• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan prestasi belajar IPS siswa kelas V sekolah dasar atas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Perbedaan prestasi belajar IPS siswa kelas V sekolah dasar atas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II - USD Repository"

Copied!
260
0
0

Teks penuh

(1)

i

SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR ATAS PENERAPAN

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE

JIGSAW II

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh

Rosalia Pratiwi Mahandani 101134036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

Karya ini dipersembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus, Guru dan Pembimbing Maha Biijaksana

Almamater Universitas Sanata Dharma

Bapak dan Ibu yang selalu menjadi motivasi untuk menyelesaikan tahap pendidikan ini.

Keluarga besar yang telah memberikan motivasi, dukungan, dan doa.

Para pendidik yang telah membimbing dan mendidik dengan sabar dan telaten.

Sahabat yang menjadi penyemangat dan pemberi semangat dalam kasih dan doa.

(5)

v

“Hidup akan terus berjalan walaupun hidupmu terasa mati, ingatlah segala pengalaman baik dan burukmu menjadi motivasi yang

membuatmu menjadi orang yang lebih baik dari hari kemarin”

“Ora et Labora”

(Mother Theresa)

“Mintalah, maka kalian akan diberi. Carilah, maka kalian akan

menemukan. Ketuklah, maka pintu akan dibukakan.”

(6)

vi

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 26 Mei 2014 Penulis

(7)

vii

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Rosalia Pratiwi Mahandani NIM :101134036

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya dengan judul:

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD ATAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE JIGSAW II

Dengan demikian saya memberikan karya ilmiah saya beserta perangkat pembelajarannya kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk penggalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Yogyakarta Pada tanggal : 26 Mei 2014 Yang menyatakan,

(8)

viii

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR ATAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE JIGSAW II

Rosalia Pratiwi Mahandani Unversitas Sanata Dharma

2014

IPS merupakan salah satu pelajaran wajib yang ada di tingkat sekolah dasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II terhadap prestasi belajar IPS siswa kelas V semester genap sekolah dasar diantara kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dengan kelas yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimental jenis nonequivalent control group design. Populasi yang digunakan adalah siswa kelas V (A dan B). Sampel untuk kelompok kontrol adalah kelas VA dari populasi kelas V (A dan B). Sedangkan sampel untuk kelompok eksperimen adalah kelas VB dari populasi kelas V (A dan B). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas kelas VA sebanyak 23 siswa sebagai kelas kontrol dan kelas VB sebanyak 20 siswa sebagai kelas eksperimen di SD Negeri 1 Kebondalem Lor, Prambanan. Instrumen penelitian menggunakan tes prestasi dengan jumlah soal 45 butir soal. Tes yang akan digunakan telah melalui tahap validitas dan reliabilitas soal sehingga menghasilkan soal pilihan ganda yang terdiri atas 25 butir soal. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti diambil dari nilai pretest kelas kontrol, pretest kelas eksperimen, posttest kelas kontrol, dan posttest kelas eksperimen. Analisis data dibantu dengan program SPSS 20 for windows, dengan melalui uji deskriptif (mean, median, modus, standar deviasi), uji normalitas (pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol), uji homogenitas (pretest kelas kontrol dan pretest kelas eksperimen), dan uji hipotesis.

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II terdapat perbedaan yang signifikan pada prestasi belajar kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dengan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan uji hipotesis yang menunjukkan bahwa harga sig. (two-tailed) sebesar 0,008 < 0,05. Harga sig. (two-tailed) menunjukkan < 0,05 sehingga dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara posttest kelas kontrol dengan posttest kelas eksperimen. Hasil posttest kelas kontrol mempunyai rata-rata sebesar 63,65, dengan nilai tertinggi 88 dan nilai terendah 36. Kriteria ketuntasan minimal yang berlaku sebesar 60, sebanyak 34,7% siswa tidak dapat mencapai ketuntasan minimal terdapat pada kelas kontrol. Nilai tertinggi dari kelas eksperimen sebesar 100, sedangkan nilai terendah dari kelas eksperimen adalah 60. Hasil posttest dari kelas eksperimen keseluruhan siswa telah mencapai KKM.

(9)

ix

THE DIFFERENCE OF IPS (SOCIAL SCIENCE) LEARNING ACHIEVEMENT IN 5TH GRADE PRIMARY SCHOOL BY THE

APPLICATION OF JIGSAW TYPE II COOPERATIVE LEARNING MODEL

Rosalia Pratiwi Mahandani Sanata Dharma University

2014

IPS (Social Science) is one of the compulsory subjects in the elementary school. The purpose of this research is to identify the differences of using Jigsaw type II Cooperative Learning Model on the IPS learning achievement of 5th grade students in second semester primary school between the class which uses Jigsaw type II Cooperative Learning Model and the class which does not use that model.

The type of this research was quasi experimental with nonequivalent control group design. Samples in this research were comprised of 5th grade students in class room VA of which amount 23 students as control class and in class room VB of which amount 20 students as experimental class in SD Negeri 1 Kebondalem Lor, Prambanan. Instrument that has been applied in this research was 45 questions of multiple choices. The questions has been tested through validation step. Therefore, the questions that has been used in this research consisted of 25 items. Data collecting technique in this research was taken and scored by researcher through pre-test to control class, pre-test to experimental class, post-test to control class, and post-test to experimental class. Data analysis was performed with SPSS 20 for windows programme, and through descriptive test (mean, median, modus, and deviation standard), normality test (pre-test and post-test to experimental and control classes, homogeneity test (pre-test to control and experimental classes) and hypothesis tests.

The results showed that the application of Jigsaw type II Cooperative Learning Model had an effect on learning achievement. It could be seen in the calculation results of hypothesis test that the significance price (two- tailed) was 0,008 < 0,05. Significance price (two-tailed) showed< 0,05 which meant that there were significance differences between post-test to control class and post-test to experimental class. The results of post-test to control class had an averages 63,65, with the highest score 88 and lowest score 36. The prevailing criteria of minimal completeness was 60, as many as 34,7% students weren’t able to reach minimal completeness prevailing in control class. The highest score from experimental class was 100, while the lowest score from the same class was 60. The results of post-test from all students in experimental class had reached KKM.

(10)

x

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas berkat rahmat kasih dan bimbinganNya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi

yang berjudul “PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V

SEKOLAH DASAR ATAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II” ditulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata 1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Selesainya skripsi ini tidak lepas dari dukungan, bimbingan, dan kerjasama dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., sekalu Dekan Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. G. Ari Nugrahanta, SJ, S.S., BST, M.A., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 3. Catur Rismiati, S.Pd, M.A., Ed.D., selaku Wakil Ketua Program Studi

Pendidikan Gurru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 4. Drs. YB. Adimassana, M.A., selaku dosen Pembimbing I, yang telah

memberikan bimbingan, masukkan yang membangun serta memotivasi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Rusmawan, S.Pd., M.Pd., selaku dosen Pembimbing II, yang telah memberi masukkan, bimbingan yang membangun dan memotivasi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Pengajar dan staf Program Studi PGSD, terimakasih atas pelayanannya untuk mendukung kelancaran selama menempuh pendidikan di program studi PGSD Universitas Sanata Dharma.

7. Tri Suhartini, S.Pd., selaku kepala SD Negeri 1 Kebondalem Lor yang memberikan ijin penelitian dan dukungan kepada peneliti.

