• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DITINJAU DARI KERJA KERAS SISWA KELAS VII A PONDOK PESANTREN MODERN ZAM-ZAM CILONGOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DITINJAU DARI KERJA KERAS SISWA KELAS VII A PONDOK PESANTREN MODERN ZAM-ZAM CILONGOK"

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS

DITINJAU DARI KERJA KERAS SISWA KELAS VII A

PONDOK PESANTREN MODERN ZAM-ZAM CILONGOK

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

LAELLINA CAHYANTI

1001060081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan berpikir kreatif matematis ditinjau dari kerja keras siswa kelas VII A pondok pesantren modern Zam-zam Cilongok. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan model Miles and Huberman yang meliputi reduksi data, penyajian data dan kesimpulan. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa dari kelas VII A dengan menggunakan teknik purposive sampling. Siswa dikelompokan berdasarkan sikap kerja keras yaitu siswa yang sudah memiliki sikap kerja keras, siswa yang sudah menunjukkan berkembangnya sikap kerja keras dan siswa yang menunjukkan tanda awal sikap kerja keras. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes, wawancara, angket, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat dikatakan bahwa siswa dengan kategori sudah memiliki sikap kerja keras sudah cukup mampu menguasai kemampuan berpikir kreatif matematis. Siswa dengan kategori sudah menunjukkan berkembangnya sikap kerja keras belum cukup menguasai kememampuan berpikir kreatif matematis dan siswa dengan kategori menunjukkan tanda awal sikap kerja keras belum memiliki kemampuan berpikir kreatif matematis.

(6)

ABSTRACT

The aim of research was to analyze students’ creative thinking of mathematical ability viewed from their hard work for class VII A at modern Islamic Boarding School named Zam-Zam Cilongok. The research was a qualitative study using Miles and Huberman model which included data reduction, data presentation and conclusion. Research subject was the students of class VII A by purposive sampling technique that grouped students on hard work, and their first sign passion of hard work. Data collection method was by test, interview, quentionnaire, and documentation. The research showed some catagories that students on passion of hard work had quite ability of creative thinking mathematically, students on developing passion of hard work did nor have quite ability of it, and students on first sign passion of hard work did not have ability of it.

(7)

MOTTO

159. “…. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah

menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali-Imran : 159)

“…dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain

apa yang telah diusahakannya,” (QS An- Najmu: 39)

“Yakinlah ada sesuatu yang menantimu selepas banyak kesabaran

(yang kau jalani) yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa

pedihnya rasa sakit”.

(8)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

- Ibu Supinah dan Bapak Solichin, kedua orangtuaku yang telah berjuang keras memberikan bantuan secara moril, materiil serta doanya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

- Faik dan Hani kedua adekku yang menjadi penyemangatku untuk terus berjuang

- Sahabatku, teman-teman seperjuangan serta semua pihak yang telah membantu terselesaikan skripsi ini yang tak dapat saya sebutkan satu persatu

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kemampuan Berpikir Kretif Matematis ditinjau dari Kerja Keras Siswa Kelas VII A Pondok Modern Zam-Zam Cilongok”. Sholawat serta salam selalu tercurah untuk Nabi Muhammad SAW sang edukator sejati yang telah mengajarkan kita tentang arti kehidupan.

Teriring doa dan salam, berkat terselesaikannya skripsi ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara moral maupun materi. Ucapan terimakasih penilis sampaikan kepada: 1. Dr. H. Syamsuhadi Irsyad, S.H., M.H., Rektor Universitas Muhammadiyah

Purwokerto.

2. Drs. Pudiyono, M.Hum Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

3. Eka Setyaningsih, M.Si, Kaprodi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

4. Erni Widiyastuti, M.Si. Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan tak pernah lelah untuk memberikan arahan.

5. Fitrianto Eko Subekti, M.Pd. Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, petunjuk dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu dosen Prodi Pendidikan Matematika yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi pribadi peneliti selama belajar di Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

7. Arif Fauzi, S.Pd.I, Lc., Direktur pondok pesantren modern Zam-zam Cilongok yang telah memberikan ijin dan bantuan selama melaksanakan penelitian. 8. Wartono, S.Pd., Guru matematika SMP pondok pesantren modern Zam-Zam

(10)

9. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini dan tidak dapat peneliti sebutkan karena keterbatasan peneliti.

Teriring doa dan harapan semoga semua amal serta kebaikan yang telah

diberikan senantiasa mendapat balasan yang berlipat dari Allah SWT. Peneliti

menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan maka dari itu

peneliti berharap semoga kekurangan dalam skripsi ini bisa menjadi bahan evaluasi

bagi penelitian selanjutnya sehingga bisa lebih baik. Peneliti juga berharap skripsi

ini dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan dan berbagai pihak yang

membutuhkan.

Wassalamualaikum. Wr. Wb.

Purwokerto, 18 Januari 2017 Peneliti

Laellina Cahyanti

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PERSETUJUAN………... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ……… v

MOTTO ……… vii

PERSEMBAHAN ……… viii

KATA PENGANTAR ………... ix

DAFTAR ISI ……… xi

DAFTAR TABEL ......………... xii

DAFTAR GAMBAR ……… xv

DAFTAR LAMPIRAN ……… xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 3

C. Rumusan Masalah ……….. 3

D. Tujuan Penelitian ………... 4

E. Manfaat Penelitian ……….. 4

BAB II KAJIAN TEORETIK

(12)

1. Deskripsi Konseptual

a. Berpikir kreatif ... 5

b. Kemampuan berpikir kreatif matematis ... 8

c. Kerja keras ... 14

d. Materi segitiga dan segiempat ... 16

2. Penelitian Relevan ... 18

3. Kerangka Berpikir ... 19

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian ... 21

2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 21

3. Subyek Penelitian ... 21

4. Prosedur Penelitian ... 21

B. Teknik Pengumpulan Data ... 22

C. Instrumen Penelitian ... 24

D. Teknik Analisis Data ... 24

E. Uji Keabsahan Data ... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 27

B. Hasil Penelitian ... 28

1. Analisis Hasil Angket Sikap Kerja Keras Siswa ... 28

(13)

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 91

D. Temuan-Temuan ... 94

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ………... 95

B. Saran ………... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 97

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Kriteria Penskoran Angket ... 23

Tabel 3.2 Kriteria Penyimpulan Angket ... 23

Tabel 4.1 Pengelompokan subyek penelitian berdasarkan sikap kerja keras

siswa ... 28

Tabel 4.2 Analisis kemampuan berpikir kreatif siswa berdasarkan soal

KBKM ... 79

Tabel 4.3 Triangulasi kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ... 81

Tabel 4.3 Hasil Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ditinjau dari

Kerja Keras siswa ... 89

(15)

DAFTAR GAMBAR

Hamalan

Gambar 4.1 Jawaban subyek SKK 1 soal KBKM nomor 1 ... 30

Gambar 4.2 Jawaban subyek SKK 2 soal KBKM nomor 1 ... 32

Gambar 4.3 Jawaban subyek SKK 3 soal KBKM nomor 1 ... 33

Gambar 4.4 Jawaban subyek BKK 1 soal KBKM nomor 1 ... 35

Gambar 4.5 Jawaban subyek BKK 2 soal KBKM nomor 1 ... 36

Gambar 4.6 Jawaban subyek BKK 3 soal KBKM nomor 1 ... 37

Gambar 4.7 Jawaban subyek AKK 1 soal KBKM nomor 1 ... 38

Gambar 4.8 Jawaban subyek AKK 2 soal KBKM nomor 1 ... 39

Gambar 4.9 Jawaban subyek AKK 3 soal KBKM nomor 1 ... 40

Gambar 4.10 Jawaban subyek SKK 1 soal KBKM nomor 2 ... 42

Gambar 4.11 Jawaban subyek SKK 2 soal KBKM nomor 2 ... 43

Gambar 4.12 Jawaban subyek SKK 3 soal KBKM nomor 2 ... 45

Gambar 4.13 Jawaban subyek BKK 1 soal KBKM nomor 2 ... 46

Gambar 4.14 Jawaban subyek BKK 2 soal KBKM nomor 2 ... 47

Gambar 4.15 Jawaban subyek BKK 3 soal KBKM nomor 2 ... 49

Gambar 4.16 Jawaban subyek BKK 3 soal KBKM no.2 saat wawancara... 49

(16)

