ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS
DITINJAU DARI KERJA KERAS SISWA KELAS VII A
PONDOK PESANTREN MODERN ZAM-ZAM CILONGOK
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
LAELLINA CAHYANTI
1001060081
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan berpikir kreatif matematis ditinjau dari kerja keras siswa kelas VII A pondok pesantren modern Zam-zam Cilongok. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan model Miles and Huberman yang meliputi reduksi data, penyajian data dan kesimpulan. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa dari kelas VII A dengan menggunakan teknik purposive sampling. Siswa dikelompokan berdasarkan sikap kerja keras yaitu siswa yang sudah memiliki sikap kerja keras, siswa yang sudah menunjukkan berkembangnya sikap kerja keras dan siswa yang menunjukkan tanda awal sikap kerja keras. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes, wawancara, angket, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat dikatakan bahwa siswa dengan kategori sudah memiliki sikap kerja keras sudah cukup mampu menguasai kemampuan berpikir kreatif matematis. Siswa dengan kategori sudah menunjukkan berkembangnya sikap kerja keras belum cukup menguasai kememampuan berpikir kreatif matematis dan siswa dengan kategori menunjukkan tanda awal sikap kerja keras belum memiliki kemampuan berpikir kreatif matematis.
ABSTRACT
The aim of research was to analyze students’ creative thinking of mathematical ability viewed from their hard work for class VII A at modern Islamic Boarding School named Zam-Zam Cilongok. The research was a qualitative study using Miles and Huberman model which included data reduction, data presentation and conclusion. Research subject was the students of class VII A by purposive sampling technique that grouped students on hard work, and their first sign passion of hard work. Data collection method was by test, interview, quentionnaire, and documentation. The research showed some catagories that students on passion of hard work had quite ability of creative thinking mathematically, students on developing passion of hard work did nor have quite ability of it, and students on first sign passion of hard work did not have ability of it.
MOTTO
159. “…. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali-Imran : 159)
“…dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain
apa yang telah diusahakannya,” (QS An- Najmu: 39)
“Yakinlah ada sesuatu yang menantimu selepas banyak kesabaran
(yang kau jalani) yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa
pedihnya rasa sakit”.
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
- Ibu Supinah dan Bapak Solichin, kedua orangtuaku yang telah berjuang keras memberikan bantuan secara moril, materiil serta doanya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
- Faik dan Hani kedua adekku yang menjadi penyemangatku untuk terus berjuang
- Sahabatku, teman-teman seperjuangan serta semua pihak yang telah membantu terselesaikan skripsi ini yang tak dapat saya sebutkan satu persatu
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kemampuan Berpikir Kretif Matematis ditinjau dari Kerja Keras Siswa Kelas VII A Pondok Modern Zam-Zam Cilongok”. Sholawat serta salam selalu tercurah untuk Nabi Muhammad SAW sang edukator sejati yang telah mengajarkan kita tentang arti kehidupan.
Teriring doa dan salam, berkat terselesaikannya skripsi ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik secara moral maupun materi. Ucapan terimakasih penilis sampaikan kepada: 1. Dr. H. Syamsuhadi Irsyad, S.H., M.H., Rektor Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.
2. Drs. Pudiyono, M.Hum Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
3. Eka Setyaningsih, M.Si, Kaprodi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
4. Erni Widiyastuti, M.Si. Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan tak pernah lelah untuk memberikan arahan.
5. Fitrianto Eko Subekti, M.Pd. Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, petunjuk dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu dosen Prodi Pendidikan Matematika yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi pribadi peneliti selama belajar di Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
7. Arif Fauzi, S.Pd.I, Lc., Direktur pondok pesantren modern Zam-zam Cilongok yang telah memberikan ijin dan bantuan selama melaksanakan penelitian. 8. Wartono, S.Pd., Guru matematika SMP pondok pesantren modern Zam-Zam
9. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini dan tidak dapat peneliti sebutkan karena keterbatasan peneliti.
Teriring doa dan harapan semoga semua amal serta kebaikan yang telah
diberikan senantiasa mendapat balasan yang berlipat dari Allah SWT. Peneliti
menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan maka dari itu
peneliti berharap semoga kekurangan dalam skripsi ini bisa menjadi bahan evaluasi
bagi penelitian selanjutnya sehingga bisa lebih baik. Peneliti juga berharap skripsi
ini dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan dan berbagai pihak yang
membutuhkan.
Wassalamualaikum. Wr. Wb.
Purwokerto, 18 Januari 2017 Peneliti
Laellina Cahyanti
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……… i
HALAMAN PERSETUJUAN………... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
SURAT PERNYATAAN ... iv
ABSTRAK ……… v
MOTTO ……… vii
PERSEMBAHAN ……… viii
KATA PENGANTAR ………... ix
DAFTAR ISI ……… xi
DAFTAR TABEL ......………... xii
DAFTAR GAMBAR ……… xv
DAFTAR LAMPIRAN ……… xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Penelitian ... 3
C. Rumusan Masalah ……….. 3
D. Tujuan Penelitian ………... 4
E. Manfaat Penelitian ……….. 4
BAB II KAJIAN TEORETIK
1. Deskripsi Konseptual
a. Berpikir kreatif ... 5
b. Kemampuan berpikir kreatif matematis ... 8
c. Kerja keras ... 14
d. Materi segitiga dan segiempat ... 16
2. Penelitian Relevan ... 18
3. Kerangka Berpikir ... 19
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian ... 21
2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 21
3. Subyek Penelitian ... 21
4. Prosedur Penelitian ... 21
B. Teknik Pengumpulan Data ... 22
C. Instrumen Penelitian ... 24
D. Teknik Analisis Data ... 24
E. Uji Keabsahan Data ... 26
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 27
B. Hasil Penelitian ... 28
1. Analisis Hasil Angket Sikap Kerja Keras Siswa ... 28
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 91
D. Temuan-Temuan ... 94
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ………... 95
B. Saran ………... 96
DAFTAR PUSTAKA ... 97
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1 Kriteria Penskoran Angket ... 23
Tabel 3.2 Kriteria Penyimpulan Angket ... 23
Tabel 4.1 Pengelompokan subyek penelitian berdasarkan sikap kerja keras
siswa ... 28
Tabel 4.2 Analisis kemampuan berpikir kreatif siswa berdasarkan soal
KBKM ... 79
Tabel 4.3 Triangulasi kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ... 81
Tabel 4.3 Hasil Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ditinjau dari
Kerja Keras siswa ... 89
DAFTAR GAMBAR
Hamalan
Gambar 4.1 Jawaban subyek SKK 1 soal KBKM nomor 1 ... 30
Gambar 4.2 Jawaban subyek SKK 2 soal KBKM nomor 1 ... 32
Gambar 4.3 Jawaban subyek SKK 3 soal KBKM nomor 1 ... 33