(11)

xi sebagai sampel penelitian.

10. Segenap keluarga yang tersayang yang selalu memberikan semangat dan motivasi selama mengerjakan skripsi ini.

11. Wahyu Dwi Astuti, Putri El Pareka, Wahyu Shintianingsih, Diah Wulansari atas kebersamaannya dan motivasi yang diberikan dengan berbagi cerita dan keluh kesah.

12. Putri, Verra, Windi atas kebersamaannya diawal-awal masa kuliah sampai saat ini.

13. Upik dan Merry yang telah menyediakan waktu, ruangan, segala alat-alat yang mendukung, tenaga dan bantuannya selama penulisan skripsi ini.

14. Teman-teman PSM Cantus Firmus angkatan 2010 yang secara langsung dan tidak langsung telah memberikan motivasi.

15. Pak Mbong beserta teman-teman PSM Cantus Firmus dari berbagai angkatan atas kebersamaan dan dukungannya.

16. Teman-teman sepenelitian bimbingan Pak Adimassana dan Pak Rusmawan (Ursula, Fajar, Novi, Arma, Mbak Dina, Titin, Septi, Irine, Nopem) yang selalu berbagi pengetahuan, keluh kesah, semangat, motivasi kepada peneliti. 17. Seluruh pihak yang telah membantu dan mendukung salam menyelesaikan

skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan karya ilmiah ini. Untuk itu, peneliti sangat terbuka terhadap masukan berupa kritik dan saran dari semua pihak. Semoga karya ilmiah ini berguna bagi pembaca.

Yogyakarta, 28 Mei 2014 Penulis

(12)

xii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMANMOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

1.1 Latar belakang masalah ... 1

1.2 Rumusan masalah ... 5

1.3 Tujuan penelitian ... 5

1.4 Manfaat penelitian ... 5

BAB II: LANDASAN TEORI ... 7

2.1 Kajian teori ... 7

2.1.1 Ilmu Pengetahuan Sosial ... 17

2.1.2 Belajar ... 7

2.1.3 Model pembelajaran kooperatif ... 30

2.2.4 Pembelajaran IPS di sekolah dasar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II ... 41

2.3 Hasil penelitian sebelumnya ... 43

2.4 Kerangka berpikir ... 54

2.5 Hipotesis penelitian ... 55

BAB III: METODE PENELITIAN ... 56

3.1 Jenis Penelitian ... 56

3.2 Tempat dan Waktu Penelitan ... 57

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 58

(13)

xiii

3.6 Instrumen Penelitian ... 59

3.7 Validitas dan reliabilitas instrumen ... 61

3.7.1 Uji validitas instrumen ... 61

3.7.2 Uji reliabilitas instrumen ... 64

3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 66

3.9 Teknik Analisis Data ... 66

3.9.1 Analisis statistik deskriptif ... 66

3.9.3 Uji statistik inferensial ... 67

BAB IV: HASIL PENELITIAN ... 70

4.1 Hasil Penelitian ... 70

4.1.1 Deskripsi data penelitian ... 70

4.1.2 Hasil uji hipotesis ... 76

4.2 Pembahasan ... 80

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ... 84

5.1 Kesimpulan ... 84

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 85

5.3 Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 87

LAMPIRAN ... 90

(14)

xiv

Tabel 2.1 Faktor – faktor yang mempengaruhi belajar ... 11

Tabel 2.2 Indikator ranah kognitif Bloom (Yulaelawati, 2004)... 17

Tabel 2.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas V ... 21

Tabel 2.4 Poin berdasarkan hasil kuis (Slavin, 2008) ... 41

Tabel 3.1 Matriks soal Pre test ... 60

Tabel 3.2 Matriks soal Posttest ... 61

Tabel 3.3 Hasil validasi perangkat pembelajaran ... 63

Tabel 3.4 Kualifikasi Reliabilitas menurut Masidjo (2006) ... 65

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas soal pilihan ganda ... 65

Tabel 3.6 Pengumpulan Data Variabel Prestasi Belajar ... 66

Tabel 4.1 Deskripsi data prestasi belajar kelas kontrol dan eksperimen... 72

Tabel 4.2 Hasil uji normalitas data penelitian ... 73

Tabel 4.3 Rekapitulasi data uji normalitas ... 76

Tabel 4.4 Hasil perhitungan uji homogenitas ... 77

Tabel 4.5 Rekapitulasi hasil uji homogenitas ... 77

Tabel 4.6 Hasil perhitungan uji Hipotesis ... 79

(15)

xv

Gambar 2.1 Langkah- langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II ... 42

Gambar 2.2 Literature map dari penelitian ... 53

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 56

Gambar 3.2 Pemetaan Variabel Penelitian... 59

Gambar 3.3 Rumus penghitungan rata-rata (Boediono & Koster, 2008) ... 66

Gambar 3.4 Rumus menghitung effectsize ... 69

Gambar 4.1 Histogram hasil uji normalitas data pretest kelas kontrol ... 74

Gambar 4.2 Histogram hasil uji normalitas data pretest kelas eksperimen ... 74

Gambar 4.3 Histogram hasil uji normalitas data post test kelas kontrol ... 75

Gambar 4.4 Histogram hasil uji normalitas data post test kelas eksperimen ... 75

(16)

xvi

Lampiran Silabus Pembelajaran Kelas Kontrol ... 91

Lampiran Silabus Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 94

Lampiran RPP Kelas Kontrol ... 97

Lampiran RPP Kelas Eksperimen ... 138

Lampiran Tabel Matriks Soal Pre Test ... 189

Lampiran Tabel Matriks Soal Post Test ... 190

Lampiran Kisi-Kisi Soal Validasi ... 191

Lampiran Soal Validasi ... 202

Lampiran Soal Pretest ... 209

Lampiran Soal Post test ... 213

Lampiran Validasi Ahli ... 217

Lampiran Hasil Validitas Instrumen Soal ... 225

Lampiran Hasil Reliabilitas Instrumen Soal ... 226

Lampiran Input Data Pre test Kelas Kontrol ... 227

Lampiran Input Data Pre test Kelas Eksperimen ... 228

Lampiran Input Data Posttest Kelas Kontrol ... 229

Lampiran Input Data Posttest Kelas Eksperimen ... 230

Lampiran Rekapitulasi Poin Kemajuan Siswa ... 231

Lampiran Foto Penelitian Kelas Kontrol ... 233

Lampiran Foto Penelitian Kelas Eksperimen ... 235

Lampiran Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran ... 239

Lampiran Surat Ijin Penelitian ... 242

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah yang diangkat oleh peneliti, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian yang dilakukan.

1.1 Latar belakang masalah

Pendidikan saat ini menjadi sebuah wadah untuk mengasah kemampuan yang sudah dimiliki. Perkembangan kognitif dimulai dari tingkatan kognitif rendah sampai dengan tingkatan kognitif tinggi. Pendidikan yang baik dapat mengembangkan kemampuan kognitif pada siswa sesuai dengan tingkatan-tingkatannya. Bloom berpendapat bahwa perkembangan kognitif anak dimulai dan diawali dari tahap mengingat, memahami, menganalisis, mengaplikasi, mengevaluasi, dan mencipta (Asrori, 2007).

