• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK MATERI PERGAULAN REMAJA DENGAN METODE PROBLEM SOLVING PADA SISWA KELAS XI MADRASAH ALIYAH AL-MANAR BENER KEC. TENGARAN KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2018/2019 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK MATERI PERGAULAN REMAJA DENGAN METODE PROBLEM SOLVING PADA SISWA KELAS XI MADRASAH ALIYAH AL-MANAR BENER KEC. TENGARAN KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2018/2019 - Test Repository"

Copied!
176
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR AQIDAH AKHLAK

MATERI PERGAULAN REMAJA DENGAN METODE

PROBLEM SOLVING

PADA SISWA KELAS XI

MADRASAH ALIYAH AL-MANAR BENER

KEC. TENGARAN KAB. SEMARANG TAHUN

PELAJARAN 2018/2019

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Attiqotul Munawaroh

NIM. 11114269

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

،هرياريخةرذ لاقثم لمعي نمف

هريارشةرذ لاقثم لمعي نمو

Artinya: “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat biji dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan

kejahatan sebesar dzarahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.”

Q.S. AL-Zalzalah: 7-8

“Kebahagiaan yang sesungguhnya adalah mampu berdamai dengan takdir”

(7)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT skripsi ini telah selesai. Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Ayahanda tercinta Ahmad Zaenuri dan Ibunda Al-Mar‟atus Solikhah yang senantiasa memberikan kasih sayang, nasehat dan jerih payahnya dalam mendidik dari kecil sampai di bangku perkuliahan IAIN Salatiga ini, serta tidak lelah mendoakan yang terbaik tanpa henti untuk menjadi pribadi yang bermanfaat untuk sesama dan kebahagiaan anak-anaknya.

2. Adikku tercinta M. Lana Khabiburrohman yang senantiasa memberikan semangat dan bantuannya untuk menjalani perkuliahan dengan baik. 3. Keluarga besar yang ada di Bedono dan Kediri yang banyak memberikan

motivasi dan doa.

4. M. Luthfan Al‟arof yang senantiasa mendampingi dan memberikan semangat.

5. Sahabat-sahabat seperjuangan dan selalu mengisi hari-hariku Nurul Asfiah, Siti Nur Jannah, Farah Husna Humaida Hanif, Anggit Widy dan Nur Hakkim.

6. Keluarga besar TPQ AL-Ikhlas, TPQ AL-Kholiq yang senantiasa memberikan doa serta dukungan terbaiknya.

7. Keluarga besar Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bahasa Inggiris

Communicative English Club (CEC) IAIN Salatiga yang telah memberikan banyak pengetahuan dan pengalamannya.

8. Keluarga Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Salatiga yang telah memberiku pengalaman yang tak terhingga.

9. Teman-teman seperjuangan PAI 2014 yang telah memberiku motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

(8)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah serta inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, meskipun dalam wujud yang sederhana. Sholawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang merupakan sang revolusioner umat manusia yang telah membawa dari zaman kejahilan menuju zaman keislaman sekarang ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih dengan ketulusan hati, khususnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan.

3. Ibu Hj. Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Progrm Studi Pendidikan Agama Islam.

4. Bapak Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah mencurahkan segala tenaga, pikiran dan bimbingannya dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

(9)

6. Kepala bagian akademik dan para stafnya yang senantiasa memberikan pelayanan akademik yang membantu melancarkan proses pembuatan skripsi dengan lancar.

7. Kepala bagian perpustakaan dan stafnya yang memberikan ruang untuk membuat skripsi dengan bahan sumber buku dan rujukan yang lengkap.

8. Bapak Ahmad Zaenuri dan Ibu Al-Mar‟atus Solikhah dan keluarga yang selalu memberikan doa, semangat, motivasi dan kasih sayang tiada henti.

9. Bapak Makmun Santoso, M.Pd.I. selaku Kepala Madrasah MA AL-Manar Tengaran yang telah memberikan izin dan melancarkan proses penelitian ini.

10.Ibu Mega Rahayu, S.Ag. selaku Guru Pamong mata pelajaran Akidah Akhlak di MA AL-Manar Tengaran yang telah bersedia membantu dan bekerjasama untuk menyelesaikan penelitian ini.

11.Bapak dan Ibu Guru di MA AL-Manar Tengaran.

12.Tak lupa siswa siswi kelas XI IPS yang telah memberikan sumber data untuk keberhasilan penelitian ini dilakukan.

13.Tak lupa kepada seluruh pihak yang telah teribat dalam proses pembuatan penelitian ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

(10)
(11)

ABSTRAK

Munawaroh, Attiqotul. 2018. Peningkatan Hasil Belajar Aqidah Akhlak Materi Pergaulan Remaja Dengan Metode Problem Solving Pada Siswa Kelas XI Madrasah Aliyah AL-Manar Bener Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018. Skripsi. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd.

Kata Kunci: Akidah Akhlak, Pergaulan Remaja dan Metode Problem Solving. Masalah pokok dalam penelitian ini yaitu Apakah penerapan Metode

Problem Solving dalam mata pelajaran Aqidah Akhalak materi pergaulan remaja dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas XI IPS di MA AL-Manar Tengaran Kab. Semarang tahun pelajaran 2018/ 2019. Oleh karena itu, tujuan penelitian skripsi ini adalah untuk mengetahui penerapan hasil belajar peserta didik dengan menggunkan metode problem solving dalam mata pelajaran Akidah Akhlak materi pergaulan remaja, pada siswa kelas XI IPS di MA AL-Manar Tengaran Kab. Semarang tahun pelajaran 2018/2019.

Penelitian ini merupakan Classroom Action Research/ Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan pra siklus dan dua siklus. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes observasi dan dokumentasi. Metode tes digunakan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam penerapan metode problem solving mata pelajaran aqidah akhlak. Metode observasi digunakan untuk mengetahui dan menilai aktivitas siswa dan guru ketika KBM berlangsung. Sedangkan dokumentasi digunakan sebagai bukti bahwa penelitian ini memiliki data dari hasil penelitian yang dilakukan.

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 5

E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan... 6

F. Metode Penelitian ... 7

(13)

1. Pengertian Belajar ... 18

2. Teori Belajar Behaviorisme ... 21

3. Karakteristik Belajar ... 23

4. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar . ... 26

B. Metode Problem Solving ... 33

1. Pengertian ... 34

2. Langkah-langkah Pelaksanaan ... 37

C. Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Materi Pergaulan Remaja .. 33

1. Pengertian Aqidah Akhlak ... 39

2. Pergaulan Remaja ... 33

D. Penelitian Terdahulu ... 52

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Sekolah ... 56

1. Profil Sekolah ... 56

2. Visi dan Misi ... 57

3. Data Tenaga Pendidik dan Karyawan ... 58

B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 61

C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 69

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Paparan Siklus ... 74

1. Pra Siklus ... 74

2. Siklus I ... 77

(14)

B. Perbandingan Antar Siklus ... 99

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ... 101 B. Saran ... 102

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Guru di MA AL-Manar Tengaran ... 58

Tabel 3.2 Karyawan di MA AL-Manar ... 60

Tabel 3.3 Fasilitas, Sarana dan Prasarana di MA AL-Manar Tengaran ... 60

Tabel 4.1 Data Hasil Belajar Pra Siklus ... 75

Tabel 4.2 Data Hasil Belajar Siklus I ... 77

Tabel 4.3 Lembar Pengamatan Guru dan Siswa ... 80

Tabel 4.4 Hasil Belajar Siklus II ... 89

Tabel 4.5 Lembar Pengamatan Guru dan Siswa ... 92

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian

Lampiran 2 Surat Keterangan Melakukan Penelitian

Lampiran 3 Lembar Konsultasi

Lampiran 4 RPP Siklus I dan II

Lampiran 5 Hasil Pengamatan Siswa dan Guru Siklus I dan II

Lampiran 6 Sampel Hasil Tes

Lampiran 7 Sampel Kertas Metode Problem Solving

Lampiran 8 Dokumentasi

Lampiran 9 SKK

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengertian pendidikan itu bermacam-macam, hal ini disebabkan karena perbedaan falsafah hidup yang dianut dan sudut pandang yang memberikan rumusan tentang pendidikan itu.