Gambar 4.4 Jawaban subyek BKK 1 soal KBKM nomor 1 ... 35
Gambar 4.5 Jawaban subyek BKK 2 soal KBKM nomor 1 ... 36
Gambar 4.6 Jawaban subyek BKK 3 soal KBKM nomor 1 ... 37
Gambar 4.7 Jawaban subyek AKK 1 soal KBKM nomor 1 ... 38
Gambar 4.8 Jawaban subyek AKK 2 soal KBKM nomor 1 ... 39
Gambar 4.9 Jawaban subyek AKK 3 soal KBKM nomor 1 ... 40
Gambar 4.10 Jawaban subyek SKK 1 soal KBKM nomor 2 ... 42
Gambar 4.11 Jawaban subyek SKK 2 soal KBKM nomor 2 ... 43
Gambar 4.12 Jawaban subyek SKK 3 soal KBKM nomor 2 ... 45
Gambar 4.13 Jawaban subyek BKK 1 soal KBKM nomor 2 ... 46
Gambar 4.14 Jawaban subyek BKK 2 soal KBKM nomor 2 ... 47
Gambar 4.15 Jawaban subyek BKK 3 soal KBKM nomor 2 ... 49
Gambar 4.16 Jawaban subyek BKK 3 soal KBKM no.2 saat wawancara... 49
Gambar 4.18 Jawaban subyek AKK 2 soal KBKM nomor 2 ... 51
Gambar 4.19 Jawaban subyek AKK 3 soal KBKM nomor 2 ... 52
Gambar 4.20 Jawaban subyek SKK 1 soal KBKM nomor 3 ... 54
Gambar 4.21 Jawaban subyek SKK 2 soal KBKM nomor 3 ... 55
Gambar 4.22 Jawaban subyek SKK 2 soal KBKM no.3 saae wawancara... 56
Gambar 4.23 Jawaban subyek SKK 3 soal KBKM nomor 3 ... 57
Gambar 4.24 Jawaban subyek BKK 1 soal KBKM nomor 3 ... 58
Gambar 4.25 Jawaban subyek BKK 2 soal KBKM nomor 3... 60
Gambar 4.26 Jawaban subyek BKK 3 soal KBKM nomor 3... 61
Gambar 4.27 Jawaban subyek BKK 3 soal KBKM no. 3 saat wawancara ... 62
Gambar 4.28 Jawaban subyek AKK 1 soal KBKM nomor 3 ... 63
Gambar 4.29 Jawaban subyek AKK 2 soal KBKM nomor 3... 64
Gambar 4.30 Jawaban subyek AKK 3 soal KBKM nomor 3... 66
Gambar 4.31 Jawaban subyek SKK 1 soal KBKM nomor 4... 67
Gambar 4.32 Jawaban subyek SKK 2 soal KBKM nomor 4 ... 68
Gambar 4.33 Jawaban subyek SKK 2 soal KBKM no. 4 saat wawancara... 69
Gambar 4.34 Jawaban subyek SKK 3 soal KBKM nomor 4 ... 70
Gambar 4.35 Jawaban subyek BKK 1 soal KBKM nomor 4 ... 71
Gambar 4.36 Jawaban subyek BKK 2 soal KBKM nomor 4 ... 73
Gambar 4.37 Jawaban subyek BKK 3 soal KBKM nomor 4 ... 74
Gambar 4.38 Jawaban subyek BKK 3 soal KBKM no.4 saat wawancara... 74
Gambar 4.39 Jawaban subyek AKK 1 soal KBKM nomor 4 ... 75
Gambar 4.40 Jawaban subyek AKK 2 soal KBKM nomor 4 ... 76
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen ... 98
1.1 Kisi-kisi soal tes kemampuan berpikir kreatif matematis ... 99
1.2 Soal tes kemampuan berpikir kreatif matematis ... 101
1.3 Kunci jawaban tes kemampuan berpikir kreatif matematis ... 102
1.4 Kisi-kisi angket kerja keras siswa ... 109
1.5 Lembar angket kerja keras siswa ... 111
1.6 Kisi-kisi wawancara ... 113
1.7 Panduan wawancara ... 114
Lampiran 2. Data Hasil Penelitian ... 115
2.1 Hasil tes KBKM siswa SKK 1, SKK 2, dan SKK 3 ... 116
2.2 Hasil tes KBKM siswa BKK 1, BKK 2, dan BKK 3 ... 119
2.3 Hasil tes KBKM siswa AKK 1, AKK 2, dan AKK 3 ... 122
2.4 Hasil angket kerja keras siswa SKK 1, SKK 2, dan SKK 3 ... 124
2.5 Hasil angket kerja keras siswa BKK 1, BKK 2, dan BKK 3 ... 127
2.6 Hasil angket kerja keras siswa AKK 1, AKK 2, dan AKK 3 ... 130
Lampiran 3. Deskripsi Hasil Wawancara ... 133
3.1 Transkip wawancara siswa SKK 1 ... 134
3.2 Transkip wawancara siswa SKK 2 ... 136
3.3 Transkip wawancara siswa SKK 3 ... 138
3.5 Transkip wawancara siswa BKK 2 ... 142
3.6 Transkip wawancara siswa BKK 3 ... 144
3.7 Transkip wawancara siswa AKK 1 ... 146
3.8 Transkip wawancara siswa AKK 2 ... 147
3.9 Transkip wawancara siswa AKK 3 ... 148
Lampiran 4. Dokumentasi ... 150
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar hidup manusia. Tanpa adanya
pendidikan manusia akan sulit untuk menghadapi kemajuan zaman yang
semakin berkembang. Sebagaimana yang dikatakan oleh Mangunwijaya dalam
Yunus (2004) bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang esensial, karena
dengan pendidikan manusia bisa tahu siapa dirinya dan dunia di sekelilingnya.
Dengan demikian manusia tidak lagi gamang dalam menghadapi dan
menyelesaikan masalah terutama masalah-masalah yang lahir dari percepatan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perkembangan pengetahuan dan teknologi yang menopang
perkembangan budaya dan kehidupan manusia di berbagai kehidupan dunia
sejak masa lalu hingga masa datang dipengaruhi oleh bidang kemajuan dalam
matematika (Fathani, 2009). Hal ini menunjukkan bahwa matematika perlu
untuk dipelajari meskipun tidak semua orang dapat dengan mudah
memahaminya. Untuk itu, keberadaan matematika dalam dunia pendidikan
sangatlah penting.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang harus dipelajari
dalam dunia pendidikan. Namun tidak semua siswa menyukai pelajaran ini
rumit dan sulit untuk diselesaikan. Oleh karena itu, siswa perlu dibekali
dengan beberapa kemampuan untuk dapat menyelesaikan permasalahan
tersebut.
Sebagian besar aktivitas siswa dalam matematika adalah berpikir.
Berpikir kreatif matematis merupakan salah satu kemampuan yang harus
dimiliki siswa dalam matematika. Dengan dimilikinya kemampuan ini siswa
mampu menemukan strategi untuk dapat menyelesaikan permasalahan
matematika yang rumit. Berpikir kreatif berkaitan erat dengan kreativitas.
Berpikir kreatif merupakan suatu kegiatan yang digunakan oleh seseorang
untuk menciptakan suatu gagasan/ ide baru sedangkan kreativitas merupakan
suatu produk berpikir kreatif.
Kreativitas dalam matematika lebih ditekankan pada proses berpikir
kreatif. Pehkonen (1997) mendefinisikan berpikir kreatif dalam matematika
merupakan kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen. Berpikir logis
digunakan untuk menemukan solusi dalam memecahkan masalah matematika.
Sedangkan berfikir divergen mampu menghasilkan banyak gagasan dalam
menyelesaikan masalah. Berpikir logis dan berpikir divergen keduanya saling
dibutuhkan dalam menghasilkan proses berpikir kreatif matematis.
Untuk mencapai keberhasilan dalam belajar siswa perlu dibekali
dengan pendidikan karakter bangsa. Nilai – nilai karakter yang dapat
ditanamkan melalui mata pelajaran matematika diantaranya berpikir
logis-kreatif-inovatif, kerja keras, keingintahuan, kemandirian dan percaya diri
(Prayitno dan Widyantini, 2011). Kerja keras merupakan salah satu dari
karakter bangsa. Menurut Kesuma (2012) Kerja keras adalah perilaku yang
menunjukkan upaya sungguh-sungguh yang dilakukan seseorang secara terus
menerus dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya sampai tuntas. Dengan demikian,
siswa yang memiliki sikap kerja keras akan terus berusaha untuk dapat
menyelesaikan masalah matematika dengan sungguh-sungguh, pantang
menyerah dan berusaha untuk menyelesaikan tugas dengan sebaik mungkin.
Pondok pesantren modern Zam-Zam Muhammadiyah Cilongok
merupakan lembaga pendidikan Islam modern yang bertempat di Jl. Raya
Pernasidi no. 9. Pondok ini menerapkan sistem pembinaan tiga pilar (kelas,
masjid dan asrama). Pondok yang diresmikan pada tanggal 17 Juni 2008 ini
merupakan lembaga pendidikan terpadu antara kurikulum SMP dan kurikulum
pesantren. Meskipun pondok ini belum genap 10 tahun berdiri, namun sudah
memiliki berbagai prestasi.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti bermaksud akan melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis ditinjau dari Kerja Keras Siswa Kelas VII A Pondok Pesantren
Modern Zam-Zam Cilongok”.