(18)

2

Guru perlu memperhatikan karakteristik kelas yang akan diajarnya atau dapat diartikan bahwa guru harus melihat situasi dan kondisi mulai dari siswa sampai dengan ruangannya pada saat mengajar di kelas. Setelah guru dapat mengenali karakteristik kelas yang akan diajar, pembelajaran akan berjalan lancar dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran yang diterapkan sesuai dengan keadaan lingkungan sekitar atau bersifat kontekstual, sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran yang berlangsung.

Piaget mengenalkan teori perkembangan anak dalam Asrori (2007: 47), bahwa usia perkembangan siswa sekolah dasar termasuk dalam tahap operasional konkret. Pendidikan sekolah dasar saat ini masih belum menerapkan konsep Piaget ini. Pada tahapan operasional konkret ini siswa sedang menjalani masa dimana interaksi dengan lingkungannya mulai berkembang dan siswa sudah bisa mengamati, mempertimbangkan, mengevaluasi, dan menjelaskan sebuah pemikiran secara lebih objektif.

IPS merupakan mata pelajaran yang membutuhkan pengetahuan secara konkret (Susanto, 2013). Penggunaan metode ceramah membuat siswa semakin tidak memahami fenomena atau gejala sosial masyarakat yang terjadi dan dipelajari. Banyak metode pembelajaran yang dapat dilakukan dan dilaksanakan oleh guru dalam pembelajaran khususnya IPS. Banyaknya model pembelajaran, diharapkan guru dapat mempertimbangkan dan mengenal kelas yang akan diajarnya sesuai dengan keadaan yang dihadapi.

(19)

3

pembelajaran. Cara mengajar guru dapat mempengaruhi minat siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga menimbulkan kebosanan apabila guru tidak dapat membangkitkan minat siswa. Kebosanan yang terjadi dapat mengakibatkan guru tidak dapat melakukan pengelolaan kelas dengan baik. Pada akhirnya, siswa hanya menghafalkan materi dan tidak mencapai pemahaman sesuai dengan tingkatan yang ada dalam taksonomi menurut Bloom. Menghafal merupakan tingkat terendah dalam taksonomi Bloom dan terdapat pada tingkat pengetahuan. Pemahamanlah yang merupakan hal yang diharapkan tercapai dalam pembelajaran.

Penggunaan model pembelajaran yang bervariasi dapat membuat siswa lebih berkembang dalam kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotornya. Salah satu model yang dapat digunakan sebagai salah satu variasi pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif. Adanya model pembelajaran yang bervariasi membantu siswa dalam memunculkan pemahaman konsep IPS yang baru. Penggunaan model pembelajaran kooperatif ini mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran melalui belajar secara peer teaching. Model pembelajaran ini akan diterapkan pada standar kompetensi 2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan, dengan kompetensi dasar yang diambil adalah 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

(20)

4

yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Hasil penelitian pada 36 siswa kelas eksperimen dan 36 siswa kelas kontrol diketahui bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Penelitian yang dilakukan oleh I Gusti Bagus Wacika (2013) juga mengatakan bahwa penelitian yang dilakukan di SD 4 Panjer dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw didapati bahwa hasil belajar lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan melihat pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa.

Peneliti akan menggunakan perbandingan dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tehadap siswa kelas V semester genap SD Negeri Kebondalem tahun pelajaran 2013/2014. Penerapan model kooperatif tipe Jigsaw II ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh model kooperatif tipe Jigsaw II terhadap pembelajaran.

(21)

5

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan tersebut di atas dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut:

Apakah ada perbedaan prestasi belajar IPS siswa kelas V semester genap sekolah dasar atas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II?

1.3 Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar IPS siswa kelas V semester genap sekolah dasar atas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

1.4 Manfaat penelitian

Manfaat penelitian secara teoritis adalah penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dalam pengimplementasiannya dalam lingkungan belajar khususnya pendidikan tingkat sekolah dasar. Sedangkan secara praktis, manfaat peneritian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1.4.1 Bagi siswa

(22)

6

1.4.2 Bagi guru

Penggunaan model kooperatif tipe JigsawII dapat menambah pengalaman guru dalam pembelajaran. Bahkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II ini dapat diterapkan pada berbagai mata pelajaran.

1.4.3 Bagi peneliti

Peneliti mendapatkan pengalaman dalam penerapan model kooperatif tipe Jigsaw II dalam pelajaran IPS di kelas. Oleh karena itu dengan adanya pengalaman ini, peneliti mendapatkan pemahaman lebih tentang model kooperatif tipe Jigsaw II.

1.4.4 Bagi sekolah

(23)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini membahas tentang kajian teori, penelitian yang relevan, keranga berpikir dan hipotesis penellitian.

2.1 Kajian teori

2.1.1 Belajar

2.1.1.1 Pengertian belajar

Belajar merupakan istilah yang sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan mahasiswa bahkan bagi khalayak umum. Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan sebuah unsur yang mendasar dalam pendidikan (Syah, 2012). Menurut Cronbach menuturkan bahwa

Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”,

yang mempunyai arti bahwa belajar merupakan adanya perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Belajar merupakan sebuah proses untuk mendapatkan pengetahuan (Suprijono, 2009). Menurut Slameto (2010), belajar merupakan proses usaha seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkahlaku yang baru sebgai hasil dari pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungannya.

(24)

8

diperoleh dari interaksi dengan lingkungan mencakup kognitif, afektif, dan psikomotor (Djamarah, 2011).

Berdasarkan pada pengertian belajar yang telah diuraikan terdapat kata yang perlu digaris bawahi yaitu perubahan. Belajar merupakan sebuah proses perubahan pengetahuan seseorang yang diperoleh dari pengalaman interaksinya dengan lingkungan.

2.1.1.2 Ciri-ciri Belajar

Belajar bukan semata-mata hanyalah menghafalkan fakta yang ada, namun adanya sebuah perubahan. Sebuah kegiatan dapat disebut sebagai belajar jika mempunyai ciri- ciri yaitu (1) adanya perubahan secara sadar, (2) perubahan dalam belajar bersifat berkelanjutan dan dinamis, (3) perubahan dalam belajar mempunyai sifat positif serta aktif, (4) perubahan tidak bersifat sementara dalam belajar, (5) perubahan dalam belajar terarah atau mempunyai tujuan, (6) perubahannya mencakup segala aspek tingkah laku (Slameto, 2010).

(25)

9

mempunyai sifat positif serta aktif, artinya perubahan selalu menuju kearah yang lebih baik dari sebelumnya serta selalu bertambah. Secara aktif, perubahan itu dibentuk karena adanya usaha dari individu sendiri. Keempat, perubahan tidak bersifat sementara dalam belajar artinya bahwa perubahan yang terjadi adalah permanen. Tingkah laku yang terbentuk karena adanya aktifitas belajar bersifat tetap. Misalnya saja seorang anak belajar berhitung maka kemampuan berhitung yang ia kuasai akan tetap ada. Kelima, perubahan dalam belajar terarah atau mempunyai tujuan artinya karena dengan adanya tujuan maka dengan belajar seseorang akan menguasai keterampilan tertentu. Keenam, perubahannya mencakup segala aspek tingkah laku artinya bahwa dengan belajar seseorang akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam aspek kognitif, afektif, psikomotor.

