• Tidak ada hasil yang ditemukan

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.4 Landasan Teori - Ernawati BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.4 Landasan Teori - Ernawati BAB II"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

2.4Landasan Teori

2.4.1 Pengertian Corporate Governance

Secara umum istilah “Corporate Governance”(tata kelola perusahaan) berasal dari suatu anologi antara pemerintahan suatu negara atau kota dengan pemerintahan dalam suatu perusahaan Solihin (2009). sebagaimana halnya pemerintahan negara yang melibatkan berbagai kelompok dengan berbagai kepentingan berbeda untuk mencapai suatu tujuan, corporate governance juga berkaitan dengan penyelerasan masalah tindakan kolektif yang melibatkan berbagai investor. Corporate Governance juga menyangkut rekonsiliasi berbagai kepentingan yang berbeda-beda dari para pemangku kepentingan. Hal tersebut berarti bahwa tanpa adanya corporate governance yang baik akan terjadi konflik kepentingan yang bisa memberi dampak buruk bagi kinerja perusahaan.

Definisi Corporate Governance yang di kemukakan oleh OECD (Organizasion for Ekonomic Cooporation and Development) sebagai berikut.

Suatu sisitem untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Struktur Corporate Governance menetapkan distribusi hak dan kewajiban di antara

(2)

Pelaksanaan dan pengendalian perusahaan akan melibatkan organ - organ di dalam perusahan yang akan berperan sebagai pelaksana dan pengawas. Menurut pedoman umum Good Corporate Indonesia tahun 2006, direksi sebgai organ perusahan bertugas dan bertanggung jawab dalam mengelola perusahaan. Fungsi pengelola perusahaan oleh direksi mencakup lima tugas utama, yaitu sebgai berikut.

a. Kepengurusan, mencakup tugas penyusunan Visi dan misi perusahaan serta penyusunan porgram jangka pendek dan jangka penjang

b. Manajemen resiko, mencakup tugas penyusunan dan pelaksanaan sistem menejemen resiko prusahan yang mencakup seluruh aspek kegiatan perusahaan.

c. Penegendalian internal, mencakup penyusunan dan pelaksanaan sistem pengendalian internal prusahaan dalm rangka menjaga kekayaan dan kinerja prusahaan serta memenuhi peraturan perundang – undang.

d. Komunikasi, mecakup tugas yang memastikan kelancaran komunikasi antara prusahaan dengan memangku kepentingan dengan memberdayakan fungsi seketaris prusahaan.

e. Tanggung jawab sosial, Mecakup perencanaan tertulis yang jelas dan terpokus dalam melaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan.

2.4.2 Teori-teori Corporate Governance

(3)

governance. Teori pertama adalah Stewardship theory, teori ini dibangun atas asumsi filosofis mengenai sifat manusia yang pada hakikatnya dapat dipercaya, mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab.

Teori kedua adalah agency theory yang memandang bahwa manajemen perusahan sebagian agen bagi para pemegang saham, akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi kepentingan sendiri ( self-interst) bukan sebagian pihak yang arif dan bijaksana serta adil terhadap pemegang saham sebagaimana diasumsi dalam stewardship theory.

2.4.3 Prinsip-prinsip Corporate Governance

Transparansi untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis,perusahaan harus menyediakan informasi relavan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan.

Akuntabilitas perusahaan harus bertanggung jawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain.

Responsibilitas perusahaan harus mamatuhi peraturan

perundang-undang serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat.

Independensi untuk melacarkan GCG, Perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

(4)

2.4.4 Keterkaitan antara Corporate Governance dengan CSR

CSR merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan dalam memperbaiki kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan yang terjadi akibat aktivitas operasional perusahaan. Semakin banyak bentuk pertanggung jawaban yang dilakukan perusahaan terhadap lingkungannya, image perusahaan menjadi meningkat. Investor lebih berminat pada perusahaan yang memiliki citra yang baik di masyarakat karena semakin baiknya citra perusahaan, loyalitas konsumen semakin tinggi sehingga dalam waktu lama penjualan perusahaan akan membaik dan profitabilitas perusahaan juga meningkat. Jika perusahaan berjalan lancar, maka nilai saham perusahaan akan meningkat. Hal ini senada dengan yang diutarakan oleh Nasir dan Warisi (2008), bahwa tidak semua perusahaan mau dan mampu untuk melaksanakan CSR karena CSR merupakan salah satu topik yang berkaitan erat dengan moral etika bisnis.

Implementasi CSR juga menjadi salah satu prinsip pelaksanaan GCG, sehingga perusahaan yang melaksanakan GCG sudah seharusnya melakukan pelaksanaan CSR.sebagaimana dijelaskan dalam pedoman umum good corporate governance indonsia khususnya prinsip responsibilitas, di mana

(5)

Bedasarkan undang-undang dan peraturan pemerintah tersebut, CSR berlaku untuk semua jenis perusahaan, terutama PT, dimana termasuk di dalamnya adalah perusahaan perbankan. Adanya undang-undang dan peraturan tentang CSR ternyata belum dapat mengatur pelaksanaan CSR dengan baik. Pada kenyataannya pengungkapan CSR masih dianggap sepele dan dijalankan dengan setengah hati (Solihin 2009).

