• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Beberapa Ikan Rawa

Perairan rawa merupakan salah satu ekosistem perairan umum yang pada permukaan tanahnya ditutupi oleh tumbuhan dan dicirikan dengan tebalnya lapisan tanah organik (gambut) dan kondisi fisik-kimiawi tanah tersebut mempengaruhi kondisi fisik, kimia dan biologi perairan. Pada umumnya perairan rawa bersifat sangat asam sampai netral (nilai pH berkisar 3,5-7), dengan kandungan hara yang rendah (Welcomme 1979).

Jenis ikan pada ekosistem rawa banjiran (flood plain) terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok ikan hitam (black fish) dan ikan putih (white fish). Contoh kelompok ikan hitam yaitu Betok (Anabas testudineus), Gabus (Channa striatus), Sepat siam (Trichogaster pectoralis), Tembakang (Helostoma temmenckii). Contoh kelompok ikan putih yaitu Lais (Cryptopterus spp), Baung (Mystus nemurus), Patin (Pangasius sp), Jalawat (Leptobarbus hoeveni), Lampam (Barbodes schwanefeldii). Ikan yang hidup di perairan rawa terutama dari kelompok black fish pada umumnya mempunyai alat pernapasan tambahan (Labyrinth) sehingga dapat hidup di perairan yang oksigennya rendah dan asam. Jenis ikan ekonomis penting yang hidup di bagian hilir sungai yaitu Dukang (Arius sp), Sembilang (Plotosus canisus), Kakap (Lutjanus sp), Bulu ayam (Coilia liindmani) (Utomo dan Krismono, 2006).

Pada penelitian ini, ikan yang digunakan didapatkan dari perairan rawa di Selatan Kalimantan, tepatnya di Kota Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, Propinsi Kalimantan Selatan. Lima jenis ikan rawa yang ditemukan memiliki panjang dan bobot yang bervariasi (Tabel 2).

Tabel 2 Karakteristik beberapa ikan rawa di perairan Selatan Kalimantan

No Nama Ikan Panjang (cm) Bobot Awal (g)

1 M. erythrotaenia 42,00 152,00

2 H. fortis 35,50 342,50

3 C. micropeltes 31,00 343,00

4 C. striatus 25,50 157,00

(2)

Pada beberapa ikan rawa yang diteliti dilakukan pengukuran panjang tubuh dan bobot tubuh ikan. Pengukuran panjang tubuh ikan dilakukan pada sisi tubuh, dimulai dari ujung mulut sampai ujung ekor. Panjang ikan rawa di perairan Selatan Kalimantan yang diteliti berkisar antara 25,50-42,00 cm. Perbedaan panjang dan bobot ikan dapat disebabkan adanya perbedaan spesies, umur, habitat, TKG, dan makanan (Asty 2007). Pada Gambar 6 dapat dilihat beberapa jenis ikan rawa di perairan rawa Selatan Kalimantan.

M. erythrotaenia H. fortis

C. micropeltes C. striatus

C. lucius

Gambar 5 Beberapa jenis ikan rawa di perairan rawa selatan Kalimantan.

4.2 Rendemen Produksi Fillet

Dalam rangka pemanfaatan, dari seekor ikan dapat dipisahkan bagian daging yang dapat dimakan (edible portion, edible flesh) dan bagian yang tidak dapat dimakan (non-edible portion) (Ilyas 1983). Bagian yang dapat dimakan (edible portion) dari ikan dimana bagian-bagian yang dapat dimakan dari seekor ikan dipisahkan dari tulang, duri dan bagian lainnya yang tidak dapat dimakan. Pada penelitian ini yang dihitung adalah rendemen produksi fillet kemudian dibandingkan dengan bobot utuh ikan. Bobot tubuh ikan, bobot fillet, dan

(3)

persentase rendemen produksi fillet dari beberapa ikan rawa perairan rawa selatan Kalimantan. (disajikan pada Tabel 3)

Tabel 3 Rendemen produksi fillet dan ukuran panjang tubuh pada beberapa ikan rawa pada perairan rawa selatan Kalimantan

No Nama Ikan Bobot

Awal (g) Bobot Fillet (g) Rendeman (%) 1 M. erythrotaenia 152 42 27,63 2 H. fortis 342,5 146 42,62 3 C. micropeltes 343 150 43,73 4 C. striatus 157 51 32,48 5 C. lucius 205 80 39,02

Dari Tabel 3 terlihat bahwa beberapa ikan rawa yang diteliti, yang ditangkap dari perairan selatan Kalimantan memiliki bobot tubuh utuh sebesar 152,00-343,00 g dan bobot fillet daging sebesar 42,00-150,00 g. Dari perbandingan antara bobot daging fillet dengan bobot ikan utuh didapat persentase rendemen produksi fillet sebesar 27,63-43,73%.

Hasil analisis bagian yang dapat dimakan dari sampel ikan rawa yang diteliti menunjukkan nilai yang beragam. Hal ini dapat dipengaruhi oleh adanya perbedaan perbedaan spesies, umur, habitat, TKG, dan makanan dari ikan tersebut (Asty 2007). Nilai dari bagian yang dapat dimakan berpengaruh terhadap jumlah kandungan gizi yang dapat diperoleh. Semakin besar edible portion, maka semakin besar nilai gizi yang diperoleh dari ikan tersebut sehubungan dengan banyaknya mineral, protein dan lemak yang dapat dimanfaatkan dari ikan tersebut (Kusumo 1997).

