• Tidak ada hasil yang ditemukan

D I N A M I K A R E K A S A T W A V o l. 8 N o. 1, 5 M a r e t 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "D I N A M I K A R E K A S A T W A V o l. 8 N o. 1, 5 M a r e t 2015"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

25

PENGARUH TINGKAT SUBSTITUSI PAKAN KOMERSIAL DENGAN

CAMPURAN TEPUNG DAUN KIRINYUH (Choromolaena odorata) DAN

JAGUNG TERFERMENTASI TERHADAP PERFORMANCE BROILER

PERIODE FINISHER

Moch Rois1, Usman Ali2, Muhammad Farid Wadjdi2 1

Program S1 Peternakan, 2Dosen Peternakan Universitas Islam Malang Email : mochrois @yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh tingkat substitusi pakan komersial dengan campuran tepung daun kirinyuh (Choromolaena odorata) dan jagung terfermentasi terhadap performans broiler periode finisher. Materi yang digunakan pada penelitian terdiri atas 100 ekor ayam broiler, pakan ayam komersial campuran tepung daun kirinyuh dan jagung terfermentasi dan air minum yang diberikan secara ad-libtum. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Variabel yang diamati yaitu performance produksi broiler yang meliputi jumlah konsumsi pakan (gram/ekor), pertambahan berat badan, konversi pakan dan IOFC. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam (ANOVA). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tingkat penggantian pakan komersial dengan campuran tepung daun kirinyuh (Choromolaena odorata) dan jagung terfermentasi tidak menunjukkan pengaruh yang nyata (P < 0,05) terhadap konsumsi pakan tetapi berpengaruh sangat nyata (P < 0,01) terhadap Pertambahan Bobot Badan, konversi pakan dan IOFC ayam pedaging periode finisher. Rata-rata pada konsumsi pakan ayam pedaging periode finisher selama penelitian (gram/ekor) yaitu : R0 = 1568,50, R1 = 1565,25, R2 = 1574,00, R3 = 1577,90 dan R4 = 1523,75. rata-rata pada pertambahan bobot badan ayam pedaging periode finisher selama penelitian (gram/ekor) yaitu : R0 = 845,50ab, R1 = 896,75b, R2 = 907,00b, R3 = 929,50b, R4 = 810,75 a. Rataan konversi pakan ayam pedaging periode finisher selama penelitian yaitu : R0 = 1.86c, R1 = 1,75ab, R2 = 1,74, R3 = 1,70a, R4 = 1,86bc. rata-rata IOFC (Rp/ekor) selama penelitian adalah sebagai berikut : R0 = 2565,68 ab; R1= 3594,09b; R2 = 4019,34b; R3 = 4660,50ab;

dan R4 = 3888,97a. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: Penggantian pakan komersial dengan DKJF sebesar 15% memberikan pengaruh yang sama dengan ransum kontrol dan memberikan pertambahan bobot badan, konversi pakan serta IOFC yang optimum pada ayam pedaging periode Finisher.

Kata Kunci : performance, pakan komersial, daun kerinyuh, jagung ,broiler periode finisher

THE LEVEL SUBSTITUTE EFFECT COMERSIAL FEED WITH MIXTURE KIRINYUH (Choromolaena odorata ) LEAVES MEAL AND CORN FERMENTED

TO BROILER PERFORMANCE FINISHER PERIOD Abstract

The aim of this research is to know the use effect level of substitution commercial feed with flour mixture leaves kirinyuh (Choromolaena odorata) and fermented corn on broiler performance finisher period. Materials used in the study consisted of 100 broiler chickens, commercial chicken feed and mixturation of corn flour and kirinyuh leaves fermented and drinking water were given ad-libtum. The experimental design used was a completely randomized design (CRD). Variable observed that the performance of broiler production which includes the amount of feed intake (g / tail), weight gain, feed conversion and IOFC. Data were analyzed by analysis of variance (ANOVA). Based on the analysis of variance showed that the rate of replacement of commercial feed with flour mixture leaves kirinyuh (Choromolaena odorata) and fermented maize showed no significant effect (p <0.05) on feed consumption, the effect is highly significant (p <0.01) against Added Body weights, feed conversion and IOFC broiler finisher period. Average feed consumption of broiler finisher during the study period (g/tail), namely: R0 = 845,50ab, R1 = 896,75b, R2 = 907,00b, R3 = 929,50b, R4 = 810,75 a the average weight gain of broiler finisher during the study period (g / tail), namely: R0 = 845,50ab, R1 = 896,75b, R2 = 907,00b, R3 = 929,50b, R4 = 810,75 a. The average feed conversion of broiler finisher during the study period, namely: R0 = 1.86c, R1 = 1,75ab, R2 = 1,74, R3 = 1,70a, R4 = 1,86bc. average IOFC (Rp / tail) during the study were as follows: R0 = 2565,68 ab; R1= 3594,09b; R2 = 4019,34b; R3 = 4660,50ab; dan R4 = 3888,97a. The result of research results can be concluded that : replacement

