• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN Industri jasa asuransi merupakan salah satu pilar keuangan, gunanya untuk memproteksi usaha dari segala macam bentuk kecelakaan yang ti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN Industri jasa asuransi merupakan salah satu pilar keuangan, gunanya untuk memproteksi usaha dari segala macam bentuk kecelakaan yang ti"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA PENGUKURAN KINERJA KESEHATAN KEUANGAN

PERUSAHAAN ASURANSI JIWA BERDASARKAN

METODE BATAS TINGKAT SOLVABILITAS MINIMUM

PT. ASURANSI JIWASRAYA

Melissa Maya Karuniawati

UNIVERSITAS GUNDARMA

ABSTRAK

Batas tingkat Solvabilitas Minimum adalah suatu jumlah minimum tingkat solvabilitas yang ditetapkan, yaitu sebesar jumlah dana yang dibutuhkan untuk menutup resiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi pengelolaan kekayaan. Pengukuran rasio pencapaian solvabilitas atau batas tingkat solvency minimum (BTSM) yang didasarkan pada keputusan Mentri Keuangan No.424/KMK/06/2003 tentang pelaporan perusahaan asuransi dan keputusan Direktorat Jendral Lembaga Keuangan No. 53 14/LK/2000 dengan rumusan kekayaan yang diperkenankan dikurangi kewajiban dibagi BTSM dikali 100%. Harus lebih dari ketetapan yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu sebesar 120% untuk (tahun 2004), 120% (tahun2005), dan untuk (tahun2006)juga harus sebesar 120%.

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) dari PT. Asuransi Jiwasraya dalam hal pengukuran kinerja keuangannya dengan menggunakan metode RBC untuk tahun 2004, 2005, dan 2006.

Dari analisa tersebut maka penulis berkesimpulan bahwa hasil perhitungan menunjukan rasio pencapaian solvabilitas yang sebesar 136,74% (tahun 2004), 139,63 (tahun 2005) dan 13 8,44% (tahun 2006). Maka Batas Tingkat Solvabilitas Minimum yang dimiliki PT. Jiwasraya telah melampaui Batasan Tingkat Solvabilitas yang ditetapkan pemerintah (Depkeu).

(2)

I. PENDAHULUAN

Industri jasa asuransi merupakan salah satu pilar keuangan, gunanya untuk memproteksi usaha dari segala macam bentuk kecelakaan yang tidak diinginkan. Usaha asuransi mengambil alih berbagai resiko dari pihak lain sehingga perusahaan asuransi menjadi padat resiko apabila tidak dikelola dengan baik.. Batas tingkat solvabilitas (solvancy margin) merupakan tolok ukur kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi. Batas tingkat solvabilitas ini merupakan selisih antara kekayaan terhadap kewajiban yang perhitungannya didasarkan pada cara perhitungan tertentu sesuai sifat asuransi. Dalam SK (Surat Keputusan) Mentri keuangan No.424/KMK 06/2003 tentang perhitungan tingkat solvabilitas dengan metode Risk Based Capital (RBC). Penyesuaian pemenuhan kebutuhan RBC dilakukan dengan target angka dan toleransi waktu yang sangat longgar dan protektif. Yakni, minimum 120%. pada akhir triwulan pertama 2004, pada akhir tahun 2005, dan pada akhir tahun 2006. Pentingnya masalah tersebut dalam perusahaan asuransi sangat menarik untuk dijadikan bahan penulisan skripsi saya dengan judul “Pengukuran Kinerja Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi Jiwa Berdasarkan metode Batas Tingkat Solvabilitas Minimum PT.Asuransi Jiwasraya “.