Daging fillet yang diperoleh digunakan untuk analisis proksimat, analisis asam lemak dan analisis logam berat. Hal ini sangat penting, karena beberapa ikan rawa yang diteliti merupakan termasuk ikan ekonomis penting. Sehingga dengan adanya pengkajian mengenai komposisi asam lemak dapat memberikan informasi mengenai potensi asam lemak seperti omega-3, omega-6 dan omega-9 yang telah terbukti berperan penting dalam kesehatan tubuh manusia (Thoha 2004).

(4)

4.3 Hasil Analisis Proksimat

Analisis proksimat dilakukan untuk mengetahui kandungan proksimat yang terdapat pada beberapa ikan rawa yang ditangkap dari perairan rawa selatan Kalimantan. Kandungan proksimat yang dianalisis meliputi kandungan air, abu, lemak, dan protein. Hasil analisis proksimat dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Hasil analisis proksimat beberapa ikan rawa di perairan rawa selatan Kalimantan

No Nama Ikan Kadar

Air(%) Kadar Abu (%) Kadar Lemak (%) Kadar Protein (%) 1 M. erythrotaenia 78,84 0,99 3,02 15,85 2 H. fortis 74,23 1,28 2,31 21,74 3 C. micropeltes 75,90 4,13 0,47 17,84 4 C. striatus 77,14 2,10 0,45 19,59 5 C. lucius 74,60 3,42 3,24 18,13

Pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa beberapa ikan rawa yang diteliti memiliki kandungan proksimat yang berbeda-beda. Tampak bahwa ikan rawa tersebut memiliki kadar air sebesar 74,23-78,84%, kadar abu 0,99-4,13%, kadar lemak 0,45-3,24%, dan kadar protein 15,85-21,74%.

Keragaman komposisi kimia ini dapat disebabkan oleh faktor makanan, spesies, jenis kelamin, dan umur ikan (Kusumo 1997). Menurut Zaitsev et al.

(1969) dalam Santoso (1998) menyatakan bahwa fluktuasi komposisi kimia daging ikan terjadi pada spesies, umur, jenis kelamin, serta saat penangkapan yang sama.

4.3.1 Kandungan air

Air merupakan komponen penyusun terbesar pada tubuh ikan. Kandungan air pada ikan terdapat dalam dua bentuk yaitu air bebas dan air terikat. Air bebas yang terdapat dalam ruang antar sel dan plasma, dapat melarutkan berbagai vitamin, garam mineral dan senyawa-senyawa nitrogen tertentu. Air terikat terdapat dalam beberapa macam yaitu terikat secara kimiawi, terikat secara fisikokimia, dan terikat oleh daya kapiler.

(5)

Air digunakan dalam jumlah yang lebih besar baik dalam bahan pangan maupun dalam tubuh manusia dibandingkan zat gizi lainnya. Air digunakan dalam tubuh sebagai pelarut, sebagai bagian dari pelumas, sebagai pereaksi kimia, membantu mengatur suhu tubuh, serta membantu memelihara bantuk dan susunan tubuh (Harper 1988). Kandungan air beberapa ikan rawa yang diteliti dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 6 Histogram kandungan air beberapa ikan rawa pada perairan rawa selatan Kalimantan.

Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa kandungan air berkisar antara 74,23-78,84%. Kandungan air paling rendah terdapat pada spesies H. fortis dan yang tertinggi pada spesies M. erythrotaenia. Sebaliknya pada Gambar 9, kandungan protein paling rendah terdapat pada spesies M. erytrothenia dan yang tertinggi pada spesies H. fortis.

Hal ini terjadi karena semakin meningkatnya kandungan protein maka kandungan air akan semakin menurun. Senyawa protein yang terdapat pada suatu bahan mengandung air konstitusi yang terikat secara kimiawi. Air konstitusi adalah air yang merupakan bagian dari molekul senyawa padatan tertentu dan bukan dalam bentuk H2O (Syarief et al. 1993).

4.3.2 Kandungan abu

Pada bahan makanan sekitar 96% terdiri dari bahan organik dan air, sisanya

78,84 74,23 75,9 77,14 74,6 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 M. erythrotaenia H. fortis C. micropeltes C. striatus C. lucius Kadar Air (%) Je n is I k an

(6)

terdiri dari unsur-unsur mineral yaitu zat anorganik atau disebut juga kadar abu. Mineral yang ditemukan dalam tubuh makhluk hidup dan dalam bahan pangan tergabung dalam persenyawaan anorganik, dan ada pula yang ditemukan dalam bentuk unsur (Harper et al. 1988). Kandungan abu beberapa ikan rawa yang diteliti dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Histogram kandungan abu beberapa ikan rawa pada perairan rawa selatan Kalimantan.

Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa kandungan abu berkisar antara 0,99-4,13%. Kandungan abu paling rendah terdapat pada spesies M. erythrotaenia, sedangkan kandungan tertinggi terdapat pada spesies C. micropeltes. Kandungan abu sangat erat hubungannya dengan kandungan mineral suatu bahan tersebut, dalam hal ini ikan rawa yang diteliti (Sudarmadji et al 1989).

4.3.3 Kandungan lemak

Pada umumnya lemak yang terkandung dalam ikan sangat mudah untuk dicerna langsung oleh tubuh, sebagian besar adalah asam lemak tak jenuh yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan dapat menurunkan kolesterol dalam darah. Kandungan lemak beberapa ikan rawa yang diteliti dapat dilihat pada Gambar 8.