DKJF commercial feed with 15% having the same effect with control diet and give body weight gain, feed conversion and IOFC most optimum broiler finisher period.

(2)

26

PENDAHULUAN

Broiler adalah istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis, dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan rendah, siap dipotong pada usia relatif muda, serta menghasilkan daging berkualitas serat lunak (Murtidjo, 1987). Broiler (ayam pedaging) merupakan jenis ternak yang banyak dikembangkan sebagai sumber pemenuhan kebutuhan protein hewani. Selain itu broiler juga diminati masyarakat karena harganya masih dapat terjangkau dibandingkan dengan ternak besar sapi dan kambing.

Permasalahan umum yang dijumpai dalam pemeliharaan broiler menyangkut pada pengadaan pakan, yaitu ketersediaan dan kualitas pakan yang baik. Pakan merupakan faktor yang terpenting dalam usaha peternakan ayam karena sebagai pendukung utama pertumbuhan dan produktivitas broiler. Untuk mendapatkan pakan dengan kandungan nutrien yang baik, tentu harganya sangat mahal.

Hal yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut adalah mencari bahan pakan alternatif yang potensial, mudah diperoleh, murah, ketersediaannya terus-menerus dan hal yang paling terpenting adalah tidak bersaing dengan manusia, salah satu tanaman alternatif yang dapat dimanfaatkan adalah daun kirinyuh (Choromolaena odorata), yang merupakan gulma bagi tanaman pertanian karena pertumbuhannya yang cepat, sehingga mengganggu produksi tanaman pertanian dan dapat menutupi lahan pertanian.

Tanaman ini berpotensi sebagai bahan pakan sumber protein tinggi, nilai gizi : bahan kering 87,4%, protein kasar 18-36%, lemak kasar 1,01%, abu 3,36% dan memiliki keseimbangan asam amino yang baik untuk ternak monogastrik. Pemanfaatan tepung daun kirinyuh (Choromolaena odorata) ini diberikan kepada unggas dalam bentuk tepung terfermentasi. Tujuan dilakukan proses fermentasi pada tepung daun kirinyuh (Choromolaena odorata) karena proses fermentasi ini dapat meningkatkan kualitas pakan juga dapat meningkatkan palatabilitas.

Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan perlakuan substitusi pakan komersial dengan

campuran tepung daun kirinyuh

(Choromolaena odorata) dan jagung terfermentasi terhadap performans broiler periode finisher, ditinjau dari konsumsi pakan,

pertumbuhan bobot badan ( PBB ), konversi pakan, dan income over feed cost (IOFC).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh tingkat substitusi pakan komersial dengan campuran tepung daun kirinyuh (Choromolaenaodorata) dan jagung terfermentasi terhadap performans broiler periode finisher.

MATERI DAN METODE

Pra penelitian dilakukan pada tanggal 01 Oktober 2014, sedangkan penelitian dimulai tanggal 05 Oktober – tanggal 19 Oktober 2014 di Dusun Cumedak, Desa Gunung Malang, Kecamatan Sumber Jambe, Kabupaten Jember.

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 100 ekor broiler periode finisher strain Cobb DMC dengan bobot badan seragam KK <10%, Pakan yang digunakan adalah pakan komersial, campuran tepung daun kirinyuh dan jagung terfermentasi. Air minum yang diberikan secara ad-libitum.

Metode yang digunakan untuk penelitian

adalah metode percobaan dengan

menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 5 perlakuan dan 4 kali ulangan. Setiap perlakuan terdiri dari 5 ekor broiler Pengambilan ayam dilakukan secara acak. Penelitian ini dimulai pada broiler umur 3 minggu, dengan periode pengumpulan data selama 14 hari. Perlakuan yang diberikan adalah substitusi pakan komersial dengan campuran tepung daun kirinyuh dan jagung terfermentasi (DKJF), dengan perbandingan ( 40% : 60% ), yang disusun : R0 = Pakan komersial (kontrol), R1 = Pakan komersial + DKJF 5%, R2 = Pakan komersial + DKJF 10%, R3 = Pakan komersial + DKJF 15%, R4 = Pakan komersial + DKJF 20%.