Identifikasi Masalah, Industri asuransi sepertinya luput dari restrukturisasi pemerintah. Perang tarif khususnya untuk asuransi jiwa akan menjadi bumerang bagi nasabah dalam pembayaran klaim dan pemegang polis akan dirugikan. Tidak adanya penyelesaian yang pasti bila ada perusahaan asuransi yang ingkar janji bagi

(3)

pemegang polis maupun perusahaan asuransi itu sendiri. Masyarakat masih lebih percaya pada perusahaan asuransi patungan di bandingkan lokal. Jadi perusahaan asuransi lokal mau tidak mau menstrukturisasi diri terutama untuk mengenali pasar khususnya sendiri. Jalan keluar dari kesulitan tersebut harus didasarkan pada pemerintah paling tidak ditetapkan. Dengan adanya RBC diharapkan dapat mencegah agar asuransi jangan hancur seperti perbankan

Penulis merumuskan masalah pada, Bagaimana pengukuran tingkat kesehatan/kinerja perusahaan asuransi jiwa dengan metode RBC, Unsur- unsur yang terlibat dalam pengukuran tersebut, Berapa rasio kesehatan keuangan perusahaan asuransi dengan batas tingkat solvabilitasnya tahun 2004, 2005, 2006.

Permasalahan yang dibahas dibatasi dengan pembahasan penerapan RBC dalam perhitungan solvency margin perusahaan asuransi kerugian pada PT. Asuransi Jiwasraya.

Adapun tujuan penulisan skripsi adalah untuk, Mengetahui apakah perusahaan asuransi yang diteliti telah memenuhi syarat didalam memenuhi tingkat solvabilitas yang telah ditentukan berdasarkan SK menkeu No.424/KMK.06/2003, Mengetahui bagaimana cara perhitungan RBC perusahaan asuransi, Mengetahui rasio kesehatan keuangan dengan batas tingkat solvabilitas tahun 2004, 2005. 2006.

Adapun manfaat penelitian dalam skripsi ini adalah, Manfaat akademis, agar dapat mengetahui bahwa Batas Tingkat Solvabilitas Minimum yang ditetapkan Pemerinatah terhadap perusahaan asuransi konvesional harus melebihi 120% dari ketetapan Menkeu, dimana Batas Tingkat Solvabilitas untuk perusahaan asuransi

(4)

tersebut di ukur dengan metode RBC. Manfaat praktis, agar dapat mengetahui bahwa rasio kesehatan keuangan melalui batas tingkat solvabilitas perusahaan asuransi sangat dipengaruhi oleh perbandingan tingkat kekayaan dan kewajiban perusahaan tersebut.

BAB II. LANDASAN TEORI

Pengertian asuransi menurut Undang-Undang nomor 2 tahun 1992 tentang usaha asuransi adalah sebagai berikut: Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri dengan tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari sesuatu yang ditanggungkan. tertanggung dan penanggung mengikat sesuatu perjanjian tentang hak dan kewajiban masing-masing. Perusahaan asuransi membebankan sejumlah premi yang harus di bayar sebelumnya sudah ditaksirkan dulu atau diperhitungkan dengan nilai resiko yang akan dihadapi. . semakin besar resiko, maka semakin besar premi yang harus dibayarkan dan sebaliknya. Jadi pada prinsipnya asuransi mengandung pengertian tentang adanya pengalihan resiko.

Fungsi perusahaan asuransi adalah memberikan financial assistance kepada pihak-pihak yang menderita kerugian. Asuransi jiwa memberikan dukungan bagi pihak yang selamat dari suatu kecelakaan, santunan bagi tertanggung yang

(5)

meninggal, bantuan untuk menghindari kerugian yang disebabkan oleh meninggalnya orang kunci, penghimpunan dana untuk persiapan pensiun. Fungsi primer asuransi adalah penyediaan mekanisme pengalihan resiko melalui alat/cara common pool yang mana setiap pemegang polis membayar premi yang adil dan seimbang, sesuai dengan tingkat kerugian atas pertanggungan yang dibawanya kedalam pool tersebut. Fungsi primer terdiri dari Mekanisme Pengalihan Resiko (Risk Transfer Mechanism),

