• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk yang terdiri dari berbagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk yang terdiri dari berbagai"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan budaya. Perbedaan suku dan budaya itu mengakibatkan bangsa Indonesia menjadi kaya dengan keberagaman, yang masing masing memiliki keunikan dan kekhususan tersendiri. Kemajemukan itu pula kadangkala menjadikan bangsa Indonesia mudah dan rentan didera masalah konflik yang berbau suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Perang saudara (konflik anatarsuku), konflik atas nama agama, konflik atas nama kekuasaan (politik), konflik atas nama pekerjaan/profesi, dan lain-lain selalu menghiasi tayangan televisi sehari-hari. Praktek korupsi yang dipertontonkan oleh penguasa seolah-olah menjadi berita abadi di setiap media massa baik cetak maupun elektronik.

Begitu pula dalam dunia pendidikan, tidak sedikit kasus perkelahian/tawuran pelajar dari tingkat sekolah menengah sampai ke jenjang perguruan tinggi. Dunia pendidikan seperti menjadi sarang hantu yang menakutkan, sarang brutalisme, sarang kekerasan yang sulit untuk diterima oleh nalar yang sehat. Dunia pendidikan seperti kehilangan ruhnya, yaitu menjadikan manusia menjadi lebih dewasa, bermartabat, bermoral, beretika, dan lain-lain. Menurut pandangan Prof. Yoyo Mulyana, pendidikan itu harus ‘berkarakter dan bermakna’. Dalam perspektif yang lebih luas, pendidikan itu harus mencerdaskan,

(2)

2

mencerahkan, memanusiakan, dan memerdekakan yang pada akhirnya individu tersebut akan menemukan hakikat ‘kesejatian dirinya’.

Siapakah yang salah atas semua ini? Inikah sejatinya akhlak dan karakter bangsa kita? Kemanakah nilai-nilai luhur yang dahulu diwariskan oleh nenek moyang kita? Dari mana kita harus menata watak dan karakter bangsa ini, mengembalikan kehormatan bangsa sebagai bangsa yang terhormat, bermartabat, dan berbudaya? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang menjadi cikal bakal kegelisahan penulis ketika meyaksikan krisis multidimensi yang dialami oleh bangsa yang kita cintai ini. Dari situlah lahir kesadaran bahwa semua ini (krisis) harus bertepi, harus diakhiri. Tinggal bagaimana cara kita mengakhiri semua ini. Hal ini sangat bergantung pada peran dan tanggung jawab kita di masyarakat.

Setiap komponen bangsa ini memiliki peran dan tanggung jawab yang sama dalam membina akhlak, moral, dan karakter bangsa. Sebagai bagian dari komponen bangsa ini, saya ingin mencoba menterapi kegelisahan diatas sesuai dengan peran dan tanggung jawab saya sebagai praktisi pendidikan. Karena saya yakin dan percaya bahwa hanya melalui pendidikan bangsa ini akan menjadi mulia, berbudaya, berkarakter, bermartabat, dan terhormat, baik di tingkat lokal maupun global.

Salah satu pintu masuk dalam membina moral, akhlak, dan karakter bangsa adalah melalui jalur pendidikan, yaitu pembelajaran sastra. Karya sastra dimanfaatkan sebagai media untuk membangun kesadaran siswa tentang bagaimana menghadapi hidup dan menjalani hidup, hal ini senada dengan yang dikatakan Horace (Wellek & Warren, 1995:25), bahwa karya sastra “dulce et

(3)

3

utile”, yaitu indah dan bermakna. Karya sastra sarat akan makna dan nilai-nilai sosial budaya, nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai pendidikan (moral), nilai-nilai humanisme yang diperlukan bagi kehidupan manusia. Mempelajari sastra berarti mempelajari diri kita sendiri, karena karya sastra bukan tercipta dari ruang hampa, akan tetapi tercipta dari kenyataan. Menurut Ikram (Esten,tt:32), Leavis pernah mengatakan bahwa “setiap penulis kreatif yang utama mengetahui bahwa dalam karya besar ia menggambarkan pemikiran, tentang kehidupan”, setiap karya memberi sumbangan ke arah keutuhan kehidupan tersebut.

