• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON PETANI PADI TERHADAP PROGRAM GP-PTT DI KABUPATEN OKI SUMATERA SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RESPON PETANI PADI TERHADAP PROGRAM GP-PTT DI KABUPATEN OKI SUMATERA SELATAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

2-1

RESPON PETANI PADI TERHADAP PROGRAM GP-PTT

DI KABUPATEN OKI SUMATERA SELATAN

RICE FARMERS RESPOND TO PROGRAM GP-PTT IN THE DISTRICT OIC SOUTH SUMATRA

Johanes Amirrullah* dan Agung Prabowo

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan Jln. Kol. H. Barlian No. 83 Km 6 Palembang, Indonesia

*Joe.amirullah@gmail.com1 ABSTRACT

Increased productivity of rice can be done by improving appropriate technology dilahan lowland swamp by means of fertilization according to recommended dosage. The main obstacle lowland wetlands include water system that still can not be resolved so that the whole area flooded by the rainy season is quite long. The purpose of this study was to determine the response of farmers to program GP-PTT by using improved varieties and fertilizer with the crop nutrient needs to farm rice in lowland swamp land in the village of the District Tapus Paampangan OKI. Assessment of the results of farmer's response to program GP-PTT positive impact in implementing the recommended technology components and is willing to deploy an Legowo row planting system, with a recommended technology package menngunakan productivity of rice during harvest 8.5 tons / ha.

Key words: Farmers, Response, Program GP-PTT ABSTRAK

Peningkatan produktivitas padi dapat dilakukan dengan cara memperbaiki teknologi yang tepat guna dilahan rawa lebak dengan cara pemupukan sesuai dosis anjuran. Kendala utama lahan rawa lebak antara lain tata air yang masih belum bisa diatasi sehingga pada musim hujan seluruh area tergenang cukup lama. Tujuan kajian ini adalah untuk mengetahui respons petani terhadap program GP-PTT dengan mengunakan varietas unggul dan pemupukan susuai dengan kebutuhan hara tanaman dalam berusahatani padi di lahan rawa lebak di Desa Tapus Kecamatan Paampangan Kabupaten OKI. Dari hasil pengkajian respon petani terhadap program GP-PTT memberikan dampak positif dalam menerapkan komponen teknologi anjuran dan bersedia untuk menerapakan sistem tanam jajar legowo, dengan mengunakan paket teknologi anjuran produktivitas padi saat panen 7,5 ton/ha.

Kata kunci :Respon, Petani, Program GP-PTT

PENDAHULUAN

Komoditi tanaman pangan memiliki peranan pokok sebagai pemenuh kebutuhan pangan, pakan dan industri dalam negeri yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Berbagai upaya peningkatan produksi melalui peningkatan produktivitas telah dilaksanakan melalui sekolah lapang (SLPTT) dimulai pada tahun 2008, kemudian pada tahun 2015 upaya peningkatan produksi padi

(2)

2-2 difokuskan pada kawasan tanaman pangan, melalui gerakan penerapan pengelolaan tanaman terpadu (GP-PTT) dengan fasilitasi bantuan sarana produksi, tanaman jajar legowo dan pertemuan kelompok (Dirjen Tanaman Pangan, 2015)

Peningkatan produksi padi di lahan lebak tidak hanya dapat meningkatkan pendapatan petani tetapi juga menunjang swasembada pangan (Djafar, 1992). Teknologi budidaya tanaman yang tepat selain meningkatkan produksi juga dapat mengurangi penggunaan sarana produksi. Peningkatan produktivitas padi dapat dilakukan dengan cara memperbaiki teknologi yang tepat guna dilahan rawa lebak dengan cara pemupukan sesuai dosis anjuran. Kendala utama lahan rawa lebak antara lain tata air yang masih belum bisa diatasi sehingga pada musim hujan seluruh area tergenang cukup lama. Hal ini menyebabkan petani sulit menduga masa tanam dan budidaya tanaman menjadi sulit dikendalikan dengan baik. Genangan air yang terlalu tinggi selama fase vegetatif akibat banjir dan hujan lebat yang terjadi setelah bibit dipindahkan ke lapang merupakan kendala pertumbuhan yang menyebabkan rendahnya produksi padi lebak. Resiko kegagalan panen juga bisa terjadi akibat kekeringan jika tidak ada hujan pada saat tanaman padi berbunga (Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa, 2008).