(Establish Common Pool), Equitable Premium. Fungsi Sekunder, Fungsi ini dapat merubah fungsi dana (fund) yang tidak produktif dan menyalurkan kedalam bentuk investasi pengembangan usaha/bisnis yang lebih produktif. Tanpa adanya asuransi, perusahaan/pabrik ukuran menengah keatas mungkin perlu membentuk cadangan (reserve) untuk keperluan darurat (emergency). Fungsi sekunder diantaranya seperti, keamanan pada pelaku bisnis (Security) , Loss Prevention, Loss Control Reduction, Social Benefits, Savings. Fungsi Terkait lainnya seperti Investment, Invisable Earnings.

Beberapa karakteristik usaha asuransi Jiwa diantaranya: Asuransi jiwa adalah suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan asuransi dalam penanggulangan resiko yang dikaitkan dengan jiwa atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan misalnya meninggal dunia dan cacat akibat kecelakaan, Bisnis asuransi jiwa identik dengan kepercayaan atau adanya kepastian dan kenyamanan yang diterima oleh nasabah, kepercayaan merupakan unsur paling dominan dalam menetukan royalitas pelanggan, karena manfaat asuransi jiwa baru akan diperoleh dalam jangka panjang, Di dalam asuransi jiwa, Pertanggungjawaban keuangan kepada para tertanggung

(6)

mempengaruhi penyajian laporan keuangan, Laporan keuangan sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur estimasi, misalnya estimasi jumlah premi yang belum merupakan pendapatan (unearned premium), estimasi jumlah klaim yang terjadi namun belum dilaporkan. (incurred but not reported claim), Pihak tertanggung (pembel i asuransi) membayar premi asuransi terlebih dahulu kepada perusahaan asuransi sebelum peristiwa yang menimbulkan kerugian yang diperjanjikan terjadi, Peraturan perundang-undangan di bidang pengasuransian mewajibkan perusahaan asuransi kerugian memenuhi ketentuan kesehatan keuangan misalnya tingkat solvabilitas.

Prinsip-Prinsip D alam Asuransi, Insurable Interest merupakan hal berdasarkan hukum, Utmost good faith atau “itikad baik”, Indemnity atau ganti rugi, Proximate Cause adalah suatu sebab aktif, Subrogation merupakan hak penanggung yang telah memberikan ganti rugi kepada tertanggung untuk menuntut pihak lain yang mengakibatkan kepentingan asuransinya mengalami peristiwa kerugian, Contribution suatu prinsip dimana penanggung berhak mengajak penanggung-penanggung lain yang memiliki kepentingan yang sama untuk ikut bersama membayar ganti rugi kepada tertanggung.

Aspek Keuangan Perusahaan Asuransi, Sumber pendapatan perusahaan asuransi yang paling utama adalah pendapatan premi yang diperoleh dari nasabah. Pendapatan lainnya yang diperoleh dari investasi perusahaan. Penempatan investasi yang diperkenankan dalam SK Menkeu No.424/KMK.06 /2003 yang dilaksanakan oleh perusahaan asuransi.

(7)

Unsur-unsur Pendapatan Asuransi, Sesuai dengan standart akuntansi keuangan pendapatan yang diperoleh dari aktifitas perusahaan asuransi adalah pendapatan underwriting (premi tanggungan sendiri ), yang terdiri dari premi bruto, dikurangi premi reasuransi dan dikurangi / ditambah kenaikan / penurunan premi yang belum merupakan pendapatan. Cadangan teknis (technical reserve) adalah dana yang harus disisihkan untuk memenuhi kewajiban kepada tertanggung atau pemegang polis. Cadangan teknis pada umumnya terbagi menjadi: Cadangan premi yang belum merupakan pendapatan (unearned premium reserve), Cadangan klaim dalam proses (outstanding claim reserve), Cadangan klaim yang sudah terjadi tetapi belum dilaporkan (IBNR claim reserve), Cadangan klaim katastropi (catasthrop claim reserve).