Dalam bahasa Barat modern, sastra (literature) adalah segala sesuatu yang yang tertulis, pemakaian bahasa dalam bentuk tertulis; Jerman (schrifftum) sastra meliputi segala sesuatu yang tertulis, sedangkan (dichtung) biasanya terbatas pada tulisan yang tidak langsung berkaitan dengan kenyataan, jadi bersifat rekaan, dan secara implisit atau eksplisit dianggap mempunyai nilai estetik (Teeuw, 1988: 22).

Dari sekian banyak karya sastra, salah satunya adalah novel. Novel merupakan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instrinsik dan ekstrinsik. Fiksi pertama-tama menyaran pada prosa naratif, yang dalam hal ini adalah novel dan cerpen, bahkan kemudian fiksi sering dianggap bersinonim dengan novel, Abrams (Nurgiyantoro, 2002:4). Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh (penokohan), latar, sudut pandang, dan lain-lain yang kesemuanya tentu saja, juga bersifat imajinatif (Nurgiyantoro, 2002:4). Sebuah

(4)

4

novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya.

Memahami sebuah novel bukanlah hal yang mudah. Apalagi kondisi siswa sekarang jauh berbeda dari siswa zaman dulu. Sekarang ini, siswa lebih tertarik pada hal-hal yang sifatnya instan. Siswa lebih suka dan tertarik terhadap suguhan atau tayangan televisi. Suguhan dan tayangan televisi itu berupa sinetron maupun film yang kesemuanya memberikan pengaruh terhadap berkurangnya minat siswa untuk membaca karya sastra atau mengapresiasi karya sastra. Kondisi seperti ini, kalau guru tidak pandai memilih model, bahan ajar, dan memilih metode yang tepat dalam mengajarkan sastra, bisa-bisa ditinggal tidur oleh siswanya.

Diangkatnya masalah “Struktur dan Nilai Pendidikan dalam Novel Dalam Mihrab Cinta dan Alternatif Model Pembelajarannya di MTs” merupakan suatu upaya untuk meningkatkan motivasi kajian-kajian sastra pada diri siswa, khususnya novel. Dengan demikian, diharapkan dari hasil penelitian ini peneliti bisa menyusun alternatif model pembelajaran apresiasi sastra.

Untuk tujuan itu, perlu kiranya diadakan pengkajian terhadap novel Dalam Mihrab Cinta sebagai salah satu dari kekayaan milik bangsa, sehingga nantinya novel tersebut memiliki kelayakan untuk dijadikan bahan ajar sastra di sekolah kususnya di tingkat MTs. Kajian yang dilakukan semestinya dilakukan dari berbagai segi dan pendekatan. Setiap pengkajian tersebut bertujuan agar karya sastra itu dapat digunakan dengan lebih baik, sehingga dapat dinikmati dan diambil manfaat yang sebesar-besarnya.

(5)

5

Esensi dari pembelajaran apresiasi sastra adalah siswa harus dapat melakukan seperti yang dikemukakan oleh Efendi (Aminudin, 2009:35), yaitu dapat menggauli karya sastra dengan sungguh-sunguh sehingga menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra. Pembelajaran sastra harus mampu menumbuhkan rasa kecintaan siswa terhadap khazanah kebudayaan, adat istiadat, nilai-nilai yang ada di masyarakat.

Analisis struktur dan nilai-nilai pendidikan merupakan salah satu hal yang penting dilakukan. Dikatakan penting karena dengan analisis struktur dan nilai-nilai pendidikan dari sebuah karya sastra (novel), akan memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai makna sebuah novel tersebut. Di samping itu, novel juga dapat memperkaya pengetahuan dan wawasan tentang nilai-nilai, salah satunya nilai pendidikan.