Produktivitas yang didapat dari usaha tani di lahan rawa masih sangat rendah dikarenakan kurangnya pengetahuan petani tentang berbagai teknologi. Dalam pembangunan pertanian dan pengetahuan petani mempunyai arti penting, karena pengetahuan petani dapat mempertinggi kemampuannya untuk mengadopsi teknologi baru di bidang pertanian. Jika pengetahuan petani tinggi dan petani bersikap positip terhadap suatu teknologi baru di bidang pertanian, maka penerapan teknologi tersebut akan menjadi lebih baik (Sudarta, 2005). Sebagai suatu teknologi, penggunaan benih unggul tentu saja mendapat respons petani yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sesuai dengan kondisi spesifik lokasi. Harini (2003) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi perubahan usahatani padi diantaranya adalah tingkat pendidikan, luas kepemilikan lahan dan umur. Selain itu faktor-faktor yang terkait dengan keragaan agronomis yang ditampilkan oleh varietas unggul tertentu juga sangat mempengaruhi respons petani terhadap penggunaan benih unggul tersebut. Ruskandar (2006) berpendapat bahwa petani tidak mudah mengganti suatu varietas ke varietas yang lain sebelum mereka yakin akan keunggulannya. Respons petani terhadap benih unggul padi sangat berguna sebagai informasi awal dalam upaya percepatan proses adopsi teknologi. Tujuan kajian ini adalah untuk mengetahui respons petani terhadap program GP-PTT dengan mengunakan varietas unggul dan pemupukan susaui dengan kebutuhan hara tanaman dalam berusahatani padi di lahan rawa lebak di Desa Tapus Kecamatan Paampangan Kabupaten OKI.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan secara On Farm Research pada musim MK pada Juni – September 2015 di Kecamatan Pampangan Kabupaten OKI. Penelitian secara On Farm Research, dengan melibatkan petani sebagai kooperator ditentukan secara purposive di Kabupaten OKI. Jumlah petani peserta berasal dari satu kelompok petani dengan 1 petani kooperator yang melaksanakan pola GP–PTT dan pola petani. Sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, teknik pengumpulan data dengan cara observasi dan wawancara. Untuk menguji keabsahan data yang telah dikumpulkan dengan menggunakan triangulasi data. Teknik triangulasi yang digunakan peneliti dalam penelitian ini dengan menggunakan trianggulasi sumber, yaitu menguji beberapa sumber yang diperoleh untuk kemudian di uji keabsahaannya dengan cara membandingkan data wawancara antara informan yang ada. Dengan demikian

(3)

2-3 penelitian yang dilakukan diharapkan akan mempunyai hasil yang valid, dan data dianalsis secara deskriptif dengan penjelasan yang terkait dengan hasil yang diperoleh dilapangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden

Dari hasil observasi dan wawancara tingkat pendidikan responden rata-rata pendidikan tamat SD 53%, SLTP 13%, dan SLTA 33%. Tingkat pendidikan mempunyai korelasi positif dengan tingkat pengetahuan yang berhubungan dengan persepsi petani terhadap program GP-PTT dan non program rata-rata pendidikan petani dapat dilihat pada Grafik 1.

Grafik.1. Pendidikan

Pengetahuan merupakan faktor dominan yang membentuk tindakan seseorang, aspek penting tentang berbagai cara penggunaan teknologi input produksi diterapkan dalam usahatani, semakin tinggi pendidikan yang ditempuh petani maka semakin tinggi kemampuan mereka untuk mengadopsi teknologi dan dapat menggunakan input secara proporsional sehingga akan meningkatkan kinerja dalam berusahatani (Suslinawati, 2011). Dengan pendidikan rendah biasanya informasi teknologi sulit untuk diserap oleh masyarakat, karena kurang pemahaman bahwa pentingnya input produksi diterapkan agar produktivitas yang didapat lebih optimal.

Program GP-PTT

Berbagai upaya meningkatkan produksi padi melalui peningkatan produktivitas telah dilaksanakan dengan pemberian arahan dan anjuran pada petani dengan menerapkan teknologi anjuran, namun dengan kendala biaya dan kurangnya pengetahuan petani tentang arti pentingnya menggunkan input produksi yang baik, maka produksi yang didapat masih sangat rendah. Penerapan input produksi merupakan suatu rangkaian proses yang meliputi: penggunaan varietas unggul, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, penyiangan, sitem tanam, dan panen. Untuk menerapkan input produksi sesuai dengan anjuran tentunya dipengaruhi dengan luas lahan, tenaga kerja, dan modal. Luas lahan garapan merupakan salah satu faktor pembatas yang menentukan pendapatan petani. Semakin luas lahan garapan yang dimiliki petani maka akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan lahan garapan yang sempit (Amirrullah, J. 2015).