0,99 1,28 4,13 2,1 3,42 0 1 2 3 4 5 M. erythrotaenia H. fortis C. micropeltes C. striatus C. lucius Kadar Abu (%) Je n is I k an

(7)

Gambar 8 Histogram kandungan lemak beberapa ikan rawa pada perairan rawa selatan Kalimantan.

Pada Gambar 8 dapat dilihat bahwa kandungan lemak berkisar antara 0,45-3,24%. Kandungan lemak paling rendah terdapat pada spesies C. striatus dan yang tertinggi pada spesies C. lucius.

Kandungan lemak yang tinggi membuat ikan ideal dijadikan sumber lemak hewani yang baik bagi tubuh. Sebagian besar lemak daging ikan terdiri atas asam lemak tak jenuh yang dibagi menjadi asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA) dan asam lemak tak jenuh jamak (PUFA) (Lehninger 1982, Ackman 1982).

Lingkungan tempat dimana ikan tersebut tumbuh dan berkembang sangat berpengaruh terhadap kandungan lemak (Suriawiria dalam Asty 2007). Kandungan lemak pada ikan tidak hanya dipengaruhi oleh jenis ikan tapi juga dipengaruhi oleh kedewasaan, musim, kebiasaan makan (feeding habit), dan ketersediaan pakan (Belitz dan Grosch 1986).

4.3.4 Kandungan protein

Ikan pada umumnya memiliki kadar protein yang tinggi dengan protein yang mudah untuk dicerna dan diabsorpsi oleh tubuh. Komposisi asam-asam amino dalam bahan makanan hewani sesuai dengan komposisi jaringan di dalam tubuh manusia itu sendiri. Protein dalam ikan tersusun dari asam-asam amino yang

3,02 2,31 0,47 0,45 3,24 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 M. erythrotaenia H. fortis C. micropeltes C. striatus C. lucius Kadar Lemak (%) Je n is I k an

(8)

dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan (Soenardi 2006).

Asam amino terbagi dalam asam amino non esensial dan asam amino esensial. Asam amino esensial harus diperoleh dari makanan, karena tubuh tidak bisa membuatnya secara sendiri, asam amino esensial terdiri atas histidin, asoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan, valin, dan arginin (Harper et al. 1988; Sudarmadji et al. 1989). Kandungan protein beberapa ikan rawa yang diteliti dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Histogram kandungan protein beberapa ikan rawa pada perairan rawa selatan Kalimantan.

Pada Gambar 9 dapat dilihat bahwa kandungan protein berkisar antara

15,85-21,74%. Kandungan protein paling rendah terdapat pada spesies

M. erythrotenia dan yang tertinggi pada spesies H fortis.

Tingginya kadar protein dipengaruhi oleh jenis spesies, lingkungan dan makanan. Ikan juga dikonsumsi sebagai sumber protein hewani, karena memiliki serat protein yang lebih pendek dibanding serat protein daging sapi atau daging ayam, sehingga mudah dicerna dan diabsorpsi oleh tubuh (Hadiwiyoto 1988

dalam Fanany 2005).

Berdasarkan kandungan protein dan lemaknya, ikan dapat digolongkan dalam 5 tipe (Stansby dan Olcott 1963 dalam Santoso 1998), seperti yang tercantum dalam Tabel 5. Kelima tipe ikan tersebut yaitu A, B, C, D dan E didasarkan pada kandungan protein dan lemaknya.

15,85 21,74 17,84 19,59 18,13 0 5 10 15 20 25 M. erythrotaenia H. fortis C. micropeltes C. striatus C. lucius Kadar Protein (%) Je n is I k an

(9)

Tabel 5 Tipe-tipe ikan berdasarkan kandungan protein dan lemaknya

Tipe Kategori Kandungan

Protein (%) Lemak (%)

A Protein tinggi, lemak rendah 15-20 <5

B Protein tinggi, lemak sedang 15-20 5-15

C Protein rendah, lemak tinggi <15 >15 D Protein sangat tinggi, lemak rendah >20 <5 E Protein rendah, lemak rendah <15 <5

Sumber : Stanby dan Olcott (1963) dalam Santoso (1998)

Berdasarkan Tabel 5, beberapa ikan rawa pada perairan rawa selatan Kalimantan yang diteliti, dapat dikelompokkan menjadi dua tipe. Pengelompokkan beberapa ikan rawa ini dicantumkan pada Tabel 6.

Tabel 6 Tipe-tipe beberapa ikan rawa di perairan rawa selatan Kalimantan berdasarkan kandungan protein dan lemaknya

No Nama Ikan Tipe Kategori

1 M. erythrotaenia A Protein tinggi, lemak rendah

2 H. fortis D Protein sangat tinggi, lemak rendah

3 C. micropeltes A Protein tinggi, lemak rendah

4 C. striatus A Protein tinggi, lemak rendah

5 C. lucius A Protein tinggi, lemak rendah

Pada Tabel 6 terlihat bahwa ikan rawa yang diteliti terdiri atas 2 tipe yaitu tipe A dan tipe D. Ikan rawa yang termasuk tipe A adalah M. erythrotaenia, C. micropeltes, C. striatus, dan C. lucius, yaitu ikan dengan kadar protein tinggi (15-20%) dan berkadar lemak rendah (<5%). Ikan rawa yang termasuk tipe D adalah H. fortis yaitu ikan dengan kadar protein sangat tinggi (>20%) dan berkadar lemak rendah (<5%).

