53
Dalam bab ini akan dibahas tentang orientasi kancah penelitian, subjek penelitian, prosedur penelitian, hasil uji coba, hasil uji asumsi, hasil uji hipotesa dan pembahasan.
A. ORIENTASI KANCAH PENELITIAN
Pertama kali yang dilakukan oleh peneliti adalah peneliti harus menentukan tempat penelitian, penentuan subjek dan persiapan segala sesuatu yang berhubungan dengan jalannya penelitian. Untuk menentukan kancah penelitian, peneliti terlebih dahulu mencari data jumlah SMA yang terdapat di Salatiga. Setelah mengetahui jumlah tersebut, peneliti melakukan undi terhadap jumlah SMA yang ada di salatiga. Hasil dari undi acak itu diperoleh SMA Kristen 1 Salatiga yang terambil sebagai sampel penelitian ini.
SMA Kristen 1 Salatiga merupakan salah satu sekolah favorite di Salatiga. Sekolah ini memiliki kurang lebih 500 orang orang siswa yang dibagi dalam 3 rombongan belajar, yakni kelas X, kelas XI dan kelas XII. Sekolah ini juga ditunjang dengan fasilitas yang mula-mula tersedia 10 ruang, 8 ruang untuk kelas dan 2 ruang untuk Kepala Sekolah, guru- guru, serta Tata Usaha. Kemudian secara bertahap bangunan ditambah dengan ruang Kepala Sekolah, ruang guru, ruang-
ruang kelas, kantin, wc dan kamar mandi, serta gedung pusat pembelajaran 3 lantai (perpustakan dan laboratorium). Setelah memperoleh ijin dari kepada sekolah dan berkoordinasi dengan guru BK, peneliti kemudian melakukan penelitian. Kancah penelitian yang digunakan adalah 200 siswa remaja kelas X dan kelas XI yang berada dalam rentang usia 15-18 tahun.
Sampel ini datang dari berbagai latar belakang kehidupan keluarga yang beraneka ragam, yakni dari orang tua yang secara ekonomi berkelimpahan, berkecukupan dan pas-pasan dan terdapat pula anak yang berasal dari keluarga yang kurang memerhatikan kepentingan anak dalam belajar. Ini terlihat dari perkerjaan orangtua yang dicantumkan siswa dalam angket yang disebarkan.
B. SUBJEK PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja SMA yang berada di Salatiga. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah remaja SMA yang memiliki orangtua lengkap dan tinggal bersama orangtua. Sampel penelitian ini adalah siswa SMA Kristen 1 Salatiga yaitu kelas X dan kelas XI. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling.
C. PROSEDUR PENELITIAN
Setelah dilakukannya proses pemilihan tempat dan subjek penelitian, maka terdapat beberapa tahap yang dilakukan oleh peneliti, yaitu dengan mempersiapkan tahap persiapan, tahap pengumpulan data dan analisa data.
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan awal yang peneliti lakukan adalah mempersiapkan dua hal yaitu menyusun alat ukur tingkat kesepian dan alat ukur attachment, kemudian melaksanakan penelitian.
Alat ukur Tingkat Kesepian dimodifikasi oleh penulis dari skala Gierveld dan Tillburg (1990). Jumlah item yang diuji sebanyak 44 item yang terdiri dari 22 item favourable dan 22 item unfavourable. Sedangkan alat ukur attachment disusun berdasarkan aspek-aspek pada teori dari Ainsworth yaitu secure, anxious, dan avoidant. Jumlah item yang diujikan sebanyak 54 item dimana semua item adalah item favourable.
2. Perijinan
Penulis melakukan perijinan untuk melakukan penelitian pada tanggal 18 Maret 2013 kepada pihak SMA Kristen 1 Salatiga. Setelah peneliti mendapatkan ijin untuk melakukan penelitian, peneliti menyebarkan skala berkoordinasi dengan guru BK sesuai dengan surat ijin penelitian no:10890/SMA K.1/TU/IV-2013.
3. Tahap Pengumpulan Data
Pada penelitian ini menggunakan teknik uji coba terpakai (try out terpakai). Total angket yang disebar sebanyak 200 eksemplar dari 200 eksemplar angket tersebut, dan 175 angket yang terkumpul merupakan total sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Proses pengumpulan data dilakukan pada tanggal 1-8 April 2013 terhadap siswa SMA Kristen 1 Salatiga. Untuk pengambilan data di SMA Kristen 1 Salatiga, peneliti terjun langsung dengan berkoordinasi bersama guru BK karena pengambilan data menggunakan waktu pelajaran BK.
