• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANGGARAN DASAR IKATAN ARSITEK INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANGGARAN DASAR IKATAN ARSITEK INDONESIA"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

IKATAN ARSITEK INDONESIA | I n d o n e s i a n I n s t i t u t e o f A r c h i t e c t s | . . .

Member Institute of ARCASIA (Architects Regional Council Asia) National Section of UIA (Union Internationale des Architectes)

Founder – member of AAPH (ASEAN Association of Planning and Housing) Situs http://www.iai.or.id, e-mail: iai@iai.or.id

Buku Anggaran Dasar Ikatan Arsitek Indonesia

Edisi 1959 Edisi 1974 Edisi 1987 Edisi 1989 Edisi 1993 Edisi 1996

Edisi 2007, cetakan pertama 2007

Disusun dan disempurnakan oleh:

Badan Keprofesian Ikatan Arsitek Indonesia

Bersama:

- Tim Kelompok Kerja (Kelompok E) Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga IAI (1998) - Kelompok Kerja Penyusunan AD/ART IAI (2001)

- Kelompok Kerja Revisi Buku Hubungan Kerja IAI dan AD/ART IAI (2005)

Diterbitkan oleh:

Badan Sistem Informasi Arsitektur Ikatan Arsitek Indonesia

Bekerja sama:

Ikatan Arsitek Indonesia DKI Jakarta

(3)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

S U R A T K E P U T U S A N ... v

MUKADIMAH ... 1

BAB I NAMA, WAKTU, KEDUDUKAN, DAN PENGERTIAN ... 2

Pasal 1 Nama ... 2

Pasal 2 Waktu ... 2

Pasal 3 Kedudukan... 2

Pasal 4 Pengertian Umum ... 3

BAB 2 KODE ETIK DAN KAIDAH TATA LAKU ... 4

Pasal 5 Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek ... 4

BAB 3 ASAS, TUJUAN, UPAYA, DAN FUNGSI ... 5

Pasal 6 Asas ... 5

Pasal 7 Tujuan ... 5

Pasal 8 Upaya ... 5

Pasal 9 Fungsi ... 6

BAB 4 LAMBANG DAN ATRIBUT... 7

Pasal 10 Lambang dan Atribut Organisasi ... 7

BAB 5 KEANGGOTAAN ... 8

Pasal 11 Dasar Keanggotaan ... 8

Pasal 12 Kategori Anggota ... 8

Pasal 13 Mitra IAI ... 9

Pasal 14 Hak dan Kewajiban ... 9

(4)

BAB 6 ORGANISASI ... 11

Pasal 16 Perangkat Organisasi ... 11

Pasal 17 Landasan Organisasi ... 13

Pasal 18 Tugas dan Wewenang ... 14

Pasal 19 Kepengurusan ... 15

BAB 7 TATA LAKSANA ... 17

Pasal 20 Musyawarah dan Rapat ... 17

Pasal 21 Musyawarah ... 18

Pasal 22 Musyawarah Khusus dan Musyawarah Luar Biasa ... 19

Pasal 23 Rapat Anggota ... 20

Pasal 24 Rapat Kerja ... 21

Pasal 25 Rapat dan Sidang Dewan Kehormatan IAI ... 23

Pasal 26 Rapat Pengurus ... 23

Pasal 27 Rapat Badan dan Lembaga ... 23

Pasal 28 Hak Suara dan Hak Bicara ... 24

Pasal 29 Keputusan dan Kuorum ... 24

BAB 8 KEUANGAN ... 26

Pasal 30 Keuangan ... 26

BAB 9 PEMBUBARAN ... 27

Pasal 31 Pembubaran ... 27

BAB 10 ANGGARAN RUMAH TANGGA ... 28

Pasal 32 Anggaran Ruamah Tangga ... 28

BAB 11 PERUBAHAN ANGGARAN DASAR ... 29

Pasal 33 Perubahan Anggaran Dasar ... 29

(5)

S U R A T K E P U T U S A N Nomor: 050/SK/I-3/05.02.2007

T e n t a n g

PENGESAHAN MATERI ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ARSITEK INDONESIA

Pengurus Nasional Ikatan Arsitek Indonesia, setelah:

MENIMBANG : Bahwa Ikatan Arsitek Indonesia adalah organisasi keprofesian Arsitek yang terdaftar dan diakui di Indonesia

Bahwa eksistensi keprofesian Arsitek Indonesia telah mampu mengisi Pembangunan Nasional Indonesia, sejajar dengan kemampuan arsitek manca negara

Bahwa untuk mendukung kinerja organisasi IAI dan praktik Arsitek secara benar serta melindungi hubungan kerja anggota IAI perlu diberlakukan beberapa pranata IAI.