(10)

4.4 Kandungan Asam Lemak

Analisis asam lemak dilakukan menggunakan alat Gas Chromatography

(GC) Shimadzu GC-2010 Plus untuk mengetahui komposisi asam lemak ikan rawa. Hasil analisis asam lemak disajikan selengkapnya melalui Tabel 7.

Tabel 7 Hasil analisis asam lemak beberapa ikan rawa di perairan rawa selatan Kalimantan

Tipe Asam Lemak Jenis Asam Lemak

(% (b/b)) A B C D E

asam lemak jenuh

Laurat 0,05 0,1 0,07 0,04 0,05

Miristat 0,94 1,03 0,7 0,51 0,92

Palmitat 16,97 17,05 16,47 8,86 19,99 Stearat 6,81 10,26 10,62 5,86 7,78

Total 24,77 28,44 27,86 15,27 28,74 asam lem ak tak

jenuh tungg al

Palmitoleat 2,6 2,67 2,32 0,79 2,35

Oleat 14,18 19,66 10,33 5,19 13,99 Total 16,78 22,33 12,65 5,98 16,34

asam lem ak tak jenuh jam ak Linoleat 4,7 4,57 1,96 1,31 4,15 Linolenat 1,88 3,09 0,8 0,18 1,97 Arakhidonat 1,18 2,59 1,73 3,19 2,27 EPA 0,05 0,37 0,32 1,53 0,45 DHA 0,41 0,96 1,43 1,62 1,97 Total 8,22 11,58 6,24 7,83 10,81 Total 42,74 61,74 36,92 45,63 61,93 Keterangan: A : M. erythrotaenia D : C. striatus B : H. fortis E : C. lucius C : C. micropeltes

Analisis asam lemak menunjukkan bahwa beberapa spesies ikan rawa yang diteliti mengandung 11 jenis asam lemak yang terdiri atas asam lemak jenuh/SAFA (Saturated Fatty Acid), asam lemak tak jenuh tunggal/MUFA (Monounsaturated Fatty Acid), dan asam lemak tak jenuh jamak/PUFA (Polyunsaturated Fatty Acid). Yang termasuk ke dalam asam lemak jenuh (SAFA) adalah asam laurat (C12:0), asam miristat (C14:0), asam palmitat (C16:0), dan asam stearat (C18:0). Asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA) adalah asam

(11)

palmitoleat (C16:1) dan asam oleat (C18:1,n-9), sedangkan asam lemak tak jenuh jamak (PUFA) meliputi asam linoleat (C18:2,n-6), linolenat (C18:3,n-3), asam arakhidonat (C20:4,n-6), asam eikosapentaenoat/EPA (C20:5, n-3), dan asam dokoheksaenoat/DHA (C22:6,n-3).

Beberapa spesies ikan rawa memiliki komposisi asam laurat (C12:0) antara 0,04-0,1% (b/b), asam miristat (C14:0) 0,51-1,03% (b/b), asam palmitat (C16:0) sebesar 8,86-19,99 %(b/b), dan asam stearat (C18:0) antara 5,86-10,62% (b/b). Asam palmitoleat (C16:1) yang termasuk asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA) memiliki komposisi antara 0,79-2,67% (b/b) dan asam oleat (C18:1,n9) yang termasuk kedalam golongan omega-9 sebesar 5,19-19,66% (b/b), sedangkan asam lemak yang tergolong omega-6 meliputi asam linoleat (C18:2,n-6) memiliki komposisi antara 1,31-4,7% (b/b) dan asam arakhidonat (C20:4,n-6) sebesar 1,18-3,19% (b/b). Asam lemak yang tergolong omega-3 meliputi linolenat (C18:3,n-3) memiliki komposisi antara 0,18-3,09% (b/b) asam eikosapentaenoat/EPA (C20:5,n-3) sebesar antara 0,05-1,53% (b/b), dan asam dokosaheksaenoat/DHA (C22:6,n-3) msemiliki komposisi 0,41-1,97% (b/b).

Berdasarkan Tabel 7, total persentasi asam lemak M. erythrotaenia sebesar 42,74% (b/b), maka dapat diketahui terdapat asam lemak lainnya yang memiliki jumlah yang cukup kecil dan kontaminan yang jika digabungkan sebesar 57,26% (b/b). Begitu juga dengan spesies lainnya, total persentasi asam lemak H. fortis

sebesar 61,74% (b/b), maka dapat diketahui terdapat asam lemak lainnya yang memiliki jumlah yang cukup kecil dan kontaminan yang jika digabungkan sebesar 38,26% (b/b). Total persentasi asam lemak C. micropeltes sebesar 36,92% (b/b), maka dapat diketahui terdapat asam lemak lainnya yang memiliki jumlah yang cukup kecil dan kontaminan yang jika digabungkan sebesar 63,08% (b/b).

Pada C. striatus, total persentasi asam lemak sebesar 45,63% (b/b), maka dapat diketahui terdapat asam lemak lainnya yang memiliki jumlah yang cukup kecil dan kontaminan yang jika digabungkan sebesar 54,37% (b/b). Sedangkan total persentasi asam lemak C. lucius sebesar 61,93% (b/b), maka dapat diketahui terdapat asam lemak lainnya yang memiliki jumlah yang cukup kecil dan kontaminan yang jika digabungkan sebesar 38,07% (b/b).

