i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI MENGHARGAI PERJUANGAN PARA TOKOH
DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN MENGGUNAKAN METODE CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SEMESTER 2 DI SDN RAPAH 03 KEC. BANYUBIRU KAB. SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun oleh
KHAFIDHOTUL LAILA
115-14-046
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH
IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
iii
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI MENGHARGAI PERJUANGAN PARA TOKOH
DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN MENGGUNAKAN METODE CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SEMESTER 2 DI SDN RAPAH 03 KEC. BANYUBIRU KAB. SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun oleh
KHAFIDHOTUL LAILA
115-14-046
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH
IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN PUBLIKASI
Saya yang bertanda tangan :
Nama : Khafidhotul Laila
NIM : 115-14-046
Jurusan : PGMI
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah. Skripsi ini diperkenankan untuk di publikasikan pada e-respository
IAIN Salatiga.
Salatiga, 28 Mei 2018 Yang Menyatakan
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO
مُكِناَمَز ِرْيَغ ٍناَمَسِل َنْىُقْىُلْخَم ْمُهَّنِإَف ْمُكِتَلِكاَش ِرْيَغ ىٰلَع ْمُكَدَلاْوَأ اْىُمِّلَع
“didiklah (persiapkanlah) anak-anakmu atas hal yang berbeda dengan keadaanmu (sekarang) karena mereka adalah makhluk yang hidup untuk satu
zaman yang bukan zamanmu (sekarang)”
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini untuk:
1. Bapak Ibuku tercinta yang telah membimbing, mendidik dan memotivasi untuk
terus maju dalam belajar, terima kasih atas doa restu dan kasih sayangnya.
2. Kakakku yang senantiasa memotivasi agar terselesainya skripsi ini, terimakasih
dukungannya.
3. Keluargaku yang senantiasa mendukung dan membantu dengan keikhlasannya.
4. Sahabatku Tri Indah Telogowati, Eny Latifah, Catur Nila, Rif’atul Choriyah
yang telah memotivasi, meluangakan waktu, menemani dan membantu penulis
menyusun skipsi ini.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat
dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.Shalawat
serta salam senantiasa tercurah kepada Baginda Rasullullah SAW.
Penulisan skripsi ini diajaukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Program Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Penulis menulis skripsi dengan judul : PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI MENGHARGAI PERJUANGAN PARA TOKOH DALAM MEMEPERTAHANKAN KEMERDEKAAN MENGGUNAKAN METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS V SEMESTER 2 DI SDN RAPAH 03 KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018.
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan
ini penulis dengan senang hati manyampaikan terimakasih kepada yang
terhormat:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Ibu Peni Susapti,M.Si selaku Ketua Prodi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah.
4. Bapak Sutrisna, S.Ag.M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
ix
5. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan
berbagai ilmu pengetahuan kepada penulis selama menuntut ilmu di IAIN
Salatiga.
6. Ibu Prihatiningsih, S.Pd selaku wali kelas V di SDN Rapah 03 yang telah
membantu dan mengijinkan melakukan penelitian di kelasnya.
7. Seluruh siswa kelas V SDN Rapah 03 Kecamatan Banyubiru Kabupaten
Semarang yang telah mendukung dan membantu peneliti dalam penelitian.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada
semuanya. Tidak lupa penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat
membengun demi penyempurnaan skripsi ini, hal ini sisebabkan karena
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penulis.
Salatiga, 28 Mei 2018 Penulis
Khafidhotul Laila
x
ABSTRAK
Laila, Khafidhotul. 2018. Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Materi Menghargai Perjuangan Para Tokoh dalam Memertahankan Kemerdekaan Menggunakan Metode Contextual Teaching And Learning (CTL) pada Siswa Kelas V Semester 2 Di SDN Rapah 03 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Tahun pelajaran 2017/2018. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing: Sutrisna, S.Ag. M,Pd.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Ilmu Pengetahuan Sosial, Metode Contextual Teaching and Learning (CTL).
Penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPS materi menghargai merjuangan para tokoh dalam memertahankan kemerdekaan menggunakan metode Contextual Teaching and Learning (CTL) pada siswa kelas V semester 2 Di SDN Rapah 03 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2017/2018. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 23 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 13 siswa. Pembelajaran yang diarahkan guru didalam kelas hanya sebatas peserta didik menghafal informasi yang di sampaikan oleh guru tanpa dituntut untuk memahami informasi yang dapat dan menghubungkannya dengan realitas kehidupan mereka ataupun mereka. Penelitian ini digunakan untuk menjawab permasalahan yaitu apakah penggunaan metode Contextual Teaching And Learning (CTL) pada mata pelajaran IPS materi menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V semester 2 di SDN Rapah 03 Banyubiru Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2017/ 2018?
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas. Adapun langkah dalam penelitian adalah perencanan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi dimanaa setiap siklus difokuskan materi dengan penerapan metode CTL. Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tes tertulis, lembar observasi, dokumantasi dan wawancara.
xi DAFTAR ISI
SAMPUL ... i
LEMBAR BERLOGO ... ii
JUDUL ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah….. ………… ... … 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Hipotesis dan Indikator ... 5
1. Hipotesis Tindakan ... 5
2. Indikator Keberhasilan ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
F. Definisi Oprasional ... 8
1. Peningkatan ... 8
2. Hasil Belajar ... 8
3. Ilmu Pengetahuan Sosial ... 9
xii
G.Metode Penelitan ... 9
1. Rencana Penelitian ... 9
2. Subjek Penelitian ... 10
3. Langkah- langkah Penelitian ... 10
4. Instrumen Penilaian ... 13
5. Teknik Pengumpulan Data ... 13
6. Analisis Data... ...14
H.Sistematika Penulisan ...15
BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Hasil Belajar ... 18
1.Peningkatan Hasil Belajar ... 18
2.Pengertian Belajar ... 18
a. Prinsip-prinsip Belajar ... 20
b. Tujuan Belajar... 21
c. Pengertian Hasil Belajar ... 23
d. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar ... 24
B.Metode Pembelajaran CTL ... 25
1.Pengertian Metode Pembelajaran ... 25
2.Metode Pembelajaran CTL ... 25
C.IPS ... 30
1. Pengertian IPS... 30
2. Ruang Lingkup IPS ... 31
xiii
4. Hakekat IPS di Sekolah Dasar ... 34
D.Materi Menghargai Jasa Pahlawan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia ... 35
I. Hubungan Metode Pembelajaran CTL dengan IPS ... 43
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umun SDN Rapah 03 ... 48
1. Letak Geografis SDN Rapah 03 ... 48
2. Identitas Sekolah ... 48
3. Keadaan Guru ... 49
4. Kaadaan Siswa ... 49
5. Keadaan Siswa Penelitian ... 51
6. Visi,Misi dan Tujuan Sekolah ... 51
7. Susunan Organisasi Sekolah ... 52
B. Subjek Penelitian ... 53
C. Pelaksanaan Penelitian ... 54
1. Deskripsi Pelaksanaan Pra Siklus ... 54
2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 55
3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 73
1. Deskripsi Hasil Kondisi Awal Pra Siklus ... 73
2. Deskripsi Siklus I ... 75
xiv
B.Pembahasan... 82
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 87
B. Saran dan Kritik ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... 89
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 90
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data Guru SDN Rapah 03 Tahun Pelajaran 2017/2018 ... 50
Tabel 3.2 Data Siawa SDN Rapah 03 Tahun Pelajaran 2017/2018 ... 50
Tabel 3.3 Data Siswa Kelas V... 51
Tabel 4.1 Data Hasil Belajar Siswa Pra Siklus ... 73
Tabel 4.2 Data Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 77
Tabel 4.3 Data Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 80
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Grafik Ketuntasan Pra Siklus ... 75
Gambar 4.2 Grafik Ketuntasan Siklus I ... 79
Gambar 4.3 Grafik Ketuntasan Siklus II ... 82
Gambar 4.4 Grafik Hasil Belajar ... 84
Gambar 4.5 Grafik Hasil Belajar Pra Siklus ... 84
Gambar 4.6 Grafik Hasil Belajar Siklus ... 85
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 RPP Siklus I ... 91
Lampiran 2 Lembar Observasi Guru Siklus I ... 102
Lampiran 3 Lembar Observasi Siswa Siklus I ... 103
Lampiran 4 Nilai Hasil Belajar Siklus I ... 104
Lampiran 5 RPP Siklus II ... 109
Lampiran 6 Lembar Observasi Guru Siklus II ... 118
Lampiran 7 Lembar Observasi Siswa Siklus II... 119
Lampiran 8 Nilai Hasil Belajar Siklus II... 120
Lampiran 9 Dokumentasi Pembelajaran ………...123
Lampiran 10 Lembar KKM………....129
Lampiran 12 Lembar Silabus………..130
Lampiran 13 Surat Ijin Melakukan Penelitian ... 131
Lampiran 14 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... 132
Lampiran 15 Lembar Konsultasi ... 133
Lampiran 16 SKK ... 134
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya adalah suatu usaha untuk menggali,
mengembangkan, dan menciptakan kepribadian serta potensi yang dimiliki
oleh setiap individu merupakan pengetahuan, sikap maupun keterampilan
tertentu. Pendidikan diharapkan dapat merubah pola pikir dalam
menghadapi segala tantangan dimasa yang akan datang. Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 PASAL 1 ayat 1,
mengatakan bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagaman, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan Negara (Depdiknas,2003:1).