Variable yang diamati adalah

pertambahan bobot badan, konsumsi pakan, konversi pakan dan IOFC.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi Pakan

Berdasarkan analisis ragam menunjukkan bahwa tingkat penggantian pakan komersial dengan campuran tepung daun kirinyuh

(Choromolaena odorata) dan jagung

terfermentasi (DKJF) tidak menunjukkan pengaruh yang nyata (p > 0,05) terhadap konsumsi pakan ayam pedaging periode finisher

Tidak adanya pengaruh konsumsi pakan pada masing-masing perlakuan disebabkan

(3)

27

oleh kandungan energi dan protein pada setiap ransum perlakuan ralatif sama, masing-masing sebesar 18% dan 2800 Kkal/kg sehingga menyebabkan konsumsi pakan pada tiap perlakuan tidak menunjukan perbedaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wahju (1997) bahwa tingkat energi dalam pakan menentukan banyaknya jumlah pakan yang dikonsumsi.

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata pada konsumsi pakan ayam pedaging periode finisher selama penelitian (gram/ekor) yaitu : R0 = 1568,50, R1 = 1565,25, R2 = 1574,00, R3 = 1577,90 dan R4 = 1523,75.

Jika dilihat dari nilai rataan pada perlakuan R1, R2, dan R3 menunjukan kecenderungan adanya kenaikan konsumsi pakan. Hal ini karena meningkatnya kandungan serat kasar. Dengan meningkatnya kandungan serat kasar maka akan mempercepat laju makanan keluar bersama ekskreta. Cepatnya laju makanan pada alat pencernaan, akan mempercepat pula pengosongan tembolok

sehingga menyebabkan ayam akan

meningkatkan konsumsi pakan untuk

menyesuaikan kebutuhan energinya.

Sebagaimana dinyatakan oleh Subiharto dkk (1992) bahwa meningkatnya jumlah konsumsi pakan akibat perlakuan level serat kasar tinggi

yang mengakibatkan adanya perubah

an/membesarnya organ pencer naan seperti tembolok, gizzard, proventikulus dan besar maupun panjang usus sehingga memberikan peluang bagi ayam untuk meningkat kan volume/jumlah konsum si menjadi lebih banyak. Selain itu juga karena adanya peningkatan jumlah DKJF tersebut maka diduga enzim yang dihasilkan oleh mikroba hasil proses fermetasi juga ikut meningkat, enzim yang dihasilkan diantaranya yaitu protease, amilase dan lipase, sehingga meningkatkan daya cerna. Menurut Tillman dkk (1986) bahwa bertambahnya nilai daya

cerna pada ransum menyebabkan

bertambahnya konsumsi pakan.

Pada R4 Konsumsi pakan dengan penggantian pakan komersial dengan DKJF 20% cenderung menunjukan penurunan konsumsi pakan di bandingkan dengan perlakuan R1, R2 dan R3. Hal ini diduga karena kandungan serat kasar yang lebih tinggi, selain itu DKJF 20% menyebabkan ransum bulky bila dibandingkan dengan ransum yang lain tetapi masih diatas standart kapasitas jenis ransum yaitu sebasar 580 gram/liter (Wahju, 2004), karena kapasitas jenis dari ransum R0 = 910 gram/liter, R1 = 860 gram/liter, R2 = 800 gram/liter, R3 = 730 gram/liter, R4 = 650 gram/liter. Biasanya dijumpai ransum yang

mengandung serat kasar tinggi yang tidak dapat dicerna dan tidak dapat mencapai volume yang

lebih besar dari pada kemampuan

penampungan oleh tembolok, sehingga usaha untuk me ningkatkan konsumsi ramsum sesuai dengan kebutuhan energi per hari menjadi terbatas (Wahju, 2004).