Risk Based Capital,Batas tingkat Solvabilitas Minimum adalah suatu jumlah minimum tingkat solvabilitas yang ditetapkan, yaitu sebesar jumlah dana yang dibutuhkan untuk menutup resiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari devisi pengelolaan. Komponen-komponen Batas Tingkat Solfabilitas Minimum (Risk Based Capital) terdiri dari : Kegagalan pengelolaan kekayaan, Ketidakseimbangan antara nilai kekayaan dan kewajiban dalam setiap jenis mata uang, Perbedaan antara beban klaim yang terjadi dan beban klaim yang diperkirakan, Ketidakseimbangan pihak reasuradur untuk memenuhi kewajiban membayar klaim.

III. METODE PENELITIAN

Obyek Penelitian, PT. ASURANSI JIWASRAYA (General insurance) adalah suatu perusahaan asuransi yang bergerak dibidang asuransi jiwa. Tanggal 31 Desember 1859 menjadi awal kiprah Jiwasraya di Indonesia yang lahir dengan nama

(8)

Nederlandsche Indisch Levenverzekering en Lijvrente Maatschappij (NILLMIJ). Bidang usaha dan perkembangannya, Jenis-jenis usaha/produk yang disediakan oleh PT. Asuransi Jiwasraya antara lain: Produk individu, Produk Investasi dan Unit Link, Produk Pendidikan (Beasiswa), Produk Proteksi, Produk Anuitas, Produk Kumpulan, Produk Pensiun. Struktur Organisasi, merupakan salah satu fungsi dari manjemen yang menunjang, untuk itu dalam usaha meraih tujuan usaha maka harus didukung oleh penempatan orang-orang secara tepat yang dapat menggerakkan organisasi dengan baik. Data Yang Digunakan, Data yang penulis gunakan untuk menganalisis pengukuran kinerja keuangan PT. Asuransi Jiwasraya adalah Data internal, data yang didapat penulis dari dalam perusahaan, dimana penulis memperolehnya dengan melakukan riset pada perusahaan asuransi jiwasraya selama 1 bulan pada bulan mei 2008, DataTime series, data yang diperoleh penulis berupa laporan keuangan seperti Neraca per 31 Desember 2004, 2005, 2006, Laporan laba/Rugi per 31 Desember tahun 2004, 2005, 2006, Laporan Pemenuhan Tingkat Solvabilitas per 31 Desember 2004, 2005, 2006, Laporan Informasi lain per 31 Desember 2004, 2005, 2006, Laporan Produk Asuransi yang dikaitkan dengan investasi per 31 Desember 2004, 2005, 2006, Laporan Batas Tingkat Solvabilitas tahun 2004, 2005, 2006.

Metode pengumpulan data yang penulis gunakan yaitu melalui Studi pustaka, penulis menggunakan sumber buku untuk memperoleh pengetahuan mengenai asuransi beserta perhitungan pengukuran kinerja keuangan PT. Asuransi Jiwasraya (BTSM), Studi Lapangan Wawancara (interview), Pengamatan

(9)

BTSM (Observation).

(10)

Alat Analisis Yang Digunakan yaitu Analisis Deskriptif, , yakni penulis menganalisis masalah dengan perbandingan penggunaan tabel perhitungan neraca, laba-rugi, dan tabel batas tingkat solvabilitas minimum (BTSM) dalam laporan keuangan dengan mengunakan metode RBC (Risk Based Capital).