Hal ini hanya dapat diwujudkan dengan menumbuhkan kesadaran para pelaku bisnis bahwa CSR merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang dan dampak sosial yang ditimbulkan oleh aktivitas usahanya. Oleh sebab itu, dalam pengungkapan CSR ini diperlukan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG), karena implementasi dari tanggung jawab perusahaan tidaklah terlepas dari penerapan GCG di dalam perusahaan tersebut yang akan mendorong manajemen untuk mengelola perusahaan secara benar termasuk mengimplementasikan tanggung jawab sosialnya (Nasir dan Warisi, 2008).

2.4.5 Komisaris independen

(6)

akan menentukan kebijakan perusahaan termasuk prakte dan pengungkapan tanggung jawab sosial. Coller dan Gregory ( 1999 ) dalam yulita ( 2010 ) menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris maka akan semakin mudah untuk mengendalikan Chief Executife Officer ( CEO ) dan pengawasan yang dilakukan semangkin efektif. Keberadaan dewan komisaris independen (outside member board) akan semakin nambah efektifitas pengawasan. Komposisi dewan komisaris independen juga dianggap sebagai solusi untuk mengatasi masalah keagenan.

Sembiring (2005) menyatakan bahwa semangkin besar jumlah komisaris independen, maka semangkin mudah untuk mengendalikan CEO dan pengawasan dilakukan akan semangkin efektif. Dikaitkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, maka tekanan terhadap manajemen juga akan semangkin besar untuk mengungkapkannya.

2.4.6 Ukuran Komite Audit

(7)

kebijaksanaan tersebut dan apakah sebuah konsisten dengan informasi lain yang di ketahui oleh anggota komite audit, serta menilai mutu pelayanan dan kewajaran biaya yang di anjurkan auditor ekternal ( Paramita, 2011).

2.4.7 Ukuran dewan komisaris

Menurut Undang- Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Dewan komisaris adalah wakil pemegang saham untuk mengawasi dewan direksi dalam mengelola perusahaan dan jika perlu memberikan masukan kepada dewan direksi dalam persoalan khusus. Peranan dewan komisaris dapat dilihat dari karakteristik dewan, salah satunya adalah komposisi keanggotaannya. (Yoga, 2011).

Implementasi program CSR merupakan hasil dari kebijakan strategis perusahaan yang melibatkan seluruh manajemen tingkat atas dan juga komisaris. Pelaksanaan CSR lebih optimal pada perusahaan yang mendapat dukungan penuh dari dewan komisaris. Keberadaan para professional yang tergabung dalam dewan komisaris juga menjadi pertimbangan manajemen perusahaan dalam penentuan keputusan terkait dengan kebijakan keuangan dan aksi social perusahaan. (Andi, 2010).

2.4.8 SizePerusahaan

(8)

jawab sosial secara jelas, sebanyak yang dilakukan perusahaan besar, karena perusahaan yang berada dalam tahap dewasa dan tumbuh akan menarik lebih banyak perhatian dari lingkungan perusahaan dan memerlukan respon yang lebih terbuka. Sembiring (2005). Perusahaan dengan aktivitas operasi yang besar, memiliki pengaruh yang besar di lingkungan perusahaan karena masyarakat akan memperhatikan program sosial yang di buat perusahaan sehingga pengungkapan tanggung jawab sosial akan semakin besar.

2.4.9 Leverage

(9)

2.4.10 Profitabilitas

Rasio profitabilitas menjasi salah indikator penting dalam proses pengambilan keputusan. Rasio profitabilitas dapat mempengaruhi kebijakan investasi seorang investor. Perusahaan yang mempunyai tingkat profitabilitas tinggi tidak dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut karena menunjukan keberhasilan kinerja manajemen dalam mengolah opersional perusahaan. Sebaliknya, ketika tingkat profitabilitas perusahaan rendah, maka investor cenderung tidak tertarik untuk menanamkan modalnya bahkan dapat menarik modal yang telah ditanamkan.

(10)

2.5Penelitian Terdahulu

1. Waryanto dan Prastiwi (2010) menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris independen berpengaruh signifikan Corporate Social Responsibility. 2. Hidayah (2009) menyatakan bahwa komite audit tidak berpengaruh

terhadap Corporate Social Responsibility.

3. Sembiring (2005) menyatakan bahwa dewan komisaris, komisaris independen, komite audit, size, berpengaruh signifikan Corporate Social Responsibility.

4. Darwis (2009) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara ukuran perusahaan dengan Corporate Social Responsibility.