Selain itu juga diduga karena konsentrasi enzim-enzim yang dihasilkan oleh mikroba fermentasi tidak mencapai optimum untuk bereaksi terhadap substrat sehingga belum dapat meningkatkan daya cerna secara maksimal. Hal ini dimungkin kan karena adanya kandungan Tanin seiring dengan peningkatan pengguna an DKJF. Jika terdapat

kandungan tanin dalam tubuh akan

mengakibatkan penurunan penyerapan asam amino. Sebagaimana dinyatakan oleh Parakasi (1990) bahwa dengan adanya kandungan tanin dalam ransum dapat mengakibatkan defesiensi zat-zat makanan seperti asam amino karena tanin mengurangi efesiensi penggunaan zat-zat makanan tersebut dalam proses metabolisme.

Pertambahan Bobot Badan

Berdasarkan hasil analisis ragam bahwa tingkat penggunaan campuran tepung daun kirinyuh (Choromolaena odorata) dan jagung terfermentasi (DKJF) menunjukkan pegaruh yang sangat nyata (p<0.01) terhadap pertambahan bobot badan ayam pedaging periode finisher. Adanya pengaruh pada perlakuan disebabkan karena perbedaan kandungan serat kasar dan anti nutrisi tanin dari masing-masing ransum perlakuan.

Dari hasil uji BNT 1% dan nilai rata-rata pada pertambahan bobot badan ayam pedaging periode finisher selama penelitian (gram/ekor) yaitu : R0 = 845,50ab, R1 = 896,75b, R2 = 907,00b, R3 = 929,50b, R4 = 810,75a.

Nilai rata-rata pertambahan bobot badan selama penilitian lebih tinggi bila dibandingkan dengan standart rata-rata pertambahan bobot badan ayam pedaging periode finisher yaitu sebesar 680 gram/ekor (Rasyaf, 1998)

Pada perlakuan R1, R2 dan R3 mengalami pertambahan bobot relatif sama. Hal ini diduga karena peran mikroba dalam DKJF pada perlakuan R1, R2 dan R3 dapat bekerja secara optimum untuk memproduksi beberapa enzim yang dapat membantu sistim pencernaan misalnya protease, amilase dan lipase. Dengan optimumnya enzim-enzim tersebut maka akan dapat meningkatkan daya cerna pakan dan akan meningkatkan kegunaan pakan sehingga zat-zat makanan yang terkonsumsi dapat dipergunakan untuk pertumbuhan organ-organ tubuh menjadi lebih

(4)

28

baik. Sesuai dengan pernyataan Hartadi, dkk (1986) bahwa sistem pemberian pakan yang didasarkan atas zat-zat makanan yang dapat dicerna lebih baik dari pada yang berdasarkan konsumsi pakan, hal ini disebabkan karena bahan pakan yang mempunyai daya cerna tinggi mampu mengurangi zat-zat makanan yang terbuang bersama ekskreta. Hal ini menunjukan semakin banyak zat-zat makanan yang bisa dimanfaatkan untuk pertumbuhan.

Selain itu juga diduga pada perlakuan R1, R2 dan R3 masih terdapat keseimbangan nutrisi dalam ransum dan ternak masih dapat mentolerir kandungan serat kasar dan kandungan Tanin yang terdapat didalam ransum. Dengan enzim yang dihasilkan oleh mikroba dalam ransum terutama protease sangat membantu pencernaan protein. Mengingat protein sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan, pergantian sel-sel yang rusak, produksi dan metabolisme energi (Wahju, 1997).

Sedangkan pada perlakuan R4 mulai terjadi kecenderungan penurunan pertambahan bobot badan. Terjadinya penurunan terhadap pertambahan bobot badan pada perlakuan R4 karena lebih rendahnya konsumsi pakan, sehingga zat-zat nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sangat kurang, selain itu juga karena tingginya kandungan serat kasar dan tanin. Dengan tingginya kandungan serat kasar maka zat-zat pakan yang dapat tercerna dapat hilang bersama zat-zat yang tidak dapat dicerna. Hal ini sesuai dengan pernyataan Surisdiarto dan Koentjoko (1990) bahwa dengan adanya kandungan serat kasar yang tinggi dalam bahan pakan menyebabkan ayam tidak mampu mencerna karena ayam tidak memiliki enzim sellulase. Hal tersebut sesuai pernyataan Wahju (1997) bahwa serat kasar yang tidak dapat decerna dapat membawa zat-zat pakan yang dapat dicerna dari bahan pakan lain keluar bersama ekskreta. Dengan semakin rendah bahan pakan yang dapat dicerna maka semakin berkurang pula energi yang dapat digunakan untuk pertumbuhan. Penurunan pertambahan bobot badan pada perlakuan R4 ini juga karena kandungan tanin dalam ransum semakin meningkat seiring dengan peningkatan penggunaan tepung DKJF. Dengan semakin meningkatnya kandungan tanin dalam ransum R4 maka ketersediaan akan asam amino esensial menurun dan diduga daya cerna pakan semakin rendah. Menurut Nitz (1975) tanin secara khusus menghambat kecernaan beberapa asam amino, terutama histidin dalam saluran pencernaan . Hal ini menyebabkan beberapa asam amino mengalami ketidakseimbangan.