Masalah penting yang sering dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran apresiasi sastra adalah pemilihan bahan ajar yang tepat dalam rangka membantu siswa mencapai kompetensi yang diharapkan. Menurut Depdiknas, bahan ajar atau materi pembelajaran (instrucsional materials) merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Secara garis besar, bahan ajar atau materi pembelajaran berisi pengetahuan, keterampilan dan sikap atau nilai yang harus dipelajari siswa (Depdiknas, 2006:193). Pendapat yang sama dikemukakan Haryati (2007: 9), bahan ajar atau materi pembelajaran secara garis

(6)

6

besar terdiri atas pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.

Pada dasarnya dalam memilih bahan pembelajaran, penentuan jenis dan kandungan materi sepenuhnya terletak di tangan guru. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai dasar pegangan untuk memilih objek bahan pembelajaran yang berkaitran dengan pembinaan apresiasi siswa. Prinsip dasar dalam pemilihan bahan pembelajaran atau materi pembelajaran harus sesuai dengan kemampuan siswa pada suatu tahapan pengajaran tertentu. Kemampuan siswa berkembang sesuai dengan tahapan perkembangan jiwanya. Oleh karena itu, karya sastra yang disajikan hendaknya diklasifikasikan berdasarkan derajat kesukarannya di samping kriteria-kriteria lainnya. Tanpa adanya kesesuaian antara siswa dengan bahan yang diajarkan, pelajaran yang disampaikan tidak akan berjalan optimal.

Agar dapat memilih bahan pembelajaran sastra yang tepat, beberapa aspek perlu dipertimbangkan. Menurut Rahmanto (1993:27) ada tiga aspek yang tidak boleh dilupakan dalam memilih bahan pengajaran sastra, yaitu aspek bahasa, aspek psikologi, dan aspek latar belakang budaya. Sedangkan menurut Depdiknas (2006: 195) ada beberapa prinsip dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran, prinsip tersebut antara lain prinsip relevansi, prinsip konsistensi, dan prinsip kecukupan (edukasi).

Mengenai penelitian terdahulu yang pernah dilakukan berkaitan dengan analisis struktur novel dan nilai-nilai yang terkandung dalam novel, yaitu: (1) Elis Hidayah (2010) berjudul: Struktur dan Nilai Budaya “Carita Pantun Paksi

(7)

7

Keling” Versi Ki Sawari dari Provinsi Banten; (2) Welsi Damayanti (2009) berjudul: Struktur dan Nilai Budaya Dalam Kumpulan Cerita Pendek “Robohnya Suaru Kami” Karya A. A. Navis; (3) Idris Suryana K.W (2005) berjudul: Analisis Struktur dan Semiotik Terhadap “Hikayat Bachtiar” Sebagai Alternatif Bahan Pembelajaran Sastra di SMA; (4) Dadang Supriatna (2005) berjudul: Perbandingan Konvensi Struktur dan Makna Novel “Belenggu” Karya Armijn Pane dan Novel “Berkisar Merah” Karya Ahmad Tohari Sebagai Bahan Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMA; (5) Ate Nurjamil (2004) berjudul: Kesamaan Kandungan Unsur Intrinsik antara Novel “Sukreni Gadis Bali” karya A.A. Pandji Tisna dengan Novel “Hati Yang Damai” Karya N.H. Dini dan Implementasinya terhadap Pembelajaran Sastra Berdasarkan Kurikulum 2004.

Sedangkan penelitian terdahulu berkaitan dengan “Analisis Struktur dan

Nilai-Nilai Pendidikan dalam novel Dalam Mihrab Cinta Karya Habiburrahman El-Shirazy” belum pernah dilakukan. Atas dasar itulah, penulis merasa tertarik

untuk melakukan penelitian terhadap terhadap novel tersebut dan sekaligus mencoba menyususn alternatif model pembelajarannya di MTs.