Tabel 1. Komponen teknologi yang diterapkan pada pola GP–PTT dan pola petani di Kabupaten OKI pada MK. Juni-September 2015

(4)

2-4

No Komponen Teknologi Pola GP–PTT Pola Petani

1 Pengolahan tanah Saluran drainase Saluran drainase

2 Varietas Inpari 22, Inpari 26

dan Inpara 4

Ciherang, lokal

3 Cara tanam Jajar legowo Disebar

4 Jumlah benih per lubang tanam 3–4 benih/lubang 3–4 benih/lubang

5 Jarak tanam 4:1 Tegel 25 cm x 25 cm

6 Pemupukan Urea : 200 kg/ha

SP36 : 100 kg/ha KCl : 100 kg/ha

NPK : 200 kg/ha (1 kali aplikasi)

7 Penyiangan Pengendalian gulma

terpadu

Pengendalian non PHT

8 Pengendalian hama/penyakit Pengendalian hama

terpadu

Pengendalian non PHT

9 Panen dan pascapanen Tepat waktu dan

prosessing dengan alat dan mesin

Tepat waktu dengan cara tradisional

Dari Tabel 1 dapat dilihat adanya beberapa komponen teknologi yang diterapkan seperti pengunaan varietas, sistem jarak tanam, pemupukan, penyiangan, pengendalian hama dan panen. varietas yang digunakan petani selama ini masih menggunakan varietas lokal dan sudah turunan kesekian kalinya sehingga produksi yang didapat rendah, cara tanam dengan menggunakan sebar sehingga benih yang dibutuhkan lebih banyak, pemupukan masih kurang dari dosis anjuran, petani hanya menggunakan pupuk NPK 200 kg/ha dilakukan satu kali aplikasi dalam satu kali musim tanam. Program GP-PTT memberikan beberapa paket teknologi dengan harapan produksi yang didapat petani akan mengalami peningkatan, adapaun paket teknologi yang dianjurkan dengan menggunakan varietas unggul seperti Inpari 26, Inpari 22 dan Inpara 6. Pemilihan varietas ini dikarenakan syarat tumbuh dan kriteria lahan tanaman dapat beradaptasi dengan lahan rawa lebak yang sering sekali kondisi yang tidak menentu, saat hujan lahan akan terendam air sedangkan pada musim kemarau lahan kekeringan. Pengolahan tanah dilahan rawa lebak sangat penting hal ini untuk mengurangi unsur hara fe yang bersifat racun bagi tanaman, pembuatan saluran drainase bisa mengurangi unsur hara fe, selain berfungsi untuk tata kelola air dalam pembagian air dalam petakan.

Sistem tanam jajar legowo juga diperkenalkan dengan petani, dalam program GP-PTT diharapkan petani dapat menerapkannya. Keuntungan dari sistem tanam jajar legowo ini selain dapat meningkatkan produktivitas yang dihasilkan juga memudahkan dalam perawatan seperti pengendalian gulma, mengurangi serangan hama tikus, dan tanaman mendapatkan sinar matahari dikarenakan jarak tanam yang teratur, dalam pengkajian program GP-PTT sistem tanam jajar legowo yang digunakan 4:1 dengan menggunakan 3– 4 benih /perlubang. Dosis pupuk yang dianjurkan Urea : 200 kg/ha, SP36 : 100 kg/ha, dan KCl : 100 kg/ha, dengan mengunakan dosis anjuran ini diharapkan produksi yang didapat petani akan mengalami peningkatan. Panen juga salah faktor yang mempengaruhi produksi, dengan panen tepat waktu maka resiko kekagalan panen kecil sekali dan juga saat prosesing pengolahan hasil panen sudah harus dipersiapkan sebelum panen seprti lantai jemur dan tempat penyimpanan gabah. Rata - rata produksi yang didapat petani responden dapat dilihat pada garafik 1.

(5)

2-5

Grafik 1. Rata-Rata Produksi Padi di Lahan Rawa Lebak

Grafik 1.

