• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA PENANGANAN GURU PAI DAN BK TERHADAP PENYIMPANGAN MORALITAS SISWA STUDI KASUS DI SMK SARASWATI DAN SMK DIPONEGORO SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2013-2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "POLA PENANGANAN GURU PAI DAN BK TERHADAP PENYIMPANGAN MORALITAS SISWA STUDI KASUS DI SMK SARASWATI DAN SMK DIPONEGORO SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2013-2014"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

i

POLA PENANGANAN GURU PAI DAN BK

TERHADAP PENYIMPANGAN MORALITAS SISWA

STUDI KASUS DI SMK SARASWATI

DAN SMK DIPONEGORO SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2013-2014

oleh

AHMAD MAS’UDI NIM. M1.11.025

Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan Islam

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

Perkembangan moralitas siswa menjadi topik pembahasan utama dalam dunia pendidikan, sangat disayangkan betapa semakin menipisnya penanaman konsep kejujuran dan pembentukan karakter pada anak didik. Guru merupakan ujung dari keberhasilan pendidikan. Bimbingan Konseling dan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu bagian dalam upaya pembentukan moral para siswa. Dalam hal ini, guru berperan dalam mengembangkan serta membantu siwa dalam membentuk karakter yang baik sehingga tidak terjadi penyimpangan moralitas siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bentuk-bentuk penyimpangan moralitas siswa, faktor pendukung dan penghambat guru dalam membina siswa, pelaksanaan guru BK dan PAI dalam membina siswa, dan bentuk perubahan sikap serta moral siswa.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Lokasi penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Saraswati dan Sekolah Menengah Kejuruan Diponegoro Salatiga. Subjek penelitian ini adalah fenomena perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa-siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Saraswati dan Sekolah Menengah Kejuruan Diponegoro Salatiga.

(5)

ABSTRACT

Student morality development becomes the main topic of discussion in educational field. Unfortunately, the embedding of honesty concept and character development to the student has decreased. Teacher becomes the determiners for the success of education. Counseling and Islamic education subject become one of the effort to develop students' morality. In this case, teacher has a role in order to help students develope their character well, so there will be no moral deviation of the students. The aim of this research is to know the students moral deviation forms, the proponent and inhibitor factor of teacher in fostering students, the implementation of counseling teacher and Islamic education in order to foster the students and to see the form of students' attitude and morality changing.

Research method used in this research is a case study method. Research location took place in SMK Diponegoro and SMK Saraswati in Salatiga. Subject of the research is the phenomenom of attitude deviation carried out by the students in SMK Saraswati and SMK Diponegoro Salatiga.

(6)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan nikmat dan hidayah-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan oleh penulis. Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam pada Program Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Penyusunan Tesis ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah membantu berupa bimbingan, saran maupun informasi yang sangat bermanfaat. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Ketua Institut Agama Islam Negeri Salatiga yang telah memberi kesempatan kepad penulis dalam menempuh studi di Program Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

2. Bapak Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag. selaku Direktur Program Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga beserta staf-stafnya yang telah memberikan kesempatan dan menyediakan fasilitas kepada penulis dalam menempuh studi di Program Magister Pendidikan Islam.

(7)

4. Bapak Munajat, Ph.D. selaku pembimbing II yang telah dengan sabar, kritis, dan teliti mengarahkan penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

5. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam Program Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga yang telah memberikan bekal ilmu yang bermanfaat khususnya dalam penyusunan tesis ini.

6. Bapak Drs. Daryanto selaku kepala SMK Saraswati Salatiga beserta para guru dan staf, yang telah memberikan kesempatan dan kelonggaran waktunya untuk memberikan informasi dan data pendukung lainnya dalam penyusunan tesis ini sehingga berjalan dengan lancar.

7. Bapak Drs. Joko Anis Suwantoro, M.Pd.I selaku kepala SMK Diponegoro Salatiga beserta para guru dan staf, yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

8. Alm. Bapak H. Nur Ihsan, Alm. Bapak Drs. Rifa‟i, Ibu Hj. Romimah, dan Ibu

Sri Widayati selaku orang tua yang senantiasa memberi dukungan dan doanya sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

9. Istri, Kakak, dan anaku Taqiyya yang saya sayangi, yang telah memberi motivasi dan dorongannya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. 10. Teman-teman mahasiswa angkatan pertama 2011-2012 Program Pasca

(8)

Penulis berharap semoga semua sumbangsih pemikiran dan motivasinya mendapatkan balasan yang lebih dari Allah SWT. Dan semua amal ibadahnya diterima disisiNya dan kelak kita semua dikumpulkan kembali olehNya di surga. Penulis juga menyadari bahwa hasil karya ilmiah berupa tesis ini masih belum sempurna, oleh sebab itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca kami harapkan. Semoga tesis ini dapat berguna bagi pengembangan ilmu, khususnya pada bidang Pendidikan Agama Islam.

Salatiga, 23 Februari 2015 Penulis

(9)

MOTTO

Artinya: “Dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah

(10)

PERSEMBAHAN

Untuk :

Orangtuaku yang selalu aku cintai dan hormati almarhum Bapak H. Nur Ikhsan, Ibu Hj. Romimah, almarhum Bapak Drs. Rifai, dan Ibu Sri Widayati. Semoga mereka senantiasa dirahmati Allah SWT, diampuni semua dosa-dosanya, dimudahkan semua urusannya dan diberi keberkahan dalam hidupnya.

Istriku Santi Widyastuti, S.ST. yang selalu mendorong dan mendampingi dengan tulus semua aktifitasku agar selalu mendapatkan hasil terbaik. Mutiara hatiku, Injakhi Taqiyya Tasyakkuro Sa‟ida yang selalu kurindukan dan kusayangi.

Saudaraku Nurul Fadilah, Subhan, Muhammad Kharisul Qowim, Ifka Nur Azizah, Lukmanul Hakim, Burhan Shahalla, Fadiel Furqon Naziel, yang telah mensupportku sehingga semua langkah dan semangat terus ada untuk menyelesaikan tugasku ini.

(11)

DAFTAR

ISI

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PENGESAHAN ……….. ii

HALAMAN PERNYATAAN ……….. iii

ABSTRAK ……….……… iv

PRAKATA ……… vi

MOTTO ……… ix

PERSEMBAHAN ………. x

DAFTAR ISI ………. xi

DAFTAR TABEL ……….. xiv

DAFTAR GAMBAR ………. xv

DAFTAR LAMPIRAN ………. xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……….. 1

B. Rumusan dan Batasan Masalah ………. 4

C. Signifikansi Penelitian ……… 6

D. Kajian Pustaka ………...… 8

E. Sistematika Penulisan Tesis ………...… 11

(12)

B. Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam …..……... 16

C. Tujuan Pendidikan Agama Islam ………...……..…... 1 9 D. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dan Guru BK ……... 23

E. Penyimpangan Moralitas Siswa ……….……..… 28

F. Pendekatan Penanganan Perilaku Menyimpang ……….……..… 34

G. Metode Penanganan Perilaku Menyimpang ………..… 36

H. Pola Penanganan Perilaku Menyimpang ………... 39

I. Peranan PAI untuk menanggulangi penyimpangan moralitas siswa ... 44

J. Peranan BK untuk menanggulangi penyimpangan moralitas siswa … 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ………. 49

B. Subjek penelitian ……….…….. 50

C. Lokasi Penelitian ……….. 50

D. Sumber Data ………. 51

E. Prosedur Pengumpulan Data ……….…… 51

F. Tehnik Analisis Data ………. 54

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………...……. 57

B. Bentuk-bentuk penyimpangan siswa ………..…...…… 65

C. Faktor Pendorong dan Penghambat ……… 76

D. Pelaksanaan pembinaan PAI oleh guru dan BK ……….……….. 85

(13)

