepat daripada sekolah di kawasan desa.

(61)

sekolah-sekolah. Hal tersebut mendorong pihak sekolah untuk berlomba-lomba

meningkatkan mutu dan kualitas agar tidak kalah bersaing.

Peningkatan mutu dan kualitas ini terkait dengan proses belajar

mengajar yang diterapkan di masing-masing sekolah. Sekolah

menerapkan berbagai metode yang membuat siswa dituntut untuk belajar

lebih optimal supaya dapat mengikuti persaingan yang semakin ketat.

Dalam hal ini, banyak sekolah yang memberikan les atau pelajaran

tambahan selepas pulang sekolah guna meningkatkan prestasi siswa.

Kegiatan tambahan pelajaran di sekolah ini biasa dilakukan selepas pulang

sekolah selama satu sampai dua jam.

Dampak anak yang bersekolah di daerah perkotaan tidak hanya

pada sistem yang di terapkan oleh sekolah yang menuntut kemajuan

zaman, akan tetapi juga dari lingkungan. Kebanyakan dari siswa-siswa

yang sekolah di perkotaan tidak hanya mendapat pelajaran tambahan di

sekolah akan tetapi juga mengikuti les di luar sekolah. Baik les privat

maupun les di lembaga pendidikan non formal. Kegiatan tambahan

pelajaran tersebut terkadang tidak atas dasar kekurangan siswa dalam

menyerap ilmu yang didapat dari sekolah, namun ada sebagian dari

mereka mengikuti karena pengaruh lingkungan sosial.

Kegiatan tambahan pelajaran dilakukan dengan tujuan untuk

meningkatkan prestasi. Namun hal itu dapat terjadi sebaliknya, kegiatan

tambahan pelajaran dapat pula menjadikan siswa mengalami penurunan

(62)

prestasi dapat diakibatkan oleh tujuan yang tidak sesuai. Orang tua

terkadang merasa bahwa kegiatan tambahan pelajaran diluar jam sekolah

merupakan hal yang wajib disediakan bagi anak. Hal tersebut berakibat

anak di tempat les tidak belajar dengan serius dan justru menjadi stres.

Stres yang dialami oleh siswa yang memiliki kegiatan tambahan

pelajaran pada akhirnya akan berdampak pada prestasi belajarnya. Siswa

yang mengalami stres tidak akan mampu belajar dengan maksimal

sehingga prestasinya menjadi turun. Atas dasar itu, peneliti meneliti

keterkaitan antara tingkat stres siswa yang mengikuti kegiatan tambahan

pelajaran dengan prestasi belajar di sekolah.

Siswa yang memiliki kegiatan tambahan pelajaran baik di dalam

sekolah maupun di luar sekolah memiliki tingkat stres yang cenderung

rendah, namun nilai prestasi belajar yang justru cenderung tinggi. Hal ini

berkaitan dengan semakin bertambahnya rasa tanggung jawab mereka. Di

masa kanak-kanak akhir, seorang anak mengembangkan rasa percaya diri

dan tanggung jawab. Mereka mencoba membuktikan bahwa mereka

“dewasa”. Di masa ini, seorang anak akan meluangkan banyak waktu dan

berusaha menyelesaikan tugas mereka dengan senang hati dan sesuai

dengan cara-cara yang dapat diterima oleh lingkungan, termasuk

didalamnya tugas-tugas mereka sebagai anak sekolah.

Berdasarkan hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukkan

bahwa tingkat stres siswa yang memiliki kegiatan tambahan di luar

(63)

diperoleh koefisien korelasi (rxy) sebesar -0,298 dengan p < 0,01. Hal ini

menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara tingkat stres siswa yang

memiliki kegiatan tambahan dengan prestasi sekolahnya. Hubungan

negatif ini artinya semakin tinggi tingkat stres yang dialami maka semakin

menurunkan nilai prestasi belajar di sekolah. Begitu pula sebaliknya,

semakin rendah tingkat stres akademi yang dirasakan siswa maka nilai

prestasi belajar sekolah akan semakin tinggi.

Tingkat stres yang dialami siswa yang mempunyai kegiatan

tambahan ini dapat disebabkan karena siswa merasa lelah dengan jadwal

yang padat. Banyaknya aktifitas siswa dan tugas-tugas yang diberikan

dapat menyebabkan anak menjadi lelah. Kelelahan ini berdampak pada

tingkat stres yang berakibat pada penyelesaian tugas yang kurang optimal.

Stres yang dialami oleh siswa yang memiliki kegiatan tambahan pelajaran

di luar sekolah juga berdampak pada sistem belajarnya. Siswa yang

mengalami stres tidak lagi mampu belajar dengan maksimal sehingga nilai

prestasinya menjadi turun.