BAB IV ANALISIS DATA

Analisis rasiosolvabilitas atauRisk Based Capital, Analisis kinerj a keuangan PT. Jiwasraya dilakukan dengan menggunakan metode RBC atau pengukuran rasio pencapaian solvabilitas atau batas tingkat solvency minimum (BTSM) yang didasarkan pada keputusan Mentri Keuangan No.424/KMK06/2003. dengan rumusan sebagai berikut:

K EKAYAAN YANG DIPERK ENANKAN–K EWAJIBAN X1 00%

BTSM

Berdasarkan data laporan keuangan tahun 2004-2006 yang terdapat pada lampiran, PT. Jiwasraya tentang Batas Tingkat Solvabilitas maka hasil perhitungan rasio pencapaian solvabilitas PT. Jiwasraya adalah:

Tahun 2004 sebesar:

(11)

BTSM Tahun 2005 sebesar:

Jumlah Tingkat Solvabilitas : 139,63% BTSM

Tahun 2006 sebesar:

Jumlah Tingkat Solvabilitas : 13 8,44%

BTSM

Berdasarkan perhitungan diatas diketahui bahwa Batas Tingkat Solvabilitas Minimum untuk tahun 2004 harus sebesar 120%, untuk tahun 2005 sebesar 120%, dan untuk tahun 2006 harus sebesar 120%. Namun, dibandingkan dengan rasio pencapaian solvabilitas PT. Jiwasraya pada tahun-tahun sebelumnya dengan rasio pencapaian solvabilitas yang sebesar 136,74% tahun 2004, 139,63 tahun 2005 dan 13 8,44% tahun 2006. Maka Batas Tingkat Solvabilitas (RBC) yang dimiliki PT. Jiwasraya telah melampaui Batasan Tingkat Solvabilitas yang ditetapkan pemerintah (Depkeu). Hasil perbandingan ini menunjukan bahwa, kebijakan investasi yang dilakukan perusahaan, masih memenuhi persyaratan. Berdasarkan kinerja tahun ke tahun kondisi keuangan rasio solvabilitas PT. Jiwasraya selalu mengalami fluktuasi (Kenaikan dan Penurunan) dari tahun ke tahun. Namun, yang terpenting adalah batas dari rasio perusahaan selalu diatas batasan yang ditetapkan oleh pemerintah (Depkeu) agar perusahaan asuransi dapat terus beroperasi dan tidak dilikuidasi.

(12)

Perolehan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum, Dari lampiran diperoleh batas tingkat solvabilitas minimum untuk tahun 2004 sebesar 268.97 1,93, untuk tahun 2005 sebesar 291.015,82 dan untuk tahun 2006 sebesar 314.140,59 dari seluruh jumlah BTSM yang dihasilkan dari tiap tahun menunjukan peningkatan terus menerus, sehingga dalam hal ini dapat diketahui bahwa perusahaan dapat mengatasi berbagai macam resiko yang ditimbulkan dari berbagai macam komponen batas tingkat solvabilitas yang dilakukan melalui penanaman investasinya.

Perhitungan Komponen Rasio Solvabilitas (BTSM), Berikut Perincian Dari Faktor-faktor Atau Komponen Batasan Tingkat Solvabilitas:

A. Kegagalan Pengelolaan Kekayaan (Asset Default) dari jumlah kekayaan yang diperkenankan sebesar Rp. 3.355.104.45 (tahun2004), Rp.3 .656.313.03 (tahun 2005), Rp. 4.410.230.56 (tahun 2006). Dan kegagalan dalam mengelola kekayaan perusahaan hanya sebesar Rp. 110.75 8.02 (tahun 2004), dan Rp. 115.356.84 (tahun 2005), sedangkan Rp. 103.924.60 (tahun2006). Dimana dana ini dimaksudkan untuk mengatasi kemungkinan kehilangan atau penurunan nilai kekayaan perusahaan.

B. Ketidakseimbangan Antara Proyeksi Arus Kekayaan Dan Kewajiban (Cash Flow Risk).Jumlah dana yang dibutuhkan untuk menanggulangi resiko dari ketidakseimbangan ini adalah nilai absolut dari hasil perhitungan yang ada, dimana besarnya Rp. 1 16.092.26 (tahun 2004), Rp. 127.367.81 (tahun2005), dan Rp. 154.936.60 (tahun 2006). Resiko ini ditentukan dengan

(13)

membandingkan nilai sekarang dari proyeksi arus kas kekayaan dan nilai sekarang dari proyeksi arus kas kewajiban.