Pendidikan di sekolah dasar memegang peranan penting dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia dimasa mendatang.
Pendidikan tak terlepas dari kegiatan pembelajaran. Kegiatan
pembelajaran yang dilakukan selalu mengacu pada tujuan sebagiamana
yang dimaksudkan dalam kurikulum. Tujuan yang dimaksud adalah
memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk
mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga
Negara, dan anggota umat manusia serta mempersiapkan peserta didik
2
Menurut Somantri (2001:79) bahwa ilmu pengetahuan sosial
merupakan program pendidikan yang memilih bahan pendidikan dari
disiplin ilmu–ilmu sosial dan humanities yang diorganisasikan dan
disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. Sebagai
bidang pengetahuan, ruang lingkup ilmu pengetahuan sosial adalah berupa
kehidupan manusia dalam masyarakat atau manusia sebagai anggota.
Dalam ruang lingkup IPS sangatlah luas diantaranya yaitu sejarah.
Pembelajaran sejarah memberikan pembulatan wawasan berkenaan
dengan peristiwa-peristiwa dari berbagai periode. Sama halnya dengan
kompetensi pembelajaran lainnya, kompetensi pembelajaran ilmu
pengetahuan sosial juga mencakup tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif
dan pengetahuan. Pengetahuan mencakup fakta, konsep, dan generalisasi.
Fakta merupakan data atau informasi tentang suatu peristiwa atau benda
yang terjadi.
Akan tetapi pada kenyataannya mata pelajaran IPS di SD dianggap
salah satu mata pelajaran yang membosankan. Hal ini terjadi sebab
pembelajaran IPS hanya dilakukan didalam kelas atau di ruangan. Padahal
cangkupan dari pembelajaran IPS bisa dilakukan di luar ruangan. Terlebih
lagi hal yang dapat menunjang pembelajaran IPS dilakukan di luar
ruangan adalah materi sejarah. Karena materi sejarah dianggap materi
yang membosankan dan hanya meghafal seperti : nama, tahun, dan
3
Berdasarkan studi yang dilakukan di SDN Rapah 03 khususnya
kelas V yang berjumlah 23 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan
13 siswa perempuan, proses pembelajaran IPS masih berpusat pada guru.
Dalam pembelajaran guru kurang melibatkan peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran, siswa cenderung hanya mendengarkan penjelasan dari guru.
Sedangakan pembelajaran yang diarahkan guru di dalam kelas hanya
sebatas peserta didik menghafal informasi yang disampaikan oleh guru
tanpa dituntut untuk memahami informasi yang dapat dan
menghubungkannya dengan realitas kehiduapan mereka ataupun mereka
dapat membuktikan dalam kehidupan nyata.
Berdasarkan permasalahan tersebut dari hasil wawancara peneliti
dengan guru kelas V di SDN Rapah 03 Kecamatan Banyubiru ditemukan
beberapa masalah dalam pembelajaran IPS diantaranya mengganggap
bahwa IPS adalah pelajaran yang membosankan yang hanya berisi tentang
hafalan dan cerita sedangkan diantara beberapa peserta didik tidak
menyukai tentang membaca, selain itu ada rasa tidak percaya diri (minder)
dari peserta didik karena pembelajaran yang terjadi tidak melibatkan
seluruh peserta didik. Selain dari peserta didik permasalahan yang mucul
juga berasal dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Guru
cenderung melakukan pembelajaran yang monoton yang biasanya
dilakukan hanya menjelaskan sehingga murid merasa jenuh dan bosan
sehingga tidak sedikit peserta didik tidak memperhatikan justru bermain
4
Pembelajaran merupakan elemen yang strategis dalam proses
belajar didalam maupun diluar kelas. Oleh karena itu pembelajaran
merupakan sesuatu yang sangat strategis, karena guru dan siswa
bersama-sama berfungsi sebagai unjung tombak perubahan.
Metode pembelajaran yang masih konvensional membuat siswa
merasa kesulitan dalam memahami mata pelajaran yang diajarkan,
sehingga sebagian dari siswa kurang memahami mata pelajaran IPS. Hal
ini dibuktikan dengan nilai IPS yang masih di bawah dibawah nilai KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 71.
Dalam hal ini penggunaan motode pembelajaran sangat diperlukan
agar kegiatan pembelajaran lebih menarik dan siswa tidak merasa bosan.
Guru perlu menyiapkan strategi pembelajaran atau metode pemeblajran
agar terciptanya situasai kelas dan iteraksi yang nyaman antara guru
dengan murid seperti yang tercantum dalam kutipan Surat Thaha ayat 44:
ٰىَش ْخَي ْوَأ ُرَّكَذَتَي ُهَّلَعَل اانِّيَل الاْىَق ُهَل َلاىُقَف
Artinya: “maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut". (Q.S Thaha:44)
Maksud dari ayat rersebut adalah proses belajar mengajar dapat
berjalan dengan baik dan lancar manakala ada interaksi yang kondusif
antara guru dan peserta didik. Komunikasi yang arif dan
5
kesempatan kepada siswanya untuk berkembang. Oleh karena itu metode
sangat di perlukan dalam pembelajara agar suasana kelas menjadi kondusif
serta aktif.
Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Menurut
WSJ. Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:767)
metode adalah cara yang telah teratur dan terpikirkan baik-baik untuk
mencapai suatu maksud. Sedangkan metode pembelajaran adalah suatu
pengetahuan tentang cara-cara mengajar atau menyajikan bahan pelajaran
kepada siswa didalam kelas, baik secara individu ataupun secara kelompok
agar pembelajaran itu dapat diserap, dipahami, dan dimanfaatkan oleh
siswa dengan baik (Ahmadi, 1997:52).
Untuk memecahkan masalah yang terjadi salah satu solusi yang
dapat diambil adalah dengan menerapkan motode pembelajaran
Contextual Teaching And Learning (CTL) sebagai solusi tindakan untuk
mengatasi permasalahan dalam pembelajaran IPS di SDN Rapah 03.
Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) merupakan
konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi didunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat (Rusman, 2011:189).
Penerapan model Contextual Teaching And Learning (CTL)
6
merasa antusias dalam mengikuti pembelajaran, sehingga dapat
meningkatkan sifat kritis dan analisis siswa. Untuk membantu
permasalahan tersebut penulis melakukan penelitian tindakan kelas guna mengkaji peningkatan hasil belajar, dengan judul : “Peningkatan hasil
belajar mata pelajaran IPS materi menghargai perjuangan para tokoh
dalam mempertahankan kemerdekaan menggunakan model Contextual
Teaching And Learning (CTL) pada siswa kelas V di SDN Rapah 03 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang tahun ajaran 2017/2018.”
B. Rumusan Masalah
Apakah penggunaan metode Contextual Teaching And Learning
(CTL) pada mata pelajaran IPS materi menghargai perjuangan para tokoh
dalam mempertahankan kemerdekaan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas V semester 2 di SDN Rapah 03 Banyubiru Kabupaten
Semarang tahun pelajaran 2017/ 2018?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
IPS materi menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan
kemerdekaan pada siswa kelas V menggunakan metode pembelajaran
Contextual Teaching And Learning (CTL) di SDN Rapah 03 Kecamatan
7
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan 1. Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang
dihadapi, sebagai alternatif tindakan yang dipandang paling tepat untuk
memecahkan masalah yang telah dipilih untuk diteliti melalui PTK
(Mulyasa, 2011:63). Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berfikir
serta mempertimbangkan konsep yang ada maka “penggunaan metode
pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL)dapat
meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS materi menghargai
perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan pada siswa
kelas V di SDN Rapah 03 Banyubiru Kabupaten Semarang tahun ajaran
2017/ 2018”.
2. Indikator Keberhasilan
Penerapan penggunaan metode pelajaran contextualteaching and
learning (CTL) ini dikatakan berhasil apabila indikator yang diharapkan
dapat tercapai. Sebagai berikut :
a. Secara Individual
Siswa dinyatakan berhasil atau tuntas apabila pencapaian skor hasil
belajar ≥ 71 nilai KKM materi menghargai perjuangan para tokoh
8 b. Secara Klasikal
Siklus akan berhenti apabila jumlah nilai siswa kelas V secara
keseluruhan dalam kelas telah memenuhi Kriteria Ketuntasan
Mininal (KKM) ≥ 71 serta tercapainya ketuntasan klasikal sebesar
besarnya 85% dalam pembelajaran IPS.
E. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
yang jelas dan dapat memberi manfaat secara teoritis maupun praktis,
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
dalam dunia pendidikan berupa gambaran mengenai sebuah teori
yang menyatakan bahwa peningkatan hasil belajar IPS pada
materi mengahargai perjuangan para tokoh dalam
mempertahankan kemerdekaan dengan menggunakan metode
Contextual Teaching And Learning (CTL)terhadap siswa sekolah
dasar sangat bermanfaat bagi siswa.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk
kajian lanjutan bagi peneliti lain khususnya pada pendidikan di
9 2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa.
1) Tumbuhnya motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS,
bahwa pembelajaran IPS terasa mudah dan sangat
menyenangkan;
2) Menumbuhkan kemampuan inkuiri pada diri siswa;
3) Mengembangkan potensi siswa dalam menghubungkan
materi yang mereka pelajari dengan peristiwa yang mereka
lihat dan;
4) Meningkatkan hasil belajar IPS.
b. Bagi guru.
1) Meningkatkan kemampuan guru dalam berkreasi dan
berinovasi dalam pembelajaran IPS;
2) Meningkatkan kualitas pembelajaran, serta memperluas
kemampuan guru dalam menggunakan model-model
pembelajaran khususnya metode pembelajaran contextual
theacing and learning. Kemampuan guru dalam
menggunakan model-model pembelajaran khususnya metode
pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL).
c. Bagi sekolah.
Merupakan bahan masukan bagi sekolah dalam upaya
meningkatkan kualitas pembelajaran IPS melalui model
10 d. Bagi peneliti.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi
kepada pembaca tentang penerapan pembelajaran contextual
teaching and learning dalam mata pelajaran IPS, bahan kajian
mengenai model dan media ini dapat dijadikan motivasi peneliti
lain untuk menciptakan kreasi baru yang lebih inovatif dengan
hasil yang lebih efektif.
F. Defenisi Operasional
Untuk menghindari kekurangjelasan atau pemahaman yang berbeda
antara pembaca dengan peneliti mengenai istilah-istilah yang terdapat
dalam judul penelitian, maka peneliti memberikan definisi operasional
sebagai berikut:
1. Peningkatan
Secara umum peningkatan merupakan upaya untuk menambah
derajat tingkat dan kualitas maupun kuantitas. Peningkatan juga berarti
penambahan keterampilan dan kemampuan akan menjadi lebih baik.
Berdasarkan pendapat dari Adi S (2011:21) peningkatan juga
menggambarkan perubahan dari suatu sifat atau keadaan yang negatif
berubah menjadi positif. Berdasarkan kesimpulan tersebut peningkatan
adalah suatu proses perubahan meningkat, yang berarti proses
11 2. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh anak setelah
melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu
proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk
perubahan perilaku yang relatif menetap.
Menurut Suprijono (2011:5) hasil belajar adalah pola–pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan
keterampilan. Selain itu hasil belajar merupakan hasil penelitian
terahadap hasil kegiatan pembelajaran sebagai tolak ukur tingkat
keberhasilan siswa dalam memahami pembelajaran yang dinyatakan
dengan nilai berupa huruf atau angka.
Dalam proses kegiatan pembelajaran biasanya guru menetapkan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Siswa yang berhasil dalam
belajar adalah siswa yang berhasil mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran yang ditandai dengan mencapai nilai KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal). KKM yang ditetapkan dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial di SDN Rapah 03 adalah 71.
Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan nilai atau
skor yang di dapat siswa setelah proses kegiatan belajar mengajar.
3. Ilmu Pengetahuan Sosial.
Ilmu pengetahuan sosial adalah suatu bidang kajian ilmu pengetahuan yang dilakulan secara terpadu, dan merupakan hasil dari
12
ilmu sosial yang diorganisasikan dari konsep– konsep dan
keterampilan- keterampilan sejarah, geografi, sosiologi, antropolgi, dan
ekonomi bahkan disiplin ilmu humaniora, pendidikan dan agama
(Rasimin, 2012:56). Karakteristik IPS berdasarkan aspek tujuan
meliputi pengembangan intelektual, kehidupan sosial, dan kehidupan
individu.