B.Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, batasan masalah yang akan dijadikan objek dan bahan penelitian hanya dibatasi pada analisis struktur dan nilai-nilai pendidikan dalam novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy. Struktur novel (unsur-unsur intrinsik) yang akan dianalisis mencakup: (1) tema, (2), alur (plot), (3) tokoh (penokohan), (4) latar (setting), (5) sudut pandang (point of view).

(8)

8

Sedangkan nilai-nilai pendidikan yang akan dianalisis, yaitu: (1) religius, (2) jujur, (3) disipilin, (4) kerja keras, (5) kreatif, (6) mandiri, (7) rasa ingin tahu, (8) bersahabat/komunikatif, (9) cinta damai, (10) peduli sosial, (11) tanggung jawab. Nilai-nilai pendidikan tersebut peneliti kutip dari nilai-nilai pendidikan yang diterbitkan oleh Kemendiknas (2010:9-10).

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang sudah dikemukakan di atas, kemudian dapat disusun beberapa rumusan masalah dalam rencana penelitian ini. Adapun rumusan masalah dalam rencana penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah struktur novel yang terdapat dalam novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy?

2. Nilai-nilai pendidikan apa saja yang terkandung dalam novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy?

3. Apakah dapat disusun model pembelajaran dari hasil analisis struktur dan nilai-nilai pendidikan dalam novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy?

D.Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang struktur dan nilai-nilai pendidikan dalam novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy. Berdasarkan ilustrasi di atas secara operasional penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan struktur yang membangun cerita dalam novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy.

(9)

9

2. Mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy.

3. Mendeskripsikan model pembelajaran dari hasil analisis struktur dan nilai-nilai pendidikan dalam novel Dalam Mihrab Cinta karya Habiburrahman El-Shirazy.

E.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. Manfaat secara teoretis adalah sebagai berikut ini.

1. Penelitian ini sebagai masukan untuk menambah wawasan dalam pembelajaran apresiasi sastra khususnya dalam analisis struktur (unsur intrinsik) dan nilai-nilai pendidikan (moral) yang terdapat dalam novel.

2. Penelitian ini memberikan wawasan tentang contoh model dan rencana pembelajaran apresiasi sastra khususnya dalam analisis struktur (unsur intrinsik) dan nilai-nilai pendidikan (moral) yang terdapat dalam novel.

3. Penelitian ini sebagai masukan pemikiran dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan dalam pembelajaran apresiasi sastra khususnya dalam analisis struktur dan nilai-nilai pendidikan (moral) yang terdapat dalam novel.

Di samping manfaat secara teoretis, ada pula manfaat secara praktis. Adapun manfaat secara praktisnya adalah sebagai berikut ini.

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan dalam menentukan model dan rencana pembelajaran pembelajaran apresiasi sastra khususnya dalam analisis struktur dan nilai-nilai pendidikan (moral) yang terdapat dalam novel.

(10)

10

2. Hasil penelitian ini sebagai masukan pemikiran dalam upaya meningkatkan kualitas hasil pembelajaran apresiasi sastra khususnya dalam analisis struktur dan nilai-nilai pendidikan (moral) yang terdapat dalam novel.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi bagi para pendidik supaya lebih kreatif dan inovatif dalam menyusun model dan rencana pembelajaran khususnya pembelajaran apresiasi sastra di MTs yang berhubungan dengan analisis struktur dan nilai-nilai pendidikan (moral) yang terdapat dalam novel.

F. Anggapan Dasar

Menurut Surakhmad (Arikunto, 2006:65), anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh peneliti. Dalam rencana penelitian ini anggapan dasar peneliti adalah sebagai berikut. 1. Peneliti beranggapan bahwa novel Dalam Mihrab Cinta merupakan karya

sastra dan memiliki struktur.