MENGINGAT : Keputusan Munas XI IAI tahun 2005 di Batam.

Keputusan Rapat Kerja Nasional IAI di Malang tanggal 8 April 2006.

Keputusan Rapat Pengurus Nasional IAI tanggal 31 Januari 2007.

(6)

MENETAPKAN :

PERTAMA : Mengesahkan Anggaran Dasar IAI dan Anggaran Rumah Tangga IAI untuk mulai diberlakukan di lingkungan organisasi IAI seperti yang terlampir bersama Surat Keputusan ini.

KEDUA : Menugaskan kepada Badan Keprofesian Arsitek IAI dan Badan Sistem Informasi Arsitektur IAI untuk bekerja sama menerbitkan buku yang berisikan pranata-pranata IAI yang sudah disahkan tersebut.

KETIGA : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan sampai dengan diterbitkannya buku tersebut. Apabila di dalam Surat Keputusan ini terdapat kekurangan atau kekeliruan maka dapat dilakukan perbaikan.

Ditetapkan di : JAKARTA Pada tanggal : 5 Februari 2007

Pengurus Nasional IKATAN ARSITEK INDONESIA

Ir. Budi A. Sukada, IAI Ir.Mascheijah, IAI

(7)

IKATAN ARSITEK INDONESIA

ANGGARAN DASAR

MUKADIMAH

Arsitek sebagai warga negara yang sadar akan panggilan untuk memelihara pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan serta peradaban manusia, senantiasa belajar dan mengabdikan keahlian serta pengetahuannya melalui berbagai cara pendekatan, pemikiran yang arif dan bijak, sesuai dengan hakikat kemanusiaan, demi tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa, umat manusia, bangsa, negara, dan profesi.

Yakin akan arti dan peran arsitektur dalam menyejahterakan jasmani dan rohani masyarakat, maka arsitek wajib mengamalkan kemampuan dan pengetahuannya sebagai orang kepercayaan dan penasihat ahli dengan semangat kerja sama, keterbukaan, dan iktikad yang sebaik-baiknya.

Dalam menjalankan fungsi dan perannya, arsitek berhimpun dalam satu organisasi profesi yang

bernama Ikatan Arsitek Indonesia.

Anggota Ikatan Arsitek Indonesia berpegang teguh pada Anggaran Dasar organisasi serta menyadari

bahwa penyimpangan atas Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek akan

(8)

BAB I

NAMA, WAKTU, KEDUDUKAN, DAN PENGERTIAN

Pasal 1 Nama

Nama organisasi adalah IKATAN ARSITEK INDONESIA disingkat IAI, dengan terjemahan resmi

dalam bahasa Inggris adalah Indonesian Institute of Architects

Pasal 2 Waktu

IAI didirikan pada tanggal 17 September 1959 di Bandung untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.

Pasal 3 Kedudukan

(1) IAI pada lingkup nasional berkedudukan di Jakarta, ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(2) IAI pada lingkup daerah berkedudukan di ibu kota provinsi.

(3) IAI pada lingkup cabang berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota.

(4) IAI adalah anggota International Union of Architects (UIA) dan Architects Regional Council

Asia (ARCASIA), serta anggota dan pendiri Asean Association for Planning and Housing

(9)

Pasal 4 Pengertian Umum

(1) IAI adalah organisasi profesi para arsitek di Indonesia dan merupakan lembaga mandiri.

(2) Arsitek adalah sebutan ahli yang mampu melakukan peran dalam proses kreatif menuju terwujudnya tata-ruang dan tata-masa guna memenuhi tata kehidupan masyarakat dan lingkungannya, yang mempunyai latar belakang atau dasar pendidikan tinggi arsitektur dan atau yang setara, mempunyai kompetensi yang diakui dan sesuai dengan ketetapan organisasi, serta melakukan praktik profesi arsitek.

(3) Profesi Arsitek adalah keahlian dan kemampuan penerapan di bidang rancangan arsitektur dan pengelolaan proses pembangunan lingkungan binaan yang diperoleh melalui pendidikan tinggi arsitektur dan atau yang diakui oleh organisasi serta dari pengalaman penerapan pengetahuan ilmu dan seni tersebut, yang menjadi nafkah dan ditekuni secara terus-menerus dan

berkesinambungan.

(4) Arsitektur adalah wujud hasil penerapan pengetahuan, ilmu, teknologi, dan seni secara utuh dalam menggubah ruang dan lingkungan binaan, sebagai bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia.