Ketidak seimbangan berapa asam amino akan merubah pola konsentrasi asam amino dalam tubuh sehingga menimbulkan penyusutan bobot tubuh.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Anggorodi (1995) bahwa defesiensi asam amino biasanya menimbulkan penurunan pertumbuhan badan. Hal tersebut juga dinyatakan Winarno (1991) bahwa pada pertumbuhan ayam pedaging yang cepat membutuhkan protein yang berkualitas tinggi yaitu protein yang mampu menyediakan asam amino essensial dalam suatu perbandingan yang menyamai kebutuhan ayam.

Konversi Pakan

Berdasarkan analisis ragam bahwa tingkat penggunaan campuran tepung daun kirinyuh

(Choromolaena odorata) dan jagung

terfermentasi dalam ransum terhadap konversi pakan ayam pedaging periode finisher menunjukan pengaruh yang sangat nyata (p<0,01). Adanya perbedaan konversi pakan

pada masing – masing perlakuan

dimungkinkan karena kualitas pakan yang berbeda. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wahju (1997) bahwa terdapat faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya angka konversi pakan diantaranya yaitu kualitas pakan, galur dan tata laksana pemberian pakan

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata dan uji BNT (1%) pada konversi pakan ayam pedaging periode finisher selama penelitian yaitu : R0 = 1.86c, R1 = 1,75ab, R2 = 1,74ab, R3 = 1,70a, R4 = 1,86bc. Jika dilihat dari nilai rataan dari masing-masing perlakuan ternyata mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan nilai standart konversi pakan ayam pedaging periode finisher. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Rasyaf (1998) yang menyatakan bahwa standart rata-rata untuk konversi pakan ayam pedaging periode finisher sebesar 2,04. Tingginya nilai konversi pakan pada perlakuan dibandingkan dengan standart rata-rata konversi pakan ayam pedaging periode finisher, hal ini karena nilai rata-rata pada konsumsi pakan lebih tinggi dibandingkan dengan nilai standart rata-rata ayam pedaging periode finisher.

Dari hasil analisis ragam dan uji BNT (1%) pada penggunaan DKJF sampai dengan 15% belum menunjukkan adanya perbedaan yang nyata terhadap perlakuan kontrol (R0). Tidak adanya perbedaan pada nilai konversi pakan pada penggunaan tepung daun kirinyuh

(Choromolaena odorata) dan jagung

terfermentasi sampai dengan 15% diduga karena peran mikroba DKJF dapat bekerja

(5)

29

secara optimum untuk memproduksi beberapa enzim yang dapat membantu sistem pencernaan misalnya protease, amilase dan lipase. Selain itu juga karena kandungan serat kasar yang tidak terlalu tinggi (4%-5%) sehingga masih dapat ditolerir oleh ternak dan ransum juga masih dalam keadaan seimbang kandungan nutrisi dan asam-asam aminonya, maka dengan keberadaan enzim-enzim yang dihasilkan oleh mikroba dalam DKJF tersebut dalam saluran alat pencernaan dapat memperbaiki daya cerna pakan sehingga pakan yang dikonsumsi dapat sebanding dengan pertambahan bobot badan yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nort (1978) bahwa salah satu yang dapat mempengaruhi konversi pakan adalah pertambahan bobot badan dan konsumsi pakan, disamping jenis kelamin.

Sedangkan pada penggunaan tepung daun kirinyuh (Choromolaena odorata) dan jagung terfermentasi sampai 20 % sudah menunjukan penurunan dari pada perlakuan kontrol (R0). Hal tersebut diduga penggunaan DKJF 20 % dalam ransum mempunyai kualitas nilai nutrisi dibawah perlakuan kontrol (R0) sehingga dengan penggunaan DKJF 20 % dalam ransum tidak lagi terjadi keseimbangan nutrisi. Hal ini dimungkinkan adanya defesiensi asam amino dengan semakin meningkatnya jumlah

penggunaan DKJF, dikarenakan DKJF

mengandung Tanin.