F. Bentuk perubahan sikap dan moral siswa ……….… 104

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ………... 109

B. Saran ………. 111

DAFTAR PUSTAKA ……….. 112

LAMPIRAN ……… 116

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1.Data siswa SMK Diponegoro Salatiga ………..…... 58

3.2.Data siswa SMK Saraswati Salatiga ………... 59

4.1. Data perilaku menyimpang di SMK Saraswati Salatiga ………… 67

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1. Prasarana Sekolah ……….. 61

4.2. Pelaksanaan pembinaan oleh guru PAI ……….. 90

4.3. Penanganan Guru BK ……….… 94

4.4. Penanganan Guru PAI ……….. 97

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Lembar Penilaian Siswa ……….. 116

2. Berita Acara Ujian Proposal ……… 117

3. Permohonan Izin Penelitian ……….. 118

4. Permohonan Izin Penelitian ………. 119

5. Surat Keterangan telah melakukan penelitian ……….. 120

6. Lembar bimbingan Tesis ……….. 122

7. Lembar persetujuan pembimbing ……….… 127

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan moralitas siswa menjadi topik pembahasan utama dalam dunia pendidikan, sangat disayangkan betapa semakin menipisnya penanaman konsep kejujuran dan pembentukan karakter pada anak didik.

Merebaknya isu-isu yang terjadi dikalangan siswa seperti penggunaan narkotika, narkoba, tawuran antar siswa, pornografi, perkosaan, perjudian, pelacuran, penipuan, pengguguran kandungan, pembunuhan, dan lain-lain.Hal itu telah menjadi masalah sosial yang sampai saat ini belum dapat diatasi secara tuntas dan dampak yang ditimbulkan dari perilaku tersebut ialah terus berkembangnya kenakalan dikalangan siswa. 1

Kehidupan remaja saat ini dihadapkan pada berbagai masalah yang komplek dan perlu mendapatkan perhatian serius, diantaranya semakin menurunnya tatakrama kehidupan sosial dan etika moral dalam praktik kehidupan baik di rumah, sekolah, maupun lingkungan sekitarnya.2 Perilaku tersebut berdampak terhadap timbulnya berbagai perbuatan negatif dan amoral lainnya pada kalangan remaja seperti pencurian, perjudian, tindak asusila, tawuran, pemakaian narkoba, dan seterusnya.

1

C. Asri Budiningsih, Pembelajaran Moral, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004, 1.

2

(18)

Ditinjau dari aspek sosiologis, anak remaja dituntut secara moral memiliki rasa solidaritas sosial yang tebal sehingga mereka merasa ikut memiliki kehidupan sosial dan ikut bertanggung jawab atas keamanan, ketertiban, ketentraman, dan kedamaian dalam kelangsungan hidup kelompok sosialnya.3 Kondisi psikologis seperti itu menjadikan remaja kehilangan kontrol dalam melakukan aktifitas kesehariaannya, sehingga berkelanjutan timbul perilaku yang menjadi dominasi lingkungan pergaulannya, seperti lahirnya geng montor, pemerkosaan, perjudian, dan sebagainya.

Pengaruh arus era globalisasi yang cukup potensial juga membawa sinyal kebebasan tanpa batas dan klaim hak asasi manusia yang mengakibatkan terjadinya penyalahgunaan dan tindakan tidak terpuji. Pendidikan bagi kalangan remaja pada esensinya memiliki tujuan untuk mencerdaskan manusia dengan memperkaya ilmu serta mengembangkan intelektualnya demi menciptakan keseimbangan kehidupannya.

Proses belajar mengajar yang bermakna, menyenangkan, yang komunikatif dapat menghasilkan penanaman keilmuan serta moralitas yang baik kepada siswa. Sekolah sebagai lembaga pendidikan tidak akan lepas dari tudingan masyarakat jika ada kenakalan remaja atau perilaku negatif lainnya. Peristiwa yang kerap terjadi seakan-akan merupakan kegagalan lembaga pendidikan untuk membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Terlebih lagi guru agama dan guru bimbingan konseling selalu menjadi sasaran empuk yang

3

(19)

dituduh gagal membentuk moral siswa. Alhasil, apabila dilihat pengawasan serta bimbingan atas perilaku siswa tidak hanya dibebankan pada guru disekolah semata namun juga terhadap orangtua dan masyarakat.

Pengaruh sosial dan kultural memainkan peran yang besar dalam pembentukan atau pengondisian tingkah laku kriminal remaja, perilaku tersebut menunjukkan tanda-tanda tidak ada konformitas terhadap norma-norma sosial.4 Aat Syafaat dkk. menjelaskan bahwa pendidikan agama Islam merupakan usaha dalam upaya membimbing serta mengasuh anak agar kelak dapat memahami, menghayati, mengamalkan, serta menjadikannya pedoman dalam hidupnya.5

Gejala kemerosotan nilai-nilai akhlak dan moral mulai dan telah meresahkan masyarakat secara luas. Krisis moral yang seringkali dihadapi menyangkut permasalahan penindasan, adu domba, tawuran, mabuk-mabukan, dan kasus-kasus pornografi serta tindak asusila dikehidupan masyarakat kita. Maka dari itu diperlukan adanya bimbingan moral yang mencakup sikap dan perilaku dalam proses pendidikan.

Terbentuknya perilaku menyimpang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor agama. Faktor ini dapat mempengaruhi pembentukan penyimpangan yaitu ketika kehidupan individu tidak didasari oleh agama yang kuat sehingga kehidupannya menjadi tanpa arah dan tujuan. Perilaku menyimpang siswa pada dasarnya lahir dari ekspresi sikap kenakalan yang

4

TB. Aat Syafaat, dkk., Peranan Pendidikan Agama Islam…, 75.

5

(20)

muncul dari kalangannya. Secara fenomenologis gejala kenakalan timbul dalam masa pubertas, dimana jiwa dalam keadaan labil sehingga mudah terseret oleh lingkungan.

Maka dari itu penulis tertarik untuk mengkaji tentang “Pola Penanganan

Guru Pendidikan Agama Islam Dan Guru Bimbingan Konseling Terhadap Penyimpangan Moralitas Siswa” studi kasus di Sekolah Menengah Kejuruan

Saraswati dan Sekolah Menengah Kejuruan Diponegoro Salatiga tahun akademik 2013-2014.

B. Rumusan dan Batasan Masalah a. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini ialah: 1. Apa saja bentuk penyimpangan siswa Sekolah Menengah Kejuruan

Saraswati dan Sekolah Menengah Kejuruan Diponegoro Salatiga? 2. Bagaimana pelaksanaan pembinaan akhlak kepada siswa di Sekolah

Menengah Kejuruan Saraswati dan Sekolah Menengah Kejuruan Diponegoro Salatiga?

(21)

4. Bagaimanakah perubahan sikap moral siswa setelah mendapatkan penanganan dari guru PAI dan BK ?

b. Batasan Masalah

Pendidikan agama memiliki dimensi yang dominan dalam upaya pengarahan, bimbingan, dan pencegahan terhadap sikap dan perilaku siswa dalam kesehariannya terutama di lingkungan sekolah. Tujuan dilakukan bimbingan terhadap siswa yang mengalami masalah moralitas ialah untuk membentuk siswa yang berperilaku baik, sopan, santun dalam bicara dan bergaul, serta jujur atas semua tingkah laku kesehariannya.

Untuk memperoleh pemahaman tentang persoalan yang berkaitan dengan kasus penyimpangan moralitas siswa, maka perlu dilakukan penelitian mengenai pola-pola penanganan yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam dan guru Bimbingan Konseling dalam penyimpangan moralitas siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Saraswati dan Sekolah Menengah Kejuruan Diponegoro Salatiga.