4. Tahap Analisa
Analisa yang dilakukan oleh peneliti atas beberapa kegiatan yaitu sebagai berikut :
a. Peneliti mengecek kembali data yang telah terkumpul b. Setelah data terkumpul, peneliti melakukan proses
komputerisasi dengan menginput data dari angket yang telah dikelompokkan ke dalam komputer untuk dianalisa lebih lanjut.
c. Peneliti kemudian melakukan perhitungan Uji Validitas dan Uji Reliabilitas dengan bantuan program SPSS For Windows Versi 20.
D. HASIL UJI COBA ANGKET
Hasil uji coba terhadap angket tingkat kesepian dan angket attachment menggunakan uji coba terpakai. Terdapat beberapa hal yang akan diuji dalam angket ini yaitu Uji Seleksi Item (Uji Validitas), Uji Reliabilitas, Uji Hasil Asumsi (Uji Normalitas), dan Uji Korelasi. Perhitungan uji coba angket terpakai ini menggunakan bantuan SPSS for windows versi 20.
1. UJI SELEKSI ITEM
a. Uji Seleksi Item Angket Tingkat Kesepian Hasil perhitungan validitas untuk angket tingkat kesepian diperoleh validitas angket yang bergerak antara 0,309 sampai dengan 0,675. Berikut adalah hasil pengukuran item valid tingkat kesepian.
Tabel 4.1
Item Valid Tingkat Kesepian
Dimensi Item Jumlah
Favourable Unfavourable Karakteristik emosi 4*,10*, 16, 22, 32, 38, 41* 1, 7, 13, 19, 29, 35, 44* 10 Bentuk keterpisahan sosial 2, 8, 14, 20,25*, 30, 36, 42 5, 11, 17, 23, 27, 33, 39* 13 Perspektif waktu 6*, 12, 18, 24, 28, 34, 40 3, 9, 15, 21*, 26, 31, 37, 43 13
*) item gugur
Pada tabel di atas terdapat jumlah item valid sebanyak 36 item dari jumlah total 44 item, 8 item gugur dikarenakan validitas item < 0,30 sehingga item digugurkan dan tidak diikutsertakan dalam perhitungan selanjutnya. Item yang digugurkan adalah item 4 (0,76), item 6 (0,267) item 10 (0,234), item 21 (0,213), item 25 (0,205), item 39 (-0,639), item 41 (-0,496), dan item 44 (-0,425). Meskipun terdapat 8 item yang gugur, hal tersebut tidak menghilangkan indikator yang hendak diukur, sehingga dapat dikatakan bahwa angket yang digunakan sebagai skala dalam penelitian ini adalah valid. Penentuan item tidak gugur menggunakan ketentuan dari Azwar (2012) yang menyatakan bahwa item pada skala pengukuran dapat dikatakan memuaskan dan memberikan kontribusi yang baik apabila sebesar .
b. Uji Seleksi Item Angket Attachment
Hasil perhitungan angket attachment diperoleh validitas angket yang bergerak antara 0,331 sampai dengan 0,669. Dari total 54 item alat ukur angket attachment ada 13 item yang tidak
valid karena memiliki korelasi item total < 0,30.
Tabel 4.2 Item Valid Attachment
Aspek Attachment Jumlah Item Favourable Jumlah item valid Secure 1, 2, 3, 4*, 5*, 6*, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13*, 14*, 15, 16, 17, 18, 19*, 20, 21 15 Anxious 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31*, 32, 33, 34, 35*, 36 13 Avoidant 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47*, 48, 49*, 50*, 51*, 52, 53, 54* 13 Total item valid 41 41 *) item gugur
Pada tabel di atas terdapat jumlah item valid sebanyak 41 item dari jumlah total 54 item, 13 item gugur dikarenakan validitas item < 0,30 sehingga item digugurkan dan tidak diikutsertakan dalam perhitungan selanjutnya. Item yang digugurkan adalah item 4 (-0,224), item 5 (0,001), item 6 (0,288), item 13 (0,292), item 14 (0,211),
item 19 (0,299), item 31 (0,177), item 35 (0,298), item 49 0,565), item 50 0,279), item 51 (-0,603), item 54 (-0,534) dan item 47 (0,291) yang diperoleh dari dua kali proses seleksi item. Meskipun pada tabel di atas tampak 13 item yang dibuang, tetapi tidak menghilangkan indikator yang hendak diukur, sehingga dapat dikatakan bahwa angket yang digunakan sebagai skala pengukuran dalam penelitian ini adalah valid. Selanjutnya 13 item yang tidak valid di atas tidak akan diikutkan lagi dalam perhitungan selanjutnya.