Pendidikan merupakan upaya sadar yang dilakukan seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam proses kedewasaan manusia yang hidup dan berkembang, nampaklah kenyataan bahwa manusia selalu berubah, dan perubahan itu merupakan hasil belajar, dalam hal ini berarti bahwa dalam pendidikan terjadi sebuah proses pengubahan sikap dan tingkah laku.

Proses pembelajaran di sekolah sebagai suatu aktifitas mengajar dan belajar yang didalamnya terdapat dua subyek yaitu guru sebagai seorang pendidik dan siswa sebagai peserta didik. Tugas dan tanggung jawab utama dari seorang guru adalah menciptakan pembelajaran yang efektif, efisien, kreatif, dinamis dan menyenangkan.

(18)

pembelajaran itu sendiri. Untuk mengoptimalkan pencapaian hasil belajar maka diperlukan sebuah interaksi edukatif dalam proses pembelajaran.

Dunia pendidikan saat ini sedang mengalami tren penggunaan metode dan media pembelajaran berbasis teknologi, karena perkembangan teknologi yang sangat cepat. Menurut Hamid (2004:29) pada beberapa tahun terakhir, filsafat pendidikan telah bergeser dari pengajaran yang berpusat pada guru atau metode yang pengajaran tradisional menjadi metode yang lebih interaktif, ekspresional, dan melibatkan siswa secara langsung. Pengimplementasian perubahan ini didukung dengan penggunaan media pembelajaran modern seperti komputer, proyektor,

tape recorder, media audio visual dan internet. Media telah menunjukan keunggulannya yaitu membawa para guru dan staf pengajar lebih cepat dan lebih mudah dipahami dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada para siswa (Asnawir dan Basyirudin, 2002:VII).

(19)

dalam sistem pendidikan dan pembelajaran (Asnawir dan Basyirudin, 2002:VII).

Problematika yang terjadi dalam pembelajaran (khususnya dalam mata pelajaran aqidah akhlak) adalah masih kurang optimalnya hasil belajar siswa. Hal tersebut dikarenakan masih kurang maksimalnya penggunaan metode pembelajaran yang relevan dengan materi pembelajaran. Terlebih penyampaian materi pembelajaran masih menggunakan metode lama yakni ceramah.

Berkaitan dengan masalah tersebut, penulis mengadakan penelitian di salah satu madrasah aliyah di kecamatan Tengaran kabupaten Semarang yakni di MA AL-Manar Bener Tengaran. Sebagaimana yang penulis temui, metode dan media dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah ini telah diterapkan secara variatif. Namun penulis mengamati, masih banyak yang pembelajarannya hanya menggunkan metode konvensional yakni ceramah, khususnya pada mata pelajaran aqidah akhlak materi pergaulan remaja kelas XI. Sehingga pembelajaran dirasa kurang variatif dan terasa membosankan. Hal ini dapat diamati dari minimnya perhatian dan respon siswa dalam mengikuti pelajaran.

(20)

Informasi tersebut diperoleh dari hasil observasi langsung dan wawancara langsung dengan Ibu Mega Rahayu S.Ag. yang menjadi guru aqidah akhlak. Beliau menuturkan bahwa dalam pembelajaran aqidah akhlak peserta didik tidak menunjukan aktifitas dan kreatifitas serta hasil prestasi dalam belajar. Hal tersebut disebabkan kurang menarik minat siswa atau guru kurang tepat dalam menggunkan media dan strategi yang sesuai dengan karakteristik konsep materi yang disampaikan.

Peneliti mempunyai pandangan bahwa pembelajaran dengan memanfaatkan metode problem solving akan lebih dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran pembelajaran aqidah akhlak materi pergaulan remaja di kelas XI MA AL-Manar Tengaran. Dengan menggunkan metode problem solving diharapkan materi yang disampaikan akan lebih jelas dan konkrit diterima oleh para siswa. Sehingga siswa mempunyai pemahaman dalam bentuk yang realistis dan tidak terkesan mengawang-awang.

Dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk membuat skripsi dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Aqidah Akhlak Materi Pergaulan Remaja Dengan Metode Problem Solving Pada Siswa Kelas XI MA AL-Manar Bener Kec. Tengaran Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2018/ 2019”.

B. Rumusan Masalah

(21)

pelajaran Aqidah Akhlak materi Pergaulan Remaja siswa Kelas XI MA AL-Manar Tengaran Semester I Tahun Pelajaran 2018/ 2019?”.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa Metode Problem Solving

dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran Aqidah Akhlak materi Pergaulan Remaja siswa kelas XI MA AL-Manar Tengaran Semester I Tahun Pelajaran 2018/ 2019.

D. Kegunaan Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis:

1. Manfaat Bagi Siswa

a. Pembelajaran menggunakan metode yang menyenangkan lebih menarik perhatian siswa, sehingga dapat menumbuhkan motovasi belajarnya.

b. Mendorong siswa untuk bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya dan menyampaikan kepada teman sekelompoknya.

2. Manfaat Bagi Guru

a. Menambah wawasan bagi guru tentang pembelajaran yang menyenangkan dan mudah dimengerti.

b. Memotivasi guru dalam memaksimalkan metode pembelajaran yang digunakan supaya tujuannya tercapai.

(22)

a. Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di MA AL-Manar Tengaran.

b. Dapat meningkatkan kinerja sekolah secara keseluruhan.

c. Meningkatkan kepercayaan bagi masyarakat akan kualitas layanan yang diberikan pihak sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan.

E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan 1. Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2006:71).

Berdasarkan kerangka teoritik di atas, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah: Penggunaan metode problem solving untuk meningkatkan prestasi belajar Aqidah Akhlak siswa pada pokok bahasan pergaulan remaja pada siswa kelas XI Semester I Tahun akademik 2018/2019 di MA Al-Manar Tengaran.

2. Indikator Keberhasilan

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode

problem solving ini dikatakan efektif apabila indikator keberhasilan yang diharapkan tercapai. Adapun indikator keberhasilan yang dirumuskan adalah:

(23)

KKM untuk mengikuti pelajaran akidah akhlak materi pergaulan remaja sesuai dengan aspek aktivitas belajar dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dan meningkatnya prestasi belajar siswa di akhir siklus.

b. Nilai standar KKM yang diterapkan disekolah adalah 75, jadi indikator keberhasilannya adalah ketika siswa bisa mencapai nilai di atas 75.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini pendekatan yang diterapkan oleh peneliti adalah penelitian tindakan kelas atau dikenal dengan sebutan PTK. Prosedur dan langkah-langkah penelitian mengikuti prinsip dan dasar yang berlaku dalam penelitian tindakan kelas. Karena penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (Action Research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktek pembelajaran di kelasnya (Arikunto, 2007:58).

Jenis penelitian yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini adalah PTK, guna mencari pemecahan masalah yang ditemui dalam kelas. PTK akan dilaksanakan dengan dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahapan-tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

(24)

Dalam penelitian kelas ini kegiatan perencanaan yang dilakukan adalah:

1) Membicarakan rencana Penelitian Tindakan Kelas dengan kepala sekolah dan guru mapel.