B. Fokus Penelitian
Agar bahasan dalam penelitian tidak terlalu luas, maka penelitian ini
dibatasi pada kemampuan berpikir kreatif matematis ditinjau dari sikap kerja
keras siswa pada materi segitiga dan segiempat dalam mata pelajaran
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah:
Bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematis ditinjau dari kerja keras
siswa kelas VII A Pondok Pesantren Modern Zam-Zam Cilongok?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka yang menjadi tujuan
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif
matematis ditinjau dari kerja keras siswa kelas VII A Pondok Pesantren
Modern Zam-Zam Cilongok.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat bagi guru adalah sebagai alat evaluasi bagi guru sehingga guru
dapat mengembangkan kemampuan berfikir kreatif siswa dalam pelajaran
matematika
2. Manfaat bagi siswa adalah agar siswa dapat mengetahui tingkat
kemampuan berpikir kreatif matematisnya
3. Manfaat bagi peneliti adalah agar peneliti mengetahui bagaimana
kemampuan berpikir kreatif matematis ditinjau dari kerja keras siswa
BAB II
KAJIAN TEORETIK A. Kajian Teori
1. Deskripsi konseptual
a. Berpikir kreatif
Santrock (2011) mengemukakan bahwa berpikir adalah
memanipulasi atau mengelola dan mentransformasi informasi dalam
memori. Berpikir sering dilakukan untuk membentuk konsep,
bernalar, berpikir kritis, membuat keputusan, berpikir kreatif, dan
memecahkan masalah.
Berpikir kreatif merupakan suatu proses yang digunakan
ketika seseorang memunculkan suatu ide baru. Salah satu cara
adalah dengan menggabungkan ide-ide yang sebelumnya. Menurut
Pehkonen (1997) berpikir kreatif dapat diartikan sebagai suatu
kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen yang didasarkan
pada intuisi tetapi masih dalam kesadaran.
Berpikir kreatif berarti menemukan cara-cara baru yang lebih
baik untuk mengerjakan apa saja (Schawartz, 1996). Berfikir kreatif
merupakan bagaian dari kreativitas. Kreativitas dibutuhkan untuk
dapat bersaing dengan negara lain dalam era globalisasi. Oleh
karena itu, setiap orang dituntut untuk kreatif. Kreativitas ini
sebenarnya ada pada semua orang, namun dalam kadar dan bentuk
yang berbeda-beda. Apabila kreativitas yang dimiliki tidak dipupuk,
akan memiliki modal untuk bisa menyelesaikan masalah dalam
kehidupannya.
Sama halnya dengan pendapat dari Munandar (1999), setiap
orang pada dasarnya memiliki potensi kreatif dan kemampuan untuk
mengungkapkan dirinya secara kreatif, masing-masing dalam bidang
dan dalam kadar yang berbeda-beda. Yang terutama penting dalam
dunia pendidikan adalah bahwa bakat kreatif dapat dan perlu
dikembangkan dan ditingkatkan. Anak yang kreatif lebih berani
mengambil resiko dari pada anak-anak pada umumnya, artinya
dalam melakukan sesuatu yang bagi mereka amat berarti, penting
dan disukai, mereka tidak terlalu menghiraukan kritikan dan ejekan
orang lain. Mereka pun tidak takut untuk membuat kesalahan dan
mengemukakan pendapat mereka walaupun mungkin tidak disetujui
orang lain.
Ciri-ciri berpikir kreatif menurut Munandar (2009) adalah
sebagai berikut:
1) Berpikir lancar yaitu menghasilkan banyak gagasan/ jawaban
yang relevan dan arus memikirannya lancar
2) Berpikir luwes yaitu menghasilkan gagasan-gagasan yang
seragam mampu mengubah cara atau pendekatan dan arah
pemikiran yang berbeda-beda
3) Berpikir orisinal yaitu memberikan jawaban yang tidak lazim,
yang lain dari yang lain, yang jarang diberikan kebanyakan
4) Berpikir terperinci yaitu mengembangkan, menambahkan,
memperkaya suatu gagasan, memperinci detail-detail dan
memperluas suatu gagasan
Proses berpikir kreatif terdapat beberapa tahapan. Proses
berpikir kreatif dapat dilihat dari Teori Wallas dalam Munandar
(1999) yang menyatakan bahwa proses kreatif meliputi empat tahap,
yaitu:
1) Persiapan
seseorang mempersiapkan diri untuk memecahkan masalah
dengan berpikir, mencari jawaban, bertanya kepada orang dan
sebagainya.
2) Inkubasi
Pada tahap ini kegiatan mencari dan menghimpun data/
informasi tidak berlanjut. Namun proses pemecahan masalah
ada di dalam alam bawah sadar.
3) Iluminasi
Pada tahap ini timbulnya gagasan baru disertai dengan proses
psikologi yang mengikuti munculnya gagasan baru.
4) Verifikasi
Pada tahapan ini ide atau kreasi baru harus diuji terhadap
realitas. Pada tahap ini diperlukan pemikiran kritis dan
b. Kemampuan berpikir kreatif matematis
Kreativitas bukanlah karakteristik yang hanya ditemukan
pada seni dan sains, melainkan juga bagian dari kehidupan
setiap hari. Kreativitas juga merupakan bagian penting dari
matematika (Pehkonen, 1997). Singh mendefinisikan kreativitas
matematika menggunakan definisi dari Torrance pada kreativitas
untuk merumuskan sebab dan akibat hipotesis pada situasi
matematika (Mann, 2006). Sedangkan Laycock menguraikan
kreativitas matematika sebagai kemampuan untuk menganalisis
masalah yang diberikan dari sudut pandang yang berbeda, melihat
pola, perbedaan dan persamaan, menghasilkan gagasan ganda dan
memilih metode yang tepat untuk menguraikannya dengan situasi
metematika yang tidak lazim (Nadjafikhah, 2011).
Untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis ada
beberapa indikator yang dapat digunakan. Silver (1997) berpendapat
bahwa guru dapat menggunakan dimensi kreativitas yaitu fluency
(kelancaran), flexibility (keluwesan) dan novelty (kebaruan) untuk
membangun kecakapan murid dalam menghadapi masalah
matematika. Haylock, Jensen, Tuli, Kim dkk menggunakan konsep
dari fluency, flexibility dan originality (keaslian) dalam matematika
dan Holland menambahkan elaboration (mengembangkan metode)
dan sensitivity (kritik membangun dari cara yang normal)(Mann,
Berdasarkan dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
kemampuan berpikir kreatif matematis adalah kemampuan
seseorang dengan menggunakan akal budinya sebagai suatu proses
perumusan hipotesis dalam menyelesaikan masalah matematika
dengan melakukan modifikasi. Adapun indikator yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Fluency (kelancaran) yaitu kemampuan siswa dalam
menghasilkan banyak jawaban yang relevan dalam pemecahan
masalah matematika
Contoh soal:
Hitunglah ada berapa banyak bangun persegi
yang mungkin dapat dibentuk dari gambar
di samping
Jawaban:
Persegi dengan sisi 1 satuan panjang = 4 x 4 = 16
Persegi dengan sisi 2 satuan panjang = 9
Persegi dengan sisi 3 satuan panjang = 4
Persegi dengan sisi 4 satuan panjang = 1
2) Flexibility (keluwesan) yaitu kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah matematika dengan menghasilkan gagasan
yang beragam mampu mengubah cara atau pendekatan baru dan
Contoh soal:
Perhatikan gambar berikut!
Jawaban:
Alternatif 1:
Luas Δ ADG = Luas Δ BCE
Luas Δ ADG = ½ a x t = ½ x 4 x 8 = 16 cm2
Luas persegi ABCD = 8 x 8 = 64 cm2 Luas Δ AEF = ½ a x t = ½ x 4 x 4 = 8 cm2
Luas bangun CEFG = Luas persegi ABCD−( Luas Δ ADG +
Luas Δ BCE + Luas Δ AEF)
Luas bangun CEFG = 64 − ( 16 + 16 + 8) = 24 cm2
Alternatif 2:
Luas Δ CDE = ½ a x t = ½ x 8 x 8 = 32 cm2
Luas Δ DGF = ½ a x t = ½ x 4 x 4 = 8 cm2
Luas bangun CEFG = Luas Δ CDE −Luas Δ DGF
= 32 cm2– 8 cm2 = 24 cm2
3) Originality (keaslian) yaitu kemampuan siswa memberikan
jawaban yang tidak biasa dan jarang diberikan kebanyakan siswa
dalam memecahkan masalah matematika
Bangun ABCD merupakan sebuah bangun
persegi dengan panjang sisi 8 cm.
Hitunglah luas bangun CEFG dengan
menggunakan lebih dari satu cara! F
D G C
Contoh soal:
Gambarlah gabungan bangun datar yang dapat membentuk
sebuah bangun jajargenjang dan sebutkan nama pada setiap
bangun datar tersebut!