2. RELIABILITAS
Menurut Azwar (2012) reliabilitas dinyatakan oleh keofisien reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya.
a. Reliabilitas Angket Tingkat Kesepian
Pada angket tingkat kesepian, pengujian reliabilitas menggunakan Uji Alpha Cronbach, dan diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,919.
Tabel 4.3
Hasil Reliabilitas Skala Angket Tingkat Kesepian Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items ,919 ,919 36
b. Reliabilitas Angket Attachment
Hasil perhitungan reliabilitas angket attachment diperoleh reliabilitas sebesar 0,930 dengan menggunakan Uji Alpha Cronbach.
Tabel 4.4
Hasil Reliabilitas Skala Angket Attachment
Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items ,930 ,930 41
Menurut Azwar (2012) jika keofisien korelasi Alpha lebih dari 0,8 maka menunjukkan bahwa reliabilitas alat ukur termasuk dalam kategori baik. Dari perolehan reliabilitas angket tingkat kesepian dan angket attachment di atas, dapat disimpulkan bahwa alat ukur kedua variable tersebut reliabel dengan kategori tingkat reliabiltas yang baik yaitu 0,919 dan 0,930. Dari hasil perhitungan reliabilitas dan validitas, maka angket tingkat kesepian dan angket attachment dapat dikatakan memenuhi validitas dan reliabilitas sebagai alat ukur.
E. UJI ASUMSI
Uji asumsi dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah data yang telah memenuhi asumsi analisa sebagai syarat untuk melakukan analisis dengan teknik korelasi Pearson Product Moment. Untuk uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov.
1. Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov untuk menguji apakah distribusi pengisian jawaban sampel normal atau tidak pada alat ukur yang dipakai (angket Tingkat Kesepian dan angket Attachment ). Aturan dalam pengujian ini adalah apabila p < 0,05, maka distribusinya adalah tidak
normal, demikian pula sebaliknya apabila p > 0,05 maka distribusinya adalah normal. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Uji Asumsi Variabel Tingkat Kesepian
Hasil Uji Normalitas yang diperoleh variabel tingkat kesepian menunjukkan bahwa nilai keofisien Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,631 dengan nilai signifikan 0,821 (p > 0,05), sehingga dikatakan distribusi jawaban sampel adalah berdistribusi normal. Untuk memperjelas data disajikan dalam bentuk tabel 4.5 :
Tabel 4.5
Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
KESEPIAN
N 166
Normal Parametersa,b
Mean 87,84
Std. Deviation 12,392
Most Extreme Differences
Absolute ,049
Positive ,049
Negative -,036
Kolmogorov-Smirnov Z ,631
Asymp. Sig. (2-tailed) ,821
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
b. Uji Asumsi Variabel Attachment
Hasil Uji Normalitas yang diperoleh variabel tingkat kesepian menunjukkan bahwa nilai keofisien Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,618 dengan nilai signifikan 0,839 (p > 0,05), sehingga dikatakan distribusi jawaban sampel adalah berdistribusi normal. Untuk memperjelas data disajikan dalam bentuk tabel 4.6 di bawah ini :
Tabel 4.6
Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
ATTACHMENT
N 166
Normal Parametersa,b Mean 132,21
Std. Deviation 14,365
Most Extreme Differences
Absolute ,048
Positive ,048
Negative -,064
Kolmogorov-Smirnov Z ,618
Asymp. Sig. (2-tailed) ,839
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
2. Analisa Deskriptif
Berdasarkan data item valid yang ada, maka selanjutnya dibuat kategori. Dalam penelitian ini akan dibuat sebanyak 3 kategori, yaitu kategori rendah, sedang, dan tinggi. Berikut ini adalah formula yang memudahkan pengkategorian tinggi rendahnya untuk variabel tingkat kesepian.