2) Melakukan penyusunan jadwal kegiatan yang akan dilakukan. 3) Membuat Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 4) Mempersiapkan fasilitas-fasilitas dan sarana pendukung yang akan

diperlukan di kelas.

5) Mempersiapkan lembar observasi.

6) Menyediakan alat evaluasi yang terdiri dari lembar tes dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

b. Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini terdiri dari beberapa langkah:

1) Awal kegiatan pembelajaran: a) Persiapan:

(1) Melakukan Pembelajaran Pendahuluan

(2) Guru dapat menjabarkan isi topik secara umum, memotivasi siswa dan menjelaskan tujuan dipelajarinya topik tersebut.

b) Materi

(25)

tergantung pada banyak anggota dalam setiap kelompok serta banyaknya konsep materi pembelajaran yang ingin dicapai dan yang akan dipelajari oleh siswa.

c) Membagi Siswa Ke Dalam Beberapa Kelompok

Kelompok dalam pembelajaran metode problem solving beranggotakan 5 orang yang heterogen baik dari kemampuan akademis maupun jenis kelamin.

d) Menentukan Skor Awal

Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara individu pada kuis sebelumnya atau nilai akhir siswa secara individual pada semester sebelumnya.

2) Rencana Kegiatan

a) Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan menetapkan satu orang untuk menjadi moderator kelompoknya.

b) Masing-masing kelompok berkumpul, berdiskusi dan mengintegrasikan semua sub topik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.

(26)

kemudian mengkonstruksi gagasan-gagasan dari peserta didik yang lainnya untuk mendapatkan gagasan yang disepakati dan benar.

d) Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua topik.

e) Pemberian penghargaan kelompok berupa tepuk tangan atau menghargai prestasi kelompok.

3) Sistem Evaluasi

Dalam sistem evaluasi ada tiga cara yang dapat dilakukan: a) Mengerjakan soal individual yang mencakup semua topik. b) Membuat laporan mandiri atau kelompok.

c) Presentasi.

Sedangkan materi evaluasi dalam sistem evaluasi mencakup beberapa hal sebagai berikut:

a) Pengetahuan (materi ajar) yang difahami dan dikuasai oleh siswa.

b) Proses belajar yang dilakukan oleh siswa. c. Pengamatan

(27)

1) Aktifitas siswa dalam menerima materi 2) Aktifitas siswa dalam belajar kelompok 3) Kemampuan mengungkapkan pendapat 4) Kerjasama dengan teman

5) Aktifitas guru dalam pembelajaran d. Refleksi

Pada akhir evaluasi terhadap keberhasilan tindakan yang telah dilakukan oleh peneliti pada siklus 1, jika indikator pembelajaran sudah tercapai maka tidak perlu diadakan siklus lagi tetapi jika belum tercapai, maka perlu dilanjutkan siklus berikutnya.

2. Lokasi, Waktu dan Subyek Penelitian a. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah MA Al-Manar Tengaran Tahun Ajaran 2018/ 2019, yang beralamatkan di desa Bener Kec. Tengaran Kab. Semarang. Sekolah dipilih menjadi tempat penelitian karena memerlukan pengembangan metode pembelajaran yang akan meningkatkan prestasi kinerja guru dan aktifitas siswa. Selain itu juga adanya kesediaan untuk bekerjasama dari kepala sekolah dan guru kelas yang bersangkutan di MA AL-Manar Tengaran.

(28)

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan kurang lebih satu bulan pada semester gasal tahun ajaran 2018/ 2019 di MA AL-Manar Tengaran.

c. Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas XI MA AL-Manar Tengaran. Siswa kelas XI MA Al-Manar Tengaran dipilih sebagai subyek penelitian karena dinilai perlu adanya suatu pembaharuan dalam kegiatan pembelajaran agar siswa lebih termotivasi dan hasil belajar mereka pun meningkat. Siswa kelas XI MA AL-Manar Tengaran tahun ajaran 2018/ 2019 berjumlah 25 siswa yang terdiri dari 16 siswa dan 9 siswi. Penelitian ini dikhususkan pada mata pelajaran Aqidah Akhlak materi Pergaulan Remaja dengan menggunakan metode

problem solving. 3. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

b. Lembar observasi untuk mengamati aktivitas peserta didik.

c. Lembar observasi untuk mengamati aktifitas guru yang melaksanakan kegiatan pembelajaran.

(29)

a. Metode Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik, fenomena-fenomena yang diselidiki (Hadi, 1996:136). Peneliti mengadakan pengamatan secara langsung datang ke lokasi penelitian untuk mengamati peristiwa-peristiwa yang terjadi berkaitan dengan tujuan penelitian di MA AL-Manar Tengaran. b. Tes

Dalam teknik pengumpulan data melalui tes, peneliti membuat dan menggunkan lembar tes tertulis guna mengetahui sejauh mana siswa mengetahui dan menguasai materi.

c. Dokumentasi

Instrument yang dapat peneliti gunakan dalam teknik dokumentasi adalah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan nilai siswa sebelum diterapkan strategi problem solving pada mata pelajaran aqidah akhlak.

(30)

Setelah semua data terkumpul, selanjutnya adalah menganalisis data untuk mengetahui hasil akhir dari penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto (2007:31) dalam Penelitian Tindakan Kelas dalam menganalisis data menggunakan dua jenis data, sebagai berikut:

a. Data kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) yang dapat dianalisis secara deskriptif dengan statistik deskriptif. Dalam analisis ini biasanya untuk mencari nilai rata-rata dan mencari presentase keberhasilan belajar.

Dengan rumus sebagai berikut: 1) Rumus mencari nilai rata-rata.

M= ∑ x

N Keterangan:

M = Mean (rata-rata)

∑x = Jumlah dari hasil perkalian antara masing-masing skor dengan frekuensinya.

N = Jumlah siswa

2) Rumus mencari persentase keberhasilan bealajar.

P = f x 100% N

(31)

P = Angka Persentase

F = Frekuensi yang sedang dicari presentasenya

N = Number of Case (jumlah frekuensi/ banyaknya individu) b. Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi yang berbentuk

kalimat yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa, tentang tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap siswa terhadap metode belajar yang baru (efektif), aktifitas siswa mengikuti pelajaran, perhatian, antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar dan sejenisnya dapat dianalisis secara deskriptif (Arikunto, 2007:131).

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi hasil tindakan kelas ini dimaksudkan sebagai gambaran yang akan menjadi pembahasan dalam penulisan skripsi sehingga dapat memudahkan dalam memahami atau mencerna masalah-masalah yang akan dibahas. Maka akan disusun sistematika sebagai berikut:

1. Bagian Awal

Bagian awal yang terdiri dari: halaman sampul, lembar logo, halaman judul, lembar persetujuan, pernyataan keaslian tulisan, motto, persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel dan daftar lampiran.

(32)

Bab I berisi tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II berisi tentang kajian pustaka yang menjelaskan tentang hasil belajar, metode pembelajaran kooperatif tipe problem solving dan ruang lingkup aqidah akhlak.

Bab III berisi tentang pelaksanaan penelitian yang menjelaskan deskripsi lokasi dan deskripsi pelaksanaan pra siklus, siklus I dan siklus II.

Bab IV berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi hasil observasi pada tahap pra penelitian, hasil penelitian deskripsi per siklus dan pembahasan.

Bab V berisi penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.

3. Bagian Akhir

(33)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia belajar adalah berusaha (berlatih dan sebagainya) supaya mendapat sesuatu kepandaian. Pengertian belajar telah banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi maupun ahli psikologi pendidikan, menurut Slameto (1992:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dalam buku yang lain Suyono, Hariyanto (2011:9) belajar adalah suatu aktifitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Sebagian besar dari proses perkembangan berlangsung melalui kegiatan belajar.