5. Haniffa (2005) menyatakan bahwa tingkat Leverage mempunyai pengaruh positif terhadap Corporate Social Responsibility.

6. Anggraini (2006) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap Corporate Social Responsibility.

2.6 Kerangka Pemikiran

(11)

komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap tanggung jawab sosial (CSR) komisaris independen diperlukan untuk meningkatkan independensi dewan komisaris terhadap kepentingan pemegang saham (mayoritas) dan benar-benar menempatkan kepentingan perusahaan diatas kepentingan lainnya. Dengan demikian semakin banyak jumlah ukuran dewan komisaris independen, maka kemampuan dewan komisaris untuk mengambil keputusan dalam rangka melindungi pemangku kepentingan dan mengutamakan perusahaan akan semakin objektif.

Sedangkan komite audit dalam pelaporan keuangan adalah memonitor dan mengawasi audit laporan keuangan dan memastikan agar standar dan kebijaksanaan keuanganyang berlaku terpenuhi, Memeriksa kembali laporan keuangan apakah sudah sesuai dengan standar kebijaksanaan tersebut dan apakah sebuah konsisten dengan informasi lain yang di ketahui oleh anggota komite audit, serta menilai mutu pelayanan dan kewajaran biaya yang diajukan aiditor eksternal. Adanya komite audit mempunyai pengaruh yang signifikan pada tanggung jawab sosial (Hidayah, 2009) dan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap CSR (Widianto, 2011).

(12)

Size perusahaan merupakan variabel penduga yang banyak digunakan

untuk menjelaskan variasi pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan. Hal ini dikaitkan dengan teori agensi, dimana perusahaan besar yang memiliki biaya keagenan yang lebih besar akan mengungkapkan informasi yang lebih luas untuk mengurangi biaya keagenan tersebut. Di samping itu perusahaan besar merupakan emiten yang banyak disoroti, pengungkapan yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan. Akan tetapi, tidak semua penelitian mendukung hubungan antara size perusahaan dengan tanggung jawab sosial perusahaan. Hasil penelitian ini berhasil mendukung penelitian yang dilakukan (Darwis, 2009) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan pada tanggung jawab sosial (CSR).

Leverage merupakan proporsi total hutang terhadap rata-rata equitas

pemegang saham. Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan. Sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu hutang. Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi. (Haniffa, 2005)

(13)

Gambar 1

Kerangka Pemikiran Teoritis

Variabel Independen :

Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel ukuran dewan komisaris, komisaris independen, komite audit, size, leverage dan profitabilitas terhadap tingkat pengeluaran dana tanggungjawab sicial perusahaan (CSR) dengan menggunakan analisis regresi berganda.

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H1 : Komisaris independen berpengaruh positif terhadap tanggung jawab sosial

pada perusahaan perbankan di BEI

H2 : komite Audit berpengaruh positif terhadap tanggung jawab sosial pada

perusahaan perbankan di BEI Komisaris Independen (H1)

Komite Audit (H2)

Dewan Komisaris (H3)

Tanggung jawab sosial (CSR) Size (H4)

Leverage (H5)

(14)

H3 : Dewan Komisaris berpengaruh positif terhadap tanggung jawab social

pada perusahaan perbankan di BEI

H4 : Size berpengaruh positif terhadap tanggung jawab sosial pada perusahaan

perbankan di BEI

H5 : Leverage berpengaruh positif terhadap tanggung jawab sosial pada

perusahaan perbankan di BEI

H6 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap tanggung jawab sosial pada

Gambar

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan permasalahan yang telah dibahas tentang ilmu sejarah yang semakin dilupakan remaja maupun masyarakat pada saat ini serta untuk meningkatkan efisiensi

Menentukan sinyal kontrol u(s) yang dapat memberikan output sistem y(s), sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan, apapun yang terjadi dengan dinamika proses maupun

(2006), “Analisis faktor psikologis konsumen yang mempengaruhi keputusan pembelian roti merek Citarasa di Surabaya”, skripsi S1 di jurusan Manajemen Perhotelan, Universitas

Metode ini memanfaatkan arus listrik bervoltase kecil yang dihubungkan ke benda yang akan dites, dengan memindahkan secara elektrolisis sejumlah kecil sampel ke kertas

Nilai ini menunjukkan bahwa kombinasi genotipe C111 dengan C120 untuk menghasilkan F1 yang memiliki jumlah buah terbanyak dibanding dengan genotipe hasil kombinasi tetua yang

Berdasarkan tabel (Pri), sektor industri pengolahan yang memiliki pertumbuhan paling cepat di Kabupaten Bogor bila dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata

Salah satu bentuk tes psikologi yang sangat sering digunakan dalam industri adalah tes inteligensi atau sering disebut dengan tes IQ yang bisanya digunakan pada

Regulasi • Belum adanya national policy yang terintegrasi di sektor logistik, regulasi dan kebijakan masih bersifat parsial dan sektoral dan law enforcement lemah.. Kelembagaan