C. Ketidakseimbangan Antara Nilai Kekayaan Dan Kewajiban Dalam Setiap Jenis Mata Uang ( Currency Risk ). Pada tahun2004, 2005, 2006, PT. Jiwasraya tidak memiliki resiko ini, karena jumlah kekayaan dalam masing-masing mata uang.lebih besar dari pada kewajibannya. Dimana berarti perusahaan cukup berhasil menjaga keseimbangan antara kewajiban dan kekayaan untuk masing-masing mata uang. Resiko ini ditentukan dengan membandingkan kekayaan dengan kewajiban yang dimiliki oleh perusahaan dalam setiap jenis mata uang.

D. Perbedaan Antara Beban Klaim Yang Terjadi dan Beban Klaim Yang Diperkirakan (Claim Risk). Jumlah dana yang diperkirakan untuk menanggulangi akibat perbedaan antara beban klaim yang terjadi dengan beban klaim yang diperkirakan sebesar Rp.15.147.24 (tahun2004), Rp. 17.856.84 (tahun2005), dan Rp. 23.818.44 (tahun 2006). Resiko ini timbul dari kemungkinan pengalaman klaim yang terjadi lebih buruk dari klaim yang diperkirakan oleh perusahaan asuransi.

E. Ketidakcukupan Premi Akibat Perbedaan Hasil Investasi Yang Diasumsikan Dalam Penetapan Premi Dengan hasil investasi yag diperoleh (InvestmentRisk). Jumlah dana yang diperkirakan untuk menanggulangi resiko perbedaan hasil investasi yang diperkirakan untuk menanggulangi resiko perbedaan hasil investasi yang diperkirakan dengan yang diperoleh adalah

(14)

sebesar Rp.26.974.41 (tahun2004), Rp. 30.446.31 (tahun 2005),dan Rp. 31. 460.95 (tahun 2006). Resiko ini untuk menanggulangi apabila hasil investasi yang diperoleh oleh perusahaan lebih rendah dari pada yang diperkirakan (Plafond).

F. Ketidakmampuan Pihak Reasuradur Untuk Memenuhi Kewajiban Membayar Klaim (Reinsurance Risk). Jumlah yang dialokasikan untuk faktor ini adalh sebesar O% untuk tiap-tiap tahun. Hal ini berkaitan dengan pihak reasuransi (penanggung ulang atau reasuransi) dari PT. Jiwasraya. Oleh karena itu, sesuai dengan ketetapan dari Depkeu maka resiko reasurandur adalah nihil.

Analisis Rasio Selain Batas Tingkat Solvabilitas

Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban lancarnya ( jangka pendeknya). Rasio ini paling penting dalam menentukan solvabilitas perusahaan asuransi. Perhitungan dalam rasio likuiditas dapat dilakukan dengan menggunakan rumus berikut:

Rasio Likuiditas = Kekayaan lancar

Kewajiban lancar Tahun 2004 = 4029,1%

Tahun 2005 = 4866,56% Tahun 2006 = 4003,15%

(15)

Rasio-rasio tersebut ini menunjukan bahwa PT. Jiwasraya dapat atau mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada para pemegang polis.

Dilihat dari tingginya persentase rasio, walaupun mengalami fluktuasi, namun rasio yang tinggi juga dapat menunjukan adanya permasalahan dalam hal likuiditas dan perusahaan kemungkinan besar berada pada kondisi yang tidak

solven (sehat), sehingga perlu dilakukan analisis terhadap tingkat kecukupan cadangan (reserve adequency) serta kestabilan dan likuiditas kekayaan yang diperkenankan(admitted assets).

Dilihat dalam kondisi internal PT. Jiwasraya sendiri, kondisi likuiditas perusahaan sudah cukup baik karena perusahaan secara financial dapat memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya.

