BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Penelitian ini meneliti tentang pengaruh ROA (Return on Assets), DER (Debt To Equity Ratio), EPS (Earning per share), PBV (Price to Book Value) dan ukuran perusahaan (Firm Size) terhadap return saham pada perusahaan property and real estate yang terdaftar di BEI membutuhkan kajian teori sebagai berikut:
2.1.1 Teori Signaling (Signaling Theory)
Informasi sebagai sinyal yang diumumkan pihak manajemen kepada publik bahwa perusahaan memiliki prospek bagus dimasa depan (Susilowati, 2010). Return yang meningkat akan diprediksi dan memberikan sinyal tentang laba jangka pendek dan jangka panjang serta analisa yang mengungkap sinyal tersebut digunakan untuk memprediksi peningkatan
earning jangka panjang.
Teori signaling ini membahas bagaimana seharusnya sinyal-sinyal keberhasilan atau kegagalan manajemen (agent) disampaikan kepada pemilik modal (principle). Penyampaian laporan keuangan dapat dianggap sebagai sinyal, yang berarti bahwa apakah (agent) telah berbuat sesuai dengan kontrak atau belum. Teori signaling juga memprediksikan bahwa pengumuman efek pada harga saham dan kenaikan devidend adalah positif (Susilowati dan Turyanto, 2011).
2.2 Return Saham
Return saham merupakan kelebihan harga jual saham diatas harga belinya (Arista dan Astohar, 2012). Solechan (2009), menyimpulkan bahwa
dinikmati dari suatu investasi, tentunya investor tidak akan melakukan investasi.
Setiap investasi baik jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama mendapatkan keuntungan yang disebut return
baik langsung maupun tidak langsung dengan mempertimbangkan dua hal, yaitu expected return (tingkat pengembalian yang diharapkan) dan risk
(risiko). Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi dimana dihitung berdasarkan data historis dan return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi dimasa mendatang.
Investor akan menanamkan modalnya pada saham yang mempunyai tingkat return yang tinggi dengan risiko yang minimal dengan menggunakan analisis fundamental yang lebih memfokuskan pada data-data
keuangan historis. Sejalan dengan konsep investasi “High Risk-High
1.
2.
Keterangan:
Pt = harga saham sekarang Pt-1 = harga saham periode lalu Dt = deviden periodik
2.3 ROA (Return on Assets)
ROA (Return on Assets) merupakan ukuran yang penting yang sering kali digunakan oleh investor sebagai dasar untuk mengambil keputusan. Rasio ROA adalah perbandingan antara laba bersih dengan asset (Zahara dan Veronica, 2009). Return on Assets (ROA) menggambarkan kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan untuk operasional perusahaan.
Semakin tinggi ROA menunjukkan semakin efektif perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Kemampuan perusahaan dalam mengelola aktiva untuk menghasilkan keuntungan mempunyai daya tarik dan mampu mempengaruhi investor untuk membeli saham perusahaan tersebut. Sehingga harga saham perusahaan akan meningkat, dengan kata lain ROA akan berdampak positif terhadap return saham. Terdapat beberapa macam rumus untuk menghitung ROA yaitu:
1.
2.
3.
4.
2.4 DER (Debt To Equity Ratio)
Debt to equity ratio (DER) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur total hutang yang diukur dari perbandingan total hutang dengan ekuitas pemegang saham (Arista dan Astohar, 2012). Total hutang disini merupakan total hutang jangka pendek dan total hutang jangka panjang.
memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukan oleh berapa bagian dari modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang.