(34)

dengan orang lain atau lingkungannya. Dari beberapa hal diatas, ada beberapa unsur dalam belajar menurut Cronbach (1954:49), yaitu: a. Tujuan. Belajar dimulai karena adanya sesuatu tujuan yang ingin

dicapai. Tujuan itu muncul untuk memenuhi sesuatu kebutuhan. Perbuatan belajar diarahkan kepada pencapaian sesuatu tujuan dan untuk memenuhi sesuatu kebutuhan. Sesuatu perbuatan belajar akan efisien apabila terarah kepada tujuan yang jelas dan berarti bagi individu.

b. Kesiapan. Untuk dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik anak atau individu perlu memiliki kesiapan, baik kesiapan fisik dan psikis, kesiapan yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu, maupun penguasaan pengetahuan dan kecakapan-kecakapan yang mendasarinya.

c. Situasi. Kegiatan belajar berlangsung dalam suatu situasi belajar. Dalam situasi belajar ini terlibat tempat, lingkungan sekitar, alat dan bahan yang dipelajari, orang-orang yang turut tersangkut dalam kegiatan belajar serta kondisi siswa yang belajar. Kelancaran dan hasil belajar dari belajar banyak dipengaruhi oleh situasi ini, walaupun untuk individu dan pada waktu tertentu sesuatu aspek dari situasi belajar ini lebih dominan sedang pada individu atau waktu lain aspek lain yang lebih berpengaruh.

(35)

komponen-komponen situasi belajar, melihat makna dari hubungan tersebut dan menghubungkannya dengan kemungkinan pencapaian tujuan. Berdasarkan interpretasi tersebut mungkin individu sampai kepada kesimpulan dapat atau tidak dapat mencapai tujuan.

e. Respons. Berpegang kepada hasil dari interpretasi apakah individu mungkin atau tidak mungkin mencapai tujuan yang diharapkan, maka ia memberikan respons. Respons ini mungkin berupa suatu usaha coba-coba (trial and error), atau usaha yang penuh perhitungan dan perencanaan atau pun ia menghentikan usahanya untuk mencapai tujuan tersebut.

f. Konsekuensi. Setiap usaha akan membawa hasil, akibat atau konsekuensi entah itu keberhasilan ataupun kegagalan, demikian juga dengan respons atau usaha belajar siswa. Apabila siswa berhasil dalam belajarnya ia akan merasa senang, puas, dan akan lebih meningkatkan semangatnya untuk melakukan usaha-usaha belajar berikutnya.

(36)

kegagalan membangkitkan semangat yang berlipat ganda untuk menebus dan menutupi kegagalan tersebut. (Sukmadinata:2004)

Jadi hasil belajar adalah apa yang didapatkan seorang anak setelah ia mengikuti proses pembelajaran, baik yang berupa berubahnya pola pikir seseorang ataupun yang berupa berubahnya pola tingkah lakunya.

2. Teori Belajar Behaviorisme

Rumpun teori ini di sebut behaviorisme karena sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati. Teori-teori dalam rumpun ini bersifat molecular, karena memandang kehidupan individu terdiri atas unsur-unsur seperti halnya melekul-melekul.

Ada beberapa ciri dari rumpun teori ini, yaitu: (1) mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil, (2) bersifat mekanistis, (3) menekankan peranan lingkungan, (4) mementingkan pembentukan reaksi atau respon, (5) menekankan pentingnya latihan.

(37)

ulangan-ulangan. Dengan demikian teori ini memiliki kesamaan dalam cara mengajarnya dengan teori Psikologi Daya atau Herbartisme.

Tokoh yang sangat terkenal dari teori ini adalah Throndike. Belajar pada binatang yang juga berlaku bagi manusia menurut Throndike adalah trial and error. Throndike mengemukakan tiga prinsip atau hukum dalam belajar. Pertama, law of readiness, belajar akan berhasil apabila individu memiliki kesiapan untuk melakukan perbuatan tersebut. Kedua, law of exercise, belajar akan berhasil apabila banyak latihan, ulangan. Ketiga, law of effect, belajar akan bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.

(38)

Teori Penguatan atau reinforcement, juga merupakan pengembangan lebih lanjut dari teori koneksionisme. Kalau kalau pada pengkondisian yang diberi kondisi adalah perangsangnya, maka pada teori Penguatan yang dikondisi atau diperkuat adalah resposnya. Seorang anak belajar dengan giat dan dia dapat menjawab semua pertanyaan dalam ulangan atau ujian. Guru memberikan penghargaan kepada anak tersebut dengan nilai tinggi, pujian atau hadiah. Berkat pemberian penghargaan ini maka anak tersebut belajar lebih rajin lagi.

Jadi sesuatu respon diperkuat oleh penghargaan atau hadiah. Teori penguatan disebut juga operant conditioning dan tokoh utama dari teori ini adalah Skinner. Skinner mengembangkan program pengajaran dengan berpegang kepada teori di atas. Program pengajaran yang terkenal dari Skinner adalah Programmed Instruction, dengan menggunakan media buku atau mesin pengajaran. Pengembangan lebih lanjut dari pengajaran berprogram dari Skinner ini adalah

Computer Assisted Instruction (CAI) atau pengajaran dengan menggunakan computer. (Suyono, Harianto, 2011:58)

3. Karakteristik Belajar

(39)

keadaan temporer dari subjek (misalnya keletihan, dan sebagainya)”. (Hilgard dan Gordon, 1975:17)

Dengan pengertian tersebut, maka ternyata belajar sesungguhnya memiliki ciri-ciri (karakteristik) tertentu:

a. Belajar berbeda dengan kematangan

Pertumbuhan adalah saingan utama sebagai pengubah tingkah laku. Bila serangkaian tingkah laku matang melalui secara wajar tanpa adanya pengaruh dari latihan, maka dikatakan bahwa perkembangan itu adalah berkat kematangan (maturation) dan bukan karena belajar. Bila prosedur latihan (training) tidak secara cepat mengubah tingkah laku, maka berarti prosedur tersebut bukan penyebab yang penting dan perubahan-perubahan tak dapat diklasifikasikan sebagai belajar. Memang banyak perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh kematangan, tetapi juga tidak sedikit perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh interaksi antara kematangan dan belajar, yang berlangsung dalam proses yang rumit. Misalnya, anak mengalami kematangan untuk berbicara, kemudian berkat pengaruh percakapan masyarakat sekitarnya, maka dia dapat berbicara tepat pada waktunya.

b. Belajar dibedakan dari perubahan fisik dan mental

(40)

letih/ lelah. Sakit atau kurang gizi juga dapat menyebabkan tingkah laku berubah, atau karena mengalami keclakaan tetapi hal ini tak dapat dinyatakan sebagai hasil perbuatan belajar.

Gejala-gejala seperti kelelahan mental, konsentrasi menjadi kurang, melemahnya ingatan, terjadinya kejenuhan, semua dapat menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku, misalnya berhenti belajar, menjadi bingung, rasa kegagalan, dan sebagainya. Tetapi perubahan tingkah laku tersebut tak dapat digolongkan sebagai belajar. Jadi perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh perubahan fisik dan mental bukan atau berbeda dengan belajar dalam arti sebenarnya.

c. Ciri belajar yang hasilnya relatif menetap

(41)

4. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Hasil belajar siswa merupakan hasil dari suatu proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat sejumlah faktor yang saling mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut yaitu kecerdasan anak, kesiapan anak dan bakat anak (Susanto, 2013:12).

Slameto (1991: 56-72) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar diri individu tersebut.

a. Faktor intern

Di dalam membicarakan faktor intern ini, penulis akan membahasnya menjadi tiga faktor, yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.