2.1Variabel Kesepian
Untuk menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel kesepian pada remaja digunakan 3 (tiga) kategori, yaitu: tinggi, sedang dan rendah. Karena itu akan disesuaikan dengan tiga pola dalam skala attachment. Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-rata, minimal, maksimal, dan standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala kesepian.
Tabel 4.7
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran Skala Kesepian
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
KESEPIAN 175 59 119 88,83 12,939
Valid N (listwise) 175
Berdasarkan tabel di atas, tampak skor empirik yang diperoleh pada skala kesepian paling rendah adalah 59 dan skor paling tinggi adalah 119, rata-ratanya 88,83 dengan standar deviasi 12,939. Nilai-nilai tersebut diperoleh dari 44 butir item skala tingkat kesepian. Setiap butir item memiliki pilihan jawaban sebanyak 4 dengan skoring dari 1 sampai dengan 4 maka peluang skor tertinggi adalah 4 x 44 = 176 dan peluang skor terendah adalah 1 x 44 = 44. Dengan adanya skor tertinggi, skor terendah dan banyaknya kategori, maka dapat dihitung lebar interval dengan rumus sebagai berikut :
i = 44
dengan didapatkannya i dari penggunaan rumus di atas maka frekuensi hasil pengukuran variabel kesepian berdasarkan kategori tersebut disajikan pada tabel 4.8:
Tabel 4.8 Kategori Kesepian
INTERVAL KATEGORI JUMLAH
44 – 88 Rendah 96
89 – 133 Sedang 79
134 – 176 Tinggi 0
TOTAL 175
Dari tabel di atas diketahui bahwa 96 siswa memiliki tingkat kesepian pada kategori rendah, 79 siswa pada kategori sedang dan tidak ada siswa yang memiliki tingkat kesepian dalam kategori tinggi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa lebih banyak siswa di SMA Kristen 1 Salatiga yang dijadikan sampel penelitian menempatkan kategori rendah dalam tingkat kesepian.
2.2Variabel Attachment
Untuk menentukan hasil pengukuran variabel attachment dengan orangtua digunakan 3 (tiga) kategori, yaitu: secure, anxious dan avoidant. Karena itu merupakan tiga pola yang terdapat dalam attachment. Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-rata, minimal, maksimal, dan
standar deviasi sebagai hasil pengukuran skala kesepian.
Tabel 4.9
Statistik Deskriptif Hasil Pengukuran Skala Attachment
Berdasarkan tabel di atas, tampak skor empirik yang diperoleh pada skala attachment paling rendah adalah 112 dan skor paling tinggi adalah 199, rata-ratanya 162,14 dengan standar deviasi 15,841. Nilai-nilai tersebut diperoleh dari 54 butir item skala attachment. Setiap butir item memiliki pilihan jawaban sebanyak 4 dengan skoring dari 1 sampai dengan 4 maka peluang skor tertinggi adalah 4 x 54 = 216 dan peluang skor terendah adalah 1 x 54 = 54.
3. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yanglinear antara kedua variabel penelitian. Hubungan yang linear menggambarkan bahwa perubahan pada variabel bebas akan cenderung
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ATTACHMENT 175 91 112 199 162,14 15,841
Valid N
diikuti oleh perubahan variabel tergantung dengan membentuk garis linear. Dari hasil uji linearitas diperoleh diperoleh F beda = 1,594 dan nilai signifikansi sebesar 0,021. Karena signifikansi lebih dari 0,05 maka hubungan antara tingkat kesepian dengan attachment adalah linear. Tabel uji linearitas disajikan pada tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.10 Hasil Uji Linearitas
ANOVA Table Sum of Squares Df Mean Square F Sig. KESEPIAN * ATTACHMENT Between Groups (Combined) 24428,925 54 452,388 55,201 ,000 Linearity 23736,697 1 23736,697 2896,363 ,000 Deviation from Linearity 692,229 53 13,061 1,594 ,021 Within Groups 909,683 111 8,195 Total 25338,608 165
F. UJI HIPOTESIS (UJI KORELASI)
Pengujian hipotesis dilakukan pada masing-masing tipe dalam attachment dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Karl Pearson.