Ilmu Pengatahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang
diajarkan di tingkat sekolah rendah hingga tingkat sekolah tinggi
khusunya di negara Indonesia. Tingkat sekolah rendah SD atau MI
sesuai yang peneliti teliti Ilmu Pengtahuan Sosial diajarkan pada kelas
V semseter II. Dengan pemilihan materi menghargai perjuangan para
tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.
4. Motode Contextual Teaching And Learning (CTL)
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning)
merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penetapannya dalam kehidupan mereka (Rusman,
2010:190).
Pada pembelajaran di SDN Rapah 03 pemelajaran masih bersifat
konvensional yaituhanya di lakukan didalam ruangan saja tanpa
memanfaat situasi alam atau menggabungkannya dengan keaadan
13 G. Metode Penelitian
1. Rencana Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas atau biasa disebut (PTK). Menurut (Suyadi, 2010:18) penelitian
tindakan kelas adalah pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap
kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam
sebuah kelas secara bersamaan. Selain itu juga berdasarkan
pendapat (Supardi, 2008:102) penelitian tindakan kelas mampu
menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan
meningkatkan profesionalisme pendidik dalam proses belajar
mengajar di kelas dengan melihat kondisi siswa. Penelitian
tindakan kelas ini dipilih karena diantaranya dapat membantu
meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran selain itu
dapat menjadikan siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah kelas V SDN Rapah 03
Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang, yang berjumlah 23
siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.
Kebanyakan dari mereka berasal dari keluarga yang sederhana.
Subjek ini dipilih karena perlu adaya peningkatan dalam proses
pembelajaran IPS dimana siswa cenderung pasif dan merasa
14
Penelitian ini dikhususkan untuk pembelajaran IPS materi
menghargai jasa para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan
dengan menggunakan motode Contextual Teaching And Learning
(CTL).
3. Langkah-langkah Penelitian
Peneliti menggunakan PTK guna membantu memecahkan masalah
yang ditemui dalam kelas. Terdapat empat tahapan PTK antara lain
sebagai berikut:
a. Perencanaan
Tahap perencanaan terdiri dari kegiatan sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi dan menganalisis masalah yaitu secara jelas
dan dapat dimengerti masalah apa yang akan diteliti;
2) Merumuskan masalah dengan jelas;
3) Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan
jawaban, berupa hipotesis tindakan;
4) Membuat RPP dengan menerapkan model pembelajaran CTL
pada materi menghargai perjuangan para tokoh dalam
mempertahankan kemerdekaan;
5) Menyiapkan fasilitas dan sarana yang digunakan dalam
pembelajaran;
6) Menyiapkan lembar observasi untuk kegiatan peserta didik;
7) Menyiapakan lembar observasi untuk kegiatan guru dalam
15
8) Mempersiapakan soal evaluasi untuk pesera didik.
b. Pelaksanaan tindakan
Dalam tahap ini peneliti bersama guru melaksanakan satuan
tindakan yang telah tertulis dalam RPP yang terdiri dari tiga
kegiatan yaitu pendahuluan, inti, penutup.
c. Pengamatan
Pada bagian pengamatan peneliti bersama guru melakukan
pengamatan yang meliputi proses dan hasil dari pelaksanaan
kegiatan, tujuan pengamatan ini untuk mengumpulkan bukti hasil
tindakan agar dapat dievaluasi dan di jadikan sebagai landasan
dalam melakukan refleksi.
d. Refleksi
Setelah melakukan perencanaan, tindakan dan pengamatan
peneliti melakukan analisis data mengenai proses, masalah, dan
hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi sesuai
pelaksanaan pembelajaran melalui model pembelajaran CTL.
Menurut (Suyadi, 2010:50) gambar tahap penelitian adalah sebagai
16
Gambar 1.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas
4. Instrumean Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri :
a. Pedoman observasi
Pedoman observasi digunakan untuk mengamati
secara langsung siswa dalam proses pembelajaran mata
pelajaran IPS khususnya materi menghargai perjuangan para
tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan. Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan Siklus I
Refleksi
Perencanaan
Refleksi Siklus II Pelaksanaan
Pengamatan
17 b. Soal tes
Soal tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar
siswa setelah mengikuti pembelajaran IPS khususnya materi
menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan
kemerdekaan. Soal tes ini berisi pertanyaan-pertanyaan
berupa lisan maupun tertulis yang berhubungan dengan
materi yang diberikan kepada siswa.
c. Rencana Pelaksaanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksaanaan Pembelajaran (RPP) Adalah
rencana yang menggambarkan prosedur dan
pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu
kompetendi dasar yang ditetepkan.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah:
a. Observasi
Dalam setiap siklus peneliti melakukan pengamatan
terhadap siswa untuk mengetahui hasil belajar dan kegiatan
siswa terhadap mata pelajaran IPS khususnya materi
menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan
18 b. Tes
Tes digunakan untuk mengetahui seberapa tingkat hasil
belajar siswa terhadap materi pelajatan IPS. Pada setiap siklus
guru memberikan tes atau soal untuk mengukur kemampuan
dan pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan.
c. Dokumentasi
Dokumentasi disini digunakan agar mendapatkan
gambaran umum sekolah, keadaan guru, serta keadaan sarana
prasarana sekolah dan kegiatan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung.
6. Analisis Data
Tahap penelitian yang dilakukan selanjutnya adalah
menganalisis tindakan kelas atau keberhasilan siswa dengan cara
dengan memberikan soal tes maupun non tes yang diberikan pada
siswa setelah selesai dilakukan pembelajaran. Analisis data ini
dilakukan dengan membandingkan nilai siswa dengan KKM yang
ditentukan di sekolahan yaitu 71 (ditentukan oleh SDN Rapah 03).
Siswa dikatakan tuntas atau berhasil dalam pembelajaran
sebaiknya apabila siswa mendapatkan nilai ≥ 71 dan dikatakan
belum tuntas apabila siswa mendapatkan nilai < 71. Penentu akhir
perbaikan diamati dari siklus-siklus menggunakan tolak ukur
kriteria ketuntasan klasikal. Menurut Depdikbud dalam Daryanto
19
apabila dalam kelas terdapat 85% siswa tuntas belajar. Hasil
penelitian akan dianalisis untuk membuktikan hipotesis dengan
cara sebagai berikut:
a. Untuk menilai rata-rata ulangan tes famatif dapat
menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut :
X =
Keterangan:
X = Nila rata-rata
∑ = Jumlah semua nilai siswa
∑N = Jumlah siswa
b. Untuk menghitung presentase ketuntasan belajar siswa
digunakan rumus sebagai berikut:
P = 100%
H. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam pembahasan penelitian ini, penulis
menyusun sistematika sebagi berikut:
Bagian awal meliputi : Halaman sampul, lembar logo, halaman
judul, persetujuan pembimbing, pengesahan, deklarasi, motto dan
persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar lampiran.
BAB I Pendahuluan.Berisi latar belakang masalah, rumusan
20
penjelasan dan definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II Kajian Pustaka.Berisi pengertian belajar, hasil belajar, ilmu
pengetahuan sosial, materi menghargai jasa para tokoh dalam
mempertahankan kemerdekaan, metode pembelajaran Contextual
Teaching And Leraning (CTL), hubungan model pembelajaran CTL
dengan IPS.