(5) Lingkungan binaan adalah gubahan manusia terhadap tempat aktifitas kehidupannya. (6) Kompetensi adalah kemampuan yang dilandasi pengetahuan, keahlian, dan pengalaman

(10)

BAB 2

KODE ETIK DAN KAIDAH TATA LAKU

Pasal 5

Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek

Dalam menjalankan profesinya seluruh anggota terikat pada Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek yang merupakan ketentuan organisasi yang tidak terpisahkan dari Anggaran Dasar ini.

(11)

BAB 3

ASAS, TUJUAN, UPAYA, DAN FUNGSI

Pasal 6 Asas

IAI berasaskan Pancasila dan profesionalisme

Pasal 7 Tujuan

Tujuan IAI adalah membina dan mengembangkan profesi arsitek di Indonesia dalam rangka menunjang pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pasal 8

Upaya Mencapai Tujuan

Untuk mencapai tujuan organisasi, IAI melakukan upaya sebagai berikut:

(1) Mengembangkan profesi arsitek atas dasar kompetensi dan Pedoman Hubungan Kerja Antara Arsitek Dengan Pengguna Jasa dari IAI.

(2) Membina hubungan baik antara Arsitek, Pengguna Jasa, dan pihak-pihak lain yang terkait. (3) Menjalin komunikasi dengan lembaga penentu kebijakan.

(4) Melindungi dan mengutamakan kepentingan masyarakat, serta meningkatkan apresiasi dan memberdayakan peran serta masyarakat dalam perkembangan arsitektur.

(12)

Tata Laku Profesi Arsitek.

(6) Bekerja sama dengan lembaga-lembaga/institusi pendidikan, penelitian, serta badan dan lembaga yang berhubungan dengan pengembangan ilmu arsitektur.

(7) Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan, melayani, dan melindungi kepentingan serta hak-hak para anggota.

(8) Memberikan penghargaan kepada arsitek atas karya arsitektur yang terbaik.

(9) Memberikan penghargaan kepada perorangan dan atau lembaga yang berjasa dan berprestasi dalam dunia arsitektur pada umumnya dan IAI pada khususnya.

(10) Memberikan sanksi kepada anggota IAI yang melanggar ketentuan organisasi.

(11) Merehabilitasi keanggotaan IAI yang terbukti tidak bersalah dan telah memenuhi persyaratan organisasi.

Pasal 9 Fungsi

IAI berfungsi sebagai:

(1) Organisasi profesi yang mewakili arsitek Indonesia di dalam dan di luar negeri. (2) Penggerak dan pelaksana semua upaya dalam mencapai tujuan.

(3) Wadah pengembangan komunikasi, konsultasi, koordinasi, dan kerja sama antaranggota.

(4) Wadah kerja sama secara kelembagaan dengan lembaga-lembaga nasional dan internasional dalam upaya pengembangan arsitektur.

(13)

BAB 4

LAMBANG DAN ATRIBUT

Pasal 10

Lambang dan Atribut Organisasi

IAI memiliki lambang organisasi dan atribut organisasi, yang diatur dalam Anggaran Rumah Tangga organisasi.

(14)

BAB 5 KEANGGOTAAN

Pasal 11 Dasar Keanggotaan

Dasar keanggotaan IAI bersifat perorangan, aktif, dan khusus yang diatur dalam Anggaran Rumah Tangga

Pasal 12 Kategori Anggota

Anggota IAI terdiri dari:

(1) Anggota Kehormatan, adalah seorang yang diangkat oleh organisasi, karena dinilai sangat

berjasa dalam pengembangan dunia arsitektur di Indonesia.

(2) Anggota Profesional, adalah seorang arsitek yang telah memiliki kompetensi yang diakui oleh IAI dalam bentuk Sertifikat Keahlian IAI.

(3) Anggota biasa, adalah seorang yang berlatar belakang pendidikan tinggi arsitektur dan atau yang setara.

(4) Anggota Mahasiswa, adalah mahasiswa pendidikan tinggi arsitektur yang telah diakreditasi oleh lembaga yang berwenang dan diakui oleh IAI.

(15)

Pasal 13 Mitra IAI

Mitra IAI adalah arsitek anggota organisasi profesi arsitek yang diakui dan tergabung dalam organisasi arsitek internasional ARCASIA atau UIA, serta memenuhi ketentuan organisasi maupun hukum yang berlaku.

Pasal 14 Hak dan Kewajiban

(1) Setiap anggota berhak atas pelayanan, pembinaan, pembelaan, dan turut serta dalam setiap kegiatan IAI.