Gambar 4.18 Jawaban subyek AKK 2 soal KBKM nomor 2 ... 51

Gambar 4.19 Jawaban subyek AKK 3 soal KBKM nomor 2 ... 52

Gambar 4.20 Jawaban subyek SKK 1 soal KBKM nomor 3 ... 54

Gambar 4.21 Jawaban subyek SKK 2 soal KBKM nomor 3 ... 55

Gambar 4.22 Jawaban subyek SKK 2 soal KBKM no.3 saae wawancara... 56

Gambar 4.23 Jawaban subyek SKK 3 soal KBKM nomor 3 ... 57

Gambar 4.24 Jawaban subyek BKK 1 soal KBKM nomor 3 ... 58

Gambar 4.25 Jawaban subyek BKK 2 soal KBKM nomor 3... 60

Gambar 4.26 Jawaban subyek BKK 3 soal KBKM nomor 3... 61

Gambar 4.27 Jawaban subyek BKK 3 soal KBKM no. 3 saat wawancara ... 62

Gambar 4.28 Jawaban subyek AKK 1 soal KBKM nomor 3 ... 63

Gambar 4.29 Jawaban subyek AKK 2 soal KBKM nomor 3... 64

Gambar 4.30 Jawaban subyek AKK 3 soal KBKM nomor 3... 66

Gambar 4.31 Jawaban subyek SKK 1 soal KBKM nomor 4... 67

Gambar 4.32 Jawaban subyek SKK 2 soal KBKM nomor 4 ... 68

Gambar 4.33 Jawaban subyek SKK 2 soal KBKM no. 4 saat wawancara... 69

Gambar 4.34 Jawaban subyek SKK 3 soal KBKM nomor 4 ... 70

Gambar 4.35 Jawaban subyek BKK 1 soal KBKM nomor 4 ... 71

Gambar 4.36 Jawaban subyek BKK 2 soal KBKM nomor 4 ... 73

Gambar 4.37 Jawaban subyek BKK 3 soal KBKM nomor 4 ... 74

Gambar 4.38 Jawaban subyek BKK 3 soal KBKM no.4 saat wawancara... 74

Gambar 4.39 Jawaban subyek AKK 1 soal KBKM nomor 4 ... 75

Gambar 4.40 Jawaban subyek AKK 2 soal KBKM nomor 4 ... 76

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen ... 98

1.1 Kisi-kisi soal tes kemampuan berpikir kreatif matematis ... 99

1.2 Soal tes kemampuan berpikir kreatif matematis ... 101

1.3 Kunci jawaban tes kemampuan berpikir kreatif matematis ... 102

1.4 Kisi-kisi angket kerja keras siswa ... 109

1.5 Lembar angket kerja keras siswa ... 111

1.6 Kisi-kisi wawancara ... 113

1.7 Panduan wawancara ... 114

Lampiran 2. Data Hasil Penelitian ... 115

2.1 Hasil tes KBKM siswa SKK 1, SKK 2, dan SKK 3 ... 116

2.2 Hasil tes KBKM siswa BKK 1, BKK 2, dan BKK 3 ... 119

2.3 Hasil tes KBKM siswa AKK 1, AKK 2, dan AKK 3 ... 122

2.4 Hasil angket kerja keras siswa SKK 1, SKK 2, dan SKK 3 ... 124

2.5 Hasil angket kerja keras siswa BKK 1, BKK 2, dan BKK 3 ... 127

2.6 Hasil angket kerja keras siswa AKK 1, AKK 2, dan AKK 3 ... 130

Lampiran 3. Deskripsi Hasil Wawancara ... 133

3.1 Transkip wawancara siswa SKK 1 ... 134

3.2 Transkip wawancara siswa SKK 2 ... 136

3.3 Transkip wawancara siswa SKK 3 ... 138

(18)

3.5 Transkip wawancara siswa BKK 2 ... 142

3.6 Transkip wawancara siswa BKK 3 ... 144

3.7 Transkip wawancara siswa AKK 1 ... 146

3.8 Transkip wawancara siswa AKK 2 ... 147

3.9 Transkip wawancara siswa AKK 3 ... 148

Lampiran 4. Dokumentasi ... 150

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar hidup manusia. Tanpa adanya

pendidikan manusia akan sulit untuk menghadapi kemajuan zaman yang

semakin berkembang. Sebagaimana yang dikatakan oleh Mangunwijaya dalam

Yunus (2004) bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang esensial, karena

dengan pendidikan manusia bisa tahu siapa dirinya dan dunia di sekelilingnya.

Dengan demikian manusia tidak lagi gamang dalam menghadapi dan

menyelesaikan masalah terutama masalah-masalah yang lahir dari percepatan

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Perkembangan pengetahuan dan teknologi yang menopang

perkembangan budaya dan kehidupan manusia di berbagai kehidupan dunia

sejak masa lalu hingga masa datang dipengaruhi oleh bidang kemajuan dalam

matematika (Fathani, 2009). Hal ini menunjukkan bahwa matematika perlu

untuk dipelajari meskipun tidak semua orang dapat dengan mudah

memahaminya. Untuk itu, keberadaan matematika dalam dunia pendidikan

sangatlah penting.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang harus dipelajari

dalam dunia pendidikan. Namun tidak semua siswa menyukai pelajaran ini

(20)

rumit dan sulit untuk diselesaikan. Oleh karena itu, siswa perlu dibekali

dengan beberapa kemampuan untuk dapat menyelesaikan permasalahan

tersebut.

Sebagian besar aktivitas siswa dalam matematika adalah berpikir.

Berpikir kreatif matematis merupakan salah satu kemampuan yang harus

dimiliki siswa dalam matematika. Dengan dimilikinya kemampuan ini siswa

mampu menemukan strategi untuk dapat menyelesaikan permasalahan

matematika yang rumit. Berpikir kreatif berkaitan erat dengan kreativitas.

Berpikir kreatif merupakan suatu kegiatan yang digunakan oleh seseorang

untuk menciptakan suatu gagasan/ ide baru sedangkan kreativitas merupakan

suatu produk berpikir kreatif.

Kreativitas dalam matematika lebih ditekankan pada proses berpikir

kreatif. Pehkonen (1997) mendefinisikan berpikir kreatif dalam matematika

merupakan kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen. Berpikir logis

digunakan untuk menemukan solusi dalam memecahkan masalah matematika.

Sedangkan berfikir divergen mampu menghasilkan banyak gagasan dalam

menyelesaikan masalah. Berpikir logis dan berpikir divergen keduanya saling

dibutuhkan dalam menghasilkan proses berpikir kreatif matematis.

Untuk mencapai keberhasilan dalam belajar siswa perlu dibekali

dengan pendidikan karakter bangsa. Nilai – nilai karakter yang dapat

ditanamkan melalui mata pelajaran matematika diantaranya berpikir

logis-kreatif-inovatif, kerja keras, keingintahuan, kemandirian dan percaya diri

(Prayitno dan Widyantini, 2011). Kerja keras merupakan salah satu dari

(21)

karakter bangsa. Menurut Kesuma (2012) Kerja keras adalah perilaku yang

menunjukkan upaya sungguh-sungguh yang dilakukan seseorang secara terus

menerus dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta

menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya sampai tuntas. Dengan demikian,

siswa yang memiliki sikap kerja keras akan terus berusaha untuk dapat

menyelesaikan masalah matematika dengan sungguh-sungguh, pantang

menyerah dan berusaha untuk menyelesaikan tugas dengan sebaik mungkin.

Pondok pesantren modern Zam-Zam Muhammadiyah Cilongok

merupakan lembaga pendidikan Islam modern yang bertempat di Jl. Raya

Pernasidi no. 9. Pondok ini menerapkan sistem pembinaan tiga pilar (kelas,

masjid dan asrama). Pondok yang diresmikan pada tanggal 17 Juni 2008 ini

merupakan lembaga pendidikan terpadu antara kurikulum SMP dan kurikulum

pesantren. Meskipun pondok ini belum genap 10 tahun berdiri, namun sudah

memiliki berbagai prestasi.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti bermaksud akan melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif

Matematis ditinjau dari Kerja Keras Siswa Kelas VII A Pondok Pesantren

Modern Zam-Zam Cilongok”.

B. Fokus Penelitian

Agar bahasan dalam penelitian tidak terlalu luas, maka penelitian ini

dibatasi pada kemampuan berpikir kreatif matematis ditinjau dari sikap kerja

keras siswa pada materi segitiga dan segiempat dalam mata pelajaran

(22)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah:

Bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematis ditinjau dari kerja keras

siswa kelas VII A Pondok Pesantren Modern Zam-Zam Cilongok?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi tujuan

dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif

matematis ditinjau dari kerja keras siswa kelas VII A Pondok Pesantren

Modern Zam-Zam Cilongok.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat bagi guru adalah sebagai alat evaluasi bagi guru sehingga guru

dapat mengembangkan kemampuan berfikir kreatif siswa dalam pelajaran

matematika

2. Manfaat bagi siswa adalah agar siswa dapat mengetahui tingkat

kemampuan berpikir kreatif matematisnya

3. Manfaat bagi peneliti adalah agar peneliti mengetahui bagaimana

kemampuan berpikir kreatif matematis ditinjau dari kerja keras siswa

(23)

BAB II

KAJIAN TEORETIK A. Kajian Teori

1. Deskripsi konseptual

a. Berpikir kreatif

Santrock (2011) mengemukakan bahwa berpikir adalah

memanipulasi atau mengelola dan mentransformasi informasi dalam

memori. Berpikir sering dilakukan untuk membentuk konsep,

bernalar, berpikir kritis, membuat keputusan, berpikir kreatif, dan

memecahkan masalah.