(12)

Komposisi asam lemak ikan M. erythrotaenia didominasi oleh asam lemak jenuh yaitu asam palmitat (C16:0) sebesar 16,97% (b/b) dan asam lemak tak jenuh tunggal yaitu asam oleat (C18:1,n-9) sebesar 14,18% (b/b). Palmitat merupakan prekursor bagi pembentukkan asam lemak rantai panjang lainnya melalui proses elongasi maupun desaturasi. Asam lemak jenuh merupakan komponen dasar dari sistem pembentukkan lemak pada makhluk hidup. Sedangkan asam lemak tak jenuh yang dikandung ikan M. erythrotaenia termasuk asam lemak yang mudah mengalami oksidasi, sehingga penanganannya harus selalu dalam rantai dingin menggunakan es (cold chain) agar kualitas kesegarannya tetap terjaga hingga tahap pengolahan. Perbedaan asam lemak ini sangat dimungkinkan karena komposisi lemak dan asam lemak pada ikan tergantung pada jenis spesies, habitat, dan jenis makanan yang dikonsumsi (Ackman 1982 dalam Kusumo 1997).

Komposisi asam lemak ikan M. erythrotaenia dapat dilihat lebih jelas pada Gambar 10.

Keterangan: Asam lemak tak jenuh

Asam lemak jenuh

Gambar 10 Histogram komposisi asam lemak ikan rawa spesies M. erythrotaenia.

0,05 0,94 16,97 6,81 2,6 14,18 4,7 1,88 1,18 0,05 0,41 0 5 10 15 20 Laurat Miristat Palmitat Stearat Palmitoleat Oleat Linoleat Linolenat Arakhidonat EPA DHA

Kadar Asam Lemak (% (b/b))

Je n is as am l em ak

(13)

Keterangan: Asam lemak tak jenuh Asam lemak jenuh

Gambar 11 Histogram komposisi asam lemak ikan rawa spesies H. fortis.

Berdasarkan Gambar 11 dapat kita lihat bahwa asam lemak yang mendominasi pada ikan H. fortis adalah asam lemak tak jenuh tunggal yaitu asam oleat (C18:1,n-9) sebesar 19,66% (b/b) dan asam lemak jenuh yaitu palmitat (C16:0) sebesar 17,05% (b/b) dan stearat (C18:0) sebesar 10,26% (b/b).

Keterangan: Asam lemak tak jenuh

Asam lemak jenuh

Gambar 12 Histogram komposisi asam lemak ikan rawa spesies C. micropeltes.

0,1 1,03 17,05 10,26 2,67 19,66 4,57 3,09 2,59 0,37 0,96 0 5 10 15 20 25 Laurat Miristat Palmitat Stearat Palmitoleat Oleat Linoleat Linolenat Arakhidonat EPA DHA

Kadar Asam Lemak (% (b/b))

Je n is as am l em ak 0,07 0,7 16,47 10,62 2,32 10,33 1,96 0,8 1,73 0,32 1,43 0 5 10 15 20 Laurat Miristat Palmitat Stearat Palmitoleat Oleat Linoleat Linolenat Arakhidonat EPA DHA

Kadar Asam Lemak (% (b/b))

Je n is as am l em ak

(14)

Pada Gambar 12, komposisi asam lemak ikan C. micropeltes didominasi oleh asam lemak tak jenuh tunggal yaitu asam oleat (C18:1,n-9) sebesar 10,33% (b/b) dan asam lemak jenuh yaitu palmitat (C16:0) sebesar 16,47% (b/b) dan stearat (C18:0) sebesar 10,62% (b/b). Kandungan asam lemak tak jenuh tunggal yang tinggi dapat dipengaruhi habitat hidupnya yang terdapat sedikit fitoplankton pada perairan rawa dan kecenderungan ikan rawa yang merupakan pemangsa ikan-ikan kecil.

Keterangan: Asam lemak tak jenuh

Asam lemak jenuh

Gambar 13 Histogram komposisi asam lemak ikan rawa spesies C. striatus.

Komposisi asam lemak ikan C. striatus, berdasarkan Gambar 13 didominasi oleh asam lemak tak jenuh tunggal yaitu asam oleat (C18:1,n-9) sebesar 5,19% (b/b) dan asam lemak jenuh yaitu palmitat (C16:0) sebesar 8,86% (b/b) dan stearat (C18:0) sebesar 5,86% (b/b).

Sedangkan berdasarkan Gambar 15, komposisi asam lemak ikan C. luscius

didominasi oleh asam lemak tak jenuh tunggal yaitu oleat (C18:1,n-9) sebesar 13,99% (b/b) dan asam lemak jenuh yaitu palmitat (C16:0) sebesar 19,99% (b/b) dan stearat (C18:0) sebesar 7,78% (b/b).

0,04 0,51 8,86 5,86 0,79 5,19 1,31 0,18 3,19 1,53 1,62 0 2 4 6 8 10 Laurat Miristat Palmitat Stearat Palmitoleat Oleat Linoleat Linolenat Arakhidonat EPA DHA

Kadar Asam Lemak (% (b/b))

Je n is as am l em ak

(15)

Perbedaan nilai asam lemak disebabkan oleh perbedaan komposisi jenis lemak yang dikonsumsi dari lingkungan hidupnya (Leblanc et al. 2008). Asam oleat lebih stabil dibandingkan dengan asam linoleat dan linolenat, terlihat dari perannya dalam meningkatkan HDL kolesterol yang lebih besar dan menurunkan LDL kolesterol di dalam darah (Muchtadi et al. 1993).