Lain halnya dengan siswa yang tidak terlalu banyak memiliki

kegiatan tambahan pelajaran. Siswa yang memiliki waktu luang untuk

istirahat akan merasa lebih tenang dan segar, sehingga dapat

berkonsentrasi belajar dengan baik. Bila siswa mampu berkonsentrasi

belajar dengan baik maka materi pelajaran yang diberikan oleh guru lebih

mudah dipahami. Oleh karena itu nilai belajarnya menjadi lebih baik

(64)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Terdapat hubungan negatif antara tingkat stres siswa yang memiliki

kegiatan tambahan di luar sekolah dengan prestasi belajar di sekolah.

Semakin tinggi tingkat kesetresan siswa maka semakin menurunkan nilai

prestasi belajar, begitu pula sebaliknya.

2. Besarnya hubungan tingkat tingkat stres siswa yang memiliki kegiatan

tambahan di luar sekolah dengan prestasi belajar adalah 0,298

3. Siswa kelas V yang mempunyai kegiatan tambahan pelajaran baik di luar

sekolah maupun didalam sekolah mempunyai tingkat tingkat stres yang

cenderung rendah. Stres yang dirasakan oleh siswa dalam penelitian ini

berdampak pada nilai prestasi belajar mereka. Untuk itu agar dapat terus

meningkatkan prestasi belajar, siswa hendaknya dihindarkan dengan

hal-hal yang dapat mengakibatkan timbul rasa stres.

B. KETERBATASAN PENELITIAN

Penelitian ini hanya mengambil sampel siswa kelas V SD dengan asumsi

bahwa siswa kelas V sudah mulai mengikuti pelajaran tambahan yang diadakan

oleh pihak sekolah. Namun disisi lain, peneliti tidak melakukan kontrol terhadap

keikutsertaan subjek dalam kegiatan tambahan pelajaran diluar sekolah. Kontrol

(65)

dalam hal kegiatan tambahan belajar. Disamping itu, siswa yang menjadi subjek

penelitian diasumsikan mempunyai tingkat stres tertentu, sedangkan stres yang di

alami oleh siswa tidak selalu disebabkan oleh kegiatan tambahan pelajaran. Stres

yang dialami oleh siswa dapat juga bersumber dari faktor lain. Penelitian ini tidak

mengkaji secara detail siswa yang mempunyai tingkat stres yang disebabkan oleh

kegiatan tambahan pelajaran atau karena faktor yang lain.

C. SARAN

1. Kegiatan tambahan di luar sekolah berdampak pada tingkat stres siswa

yang berakibat pada penurunan nilai prestasi belajar oleh karena itu,

pihak orang tua tentunya harus lebih selektif dalam memberikan

kebebasan anak untuk memiliki kegiatan tambahan. Kegiatan tambahan

yang dirasa perlu namun tidak banyak menyita waktu anak sehingga anak

memiliki waktu luang untuk istirahat dan belajar.

2. Peneliti tidak melakukan kontrol terhadap keikutsertaan subjek dalam

kegiatan tambahan pelajaran diluar sekolah. Diharapkan ada penelitian

selanjutnya yang lebih fokus mengukur tingkat stres dalam kaitanya

dengan kegiatan tambahan pelajaran, khususnya kegiatan tambahan

Gambar

Gambar 2.1. Dinamika kegiatan tambahan pelajaran, stres dan prestasi
Tabel 1. Blue print skala stres sebelum try out
Tabel 2. Distribusi Butir Soal Skala Stres Setelah Uji Validitas
Tabel 4. Hasil Mean Teoritis, Mean Empiris, dan Standar Deviasi
+4

Referensi

Dokumen terkait

Prara profesional SQA didorong untuk memperluas kegiatan testing terhadap coding pada setiap bagian proses produksi, yang menyebabkan adanya testing setiap unit dari modul

[r]

Ketentuan ini bertujuan, pada satu pihak untuk tetap berpegang pada sistem publikasi negatif dan pada lain pihak untuk secara seimbang memberikan kepastian hukum kepada pihak

Prostitusi yang berkembang di kawasan Surabaya banyak ditemukan di warung-warung kopi kecil di dekat pelabuhan dan kota pelabuhan tua; prostitusi jalanan dari kampung

Maka dari itu disini penulis mencoba untuk mengambil judul “ Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Arab Materi Usroty dengan Metode

Further contribution of this work is the comparison between several acquisition techniques (i.e. terrestrial and aerial), which could be useful as decision support system for

Setelah konselor melakukan pertemuan beberapa kali dengan konseli dalam proses pelaksanaan konseling dengan Treatment Kursi Kosong untuk Meningkatkan Rasa Percaya Diri

Dinas Pendidikan diharapkan juga bisa menemukan solusi tentang masalah dana untuk MGMP sejarah Kota Batu agar semua program-program MGMP sejarah yang bertujuan