Berpikir kreatif merupakan suatu proses yang digunakan

ketika seseorang memunculkan suatu ide baru. Salah satu cara

adalah dengan menggabungkan ide-ide yang sebelumnya. Menurut

Pehkonen (1997) berpikir kreatif dapat diartikan sebagai suatu

kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen yang didasarkan

pada intuisi tetapi masih dalam kesadaran.

Berpikir kreatif berarti menemukan cara-cara baru yang lebih

baik untuk mengerjakan apa saja (Schawartz, 1996). Berfikir kreatif

merupakan bagaian dari kreativitas. Kreativitas dibutuhkan untuk

dapat bersaing dengan negara lain dalam era globalisasi. Oleh

karena itu, setiap orang dituntut untuk kreatif. Kreativitas ini

sebenarnya ada pada semua orang, namun dalam kadar dan bentuk

yang berbeda-beda. Apabila kreativitas yang dimiliki tidak dipupuk,

(24)

akan memiliki modal untuk bisa menyelesaikan masalah dalam

kehidupannya.

Sama halnya dengan pendapat dari Munandar (1999), setiap

orang pada dasarnya memiliki potensi kreatif dan kemampuan untuk

mengungkapkan dirinya secara kreatif, masing-masing dalam bidang

dan dalam kadar yang berbeda-beda. Yang terutama penting dalam

dunia pendidikan adalah bahwa bakat kreatif dapat dan perlu

dikembangkan dan ditingkatkan. Anak yang kreatif lebih berani

mengambil resiko dari pada anak-anak pada umumnya, artinya

dalam melakukan sesuatu yang bagi mereka amat berarti, penting

dan disukai, mereka tidak terlalu menghiraukan kritikan dan ejekan

orang lain. Mereka pun tidak takut untuk membuat kesalahan dan

mengemukakan pendapat mereka walaupun mungkin tidak disetujui

orang lain.

Ciri-ciri berpikir kreatif menurut Munandar (2009) adalah

sebagai berikut:

1) Berpikir lancar yaitu menghasilkan banyak gagasan/ jawaban

yang relevan dan arus memikirannya lancar

2) Berpikir luwes yaitu menghasilkan gagasan-gagasan yang

seragam mampu mengubah cara atau pendekatan dan arah

pemikiran yang berbeda-beda

3) Berpikir orisinal yaitu memberikan jawaban yang tidak lazim,

yang lain dari yang lain, yang jarang diberikan kebanyakan

(25)

4) Berpikir terperinci yaitu mengembangkan, menambahkan,

memperkaya suatu gagasan, memperinci detail-detail dan

memperluas suatu gagasan

Proses berpikir kreatif terdapat beberapa tahapan. Proses

berpikir kreatif dapat dilihat dari Teori Wallas dalam Munandar

(1999) yang menyatakan bahwa proses kreatif meliputi empat tahap,

yaitu:

1) Persiapan

seseorang mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah

dengan berpikir, mencari jawaban, bertanya kepada orang dan

sebagainya.

2) Inkubasi

Pada tahap ini kegiatan mencari dan menghimpun data/

informasi tidak berlanjut. Namun proses pemecahan masalah

ada di dalam alam bawah sadar.

3) Iluminasi

Pada tahap ini timbulnya gagasan baru disertai dengan proses

psikologi yang mengikuti munculnya gagasan baru.

4) Verifikasi

Pada tahapan ini ide atau kreasi baru harus diuji terhadap

realitas. Pada tahap ini diperlukan pemikiran kritis dan

(26)

b. Kemampuan berpikir kreatif matematis

Kreativitas bukanlah karakteristik yang hanya ditemukan

pada seni dan sains, melainkan juga bagian dari kehidupan

setiap hari. Kreativitas juga merupakan bagian penting dari

matematika (Pehkonen, 1997). Singh mendefinisikan kreativitas

matematika menggunakan definisi dari Torrance pada kreativitas

untuk merumuskan sebab dan akibat hipotesis pada situasi

matematika (Mann, 2006). Sedangkan Laycock menguraikan

kreativitas matematika sebagai kemampuan untuk menganalisis

masalah yang diberikan dari sudut pandang yang berbeda, melihat

pola, perbedaan dan persamaan, menghasilkan gagasan ganda dan

memilih metode yang tepat untuk menguraikannya dengan situasi

metematika yang tidak lazim (Nadjafikhah, 2011).

Untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis ada

beberapa indikator yang dapat digunakan. Silver (1997) berpendapat

bahwa guru dapat menggunakan dimensi kreativitas yaitu fluency

(kelancaran), flexibility (keluwesan) dan novelty (kebaruan) untuk

membangun kecakapan murid dalam menghadapi masalah

matematika. Haylock, Jensen, Tuli, Kim dkk menggunakan konsep

dari fluency, flexibility dan originality (keaslian) dalam matematika

dan Holland menambahkan elaboration (mengembangkan metode)

dan sensitivity (kritik membangun dari cara yang normal)(Mann,

(27)

Berdasarkan dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

kemampuan berpikir kreatif matematis adalah kemampuan

seseorang dengan menggunakan akal budinya sebagai suatu proses

perumusan hipotesis dalam menyelesaikan masalah matematika

dengan melakukan modifikasi. Adapun indikator yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Fluency (kelancaran) yaitu kemampuan siswa dalam

menghasilkan banyak jawaban yang relevan dalam pemecahan

masalah matematika

Contoh soal:

Hitunglah ada berapa banyak bangun persegi

yang mungkin dapat dibentuk dari gambar

di samping

Jawaban:

Persegi dengan sisi 1 satuan panjang = 4 x 4 = 16

Persegi dengan sisi 2 satuan panjang = 9

Persegi dengan sisi 3 satuan panjang = 4

Persegi dengan sisi 4 satuan panjang = 1

2) Flexibility (keluwesan) yaitu kemampuan siswa dalam

memecahkan masalah matematika dengan menghasilkan gagasan

yang beragam mampu mengubah cara atau pendekatan baru dan

(28)

Contoh soal:

Perhatikan gambar berikut!

Jawaban:

Alternatif 1:

Luas Δ ADG = Luas Δ BCE

Luas Δ ADG = ½ a x t = ½ x 4 x 8 = 16 cm2

Luas persegi ABCD = 8 x 8 = 64 cm2 Luas Δ AEF = ½ a x t = ½ x 4 x 4 = 8 cm2

Luas bangun CEFG = Luas persegi ABCD−( Luas Δ ADG +

Luas Δ BCE + Luas Δ AEF)

Luas bangun CEFG = 64 − ( 16 + 16 + 8) = 24 cm2

Alternatif 2:

Luas Δ CDE = ½ a x t = ½ x 8 x 8 = 32 cm2

Luas Δ DGF = ½ a x t = ½ x 4 x 4 = 8 cm2

Luas bangun CEFG = Luas Δ CDE −Luas Δ DGF

= 32 cm2– 8 cm2 = 24 cm2

3) Originality (keaslian) yaitu kemampuan siswa memberikan

jawaban yang tidak biasa dan jarang diberikan kebanyakan siswa

dalam memecahkan masalah matematika

Bangun ABCD merupakan sebuah bangun

persegi dengan panjang sisi 8 cm.

Hitunglah luas bangun CEFG dengan

menggunakan lebih dari satu cara! F

D G C

(29)

Contoh soal:

Gambarlah gabungan bangun datar yang dapat membentuk

sebuah bangun jajargenjang dan sebutkan nama pada setiap

bangun datar tersebut!

Jawab:

Alternatif 1:

Jajar genjang yang terbentuk dari bangun layang-layang, 2

trapesium dan 2 segitiga

Alternatif 2:

Jajargenjang yang terbentuk dari 2 segitiga, 1 belah ketupat dan

2 trapesium

4) Elaboration (terperinci) yaitu kemampuan siswa dalam

menyelesaikan masalah matematika dengan menguraikan

(30)

Contoh soal:

Perhatikan gambar berikut ini!

A E B

Ditanya: Luas bangun BEFG?