Jawab:
Alternatif 1:
Jajar genjang yang terbentuk dari bangun layang-layang, 2
trapesium dan 2 segitiga
Alternatif 2:
Jajargenjang yang terbentuk dari 2 segitiga, 1 belah ketupat dan
2 trapesium
4) Elaboration (terperinci) yaitu kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika dengan menguraikan
Contoh soal:
Perhatikan gambar berikut ini!
A E B
Ditanya: Luas bangun BEFG?
Jawab: F
Bangun ABCD merupakan sebuah persegi panjang dengan panjang 8 cm dan lebar 6 cm. 𝐴𝐸
̅̅̅̅= 𝐵𝐸 ̅̅̅̅̅= 𝐷𝐺̅̅̅̅ = 𝐺𝐶̅̅̅̅ dan 𝐴𝐹̅̅̅̅ = 𝐷𝐹
Luas BEFG = Luas Δ EFG + Luas Δ BEG
Δ EFG merupakan segitiga sama kaki dengan alas 6 cm dan
tinggi 4 cm. Luas Δ EFG = ½ a x t = ½ x 6 x 4 = 12 cm2
Δ BEG merupakan segitiga siku-siku dengan alas 4 cm dan
tinggi 6 cm. Luas Δ BEG = ½ a x t = ½ x 4 x 6 = 12 cm2
Luas BEFG = 12 cm2 + 12 cm2 = 24 cm2 Jasi, luas bangun BEFG = 24 cm2
Alternatif 2:
Diketahui:
Panjang = AB = CD = 8 cm
Lebar = BC = AD = 6 cm
AE=BE=CG=DG
AE+BE = AB
AE+AE = AB
2 AE = AB
AE = 𝐴𝐵 2 =
8
2 cm = 4 cm
AF=DF
AF+DF=AD
AF+AF=AD
2AF=AD
AF= 𝐴𝐷 2 =
6
2 cm = 3cm
Jawab:
A E F
F G D
Luas BEFG = Luas ABCD –(Luas AEDF + Luas Δ BCG)
= p1 x l1– (p2 x l2 + ½ x a x t)
= (8 x 6 – ( 4 x 3 + ½ x 4 x 6)) cm2
= (48 – ( 12 + 12)) cm2 = (48 – 24) cm2 = 24 cm2
Jadi, luas BEFG adalah 24 cm2 c. Kerja Keras
Dalam Pedoman Pengembangan Pendidikan dan karakter
Bangsa Kementrian Pendidikan Nasional (Prayitno dan Widyanti,
2011) menyatakan bahwa terdapat 18 macam nilai karakter bangsa
yang perlu dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter
bangsa. 18 macam karakter yang dimaksud adalah religius, jujur,
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokrasi, rasa ingin
tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat/ komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli
lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Nilai karakter yang diterapkan pada mata pelajaran matematika
SMP adalah nilai-nilai yang paling dekat dengan mata pelajaran
dalam pembelajaran matematika yaitu berpikir
logis-kritis-kreatif-inovatif, kerja keras, keingintahuan, kemandirian dan percaya diri
(Prayitno dan Widyantini; 2011).
Kerja keras merupakan sikap yang harus dimiliki oleh setiap
orang yang menginginkan kesuksesan. Menurut Yaumi (2014) banyak
orang yang berhasil bukan karena orang itu memiliki kecerdasan yang
tinggi dan kepintaran yang luar biasa, tetapi karena kemauan yang kuat
dan bekerja keras untuk mewujudkannya.
Kerja keras adalah suatu istilah yang melingkupi suatu upaya
yang terus dilakukan (tidak pernah menyerah) dalam menyelesaikan
pekerjaan/ yang menjadi tugasnya sampai tuntas (Kesuma: 2012). Kerja
keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Kerja keras juga penting
untuk diajarkan bagi peserta didik agar memiliki semangat dalam
belajar yang kuat untuk menggapai cita-citanya.
Karakter kerja keras menurut Kesuma dkk (2012) adalah sebagai
berikut:
1) Merasa risau jika pekerjaannya belum terselesaikan sampai tuntas
2) Mengecek/ memeriksa terhadap apa yang harus dilakukan/ apa
yang menjadi tanggungjawabnya dalam suatu jabatan/ posisi
3) Mampu mengelola waktu yang dimilikinya
4) Mampu mengorganisasi sumber daya yang ada untuk
Menurut Prayitno dan Widyantini (2011) indikator kerja keras
adalah sebagai berikut:
1) Mengerjakan semua tugas kelas selesai dengan baik pada waktu
yang telah ditetapkan
2) Tidak putus asa dalam menghadapi kesulitan dalam menghadapi
masalah
3) Tidak mudah menyerah dalam menghadapi masalah.
Jadi, berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
kerja keras adalah suatu usaha untuk menyelesaikan masalah dengan
sungguh-sungguh dan pantang menyerah dalam menghadapi hambatan
belajar dan menyelesaikan tugas. Berdasarkan karakter yang telah
disampaikan oleh beberapa ahli di atas maka indikator yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Merasa risau jika pekerjaannya belum selesai sampai tuntas
2) Mengerjakan semua tugas dengan baik pada waktu yang telah
ditetapkan
3) Tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan tugas
4) Mencari strategi untuk mengatasi kesulitan
5) Memeriksa terhadap apa yang harus dilakukan
d. Materi segitiga dan segiempat
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah materi
segitiga dan segiempat pada kelas VII. Adapun standar kompetensi,
Standar Kompetensi :
6. Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan
ukurannya
Kompetansi Dasar :
6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat segitiga berdasarkan sisi dan
sudutnya
6.2 Mengidentifikasi sifat-sifat persegipanjang, persegi, trapesium,
jajargenjang, belah ketupat dan layang-layang
6.3 Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segiempat
serta menggunakannya dalam pemecahan masalah
Indikator pencapaian kompetensi:
1) Menjelaskan jenis-jenis segitiga berdasarkan sisi-sisinya
2) Menjelaskan jenis-jenis segitiga berdasarkan besar sudutnya
3) Menjelaskan pengertian jajargenjang, persegi, persegi panjang,
belah ketupat, trapesium dan layang-layang menurut sifatnya.
4) Menjelaskan sifat-sifat segiempat ditinjau dari sisi, sudut dan
diagonalnya
5) Menurunkan rumus keliling bangun segitiga dan segiempat
6) Menurunkan rumus luas bangun segitiga dan segiempat
7) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung
2. Penelitian Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Siswono (2006) dengan judul “Desain Tugas untuk Mengidentifikasi Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa dalam Matematika”. Dari hasil penelitian tersebut menghasilkan
sebuah kesimpulan yaitu: Hal penting dalam mendesain tugas harus
memperhatikan aspek isi (materi), konteks, kontruksi dan bahasa. Isi
atau materi harus sudah dipelajari atau diketahui siswa dan berkaitan
lebih dari dengan satu konsep atau pengetahuan matematika siswa.
Konteks masalah harus sudah dikenal siswa dan sesuai dengan tingkat
kelas atau perkembangan kognitifnya. Kontruksi atau bentuk tugas
dapat berupa pemecahan masalah, pengajuan masalah, atau gabungan
keduanya dan susunan butir-butir pertanyaan menuntun pada divergensi
jawaban maupun cara penyelesaian. Sedang aspek bahasa perlu
diperhatikan kaidah bahasa yang benar, komunikatif dan tidak
menimbulkan penafsiran ganda atau sesuai dengan kemampuan bahasa
siswa.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Nastiti (2015) yang berjudul “Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas
VII F SMP Negeri 1 Rembang”. Menghasilkan kesimpulan bahwa
siswa kelompok tinggi mengusai maksimal 3 indikator kemampuan
berpikir kreatif matematis yaitu berpikir lancar, berpikir orisinal, dan
berpikir terperinci. Sama halnya dengan siswa kelompok tinggi, Siswa
kreatif matematis yaitu berpikir lancar, berpikir orisinal dan berpikir
terperinci. Namun kemampuan untuk berpikir terperinci dari kelompok
tinggi lebih baik dari pada kelompok sedang. Selanjutnya, siswa
kelompok rendah hanya menguasai maksimal 2 indikator kemampuan
berpikir kreatif matematis yaitu berpikir orisinal dan berpikir terperinci.
