• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Kedondong (Spondias Dulcis Forst)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Kedondong (Spondias Dulcis Forst)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Buah Kedondong (Spondias Dulcis Forst) 2.1.1 Sejarah Singkat Buah Kedondong

Kandungan utama yang terdapat dalam buah kedondong adalah unsur gula dalam bentuk sukrosa yang penting sebagai penambah energi dan vitalitas tubuh. Begitu juga kandungan serat dan airnya cukup tinggi dan bermanfaat dalam melancarkan pencernaan serta mencegah dehidrasi.

Selain itu manfaat kedondong lainnya adalah dari rendahnya kandungan lemak sehingga buah ini cocok sebagai makanan cemilan diet yang menyegarkan. Apalagi kandungan karbohidrat maupun proteinnya juga termasuk rendah, Selain itu masyarakat juga memanfaatkan buah kedondong untuk mengobati dan mengatasi luka akibat terbakar maupun borok. (www.Anhaera.com/manfaat-buah-kedondong.htm).

Kedondong merupakan tanaman buah berupa pohon yang dalam bahasa inggris disebut ambarella, otaheite apple, atau great hog plum. Di Asia Tenggara disebut kedondong (Indonesia & Malaysia), hevi (Filipina), gway (Myanmar), mokah (Kamboja), kook kvaan (Laos), makak farang (Thailand), dan co'c (Vietnam). Kedondong berasal dari Asia Selatan dan Asia Tenggara.

Tanaman ini telah tersebar ke seluruh daerah tropik. Jenis-jenis kedondong unggul yang potensial dan banyak ditanam oleh para petani diantaranya adalah kedondong karimunjawa, kedondong bangkok, dan kedondong kendeng.

(2)

2.1.2 Klasifikasi Tanaman Kedondong

Dalam sistematika (taksonami) tumbuhan, tumbuhan kedondong diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji ) Sub divisi : Angiospermae ( berbiji tertutup ) Kelas : Dicotyledoneae (biji berkeping dua) Bangsa : Spindales

Suku : Anacardiaceae Marga : Spondias

Spesies : Spondias dulcis Forst

Varietas kandungan

Daun,kulit batang dan kulit akar kedondong mengandung saponin,flavanoid dan tanin.

2.1.3 Manfaat Tanaman Kedondong

Manfaat buah kedondong manis kultivar unggul dimakan dalam keadaan segar, tetapi sebagian buah matang diolah menjadi selai, jeli, sari buah dan manisan. Buah yang direbus dan dikeringkan dapat disimpan untuk beberapa bulan. Buah mentahnya banyak digunakan dalam rujak dan sayur, serta untuk dibuat acar (sambal kedondong). Daun mudanya yang dikukus dijadikan lalapan.

Buah dan daunnya juga dijadikan pakan ternak. Kayunya berwarna coklat muda dan mudah mengambang, tidak dapat digunakan kayu pertukangan, tetapi kadang-kadang dibuat perahu. Dikenal di berbagai pelosok dunia berbagai manfaat obat dari buah, daun, dan kulit batangnya, dan dapat dipergunakan dalam pengobatan kulit dan luka bakar.

(3)

2.1.4 Nilai Gizi Buah Kedondong

Tiap 100 gram bagian buah yang dapat dimakan mengandung 60-85 gram air, 0,5-0,8 gram protein, 0,3-1,8 gram lemak, 8-10,5 gram sukrosa, 0,85-3,60 gram serat. Daging buahnya merupakan sumber vitamin C dan zat besi sedangkan buah yang belum matang mengandung pektin sekitar

2.2. Tanaman Lengkeng (Naphelium Longanum). 2.2.1 Taksonomi dan morfologi Tanaman Lengkeng

Lengkeng berasal dari negeri cina (daerah subtropis) agak menyimpang dari familinya sendiri, yaitu rambutan ( Naphelium lappaceum), Kapulasan (Naphelium mutabile) dan Leci (Naphelium litchi atau lichi sinensis). Pohon lengkeng besar dan bercabang banyak, daunnya rimbun, dan mampu memproduksi diatas umur 100 tahun . Buahnya kecil, lebih kurang sebesar kelereng, warna kulit buahnya kecoklatan seperti buah sawo dan tidak berbulu, daging buah berwarna putih agak bening (seperti rambutan, bijinya satu dan berwarna hitam kecoklatan, rasa buahnya manis dengan aroma yang khas.