(2) Setiap anggota mempunyaihak bicara, hak suara, hak memilih, dan hak dipilih sebagai pengurus

dalam musyawarah, di lingkup nasional/daerah/cabang kecuali Anggota Kehormatan dan Anggota Mahasiswa.

(3) Anggota Profesional berhak direkomendasi untuk berlisensi dan berhak menyandang sebutan

Arsitek serta memakai inisial IAI di belakang namanya.

(4) Setiap anggota dan mitra IAI wajib membayar uang pangkal serta iuran anggota kecuali Anggota Kehormatan.

(5) Setiap anggota wajib berperan aktif dalam mewujudkan tujuan organisasi.

(6) Anggota IAI wajib tunduk pada seluruh ketentuan organisasi dan pelanggaran terhadap ketentuan tersebut dikenakan sanksi organisasi.

(16)

Pasal 15

Berakhirnya Keanggotaan

Keanggotaan IAI berakhir, apabila yang bersangkutan meninggal dunia, dan atau mengundurkan diri, dan atau diberhentikan.

(17)

BAB 6 ORGANISASI

Pasal 16 Perangkat Organisasi

(1) IAI memiliki perangkat organisasi sebagai berikut: a. Pada lingkup nasional

1. Musyawarah Nasional (Munas) 2. Rapat Kerja Nasional (Rakernas) 3. Pengurus Nasional

4. Dewan Kehormatan IAI

5. Badan dan Lembaga lingkup Nasional b. Pada lingkup provinsi

1. Musyawarah Daerah (Musda) 2. Rapat Anggota Daerah 3. Rapat Kerja Daerah (Rakerda) 4. Pengurus Daerah

5. Dewan Kehormatan Daerah

6. Badan dan Lembaga lingkup Daerah c. Pada lingkup kabupaten/kota

(18)

1. Musyawarah Cabang (Muscab) 2. Rapat Anggota Cabang

3. Pengurus Cabang

4. Badan dan Lembaga lingkup Cabang

(2) Musyawarah merupakan forum permusyawarahan anggota, pemegang kekuasaan tertinggi organisasi pada lingkup nasional, daerah, dan cabang.

(3) Rapat Kerja merupakan forum koordinasi, komunikasi, dan perangkat penentu kebijakan

organisasi, khususnya penyusunan Program Kerja Organisasi.

(4) Pengurus merupakan perangkat eksekutif organisasi pada lingkup nasional, daerah, dan cabang.

a. Pengurus Nasional bertugas melaksanakan hasil Keputusan Munas dan Rakernas serta mengindahkan nasihat dan pengarahan dari Dewan Kehormatan IAI

b. Pengurus Daerah bertugas melaksanakan hasil Keputusan Munas, Musda, Rakernas, Rakerda, Keputusan Pengurus Nasional, serta mengindahkan rekomendasi Dewan Kehormatan IAI Daerah.

c. Pengurus Cabang bertugas melaksanakan hasil Keputusan Munas, Musda, Muscab,

Rakernas, Rakerda,KeputusanPengurus Nasional, dan Pengurus Daerah.

(5) Dewan Kehormatan IAI merupakan perangkat normatif organisasi di lingkup nasional dan daerah, mendampingi Pengurus sebagai penentu, dan penjaga norma-norma etika dan tata laku profesi.

(19)

bertanggung jawab pada pengurus di lingkup masing-masing.

Pasal 17 Landasan Organisasi

(1) IAI sebagai organisasi keprofesian nasional melaksanakan kegiatannya berlandaskan konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia serta tunduk pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Dalam melaksanakan fungsi organisasi, IAI memiliki landasan organisasi yang secara hirarki meliputi:

a. Ketetapan Munas b. Anggaran Dasar (AD)

c. Anggaran Rumah Tangga (ART)

d. Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek e. Ketetapan Rakernas

f. Keputusan Pengurus Nasional

g. Keputusan Dewan Kehormatan IAI Nasional h. Ketetapan Musda

i. Ketetapan Rapat Anggota Daerah

j. Ketetapan Rakerda

(20)

l. Keputusan Dewan Kehormatan IAI Daerah m. Ketetapan Muscab

n. Ketetapan Rapat Anggota Cabang o. Keputusan Pengurus Cabang

Pasal 18 Tugas dan Wewenang

IAI memiliki kepengurusan pada lingkup nasional, daerah, dan cabang dengan tugas serta wewenang dalam hirarki hubungan kerja sebagai berikut:

(1) Dalam menjalankan fungsi sebagai perwakilan profesi arsitek, Pengurus Nasional bertugas menangani ruang lingkup nasional dan internasional, sedangkan Pengurus Daerah dan Cabang menangani dalam lingkup masing-masing.