3. Kerangka Berpikir
Berpikir kreatif merupakan salah satu kemampuan yang
dibutuhkan dalam matematika. Siswa yang memiliki kemampuan
berpikir kreatif lebih berani dalam mengambil resiko dibandingkan
dengan siswa pada umumnya. Siswa tersebut dapat mencari jalan
keluar untuk menyelesaikan masalah karena ia mampu berpikir secara
logis dan divergen dalam mencari solusi. Siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kreatif matematis dapat menyelesaikan
permasalahan matematika dengan cara yang unik.
Kerja keras merupakan salah satu karakter yang perlu
dikembangkan dalam dunia pendidikan salah satunya pada mata
pelajaran matematika. Matematika dikenal sebagai mata pelajaran yang
cukup rumit, sehingga dibutuhkan sikap kerja keras dalam
menyelesaikan masalah matematika. Kerja keras adalah upaya
sungguh-sungguh dalam menyelesaikan masalah saat menghadapi
hambatan belajar dan dalam menyelesaikan masalah. Seorang yang
menyelesaikan tugasnya. Ia berusaha menyelesaikan tugasnya dengan
baik sampai tuntas pada waktunya.
Berdasarkan definisi di atas muncul suatu pertanyaan. Apakah
setiap siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif juga memiliki
sikap kerja keras?. Oleh karena itu, peneliti akan menganalisis
kemampuan berpikir kreatif matematis ditinjau dari kerja keras siswa.
Dalam melengkapi data untuk dianalisis, dibuat suatu instrumen berupa
angket, tes dan wawancara. Angket digunakan untuk mengukur sikap
kerja keras siswa berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Tes
digunakan untuk mengukur kamampuan berpikir kreatif siswa
berdasarkan indikator berpikir kreatif.
Setelah data diperoleh lalu dilakukan analaisis terhadap hasil
angket, tes dan wawancara. Kemudian dikaitan antara kerja keras
dengan berpikir kreatif matematis. Setelah dilakuakn analisis
kemampuan berpikir kreatif matematis ditinjau dari kerja keras lalu
BAB III
METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data
yang disajikan merupakan hasil dari analisis kemampuan berpikir
kreatif ditinjau dari kerja keras siswa kelas VII A pondok pesantren
modern Zam-zam Cilongok.
2. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di pondok pesantren modern
Zam-zam Cilongok pada semester genap tahun ajaran 2015/2016.
3. Subyek penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas VII A Pondok Pesantren
Modern Zam-Zam Cilongok yang berjumlah 24 siswa. Pengambilan
subyek dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling.
4. Prosedur penelitian
Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Menentukan sekolah yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian.
Lokasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pondok
pesantren modern Zam-zam Cilongok yang merupakan program
pesantren dari SMP Muhammadiyah Cilongok.
b. Menentukan masalah yang akan diteliti. Masalah yang akan diteliti
siswa kelas VII A pondok pesantren modern Zam-zam Cilongok
tahun 2015-2016 pada semester genap.
c. Menyiapkan instrumen penelitian diantaranya membuat kisi-kisi
soal tes, tes kemampuan berpikir kreatif, pedoman wawancara,
kisi-kisi pedoman wawancara dan angket sikap kerja keras.
d. Mengkonsultasikan instrumen penelitian kepada dosen pembimbing.
e. Memberikan angket sikap kerja keras kepada subyek penelitian.
f. Mengelompokkan siswa berdasarkan hasil angket sikap kerja keras
siswa
g. Memberikan tes kemampuan berpikir kreatif kepada seluruh subyek
h. Memilih tiga siswa dari masing-masing kategori dengan cara
purposive sampling untuk penelitian selanjutnya.
i. Mewawancarai subyek yang telah dipilih sebagai fokus penelitian
untuk mengkonfirmasi kemampuan berpikir kreatif matematis
j. Menganalisa hasil penelitian.
k. Menyusun laporan penelitian.
B. Teknik pengumpulan data 1. Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawab. Angket yang digunakan pada
penelitian ini mengenai sikap kerja keras siswa. Pengumpulan data
Teknik untuk menganalisis angket menggunakan penskoran.
Kriteria yang digunakan dalam menganalisis kerja keras yaitu siswa
yang sama sekali belum memiliki kerja keras, siswa yang sudah
menunjukkan tanda awal sikap kerja keras, siswa yang sudah
menunjukkan berkembangnya sikap kerja keras dan siswa yang
sudah memiliki sikap kerja keras. Kriteria untuk mengolah hasil
responden pada angket kerja keras adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Kriteria Penskoran Angket
Pertanyaan Alternatif Jawaban
Positif Negatif
Selalu (SL) 4 1
Sering (S) 3 2
Pernah (P) 2 3
Tidak pernah (TP) 1 4
Adapun Kriteria dari menyimpulkan hasil angket sikap kerja
keras adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Kriteria Penyimpulan Angket
Skor Kesimpulan
1 ≤ skor ≤ 20 Siswa sama sekali belum memiliki sikap kerja keras (BSKK)
21 ≤skor ≤ 40 Siswa sudah menunjukan tanda awal memiliki sikap kerja keras (AKK)
41 ≤skor ≤ 60 Siswa sudah menunjukkan berkembangnya sikap kerja keras (BKK)
61 ≤skor ≤ 80 Siswa sudah memiliki sikap kerja keras (SKK)
2. Tes
Tes yang digunakan pada penelitian ini adalah tes yang
berupa uraian. Tes ini menggunakan soal yang mengukur
kemampuan berpikir kreatif matematis materi segitiga dan
segiempat pada mata pelajaran matematika kelas VII.
3. Wawancara
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
wawancara terstruktur. Sebelum menjalankan wawancara, peneliti
terlebih dahulu menyusun pertanyaan yang akan diajukan kepada
siswa yaitu mengenai kemampuan berpikir kreatif matematis dan
sikap kerja keras siswa.
Adapun hal-hal yang ingin diketahui dari hasil wawancara
adalah bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematis ditinjau
kerja keras siswa kelas VII pondok pesantren Zam-Zam Cilongok.
C. Instrumen penelitian
Instrumen utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu
sendiri. Namun setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka akan
dikembangkan instrumen penelitian sederhana yang diharapkan dapat
melengkapi data dan membandingkan data yang telah ditemukan
melalui angket, tes dan wawancara.
D. Teknik analisis data
Miles and Huberman dalam Sugiono (2010) mengemukakan
bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu
data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan
conclusion drawing/verification (penarikan kesimpulan dan
verifikasi).
1) Data reduction (reduksi data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,
untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama
peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan makin banyak,
kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data
melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari
tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
Dalam penelitian ini reduksi data difokuskan untuk mengukur
kamampuan berpikir kreatif matematis ditinjau dari kerja keras
siswa.
2) Data display (penyajian data)
Setelah melakukan reduksi data, langkah selanjutnya adalah
menyajian data. Penyajian data dalam penelitian ini akan disajikan
dalam bentuk teks narasi dan diagram agar data lebih mudah
3) Conclusion drawing/verification (penarikan kesimpulan dan
verifikasi)
Langkah yang selanjutnya adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Dalam melakukan penarikan kesimpulan melihat dari data
analisis yang telah disajikan. Dari data tersebut dapat ditarik
kesimpulan tentang kemampuan berpikir kreatif ditinjau dari kerja
keras siswa dalam pembelajaran matematika
E. Uji validasi hasil analisis
Uji validasi hasil analisis data menggunakan triangulasi.
Triangulasi merupakan teknik pemeriksaaan keabsahan data dengan
menggunakan sumber lain untuk keperluan pengecekan sebagai
pembanding terhadap data yang diperoleh (Moleong:2007).
Triangulasi data dalam penelitian ini akan dilakukan setelah peneliti
memperoleh data dari hasil tes, angket, dan wawancara.
Triangulasi (Moleong:2007) merupakan cara terbaik untuk
menghilangkan perbedaan-perbedaan konstuksi kenyataan yang ada
dalam konteks suatu studi pada waktu pengumpulan data tentang
suatu kejadian. Kejadian dalam hal ini adalah kemampuan berpikir
kreatif ditinjau dari kerja keras siswa.
Triangulasi akan dilakukan dengan membandingkan sumber
yang telah diperoleh dari hasil penelitian. Peneliti akan
membandingkan data hasil penelitian dari data hasil tes dengan
wawancara mengenai kemampuan berpikir kreatif yang ditinjau dari
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Modern Zam-zam
Muhammadiyah Cilongok. Pondok ini merupakan lembaga pendidikan
Islam modern yang bertempat di Jl. Raya Pernasidi no. 9. Pondok ini
menerapkan sistem pembinaan tiga pilar (kelas, masjid dan asrama).