(26)

10

Berdasarkan uraian di atas, ciri-ciri belajar secara umum adalah (1) adanya perubahan secara sadar melalui proses, (2) perubahan dalam belajar bersifat positif-aktif, (3) perubahan belajar bersifat efektif – fungsional, (4) perubahan mencakup pada seluruh ranah (kognitif, afektif, dan psikomotor).

2.1.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Belajar

berbagai macam faktor yang mempengaruhi proses belajar. Slameto (2010) berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi belajar terbagi menjadi dua yaitu faktor internal (dalam) subyek pembelajar dan faktor eksternal (luar) subyek pembelajar. Faktor internal merupakan faktor yang mempengaruhi individu yang berasal dari dalam dirinya sendiri. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi individu yang berasal dari lingkungannya atau luar dirinya.

Fakor internal terbagi menjadi tiga faktor yaitu faktor jasmani, faktor psikologi, dan faktor kelelahan (Slameto, 2010). Faktor yang termasuk dalam faktor jasmani meliputi (1) faktor kesehatan, (2) cacat tubuh. Faktor psikologi terdiri atas tujuh faktor yang berpengaruh antara lain (1) tingkat intelgensi, (2) tingkat perhatian, (3) adanya minat, (4) bakat atau aptitude, (5) adanya motif, (6) tingkat kematangan, dan (7) kesiapan dlam memberikan reaksi serta respons.

(27)

11

meliputi kondisi lingkungan siswa, (3) faktor pendekatan belajar meliputi strategi, dan metode yang digunakan siswa dalam mempelajari materi-materi pelajaran. Untuk melengkapi faktor yang mempengaruhi belajar, selain adanya faktor internal dan faktor eksternal, Syah (2012) menambahkan faktor pendekatan belajar. Faktor pendekatan belajar ini berhubungan dengan strategi yang digunakan siswa untuk mencapai belajar yang efektif dan efisien. Pendekatan belajar mempunyai tiga tingkatan yaitu pendekatan tinggi , pendekatan menengah, dan pendekatan rendah.1

Tabel 2.1 Faktor – faktor yang mempengaruhi belajar (Syah, 2012)

Ragam Faktor dan Unsur – unsurnya

Internal Eksternal Pendekatan Belajar

1. Aspek Fisiologis -Jasmani dan tegangan

otot (tonus)

-Analitical (memilah dan memaknai fakta dan

(28)

12

luar dirinya meliputi teman, keluarga, masyarakat, lingkungan sekolah, dan lingkungan tempat tinggal.

2.1.1.4 Prinsip – prinsip Belajar

Prinsip belajar dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi belajar saat itu termasuk juga siswa secara individu. Di bawah ini akan diuraikan tentang prinsip-prinsip belajar. Prinsip belajar menurut Slameto (2010) yaitu (1) berdasarkan pada prasyarat yang diperlukan untuk belajar, (2) sesuai dengan hakikat belajar, (3) sesuai dengan materi yang harus dipelajari, dan (4) syarat keberhasilan belajar.

Belajar berdasarkan prasyarat yang diperlukan dimaksudkan bahwa dalam belajar siswa diusahakan untuk berpartisipasi aktif, meningkatkan minat belajar guna mencapai tujuan instruksional. Belajar sendiri sebaiknya dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang tinggi pada siswa. Lingkungan ikut ambil bagian dalam belajar, lingkungan yang menantang dapat membantu anak untuk mengembangkan kemampuannya dan belajar secara efektif. Oleh karena itu, belajar harus muncul hubungan interaksi antara siswa dengan lingkungannya.

(29)

13

yang baik adalah stimulus yang diberikan akan menimbulkan respons sesuai yang diharapkan.

Belajar sesuai dengan materi yang harus dipelajari, dalam hal ini belajar diharapkan dapat mencakup secara keseluruhan. Belajar yang bersifat keseluruhan, materi yang terstruktur dalam bentuk penyajian yang sederhana dapat membantu siswa dalam memahami pengertian dari materi yang disampaikan. Belajar selalu mengembangkan segala aspek. Oleh karena itu, belajar harus dapat mengembangkan kemampuan terntentu pada siswa sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapai.

Syarat keberh asilan dalam belajar dimaksudkan bahwa belajar memerlukan sarana prasarana yang cukup dan memadahi sehingga belajar dapat berjalan dengan lancar dan efektif. Perlu adanya pengulangan atau repetisi. Repetisi dimaksudkan untuk pengendapan materi secara mendalam dalam diri siswa.

(30)

14

yang akan dicapai serta adanya kebutuhan yang mendorong utnuk belajar. Belajar merupakan sebuah proses yang dinamis, membangun serta organik. Belajar mencakup segala aspek yang ada seperti aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Prinsip belajar yang ketiga adalah belajar merupakan pengalaman. Pengalaman dapat diperoleh dari lingkungan sekitar. Hal ini dapat terwujud karena timbulnya interaksi antara siswa dengan lingkungan sekitarnya (Suprijono, 2009).

Berdasarkan pada uraian di atas, prinsip belajar dapat disimpulkan bahwa (1) belajar mempunyai tujuan yang akan dicapai, (2) belajar merupakan sebuah proses yang terstruktur, membangun, dan memberikan pengalaman pada siswa, (3) keberhasilan belajar dapat dibantu dengan sarana prasarana yang memadai bagi siswa, (4) belajar membentuk perilaku individu.

2.1.1.5 Prestasi Belajar

(31)

15

Hasil belajar atau prestasi belajar merupakan kumpulan polah perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikap, serta apresiasi dan keterampilan (Suprijono, 2009). Menurut Gagne dalam Suprijono (2009), prestasi belajar dapat berupa informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap. Sedangkan menurut Bloom, prestasi belajar itu harus mencakup kemampuan tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Secara kognitif meliputi knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (memahami, menjelaskan, meringkas, memberi contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru) dan evaluation (menilai). Hal yang mencakup ranah afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan tanggapan atau respons), valuing (nilai), organization (sikap berorganisasi), characterization (memberikan cirri khusus/ karakterisasi). Psikomotor mencakup pada keterampilan produktif, teknik, sosial, fisik, pengaturan/ managerial, serta intelektual.

(32)

16

dilakukan. Tes merupakan sebuah alat ukur usaha yang telah dilakukan. Tes dapat mengukur sebuah tingkah laku seseorang, kemampuan seseorang, dan mendiagnostik (Azwar, 2012). Berdasarkan pada pengertian yang telah disampaikan, maka prestasi belajar atau hasil belajar merupakan hasil yang telah dicapai dari sebuah proses komprehensif yang mencakup perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan mencakup ketiga aspek yaitu kognitif, afektif, serta psikomotor. Penelitian ini dibatasi pada prestasi belajar secara kognitif.

(33)

17

Tabel 2.2 Indikator ranah kognitif Bloom (Yulaelawati, 2004) Kognitif

Mengingat Memahami Menerapkan Menganalisis Menciptakan

Kata

2.1.2 Ilmu Pengetahuan Sosial

2.1.2.1 Hakikat IPS

Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan penggabungan secara ilmiah dari beberapa ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan manusia yang berguna bagi peserta didik (Susanto, 2013). IPS disusun secara sederhana bertujuan supaya siswa bisa memahami isi materi Ilmu Sosial yang terdapat didalamnya.