Rasio Perimbangan Investasi dengan Kewajiban, Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya kepada para pemegang polis. Perhitungan rasio Investasi terhadap cadanga Teknis dan retensi sendiri dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

Rasio investasi dengan kewajiban = Investasi : (cadangan Teknis + hutang klaim + retensi sendiri)

Tahun 2004 = 104,98% Tahun 2005 = 102,04% Tahun 2005 = 104,31%

(16)

Batasan dari pemerintah (Depkeu) untuk rasio perimbangan ini minimal sebesar 100%.

Rasio-rasio tersebut diatas menunjukan bahwa kondisi perimbangan antara investasi dengan kewajiban PT. Jiwasraya dalam memenuhi kewajibannya kepada para pemegang polis sudah baik, hal ini dapat dilihat dari rasio PT. Jiwasraya yang sudah melebihi batas rasio yang telah ditetapkan pemerintah sebesar 120%.

Rasio Pendapatan Investasi neto Terhadap Rata-Rata Investasi, Rasio ini memberikan indikasi dalam menilai kemampuan manajemen dan kebijakan-kebijakan investasi dari perusahaan yang bersangkutan (Asuransi) dan dapat menentukan sehat tidaknya perusahaan asuransi dari penentuan jumlah laba yang diperoleh. Perhitungan rasio pendapatan investasi neto dapat dilakukan dengan rumus berikut:

Rasio pendapatan investasi neto terhadap rata-rata investasi = Pendapatan Investasi Neto

Rata-rata investasi Tahun 2004 = 9,15 % Tahun 2004 = 9,57 % Tahun 2004 = 6,98 %

Rendahnya rasio ini menunjukan bahwa investasi yang dilakukan perusahaan kurang tepat, dimana dapat disebabkan penempatan yang salah dalam harta tetap,

(17)

investasi spekulatif atau dalam hal metode penilaian aktiva, solvabilitas dan likuiditas investasi.

Penyebab rendahnya rasio ini adalah terbatasnya portofolio investasi yang tersedia (available) sehingga pendapatan dari sektor ini kurang maksimal atau belum optimal namun secara internal perusahaan, kendala kurangnya portofolio diatas masih dalam tingkat wajar atau tingkat pencapaian rasio ini sudah cukup baik.

Rasio Beban Klaim, Beban Usaha dan Komisi neto, Rasio-rasio ini digunakan untuk mengukur beban dari perusahaan yang terdiri dari beban klaim, beban usaha, dan beban komisi terhadap pendapatan preminya. Rasio ini juga menunjukan tingkat efisiensi perusahaan. Rasio ini dihasilkan dari total perhitungan rasio beban klaim, rasio beban usaha, dan rasio komisi neto dari tiap tahunnya.

A. Rasio Beban Klaim, Rasio ini sangat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari usaha asuransi serta menjaga likuiditas perusahaan. Perhitungan rasio beban klaim dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

Rasio beban klaim = beban klaim

Pendapatan premi neto Tahun 2004 = 52,97%

Tahun 2005 = 74,56% Tahun2006 = 54,12 %

(18)

Secara teoritis tingginya rasio beban klaim ini memberikan informasi tentang buruknya proses underwriting dan penerimaan penutupan resiko serta sangat mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam melaksanakan fungsi teknis asuransi(underwriting).

Besarnya rasio diatas yang dimiliki PT. Jiwasraya masih dalam batas kewajaran dan tidak terlalu tinggi. Hal ini membuktikan bahwa PT. Jiwasraya sudah cukup baik dalam proses dan fungsiunderwritingserta dalam hal pendapatan resiko.

B. Rasio Beban Usaha,Rasio ini untuk mengukur biaya administrasi atau umum/manajemen yang terjadi dalam kegiatan usaha serta memberi indikasi tentang tingkat efisiensi operasi perusahaan selain itu rasio ini juga merupakan rasio terpenting karena dapat dijadikan ukuran dalam melihat rentabilitas.