(2) Dalam menjalankan fungsi penyelenggara organisasi, Pengurus Nasional bertugas menangani lingkup kebijakan, sedangkan Pengurus Daerah dan Cabang bertugas menangani pelaksanaan operasional dalam lingkup masing-masing.

(3) Dalam menjalankan fungsi kerja sama antarlembaga pada lingkup internasional, regional, nasional, maupun daerah:

a. Pengurus Nasional, Daerah, dan Cabang dapat melaksanakan dalam lingkup masing-masing. b. Pada pelaksanaan kerja sama tersebut, Pengurus Daerah dan Cabang berada dalam

koordinasi Pengurus Nasional.

(21)

lingkup daerah, sedangkan Pengurus dan Badan serta Lembaga pada lingkup daerah berada dalam koordinasi Pengurus dan Badan serta Lembaga pada lingkup nasional.

(5) Dalam menjalankan fungsi sebagai wadah komunikasi, konsultasi, dan koordinasi:

a. Pengurus Nasional, Daerah, dan Cabang melaksanakan dalam lingkupnya masing-masing. b. Pengurus Nasional, Daerah, dan Cabang berkewajiban menerbitkan media komunikasi

berkala dalam lingkupnya masing-masing.

(6) Dalam menjalankan tugas dan fungsi pembinaan etika dan tata laku keprofesian anggota, Pengurus melakukan konsultasi dan koordinasi dengan Dewan Kehormatan IAI yang berwenang menangani masalah Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek.

Pasal 19 Kepengurusan

(1) Masa Kepengurusan

Masa bakti kepengurusan pada lingkup nasional, daerah, dan cabang adalah 3 (tiga) tahun. (2) Pembentukan Kepengurusan

a. IAI pada lingkup daerah/cabang yang langsung menangani anggota, dapat dibentuk berdasarkan kehendak dan kesepakatan sejumlah anggota IAI yang berdomisili di suatu provinsi atau di kabupaten/kota sesuai ketentuan organisasi.

b. Apabila di ibu kota provinsi telah terdapat kepengurusan IAI Daerah, maka tidak ada kepengurusan cabang di kota tersebut.

c. Apabila di provinsi/kabupaten/kota belum terdapat Pengurus IAI, maka anggota IAI di daerah itu dapat bergabung dalam organisasi dan pengelolaan Pengurus Daerah/Cabang terdekat

(22)

yang ditunjuk oleh, dan atau di bawah koordinasi Pengurus Nasional. (3) Struktur Kepengurusan

a. Pengurus terdiri dari:

1. Pengurus Nasional sekurang-kurangnya terdiri dari: seorang Ketua Umum, seorang Sekretaris Jenderal, seorang Bendahara Umum, dan seorang Ketua Kehormatan, yaitu mantan Ketua Umum masa kepengurusan sebelumnya.

2. Pengurus Daerah sekurang-kurangnya terdiri dari: seorang Ketua, seorang Sekretaris, seorang Bendahara, dan seorang Ketua Kehormatan, yaitu mantan Ketua Daerah masa kepengurusan sebelumnya.

3. Pengurus Cabang Pengurus Cabang dengan susunan pengurus sekurang-kurangnya terdiri dari: seorang Ketua, seorang Sekretaris, seorang Bendahara, dan seorang Ketua Kehormatan, yaitu mantan Ketua Cabang masa kepengurusan sebelumnya.

b. Dewan Kehormatan IAI berada pada lingkup nasional dan daerah (provinsi), dalam menjalankan tugasnya sekurang-kurangnya dipimpin oleh seorang Ketua didampingi seorang Sekretaris yang dipilih di antara anggota Dewan Kehormatan IAI yang berjumlah gasal. 1. Dewan Kehormatan IAI Nasional ditetapkan dan bertanggung jawab pada Rakernas serta

disahkan oleh Munas.