(22)

C. Signifikansi Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini ialah :

a. Untuk mengetahui bentuk-bentuk penyimpangan moralitas di Sekolah Menengah Kejuruan Saraswati dan Sekolah Menengah Kejuruan Diponegoro Salatiga.

b. Untuk mengetahui kendala-kendala yang telah dialami guru PAI dan BK dalam mengatasi masalah moralitas siswa.

c. Untuk mengetahui beberapa pola yang telah diterapkan guru PAI dan BK dalam menangani kasus moralitas siswa.

d. Untuk mencari pola-pola yang tepat bagi Guru PAI dan BK dalam menghadapi arus era modernisme.

e. Untuk merumuskan konsep dasar dalam menangani kasus penyimpangan moralitas siswa.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini ialah

a. Memudahkan Guru PAI dan BK dalam mencari alternatif penyelesaian dalam penanganan penyimpangan moralitas siswa.

(23)

c. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman akan pentingnya Pendidikan Agama Islam serta bimbingan konseling bagi siswa, terutama bagi mereka yang mengalami masalah dengan perilakunya seperti penyalahgunaan narkoba, tindak asusila, berkelahi di sekolah, membolos dan tawuran.

d. Memberikan khazanah keilmuan dalam penerapan penanganan kasus-kasus siswa secara dini yaitu dengan cara bimbingan konseling, wawancara persoalan siswa yang dihadapi, kemudian mendeteksi kasus secara lebih tepat sesuai tahapan yang akan dicapai.

3. Kontribusi Penelitian

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk :

a. Untuk memperkaya dan melengkapi kajian teoritik maupun praktis dalam bidang ilmu pembelajaran pendidikan Agama Islam, sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yaitu dengan cara pendekatan pembelajaran deduktif dan induktif.

b. Sebagai bahan pertimbangan bagi tenaga pendidik khususnya PAI dan BK dalam menentukan dan memilih pendekatan pembelajaran serta penindakan perilaku siswa.

(24)

menyimpang siswa yang selanjutnya diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

d. Sebagai landasan empirik atau kerangka acuan. Dari hal ini dapat diketahui beberapa bentuk pola penanganan dan langkah-langkah penyelesaian terhadap perilaku menyimpang siswa.

e. Untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan kualitas moral siswa melalui proses belajar dan kegiatan keagamaan agar dapat menjadikan siswa berakhlak mulia. f. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pemecah masalah dalam peningkatan

hasil belajar PAI, serta dalam upaya meningkatkan kualitas lulusan.

D. Kajian Pustaka

Dalam kajian pustaka ini, penulis akan mendeskripsikan beberapa penelitian yang ada relevansinya dengan judul tesis “Pola Penanganan Guru PAI

dan Guru BK Terhadap Penyimpangan Moralitas Siswa” ini. Beberapa

penelitian itu antara lain:

Penelitian yang dilakukan oleh Warsiyah tentang “Pengaruh Tingkat

(25)

pengaruh langsung negatif sedangkan Prokrastinasi Akademik secara empiris memiliki pengaruh langsung positif yang signifikan pada Sikap terhadap menyontek. Akan tetapi, tingkat keimanan dan prokrastinasi akademik tidak memiliki pengaruh langsung pada sikap terhadap menyontek. Meskipun demikian, tingkat keimanan dan prokrastinasi akademik secara tidak langsung (melalui Sikap terhadap menyontek) memiliki pengaruh yang signifikan pada perilaku menyontek.6

Penelitian yang dilakukan oleh Nur Ainiyah pembentukan karakter melalui pendidikan agama Islam. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penanaman karakter pada anak sejak dini berarti ikut mempersiapkan generasi bangsa yang berkarakter, mereka adalah calon generasi bangsa yang diharapkan mampu memimpin bangsa dan menjadikan negara yang berperadaban, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa dengan akhlak dan budi pekerti yang baik serta menjadi generasi yang berilmu pengetahuan tinggi dan menghiasi dirinya dengan iman dan taqwa. Oleh karena itu pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah sebagai salah satu upaya pembentukan karakter siswa sangatlah penting. Pembentukan karakter anak akan lebih baik jika muncul dari kesadaran keberagamaan bukan hanya karena sekedar berdasarkan prilaku yang membudaya dalam masyarakat.7

6Warsiyah, “Pengaruh Tingkat Keimanan, Prokrastinasi Akademik dan Sikap terhadap

Menyontek pada Perilaku Menyontek Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo”,TESIS, IAIN Walisongo Semarang (2013): 45-60.

7

(26)

Penelitian yang dilakukan Inge Pudji Astuti tentang peran guru dalam mengembangkan karakter siswa. Penelitian ini menyimpulkan bahwa usia TK merupakan masa yang tepat untuk menumbuh kembangkan pendidikan karakter anak. Lima cara yang dapat dilakukan sekolah dalam menumbuhkembangkan karakter best pada anak TK, ialah: teladan, fun, peka, cerita, dan doa. Bagaikan lima jari: (1) jempol mengingatkan kita untuk selalu berperan sebagai teladan bagi anak, (2) jari telunjuk mengingatkan kita pada acara “Jari-jari” yang ceria (fun), (3) jari tengah yang tertinggi

mengingatkan kita untuk selalu peka melihat situasi sikap positif peserta didik, (4) jari manis mengingatkan kita untuk memberikan hal-hal yang manis melalui cerita atau dongeng pada anak, dan (5) jari kelingking mengingatkan kita: meski kecil, tapi kuat kuasanya, kuasa doa. Kelima cara ini sebaiknya dilakukan secara berkesinambungan dan terintegrasi dalam kegiatan di sekolah sehari-hari. Kerja sama orang tua, guru, kepala sekolah, dan yayasan harus terus dikembangkan untuk menumbuh kembangkan karakter best pada anak.8

Dari beberapa penelitian di atas, belum ada penelitian yang mengambil topik yang berkaitan dengan Pola Penanganan Guru PAI dan BK terhadap Penyimpangan Moralitas Siswa. Maka peneliti bermahsud untuk melakukan

8

(27)

penelitian lebih lanjut terhadap beberapa permasalahan yang terkait dengan judul peneliti tersebut.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan dan pemahaman yang jelas dalam membaca, peneliti susun sistematika penulisan tesis ini secara garis besar sebagai berikut.

Di dalam penulisan tesis diawali dengan halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, halaman pernyataan, abstrak, prakata, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

Dalam pembahasan tesis, penulis membagi dalam bagian-bagian, tiap bagian tediri bab-bab dan setiap bab terdiri dari sub-sub bab yang saling berhubungan dalam kerangka satu kesatuan yang logis dan sistematis.

Adapun sistematika pembahasan sebagai berikut: a. BAB I Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, signifikansi penelitian, kajian pustaka, dan sistematika penulisan.

b. BAB II Tinjauan Pustaka

(28)

faktor penyebab penyimpangan moralitas, jenis penyimpangan, dampak penyimpangan, pola pendekatan, dan metode serta tehnik penanganannya.

c. BAB III Metode Penelitian

Menguraikan tentang pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data penelitian, tehnik pengumpulan data, dan tehnik analisis data.

d. BAB IV Hasil Penelitian Dan Analisis

Berisi tentang pelaporan hasil penelitian dan analisis data. Hasil penenlitian menyajikan hasil dari wawancara dengan responden, deskripsi lokasi penelitian, hasil observasi dan hasil pengumpulan data dari dokumentasi. Analisis data menguraikan hasil penelitian tersebut dengan kaitannya konsep-konsep yang ada di dalam kajian pustaka yang di gunakan sehingga memperoleh informasi yang bisa menjawab permasalahan dalam penelitian ini.

e. BAB V Penutup

(29)

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Agama Islam

Menurut kamus Bahasa Indonesia kata pendidikan berasal dari kata

didik dan mendapat imbuhan pe dan akhiran an, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.9 Menurut kamus bahasa Arab, pendidikan diterjemahkan ke dalam kata tarbiyah

dengan kata kerjanya rabba yang berarti mengasuh, mendidik, memelihara.10 Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.11

Dalam sistem pendidikan tersebut diartikan sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan serta pemahaman yang lebih tinggi dan optimal. Pengetahuan tersebut diperoleh secara formal yang kemudian dapat memiliki implikasi terhadap siswa agar dapat memiliki pola

9

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007, 263.