2. Novel Dalam Mihrab Cinta sarat dengan nilai-nilai pendidikan.

3. Novel Dalam Mihrab Cinta merupakan salah satu aset budaya, aset khazanah intelektual yang perlu diapresiasi.

4. Menurut Triyono Adi (Jabrohim, 2003:23), penelitian sastra bermanfaat untuk memahami aspek kemanusiaan dan kebudayaan yang tertuang ke dalam karya sastra.

5. Model pembelajaran apresiasi sastra harus lebih variatif dan menarik sehingga mampu memotivasi semangat apresiasi siswa terhadap sastra.

(11)

11

G.Definisi Operasional

Untuk menghindari salah penafsiran tentang judul penelitian, di bawah ini akan diuraikan penjelasan seperti berikut.

1. Analisis Struktur Novel

Analisis struktur novel adalah suatu cara untuk menelaah atau menganalisis karya sastra bedasarkan struktur, yang unsur-unsurnya berhubungan satu sama lain secara totalitas. Dalam hal ini peneliti hanya fokus terhadap unsur instrinsik novel Dalam Mihrab Cinta yang kemudian disingkat menjadi (DMC). 2. Nilai Pendidikan Dalam Novel

Nilai pendidikan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah nilai baik dan buruk yang terkandung dalam karya sastra (novel) yang berguna dan bernilai dalam kehidupan masyarakat pada umumnya. Nilai-nilai yang bisa dijadikan pedoman bagi manusia dalam menjalani tugas hidup demi mencapai kesempurnaan hidup, menjadi manusia yang sempurna (insan kamil).

3. Novel

Novel dalam penelitian ini adalah karya sastra yang termasuk dalam jenis (genre) prosa. Adapun yang dimaksud novel dalam penelitian ini adalah novel yang berjudul “Dalam Mihrab Cinta” karya Habiburrahman El-Shirazy yang kemudian disingkat menjadi (DMC).

4. Model Pembelajaran

Model pembelajaran yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah suatu bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang

(12)

12

digunakan dalam pelaksanaan kurikulum, menyusun materi pengajaran, dan memberi arah pembelajaran di kelas.

5. Apresiasi Sastra

Apresiasi sastra adalah kegiatan mengindahkan dan menghargai (Aminuddin, 2009:34). Dalam konteks yang lebih luas istilah apresiasi menurut Gove (Aminuddin, 2009:34), apresiasi mengandung makna (1) pengenalan melalui perasaan atau kepekaan bathin dan (2) pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan pengarang. Sebagai suatu proses, apresiasi melibatkan tiga unsur inti, yaitu (1) aspek kognitif, (2) aspek emotif, (3) aspek evaluatif).

Referensi

Dokumen terkait

(Faktor fundamental yang terdiri dari : nilai buku, keuantungan dan PER saham secara serempak atau simultan tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham properti di

Pemilihan Anggota Lembaga Himpun Pemekonan ditiap-tiap Pekon dapat dilaksanakan dengan cara pemilihan yang diikuti oleh semua warga yang telah memenuhi syarat dan atau dengan

Pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini menggunakan metode sebagai berikut. Pertama adalah metode presentasi. Metode presentasi digunakan untuk menjelaskan berbagai macam

Variabel luas lahan pada penelitian ini berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi bawang merah di Kabupaten Brebes dilihat dari uji hipotesis

Frasa preposisi pada data (1a) sudah benar dan pada kalimat (1b) seharusnya was sebagai kata kerja bantu pada data itu adalah is karena kalimat tersebut

Anggota KSSK, sekretaris KSSK, anggota sekretariat KSSK, dan pejabat atau pegawai Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin

Dalam rangka kegiatan Sertifikasi Guru dalam Jabatan Tahun 2012 untuk guru-guru di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Panitia Sertifikasi Guru Rayon 115 UM

Perjanjian yang dilarang adalah suatu persetujuan yang tertulis atau lisan untuk mengikatkan dirinya yang dilakukan satu atau lebih pelaku usaha dengan satu atau