2. Dewan Kehormatan IAI Daerah ditetapkan dan bertanggung jawab pada Rakerda serta disahkan oleh Musda.

(23)

BAB 7 TATA LAKSANA

Pasal 20

Musyawarah dan Rapat

IAI memiliki tata laksana kerja melalui musyawarah dan rapat, meliputi: (1) Pada lingkup Nasional,

a. Musyawarah Nasional (Munas) b. Rapat Kerja Nasional (Rakernas) c. Rapat Pengurus Nasional

d. Rapat dan Sidang Dewan Kehormatan IAI Nasional (2) Pada lingkup Daerah,

a. Musyawarah Daerah (Musda) b. Rapat Anggota Daerah c. Rapat Kerja Daerah (Rakerda) d. Rapat Pengurus Daerah

e. Rapat dan Sidang Dewan Kehormatan IAI Daerah (3) Pada lingkup Cabang

a. Musyawarah Cabang (Muscab) b. Rapat Anggota Cabang

(24)

c. Rapat Pengurus Cabang

Pasal 21 Musyawarah

(1) Musyawarah adalah Sidang Pleno Anggota, untuk menjalankan fungsi forum permusyawarahan tertinggi organisasi pada lingkup nasional, daerah, dan cabang yang diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setiap 3 (tiga) tahun atau dalam 1 (satu) masa kepengurusan.

(2) Munas diselenggarakan pada lingkup nasional untuk:

a. Menetapkan Garis Besar Kebijakan Organisasi, sebagai kebijakan program organisasi IAI secara nasional.

b. Mengesahkan perubahan Anggaran Dasar

c. Menetapkan keputusan-keputusan penting lain berkaitan dengan asas, tujuan, dan fungsi organisasi.

d. Menerima atau menolak pertanggungjawaban Pengurus Nasional. e. Memilih Ketua Umum baru selaku formatur Pengurus Nasional.

f. Menetapkan Dewan Kehormatan IAI Nasional.

g. Memberi penghargaan kepada mereka yang berjasa pada dunia arsitektur h. Mengangkat anggota kehormatan.

i. Menetapkan waktu dan tempat Munas berikutnya

(25)

b. Menetapkan program dan keputusan-keputusan penting berkaitan dengan operasional organisasi pada lingkup daerah.

c. Memilih Ketua baru selaku formatur Pengurus Daerah

d. Memberi penghargaan kepada mereka yang berjasa pada dunia arsitektur pada lingkup daerah.

e. Menetapkan waktu Musda berikutnya

f. Mengesahkan anggota Dewan Kehormatan IAI Daerah

(4) Muscab diselenggarakan pada lingkup cabang untuk:

a. Menerima atau menolak pertanggungjawaban Pengurus Cabang.

b. Menetapkan program dan keputusan-keputusan penting berkaitan dengan operasional organisasi pada lingkup cabang.

c. Memilih Ketua baru selaku formatur Pengurus Cabang.

d. Memberi penghargaan kepada mereka yang berjasa pada dunia arsitektur pada lingkup cabang.

e. Menetapkan waktu Muscab berikutnya.

Pasal 22

Musyawarah Khusus dan Musyawarah Luar Biasa

(1) Musyawarah Khusus:

a. Diselenggarakan untuk membahas perubahan Anggaran Dasar dan masalah khusus lain

(26)

b. Musyawarah Khusus yang diselenggarakan :

1. Pada lingkup nasional disebut Musyawarah Nasional Khusus (Munassus) 2. Pada lingkup daerah disebut Musyawarah Daerah Khusus (Musdasus) 3. Pada lingkup cabang disebut Musyawarah Cabang Khusus (Muscabsus) (2) Musyawarah Luar Biasa:

a. Diselenggarakan untuk membahas masalah-masalah penting dan mendesak yang tidak dapat ditunda sampai penyelenggaraan Munas/Musda/Muscab berikutnya.

b. Musyawarah Luar Biasa yang diselenggarakan :

1. Pada lingkup nasional disebut Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) atas permintaan Dewan Kehormatan, Pengurus Nasional dan 1/3 jumlah Pengurus Daerah/Cabang.

2. Pada lingkup daerah disebut Musyawarah Daerah Luar Biasa (Musdalub) atas permintaan Pengurus Daerah dan 1/3 jumlah anggota.

3. Pada lingkup cabang disebut Musyawarah Cabang Luar Biasa (Muscablub) atas permintaan Pengurus Cabang dan 1/3 jumlah anggota.

Pasal 23 Rapat Anggota

Rapat Anggota adalah rapat yang dihadiri Pengurus lengkap dan anggota pada lingkup daerah dan cabang, merupakan forum komunikasi dan koordinasi untuk membahas masalah-masalah penting yang menyangkut keanggotaan dan organisasi, dan diselenggarakan sekurang-kurangnya satu kali

(27)

Pasal 24 Rapat Kerja

(1) Rapat Kerja merupakan Rapat Pimpinan Kepengurusan pada lingkup nasional dan daerah untuk membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan Program Kerja Organisasi, diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam setahun, sesuai dengan ketentuan organisasi.