Jawab: F

Bangun ABCD merupakan sebuah persegi panjang dengan panjang 8 cm dan lebar 6 cm. 𝐴𝐸

̅̅̅̅= 𝐵𝐸 ̅̅̅̅̅= 𝐷𝐺̅̅̅̅ = 𝐺𝐶̅̅̅̅ dan 𝐴𝐹̅̅̅̅ = 𝐷𝐹

(31)

Luas BEFG = Luas Δ EFG + Luas Δ BEG

Δ EFG merupakan segitiga sama kaki dengan alas 6 cm dan

tinggi 4 cm. Luas Δ EFG = ½ a x t = ½ x 6 x 4 = 12 cm2

Δ BEG merupakan segitiga siku-siku dengan alas 4 cm dan

tinggi 6 cm. Luas Δ BEG = ½ a x t = ½ x 4 x 6 = 12 cm2

Luas BEFG = 12 cm2 + 12 cm2 = 24 cm2 Jasi, luas bangun BEFG = 24 cm2

Alternatif 2:

Diketahui:

Panjang = AB = CD = 8 cm

Lebar = BC = AD = 6 cm

AE=BE=CG=DG

AE+BE = AB

AE+AE = AB

2 AE = AB

AE = 𝐴𝐵 2 =

8

2 cm = 4 cm

AF=DF

AF+DF=AD

AF+AF=AD

2AF=AD

AF= 𝐴𝐷 2 =

6

2 cm = 3cm

(32)

Jawab:

A E F

F G D

Luas BEFG = Luas ABCD –(Luas AEDF + Luas Δ BCG)

= p1 x l1– (p2 x l2 + ½ x a x t)

= (8 x 6 – ( 4 x 3 + ½ x 4 x 6)) cm2

= (48 – ( 12 + 12)) cm2 = (48 24) cm2 = 24 cm2

Jadi, luas BEFG adalah 24 cm2 c. Kerja Keras

Dalam Pedoman Pengembangan Pendidikan dan karakter

Bangsa Kementrian Pendidikan Nasional (Prayitno dan Widyanti,

2011) menyatakan bahwa terdapat 18 macam nilai karakter bangsa

yang perlu dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter

bangsa. 18 macam karakter yang dimaksud adalah religius, jujur,

toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokrasi, rasa ingin

tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,

bersahabat/ komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli

lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

Nilai karakter yang diterapkan pada mata pelajaran matematika

SMP adalah nilai-nilai yang paling dekat dengan mata pelajaran

(33)

dalam pembelajaran matematika yaitu berpikir

logis-kritis-kreatif-inovatif, kerja keras, keingintahuan, kemandirian dan percaya diri

(Prayitno dan Widyantini; 2011).

Kerja keras merupakan sikap yang harus dimiliki oleh setiap

orang yang menginginkan kesuksesan. Menurut Yaumi (2014) banyak

orang yang berhasil bukan karena orang itu memiliki kecerdasan yang

tinggi dan kepintaran yang luar biasa, tetapi karena kemauan yang kuat

dan bekerja keras untuk mewujudkannya.

Kerja keras adalah suatu istilah yang melingkupi suatu upaya

yang terus dilakukan (tidak pernah menyerah) dalam menyelesaikan

pekerjaan/ yang menjadi tugasnya sampai tuntas (Kesuma: 2012). Kerja

keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh

dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta

menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Kerja keras juga penting

untuk diajarkan bagi peserta didik agar memiliki semangat dalam

belajar yang kuat untuk menggapai cita-citanya.

Karakter kerja keras menurut Kesuma dkk (2012) adalah sebagai

berikut:

1) Merasa risau jika pekerjaannya belum terselesaikan sampai tuntas

2) Mengecek/ memeriksa terhadap apa yang harus dilakukan/ apa

yang menjadi tanggungjawabnya dalam suatu jabatan/ posisi

3) Mampu mengelola waktu yang dimilikinya

4) Mampu mengorganisasi sumber daya yang ada untuk

(34)

Menurut Prayitno dan Widyantini (2011) indikator kerja keras

adalah sebagai berikut:

1) Mengerjakan semua tugas kelas selesai dengan baik pada waktu

yang telah ditetapkan

2) Tidak putus asa dalam menghadapi kesulitan dalam menghadapi

masalah

3) Tidak mudah menyerah dalam menghadapi masalah.

Jadi, berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

kerja keras adalah suatu usaha untuk menyelesaikan masalah dengan

sungguh-sungguh dan pantang menyerah dalam menghadapi hambatan

belajar dan menyelesaikan tugas. Berdasarkan karakter yang telah

disampaikan oleh beberapa ahli di atas maka indikator yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Merasa risau jika pekerjaannya belum selesai sampai tuntas

2) Mengerjakan semua tugas dengan baik pada waktu yang telah

ditetapkan

3) Tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan tugas

4) Mencari strategi untuk mengatasi kesulitan

5) Memeriksa terhadap apa yang harus dilakukan

d. Materi segitiga dan segiempat

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi

segitiga dan segiempat pada kelas VII. Adapun standar kompetensi,

(35)

Standar Kompetensi :

6. Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan

ukurannya

Kompetansi Dasar :

6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat segitiga berdasarkan sisi dan

sudutnya

6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat persegipanjang, persegi, trapesium,

jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang

6.3 Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segiempat

serta menggunakannya dalam pemecahan masalah

Indikator pencapaian kompetensi:

1) Menjelaskan jenis-jenis segitiga berdasarkan sisi-sisinya

2) Menjelaskan jenis-jenis segitiga berdasarkan besar sudutnya

3) Menjelaskan pengertian jajargenjang, persegi, persegi panjang,

belah ketupat, trapesium dan layang-layang menurut sifatnya.

4) Menjelaskan sifat-sifat segiempat ditinjau dari sisi, sudut dan

diagonalnya

5) Menurunkan rumus keliling bangun segitiga dan segiempat

6) Menurunkan rumus luas bangun segitiga dan segiempat

7) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung

(36)

2. Penelitian Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Siswono (2006) dengan judul “Desain Tugas untuk Mengidentifikasi Kemampuan Berpikir Kreatif

Siswa dalam Matematika”. Dari hasil penelitian tersebut menghasilkan

sebuah kesimpulan yaitu: Hal penting dalam mendesain tugas harus

memperhatikan aspek isi (materi), konteks, kontruksi dan bahasa. Isi

atau materi harus sudah dipelajari atau diketahui siswa dan berkaitan

lebih dari dengan satu konsep atau pengetahuan matematika siswa.

Konteks masalah harus sudah dikenal siswa dan sesuai dengan tingkat

kelas atau perkembangan kognitifnya. Kontruksi atau bentuk tugas

dapat berupa pemecahan masalah, pengajuan masalah, atau gabungan

keduanya dan susunan butir-butir pertanyaan menuntun pada divergensi

jawaban maupun cara penyelesaian. Sedang aspek bahasa perlu

diperhatikan kaidah bahasa yang benar, komunikatif dan tidak

menimbulkan penafsiran ganda atau sesuai dengan kemampuan bahasa

siswa.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Nastiti (2015) yang berjudul “Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas

VII F SMP Negeri 1 Rembang”. Menghasilkan kesimpulan bahwa

siswa kelompok tinggi mengusai maksimal 3 indikator kemampuan

berpikir kreatif matematis yaitu berpikir lancar, berpikir orisinal, dan

berpikir terperinci. Sama halnya dengan siswa kelompok tinggi, Siswa

(37)

kreatif matematis yaitu berpikir lancar, berpikir orisinal dan berpikir

terperinci. Namun kemampuan untuk berpikir terperinci dari kelompok

tinggi lebih baik dari pada kelompok sedang. Selanjutnya, siswa

kelompok rendah hanya menguasai maksimal 2 indikator kemampuan

berpikir kreatif matematis yaitu berpikir orisinal dan berpikir terperinci.

3. Kerangka Berpikir

Berpikir kreatif merupakan salah satu kemampuan yang

dibutuhkan dalam matematika. Siswa yang memiliki kemampuan

berpikir kreatif lebih berani dalam mengambil resiko dibandingkan

dengan siswa pada umumnya. Siswa tersebut dapat mencari jalan

keluar untuk menyelesaikan masalah karena ia mampu berpikir secara

logis dan divergen dalam mencari solusi. Siswa yang memiliki

kemampuan berpikir kreatif matematis dapat menyelesaikan

permasalahan matematika dengan cara yang unik.

Kerja keras merupakan salah satu karakter yang perlu

dikembangkan dalam dunia pendidikan salah satunya pada mata

pelajaran matematika. Matematika dikenal sebagai mata pelajaran yang

cukup rumit, sehingga dibutuhkan sikap kerja keras dalam

menyelesaikan masalah matematika. Kerja keras adalah upaya

sungguh-sungguh dalam menyelesaikan masalah saat menghadapi

hambatan belajar dan dalam menyelesaikan masalah. Seorang yang

(38)

menyelesaikan tugasnya. Ia berusaha menyelesaikan tugasnya dengan

baik sampai tuntas pada waktunya.