Pelaksanaan penelitian pada semester genap pada 4 – 7 Juni tahun ajaran
2015/2016.
2. Subyek penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII A.
Peneliti mengelompokkan siswa berdasarkan sikap kerja keras siswa yang
diambil dari hasil angket kerja keras. Kemudian memberikan tes
kemampuan berpikir kreatif matematis. Setelah itu, dilakukan wawancara
yang dipilih dari masing-masing kategori dengan cara purposive sampling
yaitu dengan menggunakan pertimbangan tertentu berdasarkan tingkatan
kerja keras siswa. Wawancara dilakukan untuk mengkonfirmasi
B. Hasil Penelitian
1. Analisis Hasil Angket Sikap Kerja Keras Siswa
Pengambilan data sikap kerja keras dengan menggunakan angket
yang disebar kepada subyek penelitian sebanyak 24 siswa pada kelas VIIA
Pondok pesantren zam-zam Cilongok. Pengelompokan subyek penelitian
pada sikap kerja keras adalah berdasarkan kriteria kerja keras siswa pada
tabel 3.2. Siswa dikelompokkan berdasarkan empat tingkat. Pada tingkat
pertama dengan skor 1 sampai 20 bagi siswa yang sama sekali belum
memiliki sikap kerja keras. Pada tingkat kedua dengan skor 21 sampai 40
yaitu siswa yang sudah menunjukkan tanda awal memiliki sikap kerja keras.
Pada tingkat ketiga dengan skor 41 hingga 60 adalah bagi siswa yang sudah
menunjukkan berkembangnya sikap kerja keras. Pada tingkat keempat
dengan skor 61 hingga 80 adalah bagi siswa yang sudah memiliki sikap
kerja keras. Adapun hasil dari sikap kerja keras siswa kelas VII A adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.1 Pengelompokan subyek penelitian berdasarkan sikap kerja keras siswa
Kategori Kerja Keras
NHA 61 tanda awal kerja keras
AR 40 AKK 1
NAA 40 AKK 2
ZIZ 38 AKK 3
Keterangan :
SKK 1 = Subyek sudah memiliki sikap kerja keras (1) SKK 2 = Subyek sudah memiliki sikap kerja keras (2) SKK 3 = Subyek sudah memiliki sikap kerja keras (3)
BKK 1 = Sikap kerja keras subyek sudah mulai berkembang 1 BKK 2 = Sikap kerja keras subyek sudah mulai berkembang 2 BKK 3 = Sikap kerja keras subyek sudah mulai berkembang 3 AKK 1 = Subyek menunjukkan tanda awal sikap kerja keras (1) AKK 2 = Subyek menunjukkan tanda awal sikap kerja keras (2) AKK 3 = Subyek menunjukkan tanda awal sikap kerja keras (3)
Berdasarkan hasil dari angket kerja keras siswa dibagi dalam 3
kategori yaitu siswa yang sudah memiliki sikap kerja keras, siswa sudah
mulai menunjukkan berkembangnya sikap kerja keras dan siswa yang baru
menunjukkan tanda awal sikap kerja keras. Dasar pertimbangan pemilihan
subyek berdasarkan tingkatan pada sikap kerja keras siswa. Dari
masing-masing kategori dipilih 3 responden untuk dilakukan penelitian selanjutnya
yaitu untuk menganalisis kemampuan berpikir kreatif matematis
2. Analisis Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis (KBKM) dan Wawancara Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
a. Soal nomor 1
1. Paman akan membuat sebuah taman yang berbentuk segitiga namun paman belum menentukan ukurannya. Jika besar salah satu sudutnya adalah 20𝑥°, maka tentukan besar sudut yang lainnya dan gambarlah segitiga tersebut!. Berikan lebih dari satu jawaban!
Soal nomor 1 dapat digunakan untuk mengukur kelancaran dan
keluwesan dibuat berdasarkan KD 6.1 yaitu mengidentifikasi sifat-sifat
segitiga berdasarkan sisi dan sudutnya. Berikut adalah hasil dari jawaban
siswa:
1) Subyek sudah memiliki sikap kerja keras (SKK)
a. SKK 1
Gambar 4.1
Jawaban subyek SKK 1 soal KBKM nomor 1
(1) Indikator fluency (kelancaran)
Berdasarkan jawaban subyek SKK 1 pada gambar 4.1
terlihat bahwa SKK 1 mampu memberikan dua jawaban yang
pertama SKK 1 membuat segitiga lancip dan pada segitiga kedua
SKK 1 membuat segitiga sama kaki. Subyek SKK 1 merasa yakin
dengan jawaban yang ia berikan. Ketika dilakukan wawancara,
subyek SKK 1 mampu menjelaskan apa yang diketahui, ditanyakan
dan mampu menjelaskan bagaimana caranya menjawab pertanyaan
tersebut.
(2) Indikator flexibility (keluwesan)
Berdasarkan gambar 4.1 terlihat bahwa subyek SKK1
sudah mampu memberikan dua jenis segitiga dengan ukuran yang
berbeda. Subyek SKK 1 merasa yakin dengan jawaban yang dia
berikan. SKK 1 mengerjakan soal nomor 1 dengan mengubah
variabel x. Pada jawaban yang pertama nilai x = 4 sedangkan pada
jawaban yang kedua nilai x = 5. Pada jawaban yang pertama
subyek SKK 1 membuat sebuah bangun yang berbentuk segitiga
lancip. Ukuran sudut yang terbentuk dari segitiga pertama adalah 80˚, 80˚, dan 20˚. Sedangkan pada jawaban yang kedua subyek
SKK 1 menggambar segitiga sama kaki. Ukuran sudut yang terbentuk dari segitiga yang kedua adalah 100˚, 40˚, dan 40˚.
Ketika dilakukan wawancara, subyek SKK 1 mampu menjelaskan
b. SKK 2
Gambar 4.2
Jawaban subyek SKK 2 soal KBKM nomor 1
(1) Indikator fluency (kelancaran)
Berdasarkan gambar 4.2 terlihat bahwa subyek SKK 2 sudah
dapat memberikan dua jawaban yang relevan. Pada jawaban pertama
subyek SKK 2 membuat segitiga sama kaki dan pada jawaban kedua
SKK 2 membuat segitiga siku-siku. Jawaban tersebut didapatkan
dari jumlah sudut-sudut dalam segitiga yang dikurangi dengan salah
satu sudut yang sudah diketahui yaitu 20x. Saat dilakukan
wawancara subyek SKK 2 dapat memberikan apa yang diketahui,
ditanya dan mampu menjelaskan jawabannya dengan tepat. Saat
ditanya kemungkinan jawaban lainnya subyek SKK 2 menjawab ada
banyak kemungkinan dan ada banyak jenis segitiga yang dapat
(2) Indikator flexibility (keluwesan)
Dari gambar terlihat bahwa SKK 2 sudah mampu memberikkan
dua gagasan yang berbeda dengan membuat dua buah segitiga dengan
bentuk dan ukuran yang berbeda. Pada jawaban yang pertama SKK 2
memisalkan nilai x = 2 sehingga besar salah satu sudutnya yaitu 40˚.
Adapun ukuran yang diberikan pada setiap sudutnya yaitu 70˚, 70˚ dan 40˚. Sedangkan pada kemungkinan jawaban kedua subyek SKK 2
memisalkan x =1 sehingga besar salah satu sudutnya adalah 20˚
kemudian SKK 2 memberikan ukuran pada sudut yang lainnya sebesar 90˚ dan 70˚. Karena besar salah satu sudutnya 90˚ maka
taman yang akan dibuat berbentuk segitiga siku-siku. Pada saat
wawancara subyek SKK 2 mampu menjelaskan langkah-langkah
dalam menjawab soal nomor 1.
c. SKK 3
Gambar 4.3
Jawaban subyek SKK 3 soal KBKM nomor 1
(1) Indikator fluency (kelancaran)
Berdasarkan gambar 4.3 terlihat bahwa subyek SKK 3 sudah
SKK 3 mengerjakan soal nomor 1 dengan memberikan variabel yang sama sehingga ukuran salah satu sudutnya yaitu 20˚. Pada saat
mengerjakan soal SKK 3 belum menuliskan jenis segitiga. Pada saat
wawancara SKK 3 mampu menjelaskan jawabannya dan mampu
membedakan jenis segitiga berdasarkan sudutnya. SKK 3 menjawab
segitiga yang pertama berbentuk segitiga siku-siku dan pada segitiga
yang kedua berbentuk segitiga sama sisi.