1) Faktor jasmaniah a) Faktor kesehatan

(42)

mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, tidur, makan, olah raga dan rekreasi.

b) Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/ badan. Cacat itu dapat berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, dan patah tangan, lumpu dan lain-lain. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.

2) Faktor psikologis

Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan.

a) Intelegensi

(43)

secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.

b) Perhatian

Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/ hal) atau sekumpulan obyek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. c) Minat

(44)

d) Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terrealisasikan menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Bakat mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajar itu.

e) Motif

Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak/ pendorongnya. Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencana dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan/ menunjang belajar.

f) Kematangan

(45)

anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak yang sudag siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar.

g) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau berreaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

3) Faktor kelelahan

(46)

terjadi kelelahan dalam belajarnya. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.

b. Faktor Ekstern

Faktor ekstren yang berpengaruh terhadap belajar, penulis kelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Uraian berikut akan membahas ketiga faktor tersebut.

1) Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota, suasana rumah tangga, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan.

2) Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi hasil belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

3) Faktor masyarakat

(47)

mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat, yang semuanya mempengaruhi belajar anak.

a) Kegiatan siswa dalam masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya. Perlulah kiranya membatasi kegiatan siswa dalam masyarakat supaya jangan sampai menganggu belajarnya. b) Mass media

Yang termasuk mass media adalah bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, buku-buku, komik-komik dan lain-lain. Semuanya itu ada dan beredar dalam masyarakat. Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa. Maka perlulah kiranya siswa mendapatkan bimbingan dan control yang cukup bijaksana dari pihak orang tua dan pendidik, baik di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.

(48)

Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlulah diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik harus cukup bijaksana (jangan terlalu keta tetapi juga jangan lengah).

d) Bentuk kehidupan masyarakat

Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Maka perlu mengusahakan lingkungan yang baik agar dapat memberi pengaruh yang positif terhadap anak agar bisa belajar dengan sebaik-baiknya.

B. Metode Problem Solving

(49)

Metode problem solving ini diangkat dari kehidupan bahwa, dalam kehidupannya manusia selalu dihadapkan dengan berbagai masalah. Itu sebabnya sekolah, kususnya guru dalam mengajar, hendaknya mengembangkan lebih baik lagi kemampuan siswa dalam memecahkan masalah pada waktu yang diselenggarakan proses belajar mengajar dengan menggunakan metode problem solving. (Sudirman, Rusyan, Arifin, Fathoni, 1989:146)

Proses belajar mengajar merupakan interaksi yang dilakukan antara guru dengan peserta didik dalam suatu pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang ditetapkan. Berbagai pendekatan yang dipergunakan dalam metode pembelajaran harus dijabarkan ke dalam metode yang bersifat procedural. “Bagi segala sesuatu itu ada metodenya, dan metode masuk surga adalah ilmu” (HR. Dailami)

1. Pengertian

(50)

Prinsip dasar dalam metode ini adalah perlunya aktifitas dalam mempelajari sesuatu. Aktifitas siswa akan timbul jika guru menjelaskan manfaat bahan pelajaran bagi siswa dan masyarakat. Metode ini merupakan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah, baik masalah pribadi maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.

Metode pemecahan masalah ini dicontohkan Nabi Muhammad ketika hendak mengutus Mu‟adz ke Yaman.

“Sesungguhnya Rasulullah SAW berkehendak mengutus Mu‟adz ke

Yaman. Beliau berkata: „Bagaimana engkau memutuskan (hukum)

apabila seseorang mengajukan suatu masalah kepadamu?‟ Mua‟dz menjawab: „Aku memutuskan (hukum masalah tersebut) dengan kitab

Allah.‟ Nabi bersabda: „Bagaimana sekiranya engkau tidak

mendapatinya pada kitab Allah SWT?‟ Mua‟dz menjawab: „Dengan

Sunnah Rasulullah SAW.‟ Nabi bersabda lagi: Bagaimana pula sekiranya engkau tidak mendapati pada Sunnah Rasullah SAW dan tidak pula pada kitab Allah SWT?‟ Mua‟dz berkata: „Aku akan

(51)

utusan Rasulullah dengan apa yang diridhai (disetujui) oleh Rasulullah.”

Hadis tersebut memberikan tuntunan dan arahan serta mendorong seseorang untuk mampu berijtihad. Metode problem solving bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir. Sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mengumpulkan data sampai kepada menarik kesimpulan. (Majid, 2007:142)

Setelah menelaah dari beberapah hal diatas, ada beberapa keunggulan-keunggulan diantaranya adalah:

a. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan b. Berpikir dan bertindak kreatif

c. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis d. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan e. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan

f. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat

g. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan khususnya dunia kerja

(52)

Untuk memecahkan suatu masalah Jhon Dewey mengemukakan sebagai berikut.

(a) Mengemukakan persoalan atau masalah. Guru menghadapkan masalah yang akan dipecahkan kepada siswa

(b) Memperjelas persoalan atau masalah. Masalah tersebut dirumuskan oleh guru bersama siswa

(c) Siswa bersama guru mencari kemungkinan-kemungkinan yang akan dilaksanakan dalam pecahan persoalan

(d) Mencobakan kemungkinan yang dianggap menguntungkan. Guru menetapkan cara pemecahan masalah yang dianggap paling tepat

(e) Penilaian cara yang ditempuh dinilai, apakah dapat mendatangkan hasil yang diharapkan atau tidak

2. Langkah-langkah pelaksanaan metode problem solving

(1) Persiapan

(a) Bahan-bahan yang akan dibahas terlebih dahulu disiapkan oleh guru

(b) Guru menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan sebagai bahan pembantu dalam memecahkan persoalan

(c) Guru memberikan gambaran secara umum tentang cara-cara pelaksanaannya

(53)

(e) Persoalan harus bersifat praktis dan sesuai dengan kemampuan siswa

(2) Pelaksanaan

(a) Guru menjelaskan secara umum tentang masalah yang dipecahkan

(b) Guru meminta kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang tugas yang akan dilaksanakan

(c) Siswa dapat bekerja secara individual atau berkelompok (d) Siswa dapat menemukan pemecahannya dan mungkin pula

tidak

(e) Kalau pemecahannya tidak ditemukan siswa hal tersebut di diskusikan

(f) Pemecahan masalah dapat dilaksanakan dengan pikiran (g) Data diusahakan mengumpulkan sebanyak-banyaknya

untuk analisis sehingga dijadikan fakta (h) Membuat kesimpulan

(3) Keuntungan metode problem solving

(a) Melatih siswa untuk menghadapi problema atau situasi yang timbul secara spontan

(b) Siswa menjadi aktif dan berinisiatif serta bertanggung jawab

(54)

(d) Sukar sekali menentukan masalah yang benar-benar cocok dengan tingkat kemampuan siswa

(4) Kelemahan metode problem solving

(a) Memerlukan waktu yang lama artinya memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain

(b) Siswa yang pasif dan malas akan tertinggal

(c) Sukar sekali untuk mengorganisasikan bahan pelajaran (Hamdani, 2010:84)

C. Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Materi Pergaulan Remaja 1. Pengertian Aqidah Akhlak

Aqidah arti bahasanya ikatan atau sangkutan. Bentuk jama‟nya

ialah aqa’id. Arti aqidah menurut istilah ialah keyakinan hidup atau lebih khas lagi iman. Sesuai dengan maknanya ini yang disebut aqidah ialah bidang keimanan dalam Islam dengan meliputi semua hal yang harus diyakini oleh setiap umat Islam. Terutama sekali yang termasuk bidang aqidah ialah rukun iman yang enam yaitu iman kepada Allah swt, iman kepada malaikat-malaikatnya-Nya, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada rosul-rosul-kitab-kitab-Nya, iman kepada hari akhir, dan iman kepada qodo‟ dan qodar.