Rasio beban usaha = Beban Usaha

Pendapatan premi neto Tahun 2004 = 19,85%

Tahun 2005 = 22,12% Tahun 2006 = 15,87%

Besarnya rasio-rasio diatas menunjukan peningkatan dan penurunan dari tiap tahunnya sehingga dapat diketahui bahwa perusahaan asuransi belum begitu efisien dalam biaya menejemennya.

(19)

Perlu adanya analisis lebih mendalam terhadap setiap unsur biaya manajemen, khususnya yang memberi kontribusi terbesar (misalnya: biaya umum dan administrasi).

C. Rasio Komisi Neto, Rasio ini untuk mengukur biaya komisi yang dikeluarkan perusahaan atas bisnis yang didapat, disamping itu juga, rasio ini dapat juga digunakan untuk melakukan perbandingan besarnya tarif komisi keperantaraan antara perusahaan yang satu dengan yang lain dengan rata-rata tarif dalam industri.

Rasio komisi neto = Komisi neto Pendapatan premi neto Tahun 2004 = 4,15%

Tahun 2005 = 5,08% Tahun 2006 = 10,28%

Tingginya rasio-rasio ini menunjukan bahwa PT. Jiwasraya sudah cukup baik dalam mengelola biaya komisinya.

Berdasarkan perhitungan rasio beban klaim, rasio beban usaha, dan rasio komisi neto maka didapat jumlah total rasio beban (klaim, usaha, komisi) terhadap pendapatan premi neto % sebesar 76,97% untuk (tahun2004), 101,76% (tahun2005) dan 80,27% (tahun2006).

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Ade Arthesa, Ir, MM, dan Edia Handiman, Ir, MM,Bank Dan Lembaga Keuangan Bukan Bank,PT. Indexs Kelompok Gramedia–Jakarta 2004

Jiwasraya,Magazineedisi 67 Th. VI juli 2006.

Kasmir, SE, MM,Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT. Raja Grafindo Persada–Jakarta 2004

Mandala Manurung dan Prathama Rahardja,Uang, Perbankan dan Ekonomi Moneter, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia - Jakarta 2004

Sekretariat Jendral Dewan Asuransi Indonesia,Undang-Undang Republik IndonesiaNo.2tahun 1992

Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso,Bank Dan Lembaga Keuangan Lain, Salemba Empat–Jakarta 2006

Widhya Darma Artha, Penyusunan Laporan Keuangan SAP Asuransi Keuangan, 2000

Referensi

Dokumen terkait

Gambar Teknik Metodologi Penelitan Pendidikan Pendidikan Teknologi dan Kejuuan. Bidang

Here, in the present study Support Vector Machine (SVM) based index has been developed for Indian region and validation has been carried out using various categorical

Berdasarkan penelitian yang berjudul Hubungan Lingkungan Sosial Dengan Kebiasaan Minum Minuman Keras Pada Remaja Di Desa Atep Satu Kecamatan Langowan Selatan

- diambil 1 gr serbuk tanaman anting-anting - dilarutkan dalam 10 ml pelarut etanol - dimasukkan ke dalam botol kaca - dilakukan ekstraksi ultrasonik dengan variasi lama ekstraksi

Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian di atas, jelaslah bahwa mutu manajemen sekolah dan layanan pembelajaran di SMK merupakan bagian dari proses

“Pengaruh Kemandirian Dan Gaya Belajar Kinestetik Terhadap Hasil Belajar Pada Siswa Kelas XI IPS Sman Ambulu Mata Pelajaran Akuntansi Pada Standar Kompetensi Siklus

MISI 2 : MENINGKATKAN PEREKONOMIAN DAERAH MELALUI DAYA DUKUNG SEKTOR INDUSTRI, PERDAGANGAN DAN JASA.. AGENDA 2 : CILEGON

Atribut dari data yang telah dikumpulkan dipilih sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Atribut yang digunakan adalah nama produk dengan tipe atribut adalah text, kerusakan pada