Berdasarkan definisi di atas muncul suatu pertanyaan. Apakah

setiap siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif juga memiliki

sikap kerja keras?. Oleh karena itu, peneliti akan menganalisis

kemampuan berpikir kreatif matematis ditinjau dari kerja keras siswa.

Dalam melengkapi data untuk dianalisis, dibuat suatu instrumen berupa

angket, tes dan wawancara. Angket digunakan untuk mengukur sikap

kerja keras siswa berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Tes

digunakan untuk mengukur kamampuan berpikir kreatif siswa

berdasarkan indikator berpikir kreatif.

Setelah data diperoleh lalu dilakukan analaisis terhadap hasil

angket, tes dan wawancara. Kemudian dikaitan antara kerja keras

dengan berpikir kreatif matematis. Setelah dilakuakn analisis

kemampuan berpikir kreatif matematis ditinjau dari kerja keras lalu

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data

yang disajikan merupakan hasil dari analisis kemampuan berpikir

kreatif ditinjau dari kerja keras siswa kelas VII A pondok pesantren

modern Zam-zam Cilongok.

2. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di pondok pesantren modern

Zam-zam Cilongok pada semester genap tahun ajaran 2015/2016.

3. Subyek penelitian

Subyek penelitian adalah siswa kelas VII A Pondok Pesantren

Modern Zam-Zam Cilongok yang berjumlah 24 siswa. Pengambilan

subyek dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling.

4. Prosedur penelitian

Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Menentukan sekolah yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian.

Lokasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pondok

pesantren modern Zam-zam Cilongok yang merupakan program

pesantren dari SMP Muhammadiyah Cilongok.

b. Menentukan masalah yang akan diteliti. Masalah yang akan diteliti

(40)

siswa kelas VII A pondok pesantren modern Zam-zam Cilongok

tahun 2015-2016 pada semester genap.

c. Menyiapkan instrumen penelitian diantaranya membuat kisi-kisi

soal tes, tes kemampuan berpikir kreatif, pedoman wawancara,

kisi-kisi pedoman wawancara dan angket sikap kerja keras.

d. Mengkonsultasikan instrumen penelitian kepada dosen pembimbing.

e. Memberikan angket sikap kerja keras kepada subyek penelitian.

f. Mengelompokkan siswa berdasarkan hasil angket sikap kerja keras

siswa

g. Memberikan tes kemampuan berpikir kreatif kepada seluruh subyek

h. Memilih tiga siswa dari masing-masing kategori dengan cara

purposive sampling untuk penelitian selanjutnya.

i. Mewawancarai subyek yang telah dipilih sebagai fokus penelitian

untuk mengkonfirmasi kemampuan berpikir kreatif matematis

j. Menganalisa hasil penelitian.

k. Menyusun laporan penelitian.

B. Teknik pengumpulan data 1. Angket

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawab. Angket yang digunakan pada

penelitian ini mengenai sikap kerja keras siswa. Pengumpulan data

(41)

Teknik untuk menganalisis angket menggunakan penskoran.

Kriteria yang digunakan dalam menganalisis kerja keras yaitu siswa

yang sama sekali belum memiliki kerja keras, siswa yang sudah

menunjukkan tanda awal sikap kerja keras, siswa yang sudah

menunjukkan berkembangnya sikap kerja keras dan siswa yang

sudah memiliki sikap kerja keras. Kriteria untuk mengolah hasil

responden pada angket kerja keras adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kriteria Penskoran Angket

Pertanyaan Alternatif Jawaban

Positif Negatif

Selalu (SL) 4 1

Sering (S) 3 2

Pernah (P) 2 3

Tidak pernah (TP) 1 4

Adapun Kriteria dari menyimpulkan hasil angket sikap kerja

keras adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kriteria Penyimpulan Angket

Skor Kesimpulan

1 ≤ skor ≤ 20 Siswa sama sekali belum memiliki sikap kerja keras (BSKK)

21 ≤skor ≤ 40 Siswa sudah menunjukan tanda awal memiliki sikap kerja keras (AKK)

41 ≤skor ≤ 60 Siswa sudah menunjukkan berkembangnya sikap kerja keras (BKK)

61 ≤skor ≤ 80 Siswa sudah memiliki sikap kerja keras (SKK)

(42)

2. Tes

Tes yang digunakan pada penelitian ini adalah tes yang

berupa uraian. Tes ini menggunakan soal yang mengukur

kemampuan berpikir kreatif matematis materi segitiga dan

segiempat pada mata pelajaran matematika kelas VII.

3. Wawancara

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

wawancara terstruktur. Sebelum menjalankan wawancara, peneliti

terlebih dahulu menyusun pertanyaan yang akan diajukan kepada

siswa yaitu mengenai kemampuan berpikir kreatif matematis dan

sikap kerja keras siswa.

Adapun hal-hal yang ingin diketahui dari hasil wawancara

adalah bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematis ditinjau

kerja keras siswa kelas VII pondok pesantren Zam-Zam Cilongok.

C. Instrumen penelitian

Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu

sendiri. Namun setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka akan

dikembangkan instrumen penelitian sederhana yang diharapkan dapat

melengkapi data dan membandingkan data yang telah ditemukan

melalui angket, tes dan wawancara.

D. Teknik analisis data

Miles and Huberman dalam Sugiono (2010) mengemukakan

bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

(43)

sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu

data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan

conclusion drawing/verification (penarikan kesimpulan dan

verifikasi).

1) Data reduction (reduksi data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,

untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama

peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan makin banyak,

kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data

melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih

hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari

tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran

yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

Dalam penelitian ini reduksi data difokuskan untuk mengukur

kamampuan berpikir kreatif matematis ditinjau dari kerja keras

siswa.

2) Data display (penyajian data)

Setelah melakukan reduksi data, langkah selanjutnya adalah

menyajian data. Penyajian data dalam penelitian ini akan disajikan

dalam bentuk teks narasi dan diagram agar data lebih mudah

(44)

3) Conclusion drawing/verification (penarikan kesimpulan dan

verifikasi)

Langkah yang selanjutnya adalah penarikan kesimpulan dan

verifikasi. Dalam melakukan penarikan kesimpulan melihat dari data

analisis yang telah disajikan. Dari data tersebut dapat ditarik

kesimpulan tentang kemampuan berpikir kreatif ditinjau dari kerja

keras siswa dalam pembelajaran matematika

E. Uji validasi hasil analisis

Uji validasi hasil analisis data menggunakan triangulasi.

Triangulasi merupakan teknik pemeriksaaan keabsahan data dengan

menggunakan sumber lain untuk keperluan pengecekan sebagai

pembanding terhadap data yang diperoleh (Moleong:2007).

Triangulasi data dalam penelitian ini akan dilakukan setelah peneliti

memperoleh data dari hasil tes, angket, dan wawancara.

Triangulasi (Moleong:2007) merupakan cara terbaik untuk

menghilangkan perbedaan-perbedaan konstuksi kenyataan yang ada

dalam konteks suatu studi pada waktu pengumpulan data tentang

suatu kejadian. Kejadian dalam hal ini adalah kemampuan berpikir

kreatif ditinjau dari kerja keras siswa.

Triangulasi akan dilakukan dengan membandingkan sumber

yang telah diperoleh dari hasil penelitian. Peneliti akan

membandingkan data hasil penelitian dari data hasil tes dengan

wawancara mengenai kemampuan berpikir kreatif yang ditinjau dari

(45)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Modern Zam-zam

Muhammadiyah Cilongok. Pondok ini merupakan lembaga pendidikan

Islam modern yang bertempat di Jl. Raya Pernasidi no. 9. Pondok ini

menerapkan sistem pembinaan tiga pilar (kelas, masjid dan asrama).

Pelaksanaan penelitian pada semester genap pada 4 – 7 Juni tahun ajaran

2015/2016.

2. Subyek penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII A.

Peneliti mengelompokkan siswa berdasarkan sikap kerja keras siswa yang

diambil dari hasil angket kerja keras. Kemudian memberikan tes

kemampuan berpikir kreatif matematis. Setelah itu, dilakukan wawancara

yang dipilih dari masing-masing kategori dengan cara purposive sampling

yaitu dengan menggunakan pertimbangan tertentu berdasarkan tingkatan

kerja keras siswa. Wawancara dilakukan untuk mengkonfirmasi

(46)

B. Hasil Penelitian

1. Analisis Hasil Angket Sikap Kerja Keras Siswa

Pengambilan data sikap kerja keras dengan menggunakan angket

yang disebar kepada subyek penelitian sebanyak 24 siswa pada kelas VIIA

Pondok pesantren zam-zam Cilongok. Pengelompokan subyek penelitian

pada sikap kerja keras adalah berdasarkan kriteria kerja keras siswa pada

tabel 3.2. Siswa dikelompokkan berdasarkan empat tingkat. Pada tingkat

pertama dengan skor 1 sampai 20 bagi siswa yang sama sekali belum

memiliki sikap kerja keras. Pada tingkat kedua dengan skor 21 sampai 40

yaitu siswa yang sudah menunjukkan tanda awal memiliki sikap kerja keras.