Keterangan: Asam lemak tak jenuh

Asam lemak jenuh

Gambar 14 Histogram komposisi asam lemak ikan rawa spesies C. luscious.

Secara keseluruhan, beberapa spesies ikan laut rawa yang diteliti memiliki komposisi asam lemak yang hampir sama, namun dengan variasi nilai asam lemak yang cukup beragam. Pada dasarnya, komposisi asam lemak ikan rawa rata-rata didominasi oleh asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA), asam lemak jenuh (SAFA) dan asam lemak tak jenuh jamak (PUFA). Asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA) yang dikandung ikan rawa adalah asam oleat (C18:1, n-9), sedangkan asam lemak jenuh (SAFA) umumnya dari jenis asam palmitat (C16:0) dan asam stearat (C18:0). Asam lemak tak jenuh jamak (PUFA) terdapat dalam bentuk arakhidonat (C20:4,n-6), linoleat (C18:2, n-6), linolenat (C18:3), EPA (C20:5), dan DHA (C22:6) yang semuanya termasuk ke dalam

0,05 0,92 19,99 7,78 2,35 13,99 4,15 1,97 2,27 0,45 1,97 0 5 10 15 20 25 Laurat Miristat Palmitat Stearat Palmitoleat Oleat Linoleat Linolenat Arakhidonat EPA DHA

Kadar Asam Lemak (% (b/b))

Je n is as am l em ak

(16)

keluarga omega-3 kecuali arakhidonat dan linoleat yang termasuk kedalam omega-6.

Pada umumnya ikan rawa termasuk hewan pemangsa/karnivora yang memakan zooplankton, ikan-ikan kecil, krustase dan Myctophidae, sehingga rata-rata memiliki kandungan PUFA yang rendah dan MUFA yang tinggi (Kusumo 1997). Hal ini berbeda dengan ikan yang banyak mengonsumsi fitoplankton yang dapat mensintesis omega-3 sendiri.

Kandungan SAFA relatif sama pada ikan yang diteliti karena asam lemak ini merupakan komponen dasar dari sistem pembentukan lemak pada makhluk hidup. Perbedaan kadar serta komposisi asam lemak ini terjadi karena komposisi lemak dan asam lemak pada ikan tergantung pada jenis spesies, habitat dan jenis makanan yang dikonsumsi ikan tersebut (Ackman 1982).

Tidak teridentifikasinya beberapa asam lemak diduga karena kandungan asam lemak tersebut sangat rendah. Rendahnya asam lemak menyebabkan puncak (Peak) asam lemak kecil sehingga tidak dapat dibedakan dari puncak pengaruh nois kromatografi gas atau telah terjadi kerusakan asam lemak pada tahap metilasi lemak.

Beberapa asam lemak yang mendominasi ikan rawa yang diteliti dan mempunyai peran penting dalam kesehatan adalah oleat (MUFA/omega-9) EPA, dan DHA (PUFA/omega-3). Perbandingan asam oleat, EPA dan DHA beberapa spesies ikan rawa yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Perbandingan komposisi oleat, EPA dan DHA pada beberapa ikan rawa di perairan selatan Kalimantan (% (b/b))

No Nama Jenis Ikan Oleat EPA DHA

1 M. erythrotaenia 14,18 0,05 0,41

2 H. fortis 19,66 0,37 0,96

3 C. micropeltes 10,33 0,32 1,43

4 C. striatus 5,19 1,53 1,62

5 C. lucius 13,99 0,45 1,97

Nilai asam lemak oleat (omega-9) tertinggi dimiliki oleh ikan rawa jenis

H. fortis dengan nilai 19,66% (b/b). Sedangkan kandungan EPA (omega-3) tertinggi terdapat pada ikan rawa jenis C. striatus dan kandungan DHA (omega-3)

(17)

tertinggi terdapat pada C. lucius. Penjelasan asam oleat, EPA dan DHA beberapa spesies ikan rawa yang diteliti dapat dilihat pada Gambar 15-17.

Gambar 15 Histogram perbandingan kandungan asam oleat pada beberapa ikan rawa di perairan rawa selatan Kalimantan.

Gambar 16 Histogram perbandingan kandungan EPA pada beberapa ikan rawa di perairan rawa selatan Kalimantan.

14,18 19,66 10,33 5,19 13,99 0 5 10 15 20 25 M. erythrotaenia H. fortis C. micropeltes C. striatus C. lucius Kadar Oleat (% (b/b)) Je n is I k an 0,05 0,37 0,32 1,53 0,45 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 M. erythrotaenia H. fortis C. micropeltes C. striatus C. lucius Kadar EPA (% (b/b)) Je n is I k an

(18)

Gambar 17 Histogram perbandingan kandungan DHA pada beberapa ikan rawa di perairan rawa selatan Kalimantan.

Asam oleat

Asam oleat (C18:1, n-9) sering disebut sebagai omega-9 dan termasuk

Monounsaturated Fatty Acid (MUFA) mempunyai peranan cukup penting dalam kesehatan. Kuantitas asam lemak pada ikan tergantung kepada jenis spesies dan habitat (Haliloglu et al. 2004). Selain itu, variasi nilai asam lemak dapat disebabkan oleh jenis makanan, salinitas, usia dan jenis kelamin (Satue et al. 1994).