Pada Grafik 1. Produksi yang didapat petani pada lahan pasang surut terendah 3,5 ton/ha dan tertinggi 6 ton/ha, dan rata-rata produksi 4 ton/ha. Rendahnya rata-rata produktivitas dipengaruhi banyak faktor antara lain input produksi yang digunakan seperti luas lahan, tenaga kerja dan modal. Penerapan teknologi akan mempengaruhi pertumbuhan dan komponen hasil yang didapat. Hal ini menujukan bahwa untuk hasil yang lebih tinggi teknologi yang diterapkan oleh petani perlu diperbaiki dan disempurnakan sesuai dengan kondisi lingkungan (Azwir, 2009). Menurut Syamsiah (2004), dengan perbaikan teknologi budidaya melalui paket indtroduksi, hasil rata-rata dapat dicapai 6,8 ton/ha. Sedangkan pada demplot percobaan program GP-PTT didapat produktivitas 7,5 ton/ha, dari hasil panen tersebut ada nya peningkatan jika petani mau menerapkan teknologi yang sudah dianjurkan dan menerapkan sistem tanam jajar legowo.

KESIMPULAN

Dari hasil pengkajian respon petani terhadap program GP-PTT memberikan dampak positif dalam menerapkan komponen teknologi anjuran dan bersedia untuk menerapakan sistem tanam jajar legowo, serta memberikan pengaruh nyata bagi petani dalam peningkatan pendapatan melalui perluasan lahan tanam dan penambahan indeks pertanaman dari IP100 menjadi IP200.

DAFTAR PUSTAKA

Azwir dan Ridwan. 2009. Peningkatan Produktivitas Padi Sawah Dengan Perbaikan Teknologi Budidaya. Akta Agrosia. 12(2) : 212-218.

Amirrullah, J, Y.E. Mariana dan Muhammad Antu. 2015. Analsis Partisifasi Petani Terhadap Program Upsus Sumatera Selatan.

Djafar, Z.R. 1994. Potensi lahan lebak untuk pencapaian dan pelestarian swasembada pangan. Dalam Seminar nasional teknologi pemanfaatan lahan rawa lebak untuk pencapaian dan pelestarian swasembada pangan. UNSRI Palembang.

Harini, R. 2003. Tingkat Efisiensi Perubahan Usahatani Padi di Kecamatan Seyegan. Majalah Geografi Indonesia 17(2): 81-94.

Syamsiah et al., 2004. Pengelolaan Usahatani Padi Sawah Secara Terpadu di Pakandangan., Sumatera Barat. Buku Tiga. Kebijakan Perberasan dan Inovasi

(6)

2-6 Teknologi Padi. Pusat Penelitian dan Pengembagan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan Pengembagan.

Ruskandar, A. 2006. Varietas Unggul Baru Padi yang Banyak Ditunggu Petani. (http://pustaka.litbang.deptan.go.id/bppi/lengkap/st260706-1.pdf, diakses 9 April 2012).

Suslinawati. 2011. Pendugaan Fungsional Produksi Usahatani Padi Lahan Pasang Surut (Kasus Pada Sentra Yang Berpotensi Terdampak Oleh Perubahan Iklim) Media SainS 3(1):9-17

Sudarta, W. 2005. Pengetahuan dan Sikap Petani Terhadap Pengendalian Hama Tanaman Terpadu (Online). http: //ejournal .unud. ac.id/ abstrak /(6)%20soca-sudarta pks%20pht(2).pdf diakses 30 Desember 2009.

Gambar

Tabel  1.    Komponen  teknologi  yang  diterapkan  pada  pola  GP–PTT  dan  pola  petani  di  Kabupaten OKI pada MK

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil ini dapat dilihat, tutupan mangrove optimal bagi pertumbuhan udang windu adalah luas tutupan mangrove sedang yaitu sekitar 30-60 % dari luas tambak,

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ekstrak etanol daun sirih hijau (Piper betle L.) mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphyloccus aureus, yang ditandai

Pada pengujian ini digunakan metode difusi kertas cakram, kertas cakram dicelupkan ke dalam ekstrak daun sirih merah steril selama 15 menit kemudian dikeringkan

Rataan perbandingan jenis kelamin jantan terhadap betina (sex ratio) anak puyuh pada tetua yang diberi pakan tersuplementasi mineral Zn dan vitamin E dapat dilihat pada

Penelitian ini mengarah kepada keterampilan belajar untuk memperoleh, mempertahankan, dan mengungkapkan pengetahuan dalam menciptakan belajar yang efektif, mencakup

Senada dengan Jejen Musfah menjelaskan kompetensi pedagogik adalah kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: (a) pemahaman wawasan atau

Nilai rata-rata kerapatan papan partikel yang dilapisi finir kayu aren menjadi papan komposit dengan kadar jumlah perekat yang berbeda disajikan pada Tabel 2.. Secara

Seorang laki-laki, umur 20 tahun, selalu bersin-bersin di pagi hari, keluar ingus encer, gatal di hidung dan mata. Keluhan juga timbul bila udara berdebu. Keluhan ini sudah