Dalam tatanama atau sistematik (taksonomi) tumbuhan, tanaman lengkeng diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji ) Sub divisi : Angiospermae ( berbiji tertutup ) Ordo : Spindales

Famili : Spindaceae Genus : Dimocarpus

(4)

Gambar 2.2 Buah Lengkeng

http://www.annearhira.com/manfaat-buah-lengkeng.htm diakses tanggal 23 November 2010.

2.2.2 Jenis – Jenis Lengkeng a. Varietas Batu

Lengkeng varietas batu termasuk lengkeng jenis unggul. Kulit buahnya agak kasar dan berwarna coklat muda. Buahnya lebih besar dari pada varietas lainnya. Daging buahnya lebih tebal dan mudah sekali lepas dari bijinya. Rasa aromanya lebih tajam dan lebih segar, sehingga harganya dipasaran juga lebih mahal dibandingkan dengan jenis lainnya.

b. Varietas Kopyor

Lengkeng varietas ini dipasaran harganya lebih rendah. Kulit buahnya halus berwarna coklat agak kuning (hampir seperti buah duku). Daging buahnya sulit dilepas dari bijinya. ( Hatta S.1990 ).

2.2.3 Kandungan Gizi

Lengkeng kecuali dapat dikonsumsi langsung (dipasarkan) sebagai buah segar juga dapat dikalengkan. Buah lengkeng mempunyai kandungan mineral yang kaya akan kalori dan gizi disamping Vitamin C seperti yang tercantum dibawah ini :

(5)

Tabel 2.1 Kandungan Gizi Buah Lengkeng

Nama 100 g buah segar 100g buah kering

Energi Air Protein Lemak Kerbohidrat Serat Abu Kalsium Fosfor Besi Natrium Kalium Vitamin C 71 Kalori 81 g 1 g 1,4 g 15,6 g 0,3 g 1,0 g 23,0 g 36,0 g 0,4 mg - - 56,0 mg 256 Kalori 26,7 g 4,3 g 0,5 g 65,9 g 1,7 g 2,6 g 32 mg 117,0 mg 4,4 mg 48,0 mg 658,0 mg 34,0 mg

Sumber : Food Composition Table for Use in East Asia, FAO, Roma, 1972.

2.3 Selulosa

2.3.1 Selulosa Tumbuhan

Selulosa merupakan komponen dasar dari bahan–bahan asal tumbuh-tumbuhan, dan produksi selulosa melampaui semua zat-zat alamiah lain. Zat- zat yang menetap di dalam tanah dan sisa tumbuh-tumbuhan yang dikembalikan ke dalam tanah, 40-70% terdiri dari selulosa. Komponen selulosa yang demikian tinggi menggarisbawahi pentingnya pengurai selulosa pada proses mineralisasi dan peredaran karbon. Sifat-sifat fisik dari fibril selulosa terutama kekokohan dan ketidaklarutannya, tidak sesuai dengan struktur berupa rantai tunggal. Seutas benang selulosa terdiri dari fibril selulosa yang diliputi oleh selaput lilin dan pektin. (Schiegel, 1994).