Tabel 4.11
Uji Korelasi Secure Attachment dengan Kesepian
Correlations SECURE KESEPIAN SECURE Pearson Correlation 1 -,968** Sig. (2-tailed) ,000 N 166 166 KESEPIAN Pearson Correlation -,968** 1 Sig. (2-tailed) ,000 N 166 166
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari hasil pengolahan data pada tabel di atas menunjukkan nilai korelasi sebesar -0,968** dengan signifikasi 0,000 yang bernilai kurang dari 0,05 sehingga berarti adanya hubungan negatif antara secure attachment dengan tingkat kesepian.
G. PEMBAHASAN
Untuk melihat hubungan antara tingkat kesepian dan attachment dengan orangtua pada remaja SMA, peneliti melakukan pengujian dengan menggunakan uji korelasi. Dari perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara tingkat kesepian pada remaja SMA dengan secure attachment remaja-orangtua. Hasil korelasi antara tingkat kesepian dengan secure attachment menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan nilai korelasi sebesar -0.968** dan signifikansi 0,000 yang bernilai kurang dari 0.05, berarti adanya hubungan negatif antara secure attachment dengan tingkat kesepian. Dengan demikian berarti hipotesa dalam penelitian ini diterima, bahwa semakin lekat remaja dengan orangtua (secure attachment) maka semakin rendah tingkat kesepian pada remaja atau remaja tidak merasa kesepian.
Kelekatan (attachment) dengan orangtua ini sangat mempengaruhi kesepian yang dialami remaja dimungkingkan karena adanya beberapa alasan, salah satunya menyangkut keterbukaan remaja kepada orangtua. Sears (dalam Santrock, 2003) mengungkapkan bahwa orang yang kesepian sering kali merasa terjebak dalam beban kewajiban yang dimiliki dalam hubungan sosial. Tuntutan yang dialami remaja berbeda dengan individu pada umumnya dan tuntutan-tuntutan tersebut dapat menyebabkan perasaan kesepian pada diri remaja. Contoh yang
biasanya terjadi pada remaja SMA seperti tuntutan penerimaan sebagai anggota dari kelompok yang sangat dikagumi atau disegani di sekolah. Karena tuntutan lingkungan sosial yang seperti itu remaja akan mencari hal-hal yang dapat memenuhi tuntutan yang ada dalam kelompok tersebut supaya tidak dikucilkan melalui orangtua mereka dengan meminta apa yang mereka inginkan atau kelompok inginkan. Hal itu dapat terjadi salah satunya karena kurangnya hubungan yang berarti dalam keluarga terutama dengan orangtua.
Seperti yang dipaparkan oleh Sadler (2005) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kesepian itu adalah attachment, individu yang memiliki gaya kelekatan (attachment) secure lebih tidak merasakan kesepian dibandingkan dengan dua gaya kelekatan lainnya. Shaver & Mikulincer (2002) mengemukakan secure attachment konsisten dikaitkan dengan rendahnya tingkat kesepian, namun tidak pada anxious dan avoidant attachment terkait dengan tinggi rendahnya tingkat kesepian.
Untuk remaja yang sangat lekat (secure) dengan orangtua, terbiasa dengan adanya hubungan yang hangat dan kepercayaan yang besar dengan orangtua, dengan mudah juga mereka membagikan apa yang dirasakan dan dialaminya dalam lingkungan sosial. Dengan demikian remaja tersebut merasa tidak terbebani sehingga rendahnya tingkat kesepian yang dirasakan. Namun sebaliknya yang terjadi pada dua tipe lainnya (anxious dan avoidant) yang tidak memiliki kedekatan dengan orangtua,
remaja dalam tipe tersebut berkemungkinan untuk merasa sangat kesepian ataupun bahkan tidak merasakan kesepian.
Rice (dalam Santrock, 2003) menjelaskan bahwa remaja yang kehilangan dukungan dari orangtua akan mengalami perasaan ditiggalkan atau sendirian sehingga akan mencari dukungan itu dari lingkungan sosial lainnya. Hal tersebut bida menjadi salah satu pilihan yang dilakukan oleh remaja ketika mereka merasa orangtua tidak peduli dengan apa yang mereka rasakan. Dari hasil pebelitian ini terlihat bahwa sangat penting peran orangtua untuk terus memantau perkembangan diri remaja, terkhusus dalam kesejahteraan psikologis pada diri remaja, terutama remaja SMA karena pada masa remaja ini pengaruh lingkungan sosial cukup besar.