(2) Rakernas diikuti oleh unsur Pengurus Nasional, Dewan Kehormatan IAI, Ketua Pengurus Daerah, dan Ketua Pengurus Cabang, diselenggarakan untuk :

a. Menyusun Program Kerja Tahunan organisasi sebagai penjabaran Garis Besar Kebijakan Organisasi untuk dilaksanakan pada lingkup nasional, daerah, dan cabang.

b. Mengevaluasi pelaksanaan Program Kerja Tahunan Organisasi yang dilaksanakan Pengurus Nasional, Daerah, dan Cabang.

c. Menetapkan perubahan Anggaran Rumah Tangga.

d. Memutuskan masalah-masalah komunikasi, konsultasi, dan koordinasi antara Pengurus Nasional, Daerah, dan Cabang.

e. Menetapkan kebijakan organisasi, berkaitan dengan Program Kerja Organisasi dan pelaksanaannya.

f. Menentukan besaran iuran dan uang pangkal anggota dalam sistem keuangan Organisasi serta pembagiannya untuk Pengurus Nasional, Daerah, dan Cabang.

g. Mengusulkan dan memilih nama-nama calon anggota Dewan Kehormatan IAI Nasional, dan calon wakil IAI yang bertindak atas nama organisasi di lembaga terkait pada lingkup nasional untuk disahkan oleh Munas.

(28)

h. Mengusulkan nama-nama calon Anggota Kehormatan dan mereka yang berjasa bagi organisasi, arsitektur, dan atau profesi arsitek untuk mendapat Penghargaan IAI yang akan disahkan pada Munas.

(3) Rakerda diikuti oleh Pimpinan Pengurus Daerah, Dewan Kehormatan IAI Daerah dan Ketua Pengurus Cabang, diselenggarakan untuk:

a. Menyusun program kerja tahunan sebagai penjabaran Garis Besar Kebijakan Organisasi, Ketetapan Munas dan Ketetapan Musda dalam lingkup tanggung jawab daerah yang bersangkutan.

b. Mengevaluasi pelaksanaan Program Kerja Organisasi Tahunan Daerah yang dilaksanakan daerah maupun cabang-cabang di dalam lingkup tanggung jawab daerah yang bersangkutan. c. Memutuskan masalah-masalah komunikasi, koordinasi, dan konsultasi antara Pengurus

Daerah dan Cabang.

d. Menetapkan langkah operasional/pelaksanaan kebijakan organisasi pada lingkup daerah dan cabang.

e. Mengusulkan dan memilih nama-nama Dewan Kehormatan IAI Daerah dan wakil IAI yang bertindak atas nama organisasi di lembaga-lembaga terkait pada lingkup daerah untuk disahkan oleh Musda.

f. Mengusulkan nama Anggota Kehormatan dan mereka yang berjasa kepada organisasi

arsitektur, dan atau profesi arsitek di lingkup daerah dan cabang untuk mendapat

(29)

Pasal 25

Rapat dan Sidang Dewan Kehormatan

(1) Rapat Dewan Kehormatan IAI diselenggarakan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali untuk

menjalankan fungsi dan tugas selaku perangkat normatif dalam menentukan serta menjaga

tegaknya Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek.

(2) Sidang Dewan Kehormatan merupakan rapat khusus Dewan Kehormatan IAI untuk menyelesaikan masalah/kasus pelanggaran/penyimpangan Kode Etik Arsitek dan Kaidah Tata Laku Profesi Arsitek.

Pasal 26 Rapat Pengurus

Rapat Pengurus pada lingkupnasional/daerah/cabang diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sekali untuk menjalankan fungsi dan tugas selaku perangkat eksekutif pada lingkup kepengurusan masing-masing.

Pasal 27

Rapat Badan dan Lembaga

Rapat Badan dan Lembaga merupakan rapat kepengurusan/perangkat operasional organisasi pada lingkup nasional/daerah/cabang untuk membahas program serta menjalankan tugas yang menjadi wewenang badan dan lembaga yang diselenggarakan sedikitnya 1 (satu) bulan sekali

(30)

Pasal 28

Hak Suara dan Hak Bicara

(1) Dalam Musyawarah/Musyawarah Khusus/Musyawarah Luar Biasa dan Rapat pada lingkup

nasional/daerah/cabang, hak suara peserta adalah 1 (satu) suara untuk setiap anggota yang mempunyai hak suara.

(2) Tata cara penggunaan hak suara dalam Musyawarah dan Rapat diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.

(3) Dalam Musyawarah dan Rapat Anggota, setiap anggota memiliki hak bicara menyampaikan pendapat pribadi yang diatur dalam tata tertib Musyawarah atau Rapat.