(6)

Selulosa adalah polisakarida yang terdiri dari rantai-rantai panjang unit-unit glukosa. Struktur dasarnya serupa dengan pati tetapi unit glukosanya berikatan dengan cara yang berbeda. Selulosa penting sebagai sumber serat dalam susunan makanan dan penting untuk kelancaran jalannya makanan dalam saluran pencernaan dan pengosongan periodik rongga lambung. Sapi dan binatang ruminansia lain dapat memecah dan menggunakan selulosa sebagai sumber energi karena mempunyai bakteri yang mampu memecah selulosa dalam rumennya. (Gaman, 1992)

Gambar 2.3 Struktur Kimia Selulosa (Fessenden, R.J, dan Fessenden, J.S., 1986)

Selulosa merupakan senyawa organik yang paling melimpah di bumi. Selulosa membentuk komponen serat dari dinding sel tumbuhan. Molekul selulosa merupakan rantai-rantai, atau mikrofibril dari D-glukosa sampai sebanyak 14.000 satuan yang terdapat sebagai berkas-berkas terpuntir mirip tali yang terikat satu sama lain oleh ikatan hidrogen. Suatu molekul tunggal selulosa merupakan polimer lurus dari 1,4’β -D-glukosa. Meskipun binatang menyusui tidak mengeluarkan enzim untuk memecah selulosa menjadi glukosa, bakteri dan protozoa tertentu mengeluarkan enzim-enzim ini. (Fessenden, R.J, dan Fessenden, J.S., 1986).

2.3.2. Hidrolisis Selulosa

Hidrolisis selulosa lengkap dengan HCl 30% dalam air, hanya menghasilkan D-glukosa. Disakarida yang terisolasi dari selulosa yang terhidrolisis sebagian adalah selobiosa, yang dapat dihidrolisis lebih lanjut menjadi D-glukosa dengan suatu katalis asam atau dengan emulsin enzim. Selulosa sendiri tidak mempunyai karbon hemiasetal-selulosa sehingga tidak dapat mengalami mutarotasi atau dioksidasi oleh reagensia seperti Tollens. (Fessenden, 1986).

(7)

-H2O

-H2O

I

Selulosa Selobiosa Glukosa

Hidrolisis dalam suasana asam, yang menghasilkan pemecahan ikatan glikosidik berlangsung dalam tiga tahap. Tahap pertama, proton yang bertindak sebagai katalisator asam berinteraksi cepat dengan oksigen glikosida yang menghubungkan dua unit gula (I), membentuk asam konjugat (II). Langkah ini diikuti dengan pemecahan yang lambat dari ikatan C-O, yang menghasilkan zat antara kation karbonium siklik (III). Protonasi dapat juga terjadi pada oksigen cincin (II), menghasilkan pembukaan cincin dan kation karbonium nonsiklik (III). Tidak ada kepastian ion karbonium mana yang paling mungkin terbesar pada kation siklik. Akhirnya kation karbonium mulai mengadisi molekul air dengan cepat, membentuk hasil akhir yang stabil dan melepaskan proton (Torget, 2003).

Gambar 2.4 Mekanisme Dasar Hidrolisis Selobiosa -H2O II II III III glukosa selobiosa

(8)

2.4 Sirup Glukosa

Sirup glukosa merupakan cairan yang memiliki derajat kemanisan yang lebih rendah dibandingkan dengan sukrosa. Sirup glukosa bukan merupakan produk murni tetapi mengandung dekstrin dan maltosa.

Sirup glukosa atau sering juga disebut gula cair mengandung D-glukosa dan polimer D-glukosa yang dibuat dengan hidrolisa pati. Perbedaannya dengan gula tebu atau sukrosa adalah, gula tebu adalah gula disakarida yang tersusun oleh glukosa dan fruktosa, sedangkan sirup glukosa tersusun dari glukosa, dekstrin, maltosa (Soemaatmadja, 1970).

Sirup glukosa pertama kali digunakan sebagai bahan pengganti gula pada masa Napoleon. Sirup glukosa dibuat dengan mereaksikan pati dengan asam melalui proses hidrolisa karbohidrat kompleks atau polisakarida kemudian dipecah menjadi disakarida atau maltose yang kemudian dipecah lagi menjadi monosakarida.

Sirup glukosa merupakan suatu larutan yang diperoleh melalui proses hidrolisis dengan katalis. Sirup glukosa adalah salah satu produk bahan pemanis makanan dan minuman yang berbentuk cairan, tidak berbau dan tidak bewarna. Sirup glukosa mengandung D-glukosa, maltosa dan polimer D glukosa dengan proses hidrolisis. (Cakebread, 1975).