BAB III Pelaksanan dan Penelitian.Berisi gambaran situasi umum
SDN Rahan 03 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang, subjek
penelitian dan karakteristik objek penelitian, serta deskripsi per siklus.
BAB IV Laporan Hasil Penelitian.Berisi deskripsi kondisi awal,
hasil penelitian, tiap siklus, analisis data dan pembahasan.
BAB V Penutup.Berisi kesimpulan dan penutup dan Bagian akhir
terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran dan riwayat hidup
21 BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar
1. Peningkatan Hasil belajar
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia peningkatan adalah
proses perbuatan, cara meningkatkan usaha, dan sebagainya. Berdasarkan
kesimpulan tersebut peningkatan adalah suatu proses perubahan
meningkat, yang berarti proses perubahan menjadi lebih baik. Sedangkan
hasil belajar merupakan hasil penelitian terahadap hasil kegiatan
pembelajaran sebagai tolak ukur tingkat keberhasilan siswa dalam
memahami pembelajaran yang dinyatakan dengan nilai berupa huruf atau
angka. Maka berdasarkan teori tersebut penulis menyimpulkan bahwa
peningkatan hasil belajar adalah proses meningkatnaya usaha perbuatan
menajadi baik terhadap pembelajaran siswa dinilai dengan perubahan hasil
pembelajaran siswa menjadi lebih baik.
2. Pengertian Belajar
Menurut Suprijono (2011:5) hasil belajar adalah pola–
polperbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan
keterampilan. Selain itu hasil belajar merupakan hasil penelitian terahadap
hasil kegiatan pembelajaran sebagai tolak ukur tingkat keberhasilan siswa
dalam memahami pembelajaran yang dinyatakan dengan nilai berupa
22
kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa
sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak proses belajar.
Menurut Gagne belajar merupakan kegiatan kompleks. Hasil belajar
berupa kapasitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan,
pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilits tersebut dari stimulasi
yang berasal dari lingkungan, dan proses kognitif yang dilakukan oleh
pelajar. Dengan demikian belajar adalah seperangkat proses kognitif yang
mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi,
menjadi kapabilits baru Dimyati, (2006:10)
Menurut teori Piaget belajar adalah dengan adanya interaksi dengan
lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang. Perkembangan
intelektual melalui tahap sensori motor, pra–oprasional, operasional
konkret, dan operasional formal. Menurut Rogers belajar lebih menitik
beratkan pada praktik. Belajar merupakan proses internal yang kompleks
proses belajar tersebut dapat dialami siswa, siswa tidak dapat diamati tapi
dapat dipahami oleh guru Mudjiono (2006:18). Bejalar menurut teori
behavioristik diartikan sebagi proses perubahan tingkah laku, perubahan
disebabkan oleh seringnya interaksi antara stimulus dan respons. Teori
belajar behavioristik menjelaskan mengenai cara belajar organisme yang
terikat erat dengan faktor eksternal diluar diri individu.
Menurut teori kognitif belajar adalah proses untuk membangun
persepsi seseorang dari sebuah objek yang dilihat. Menurut teori
23
persepsi atas dasar pengalaman yang dialami siswa. Belajar adalah suatu
proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku dan kemampuan diri yang baru secara keseluruhan sebagai
hasil pengamatan individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
3. Prinsip-Prinsip Belajar
Prinsip belajar adalah konsep-konsep yang harus diterapkan
dalam proses belajar mengajar. Guru dapat mengajar dengan baik apabila
seorang guru dapat menerapkan cara belajar sesuai dengan prinsip belajar.
Dari prinsip belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku
umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran,
baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajar maupun bagi guru
dalam upaya meningkatkan mengajarnya. Prinsip-prinsip menurut Dimyati
(2006:44-48) berkaitan dengan sebagai berikut:
a. Perhatian dan motivasi
Dari pengertian teori belajar pengolahan informasi terungkap
bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar. Perhatian
terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran
sesuai dengan kebutuhannya.
b. Keaktifan
Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalaminya
24
menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri,
maka inisitif harus datang dari siswa itu sendiri.
c. Keterlibatan Langsung
Dalam belajar melalui pengamatan langsung siswa tidak sekedar
mengamati langsung tapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam
perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.
d. Pengualangan
Seperti yang dijelaskan dalam teori Psikologi Daya, belajar
adalah melatih daya yang ada pada manusia terdiri dari daya
mengamat, menaggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berfikir,
dan sebagainya.
e. Tantangan
Tantangan yang dihadapi dalam belajar membuat siswa bergairah
untuk mengatasinya.
f. Balikan dan penguatan
Penguatan ini dapat berupa penguatan positif maupun penguatan
negatif.
g. Perbedaan individual
Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua siswa
yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu sama lain.
4. Tujuan Belajar
Tujuan belajar penting bagi guru dan siswa sendiri. Dalam
25
sasaran belajar siswa. Menurut Serdiman (2009:26) tujuan belajar adalah
sebagai berikut:
a. Untuk mendapatkan pengtahuan
Pengetahuan dan kemampuan berfikir tidak dapat dipisahkan.
Pengetahuan dan kemampuan berpikir sangat berhubungan karena
kemampuan berpikir seseorang akan berkembang, jika terdapat bahan
pengetahuan dan sebaliknya dengan kemampuan berfikir seseorang
akan memperkaya pengetahuan.
b. Penanaman konsep dan keterampilan
Penanaman konsep memerlukan keterampilan, keterampilan yang
diperlukan berupa keterampilan jasmani dan rohani. Keterampilan
jasmani adalah keterampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan
menitikberatkan pada keterampilan gerak atau penampilan dari anggota
tubuh seseorang yang sedang belajar. Keterampilan rohani menyangkut
persoalan penghayatan dan keterampilan berfikir serta kreativitas untuk
menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah.
c. Pembentukan sikap
Dalam kegiatan belajar mengajar guru akan selalu diamati, dilihat,
didengar, ditiru semua perilakunya oleh siswa. Dalam kegiatan belajar
siswa mungkin juga meniru perilaku gurunya. Guru diharapkan
memiliki perilaku yang baik agar bisa dicontoh kemudian diamalkan
26 5. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Suprijono (2011:5) hasil belajar adalah pola–pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan
keterampilan. Pada umumnya, hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi
tiga ranah, yaitu ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Secara eksplisit
ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Menurut Taksonomi
Bloom hasil belajar adalah perubahan perilaku yang meliputi tiga ranah
tersebut sebagai berikut
a. Ranah kognitif
Ranah kognitif berhubungan erat dengan kemampuan berfikir,
termasuk kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi,
menganalisis, menyintesis, dan kemampuan mengevaluasi.
b. Ranah psikomotorik
Ranah psikomotorik berhubungan erat dengan hasil belajar yang
pencapainnya melalui keterampilan dengan hasil belajar yang
pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi, yang melibatkan otot
dan kekuatan fisik. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan
dengan aktivitas fisik, misalnya menulis memukul, melompat, dan
sebagainya.
c. Ranah afektif
Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti sikap, minat, konsep
diri, nilai, dan moral. Ranah afektif meliputi tujuan belajar yang
27
dalam diri seseorang. Keberhasilan belajar akan menjadikan seseorang
berperilaku positif yang relatif menetap dan otomatis.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang
mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu
mengingat, sampai pada kemapuan memecahkan masalah. Dengan
demikian menurut Elis Ratnawulan, (2015:58) aspek kognitif adalah
subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang
sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai tingkat yang paling
tinggi yaitu evaluasi.
6. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Dalam belajar keberhasilan tidak hanya dipengaruhi pada potensi dari
diri seorang individu saja, namun dapat juga dipengaruhi oleh faktor lain
yang berasal dari luar diri yang belajar. Dalam menentukan keberhasilan
belajar dapat juga dipengaruhi oleh faktor internal dan juga faktor
eksternal.
a. faktor internal
Menurut Susanto (2013:12) faktor internal merupakan faktor yang
bersumber dari dalam diri siswa, yang mempengaruhi kemampuan
belajarnya. Faktor internal meliputi kondisi fisik, kesehatan,
kecerdasan, minat, perhatian, dan kebiasaan belajar.
b. faktor eksternal
Faktor eksternal adalah kesulitan belajar yang berasal dari luar diri
28
Menurut Sriyati (2013:25) faktor non soaial adalah faktor diluar
individu yang berupa kondisi fisik yang ada di lingkungan belajar.
Sedangkan Faktor sosial adalah kedekatan hubungan antara anak
dengan orang lain, kehadiran orang dalam belajar.
B. Metode Pembelajaran CTL
1. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode merupakan salah satu strategi atau cara yang digunakan
oleh guru dalam proses pembelajaran yang hendak dicapai, semakin tepat
metode yang digunakan oleh seorang guru maka pembelajaran semakin
baik. Sudjana (2005:76) berpendapat bahwa metode merupakan
perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan materi pembelajaran
bahasa secara teratur, dan semuanya berdasarkan pada suatu pendekatan
tertentu. Menurut Sangidu (2004:14) metode adalah cara kerja yang
bersistem untuk memulai pelaksanaan suatu kegiatan penilaian guna
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Metode pembelajaran ini adalah
sebuah cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang
berbeda. Hai itu berarti pemilihan metode pembelajaran harus sesuai
dengan kondisi pembelajaran dan hasil pembelajaran yang ingin dicapai.
2. Metode Pembelajaran CTL
Pembelajaran Kontektual (Contextual Teaching And Learning)
merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
29
penetapannya dalam kehidupan mereka (Rusman, 2010:190). Oleh sebab
itu, melalui pembelajaran CTL, mengajar bukan transformasi pengetahuan
dari guru kepada siswa dengan menghafal sejumlah konsep-konsep yang
sepertinya terlepas dari kehidupan nyata, akan tetapi lebih ditekankan pada
upaya memfasilitasi siswa untuk mencari kemampuan bisa hidup dari apa
yang dipelajarinya. Ciri khas dari pembelajaran Contextual Teaching And
Learning ditandai oleh tujuh komponen utama yaitu: Contructivism,
Inquiry, Questioning, Learning, Modelling, Reflektion, dan Autentic
Assessment.
a. Prinsip pembelajaran Kontekstual
CTL sebagai suatu metode dalam implementasinya tentu saja
memerlukan perencanaan pembelajaran yang mencerminkan
pembelajaran CTL. Hal ini karena setiap model pembelajaran memiliki
karakteristik khas tertentu yang tentusaja berimplikasi pada adanya
perbedaan tertentu pula dalam membuat desain yang disesuaikan
denga metode yang diterapkan. Menurut Rusman (2011:193) ada tujuh
prinsip pembelajaran kontekstual yang harus dikembangkan oleh guru,
yaitu:
1) Kontruktivisme (Contructivism)
Kontruktivisme merupakan landasan berfikir dalam CTL,
yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi
30
Manusia harus membangun pengetahuan itu memberi makna
melalui pengalaman yang nyata.
2) Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan kegiatan inti ddari CTL, melalui
upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa
pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain
yang diperlukan bukan merupakan hasil mengingat seperangkat
fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri.
3) Bertanya (Questioning)
Unsur lain yang menjadi karakteristik utama CTL adalah
kemampuan dan kebiasaan untuk bertanya. Melalui penerapan
bertanya, pembelajaran akan lebih hidup, akan mendorong proses
dan hasil pembelajaran yang lebih luas dan mendalam, dan akan
banyak ditemukan unsur yang terkait yang sebelumnya tidak
terfikirkan baik guru maupun murid.
4) Masyarakat Belajar (Learning Community)
Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan siswa
untuk bekerja sama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman–
teman belajarnya. Hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama
dengan orang lain melalui berbagi pengalaman (sharing). Melalui
sharing anak dibiasakan untuk saling memberi dan menerima, sifat
31 5) Pemodelan (Modelling)
Tahap pembuatn model dapat dijadikan alternatif untuk
mangambangkan pembelajaran agar siswa bisa memenuhi harapan
siswa secara menyeluruh dan membantu mengatasi keterbatasan
yang dimiliki oleh para guru.
6) Refleksi (Reflection)
Reflesi adalah cara berfikir tentang apa yang baru saja
terjadi atau baru saja dipelajari. Dengan kata lain refleksi adalah
berfikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu,
siswa mengedepankan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur
pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari
pengetahuan sebelumnya.
7) Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian sebagai integral dari pembelajaran memiliki
fungsi yang amat menentukan untuk mendapatkan informasi
kualitas proses dan hasil pembelajaran melalui penerapan CTL.
b. Langkah-langkah Pembelajaran CTL
Menurut Putra (2013:227) dalam pembelajaran CTL guru perlu
mengembangkan pembelajaran agar siswa dapat berfikir tentang apa
yang baru mereka pelajari dengan apa yang sudah mereka lakukan
32
1) Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna
dengan bekerja sendiri serta mengkontruksi sendiri pengetahuan
dan keterampilan barunya;
2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inqury untuk semua topik;
3) Kembangkan sikap ingin tahu dengan bertanya;
4) Ciptakan masyarakat belajar dengan menghadirkan model sebagai
contoh pembelajaran;
5) Lakukan refleksi diakhir pertemuan dan;
6) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbangai cara.
c. Kelebihan dan Kelemahan pembelajaran CTL
Setiap metode pembelajaran memiliki kelemahan dan kelebihan,
begitu pula dengan metode pembelajaran CTL. Menurut Rasimin
(2012, 130-131) kelebihan dan kekurangan dari metode pembelajaran
CTL sebagai berikut.
1) Kelebihan CTL
a) Pembelajaran menjadi lebih bermakna. Artinya siswa
melakukan sendiri kegiatan yang berhubungan dengan materi
sehingga siswa dapat memahami materi sendiri.
b) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan
penguatan konsep kepada siswa, karena pembelajaran CTL
menuntut siswa bukan hanya sekedar menghafalkan tapi
33
c) Menumbuhkan keberanian siswa untuk mengemukakan
pendapat tentang materi yang dipelajari.
d) Menumbuhkan rasa ingin tahu tentang materi yang dipelajari
kepada guru.
e) Menumbuhkan kemampuan kerja sama dalam memecahkan
masalah.
f) Siswa dapat membuat kesimpulan atau merangkum dari
kegiatan pembelajaran.