10

Atabik Ali Ahmad Zuhdi Muhdhor, Kamus Bahasa Arab Kontemporer, Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 2003, 454.

11

(30)

pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang telah diperolehnya melalui kegiatan pembelajarannya.

Menurut Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Islam (PAI) ialah bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejateraan hidup di dunia maupun di akhirat.12

Menurut Ahmad D. Marimba, Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.13

Menurut Hasan Langgulung Pendidikan Islam ialah menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yang akan datang, peranan ini berkaitan erat dengan kelanjutan hidup masyarakat sendiri, memindahkan nilai-nilai yang bertujuan memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup (surviral) suatu masyarakat dan peradaban. Dengan kata lain, tanpa nilai-nilai keutuhan (integrity) dan kesatuan(integration) suatu masyarakat, maka

12

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996, 25.

13

(31)

kelanjutan hidup tersebut tidak akan dapat terpelihara dengan baik yang akhirnya akan berkesudahan dengan kehancuran masyarakat itu sendiri.14

Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al-Qashash ayat 77:

Artinya : Dan carilah pada apa yang dianugerahkan Allah SWT kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al Qashash : 77).15

Ayat tersebut memiliki makna bahwa manusia adalah makhluk utuh yang terdiri atas jasmani, akal, dan rohani sebagai potensi pokok manusia. Potensi tersebut perlu dikembangkan sesuai dengan bakat yang dimilikinya agar ia memiliki kepribadian yang baik, santun dan berakhlak mulia.

Pendidikan dapat pula diartikan bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya akhlak yang utama.16 Oleh karena itu, pendidikan dipandang sebagai salah satu

14

Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, Bandung: Al-Ma‟arif, 1980, 38.

15

Mushaf Al-Quran, Depok: Neija, 2012, 394.

16

(32)

aspek yang memiliki peranan pokok dalam membentuk generasi muda agar memiliki akhlak yang utama.

Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan bimbingan yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada peserta didik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian muslim yang sejati. Pendidikan agama Islam merupakan bagian terpenting yang berkenaan dengan aspek sikap dan nilai-nilai yang antara lain akhlak. Karena pendidikan agama memberikan motivasi hidup dan kehidupan, dan juga merupakan alat pengembangan dan pengendalian diri, maka Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertaqwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran Islam dari sumber utamanya kitab suci Alquran dan Hadis melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, ditentukan oleh kemampuan guru karena faktor pendidik sangat menentukan keberhasilan anak didik dalam upaya menciptakan peserta didik yang diharapkan yang memiliki integritas serta akhlak mulia.

B. Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

(33)

peserta didik akan diarahkan atau dibawa. Pendidikan adalah masalah yang sangat penting dalam kehidupan, karena pendidikan itu tidak dapat dipisahkan dari kehidupan baik dalam kehidupan keluarga maupun dalam kehidupan bernegara, sehingga pendidikan dijadikan suatu tola ukur terhadap maju mundurnya suatu bangsa.

1. Dasar Yuridis

Landasan yuridis dapat diartikan sebagai bentuk peraturan baku yang telah disahkan oleh pemerintah sebagai tempat berpijak atau titik tolak dalam melaksanakan kegiatan - kegiatan tertentu, dalam hal ini kegiatan pendidikan. Landasan tersebut bersumber dari peraturan perundang-undangan yang belaku yang menjadi titik tolak dalam rangka praktik pendidikan dan studi pendidikan.

Dalam undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 Sisdiknas pasal 30 nomor 3 pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal.17 Dan terdapat pada pasal 12 No 1/a setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama.18

Dengan demikian secara yuridis pendidikan adalah dasar atau fondasi perundang-undangan yang menjadi pijakan dan pegangan dalam pelaksanaan pendidikan. Dalam hal ini pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya melalui

17

Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional…, 36.

18

(34)

proses pembelajaran dalam rangka mewujudkan serta tercapainya cita-cita hidupnya yang lebih baik.

2. Dasar Naqli

Dalil Naqli adalah dalil yang bersumber dari Qur'an dan Al-Hadits. Al-Qur‟an adalah sumber kebenaran dalam Islam, kebenaran yang sudah tidak dapat diragukan lagi. Sedangkan sunnah Rasulullah SAW yang dijadikan landasan pendidikan agama Islam adalah berupa perkataan, perbuatan atau pengakuan Rasullullah SAW dalam bentuk isyarat.

Sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh imam Turmudzi:

Artinya: Menuntut ilmu adalah wajib bagi tiap-tiap orang-orang Islam laki-laki dan perempuan. (H.R. Ibn Abdulbari)19

Dengan demikian dapat dipahami bahwa pendidikan sebagai upaya perbaikan yang meliputi keseluruhan hidup individu termasuk akal, hati dan rohani, jasmani, akhlak, dan tingkah laku. Melalui pendidikan, setiap potensi yang di anugerahkan oleh Allah SWT dapat dioptimalkan dan dimanfaatkan untuk menjalankan fungsi sebagai khalifah di muka bumi.

19

(35)

Dari uraian diatas terlihat bahwa Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya bersumber pada al-Qur‟an dan hadist sejak awal telah menancapkan revolusi dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Langkah ini sangat strategis dalam upaya mengangkat martabat kehidupan manusia agar mampu menuju kemajuan berfikir dan berakhlak mulia.

Dengan demikian dasar pendidikan agama Islam adalah sesuatu yang menjadi landasan sebagai tempat berpijak untuk melaksanakan pendidikan agama Islam, karena dalam ajaran Islam lebih sempurna untuk dipersiapkan menjadi pedoman hidup sepanjang zaman. Sumber untuk mengatur masalah pendidikan tersebut adalah al Qur‟an dan assunnah. Tanpa adanya dasar dari

pendidikan agama Islam, maka tujuan pendidikan agama Islam itu tidak akan tercapai.

C. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pada umumnya tujuan pendidikan yaitu mengusahakan supaya tiap orang sempurna pertumbuhan tubuhnya, sehat otaknya, baik budi pekerti dan sebagainya. Sehingga ia dapat mencapai kesempurnaan dan bahagia hidupnya lahir dan batin.

(36)

Artinya: Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku. (Q.S. adz-Dzariyat: 56).20

Tujuan Pendidikan Agama Islam tersebut untuk membina manusia beragama berarti manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan sempurna, sehingga tercermin pada sikap dan tindakan dalam seluruh kehidupannya yang dapat dibina melalui pengajaran agama yang intensif dan efektif dalam rangka mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.21

Pendidikan sebagai salah satu proses pembentukan kepribadian menjadi poin penting di dalam kehidupan manusia. Ia dinilai menjadi salah satu cara dan media untuk mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya. Tujuan pendidikan itu khususnya pendidikan Islam adalah untuk mengembangkan potensi manusia yang cenderung positif sehingga diharapkan akan terbentuk kepribadian yang baik pula.22

Tujuan pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

20

Mushaf Al-Qur‟an…, 523.

21

Zakiah Daradjad, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, 172.