Sirup glukosa komersial dihasilkan dengan jalan menghidrolisis pati dengan asam klorida encer. Hidrolisisnya tidak sempurna dan sirup glukosa yang dihasilkan merupakan campuran glukosa, maltosa, dextrin, dan air. (Gaman, P.M., 1992).

Sirup glukosa telah dimanfaatkan oleh industri permen, minuman ringan, biskuit, dan sebagainya. Pada pembuatan produk es krim, glukosa dapat meningkatkan kehalusan tekstur dan menekan titik beku dan untuk kue dapat menjaga kue tetap segar dalam waktu lama dan mengurangi keretakan. Untuk permen, glukosa lebih disenangi karena dapat mencegah kerusakan mikrobiologis, dan memperbaiki tekstur. (Dziedzic, 1984).

(9)

2.4.1 Standar mutu Sirup Glukosa

Spesifikasi utama sirup glukosa yaitu mempunyai kadar padatan kering minimum 70% dan dekstrosa ekuivalen minimum 20%. Pada Tabel 2.2 diperlihatkan standar mutu sirup glukosa :

Tabel 2.2 Standar Mutu Sirup Glukosa

No Komponen Spesifikasi

1. Air Maksimum 20%

2. Gula reduksi dihitung sebagai D-glukosa Maksimum 1%

3. Sulfur dioksida (SO2) Untuk kembang gula

sekitar 400 ppm, yang lain maksimum 40 ppm.

4. Pemanis buatan Negatif

5. Logam berbahaya (Pb,Cu, Zn dan As) Negatif

6. Natrium Benzoat Maksimum 250 ppm

7. Warna Tidak berwarna sampai

kekuningan

8. Jumlah bakteri Maksimum 500

koloni/gram

9. Kapang Negatif

10. Khamir Negatif

Sumber : SII.0418-81 dalam Judoamidjojo, et al ., (1992).

2.5. Metode Analisa Kuantitatif Glukosa 2.5.1. Metode Nelson – Somogyi

Metode ini dapat digunakan untuk mengukur kadar gula reduksi dengan menggunakan pereaksi tembaga arsenomolibdat. Kupri mula-mula direduksi menjadi bentuk kupro dengan pemanasan larutan gula. Kupro yang terbentuk selanjutnya dilarutkan dengan arsenomolibdat menjadi molibdenum berwarna biru yang menunjukkan ukuran konsentrasi gula dengan membandingkannya dengan larutan standar, konsentrasi gula dalam sampel dapat ditentukan. Reaksi warna yang terbentuk

(10)

dapat menentukan konsentrasi gula dalam sampel dengan mengukur absorbansinya. (Sudarmadji.S.1984).

2.5.2. Metode Lane-Eynon

Penetapan gula pereduksi dengan metode ini dilakukan secara volumetrik. Biasanya digunakan untuk penentuan laktosa (anhidrat atau monohidrat) glukosa, fruktosa, maltosa (anhidrat atau monohidrat) dan lainnya. Penetapan gula pereduksi dengan metode ini didasarkan atas pengukuran volume larutan gula pereduksi standar yang dibutuhkan untuk mereduksi pereaksi tembaga basa yang diketahui volumenya. Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan metilen biru yang warnanya akan hilang karena kelebihan gula pereduksi diatas jumlah yang dibutuhkan untuk mereduksi tembaga. 2.5.3. Metode Shaffer-Somogyi

Metode ini dapat diterapkan untuk segala jenis bahan pangan. Terutama berguna untuk menetapkan sampel yang mengandung sedikit gula pereduksi. Gula pereduksi akan mereduksi Cu2+ menjadi Cu+. Cu+ akan dioksidasi oleh I2 (yang terbentuk dari hasil oksidasi KI oleh KIO3 dalam asam) menjadi Cu2+ kembali. Kelebihan I2 dititrasi dengan Na2S2O3. Dengan menggunakan blanko, maka kadar gula pereduksi dalam sampel dapat ditentukan.