Selain itu juga diduga karena meningkatnya kandungan serat kasar dan Tanin seiring penambahan DKJF dan menyebabkan penyerapan asam amino menurun sehingga pertumbuhan tidak lagi optimal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Summers (1984) bahwa

perbedaan dalam konsumsi pakan,

pertambahan bobot badan dan konversi pakan disebabkan oleh adanya perbedaan kandungan asam-asam aminonya dalam ransum terutama asam amino metionin. Selain itu kandungan serat kasar yang terlalu tinggi sehingga terjadi penurunan daya cerna pakan dan ternak tidak dapat mentolerirnya, karena pada unggas tidak

memiliki enzim sellulase. Dengan

meningkatnya kandungan serat kasar tersebut maka zat-zat pakan akan banyak terbuang bersama ekskreta sehingga zat-zat pakan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh akan berkurang. Disamping itu dengan ketidak seimbangan nutrisi dalam ransum tersebut maka kualitas pakan akan menurun yang berakibat pada ketidak

seimbangan jumlah konsumsi dengan

pertambahan bobot badan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Siregar (1980) bahwa angka

konversi dan efisiensi pakan dipengaruhi oleh kualitas pakan yang diberikan.

Income Over Feed Cost

Berdasarkan analisis ragam me

nunjukkan bahwa tingkat penggunaan DKJF dalam ransum komersial menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap IOFC.

Dari hasil perhitungan dan uji BNT 1 % diperoleh nilai rata-rata IOFC (Rp/ekor) selama penelitian adalah sebagai berikut : R0 = 2565,68ab; R1= 3594,09b; R2 = 4019,34b; R3 = 4660,50ab; dan R4 = 3888,97a.

Dilihat dari rata-rata IOFC menunjukkan nilai tertinggi yaitu pada perlakuan R2 dan R3 yaitu dengan tingkat penggunaan DKJF sebesar 10 % dan 15 % dalam ransum komersial. Peningkatan nilai IOFC ini diduga oleh aktifitas mikroba dalam DKJF yang menghasilkan enzim proteolitik sehingga mampu memperbaiki daya cerna pakan dan mempercepat penyerapan zat-zat pakan, sehingga dapat dipergunakan untuk pembentu kan daging secara efisien. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wahju (1988), bahwa enzim-enzim merupakan makanan tambahan dan bukan zat pakan untuk meningkatkan metabolis me sehingga dapat menghasilkan produksi yang diinginkan. Lebih lanjut Indarto (1992), menyatakan bahwa semakin efisien unggas mengubah pakan menjadi daging maka semakin baik pula nilai IOFC. Dan ini lebih menguntungkan jika dilakukan pada usaha peternakan dalam skala besar, karena dilihat dari biaya pakan yang digunakan lebih rendah sedangkan produksi yang dihasilkan sama dengan pakan komersial, sebagaimana kita ketahui bahwa dalam usaha peternakan biaya yang paling besar dikeluarkan adalah biaya pakan.

Siregar (1980), menyatakan biaya ransum dapat mencapai 60 - 80% dari keseluruhan biaya produksi. Ransum merupakan salah satu faktor terpenting dalam usaha peternakan, oleh sebab itu keberhasilan maupun kegagalan usah pemeliharaan ternak banyak ditentukan oleh ransum yang diberikan. Oleh karenanya bahan pakan ternak pengganti dicari yang lebih murah tetapi bergizi tinggi sehingga biaya produksi dapat ditekan.

Harga pakan perlakuan R2 dan R3 sebesar Rp 6090 dan Rp 5882,50 sedangkan harga pakan perlakuan kontrol yaitu sebesar Rp 6450,00. Hal ini berati harga pakan R3 dan R4 lebih murah dan harga penjualan bobot hidup per kg nya dari masing – masing perlakuan besarnya sama yaitu Rp 15000,00.

(6)

30

Dengan harga penjulan daging yang sama tersebut tetapi produksi daging yang dihasilkan pada perlakuan R2 dan R3 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain, sehingga nilai IOFC perlakuan R2 dan R3 lebih tinggi.