Semakin tinggi rasio DER menunjukkan semakin tinggi modal perusahaan yang dibiayai dari dana eksternal. Rasio ini menunjukkan dan menggambarkan komposisi atau struktur modal dari perbandingan total hutang dengan total ekuitas (modal) perusahaan yang digunakan sebagai sumber pendanaan usaha sehingga dapat dilihat tingkat risiko tidak terbayarkannya suatu hutang. Perhitungan rasio DER dapat dapat dihitung menggunakan rumus berikut ini (Arista dan Astohar, 2012)
2.5 EPS (Earning per share)
Earning per share (EPS) merupakan rasio yang menggambarkan tingkat laba yang diperoleh oleh para pemegang saham, dimana tingkat laba (per lembar saham) menunjukkan kinerja perusahaan terutama dari kemampuan laba yang dikaitkan dengan pasar kenaikan earning per share
Maksimalisasi laba (profi maximization) sering dipandang sebagai tujuan yang tepat bagi sebuah perusahaan. Namun, hal ini sebenarnya memiliki kelemahan karena dengan hanya menerbitkan saham dan menggunakan hasilnya untuk berinvestasi dalam sekuritas yang tidak berisiko laba dapat meningkat. Hal tersebut bagi kebanyakan perusahaan mengakibatkan jatuhnya laba per lembar saham (EPS), sehingga ukuran yang lebih tepat adalah memaksimalkan earning per share (EPS). Adapun bebrapa rumus yang digunakan dalam menghitung EPS sebagai berikut:
1.
2.
2.6 PBV (Price to Book Value)
tinggi rasio Price to Book Value (PBV), maka semakin tinggi pula perusahaan dinilai oleh investor yang berakibat positif terhadap return
saham.
Dalam penelitian Putri (2012) menyatakan semakin tinggi PBV suatu perusahaan menunjukan semakin tinggi pula penilaian investor terhadap perusahaan yang bersangkutan. Apabila suatu perusahaan dinilai lebih tinggi oleh investor, maka harga saham akan semakin meningkat di pasar, yang pada akhirnya akan meningkatkan return saham. Adapun rumus yang digunakan dalam menghitung PBV sebagai berikut (Arista dan Astohar, 2012).
Dimana :
PS = harga pasar saham
BVS = book value per share
2.7 Ukuran Perusahaan (Firm size)
aktiva dari perusahaan. Semakin besar total aktiva semakin mampu perusahaan untuk menghasilkan laba. Semakin besar perusahaan menghasilkan laba, maka akan besar membagikan deviden.
Indriani (2005) menemukan bahwa perusahaan yang memiliki total aktiva dalam jumlah yang besar maka perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan karena pada tahap tersebut arus kas telah positif dan dianggap memiliki prospek yang lebih baik dalam jangka relatif lama. Selain itu, perusahaan dengan total aktiva besar relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibandingkan perusahaan yang memiliki total aktiva kecil. Ukuran perusahaan dapat diukur dengan rumus sebagai berikut (Butar dan Sudarsi, 2012) :
Ukuran perusahaan = Ln Total Aktiva
2.8 Penelitian Terdahulu
Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang terkait mengenai ROA (Return on Assets), DER (Debt To Equity Ratio), EPS (Earning per share), PBV (Price to Book Value) dan ukuran perusahaan (Firm Size) terhadap return saham.
Tabel 2.1
Ringkasan hasil dari penelitian terdahulu
Peneliti dan positif namun tidak signifikan terhadap return saham sedangkan variabel Beta berpengaruh positif signifikan terhadap return saham . berpengaruh positif dan signifikan, variabel PBV berpengaruh positif dan signifikan, DER berpengaruh negatif dan signifikan.
DER berpengaruh positif dan signifikan terhadap return
saham, sedangkan EPS, NPM, ROA dan ROE tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham Yuliantari
Hasil penelitan berpendapat bahwa CR berpengaruh positif terhadap return saham, DER berpengaruh negative terhadap return saham, TAT berpengaruh positif dan signifikan terhadap
return saham, ROE tidak
berpengaruh signifikan terhadap
return saham, Ukuran
Perusahaan berpengaruh positif terhadap return saham, Cash Flow From Operating tidak berpengaruh signifikan terhadap
2.9 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu, sehingga dapat ditentukan untuk penelitian ini adalah menggunakan variabel independen ROA (Return on Assets), DER (Debt To Equity Ratio), EPS (Earning per share), Price to Book Value (PBV) dan ukuran perusahaan (Firm Size) sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah return
saham.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa EPS berpengaruh positif terhadap return saham, DER berpengaruh negatif terhadap
return saham, sedangkan
Diskresioner Akrual, IOS, Beta dan Size tidak berpengaruh terhadap return saham.