(55)

manusia. Ibnu Maskawaih mendefinisikan akhlak dengan “keadaan

jiwa seseorang yang mendorongnya melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan fikiran. Akhlak meliputi akhlak manusia kepada Tuhan, kepada nabi atau rosul, kepada diri sendiri, kepada keluarga, kepada tetangga, kepada sesame muslim dan kepada non-muslim.

Syariat Islam tidak akan dihayati dan diamalkan orang kalau hanya diajarkan saja, tetapi harus dididik melalui proses pendidikan nabi sesuai ajaran Islam dengan berbagai metode dan pendekatan dari satu segi kita lihat bahwa pendidikan Islam itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain. Dari segi lainnya, pendidikan Islam tidak bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan antara Iman dan amal saleh. Oleh karena itu, pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan Iman dan pendidikan amal dan juga karena ajaran Islam berisi tentang ajaran sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat. Semula yang bertugas mendidik adalah para nabi dan rosul selanjutnya para ulama, dan cerdik pandailah sebagai penerus tugas, dan kewajiban mereka Drajat (1995:27).

(56)

A. Pengertian Masa Remaja

Pergaulan artinya interaksi seseorang, interaksi sosial. Remaja adalah kelompok dari manusia yang baru tumbuh dari masa kanak-kanak kemasa dewasa, yaitu antara usia 13-19 tahun. Sebelum masa remaja, seorang anak akan melewati masa peralihan (adolesen) yaitu antara usia 9-13 tahun yang dikenal sebagai masa pubertas. Dalam masa ini seorang anak memiliki dorongan kuat untuk mengaktualisasikan diri menurut jenis kelamin untuk mendpatkan pengakuan sebagai penegasan identitas diri baik dari segi fisik maupun biologis. Masa remaja adalah masa yang labil bagi anak.

Dalam usianya yang labil, remaja dalam perkembangannya memerlukan lingkungan yang baik, yang dapat menciptakan kondisi nyaman untuk bertanya dan membentuk karakter bertanggung jawab terhadap dirinya. Jika remaja tumbuh dalam lingkungan yang mendorong terciptanya perilaku amoral tentu akan merusak masa deapnnya dan akan mengalami kegagalan. Dampak pergaulan bebas contohnya akan mengantarkan pada kegiatan menyimpang seperti seks bebas, tindak kriminalitas termasuk aborsi, narkoba, serta berkembangnya penyakit menular seksual (PMS). (Bukupaket. Com)

(57)

sebelumnya disebut shabiy (anak-anak), dan masa sesedahnya disebut mukallaf (dewasa). Masa remaja disebut juga masa balig

atau pubertas. Pada masa ini unsur ketertarikan pada lawan jenis mulai muncul. Jadi, remaja ialah orang yang telah melewati masa kanak-kanak dan belum memasuki masa dewasa. Adapun ciri-ciri masa remaja menurut Hurlock antara lain sebagai berikut.

1. Masa Remaja Sebagai Periode Yang Penting

Masa remaja dapat dikatakan sebagai periode yang lebih penting dari pada masa akhir anak-anak, karena perubahan yang terjadi pada masa ini (terutama perubahan secara fisik atau biologis) lebih banyak mempengaruhi sikap dan perilaku remaja secara langsung dan cepat dibandingkan dengan masa akhir anak-anak. Begitu pula dengan kemampuan adaptasi dan rintangan-rintangan yang dihadapi dalam memahami persoalan-persoalan dirinya, menjadikan masa remaja ini sebagai periode yang penting.

2. Masa Remaja Sebagai Periode Perubahan

Ada empat perubahan pada remaja yang hampir bersifat universal, yaitu:

a. Perubahan Emosi

(58)

b. Perubahan Tubuh, Minat, dan Peran

Perubahan tubuh ini cukup mengagetkan dan menyulitkan bagi remaja, terutama di awal remaja. Perubahan fisik memicu perubahan pada minat dan peran yang ingin ditekuninya, misalnya dalam hal masa depan atau cita-cita. Remaja tidak lagi begitu saja mengucapkan cita-citanya, ia merasa harus menata ulang kembali minatnya sesuai dengan perubahan fisik yang dialami.

c. Perubahan Nilai-Nilai

Seiring dengan perubahan minat dan peran yang dialami remaja maka nilai-nilai yang dulunya dipercaya pada masa kanak-kanak akan berubah pula. Bahkan, nilai-nilai yang ada dimasyarakat pun menjadi sesuatu yang ditentang apabila dianggap tidak sejalan dengan logika berpikirnya. d. Ambivalensi

Ambivalensi artinya sikap yang mendua atau mau-mau tetapi juga tidak mau. Remaja banyak memiliki tuntutan untuk melakukan ini dan itu, tetapi dia pun merasa takut akan akibat dari tuntutan tersebut.

3. Masa Remaja Sebagai Masa Mencari Identitas

(59)

campur tangan terlalu jauh terhadap kehidupan pribadinya. Dalam pencarian identitas ini, remaja akan menyeleksi figur-figur idola yang dianggap telah mewakili semua yang menjadi impiannya. Figur-figur itu dapat datang dari bidang apa saja, artis Islami, bintang olahraga, tokoh politik, aktifis kemanusiaan dan sebagainya.

Selain itu dalam upaya pencarian identitas, mereka juga akan melibatkan diri dalam kelompok-kelompok remaja, yang istilah dan sepak terjangnya bermacam-macam. Akhirnya kepribadiannya melebur bersama karakter kelompoknya, maka cita-cita dan pandangan hidupnya pun akan disesuaikan dengan kelompoknya. Begitupula dengan perilaku dan penampilannya. 4. Kehidupan Moral dan Agama Usia Remaja

Remaja cenderung melihat segala sesuatu yang sesuai dengan apa yang ia inginkan, tidak sebagaimana adanya. Remaja ingin orang-orang terdekatnya berperilaku sesuai dengan keinginannya. Akibatnya, ketika apa yang diinginkan tidak menjadi kenyataan atau berbalik, ia mudah kecewa, terbawa emosi atau bahkan frustasi.

B. Pentingnya Akhlak Terpuji dalam Pergaulan Remaja

(60)

pengalaman moral yang menyebabkan mereka bingung untuk memilih mana yang baik untuk mereka. Hal ini tampak jelas pada remaja yang hidup dikota-kota besar. Mereka mencoba mengembangkan diri kea rah kehidupan yang disangka maju dan modern, dibarengi masuknya budaya asing yang masuk tanpa saringan. Sementara dari lingkungannya sendiri, remaja menyaksikan sikap dan perilaku orang dewasa yang mengejar kemajuan lahiriah tanpa mengindahkan nilai-nilai moral yang bersumber dari agama.

Remaja pun bingung karena apa yang ada dilingkungannya berbeda dengan apa yang dipelajarinya di bangku sekolah. Kontradiksi seperti diatas akhirnya akan menghambat pembinaan moral remaja, akibatnya banyak remaja yang mengalami keguncangan jiwa, sehingga mereka kehilangan pegangan, terjerumus kedalam penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan berbagai tindakan kenakalan remaja. Apabila kondisi demikian dibiarkan berkembang, pembangunan bangsa kita akan terganggu bahkan mungkin gagal. Karena tujuan pembangunan adalah mencapai kesejahteraan hidup yang seimbang antara jasmani dan rohani, antara material dan spiritual, antara kehidupan duni dan kehidupan akhirat.

(61)

Mereka sadar bahwa apa yang terjadi pada diri mereka adalah hal yang merugikan, akan tetapi mereka tidak mampu mencari jalan keluarnya, akhirnya mereka akan mencari pelampiasan dengan melakukan berbagai kenakalan remaja.