(34)

18

mempengaruhi kehidupan manusia dapat dikaji dan dipelajari melalui sosiologi, ekonomi, sejarah, dan geografi.

Hakikat IPS dalam hal ini diharapkan untuk bisa menjadi masyarakat yang baik dan berkembang secara sosial rasional serta bertanggung jawab, sehingga perlu adanya nilai (Susanto, 2013). IPS mengembangkan konsep dan pemikiran sesuai dengan realita masyarakat yang ada. Berbekal dari beberapa pengertian dari berbagai sumber, IPS merupakan gabungan dari beberapa ilmu sosial yang meliputi sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, politik, serta hukum dan budaya yang mengkaji kehidupan manusia dengan lingkungannya. Pada hakikatnya IPS mengharapkan melalui pembelajarannya seseorang dapat menjadi masyarakat yang baik dan berguna untuk bangsa dan negaranya.

2.1.2.2 Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

(35)

19

Pendidikan IPS di sekolah dasar merupakan salah satu mata pelajaran yang mengangkat permasalahan kehidupan manusia secara utuh meliputi ekonomi, sosiologi, dan geografi. Pendidikan IPS berusaha untuk meningkatkan kemampuan pengetahuan kewarganegaraan melalui ilmu-ilmu yang terkandung di dalamnya. Adapun tujuan pendidikan IPS yang dilakukan di sekolah dasar adalah dengan berlandaskan pada tujuan nasional dan tujuan pendidikan diharapkan siswa dapat membentuk suatu pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap dengan ikut serta terjun dalam kehidupan keluarga, teman bermain, sekolah, masyarakat maupun lingkungan yang lebih luas lagi bangsa dan negara. Melalui Pendidikan IPS ini, siswa akan menjadi peka terhadap permasalahan yang sedang dihadapi lingkungan sekitarnya sehingga mampu mengatasi permasalahan yang dijumpainya dalam kehidupan sehari-hari. Melihat tujuan pembelajaran IPS ini menjadi sebuah tantangan bagi guru untuk memberikan pembelajaran yang dapat mewujudkan tujuan dari pendidikan IPS.

(36)

20

Pada kenyataanya, guru masih memonopoli dan menjadi satu- satunya sumber informasi dalam belajar selain buku pegangan siswa. Penggunaan metode ceramah dan tanya jawab yang kurang variasi membuat siswa cenderung bersikap apatis terhadap masalah sosial dan pembelajaran itu sendiri. Perlunya menambah wawasan guru dan keterampilan dalam mengajar bertujuan dapat mengubah pandangan siswa yang apatis menjadi pembelajaran yang menarik (Susanto, 2013). Model pembelajaran yang digunakan untuk membantu siswa dalam belajar antara lain: model pembelajaran inquiry-discovery, problem solving, contextual teaching and learning, dan cooperative learning (Ratri & Hidayati, 2007).

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), mengarah pada tujuan dan ruang lingkup pembelajaran IPS, yaitu mengenalkan konsep tenatang masyarakat dan lingkungannya, memiliki kemampuan utnuk berpikir secara logis kritis serta memupuk rasa ingin tahu guna membantu memecahkan masalah dan menguasai keterampilan dalam kehidupan sosial, mempunyai komitmen terhadap nilai sosial dan kemanusiaan, berkemampuan dalam berkomunikasi dan bekerjasama serta berkompetisi dalam berbagai tingkatan masyarakat pada umumnya (Susanto, 2013).

(37)

21

sendiri dari peristiwa sosial di kehidupannya dalam masyarakat. Tantangan bagi guru adalah membuat pelajaran yang menarik sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran IPS. Perlunya penyegaran dan pengolahan keretampilan guru dalam mengajar dengan tujuan pembelajaran IPS menjadi pembelajaran yang menyenangkan.

2.1.2.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS

Standar kompetensi dan kompetensi dasar digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan bahan ajar atau materi pokok, kegiatan pembelajaran, serta pembuatan indikator ketercapaian belajar sebagai pedoman dalam penilaian. Standar kompetensi dan kompetensi dasar berpedoman pada Standar Isi kurikulum.

Peneliti menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, oleh karena itu standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan digunakan sebagai berikut:

Tabel 2.3Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas V (BSNP, 2006)

Kelas V Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam

mempersiapkan dan

mempertahankan kemerdekaan Indonesia

2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang

2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia

2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan

kemerdekaan

2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

(38)

22

2.1.2.4 Materi Pembelajaran IPS

Materi pembelajaran IPS untuk kelas 5 Semester 2 sesuai dengan SK dan KD yang akan digunakan dalam lapangan yaitu standar kompetensi 2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan, dengan kompetensi dasar yang diambil adalah 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Materi pembelajaran terbagi dalam beberapa bagian yaitu masa persiapan kemerdekaan, BPUPKI, PPKI, peristiwa menjelang proklamasi, tokoh-tokoh kemerdekaan, dan menghargai jasa- jasa tokoh kemerdekaan (S, Sunarto, Umar, Said, Suparna, & Ahmad, 2007). Materi – materi dalam pembelajaran IPS kelas 5 semester II dalam standar kompetensi 2 dan kompetensi dasar 2.2 meliputi:

1. Masa Persiapan Kemerdekaan

Perang Pasifik semakin memuncak. Tentara jepang mengalami kekalahan sedangkan tentara Sekutu di bawah pimpinan Amerika Serikat semakain mendesak. Oleh karena hal itu, tentara Jepang di Indonesia bersiap untuk mempertahankan diri.

(39)

23

Pada tanggal 20 Oktober 1944, setelah menguasai Pulau Irian dan Pulau Morotai di Kepulauan Maluku, Sekutu dibawah pimpinan Jendral Douglas Mac Arthur menyerbu Kepulauan Leyte (Filipina). Pada tanggal 25 Oktober 1944, Jendral Douglas Mac Arthur mendarat di Pulau Leyte.

Bulan Februari 1945, Sekutu berhasil menguasai Pulau Iwo Jima di Jepang. Hal ini menyebabkan Jepang menjadi semakin lemah.

Untuk menarik simpati rakyat Indonesia, Jepang memperbolehkan pengibaran bendera Merah-Putih di samping Bendera Jepang. Lagu Indonesia Raya boleh dikumandangkan setelah lagu kebangsaan Jepang, Kimi Ga Yo.

2. Badan Penyelidik Usaha – usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia Armada militer Jepang semakin terdesak dalam perang Pasifik. Pulau Halmahera dan Pulau Morotai di Maluku sudah jatuh ke tangan Sekutu. Pada bulan Juli 1944, Jendral Kuniaki Koiso, yang pada saat iru menjabat sebagai Perdana Menteri Jepang, menyatakan kepada Indonesia bahwa akan memberikan kemerdekaan pada Indonesia dikemudian hari dengan harapan bahwa rakyat Indonesia mau membantu Jepang dalam menangkal serangan Sekutu. Namun pada kenyataannya Jepang mengalami kekalahan dimana-mana.

(40)

24

a. Membentuk Badan Penyelidik Usaha – usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau dalam bahasa Indonesia disebut Dokuritsu Junbi Cosakai.

b. Mempersiapkan lembaga Latihan Nasional (Kenkoku Gakuin) yang melatih dan mendidik calon pemimpin negara baru.

c. Memperluas pembicaraan tentang kemerdekaan Indonesia.