Syauta dan
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ROA dan NPL berpengaruh terhadap return
saham,
Sedangkan LDR dan NIM Tidak berpengaruh terhadap
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
2.10 Perumusan Hipotesis
2.10.1 Pengaruh ROA (Return on Assets) terhadap return saham
ROA (Return on Assets) di peroleh dengan cara membandingkan antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva. Dengan meningkatnya ROA berarti kinerja perusahaan semakin baik dan sebagai dampaknya harga saham perusahaan semakin meningkat, dengan demikian return saham juga akan meningkat. ROA (X1)
EPS (X3) DER (X2)
Ukuran Perusahaann (X5)
Return Saham (Y) H1 (+)
H2 (−)
H3 (+)
H4 (+)
Sehingga dapat di simpulkan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap return saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Malintan (2013) mengenai pengaruh ROA terhadap return saham menyatakan bahwa ROA (Return on Assets) berpengaruh positif terhadap return saham. Sehingga perumusan hipotesisnya sebagai berikut :
: ROA (Return on Assets) berpengaruh positif terhadap return saham.
2.10.2 Pengaruh DER (Debt To Equity Ratio) terhadap return saham DER (Debt To Equity Ratio) diperoleh perbandingan utang dengan ekuitas (modal sendiri). Signaling theory menunjukan semakin tinggi nilai DER (Debt To Equity Ratio) maka akan berdampak terhadap menurunya harga saham sehingga return saham akan menurun.
Arista dan Astohar (2012) telah melakukan penelitian mengenai pengaruh DER (Debt To Equity Ratio) terhadap return
saham yang hasilnya menyatakan bahwa DER (Debt To Equity Ratio) berpengaruh negatif terhadap return saham.
Sehingga perumusan hipotesisnya sebagai berikut :
2.10.3 Pengaruh EPS (Earning per share ) terhadap return saham EPS (Earning per share ) merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak pada satu tahun buku dengan jumlah saham yang diterbitkan. Signaling theory menunjukkan bahwa semakin besar tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan per lembar saham (EPS) bagi pemiliknya, maka akan semakin tinggi keuntungan atas return saham perusahaan.
Solechan (2009) telah melakukan penelitian mengenai pengaruh EPS (Earning per share) terhadap return saham yang hasilnya menyatakan bahwa EPS (Earning per share) berpengaruh positif terhadap return saham.
Sehingga perumusan hipotesisnya sebagai berikut :
: EPS (Earning per share ) berpengaruh positif terhadap return saham.
2.10.4 Pengaruh PBV (Price to Book Value)
PBV (Price to Book Value) merupakan rasio antara harga pasar saham terhadap nilai bukunya (Arista dan Astohar, 2012). Signaling theory menunjukan semakin tinggi PBV (Price to Book Value), maka semakin tinggi pula perusahaan dinilai oleh investor yang berakibat positif terhadap return saham.
saham yang menyatakan bahwa PBV (Price to Book Value) berpengaruh positif terhadap return saham.
Sehingga perumusan hipotesisnya sebagai berikut :
: PBV (Price to Book Value) berpengaruh positif terhadap return saham.
2.10.5 Pengaruh ukuran perusahaan (Firm Size) terhadap return saham
Ukuran perusahaan (Firm Size) diukur dengan menggunakan
natural logaritma (total aktiva yang dimiliki perusahaan). Signalling theory menyatakan bahwa perusahaan dengan skala besar akan lebih mampu dalam memenuhi permintaan pasar akhirnya sehingga menghasilkan laba dalam jumlah yang relative lebih besar apabila dibandingkan dengan perusahaan dengan ukuran kecil. Perolehan laba emiten yang cukup besar akan memberikan sinyal yang positif kepada investor, sehingga akan meningkatkan return saham.
Yuliantari dan Sujana (2014) dalam penelitiannya yaitu menganalisis pengaruh Ukuran Perusahaan (Firm Size) terhadap
return saham, yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan (Firm Size) berpengaruh positif terhadap return saham.
Sehingga perumusan hipotesisnya sebagai berikut :