Keberadaan remaja saat kini sangat penting dan menentukan nasib suatu bangsa pada masa yang akan datang. Sebab pada gilirannya, para remajalah yang akan menggantikan tempat kepemimpinan suatu bangsa. Pepatah arab mengatakan“Pemuda (remaja) masa sekarang adalah pemimpin dimasa yang akan datang.

Oleh sebab itu, sangat penting para remaja memiliki akhlak terpuji dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari, karena mereka adalah generasi penerus umat ini.

C. Bentuk dan Contoh Akhlak Terpuji Seorang Remaja

(62)

remuk redam badanku, hancur luluh tulangku, aku akan tetap beriman kepada Allah dan Rosulnya.”

Hamzah bin Abdul Muthalib seorang remaja yang gagah perkasa, sangat pemberani dalam membela kebenaran dan keadlian. Prinsipnya sangat tegas, siapapun boleh berbeda pendapat satu sama lain, tetapi tidak boleh ada kekerasan dan permusuhan karena perbedaan tersebut. Ketika rosulullah SAW mengalami kesulitan dan penganiayaan dari pihak yang tidak setuju dengan ajarannya, Hamzah bin Abdul Muthalib segera tampil kedepan membela orang yang teraniaya. Baginya, bukan hanya karna Muhammad sebagai keponaknnya, melainkan tidak rela dimuka bumi ini ada kezaliman dan kebiadapan. Demi keadilan dan kebenaran yang dibelanya dan kecintaannya terhadap rosullah SAW, beliau wafat sebagai syahid dalam perang Uhud. Dari kisah-kisah tersebut, perilaku yang seharusnya dimiliki oleh remaja muslim diantaranya yaitu:

1. Menghindari perilaku maksiat

2. Menjaga norma-norma agama dan sosial 3. Selalu menjaga aurat

4. Tidak mengumbar nafsu dan syahwat

5. Selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT D. Akhlak Mulia dalam Pergaulan Remaja

(63)

a. Persaudaraan (ukhuwah)

Dalam rangka menjaga kesucian pergaulan remaja agar terhindar dari perbuatan zina, Islam telah membuat batasan-batasan sebagai berikut:

1) Laki-laki tidak boleh berdua-duaan dengan perempuan yang bukan mahromnya

2) Laki-laki dan perempuan yang bukan mukhrim tidak boleh bersentuhan secara fisik

b. Mengucap dan menjawab salam

Salam menurut bahasa berarti selamat, maksutnya berarti mendoakan keselamatan dan keberkahan kepada orang yang diberi salam. Seseorang yang mengucapkan salam kepada orang lain adalah pertanda kerendahan hati seseorang yang dengan ikhlasnya mau mendoakan orang lain, hal itu menandakan kemuliaan hidup budi pekerti atau akhlak seseorang. Ada dua pilihan mengucapkan salam, boleh memakai Asalamualaikum warrahmatullahi wabarokatuh atau dengan salamun’alaikum warohmatullahi

wabarokatuh.

(64)

اوُمِّلَسُتَو اوُسِنْأَتْسَت َّٰتََّح ْمُكِتوُيُ ب َرْ يَغ اًتوُيُ ب اوُلُخْدَت َلَ اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّ يَأ اَي

اَهِلْهَأٰىَلَع

ۚ

ُكَّلَعَل ْمُكَل ٌرْ يَخ ْمُكِلَٰذ

نوُرَّكَذَت ْم

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta ijin dan memberi salam kepada penghuninya, yang demikian itu lebih baik

bagimu agar kamu (lalu) ingat.”. (QS. An-Nur: 27)

Disunahkan bagi orang yang berjalan memberi salam kepada yang duduk, orang yang naik kendaraan memberi salam kepada orang yang berjalan kaki dan duduk. Dilarang keras memulai salam kepada orang kafir, jika mereka yang mengawali cukup dibalas dengan ucapan waalaikumsalam. Disunahkan mengucapkan salam kepada anak-anak, sebagaimana pernah dilakukan sahabat Anas dan pernah dilakukan pula oleh nabi ketika mengucapkan salam kepada anak-anak. Hal ini dimaksudkan untuk mengajarkan sopan santun.

c. Berjabat Tangan

Berjabat tangan atau bersalaman dapat menunjukan keakraban, kerukunan, persahabatan atau permintaan maaf. Agama Islam menganjurkan umatnya untuk berjabat tangan sebagaimana selalu dilakukan oleh Rosulullah saat bertemu para sahabat. Rosulullah SAW bersabda:

(65)

Artinya: Rosulullah SAW bersabda”Jika ada dua orang muslim yang bertemu lalu berjabat tangan, dosa keduanya akan diampuni sebelum berpisah” (HR. Abu Daud)

Hadis diatas menunjukan bahwa betapa besar manfaat dari berjabat tangan. Berjabat tangan dapat meluluhkan hati seseorang yang sedang marah, menebarkan kasih saying di antara sesame, serta memberi rasa hormat antar sesama. Remaja yang membiasakan berjabat tangan tangan dengan sesamanya akan merasakan banyak manfaat dari kebiasaan ini.

Berjabat tangan hanya dilakukan dengan sesama mahram, maka diharamkan sesuai hukum fiqih seorang laki-laki menjabat tangan wanita yang bukan mahromnya, begitu pula sebaliknya. Jika hal itu dilanggar, maka akan mendekatkan pelakunya pada fitnah.

d. Mengembangkan wawasan keilmuan e. Menghormati dan menghargai (tasamuh)

2. Nilai Positif Perilaku Terpuji dalam Pergaulan Remaja a. Menumbuhkan sikap arif dan bijaksana

b. Menumbuhkan sikap disiplin diri c. Menumbuhkan sikap mandiri

d. Menumbuhkan sikap tanggung jawab

3. Membiasakan Perilaku Terpuji dalam Pergaulan Remaja a. Menutup aurat

b. Mengajak untuk berbuat kebaikan

(66)

d. Menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda

e. Bersikap santun dan tidak sombong E. Perilaku Tercela dalam Pergaulan Remaja

Perilaku tercela remaja mengambil bentuk dengan apa yang kemudian diistilahkan dengan kenakalan remaja. Kenakalan remaja (juvenile delinquency) adalah gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal.

1. Perilaku Tercela dalam Pergaulan Remaja a. Pergaulan bebas (free sex)

b. Tawuran antar pelajar

c. Mengonsumsi minuman keras d. Penyalahgunaan narkoba e. Menghindari berkhalwat

(67)

ini karena seorang muslim yang menyepi dengan wanita yang bukan makhramnya, maka setan akan menjadi teman ketiganya.