Sedangkan pada perlakuan R4 nilai IOFC yang dihasilkan adalah terendah dibandingkan dengan perlaku an yang lain. Hal ini diduga pada perlakuan R4 mempunyai daya cerna pakan terendah di antara perlakuan yang lain, sehingga menghasilkan produksi telur yang rendah pula. Dengan rendahnya produksi telur otomatis pendapatan dari hasil jual daging lebih kecil dibandingkan biaya yang dikeluarkan untuk pakan. Namun dilihat dari uji BNT 1% menunjukkan bahwa sampai pada R4 dengan penggunaan DKJF sebesar 20 % tidak menunjukkan pengaruh yang nyata atau dapat dikatakan masih memberikan nilai IOFC yang sama dengan perlakuan kontrol. Hal ini diduga selain dipengaruhi oleh aktifitas enzim juga dipengaruhi kandungan zat-zat pakan tetap seimbang dan masih dapat mencukupi kebutuhan hidup pokok dan produksi daging

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulakan bahwa: Penggantian pakan komersial dengan DKJF sebesar 15% memberikan pengaruh yang sama dengan ransum kontrol dan memberi kan pertambahan bobot badan, konversi pakan serta IOFC yang paling optimum pada ayam pedaging periode finisher.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymus. 1995. Beternak Ayam Pedaging. Karnisius. Yogyakarta.

Anggrodi, H.1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Fadilah. 2005. Panduan Mengelola Peternkan Ayam Broiler Komersial. Agromedia pustaka. Jakarta.

Ginting, J. 2009. Pengaruh Semak Bunga Putih

(Chromolaena odorata) Dalam

Ransum Terhadap Performans Ayam Pedaging. Skripsi. Fakultas Pertanian. USU. Medan.

Kartadisastra, H. R. 1994. Pengelolaan Pakan Ayam. Kanisius. Yogyakarta.

Kartasudjana, R. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya.Jakarta. Mullik dan Marthen. L., 2007. Pemanfaatan

Semak Bunga Putih Untuk

Peningkatan Produksi Tanaman Dan

Ternak. Fakultas Peternakan

Universitas Nusa Cendana, Kupang NTT.

Prawiradiputra, B.R. 2007. Ki Rinyuh (Chromolaena odorata (L) R.M. King dan H. Robinson): Gulma Padang Rumput yang Merugikan. Buletin Ilmu Peternakan Indonesia ( WARTAZOA), Volume 17 No. 1 (2007).

Rasyaf, M. 1995. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rasyaf, M. 1997. Penyajia Makanan Ayam Petelur. Penebar Swadya. Jakarta. Rasyaf, M. 2000. Beternak Ayam Pedaging.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Scott. M.L., M. C. Nesheim and R.J. Young. 1982. Nutrion of Chiken. 3nd Edition. M.L. Scott and Associates, Ithaca. New York.

Soeparno, 1992. Ilmu dan teknologicet-1 Gajah Mada University prees, Yogyakarta. Suprijatna, E. Atmomarsono, U. Kartasudjana,

R. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tilman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo dan S.P. Kusumo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta. Wahju, J. 1992. Ilmu Nutrien Unggas. Cetakan

III. Gadjah Mada University Press Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Seorang wanita, usia 50 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan kaki tidak dapat berjalan sejak 3 minggu yang lalu. Riwayat sebelumnya pasien sering keputihan berbau

Perbandingan antara sub rute pendistribusian tabung yang digunakan oleh perusahaan dengan sub rute yang hasil optimasi menggunakan metode nearest neighbour memiliki

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi 0 PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN TAHUN BERJALAN SETELAH

Pengolahan dan analisis data akan dilakukan kepada 174 data untuk yang mengetahui produk pengganti karena ada beberapa data yang outlier sehingga 26 data yang

Buatlah aplikasi mobile yang dapat membaca beberapa file (dalam hal ini help.txt dan pesan.txt) dalam satu aplikasi yang mana apabila salah satu menu tersebut dipilih untuk

Graedorf (1976) menyatakan bahwa “PAK adalah proses pengajaran dan pembelajaran yang berdasarkan Alkitab, berpusat pada Kristus, dan bergantung kepada Roh Kudus, yang membimbing

Dari keseluruhan tabel tunggal yang dianalisis, peneliti dapat menyimpulkan bahwa strategi public relations dengan menggunakan analisis SWOT (Strenghts, Weakness,

Berdasarkan disposisi Sekretaris Daerah Kabupaten Blora tentang Pelaksanaan Pelatihan Bendahara Keuangan Daerah yang dilaksanakan oleh Badan Kepegawaian Daerah