(2) Indikator flexibility (keluwesan)
SKK 3 mampu memberikan dua cara yang berbeda. Kedua
jawaban yang diberikan memiliki ukuran dan bentuk yang berbeda.
Pada saat pelaksanaan wawancara subyek SKK 3 mampu menjelaskan
langkahnya dalam mengerjakan soal tersebut. Pada cara yang pertama
SKK 3 mengerjakan dengan cara mengurangi jumlah sudut dalam
segitiga dengan jumlah sudut yang sudah diketahui dan besar sudut
siku-siku. Sehingga ukuran untuk masing-masing sudut pada segitiga yang pertama yaitu 20˚, 90˚ dan 70˚. Sedangkan pada segitiga yang
kedua caranya setelah 180˚ - 20˚ hasilnya dibagi dua. Sehingga ukuran
ii. Subyek sudah menunjukkan berkembangnya sikap kerja keras (BKK)
a. BKK 1
Gambar 4.4
Jawaban subyek BKK 1 pada soal KBKM no 1
(1) Indikator fluency (kelancaran)
Berdasarkan gambar 4.4 terlihat bahwa subyek BKK 1 sudah
mampu memberikan dua jawaban. Adapun jawaban yang diberikan
oleh BKK 1 kurang jelas karena BKK 1 belum mampu
menggambar segitiga dengan ukuran yang benar. Subyek hanya
menggambarkan dua buah segitiga tanpa memberikan keterangan
baik dari jenisnya ataupun besar sudutnya. Saat dilakukan
wawancara subyek BKK 1 tidak dapat menjelaskan jawabannya
dengan baik.
(2) Indikator flexibility (keluwesan)
Pada gambar 4.4 terlihat bahwa BKK 1 sudah berusaha
menjawab soal nomor 1 dengan menggunakan langkah yang
berbeda. Saat dilakukan wawancara BKK 1 menjelaskan cara
mencari ukuran sudut – sudutnya. Namun BKK 1 tidak dapat
b. BKK 2
Gambar 4.5
Jawaban subyek BKK 2 soal KBKM nomor 1
(1) Indikator fluency (kelancaran)
Berdasarkan gambar 4.5 terlihat bahwa subyek BKK 2 hanya
mampu memberikan satu bentuk segitiga yang masih belum diberi
nama jenis segitiganya. Saat dilakukan wawancara subyek BKK 2
terlihat kebingungan untuk menjelaskan jawaban yang telah
diberikan. BKK 2 tidak dapat memberikan jawaban lain yang
relevan.
(2) Indikator flexibility (keluwesan)
Subyek BKK 2 hanya memberikan sebuah gambar segitiga
pada lembar jawab yang disediakan, disebelah gambar terlihat
langkah untuk mencari sudut yang lainnya. Saat dilakukan
wawancara subyek BKK 2 tidak dapat menjelaskan langkah-langkah
dalam menjawab soal nomor 1. Subyek BKK 2 belum terlalu
mamahami materi segitiga sehingga jawaban yang diberikan kurang
jelas langkah-langkahnya. Dengan demikian maka dapat
belum mampu mengidentifikasi sifat-sifat segitiga berdasarkan sisi
dan sudutnya.
c. BKK 3
Gambar 4.6
Jawaban subyek BKK 3 soal KBKM nomor 1
(1) Indikator fluency (kelancaran)
Berdasarkan gambar 4.6 terlihat bahwa subyek BKK 3 telah
memberikan dua jawaban yang relevan. Pada jawaban yang pertama
subyek BKK 3 memberikan nilai x = 2 sehingga salah satu sudutnya adalah 40˚. Sedangkan pada jawaban yang kedua BKK 3
memberikan nilai x = 3 sehingga salah satu sudutnya adalah 60˚.
Pada saat wawancara BKK 3 mampu menjelaskan langkahnya tanpa
ragu. Subyek BKK 3 memberikan dua jawaban yang satu berbentuk
segitiga siku-siku dan pada jawaban yang kedua berbentuk segitiga
(2) Indikator flexibility (keluwesan)
Subyek BKK 3 mampu memberikan dua gambar segitiga
dengan ukuran dan jenis yang berbeda. BKK 3 tidak menuliskan
langkah-langkahnya pada lembar jawab tes KBKM namun saat
dilaksanakan wawancara BKK 3 mampu menjelaskan
langkah-langkahnya denan baik. Pada cara pertama menentukan salah satu
sudutnya dengan menguubah variabel x menjadi 2 sehingga salah
satu sudutnya 40˚. Setelah jumlah sudut-sudut dalam segitiga
dikurangi dengan 40˚ dan dikurangi lagi dengan 90˚ yaitu besar
salah satu sudut dalam segitiga siku-siku menghasilkan sudut 50˚.
Sedangkan pada jawaban yang kedua subyek BKK 3 memberikan
nilai x=3 maka salah satu sudutnya adalah 60˚ kemudian besar sudut yang lainnya adalah 50˚ dan 70˚ sehingga membentuk segitiga
sebarang.
iii. Subyek menunjukkan tanda awal sikap kerja keras (AKK)
a. AKK 1
Gambar 4.7
(1) Indikator fluency (kelancaran)
Berdasarkan gambar 4.7 terlihat bahwa subyek AKK 1 sudah
mampu memberikan dua jawaban dengan bentuk yang berbeda.
Namun jawaban yang diberikan kurang tepat dan tidak jelas. Subyek
AKK 1 hanya memberikan dua gambar tanpa ada keterangan besar
sudutnya dan jenis segitiga yang ia gambar.
Pada saat dilaksanakan wawancara subyek AKK 1 tidak
dapat menjelaskan jawaban yang diberikan. Subyek AKK 1
mengatakan bahwa soal nomor 1 cukup sulit dan ia tidak dapat
menyelesaikannya dengan baik.
(2) Indikator flexibility (keluwesan)
Berdasarkan gambar 4.7 AKK 1 sudah memberikan dua
gambar yang berbeda disertai cara di sebelah kirinya. Langkah yang
AKK 1 berikan sama dengan siswa yang lain namun saat dilakukan
wawancara AKK 1 tidak dapat menjelaskan kembali cara untuk
menyelesaikan soal nomor 1.
b. AKK 2
Gambar 4.8
(1) Indikator fluency (kelancaran)
Berdasarkan gambar 4.8 terlihat bahwa subyek AKK 2 sudah
memberikan dua gambar yang berbeda. Namun pada gambar tidak
diberi keterangan maupun ukuran besar sudutnya. Jawaban yang
diberikan kurang jelas dan tidak tepat karena subyek tidak menjawab
pertanyaan sesuai perintah pada soal. Dari jawaban yang diberikan
terlihat bahwa subyek AKK 2 belum memahami soal yang
diberikan. Saat pelaksanaan wawancara subyek mengatakan bahwa
soal dan belum pernah menemui soal yang serupa sehingga
menjawab sebisanya saja.
(2) Indikator flexibility (keluwesan)
Dari jawaban yang diberikan terlihat bahwa AKK 2
mencoba mencari ukuran sudut yang lain agar dapat membentuk
sebuah segitiga. Namun langkah yang diberikan oleh AKK kurang
tepat dan saat dilakukan wawancara subyek AKK 2 tidak mampu
menjelaskan langkah-langkah untuk menyelesaikan soal nomor 1
c. AKK 3
Gambar 4.9
(1) Indikator fluency (kelancaran)
Berdasarkan gambar 4.9 terlihat bahwa subyek AKK 3 hanya
memberikan satu jawaban saja yang berbentuk segitiga sama kaki.
Dari gamabar tersebut telihat bahwa AKK 3 membuat segitiga yang
besar sudutnya adalah 80˚, 80˚ dan 20˚. Saat dilakukan wawancara
subyek AKK 3 tidak mampu menjelaskan kembali jawaban yang
diberikan. Dari jawaban yang diberikan terlihat bahwa subyek AKK
3 belum mampu mengidentifikasi sifat-sifat segitiga berdasarkan
sudutnya. Selain itu, subyek AKK 3 juga tidak mampu memberikan
kemungkinan jawaban yang lainnya.
(2) Indikator flexibility (keluwesan)
Subyek AKK 3 hanya mampu memberikan satu jawaban
saja. Saat dilakukan wawancara subyek AKK 3 tidak mampu
memberikan gagasan yang lain untuk menyelesaikan soal nomor 1.