22

(37)

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.23

Menurut Mahmud Yunus tujuan pendidikan agama Islam adalah mendidik anak-anak, pemuda-pemudi dan orang dewasa supaya menjadi orang muslim sejati, beriman teguh, beramal soleh dan berakhlak mulia, sehingga ia menjadi salah seorang masyarakat yang sanggup hidup diatas kaki sendiri, mengabdi kepada Allah dan berbakti kepada bangsa dan tanah airnya bahkan sesama umat manusia.24

Tujuan pendidikan agama islam adalah agar manusia memiliki keyakinan yang kuat dan dapat dijadikan sebagai pedoman hidupnya yaitu untuk menumbuhkan pola kepribadian yang bulat dan melalui berbagai proses usaha yang dilakukan. Selain itu Pendidikan Agama Islam merupakan suatu proses bimbingan jasmani dan rohani yang berlandaskan ajaran Islam dan dilakukan dengan kesadaran untuk mengembangkan potensi anak didik menuju perkembangan yang maksimal, sehingga terbentuk kepribadian yang memiliki nilai-nilai Islam.

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang ajaran Islam dan

23

Dirjen Pendidikan Islam, UU RI Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen…, 56.

24

(38)

meningkatkan pengamalan ajaran Islam itu dalam kehidupan sehari-hari dalam mewujudkan generasi yang beriman dan bertaqwa, beramal shaleh, berakhlak mulia, serta mampu berdiri sendiri sebagai salah satu dari ciri kepribadian muslim sejati. Dengan pengabdian itu manusia akan mendapat keseimbangan hidup antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.

Sebagaimana firman Allah SWT:

Artinya: Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS.Luqman :18)25

Pendidikan sebagai salah satu proses pembentukan kepribadian menjadi poin penting di dalam kehidupan manusia karena melalui pendidikan segenap potensi yang dimiliki anak didik dapat dikembangkan melalui bimbingan dan pengarahan supaya menjadi muslim yang beriman serta berakhlak mulia sebagai refleksi dari keimanan yang telah diajarkan sebagai sasaran akhir dari Pendidikan Agama tersebut.

25

(39)

D. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dan Guru BK 1. Peranan guru PAI

Guru agama adalah seseorang yang mengajar dan mendidik agama Islam dengan membimbing, menuntun, memberi tauladan dan membantu mengantarkan anak didiknya kearah kedewasaan jasmani dan rohani. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan agama yang hendak di capai yaitu membimbing anak agar menjadi seorang muslim yang sejati, beriman, teguh, beramal sholeh dan berakhlak mulia, serta berguna bagi masyarakat, agama dan negara.26

Menurut Ngalim Purwanto, guru adalah orang yang telah memberikan suatu ilmu atau kepandaian kepada yang tertentu kepada seseorang atau kelompok orang. Guru pendidikan agama Islam merupakan figur seorang pemimpin yang mana disetiap perkataan atau perbuatannya akan menjadi panutan bagi anak didik, maka disamping sebagai profesi seorang guru agama hendaklah menjaga kewibawaannya agar jangan sampai seorang guru agama melakukan hal-hal yang bisa menyebabkan hilangnya kepercayaan yang telah diberikan masyarakat.27

26

Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, 45.

27

(40)

Zakiah Daradjat menjelaskan bahwa seorang guru adalah pendidik profesional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan.28

Guru agama harus menghadapi keanekaragaman pribadi dan pengalaman agama yang dibawa anak didik dari rumahnya masing-masing. Setiap orang yang mempunyai tugas sebagai guru harus mempunyai akhlak, khususnya guru agama, disamping mempunyai akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam, guru agama seharusnya mempunyai karakter yang berwibawa, dicintai dan disegani oleh anak didiknya, penampilannya dalam mengajar harus meyakinkan karena setiap perilaku yang dilakukan oleh guru agama tersebut menjadi sorotan dan menjadi teladan bagi setiap anak didiknya.

Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik untuk membina akhlak anak didiknya, seorang guru haruslah dapat membina dirinya sendiri terutama seorang guru agama haruslah sabar dan tabah ketika menghadapi berbagai macam ujian dan rintangan yang menghalangi, guru haruslah dapat memberikan solusi yang terbaik ketika anak didiknya sedang menghadapi masalah, terutama masalah yang berhubungan langsung dengan proses belajar mengajar.

Kewajiban utama yang dilakukan oleh seorang guru adalah berusaha menyayangi dan mencintai muridnya dan itu harus bersifat

28

(41)

pribadi. Guru harus mengenal anak didiknya terlebih dahulu, lalu mencoba mendapati hal-hal positif yang ada pada mereka dan secara terus terang menyatakan suatu penghargaan, selain itu juga ia harus mengetahui kondisi keluarga masing-masing anak didik, kesulitan yang mereka hadapi dan kebutuhan yang mereka perlukan.

Pengetahuan dan pengalaman seorang guru seharusnya luas, karena hal ini merupakan faktor penunjang dalam mencapai keberhasilan dalam mendidik dan membina anak didik tersebut, sikap terbuka, penuh perhatian dan pengertian merupakan bekal yang tidak boleh ditinggalkan bagi seorang guru.

Dengan demikian peran guru sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Minat, bakat, kemampuan dan potensi-potensi yang dimiliki oleh pserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantaun guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual, karena antara peserta didik dengan yang lain memiliki perbedaan yang sangat mendasar agar mampu memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik.

2. Peranan guru BK

(42)

diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik.29

Menurut Prayitno dan Erman Amti, bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, atau orang dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.30

Bimo Walgito mendefinisikan bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya, agar individu dapat mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya.31

Bimbingan ialah suatu proses bantuan yang diberikan terhadap para siswa atau siswi dengan memperhatikan kenyataan-kenyataan dan kemungkinan-kemungkinan tentang adanya kesulitan-kesulitan yang dihadapinya dalam rangka perkembangan yang sangat optimal, sehingga mereka pun bisa memahami diri sendiri, bertindak, bersikap, dan

29

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004, 1.

30

Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, 99.

31

(43)

mengarahkan dari yang sesuai dengan tuntutan dan keadaan sekolah, masyarakat dan keluarga.32

Konseling adalah proses pemberian yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.33

Adapun definisi konseling menurut Abdul Bari ialah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap yang dilakukan secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal dengan tehnik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah tersebut.34

Dengan demikian dapat dipahami bahwa konseling merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada seseorang supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan pada diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dan memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang. Adapun bimbingan konseling adalah salah satu komponen yang penting dalam proses pendidikan sebagai suatu sistem. Guru mempunyai peranan dan

32

Yusuf Gunawan, Pengantar Bimbingan Konseling, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992, 40.

33

Prayitno dan Emran Anti, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta, 1999, 106.

34

Abdul Bari Saifudin, dkk., Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

(44)

kedudukan kunci di dalam keseluruhan proses pendidikan, terutama pendidikan formal.

Bimbingan pada hakekatnya merupakan upaya untuk memberikan bantuan kepada peserta didik. Bantuan yang dimaksud adalah bantuan yang bersifat psikologis meliputi tercapainya penyesuaian diri, perkembangan optimal dan kemandirian. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa bimbingan dalam penelitian ini merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada individu agar dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin, dan membantu siswa agar memahami dirinya, menerima dirinya, mengarahkan dirinya, dan merealisasikan dirinya.

E. Penyimpangan Moralitas Siswa

1. Pengertian Penyimpangan Moralitas Siswa

(45)

Perilaku menyimpang siswa salah satunya disebabkan oleh minimnya pendidikan moral dan agama. Hampir seluruh warga Indonesia khususnya daerah Jawa percaya bahwa pendidikan moral terbaik adalah di Pondok Pesantren. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan agama sangat mempengaruhi moral seseorang. Karena dalam agama diajarkan untuk tidak merugikan atau jahat terhadap diri sendiri dan orang lain dalam bentuk apapun. Agama dapat menjadi salah satu faktor pengendali tingkah laku remaja. Karena pendidikan agama memang mewarnai kehidupan masyarakat.35

Perilaku menyimpang adalah suatu perilaku yang dieskspresikan oleh seorang atau beberapa orang anggota masyarakat yang secara disadari atau tidak disadari, tidak menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku dan telah diterima oleh sebagian anggota masyarakat.