2.5.4. Metode Anthrone

Metode ini dapat digunakan untuk semua jenis bahan makanan. Anthrone (9,10-dihidro-9-oxanthracena) merupakan hasil reduksi anthraquinone. Anthrone bereaksi secara spesifik dengan karbohidrat dalam asam sulfat pekat menghasilkan warna biru kehijauan yang khas.

2.5.5. Metode Munson Walker

Penentuan gula reduksi berdasarkan atas banyaknya endapan Cu2O yang terbentuk, kemudian dengan melihat tabel Hadmond dapat diketahui jumlah gula pereduksinya. Jumlah Cu2O ditentukan secara gravimetris, yaitu dengan menimbang larutan endapan Cu2O yang terbentuk. Dapat juga ditentukan secara volumetrik yaitu dengan titrasi menggunakan larutan Na-tiosulfat atau K-permanganat (Apriyanto.A.1989).

(11)

2.6. Spektrofotometer UV-Visibel

Spektrometri adalah pengukuran absorbansi selektif radiasi elektromagnetik yang dipakai untuk analisis kualitatif dan kuantitatif senyawa kimia. Sedangkan spektrofotometri merupakan suatu metode yang sangat penting dalam analisis kimia kualitatif dan kuantitatif. Banyak kelebihan yang dimilikinya, antara lain :

a. Dapat digunakan secara luas dalam pengukuran secara kualitatif dan kuantitatif untuk senyawa-senyawa organik maupun senyawa anorganik

b. Kepekaan tinggi, karena dapat mengukur dalam satuan ppm (part per million), bahkan ppb (part per billion) sehingga dapat mengukur komponen trace (renik).

c. Sangat selektif bila suatu komponen x akan diperiksa dalam suatu campuran, dengan cara mengatur panjang gelombang cahaya dimana hanya komponen x yang akan mengabsorbsi cahaya tersebut. Lebih teliti karena hanya mempunyai persen kesalahan 1 - 3 % bahkan dengan teknik tertentu dapat mengurangi persen kesalahan sampai 1/10. (Day.R.A.,Underwood.A.L.1999).

2.7. Manisan

Manisan adalah salah satu bentuk makanan olahan yang banyak disukai oleh masyarakat. Rasanya yang mains bercampur rasa khas buah sangat cocok untuk dinikmati diberbagai kesempatan. Meskipun jenis manisan buah yang umum dipasarkan ada bermacam-macam bentuk dan rasanya, namun sebenarnya dapat dikelompokkan menajdi 4 golongan yaitu:

1. golongan pertama adalah manisan basah dengan larutan gula encer ( buah dilarutkan dalam gula seperti jambu, mangga, salak, dan kedondong).

2. Golongan kedua adalah manisan gula kental menempel pada buah. Manisan jenis ini adalah pala, lobi-lobi, dan cermai.

3. Golongan ketiga adalah manisan kering dengan gula utuh (sebagian gula tidak larut dan menempel pada buah). Buah yang sering digunakan adalah buah mangga, kedondong, sirsak, dan pala.

(12)

4. Golongan keempat adalah manisan kering asin karena unsur dominan dalam bahan adalah garam. Jenis buah yang dibuat adalah jambu biji, mangga, belimbing, dan buah pala. Maret 2010)

2.7.1. Faktor Penentu Kualitas Manisan

Kualitas Produk olahan buah berupa manisan, baik manisan basah maupun manisan kering, sangat menetukan laku tidaknya produk olahan tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas manisan adalah sebagai berikut:

A. Penampilan

Penampilan merupakan penentu utama kualitas suatu produk. Penampilan yang menarik menyebabkan konsumen tertarik untuk membelinya. Penampilan suatu produk olahan ditentukan oleh faktor sebagai berikut:

1. Warna

2. Keseragaman bentuk dan ukuran 3. Kemasan.

B. Cita Rasa dan Aroma

Cita rasa manisan harus berasal dari cita rasa buah aslinya. Namun, agar cita rasa makin memikat dapat ditambahkan bahan pewangi atau bumbu yang sesuai, seperti kayu Manis, bunga pala, pandan wangi, atau cengkih. Sementara itu, aroma merupakan unsur yang Sangat peka terhadap pemanasan. Karenanya sulit dipertahankan. Namun, cita rasa yang kompak dapat menutupi kekurangan dan unsur aroma ini.