Pasal 29

Keputusan dan Kuorum

(1) Keputusanorganisasi

a. Keputusan organisasi memiliki kewenangan berjenjang, sehingga dalam menentukan keputusan, harus memerhatikan keputusan sebelumnya dan atau yang masih berlaku, serta tidak boleh bertentangan dengan keputusan yang lebih tinggi.

b. Semua keputusan yang diambil, adalah dengan mendahulukan musyawarah dan mufakat. c. Bila dengan musyawarah dan mufakat tidak dapat dicapai keputusan, maka keputusan

diambil berdasarkan suara terbanyak sesuai ketentuan organisasi.

d. Peserta dalam rapat pengambilan suara memiliki hak suara yang diatur dalam ketentuan organisasi.

(31)
(32)

BAB 8 KEUANGAN

Pasal 30 Keuangan

(1) Dalam upaya untuk mencapai tujuan organisasi dan dalam menjalankan fungsi organisasi yang bersifat nirlaba, organisasi memperoleh pendapatan antara lain dari:

a. Uang Pangkal b. Iuran Anggota

c. Program kegiatan organisasi

d. Sumbangan dan pungutan yang tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku, dan tidak bertentangan dengan asas dan tujuan organisasi.

(2) Uang Pangkal menjadi hak Pengurus Nasional

(3) Iuran Anggota menjadi hak bersama Pengurus Nasional dan Daerah atau Cabang yang diatur sesuai ketentuan organisasi.

(33)

BAB 9 PEMBUBARAN

Pasal 31 Pembubaran

(1) Pembubaran IAI hanya dapat dilakukan dengan keputusan Munaslub yang diselenggarakan khusus untuk pembubaran organisasi dan harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota yang memiliki hak suara dan mewakili lebih dari 2/3 (dua per tiga) kepengurusan daerah dan cabang.

(2) Undangan Munaslub untuk pembubaran organisasi IAI harus dikirim kepada anggota sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sebelumnya.

(3) Munaslub untuk pembubaran organisasi IAI harus menetapkan ketentuan tentang likuidasi kekayaan organisasi.

(34)

BAB 10

ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal 32

Anggaran Rumah Tangga

(1) Hal-hal yang belum diatur, dan atau memerlukan penjelasan ketentuan Anggaran Dasar ini diatur dalam Anggaran Rumah Tangga yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Anggaran Dasar ini.

(2) Anggaran Rumah Tangga tidak boleh bertentangan dengan Anggaran Dasar.

(3) Anggaran Rumah Tangga hanya dapat diubah, ditambah, dihapus, dan disahkan melalui Rakernas yang diagendakan untuk penyempurnaan Anggaran Rumah Tangga.

(35)

BAB 11

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR

Pasal 33

Perubahan Anggaran Dasar

Anggaran Dasar organisasi ini hanya dapat diubah, ditambah, atau dihapus melalui Munassus yang diadakan untuk perubahan Anggaran Dasar.

(36)

BAB 12 PENUTUP

Pasal 34 Penutup

Anggaran Dasar IAI pertama kali disahkan pada hari Sabtu, 17 September 1959 di Bandung, diubah

dan disempurnakan serta disahkan untuk ke-7 (tujuh) kalinya pada Munassus hari Selasa tanggal 20 September 2005 di Batam.

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi alat dan bahan yang digunakan antara lain bom kalorimeter merupakan alat yang berguna untuk mengetahui jumlah energi dalam tubuh ikan, dan mampu mengukur panas

Alhamdulillahirobil’alamin puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan Karunia-Nya, karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya penulis

Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi Pusat

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, Standarisasi Prioritas Perencanaan Pembangunan Jalan Kabupaten bagian Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah adalah

Pelaksana Sipil : Jalan Raya, Jalan Lingkungan, Jembatan, Pelabuhan atau Dermaga, Bendung, Irigasi & Drainase, Persungaian Rawa & Pantai, Bendungan, Pengerukan

Dari data dan permasalahan di atas, peneliti ingin mengetahui dan mengeksplorasi lebih dalam tentang pengalaman orangtua yang berasal dari keluarga miskin

Industri Kapal Indonesia (Persero) pekerja hanya perlu mematuhi standar yang telah diterapkan pada saat melakukan pekerjaan khususnya pada pekerja pengelasan dan

Non Aplicable Dari hasil verifikasi terhadap dokumen-dokumen penerimaan bahan baku, laporan produksi, penjualan dan Observasi lapangan di area penyimpanan bahan baku serta