Asam lemak omega-9 memiliki daya perlindungan yang mampu menurunkan LDL kolesterol darah yang disebut kolesterol jahat dan juga meningkatkan HDL kolesterol darah atau kolesterol baik. Akan tetapi, omega-9 memiliki daya perlindungan yang lebih besar dibandingkan asam lemak omega-3 dan omega-6. Asam lemak ini juga memiliki potensi untuk menghadang produksi senyawa eikosanoid yaitu stimulan pertumbuhan tumor pada binatang percobaan (potensi ini juga dimiliki oleh asam lemak omega-3) (Pranoto 2006).

Asam ini tersusun dari 18 atom C dengan satu ikatan rangkap di antara atom C ke-9 dan ke-10. Asam oleat memiliki rumus kimia

0,41 0,96 1,43 1,62 1,97 0 0,5 1 1,5 2 2,5 M. erythrotaenia H. fortis C. micropeltes C. striatus C. lucius Kadar DHA (% (b/b)) Je n is I k an

(19)

CH3(CH2)7CHCH(CH2)7)COOH. Asam lemak ini pada suhu ruang berupa cairan kental dengan warna kuning pucat atau kuning kecokelatan, memiliki aroma yang khas, tidak larut dalam air, titik leburnya 15,3 °C dan titik didihnya 360 °C.

Asam eikosapentaenoat (EPA)

EPA termasuk omega-3 yang merupakan asam lemak esensial bagi tubuh. Disebut esensial karena tubuh tidak dapat mensintesis EPA sendiri sehingga untuk mendapatkannya harus dikonsumsi dari bahan makanan. Pada dasarnya, ikan tidak dapat memproduksi omega-3, namun kandungan kandungan omega-3 yang tinggi pada tubuh ikan ini diperoleh melalui makanannya, yaitu fitoplankton. Beberapa jenis fitoplankton yang memiliki kandungan EPA yang tinggi adalah Prorocentrum micans, Gonyaulax polyedra, Skeletonema costatum, Ditylum brightwelli, Biddulphia sinensis,

Asteriolla japonica dan Navicula pellicullosa (Wood 1974 dalam Kusumo 1997).

Asam eikosapentaenoat (EPA) merupakan jenis asam lemak omega-3. Dalam banyak literatur disebut C20:5,n-3. Memiliki nama kimia sistematis keseluruhan asam cis-5,8,11,14,17-eikosapentaenoat dan nama trivial asam timnodonat (timnodonic acid). Secara kimia, EPA merupakan asam karboksilat dengan rantai C berjumlah 20 dan 5 ikatan ganda cis, ikatan ganda pertama terletak pada karbon ketiga dari ujung omega. Selain itu, EPA memiliki rumus molekul C20H30O2. EPA dan metabolitnya berperan dalam tubuh melalui interaksi dengan metabolit asam arakhidonat. EPA merupakan asam lemak tak jenuh jamak yang berperan sebagai prekursor untuk prostaglandin-3 (yang menghambat agregasi platelet), gugus tromboksan-3 dan leukotrien-5. Ditemukan juga pada minyak ikan dari hati ikan kod, herring, mackerel, salmon, menhaden dan sardin (Pranoto 2006).

Asam dokosahensaenoat (DHA)

(20)

jenuh omega-3 yang penting bagi kesehatan tubuh manusia. Variasi nilai DHA dapat disebabkan karena perbedaan usia dan jenis kelamin (Satue et al. 1994). EPA tidak banyak berubah nilainya selama pertumbuhan, namun DHA berkurang selama perkembangan terutama pada betina (Satue et al. 1994). Ikan yang ditemukan pada air dingin lebih tinggi kandungan omega-3/PUFA dibanding pada air hangat dan kandungan omega-omega-3/PUFA pada ikan laut lebih tinggi dibanding pada air air tawar (Mu’nisa 2003).

Asam lemak omega-3 memiliki ikatan rangkap tak jenuh yang terdapat pada atom C ketiga dan keempat terakhir dihitung dari gugus metilnya. Asam lemak omega-3 sudah lama diteliti sebagai zat yang bisa mengurangi tingkat kematian akibat penyakit jantung koroner, terutama kematian mendadak. Omega-3 juga berperan membantu meningkatkan high density lipoprotein (HDL) atau yang disebut kolesterol baik, karena besarnya peranan dalam meningkatkan daya kekebalan (imunitas) tubuh dan menurunkan low density lipoprotein (LDL) atau kolesterol jahat, karena menjadi penyebab terjadinya penyempitan pembuluh darah (Mu’nisa 2003).

Asam dokosaheksaenoat lebih dikenal sebagai DHA (C22:6,n-3) mempunyai rumus kimia asam cis dokosa-4,7,10,13,16,19-heksaenoat yang memiliki nama trivial asam servonat (cervonic acid) merupakan asam lemak esensial omega-3. Secara kimia, DHA adalah asam karboksilat dengan rantai C berjumlah 22 dan 6 ikatan ganda cis, ikatan ganda pertama terletak pada rantai C ketiga dari ujung omega. Pemberian omega 3 khususnya EPA dan DHA pada pasien hypolipidemik, antitrombotik, antiritmik, antihipertensi dan anti inflammatori, menunjukkan penurunan atau menghambat resiko dan faktor timbulnya perkembangan penyakit kardiovaskuler. DHA didalam tubuh sangat penting untuk perkembangan otak dan retina (Stone 1996 dan Simopoulos 1991 dalam Mu’nisa 2003).