2. Faktor Penyebab Penyimpangan Moralitas Siswa

Beberapa faktor penyebab terjadinya perilaku menyimpang, antara lain sebagai berikut:

a. Sikap mental yang tidak sehat

Perilaku yang menyimpang dapat pula disebabkan karena sikap mental yang tidak sehat. Sikap itu ditunjukkan dengan tidak merasa bersalah atau menyesal atas perbuatannya, bahkan merasa senang.

b. Ketidakharmonisan dalam keluarga

35

(46)

Tidak adanya keharmonisan dalam keluarga dapat menjadi penyebab terjadinya perilaku menyimpang.

c. Pelampiasan rasa kecewa

Seseorang yang mengalami kekecewaan apabila tidak dapat mengalihkannya ke hal yang positif, maka ia akan berusaha mencari pelarian untuk memuaskan rasa kecewanya.

d. Dorongan kebutuhan ekonomi

Perilaku menyimpang yang terjadi karena dorongan kebutuhan ekonomi.

e. Pengaruh lingkungan dan media massa.

Seseorang yang melakukan tindakan menyimpang dapat disebabkan karena terpengaruh oleh lingkungan kerjanya atau teman sepermainannya. Begitu juga peran media massa, sangat berpengaruh terhadap penyimpangan perilaku.

f. Kegagalan dalam proses sosialisasi

Perilaku menyimpang yang terjadi dalam masyarakat dapat disebabkan karena seseorang memilih nilai sub kebudayaan yang menyimpang yaitu suatu kebudayaan khusus yang normanya bertentangan dengan norma budaya yang dominan.36

36

(47)

3. Jenis Perilaku Menyimpang

Perilaku menyimpang pada remaja terbagi atas empat jenis, diantaranya37 :

a. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain seperti perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain.

b. Kenakalan yang menimbulkan korban materi seperti perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan, dan lain-lain.

c. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban dipihak orang lain seperti pelacuran, penyalahgunaan obat dan lain-lain.

d. Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos.

4. Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang

Berdasarkan permasalahan remaja yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat dispesifikasikan bentuk- bentuk perilaku menyimpang atau kenakalan remaja yang dibagi menjadi empat kelompok besar, 38 yaitu:

a. Delikuensi Individual

Delikuensi Individual adalah perilaku menyimpang yang berupa tingkah laku kriminal yang merupakan gejala personal dengan ciri khas “jahat“ yang disebabkan oleh prodisposisi dan kecenderungan

penyimpangan tingkah laku psikopat, neourotis, dan antisosial.

37

Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010, 83.

38

(48)

Penyimpangan perilaku ini dapat diperhebat dengan stimuli sosial yang buruk, teman bergaul yang tidak tepat dan kodisi kultural yang kurang menguntungkan. Perilaku menyimpang pada tipe ini seringkali bersifat simptomatik karena muncul dengan disertai banyaknya konflik-konflik intra psikis yang bersifat kronis dan disintegrasi pribadi.

b. Delinkuensi Situasional

Bentuk penyimpangan perilaku tipe ini pada umumnya dilakukan oleh anak-anak dalam klasifikasi normal yang dapat dipegaruhi oleh berbagai kekuatan situasional baik situasi yang berupa stimuli sosial maupun kekuatan tekanan lingkungan teman sebaya yang semuanya memberikan pengaruh yang “menekan dan memaksa“ pada

pembentukan perilaku menyimpang. Penyimpangan perilaku dalam bentuk ini seringkali muncul sebagai akibat transformasi kondisi psikologis dan reaksi terhadap pengaruh eksternal yang bersifat memaksa. Dalam kehidupa remaja situasi sosial eksternal yang menekan, terutama dari kelompok sebaya dapat dengan mudah mengalahkan unsure internal yang berupa pikiran sehat, peraaan dan hati nurani sehingga memunculkan tingkah laku delinkuen situasional. c. Delinkuensi Sistematik

(49)

seragam dalam penyimpangan. Kumpulan tingkah laku yang menyimpang yang disestematisir dalam pengaturan status, norma dan peranan tertentu kan memunculkan sikap moral yang salah dan justru muncul rasa kebanggaan terhadap perbedaan-perbedaan dengan norma umum yang berlaku.

Semua perilaku menyimpang yang seragam dilakukan oleh anggota kelompok ini kemudian dirasionalisir dan dilakukan pembenaran sendiri oleh seluruh anggota kelompok, sehingga perilaku menyimpang yang dilakukan menjadi terorganisir dan sistematis sifatnya. Dorongan berperilaku menyimpang pada kelompok remaja terutama muncul pada saat kelompok remaja ini dalam kondisi tidak sadar atau setengah sadar, karena berbagai sebab dan berada dalam situasi yang tidak terawasi oleh kontrol diri dan kontrol sosial. Lama kelamaan perilaku menyimpang ini diulang dan diulang kembali, dan kemudian dirasakan enak dan menyenangkan yang kemudian diprofesionalisasikan yang pada akhirnya kemudian digunakan untuk menegakkan gengsi diri secara tidak wajar.

d. Delinkuensi Komulatif

(50)

Dengan mencermati bentuk perilaku menyimpang yang dilihat dari dimensi penyebabnya, maka wujud dari perilaku menyimpang dapat berupa perilaku sebagai berikut :

a. Membolos sekolah.

b. Perkelahian antar individu, antar sekolah ataupun antar suku, yang kesemuanya menunjukan akibat negatif.

c. Perilaku menyontek. d. Mabuk-mabukan.

e. Melakukan perbuatan tindak asusila yang mengganggu ligkungan. f. Kecanduan dan ketagihan obat terlarang yang erat kaitannya dengan

tindak kejahatan.

g. Perjudian dan bentuk-bentuk permainan dengan taruhan yang mengakibatkan ekses kriminalitas.

F. Pendekatan Penanganan Perilaku Menyimpang

(51)

dan perhatian. Selain itu, mereka juga butuh pengertian dan dukungan dari keluarga yang seharusnya mereka dapatkan sebagai seorang anak.

Untuk mengatasi penyimpangan moral pada remaja, peran orang tua sangat penting. Dengan orang tua yang selalu mendampingi, mereka akan yakin bahwa mereka tidak sendiri sehingga apapun kondisinya para remaja tersebut akan berani terbuka pada orang tua. Selain itu, bimbinglah mereka dan arahkan mereka dengan baik yaitu melalui arahan dan mendorong kepada para remaja untuk menyalurkan bakat, minat, dan hobinya dalam hal-hal positif agar dapat bermanfaat.39

Upaya mengantisipasi tersebut melalui: 1. Penanaman nilai dan norma yang kuat

Penanaman nilai dan norma pada seseorang individu melalui proses sosialisasi. Adapun tujuan proses sosialisasi antara lain sebagai berikut:

a. Pembentukan konsep diri b. Pengembangan keterampilan c. Pengendalian diri

d. Pelatihan komunikasi e. Pembiasaan aturan.

2. Pelaksanaan peraturan yang konsisten

Segala bentuk peraturan yang dikeluarkan pada hakekatnya adalah usaha mencegah adanya tindak penyimpangan, sekaligus juga sebagai

39

(52)

sarana penindak perilaku penyimpangan. Namun apabila peraturan-peraturan yang dikeluarkan tidak konsisten justru akan dapat menimbulkan tindak penyimpangan.