Hendaknya seorang lelaki muslim tidak melihat atau memandang wanita secara langsung kecuali untuk alasan syari‟i

tertentu. Dalam hal menjaga pandangan Allah berfirman dalam surah An-Nur (24) ayat 30-31:

لق

Artinya: “(30) Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman:

“Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara

kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah SWT Maha Mengetahui apa yang mereka

perbuat.” (31) Katakanlah kepada wanita yang beriman

“Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya,

(68)

belum mengerti tentang aurat wanita. Janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembynyikan, dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nur: 30-31)

2. Nilai Negatif Perilaku Tercela

a. Bertentangan dengan nilai-nilai ajaran agama b. Hilangnya budaya malu

c. Menimbulkan masalah kesehatan

3. Menghindari Perilaku Tercela dalam Pergaulan Remaja a. Meningkatkan kadar iman dan amal soleh

b. Meningkatkan kualitas akhlak dan etika bergaul

c. Mengatur waktu dengan baik (LKS Aqidah Akhlak Kelas XI) D.Penelitian Terdahulu

Tinjauan pustaka ialah teoritik yang relevan dengan masalah yang diteliti. Ada beberapa skripsi mahasiswa yang hampir serupa dengan penelitan yang sedang dilakukan penulis, diantaranya yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Mayang Putri Perdana mahasiswa (2014, IAIN Tulungagung) yang berjudul “Pengaruh Metode Problem Solving Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII MTs Assyafi‟iyah

(69)

siswa, sedangkan sampel yang digunakan sebanyak 64 siswa yang terdiri dari 31 siswa sebagai kelompok eksperimen dan 33 siswa sebagai kelompok kontrol. Kesimpulan: Hasil belajar siswa kelas VIII MTs Assyafi‟iyah Gondang pada materi hubungan sudut pusat, panjang busur dan luas juring dengan metode problem solving sangat baik. Dapat dilihat dari nilai rata-rata 85, median untuk kelas eksperimen adalah 87,5. Jumlah siswa yang mampu mencapai nilai diatas KKM sebanyak 28 siswa dan yang belum hanya 3 siswa.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Limbar Novaztiar (2016, IAIN Purwokerto) yang berjudul “Penerapan Metode problem solving Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas IV Di Mi Ma‟arif NU Kaliwangi

Kecamatan Purwojati Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2015/ 2006”. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian lapangan (field research) yaitu penulis terjun langsung ke lapangan untuk memperoleh informasi terkait penerapan metode

problem solving ini. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Penulis menggunakan analisis data menggunakan teknik analisis model Miles dan Huberman yang meliputi reduksi data, deskripsi data, display data dan verifikasi data. Kesimpulan: Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis dapat menyimpulkan bahwa penerapan metode problem solving pada mata pelajaran matematika di kelas IV MI Ma‟arif NU

(70)

kegiatan pembelajaran berjalan dengan maksimal, siswa terlihat lebih aktif dan termotivasi dalam mengikuti proses penbelajaran ini. Siswa juga dapat memecahkan masalah menggunakan pengetahuannya sesuai dengan tujuan pembelajaran mata pelajaran matematika.

Dari kedua penelitian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian yang dilakukan penulis memiliki perbedaan dengan hasil penelitian di atas. Penelitian ini lebih menyoroti tentang metode yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran Aqidah Akhlak, di samping itu lokasi dan subjek peneliti juga berbeda dengan penelitian-penelitian diatas.

(71)

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum MA AL-Manar Bener Kec. Tengaran Kab. Semarang

1. Profil Sekolah a. Data Sekolah

Nama sekolah : MA AL-Manar Tengaran Status : Swasta

Pbm : pagi

Ijin Oprasional : Wk/ 5.a/ pp.03.2/ 3365/ 001/ 2000 Alamat sekolah : Jl. KH. Djalal Suyuti

Rt/ Rw : 07/ 01 Desa : Bener Kecamatan : Tengaran Kabupaten : Semarang Telp/ Fax : 0298 3405379

Email : almanar_ma@yahoo.com b. Data Kepala Sekolah

Nama : Makmun Santoso, M.Pd.I Pendidikan : S2

(72)

Rt/ Rw : 05/ 02 Desa : Kesongo Kecamatan : Tuntang

Kabupaten/ kota : Kab. Semarang Nomor Telp./ hp : 085225016425 2. Visi dan Misi MA AL-Manar Tengaran

a. Visi

Terwujudnya peserta didik yang Santun, dan Peka terhadap lingkungan sosial, Taqwa, Terampil, Unggul, dan Mandiri (SPEKTRUM)

b. Misi

1) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta pemahaman dan pengamalan ajaran agama Islam

2) Meningkatkan proses pembelajaran, kinerja, profesionalitas pendidik dan tenaga kependidikan

3) Meningkatkan prestasi akademik dan pengembangan potensi, minat, dan bakat peserta didik

4) Menyediakan sarana dan prasarana yang representatif dan mewujudkan lingkungan yang kondusif

5) Menciptakan harmonisasi, kerja sama, dan pencitraan madrasah c. Tujuan

(73)

strategis, yaitu sekitar 1 KM dari batas Kota Salatiga sehingga mudah dijangkau dari berbagai arah. Selain itu, sistem pesantren yang diterapkan di madrasah ini dapat membantu siswa untuk mengembangkan potensi diri siswa baik di bidang ilmu agama (Kajian Kitab Assalafiyah, Tafsir, Ilmu Tafsir, Hadist, Ilmu Hadist, Fiqih, Usul Fiqih), maupun ketrampilan hidup. Oleh karena itu, Madrasah Aliyah AL-Manar adalah tempat yang tepat untuk menciptakan generasi muda masa depan yang religius, cerdas, berbudi dan mandiri.

3. Data Tenaga Pendidik dan Karyawan MA AL-Manar Tengaran a. Data Guru

1) Guru PNS : - 2) Guru tetap : 14 3) Guru tidak tetap : 4

Tabel 3.1 Guru di MA AL-Manar Tengaran

No. Nama Jabatan

1. Makmun Santoso, M.Pd. I Kepala Madrasah

2. As‟ad Haris Guru

3. Kusumaningrum Baroroh, S.Ag

Guru

4. Prehanto, S.Pd.I Guru

(74)

6. Nuzulul Rahmawati, S.Pd.I

Guru

7. Ahmad Makmun, S.Pd.I Guru 8. Puji Astuti, S.Pd Guru 9. Agus Wahib Sabara, S.H.I Guru 10. Tri Murti Dyah S, S.Pd Guru 11. Linda Nur Andriyani,

S.Pd

Guru

12. Arif Hidayatullah, S.Pd.I Guru 13. Desinta Prihatini, S.Pd Guru 14. Anggar Indrasmiki, S.Pd Guru 15. Mega Rahayu, S.Ag Guru 16. Muflikhah, S.Ag Guru 17. Khabiburrohman, S.Ag.

M.Pd

Guru

18. Nur Vadilatul Khasanah, S.H

Guru

b. Data Karyawan

Gambar

Tabel 3.1 Guru di MA AL-Manar Tengaran
Tabel 3.2 Karyawan di MA AL-Manar Tengaran
Tabel 4.1 Hasil Belajar Pra Siklus
Tabel 4.2 Hasil Belajar Siklus 1
+5

Referensi

Dokumen terkait

Sekadar contoh, di antara nilai budi pekerti dalam agama Hindu dikenal dengan Tri Marga ( bakti kepada Tuhan, orang tua, dan guru; karma, bekerja sebaik- baiknya

Menimbang, bahwa oleh karena jangka waktu dan formalitas panggilan menurut hukum telah diindahkan dengan sepatutnya serta gugatan tersebut tidak melawan hukum

Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana kemampuan metakognitif yang dilakukan oleh siswa kelas VIII SMP dalam menyelesaikan soal-soal

Dalam pemenuhan infrastruktur diharapkan partisipasi dari masyarakat,untuk itu pemerintah kabupaten Parigi Moutong mempunyai program pemberdayaan masyarakat baik program yang

Borang pakar digunakan oleh pakar dengan tujuan memperbaharui fakta dasar di dalam pangkalan data, sedangkan borang yang lain berkaitan dengan sajian informasi fakta tetapi

Proses pembelajaran untuk kelas kontrol berbeda dengan kelas eksperimen, pada kelas eksperimen proses pembelajarannya dilakukan sesuai dengan langkah-langkah yang

Perbedaan Dukungan Sosial yang Dibutuhkan Pasien Hemodialisa dan Dukungan Sosial yang Diberikan oleh Sumber Dukungan Sosial Dilihat Dari Sudut Pandang Sumber Dukungan Sosial.

Dana alokasi umum mempengaruhi pertumbuhan ekonomi disuatu daerah, dimana dana alokasi umum adalah dana yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat untuk daerah dengan