Pembentukan BPUPKI mempunyai maksud dan tujuan yaitu mempelajari dan menyelidiki segala kebutuhan dalam usaha pembentukan negara Indonesia merdeka. BPUPKI mempunyai 63 anggota, termasuk didalamnya empat orang golongan Cina dan Arab, serta golongan Indo atau peranakan Belanda.

BPUPKI ini diketuai oleh Dr. Rajiman Widyodiningrat, dan wakil ketua dijabat oleh Raden Panji Suroso. Tugas pokok BPUPKI adalah menyiapkan organisasi pemerintah yang akan menerima kemerdekaan dari pemerintah Jepang.

Pada tanggal 28 Mei 1945, diadakan upacara pembukaan BPUPKI di jalan Pejambon, Jakarta, pihak Jepang diwakili oleh Jendral Izagaki dan Letnan Jendral Nagano. Pada tanggal 29 Mei - 1 Juni 1945, BPUPKI mengadakan Rapat guna membicarakan dasar negara Indonesia.

Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengusulkan lima asas dasar negara yang disebut Pancasila, yaitu:

(41)

25

2. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan 3. Mufakat atau Demokrasi

4. Kesejahteraan Sosial 5. Ketuhanan Yang Maha Esa

Selain Soekarno masih ada tokoh lain yang mengusulkan lima asas dan dasar negara Indonesia yaitu Muhammad Yamin. Lima asas itu yaitu:

1. Peri Kebangsaan 2. Peri Kemanusiaan 3. Peri Ketuhanan 4. Peri Kerakyatan 5. Kesejahteraan Rakyat

Selain dasar negara, BPUPKI membentuk sebuah panitia yang dikenal dengan Panitia Sembilan. Panitia ini diketuai oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil ketua. Adapun anggota dari Panitia Sembilan adalah

(42)

26

Pada tanggal 22 Juni 1945, melalui Panitia Sembilan menghasilkan Piagam Jakarta (Jakarta Charter). Piagam Jakarta ini menjadi awal mula pembukaan Undang – undang Dasar 1945.

3. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dibentuk pada tanggal 7 Agustus 1945 dan pada saat itu pula Badan Penyelidik Usaha – usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dibubarkan. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai. PPKI sendiri diketuai oleh Ir. Seokarno dan Drs. Moh. Hatta sebagai wakil ketua PPKI. Tugas utama PPKI antara lain:

1. Menyelesaikan dan mengedahkan rancangan Undang – Undang Dasar yang telah disiapkan oleh BPUPKI.

2. Bermusyawarah untuk memutuskan pelaksanaan pernyataan Kemerdekaan Indonesia nantinya.

4. Peristiwa Menjelang Proklamasi

(43)

27

Pada hari yang sama pula, Jepang mengalah kepada Sekutu. Berita menyerahnya Jepang kepada Sekutu terdengar oleh Sutan Syahrir melalui radio. Sutan Syarir menyampaikan berita tersebut kepada Bung Karno dan meminta untuk segera memproklamirkan kemerdekaan, namun hal ini ditolak melalui berbagai pertimbangan Bung Karno.

Pada tanggal 15 Agustus 1945, pada golongan muda melakukan rapat seputar usaha-usaha untuk segera memproklamir kan Indonesia merdeka. Usual kemudian disampaikan kepada IR. Soekarno. Bung Karno menolak dengan alasan harus bermusyawarah terlebih dahulu dengan panitia yang lainnya.

Puncaknya pada tanggal 16 Agustus 1945, Bung Karno dan Bung Hatta dibawa oleh golongan muda ke Rengasdengklok dengan tujuan bahwa supaya kedua tokoh dapat terbebas dari pengaruh Jepang, sehingga dapat memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Pada saat yang sama, terjadi kesepakatan antara golongan muda yang diwakili olehWikana dan Yusuf Kunto dengan golongan tua yang diwakili oleh Mr. Ahmad Soebardjo. Pada pukul 00.00, Bung Karno memimpin rapat PPKI di rumah Laksamana Tadashi Maeda. Dalam rapat tersebut terumuslah naskah proklamasi dan menyetujui bahwa proklamasi dikumandangkan keesokan harinya.

(44)

28

Mulai saat itu, Indonesia merupakan negara merdeka yang bebas dari belanggu penjajah.

5. Tokoh – tokoh Kemerdekaan

Perlawanan rakyat Indonesia untuk mencapai kemerdekaan telah memunculkan tokoh-tokoh perjuangan yang ikut ambil bagian dalam proses persiapan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Tokoh – tokoh tersebut, antara lain:

a. Ir. Soekarno

Ir. Soekarno merupakan Pahlawan Proklamasi dengan sapaan akrabnya Bung Karno. Tokoh ini kelahiran Blitar,Jawa Timur, 6 Juni 1901. Mulai aktif dalam berjuang pada masa pergerakan nasional dengan memimpin Partai Nasional Indonesia (PNI). Pada masa pendudukan Jepang, beliau menjadi salah satu orang yang menjadi pemimpin organisasi Putera (Pusat Tenaga Rakyat). Di dalam BPUPKI, beliau dipercaya untuk menjadi ketua Panitia Sembilan. Selanjutnya dipercaya kembali untuk menjadi ketua PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) sebagai pengganti BPUPKI. b. Drs. Muhammad Hatta

(45)

29

yang berisikan pelajar Indonesia yang bersekolah di Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, Bung Hatta dikenal dengan julukan Dwi Tunggal bersama Bung Karno. Bung Hatta ikut ambil bagian dalam

mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, dengan ikut menghadiri rapat PPKI di rumah Laksamana Maeda, dan mendampingi Bung Karno dalam upacara pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

c. Fatmawati

Fatmawati merupakan istri dari Bung Karno, dilahirkan di Bengkulu pada tahun 1923. Ibu Fatmawati telah berjasa menjahitkan Bendera Pusaka Merah Putih. Bendera itulah yang dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945 di halaman rumahnya yang sekaligus tempat dibacakan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta.

6. Menghargai Jasa – jasa Tokoh Kemerdekaan

Kemerdekaan yang kita nikmati saat ini bukan merupakan hadiah dari pemerintah Jepang bahkan bukan pula pemberian dari pemerintah Belanda. Kemerdekaan yang kita rasakan saat ini merupakan hasil kerja keras dan perjuangan bangsa Indonesia sendiri.

(46)

30

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai

pahlawannya”, ini berarti kita tidak boleh melupakan jasa-jasa mereka

yang telah memperjuangkan Indonesia sehingga kita dapat hidup nyamn saat ini. Banyak cara untuk mengenang jasa-jasa pahlawan, antara lain:

- Pada saat upacara di sekolah maupun di kantor, diberikan waktu untuk mengheningkan cipta. Hal ini mempunyai tujuan yaitu mengenang jasa para pahlawan.

- Melakukan ziarah ke Taman Makam Pahlawan dan mendoakannya.

- Meniru, mengikuti semangat hidup perjuangannya dan mempraktikkan dalam hidup sehari-hari.