Pendekatan dan pemecahannya dari pendidikan merupakan salah satu jalan yang paling strategis yaitu dengan usaha-usaha pembinaan, pengarahan, dengan memahami dan mengurangi permasalahan yang berhubungan dengan perkembangan fisik dan perilaku psikomotorik.

G. Metode Penanganan Perilaku Menyimpang

Berbagai cara dapat dilakukan untuk mencegah perilaku penyimpangan sosial dalam masyarakat. Upaya-upaya tersebut dapat dilakukan dari berbagai lingkungan, baik itu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Diantaranya ialah:

1. Menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis

(53)

yang dijadikan panutan dan tuntunan, sehingga sudah sepantasnya jika orang tua harus mampu memberi teladan bagi anak-anaknya.

2. Meningkatkan Nilai Keimanan

Keluarga merupakan unit masyarakat yang paling mendasar. Oleh karena itu, peningkatan nilai keimanan yang diajarkan keluarga sangatlah penting. Pengajaran keimanan yang berasal dari keluarga bisa memperkokoh dan menjadi benteng pada saat mereka berinteraksi dengan lingkungannya.

3. Komunikasi Efektif

Komunikasi efektif ialah menjalin keakraban antara orang tua dan anak. Dengan adanya keterbukaan antara anak dan orang tua diharapkan segala persoalan akan mudah dipecahkan. Dengan demikian, anak terhindar dari perbuatan yang menyimpang di tengah masyarakatnya.

4. Memenuhi Hak-Hak Anak

(54)

serta menggalakan program-program ekstrakulikuler yang berlandaskan nilai-nilai moral.40

Lingkungan masyarakat juga dapat membantu mencegah penyimpangan sosial, salahsatunya yaitu dengan menciptakan kontrol sosial di lingkungan masyarakat berupa tata tertib yang di buat bersama, seperti dengan mengadakan program siskamling; penyuluhan narkoba kepada remaja, layanan konsultasi kesehatan, dan sebagainya.

Dalam hubungannya dengan upaya pencegahan penyimpangan sosial di lingkungan keluarga, orang tua dapat melakukan beberapa hal, seperti berikut ini.

a. Menciptakan suasana harmonis, perhatian, dan penuh rasa kekeluargaan.

b. Menanamkan nilai-nilai budi pekerti, kedisiplinan, dan ketaatan beribadah.

c. Mengembangkan komunikasi dan hubungan yang akrab dengan anak. d. Selalu meluangkan waktu untuk mendengar dan menghargai pendapat

anak, sekaligus mampu memberikan bimbingan atau solusi jika anak mendapat kesulitan.

e. Memberikan punnish and reward, artinya bersedia memberikan teguran atau bahkan hukuman jika anak bersalah dan bersedia memberikan

40

(55)

pujian atau bahkan hadiah jika anak berbuat baik atau memperoleh prestasi.

f. Memberikan tanggung jawab kepada anak sesuai tingkat umur dan pendidikannya.

Langkah-langkah tersebut merupakan upaya yang dapat dilakukan orang tua agar tercipta suatu komunikasi yang baik dengan anak, sehingga anak merasa terlindungi, memiliki panutan atau teladan, serta merasa memiliki arti penting sebagai bagian dari keluarganya.

H. Pola Penanganan Perilaku Menyimpang

Perilaku menyimpang biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, penyimpangan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya.41 Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungannya, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri.

41

(56)

Menurut Panut Panuju dan Ida Umami, pola penanganan perilaku menyimpang melalui 3 tahap, yaitu : 1) tindakan preventif yakni segala tindakan yang bertujuan mencegah timbulnya kenakalan-kenakalan, 2) tindakan represif yakni tindakan untuk menindas dan menahan kenakalan remaja seringan mungkin atau menghalangi timbulnya peristiwa kenakalan yang lebih hebat, 3) tindakan kuratif dan rehabilitasi yakni memperbaiki akibat perbuatan nakal terutama individu yang telah melakukan perbuatan tersebut.42

1. Tindakan Preventif

Tindakan preventif yakni segala tindakan yang mencegah timbulnya kenakalan-kenakalan. Tindakan preventif untuk mencegah kenakalan remaja dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

a) Usaha pencegahan timbulnya kenakalan remaja secara umum. b) Berusaha mengenal dan mengetahui ciri umum dan khas remaja.

c) Mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh para remaja. Kesulitan-kesulitan manakah yang biasanya menjadi sebab timbulnya penyaluran dalam bentuk kenakalan.

d) Usaha pembinaan remaja, yang meliputi : menguatkan sikap mental remaja supaya mampu menyelesaikan persoalan yang dihadapinya, memberikan pendidikan bukan hanya dalam penambahan pengeluaran dan ketrampilan, namun juga pendidikan mental dan pribadi melalui pengajaran agama, budi pekerti dan etika, dan usaha memperbaiki keadaan lingkungan sekitar, keadaan sosial keluarga, maupun masyarakat dimana terjadi banyak kenakalan remaja.

e) Usaha Pencegahan Timbulnya Kenakalan Remaja Secara Khusus.

42Panut Panuju dan Ida Umami, Psikologi Remaja, Yogyakarta : Tiara Wacana, 1999,

(57)

Penanaman pendidikan mental dilakukan oleh guru PAI maupun guru pembimbing serta para pendidik lainnya. Usaha para pendidik harus diarahkan dalam rangka mengamati, memberikan perhatian khusus, dan mengawasi setiap penyimpangan tingkahlaku remaja.

Pemberian bimbingan terhadap para remaja dapat berupa pengenalan diri sendiri yaitu dengan menilai diri sendiri dan hubungan dengan orang lain, penyesuaian diri yaitu mengenal dan menerima tuntutan dan penyesuaian diri dengan tuntutan tersebut, dan orientasi diri yaitu dengan mengarahkan pribadi remaja ke arah pembatasan antara diri pribadi dan sikap sosial dengan penekanan pada penyadaran nilai-nilai sosial, moral dan etik.

2. Tindakan Represif

Usaha menindak pelanggaran norma-norma sosial dan moral dapat dilakukan dengan mengadakan hukuman terhadap setiap pelanggaran seperti halnya:

a) Di lingkungan keluarga, remaja harus menaati peraturan dan tata cara yang berlaku. Dan adanya hukuman yang dibuat orang tua terhadap pelanggaran tata tertib dan tata cara keluarga. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa pelaksanaan tata tertib dan tata cara keluarga harus dilakukan dengan konsisten. Setiap pelanggaran yang sama harus dikenakan sanksi yang sama. Sedangkan hak dan kewajiban anggota mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan umur.

(58)

berlaku untuk pengendalian suasana pada waktu ulangan atau ujian. Akan tetapi hukuman yang berat seperti “skorsing” maupun

pengeluaran dari sekolah merupakan wewenang kepala sekolah. Guru dan staf pembimbing bertugas menyampaikan data mengenai pelanggaran maupun akibatnya. Pada umumnya tindakan represif diberikan dalam bentuk memberikan peringatan secara lisan maupun tertulis kepada pelajar maupun orang tua, melakukan pengawasan khusus oleh kepala sekolah dan tim guru atau pembimbing dan melarang bersekolah untuk sementara atau seterusnya tergantung dari macam pelanggran tata tertib sekolah yang telah digariskan.

3. Tindakan Kuratif dan Rehabilitasi

Tindakan kuratif dan rehabilitasi dilakukan setelah tindakan pencegahan lainnya dilaksanakan dan dianggap mengubah tingkah laku pelanggar tersebut dengan memberikan pendidikan kembali. Pendidikan diulangi melalui pembinaan secara khusus, dan ditangani oleh lembaga khusus maupun perorangan yang ahli dalam bidang tersebut.