Dari jawaban yang diberikan terlihat bahwa subyek AKK 3 belum
mampu mengidentifikasi sifat-sifat segitiga berdasarkan sudutnya.
b. Soal nomor 2
Soal nomor 2 dapat digunakan untuk mengukur keluwesan dan
keaslian berdasarkan KD 6.2 dengan indikator yaitu menentukan jenis
bangun datar segiempat.
1) Subyek sudah memiliki sikap kerja keras (SKK)
a. SKK 1
Gambar 4.10
Jawaban subyek SKK 1 pada soal KBKM no 2
i. Indikator flexibility (keluwesan)
Berdasarkan gambar 4.2 terlihat bahwa subyek SKK 1
mampu memberikan dua gabungan bangun datar yang bentuknya
berbeda. Pada jawaban yang pertama subyek SKK 1 memberikan
gambar gabungan bangun datar yang terbentuk dari dua buah
segitiga. Berikut adalah panjang dari sisi-sisinya 32 cm, 32 cm,
34 cm dan 30 cm sehingga keliling bangun datar gabungan
tersebut adalah 128 cm. Sedangkan pada gambar yang kedua
subyek SKK 1 membentuk gabungan bangun datar yang terdiri
dari bangun persegi dan segitiga. Pada gambar yang kedua
kelilingnya adalah 128 cm sehingga sudah sesuai dengan soal
yang diberikan. Saat dilaksanakan wawancara subyek SKK 1
mampu menjelaskan jawaban yang dia berikan. Subyek SKK 1
mencari keliling dari gabungan bangun datar dengan cara
menjumlahkan sisi-sisi yang tidak berimpit pada gabungan
mampu memberikan gambar dengan ukuran yang tepat. Namun
SKK 1 sudah mampu menjawab dengan dua gagasan yang
berbeda
ii. Indikator originality (keaslian)
Berdasarkan jawaban nomor 2 yang diberikan oleh SKK 1
terlihat bahwa jawaban yang diberikan hampir sama dengan
siswa pada umumnya. Subyek SKK 1 membuat gabungan bangun
datar hanya menggunakan 2 macam bangun datar saja yaitu
segitiga dan segiempat. Dengan demikian maka SKK 1 belum
menunjukkan keasliannya dalam menjawab soal nomor 2.
b. SKK 2
Gambar 4.11
Jawaban subyek SKK 2 pada soal KBKM no 2
i. Indikator flexibility (keluwesan)
Berdasarkan gambar 4.11 terlihat bahwa subyek SKK
2 sudah mampu memberikan dua bentuk gabungan bangun
mampu membuat bangun datar gabungan yang memiliki
keliling sebesar 128 cm. Pada jawaban pertama SKK 2
membuat gabungan bangun datar yang terdiri dari dua buah
segitiga sama kaki dan sebuah bangun persegi panjang. Pada
kemungkinan jawaban yang lainnya subyek SKK 2 membuat
gabungan bangun datar yang terdiri dari dua buah persegi
panjang dan sebuah bangun persegi. Pada saar dilaksanakan
wawancara subyek SKK 2 mampu menjelaskan
langkah-langkah dalam menjawab soal tersebut.
Berdasarkan jawaban yang diberikan menunjukkan
bahwa subyek SKK 2 sudah mampu mengidentifikasi
sifat-sifat bangun persegi dan segitiga beserta kelilingnya. Dari
hasil analisisnya menunjukkan bahwa subyek SKK 2 sudah
menguasai indikator flexibility (keluwesan)
ii. Indikator originality (keaslian)
Dari jawaban nomor dua yang diberikan subyek SKK 2
terlihat bahwa SKK 2 mampu memberikan jawaban yang
berbeda pada siswa umumnya. Jika siswa pada umumnya
hanya memberikan gabungan bangun datar yang terdidi dari
dua bangun datar saja, SKK 2 mampu memberikan gabungan
c. SKK 3
Gambar 4.12
Jawaban subyek SKK 3 soal KBKM nomor 2
i. Indikator flexibility (keluwesan)
Berdasarkan gambar 4.12 terlihat bahwa subyek SKK 3
sudah memberikan dua jawaban yang berbeda. Akan tetapi ia
belum mampu memberikan jawaban dengan benar. Subyek
SKK 3 belum mamahami konsep keliling gabungan bangun
datar dengan benar. Subyek SKK 3 hanya mampu menghitung
keliling sebuah bangun yang belum digabungakan dengan
bangun yang lainnya. Saat wawancara berlangsung subyek SKK
3 mancoba untuk menjelaskan jawaban yang dia berikan
walaupun jawaban itu salah. Dari jawaban yang diberikan
subyek SKK 3 sudah dapat menyebutkan jenis bangun datar
ii. Indikator originality (keaslian)
Berdasarkan gambar 4.12 terlihat bahwa jawaban yang
diberikan oleh SKK 3 hampir sama dengan siswa pada
umumnya. Subyek SKK 3 hanya menggunakan dua buah
bangun datar sebagai penyusun gabungan bangun datar. Misal
cara yang pertama gabungan bangun datarnya terdiri dari
persegi dan persegi panjang. Sedang pada jawaban yang kedua
terdiri dari persegi panjang dan segitiga.
2) Subyek sudah menunjukkan sikap kerja keras (BKK)
a) BKK 1
Gambar 4.13
Jawaban subyek BKK 1 pada soal KBKM no 2
(1)Indikator flexibility (keluwesan)
Dari gambar 4.13 terlihat bahwa subyek BKK 1 sudah
berusaha mengerjakan soal nomor 2. Subyek hanya mampu
memberikan satu jenis gabungan bangun datar yang apabila
digabung jenisnya masih sama. Melihat dari jawaban yang
diberikan, peneliti mengamati jika subyek BKK 1 belum
memahami konsep dari keliling gabungan bangun datar. Jawaban
yang diberikan masih mengacu pada hafalan keliling persegi
rumus pada suatu masalah yang baru ditemuinya. Apabila akan
menjawab gabungan bangun datar yang terdiri dari dua buah
persegi panjang seharusnya subyek BKK 1 hanya menghitung
keliling bangun yang digabung saja.
(2)Indikator originality (keaslian)
Subyek BKK 1 hanya mampu memberikan satu jawaban saja
yang mana jawaban tersebut berbentuk dari dua buah persegi
panjang. Dari gamabar 4.13 terlihat bahwa subyek BKK 1
memberikan sebuah gambar bangun datar persegi panjang yang
dibagi dua. Jawaban tersebut masih umum dan tidak terlihat
adanya indokator keaslian dalam menjawab soal nomor 2.
b) BKK 2
Gambar 4.14
Jawaban subyek BKK 2 soal KBKM nomor 2
(1)Indikator flexibility (keluwesan)
Berdasarkan gambar 4.14 terlihat bahwa subyek BKK 2
dapat memberikan dua macam gabungan bangun datar yang
BKK 2 belum mampu menjawab dengan benar. Subyek BKK 2
belum mampu memberikan ukuran yang tepat sesuai dengan
pertanyaan yang diberikan. Pada gambar gabungan bangun
datar yang pertama kelilingnya melebihi yang diminta.
Sedangkan pada gambar bangun datar yang kedua kelilingnya
masih kurang dari yang ditentukan pada soal nomor 2. Dalam
memberikan nama bangun datar penyusunnya sudah benar
namun ukuran yang diberikan masih salah. Saat dilaksanakan
wawancara subyek BKK 2 dapat memahami soal yang
diberikan akan tetapi subyek masih belum begitu yakin dengan
jawaban yang diberikan. Dengan demikian maka dapat
disimpulkan bahwa subyek BKK 2 sudah dapat menentukan
jenis bangun datar tapi belum menguasai konsep keliling
bangun datar dengan baik.
(2)Indikator originality (keaslian)
Dari jawaban yang diberikan oleh subyek BKK 2 masih
terlihat sama seperti siswa pada umumnya. Subyek BKK 2
memberikan jawaban dengan bentuk yang tidak asing. Pada
jawaban yang pertama subyek BKK 2 membentuk gabungan
bangun datar yang terdiri dari persegi panjang dan segitiga yang
membentuk bangun datar lain yaitu trapesium. Sedangkan pada
jawaban yang kedua terdiri dari persegi panjang dan trapesium
yang bentuknya menyerupai gambar rumah. Jawaban yang