Demikianlah uraian dari materi pelajaran IPS kompetensi dasar 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

2.1.3 Model pembelajaran kooperatif

2.1.3.1 Pengertian pembelajaran kooperatif

(47)

31

kelompok yang beranggotakan dua orang atau lebih dan hasil dipengaruhi oleh keterlibatan tiap anggotanya (Solihatin & Raharjo, 2008). Model pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar dan bekerja sama dalam kelompok kecil beranggotakan 4 – 6 siswa dengan struktur kelompok yang heterogen disebut pembelajaran kooperatif (Slavin, 2008).

Pembelajaran memang seharusnya mempunyai dua alur yang komunikatif antara guru dengan siswa bahkan siswa dengan siswa lainnya. Pembelajaran berbasis teman sebaya (peer teaching) lebih efektif dibandingkan hanya guru yang mengajar. Pengajaran dengan sistem memberikan keleluasaan terhadap siswa untuk bekerja dalam kelompok secara bersama dan terstruktur dapat dikatakan sebagai pembelajaran gotong – royong atau cooperative learning (Lie, 2010).

Melalui penjelasan dari beberapa tokoh diatas dapat ditarik sebuah pengertian bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran student centered teaching yang berbasis kelompok dengan beranggotakan 2 atau lebih siswa dalam satu kelompok, siswa belajar secara tutor sebaya dengan materi yang terstruktur dan didalamnya siswa saling bekerja sama untuk mendapatkan sebuah hasil.

2.1.3.2 Unsur – unsur pembelajaran kooperatif

(48)

32

pada setiap anggota kelompok, (3) Adanya tatap muka dalam kelompok, (4) Terjadi suatu komunikasi antar anggota, (5) Adanya evaluasi proses dalam kelompok (Lie, 2010).

Pada unsur ketergantungan positif antar anggota artinya keberhasilan kelompok terletak pada bagaimana anggota kelompok itu bekerja. Guru dapat memaksimalkan tugas yang diberikan pada setiap anggota kelompok sehingga setiap anggotanya dapat menyelesaikan tugasnya sendiri sehingga tujuan tercapai.

Tanggung jawab setiap anggota kelompok sangat berpengaruh terhadap hasil akhir kelompok. Hal ini dapat terlihat bagaimana siswa yang mengerjakan tugasnya dengan sungguh-sungguh ataupun tidak. Apabila salah satu anggota kelompok tidak bertanggung jawab pada tugasnya maka tujuan akhir kelompok tersebut tidak tercapai secara maksimal dan anggota kelompok bisa meminta pertanggungjawabannya.

Tatap muka dalam kelompok diartikan sebagai bertemu dan berdiskusi. Menyatukan berbagai macam perbedaan tentu tidak akan mudah, namun dengan adanya berbagai kekurangan individu dapat membuat suatu kelebihan tersendiri disamping lebih mengenal antara satu dengan yang lainnya.

(49)

33

menyampaikan, menyanggah, mengoreksi suatu pendapat. Proses saling mengomunikasikan merupakan suatu proses yang bermanfaat guna memperkaya pengalaman dalam belajar dan perkembangan mental dan emosi setiap anggotanya.

Evaluasi proses dalam kelompok perlu diperhatikan oleh guru, hal ini membantu proses belajar selanjutnya. Perlunya waktu khusus untuk memberikan evaluasi secara individu maupun kelompok. Pengevaluasian dilaksanakan beberapa kali dalam waktu tertentu saja.

Beberapa unsur lainnya menurut Lungdren (Isjoni, 2012) yaitu (1) Siswa mempunyai persepsi bahwa mereka benar – benar satu tim yang tak bisa berjalan sendiri dan saling berkaitan, (2) Siswa memiliki tanggung jawab terhadap anggota lain dalam kelompoknya termasuk terhadap materi yang dipelajari, (3) Anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama, (4) saling berbagi tugas dan tanggung jawab antara anggota kelompok, (5) pemberian evaluasi setiap siswa yang berpengaruh terhadap hasil evaluasi kelompoknya, (6) saling berbagi kepemimpinan dengan tujuan untuk memperoleh dan melatih keterampilan kerjasama mereka dalam kelompok selama proses pembelajaran berlangsung, (7) adanya pertanggungjawaban atas materi yang didapatkan secara individu dalam kelompok kooperatif.

(50)

34

keterbukaan pada setiap anggota untuk saling terlibat dalam komunikasi, (4) selalu ada evaluasi dalam bentuk kelompok maupun individu.

2.1.3.3 Jenis-jenis pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif mempunyai banyak tipe yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Beberapa contoh tipe pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan antara lain: Student Team Achievement Devision (STAD), Jigsaw, Teams-Games-Tournaments (TGT), Group Investigation (GI), Rotating Trio Exchange, dan Group Resume (Isjoni, 2012).

Di bawah ini merupakan penjelasan beberapa contoh pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan:

a. Student Team-Achievement Devisions (STAD)

Metode ini dikembangkan oleh Slavin dan menekankan pada

“kompetisi” antar kelompok di dalam kelas tersebut. Kelompok yang

(51)

35 b. Team-Games-Tournaments (TGT)

Metode Team-Games-Tournaments hampir sama dengan metode Student Team-Achievement Devisions (STAD). Pembentukan kelompok pada TGT terfokus pada tingkat kemampuan setiap siswa (Huda, 2014). Setiap kelompok terdiri 3 orang siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Komposisi kelompok dicatat pada tabel khusus yang biasanya disebut tabel turnamen. Kelompok ini setiap minggunya akan berubah. Tipe ini sama dengan STAD dengan diawali oleh mempelajari materi terlebuh dahulu di dalam kelompok. Setelah mempelajari materi, setiap siswa diuji secara individual, jika STAD menyebutkan kuis sebagai tes individual, dalam TGT disebut sebagai games akademik yang dikemas sebagai kompetisi. Nilai yang diperoleh dari games akademik ini akan diakumulasikan menjadi nilai kelompok.

c. Group Investigation (GI)

Tipe pembelajaran group investigation ini merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang kompleks. Hal ini dikarenakan GI memadukan prinsip pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran yang berbasis konstruktivisme dan prinsip pembelajaran demokrasi (Isjoni, 2012).

(52)

36

kelompok menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada dengan menggunakan metode investigasi seperti misalnya, diawali dengan pengumpulan data, analisis data, sintesis, dan menarik kesimpulan. Pada akhir kegiatan, siswa diminta untuk mempresentasikan hasil dari investigasinya. Selain presentasi, sebaiknya guru memberikan evaluasi baik secara individu ataupun kelompok (Suprijono, 2009).

d. Jigsaw

Jigsaw yang dikembangkan Aronson merupakan salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif. Pembelajaran dengan menerapkan Jigsaw menekankan kepada siswa untuk saling membantu dalam memahami suatu materi dan aktif selama pembelajaran berlangsung (Isjoni, 2012). Jenis pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sangat cocok untuk diterapkan dalam segala tingkatan kelas (Lie, 2010). Langkah awal untuk memulai tipe ini dalam sebuah pembelajaran adalah membentuk kelompok berlatarbelakang heterogen. Setiap kelompok idealnya terdiri dari 4-6 siswa. Langkah kedua adalah memberikan sub materi yang berbeda pada setiap kelompok tentang topik yang sedang dipelajari saat itu. Masing-masing anggota kelompok mempelajari salah satu bagian dari sub materi yang diberikan dan bertanggung jawab penuh terhadap materi yang didapatkan.