4.5 Kandungan Logam Berat (Pb dan Cd)

Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat dapat dibagi dalam dua jenis. Jenis pertama adalah logam berat esensial yang keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah

(21)

yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah seng (Zn), tembaga (Cu), besi (fe), kobal (Co), dan mangan (Mn). Sedangkan jenis kedua adalah logam berat yang tidak esensial bagi tubuh atau memiliki sifat toksik. Keberadaan jenis logam berat yang kedua ini dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya atau bahan dapat bersifat racun. Contoh logam-logam berat ini adalah merkuri (Hg), kadmium (Cd), timbal atau timah hitam (Pb), dan krom (Cr) (Putra SE dan Putra JA 2006).

Logam berat Kadmium dan Timbal selain bersifat tidak esensial juga bersifat toksik, sehingga kedua jenis logam tersebut selalu mendapat prioritas utama untuk dianalisis dan dievaluasi. Logam-logam berat ini dapat menimbulkan efek kesehatan bagi manusia, tergantung pada bagian mana logam tersebut terikat dalam tubuh. Hasil analisis kandungan beberapa logam berat yang meliputi kadmium (Cd) dan timbal (Pb) dari beberapa ikan rawa yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Kandungan logam berat pada beberapa ikan rawa pada perairan rawa selatan Kalimantan

No Nama Ikan Logam Berat (Toksik) (ppm)

Pb Cd

1 M. erythrotaenia Tidak Terdeteksi

Tidak Terdeteksi Tidak Terdeteksi Tidak Terdeteksi Tidak Terdeteksi Tidak Terdeteksi Tidak Terdeteksi Tidak Terdeteksi Tidak Terdeteksi Tidak Terdeteksi 2 H. fortis 3 C. micropeltes 4 C. striatus 5 C. lucius Standar* 0,05-1,0 0,005-0,2 Sumber *) : Nauen (1983)

Berdasarkan Tabel 9, dapat diketahui bahwa hasil analisis kandungan beberapa logam berat yang meliputi timbal (Pb) dan kadmium (Cd) dari beberapa ikan rawa yang diperoleh dari perairan rawa selatan Kalimantan, menunjukkan bahwa kedua logam berat ini tidak terdeteksi oleh alat yang digunakan. Alat AAS yang digunakan hanya mampu mendeteksi kandungan mineral dengan konsentrasi

(22)

minimal yaitu sebesar 0,001 ppm bahan sehingga diperkirakan bahwa kandungan ketiga logam berat ini di bawah 0,001 ppm bahan yang diuji.

Berdasarkan FAO dan DepKes RI, kandungan kadmium maksimum yang masih diperkenankan terdapat dalam jaringan tubuh komoditi hasil laut segar adalah sebesar 0,2 ppm bahan, dan konsentrasi maksimum untuk timbal yang masih diperkenankan dalam ikan dan hasil perikanan lainnya yaitu sebesar 0,2-0,4 ppm (Sunaryo 2002). Berdasarkan FAO, kandungan logam berat yang diperbolehkan dalam ikan dan hasil perikanan lainnya adalah sebesar 0,005- 0,2 ppm untuk kadmium, dan 0,05-1,0 ppm untuk timbal (Nauen 1983). Maka dapat diketahui bahwa beberapa ikan rawa yang diteliti tergolong aman untuk dikonsumsi, karena besar kandungan logam berat kadmium (Cd) dan timbal (Pb) berada di ambang batas aman konsumsi.

Gambar

Tabel 2  Karakteristik beberapa ikan rawa di perairan Selatan Kalimantan
Gambar 5  Beberapa jenis ikan rawa di perairan rawa selatan Kalimantan.
Tabel 4  Hasil  analisis  proksimat  beberapa  ikan  rawa  di  perairan  rawa  selatan  Kalimantan
Gambar 6  Histogram  kandungan  air  beberapa  ikan  rawa  pada  perairan  rawa  selatan Kalimantan
+7

Referensi

Dokumen terkait

1,52 yang berdasarkan pedoman penskoran berada pada rentang 1 dan 2 yang berarti siswa dapat mengubah soal tepat ke dalam satu bentuk (representasi) yang lain, tapi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi emiten dalam menetapkan kebijakan yang terkait dengan praktek aktivitas manajemen laba riil supaya

Tujuan penelitian yang dilaksanakan adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan temu putih dalam pakan terhadap profil saluran dan organ pencernaan ayam pedaging.Penambahan

Hasil statistik diperoleh nilai p-value 0,00 &lt; (0,05) maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi pencegahan anemia dengan status ekonomi ibu yang rendah

Oleh karena itu di era desentralisasi fiskal ini pemerintah pusat memberikan skema bantuan transfer kepada daerah dalam bentuk dana perimbangan pusat daerah yang terdiri dari

Risdawati Lubis : Uji Jarak Cerobong Udara Dan Lama Pengeringan Terhadap Mutu Kunyit Kering Alat Pengering...,2005.. un JAKAK CEROBONG UDAKA D4.N LAMA PENGERINGAN TERHADAP MUTU

Kemudian ditemukannya kejanggalan dalam salah satu proses penyelesaian kasus Erisman, dimana Erisman dituntut melanggar kode etik anggota DPRD Padang karena terbukti

Jadi, dapat disimpulkan bahwa stres kerja merupakan salah satu variabel yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap turnover intention, dimana semakin