2) Kelemahan CTL
a) Bagi siswa yang tidak dapat mengikuti pelajaran tidak
mendapat pengetahuan dan pengalaman yang sama dengan
teman lainnya, karena siswa tidak mengalami sendiri atau
menemukan langsung.
b) Perasaan khawatir pada anggota kelompok akan hilangnya
karakteristik siswa, karena harus menyesuaikan dengan
kelompoknya.
c) Banyak siswa yang tidak senang apabila disuruh bekerja sama
dengan yang lainnya, karena siswa yang tekun merasa harus
bekerja lebih dibanding dengan siswa yang lainnya.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang guru
dalam menerapkan metode pembelajaran CTL harus memperhatikan
keadaan siswa dalam kelas. Selain itu seorang guru harus mampu
34 C. IPS
1. Pengartian IPS
Ilmu pengetahuan sosial adalah suatu bidang kajian ilmu pengetahuan yang dilakulan secara terpadu, dan merupakan hasil dari
penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi dari disiplin ilmu–ilmu
sosial yang diorganisasikan dari konsep– konsep dan
keterampilan-keterampilan sejarah, geografi, sosiologi, antropolgi, dan ekonomi bahkan
disiplin ilmu humaniora, pendidikan dan agama (Rasimin, 2012:56).
Karakteristik IPS berdasarkan aspek tujuan meliputi pengembangan
intelektual, kehidupan sosial, dan kehidupan individu.
Proses kehidupan manusia selalu berhubungan dengan sesama
manusia dan makhluk hidup lainya. Hal ini disebabkan karena manusia
pada hakekatnya sebagai makhluk sosial. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa ilmu pengetahuan sosial merupakan pengalaman hidup
manusia yang dialami sejak lahir.
Menurut Rasimin ( 2012: 37 ) hadirnya kita sebagi umat manusia
yang diikuti adanya hubungan pergaulan, pemenuhan kebutuhan, dan
sebaginya yang ada dalam lingkungan hidup masyarakat, telah membentuk
ilmu pengetahuan sosial setiap individu. Sehingga dapat dikatakan bahwa
apa yang kita alami dalam kehidupan msyarakat, baik yang dilakukan
secara sadar ataupun tidak sadar, akan membentuk ilmu pengetahuan yang
35 2. Ruang lingkup IPS
Ilmu sosial sebagi program pendidikan tidak hanya menyajikan
pengetahuan sosial semata, melainkan juga harus diarahkan membina
siswa menjadi warga masyarakat dan warga negara yang memiliki
tanggung jawab atas kesejahteraan bersama. Berkaitan dengan
pernyaataan tersebut menurut Somantri (2001:15) bahwa ilmu
pengetahuan sosial merupakan program pendidikan yang memilih bahan
pendidikan dari disiplin ilmu sosial dan humanistis yang diorganisasikan
dan disajikan secara ilmiah dari psikologi untuk tujuan pendidikan.
Karena ruang lingkup ilmu pengetahuan sosial berkaitan dengan
masalah –masalah nyata dalam kehidupan masyarakat, maka penetapanya
ilmu pengetahuan sosial dalam pendidikan secara langsung dapat
dikembangkan pada beberapa mata pelajaran. Menurut Rasimin (2012:39)
untuk menatapkan ilmu pengetahuan sosial tersebut, tepat kiranya bila
guru memahami secara bulat struktur disiplin ilmu serta mengikuti
perkembangan dinamika ilmu-ilmu sosial serta perkembangan perubahan
sosial yang begitu cepat. Tafsir (2008:4) manyatakan bahwa ruang lingkup
pembelajaran ilmu pengetahuan sosial pada jenjang pendidikan adalah
sebagi berikut:
a) Ditinjau dari ruang lingkup hubungan, mencakup hubungan sosial,
hubungan ekonomi, hubungan psikologi, hubungan budaya, hubungan
36
b) Ditinjau dari segi kelompoknya adalah dapat berupa keluarga, rukun
tetangga, kampung, warga desa, organisasi masyarakat dan bangsa.
c) Ditinjau dari lingkup interaksi dapat berupa kebudayaan, politik, dan
ekonomi.
Berdasarkan dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan
bahawa ruang lingkup dari ilmu pengetahuan sosial meliputi manusia,
ligkungan, waktu, perilaku, ekonomi, perubahan, sistem sosial, lokal,
regional, rung lingkup dari ilmu pengetahuan sosial mencakup tentang
perilaku manusia membutuhkan antara satu dengan yang lainnya dan
antara manusia dengan lingkungannya.
3. Fungsi IPS
Fungsi ilmu pengetahuan sosial sebagai program pendidikan menurut
Sumaatmadja (2007) adalah mengembangkan perhatian dan kepedulian
sosial siswa terhadap kehidupan dimasyarakat dan bermasyarakat. Dalam
bukunya Rasimin (2012:41) juga mengatakaan bahwa fungsi dari ilmu
pengetahuan sosial secara sederhana adalah sebagi berikut:
a) Ilmu pengetahuan sosial sebagi pendidikan
Membina siswa menjadi warga negara yang baik yang memiliki
penengetahuan keterampilan dan kepedulian sosial yang berguna
bagi dirinya sendiri serta bagi masyarakat dan negara, serta harus
disesuaikan dengan tata nilai-moral yang berlaku dalam masyarakat
37
Untuk mewariskan nilai-moral dalam masyarakat agar dapat
menjunjung tinggi kemuliaan hakekat dan derajat manusia. Oleh
sebab itu mengajar ilmu pengetahuan sosial dengan ikhlas juga dapat
dikatakan sebagai dakwah islamiyah, karena didalammnya memuat
cara-cara menyampaikan nilai moral tentang agama.
4. Hakekat IPS di Sekolah Dasar
Pendidikan ilmu pengetahuan sosial di sekolah dasar merupakan
salah satu mata pelajaran yang dapat memberikan wawasan pengetahuan
yang luas mengenai masyarakat lokal maupun global, agar mampu hidup
ditengah-tengah masyarakat yang majemuk. Menurut Rasimin (2012: 59 )
ilmu pengetahuan sosial di sekolah dasar, pada hakekatnya harus
memperhatikan kebutuhan pesert didik yang rata-rata masih berusia antara
6-12 tahun. Dalam kelompok usia ini, anak berada dalam tahap
perkembangan kemampuan intelektual/ kognitifnya pada tingkat kongkrit
operasional. Mereka memandanag dunia dalam keseluruhan yang utuh dan
menganggap tahun yang akan datang sebagai waktu yang masih jauh.
Permendiknas No 22 Tahun 2006 menjelaskan bahwa tujuan
pembelajaran ilmu pengetahuan sosial yaitu agar siswa memiliki
kemampuan sebagai berikut.
a) Mengenal konsep yang berkaitan dengan kehidupan terhadap
masyarakat dan lingkungannya;
b) Memiliki kemapuan dasar untuk befikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
38
c) Memiliki komitmen, kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan;
d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetensi
dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global;
Berdasarkan pendapat tersebut peneliti menyimpulkan bahwa hakekat dari
pembelajaran ilmu pengetahuan sosial di sekolah dasar adalah mengenalkan
konsep-kosep yang berkaitan dengan kehidupan nyata, mengajarkan siswa
untuk memiliki kemampuan dasar berfikir logis dan kritis, memiliki
komitmen dan kesadaran terhadap nilai sosial. Pendidikan ilmu pengtahuan
sosial di sekolah dasar membarikan wawasan pengetahuan mengenai
masyarakat lokal maupun global, agar mampu hidup di tengah-tengah
masyarakat majemuk.