Pada tingkat ketiga dengan skor 41 hingga 60 adalah bagi siswa yang sudah

menunjukkan berkembangnya sikap kerja keras. Pada tingkat keempat

dengan skor 61 hingga 80 adalah bagi siswa yang sudah memiliki sikap

kerja keras. Adapun hasil dari sikap kerja keras siswa kelas VII A adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.1 Pengelompokan subyek penelitian berdasarkan sikap kerja keras siswa

Kategori Kerja Keras

(47)

NHA 61 tanda awal kerja keras

AR 40 AKK 1

NAA 40 AKK 2

ZIZ 38 AKK 3

Keterangan :

SKK 1 = Subyek sudah memiliki sikap kerja keras (1) SKK 2 = Subyek sudah memiliki sikap kerja keras (2) SKK 3 = Subyek sudah memiliki sikap kerja keras (3)

BKK 1 = Sikap kerja keras subyek sudah mulai berkembang 1 BKK 2 = Sikap kerja keras subyek sudah mulai berkembang 2 BKK 3 = Sikap kerja keras subyek sudah mulai berkembang 3 AKK 1 = Subyek menunjukkan tanda awal sikap kerja keras (1) AKK 2 = Subyek menunjukkan tanda awal sikap kerja keras (2) AKK 3 = Subyek menunjukkan tanda awal sikap kerja keras (3)

Berdasarkan hasil dari angket kerja keras siswa dibagi dalam 3

kategori yaitu siswa yang sudah memiliki sikap kerja keras, siswa sudah

mulai menunjukkan berkembangnya sikap kerja keras dan siswa yang baru

menunjukkan tanda awal sikap kerja keras. Dasar pertimbangan pemilihan

subyek berdasarkan tingkatan pada sikap kerja keras siswa. Dari

masing-masing kategori dipilih 3 responden untuk dilakukan penelitian selanjutnya

yaitu untuk menganalisis kemampuan berpikir kreatif matematis

(48)

2. Analisis Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis (KBKM) dan Wawancara Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

a. Soal nomor 1

1. Paman akan membuat sebuah taman yang berbentuk segitiga namun paman belum menentukan ukurannya. Jika besar salah satu sudutnya adalah 20𝑥°, maka tentukan besar sudut yang lainnya dan gambarlah segitiga tersebut!. Berikan lebih dari satu jawaban!

Soal nomor 1 dapat digunakan untuk mengukur kelancaran dan

keluwesan dibuat berdasarkan KD 6.1 yaitu mengidentifikasi sifat-sifat

segitiga berdasarkan sisi dan sudutnya. Berikut adalah hasil dari jawaban

siswa:

1) Subyek sudah memiliki sikap kerja keras (SKK)

a. SKK 1

Gambar 4.1

Jawaban subyek SKK 1 soal KBKM nomor 1

(1) Indikator fluency (kelancaran)

Berdasarkan jawaban subyek SKK 1 pada gambar 4.1

terlihat bahwa SKK 1 mampu memberikan dua jawaban yang

(49)

pertama SKK 1 membuat segitiga lancip dan pada segitiga kedua

SKK 1 membuat segitiga sama kaki. Subyek SKK 1 merasa yakin

dengan jawaban yang ia berikan. Ketika dilakukan wawancara,

subyek SKK 1 mampu menjelaskan apa yang diketahui, ditanyakan

dan mampu menjelaskan bagaimana caranya menjawab pertanyaan

tersebut.

(2) Indikator flexibility (keluwesan)

Berdasarkan gambar 4.1 terlihat bahwa subyek SKK1

sudah mampu memberikan dua jenis segitiga dengan ukuran yang

berbeda. Subyek SKK 1 merasa yakin dengan jawaban yang dia

berikan. SKK 1 mengerjakan soal nomor 1 dengan mengubah

variabel x. Pada jawaban yang pertama nilai x = 4 sedangkan pada

jawaban yang kedua nilai x = 5. Pada jawaban yang pertama

subyek SKK 1 membuat sebuah bangun yang berbentuk segitiga

lancip. Ukuran sudut yang terbentuk dari segitiga pertama adalah 80˚, 80˚, dan 20˚. Sedangkan pada jawaban yang kedua subyek

SKK 1 menggambar segitiga sama kaki. Ukuran sudut yang terbentuk dari segitiga yang kedua adalah 100˚, 40˚, dan 40˚.

Ketika dilakukan wawancara, subyek SKK 1 mampu menjelaskan

(50)

b. SKK 2

Gambar 4.2

Jawaban subyek SKK 2 soal KBKM nomor 1

(1) Indikator fluency (kelancaran)

Berdasarkan gambar 4.2 terlihat bahwa subyek SKK 2 sudah

dapat memberikan dua jawaban yang relevan. Pada jawaban pertama

subyek SKK 2 membuat segitiga sama kaki dan pada jawaban kedua

SKK 2 membuat segitiga siku-siku. Jawaban tersebut didapatkan

dari jumlah sudut-sudut dalam segitiga yang dikurangi dengan salah

satu sudut yang sudah diketahui yaitu 20x. Saat dilakukan

wawancara subyek SKK 2 dapat memberikan apa yang diketahui,

ditanya dan mampu menjelaskan jawabannya dengan tepat. Saat

ditanya kemungkinan jawaban lainnya subyek SKK 2 menjawab ada

banyak kemungkinan dan ada banyak jenis segitiga yang dapat

(51)

(2) Indikator flexibility (keluwesan)

Dari gambar terlihat bahwa SKK 2 sudah mampu memberikkan

dua gagasan yang berbeda dengan membuat dua buah segitiga dengan

bentuk dan ukuran yang berbeda. Pada jawaban yang pertama SKK 2

memisalkan nilai x = 2 sehingga besar salah satu sudutnya yaitu 40˚.

Adapun ukuran yang diberikan pada setiap sudutnya yaitu 70˚, 70˚ dan 40˚. Sedangkan pada kemungkinan jawaban kedua subyek SKK 2

memisalkan x =1 sehingga besar salah satu sudutnya adalah 20˚

kemudian SKK 2 memberikan ukuran pada sudut yang lainnya sebesar 90˚ dan 70˚. Karena besar salah satu sudutnya 90˚ maka

taman yang akan dibuat berbentuk segitiga siku-siku. Pada saat

wawancara subyek SKK 2 mampu menjelaskan langkah-langkah

dalam menjawab soal nomor 1.

c. SKK 3

Gambar 4.3

Jawaban subyek SKK 3 soal KBKM nomor 1

(1) Indikator fluency (kelancaran)

Berdasarkan gambar 4.3 terlihat bahwa subyek SKK 3 sudah

(52)

SKK 3 mengerjakan soal nomor 1 dengan memberikan variabel yang sama sehingga ukuran salah satu sudutnya yaitu 20˚. Pada saat

mengerjakan soal SKK 3 belum menuliskan jenis segitiga. Pada saat

wawancara SKK 3 mampu menjelaskan jawabannya dan mampu

membedakan jenis segitiga berdasarkan sudutnya. SKK 3 menjawab

segitiga yang pertama berbentuk segitiga siku-siku dan pada segitiga

yang kedua berbentuk segitiga sama sisi.

(2) Indikator flexibility (keluwesan)

SKK 3 mampu memberikan dua cara yang berbeda. Kedua

jawaban yang diberikan memiliki ukuran dan bentuk yang berbeda.

Pada saat pelaksanaan wawancara subyek SKK 3 mampu menjelaskan

langkahnya dalam mengerjakan soal tersebut. Pada cara yang pertama

SKK 3 mengerjakan dengan cara mengurangi jumlah sudut dalam

segitiga dengan jumlah sudut yang sudah diketahui dan besar sudut

siku-siku. Sehingga ukuran untuk masing-masing sudut pada segitiga yang pertama yaitu 20˚, 90˚ dan 70˚. Sedangkan pada segitiga yang

kedua caranya setelah 180˚ - 20˚ hasilnya dibagi dua. Sehingga ukuran

(53)

ii. Subyek sudah menunjukkan berkembangnya sikap kerja keras (BKK)

a. BKK 1

Gambar 4.4

Jawaban subyek BKK 1 pada soal KBKM no 1

(1) Indikator fluency (kelancaran)

Berdasarkan gambar 4.4 terlihat bahwa subyek BKK 1 sudah

mampu memberikan dua jawaban. Adapun jawaban yang diberikan

oleh BKK 1 kurang jelas karena BKK 1 belum mampu

menggambar segitiga dengan ukuran yang benar. Subyek hanya

menggambarkan dua buah segitiga tanpa memberikan keterangan

baik dari jenisnya ataupun besar sudutnya. Saat dilakukan

wawancara subyek BKK 1 tidak dapat menjelaskan jawabannya

dengan baik.