(59)

a) Penyuluhan kesadaran hukum bagi siswa

Urgensi dalam penyuluhan hukum kepada siswa mengandung tujuan untuk mendidik siswa agar mereka mampu mematuhi dan bertindak sesuai aturan-aturan hukum yang telah diatur sebagai mestinya dengan sebaik-baiknya dalam upaya menyadarkan terhadap dirinya baik di sekolah maupun di luar sekolah.

b) Rasa tanggung jawab sosial

Rasa tanggung jawab merupakan salah satu konsekuensi dari masing-masing individu sebagai anggota yang hidup dalam masyarakat yaitu akan adanya keutuhan dan kelancaran hidup sosial.

c) Kesadaran beragama

Kesadaran beragama juga banyak menunjang tercapainya kehidupan yang damai tentram dan aman di tengah-tengah kehidupan masyarakat.43

Dengan demikian dapat dipahami bahwa penanganan perilaku penyimpangan pada remaja perlu ditekankan karena dapat menentukan pembentukan mental dan jiwa anak didik dalam rangka ditujukan ke arah tercapainya kepribadian yang baik, dan dewasa. Hal tersebut diharapkan akan menumbuhkan karakter anak didik yang berkepribadian kuat, teguh, dan memiliki akhlakul karimah.

43

(60)

I. Peranan PAI untuk menanggulangi penyimpangan moralitas siswa

Pendidikan Agama Islam (PAI) di Indonesia sebagai sub sistem pendidikan Nasional, mempunyai peran yang sama dengan pendidikan pada umumnya, dalam proses pembangunan Nasional. Pendidikan Agama Islam mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan nasional, yaitu dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Atau dengan kata lain bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai suatu hasil peradaban bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri yang berfungsi sebagai filsafat pendidikannya atau sebagai cita-cita dan pernyataan tujuan pendidikannya.

Pendidikan merupakan hal terpenting untuk membentuk kepribadian. Pergeseran zaman yang cepat mengakibatkan pengembangan dan perubahan pada beragam aspek. Keseluruhan unsur pendidikan mengalami perubahan, arus perubahan itu ikut merubah moral dan karakter tiap individu. Pendidikan informal dan non formal pun memiliki peran yang sama untuk membentuk kepribadian terutama anak atau peserta didik.

(61)

manusia dewasa yang bertaqwa kepada Allah SWT dan berkpribadian muslim dan pengaruh pendidikan agama islam pendidikan disertakan sebagai usaha sadar untuk mengembangkan intelektualitas dalam arti bukan hanya meningkatkan kecerdasan saja, melainkan juga meningkatkan dan mengembangkan aspek kepribadian manusia, yang mencakup aspek keimanan, moral atau mental, perilaku dan sebagainya. Pendidikan Agama Islam berperan sebagai pengendali tingkah laku atau perbuatan yang terlahir dari sebuah keinginan yang berdaran emosi. jika ajaran agama sudah terbiasa dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupannya sehari-hari dan sudah ditanamkannya sejak kecil, maka tingkah lakunya akan lebih terkendali dalam menghadapi segala keinginannya yang timbul.

Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik untuk membina kepribadian anak didiknya, seorang guru haruslah dapat membina dirinya sendiri terutama seorang guru agama haruslah sabar dan tabah ketika menghadapi berbagai macam ujian dan rintangan yang menghalangi, guru haruslah dapat memberikan solusi yang terbaik ketika anak didiknya sedang menghadapi masalah, terutama masalah yang berhubungan langsung dengan proses belajar mengajar.44

Dalam dunia pendidikan, terbentuknya moral yang baik adalah merupakan tujuan utama karena pendidikan merupakan proses yang mempunyai

44

(62)

tujuan yang biasanya diusahakan untuk menciptakan pola-pola tingkah laku tertentu pada anak didik atau seorang yang dididik. Memperhatikan masalah-masalah Pendidikan akhlak seperti juga memperhatikan pendidikan jasmani, akal dan ilmi. Seorang anak kecil membutuhkan fisik yang kuat, akal yang kuat dan akhlak yang tinggi, sehingga ia dapat mengurus dirinya, berfikir sendiri, mencari hakikat, berkata benar, membela kebenaran, jujur dalam amal perbuatannya, mau mengorbankan kepentingan diri sendiri untuk kepentingan bersama, berpegang pada keutamaan dan menghindari sifat-sifat yang tercela.

Dengan demikian materi pendidikan yang diberikan kepada anak didik agar sesuai dengan perkembangan zaman yang dapat menjawab tantangan jiwa anak didik tersebut. Materi pendidikan agama penting untuk anak didik dalam upaya pembinaan kepribadiannya, pembinaan ini dilakukan dengan pemberian materi tentang barbagai macam kehidupan anak didik misalnya mengenai tata krama, sopan santun, cara bergaul, cara berpakaian, dan cara bermain yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam, disamping itu juga pelaksanaan ibadah yang sesuai dengan syariat ajaran Islam, terutama tentang aqidah atau ketauhidan kepada Allah SWT.

(63)

melatarbelakangi tindakannya yaitu dengan penanaman nilai dan norma yang kuat pada setiap individu.

J. Perananguru BK dalam menanggulangi penyimpangan moralitas siswa Dalam kelangsungan perkembangan dan pertumbuhan anak didik, berbagai pelayanan di selenggarakan dengan tujuan agar dapat berguna dan bermanfaat dalam proses perkembangan anak didik di sekolah. Dalam hal ini guru BK berperan dalam upaya pemberian bantuan terhadap siswa agar bisa berkembang secara mandiri dan dapat menyelesaikan permasalahanya yang sedang dihadapi. Dengan adanya pelayanan bimbingan konseling, membantu siswa agar memperoleh solusi dalam mencari akar masalah yang mereka hadapi dan pembentukan karakter kepribadiannya.

Sardiman mengemukakan sembilan peran guru yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah, yaitu:

a. Sebagai Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.

b. Sebagai Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan lain-lain.

(64)

menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar dan pembelajaran.

d. Sebagai Direktur, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

e. Sebagai Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar. f. Sebagai Transmitor, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam

pendidikan dan pengetahuan.

g. Sebagai Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar.

h. Sebagai Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa. i. Sebagai Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak

didik dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.45

Adapun peran bimbingan konseling dapat diketahuai dengan melihat fungsi-fungsi pelayanan bimbingan konseling seperti yang ada di bawah ini:

a. Fungsi pemahaman. b. Fungsi pencegahan. c. Fungsi pengentasan.

d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan.

45

Gambar

Gambar 4.2.
Gambar 4.4.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan masalah-masalah yang telah peneliti rumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan pengetahuan berdasarkan data-data yang benar, yang sesuai

Berdasarkan data penyinaran matahari yang dihimpun dari 18 lokasi di Indonesia, radiasi surya di Indonesia untuk Kawasan Barat Indonesia (KBI) mencapai 4,5 kWh/m 2 /hari

memformulasikan jenis rangkaian kombinasi seri dan parallel pada saat proses pembelajaran. Hal tersebut terbukti dari rerata keingintahuan tinggi dan rendah relatif

Saudara dianjurkan untuk menghadiri pemberian penjelasan pada tempat dan waktu yang ditentukan dalam Lembar Data Pemilihan (LDP), agar Saudara lebih memahami

In the study, he explained about the motivation is an important factor that the students need to have, because it can encourage the students to study to achieve their

keuangan syariah yang mempunyai salah satu tujuan untuk mengangkat perekonomian masyarakat produktif khususnya para pengusaha kecil serta memberikan alternatif

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan yang berupa keandalan, ketanggapan, jaminan, empati dan bukti fisik terhadap kepuasan nasabah pada

Skripsi dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Pokok Kubus Dan Balok Melalui Pembelajaran Problem Solving Siswa Kelas VIII-G SMPN 1 Ngunut Semester