C. Daya Tahan

Manisan termasuk produk awetan. Karena itu, dituntut untuk dapat disimpan dalam jangka waktu yang relatif lama. Daya tahan ini dapat diciptakan dengan memperkecil kadar air dalam buah, meningkatkan konsentrasi gula dalam buah, memberikan bahan pengawet, serta mengemasnya dalam wadah yang tertutup rapat tanpa memberi kesempatan masuknya bahan-bahan pencemar.

(13)

D. Kandunagn Unsur Gizi dan Kalori

Buah memiliki kandungan gizi, mineral, dan kalori. Beberapa kandungan gizi biasanya akan hilang karena proses pengolahan. Karena itu, proses pengolahan harus memperhatikan teknik atau tata caranya sehingga kandungan gizi dalam buah bisa didapat dengan maksimal. Untuk menjaga kualitas manisan tetap baik, biasanya dilakukan penambahan vitamin C ke dalam manisan.

E. Higienis

Pembuatan manisan yang tidak memperhatikan syarat-syarat kesehatan, hasil akhirnya akan berkualitas rendah, tampak kotor, daya simpannya pendek, dan penampilannya tidak menarik. Karena itu syarat-syarat kesehatan, baik kebersihan alat dan bahan maupun lingkungan pengolahan harus benar-benar diutamakan. (Memet Abdulah Fatah dan Yusuf Bachtiar, 2004).

2.7.2 Drajat Kemanisan Gula Tabel 2.3 Drajat Kemanisan Gula

Gula Drajat Kemanisan

Laktosa Galaktosa Maltosa Glukosa Sukrosa Invert Sugar* Invert Sugar ** Fruktosa 16,0 32.1 32.5 74,3 100,0 127,4 130 173 *Dibuat oleh kerja invertase terhadap sukrosa.

Gambar

Gambar 2.2 Buah Lengkeng
Tabel 2.1 Kandungan Gizi Buah Lengkeng
Gambar 2.3  Struktur Kimia Selulosa  (Fessenden, R.J, dan Fessenden, J.S., 1986)
Gambar 2.4 Mekanisme Dasar Hidrolisis Selobiosa -H2O II II  III III glukosa selobiosa
+2

Referensi

Dokumen terkait

Rumah Perawatan Psiko-Neuro-Geriatri atau yang lebih dikenal dengan “Puri Saras” adalah klinik kesehatan yang bergerak dalam bidang layanan kesehatan jiwa, mulai beroperasi sejak

Pustakawan dan Guru Pustakawan Perpustakaan Sekolah harus dapat memahami secara baik apa yang menjadi tujuan umum dan tujuan khusus pendidikan pada Sekolah Dasar, Sekolah

Permasalahan puzzle yang diberikan haruslah memiliki jawaban yang unik (one solution). Metodologi Penelitian 2.1.. Puzzle hitori adalah puzzle logika yang diterbitkan tahun 1990

Alhamdulillahirobbil’alamin, Segala Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, rahmat, hidayah dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan

Guru yang juga merupakan peneliti menjalankan tugas sebagai penilai sementara siswa yang lain diberi kebebasan untuk memberikan apresiasi sastra geguritan dengan memilih salah

Tugas akhir ini menjelaskan rancangan aplikasi tersebut, menampilkan objek-objek kebun binatang dalam bentuk tiga dimensi yang dapat dikombinasikan dengan teknologi

Suatu fluida dapat mengalir melalui pipa dengan cara yang berbeda–beda, ketika suatu fluida mengalir dalam pipa silinder dan velositasnya diukur pada jarak yang berbeda dari

Pada tabel 1 menunjukkan sampel bukan perokok A dan C memiliki vital capacity yang lebih tinggi dari sampel B dan D hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, yaitu pada sampel B