(2) Indikator flexibility (keluwesan)

Pada gambar 4.4 terlihat bahwa BKK 1 sudah berusaha

menjawab soal nomor 1 dengan menggunakan langkah yang

berbeda. Saat dilakukan wawancara BKK 1 menjelaskan cara

mencari ukuran sudut – sudutnya. Namun BKK 1 tidak dapat

(54)

b. BKK 2

Gambar 4.5

Jawaban subyek BKK 2 soal KBKM nomor 1

(1) Indikator fluency (kelancaran)

Berdasarkan gambar 4.5 terlihat bahwa subyek BKK 2 hanya

mampu memberikan satu bentuk segitiga yang masih belum diberi

nama jenis segitiganya. Saat dilakukan wawancara subyek BKK 2

terlihat kebingungan untuk menjelaskan jawaban yang telah

diberikan. BKK 2 tidak dapat memberikan jawaban lain yang

relevan.

(2) Indikator flexibility (keluwesan)

Subyek BKK 2 hanya memberikan sebuah gambar segitiga

pada lembar jawab yang disediakan, disebelah gambar terlihat

langkah untuk mencari sudut yang lainnya. Saat dilakukan

wawancara subyek BKK 2 tidak dapat menjelaskan langkah-langkah

dalam menjawab soal nomor 1. Subyek BKK 2 belum terlalu

mamahami materi segitiga sehingga jawaban yang diberikan kurang

jelas langkah-langkahnya. Dengan demikian maka dapat

(55)

belum mampu mengidentifikasi sifat-sifat segitiga berdasarkan sisi

dan sudutnya.

c. BKK 3

Gambar 4.6

Jawaban subyek BKK 3 soal KBKM nomor 1

(1) Indikator fluency (kelancaran)

Berdasarkan gambar 4.6 terlihat bahwa subyek BKK 3 telah

memberikan dua jawaban yang relevan. Pada jawaban yang pertama

subyek BKK 3 memberikan nilai x = 2 sehingga salah satu sudutnya adalah 40˚. Sedangkan pada jawaban yang kedua BKK 3

memberikan nilai x = 3 sehingga salah satu sudutnya adalah 60˚.

Pada saat wawancara BKK 3 mampu menjelaskan langkahnya tanpa

ragu. Subyek BKK 3 memberikan dua jawaban yang satu berbentuk

segitiga siku-siku dan pada jawaban yang kedua berbentuk segitiga

(56)

(2) Indikator flexibility (keluwesan)

Subyek BKK 3 mampu memberikan dua gambar segitiga

dengan ukuran dan jenis yang berbeda. BKK 3 tidak menuliskan

langkah-langkahnya pada lembar jawab tes KBKM namun saat

dilaksanakan wawancara BKK 3 mampu menjelaskan

langkah-langkahnya denan baik. Pada cara pertama menentukan salah satu

sudutnya dengan menguubah variabel x menjadi 2 sehingga salah

satu sudutnya 40˚. Setelah jumlah sudut-sudut dalam segitiga

dikurangi dengan 40˚ dan dikurangi lagi dengan 90˚ yaitu besar

salah satu sudut dalam segitiga siku-siku menghasilkan sudut 50˚.

Sedangkan pada jawaban yang kedua subyek BKK 3 memberikan

nilai x=3 maka salah satu sudutnya adalah 60˚ kemudian besar sudut yang lainnya adalah 50˚ dan 70˚ sehingga membentuk segitiga

sebarang.

iii. Subyek menunjukkan tanda awal sikap kerja keras (AKK)

a. AKK 1

Gambar 4.7

(57)

(1) Indikator fluency (kelancaran)

Berdasarkan gambar 4.7 terlihat bahwa subyek AKK 1 sudah

mampu memberikan dua jawaban dengan bentuk yang berbeda.

Namun jawaban yang diberikan kurang tepat dan tidak jelas. Subyek

AKK 1 hanya memberikan dua gambar tanpa ada keterangan besar

sudutnya dan jenis segitiga yang ia gambar.

Pada saat dilaksanakan wawancara subyek AKK 1 tidak

dapat menjelaskan jawaban yang diberikan. Subyek AKK 1

mengatakan bahwa soal nomor 1 cukup sulit dan ia tidak dapat

menyelesaikannya dengan baik.

(2) Indikator flexibility (keluwesan)

Berdasarkan gambar 4.7 AKK 1 sudah memberikan dua

gambar yang berbeda disertai cara di sebelah kirinya. Langkah yang

AKK 1 berikan sama dengan siswa yang lain namun saat dilakukan

wawancara AKK 1 tidak dapat menjelaskan kembali cara untuk

menyelesaikan soal nomor 1.

b. AKK 2

Gambar 4.8

(58)

(1) Indikator fluency (kelancaran)

Berdasarkan gambar 4.8 terlihat bahwa subyek AKK 2 sudah

memberikan dua gambar yang berbeda. Namun pada gambar tidak

diberi keterangan maupun ukuran besar sudutnya. Jawaban yang

diberikan kurang jelas dan tidak tepat karena subyek tidak menjawab

pertanyaan sesuai perintah pada soal. Dari jawaban yang diberikan

terlihat bahwa subyek AKK 2 belum memahami soal yang

diberikan. Saat pelaksanaan wawancara subyek mengatakan bahwa

soal dan belum pernah menemui soal yang serupa sehingga

menjawab sebisanya saja.

(2) Indikator flexibility (keluwesan)

Dari jawaban yang diberikan terlihat bahwa AKK 2

mencoba mencari ukuran sudut yang lain agar dapat membentuk

sebuah segitiga. Namun langkah yang diberikan oleh AKK kurang

tepat dan saat dilakukan wawancara subyek AKK 2 tidak mampu

menjelaskan langkah-langkah untuk menyelesaikan soal nomor 1

c. AKK 3

Gambar 4.9

(59)

(1) Indikator fluency (kelancaran)

Berdasarkan gambar 4.9 terlihat bahwa subyek AKK 3 hanya

memberikan satu jawaban saja yang berbentuk segitiga sama kaki.

Dari gamabar tersebut telihat bahwa AKK 3 membuat segitiga yang

besar sudutnya adalah 80˚, 80˚ dan 20˚. Saat dilakukan wawancara

subyek AKK 3 tidak mampu menjelaskan kembali jawaban yang

diberikan. Dari jawaban yang diberikan terlihat bahwa subyek AKK

3 belum mampu mengidentifikasi sifat-sifat segitiga berdasarkan

sudutnya. Selain itu, subyek AKK 3 juga tidak mampu memberikan

kemungkinan jawaban yang lainnya.

(2) Indikator flexibility (keluwesan)

Subyek AKK 3 hanya mampu memberikan satu jawaban

saja. Saat dilakukan wawancara subyek AKK 3 tidak mampu

memberikan gagasan yang lain untuk menyelesaikan soal nomor 1.

Dari jawaban yang diberikan terlihat bahwa subyek AKK 3 belum

mampu mengidentifikasi sifat-sifat segitiga berdasarkan sudutnya.

b. Soal nomor 2

Soal nomor 2 dapat digunakan untuk mengukur keluwesan dan

keaslian berdasarkan KD 6.2 dengan indikator yaitu menentukan jenis

bangun datar segiempat.