D. Materi Menghargai Jasa Pahlawan Mempertahankan Kemerekaan 1. Cara menghargai jasa pahlawan
Kemerdekaan Indonesia ditebus oleh pengoban para pahlawan bangsa
sebagai penerus bangsa wajib untuk mengetahui dan meghargai jasannya
diantaranya dengan:
a) Mengabadikan nama pahlawan sebagi nama jalan, gedung;
b) Membangun tugu peringatan, monument, patung untuk mengenang
perjuangannya;
c) Memperingati peristiwa-peristiwa penting dalam perjuangan bangsa
dan;
39
Sebagai generasi penerus bangsa, sudah merupakan tugas dan
kewajiban kita untuk meneruskan perjuangan tersebut. Tentusaja bentuk
perjuangan itu harus disesuaikan dengan keadaaan zaman dan kemepuan
kita masing-masing.
2. Tokoh dan peranannya dalam mempertahankan kemerdekaan
Ketika Negara Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada
tanggal 17 Agustus 1945 tentara sekutu masih berada di Indonesia. Sekutu
menugaskan Jepang untuk menjaga keadaan dan keamanan di Indonesia.
Pada tanggal 29 September 1945 tentara Sekutu dan pasukan NICA tiba di
Indonesia dan mendarat di Pelabuhan Periok. Tentara Sekutu memnbantu
NICA yang membatalkan kemerdekaan Indonesia.
Rakyat Indonesia menggunakan senjata rampasan dari Jepang dan
senjata tradisional yang ada. Berkobarlah semangat dan terjadi perlawanan
dimana-mana. Dalam upaya mempertahankan kemerdekaan tersebut banyak
pertempuran dibeberapa tempat sebab penduduk Indonesia tetep
menginginkan kebebesan dan kemerdekaan Indonesia berikut adalah bentuk
perlawanan dari rakyat Indonesia.
a. Peristiwa Pertempuran 1O November 1945 di Surabaya.
Peringatan itu sebagai bentuk penghargaan terhadap
kepahlawanan rakyat Surabaya pada tanggal 10 November 1945 yang
merupakan tekad perjuangan seluruh rakyat Indonesia dalam
40
kusuma bangsa yang telah rela mempertahankan kemerdekaan
Indonesia.
Kehadiran pasukan sekutu yang membawa orang-orang
NICA pada tanggal 29 September 1945 sangat mencemaskan rakyat
dan pemerintah RI. Keadaan ini semakin memanas ketika NICA
mempersenjatai kembali bekas KNIL yang baru dilepaskan dari tahanan
Jepang. Di beberapa daerah muncul perjuangan untuk mempertahankan
kemerdekan tersebut, salah satunya yang terkenal sebagai hari
pahlawan kita adalah pertempuran 10 November di Surabaya.
Pada tanggal 25 Oktober 1945 Brigade 49 dibawah pimpinan
Brigadir Jendral A.W.S Mallaby mendarat di Pelabuhan Tanjung Perak
Surabaya. Brigade ini merupakan bagian dari Devisi India ke-23,
dibawah pimpinan Jendral D.C Hawthorn. Mereka mendapat tugas
melucuti tentra Jepang dan menyelamatkan tawanan Sekutu. Tanggal
26 Oktober 1945 pasukan Sekutu melanggar kesepakatan terbukti
melakukan penyergapan kepenjara kalisosok. Mereka akan
membebaskan para tawanan Belanda diantaranya adalah Kolonel
Huiyer tindakan ini dilanjutkan dengan penyebaran pamphlet yang
berisi pemerintah agar rakyat Surabaya menyerahkan senjata mereka.
Rakayat Surabaya dan TKR bertekad untuk mengusir Sekutu
dari bumi Indonesia dan tidak menyerahkan senjata mereka. Kontak
senjata antara rakyat Surabaya melawan Inggris terjadi pada tanggal 27
41
melumpuhkan tank-tank Sekutu dan berhasil menguasai objek vital.
Strategi yang digunakan rakyat Surabaya adalah dengan mengepung
dan menghancurkan pemusatan-pemusatan tentara Inggris kemudian
melumpuhkan hubungan logistiknya. Serangan tersebut mencapai
kemenangan yang gemilang walaupun dipihak kita banyak yang
berjatuhan korban. Pada tanggal 29 Oktober 1945 Bung Karno beserta
Jendral D.C. Hawthron tiba di Surabaya.
Dalam perundingan antar pemerintah RI dengan Mallaby
dicapai kesepakatan untuk menghentikan kontak senjata. Kesepakatan
ini dilanggar oleh sekutu. Dalam insiden ini Jendral Mallaby terbunuh.
Dengan terbunuhnya Mallaby, pihak Inggris menuntut pertanggung
jawaban kepada rakyat Surabaya. Pada tanggal 9 November 1945
Mayor Jendral E.C. Mansergh sebagai pengganti Mallaby
mengeluarkan senagai ultimatum yang sangat melukai sangat melukai
bangsa Indonesia sebagai Negara yang telah merdeka. Ultimatum ini
dirasa penghinaan terhadap martabat bangsa Indonesia.
Bangsa Indonesia sebagai yang cinta damai tetapi lebih cinta
kenerdekaan. Oleh karena itu rakyat Surabaya menolak ultilatum
tersebut secara resmi melalui pernyataan Gubernur Suryo. Karena
penolakan ultimatum itu maka meletuslah pertempuran pada tanggal 10
November 1945. Melalui siaran radio yang dipancarkan dari Jl. Mawar
No 4 Bung Tomo membakar semangat juang arek-arek Surabaya.
42
pertama terjadi di Perak sampai pukul 18.00 Pasukan Sekutu dibawah
pimpinan Jendral Mnsergh mengarahkan satu Devisi Infanteri sebanyak
10.000-15.000 orang dibantu tembakan dari lauat oleh kapal perang “Mosquito” dan “Thunderbolt”. Dalam pertempuran yang berlangsung
sampai akhir November 1945 ini rakyat Surabaya berhasil
mempertakankan kota Surabaya dari gempuran Inggris walaupun jatuh
korban yang banyak dari pihak Indonesia. Pertempuran di Surabaya
merupakan pertempuran yang menggambarkan betapa hebatnya bangsa
Indonesia mempertahankan tanah airnya sampai titik darah
penghabisan.
Bangsa kita memepertahankan bangsa ini baik harta, jiwa
maupun raga. Mereka yang gugur dalam pertempuran 10 November
menjadi pahlawan kusuma bangsa. Dan untuk menghargai jasa-jasa
para tokoh pahlawan yang telah gugur mendahului kita pemerintah
melalui keputusan bersama menetapkan bahwa pada tanggal 10
November dikenal sebagai hari pahlawan.
b. Pertempuran Ambarawa
Pertempuran Ambarawa diawali oleh mendaratnya tentara
Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Jenderal Bethel di Semarang.
Tentara Sekutu mendarat di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945.
Tujuan kedatangan mereka adalah untuk mengurus tawanan perang dan
tentara Jepang di Jawa Tengah. Bentrokan bersenjata mulai timbul di