(60)

1) Subyek sudah memiliki sikap kerja keras (SKK)

a. SKK 1

Gambar 4.10

Jawaban subyek SKK 1 pada soal KBKM no 2

i. Indikator flexibility (keluwesan)

Berdasarkan gambar 4.2 terlihat bahwa subyek SKK 1

mampu memberikan dua gabungan bangun datar yang bentuknya

berbeda. Pada jawaban yang pertama subyek SKK 1 memberikan

gambar gabungan bangun datar yang terbentuk dari dua buah

segitiga. Berikut adalah panjang dari sisi-sisinya 32 cm, 32 cm,

34 cm dan 30 cm sehingga keliling bangun datar gabungan

tersebut adalah 128 cm. Sedangkan pada gambar yang kedua

subyek SKK 1 membentuk gabungan bangun datar yang terdiri

dari bangun persegi dan segitiga. Pada gambar yang kedua

kelilingnya adalah 128 cm sehingga sudah sesuai dengan soal

yang diberikan. Saat dilaksanakan wawancara subyek SKK 1

mampu menjelaskan jawaban yang dia berikan. Subyek SKK 1

mencari keliling dari gabungan bangun datar dengan cara

menjumlahkan sisi-sisi yang tidak berimpit pada gabungan

(61)

mampu memberikan gambar dengan ukuran yang tepat. Namun

SKK 1 sudah mampu menjawab dengan dua gagasan yang

berbeda

ii. Indikator originality (keaslian)

Berdasarkan jawaban nomor 2 yang diberikan oleh SKK 1

terlihat bahwa jawaban yang diberikan hampir sama dengan

siswa pada umumnya. Subyek SKK 1 membuat gabungan bangun

datar hanya menggunakan 2 macam bangun datar saja yaitu

segitiga dan segiempat. Dengan demikian maka SKK 1 belum

menunjukkan keasliannya dalam menjawab soal nomor 2.

b. SKK 2

Gambar 4.11

Jawaban subyek SKK 2 pada soal KBKM no 2

i. Indikator flexibility (keluwesan)

Berdasarkan gambar 4.11 terlihat bahwa subyek SKK

2 sudah mampu memberikan dua bentuk gabungan bangun

(62)

mampu membuat bangun datar gabungan yang memiliki

keliling sebesar 128 cm. Pada jawaban pertama SKK 2

membuat gabungan bangun datar yang terdiri dari dua buah

segitiga sama kaki dan sebuah bangun persegi panjang. Pada

kemungkinan jawaban yang lainnya subyek SKK 2 membuat

gabungan bangun datar yang terdiri dari dua buah persegi

panjang dan sebuah bangun persegi. Pada saar dilaksanakan

wawancara subyek SKK 2 mampu menjelaskan

langkah-langkah dalam menjawab soal tersebut.

Berdasarkan jawaban yang diberikan menunjukkan

bahwa subyek SKK 2 sudah mampu mengidentifikasi

sifat-sifat bangun persegi dan segitiga beserta kelilingnya. Dari

hasil analisisnya menunjukkan bahwa subyek SKK 2 sudah

menguasai indikator flexibility (keluwesan)

ii. Indikator originality (keaslian)

Dari jawaban nomor dua yang diberikan subyek SKK 2

terlihat bahwa SKK 2 mampu memberikan jawaban yang

berbeda pada siswa umumnya. Jika siswa pada umumnya

hanya memberikan gabungan bangun datar yang terdidi dari

dua bangun datar saja, SKK 2 mampu memberikan gabungan

(63)

c. SKK 3

Gambar 4.12

Jawaban subyek SKK 3 soal KBKM nomor 2

i. Indikator flexibility (keluwesan)

Berdasarkan gambar 4.12 terlihat bahwa subyek SKK 3

sudah memberikan dua jawaban yang berbeda. Akan tetapi ia

belum mampu memberikan jawaban dengan benar. Subyek

SKK 3 belum mamahami konsep keliling gabungan bangun

datar dengan benar. Subyek SKK 3 hanya mampu menghitung

keliling sebuah bangun yang belum digabungakan dengan

bangun yang lainnya. Saat wawancara berlangsung subyek SKK

3 mancoba untuk menjelaskan jawaban yang dia berikan

walaupun jawaban itu salah. Dari jawaban yang diberikan

subyek SKK 3 sudah dapat menyebutkan jenis bangun datar

(64)

ii. Indikator originality (keaslian)

Berdasarkan gambar 4.12 terlihat bahwa jawaban yang

diberikan oleh SKK 3 hampir sama dengan siswa pada

umumnya. Subyek SKK 3 hanya menggunakan dua buah

bangun datar sebagai penyusun gabungan bangun datar. Misal

cara yang pertama gabungan bangun datarnya terdiri dari

persegi dan persegi panjang. Sedang pada jawaban yang kedua

terdiri dari persegi panjang dan segitiga.

2) Subyek sudah menunjukkan sikap kerja keras (BKK)

a) BKK 1

Gambar 4.13

Jawaban subyek BKK 1 pada soal KBKM no 2

(1)Indikator flexibility (keluwesan)

Dari gambar 4.13 terlihat bahwa subyek BKK 1 sudah

berusaha mengerjakan soal nomor 2. Subyek hanya mampu

memberikan satu jenis gabungan bangun datar yang apabila

digabung jenisnya masih sama. Melihat dari jawaban yang

diberikan, peneliti mengamati jika subyek BKK 1 belum

memahami konsep dari keliling gabungan bangun datar. Jawaban

yang diberikan masih mengacu pada hafalan keliling persegi

(65)

rumus pada suatu masalah yang baru ditemuinya. Apabila akan

menjawab gabungan bangun datar yang terdiri dari dua buah

persegi panjang seharusnya subyek BKK 1 hanya menghitung

keliling bangun yang digabung saja.

(2)Indikator originality (keaslian)

Subyek BKK 1 hanya mampu memberikan satu jawaban saja

yang mana jawaban tersebut berbentuk dari dua buah persegi

panjang. Dari gamabar 4.13 terlihat bahwa subyek BKK 1

memberikan sebuah gambar bangun datar persegi panjang yang

dibagi dua. Jawaban tersebut masih umum dan tidak terlihat

adanya indokator keaslian dalam menjawab soal nomor 2.

b) BKK 2

Gambar 4.14

Jawaban subyek BKK 2 soal KBKM nomor 2

(1)Indikator flexibility (keluwesan)

Berdasarkan gambar 4.14 terlihat bahwa subyek BKK 2

dapat memberikan dua macam gabungan bangun datar yang

(66)

BKK 2 belum mampu menjawab dengan benar. Subyek BKK 2

belum mampu memberikan ukuran yang tepat sesuai dengan

pertanyaan yang diberikan. Pada gambar gabungan bangun

datar yang pertama kelilingnya melebihi yang diminta.

Sedangkan pada gambar bangun datar yang kedua kelilingnya

masih kurang dari yang ditentukan pada soal nomor 2. Dalam

memberikan nama bangun datar penyusunnya sudah benar

namun ukuran yang diberikan masih salah. Saat dilaksanakan

wawancara subyek BKK 2 dapat memahami soal yang

diberikan akan tetapi subyek masih belum begitu yakin dengan

jawaban yang diberikan. Dengan demikian maka dapat

disimpulkan bahwa subyek BKK 2 sudah dapat menentukan

jenis bangun datar tapi belum menguasai konsep keliling

bangun datar dengan baik.

(2)Indikator originality (keaslian)

Dari jawaban yang diberikan oleh subyek BKK 2 masih

terlihat sama seperti siswa pada umumnya. Subyek BKK 2

memberikan jawaban dengan bentuk yang tidak asing. Pada

jawaban yang pertama subyek BKK 2 membentuk gabungan

bangun datar yang terdiri dari persegi panjang dan segitiga yang

membentuk bangun datar lain yaitu trapesium. Sedangkan pada

jawaban yang kedua terdiri dari persegi panjang dan trapesium

yang bentuknya menyerupai gambar rumah. Jawaban yang

Gambar

Tabel 3.1 Kriteria Penskoran Angket ...........................................................
Tabel 3.1 Kriteria Penskoran Angket
tabel 3.2. Siswa dikelompokkan berdasarkan empat tingkat. Pada tingkat
Gambar 4.1 Jawaban subyek SKK 1 soal KBKM nomor 1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Variabel tenaga kerja memiliki nilai probabilitas (P) sebesar 0,0001 yang kurang dari angka 0,05 (dengan tingkat kepercayaan 95%) artinya tenaga kerja berpengaruh

2 PERMENLH 12/2010 dalam bagian lampirannya memuat Pedoman Teknis Penetapan Baku Mutu Udara Ambien Daerah, Pedoman Inventarisasi Data Mutu Udara Ambien dan Sumber Pencemar

Kabupaten Paser memiliki angka indeks yang lebih tinggi dari pada daerah lain karena: (1) ketersediaan wahana dan level partisipasi dimana masyarakat banyak diberikan

Rekayasa yang dilakukan harus sesuai dengan keinginan user, walupun terkadang diperlukan kreativitas perekayasa untuk membuat perangkat lunak. 

alam rangka Dies Natalis UPN “Veteran” yang ke-53, Fakultas Teknologi Mineral menyelenggarakan Seminar Nasional Kebumian dengan tema “Pengembangan IPTEK Kebumian

The purpose of this study is to evaluate the performance of estimators used in porphyry copper resource modeling, to determine the procedure of statistical analysis,

A qualified and professional BUMDesa is the one which is independent and has good job networking with a lot of parties as the effort of build local economy to be more

Ini berarti bahwa sikap terhadap suatu objek tertentu akan selalu diikuti oleh perasaan tertentu yang dapat bersifat positif (yang menyenangkan), tetapi juga dapat bersifat