(53)

37

Perbedaan dari Jigsaw dengan Jigsaw II terletak pada adanya pemberian reward di akhir pelajaran. Kagan (1990) mengembangkan Jigsaw dengan diterapkan pada kelas bilingual. Jigsaw yang dikembangkan oleh Kagan ini dikenal dengan Jigsaw III. Jigsaw III umumnya menggunakan bahasa Inggris untuk materi, bahan, kuis, dan lembar kegiatannya (Huda, 2014).

2.1.3.4 Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dikembangkan olah Aronson dan timnya sebagai salah satu metode pembelajaran kooperatif. Tipe ini memadukan keterampilan membaca, menulis, mendengarkan, serta berbicara. Jigsaw bisa digunakan dalam mata pelajaran IPA, IPS, bahasa, agama, dan matematika. Penggunaannya mencakup segala tingkatan kelas. Dalam melakukan pembelajaran di kelas, guru sebaiknya memperhatikan latar belakang pengalaman yang telah diperoleh siswa, hal ini bertujuan untuk mengaktifkan siswa selama pembelajaran berlangsung sehingga pembelajaran menjadi bermakna. Tipe Jigsaw ini juga melatih keterampilan komunikasi antar siswa (Lie, 2010).

(54)

38

Jigsaw awalnya dikembangkan oleh Aronson pada tahun 1978 (Slavin, 2008). Siswa masuk ke dalam kelompok- kelompok kecil, guru memberikan topik materi yang akan dipelajari saat itu. Masing – masing anggota kelompok harus mempelajari topik yang berbeda. Setelah mempelajari materi yang telah menjadi bagiannya, kemudian membentuk sebuah kelompok baru yang beranggotakan perwakilan tiap kelompok asal serta dalam satu materi yang sama membentuk sebuah kelompok ahli. Dalam kelompok ahli ini, siswa diminta untuk berdiskusi tentang materi yang menjadi tanggung jawabnya. Setelah mencapai sebuah kesepakatan maka masing-masing siswa yang tergabung dalam kelompok ahli ini kembali ke kelompok asal untuk mempresentasikan atau menyampaikan informasi yang telah disepakati dalam kelompok ahli (Suprijono, 2009). Pemberian kuis secara individu untuk melihat penguasaan materi setiap siswa. Penilaian yang individu yang dihasilkan menentukan penilaian kelompok. Pada Jigsaw ini tidak ada reward yang diberikan secara khusus. Jigsaw mengalami perkembangan, pada tahun 1989, Slavin mengadopsi dan membuat modifikasi pada Jigsaw yang di kembangkan oleh Aronson. Pemodifikasian ini lebih dikenal dengan tipe Jigsaw II . Jigsaw II digunakan pada pada matri yang berbentuk narasi tertulis. Pembelajaran menekankan pada pengusaan konsep dalam materi tersebut (Slavin, 2008).

(55)

39

anggota dapat menunjukkan peningkatan kemampuan dibandingkan dengan kemampuan sebelumnya pada saat kuis maka akan memperoleh poin extra poin. Secara garis besar tipe pelaksanaan Jigsaw II tidak terlalu berbeda dengan Jigsaworiginal.

Langkah - langkah penerapan Jigsaw II (Slavin, 2008) adalah pertama awal pelaksanaan Jigsaw II ini adalah membuat kelompok beranggotakan 4-6 orang dan membagikan handout materi termasuk topik ahli pada masing-masing siswa. Siswa diminta untuk membaca materi (lewati pada bagian topik ahli). Guru memilihkan topik yang harus benar-benar dikuasai oleh siswa pada setiap kelompoknya. Ketika siswa telah memperoleh topik yang harus dipelajari, guru mempersilahkan siswa untuk membaca bagian materi yang sudah menjadi tugasnya atau bisa juga siswa diminta membaca di rumah sebagai PR dan bisa melengkapi topik yang didapat dari buku sumber lainnya.

Guru membantu siswa untuk membuat kelompok ahli sesuai topik berkumpul bersama. Apabila kelompok ahli terdiri dari lebih dari 6 siswa maka dibagi mejadi 2 kelompok kecil. Pada setiap kelompok, guru memilih salah satu siswa untuk menjadi moderator diskusi yang berhak atas jalannya diskusi. Setiap siswa berbagi informasi dalam kelompok ahli serta mencatat poin – poin yang dibahas selama diskusi berlangsung. Guru berkeliling untuk membimbing dan meluruskan kesalahpahaman.

(56)

40

dapatkan kepada anggota kelompok lainya. Guru menekankan pada siswa bahwa mereka bertanggungjawab atas teman sekelompoknya. Di dalam kelompok ini siswa dilatih menjadi guru yang baik serta pendengar yang baik.

Setelah melalui tahap peer teaching, guru memberikan tes secara individu untuk mengetahui pemahaman materi mereka melalui kegiatan tadi. Guru bisa juga meminta siswa untuk menukarkan lembar jawaban pada kelompok lain untuk menghitung skor perolehan. Perhitungan skor mulai dari poin kemajuan dalam belajar secara individu yang akan berpengaruh pada poin kemajuan kelompok. Permberian reward pada kelompok yang memiliki poin tertinggi sebagai kelompok terbaik. Hal ini berguna untuk memotivasi siswa dalam belajar.

(57)

41

Tabel 2.4 Poin berdasarkan hasil kuis (Slavin, 2008)

No Skor Kuis Poin Kemajuan

1 Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 2 1-10 poin di bawah skor awal 10 3 Sampai 10 poin di atas skor awal 20 4 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 5 Skor sempurna (terlepas dari skor awal) 30

2.2.4 Pembelajaran IPS di sekolah dasar dengan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw II

Pembelajaran IPS yang berlangsung di sekolah dasar pada umumnya pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah, penggunaan media dalam pembelajaran memang cukup membantu. Materi pembelajaran yang abstrak bagi siswa menuntut anak untuk selalu membaca. Pembiasaan membaca dalam pelajaran IPS ini cukup membantu dalam pemahaman materi yang disampaikan. Pembelajaran IPS dapat dilakukan dengan berbagai macam cara seperti diskusi, bahkan menceritakan pengalaman tentang fenomena-fenomena yang ditemui dalam lingkungan masyarakat, sekolah, dan keluarga.

(58)

42

alokasi waktu yang cukup lama. Namun dengan adanya penerapan model kooperatif Jigsaw II pada pelajaran IPS didapati adanya kenaikan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran tersebut.

Gambar 2.1 Langkah- langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II Pembentukan kelompok asal 4-6

siswa

Pemberian keseluruhan materi kepada siswa

Siswa berkumpul ke dalam kelompok ahli untuk saling

berdiskusi

Siswa kembali ke kelompok asal untuk mempresentasikan hasil

diskusi

Siswa mengerjakan lembar kerja siswa di dalam kelompok asal

Pemberian soal evaluasi (kuis) secara individu

(59)

43

2.3 Hasil penelitian sebelumnya

2.3.1 Pengaruh Metode Pembelajaran Jigsaw Terhadap Hasil Belajar

Mata Pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan di SMK Wongsorejo

Gombong, (Azizah, 2013)

Peneliti melakukan penelitian tentang pengaruh metode pembelajaran Jigsaw terhadap hasil belajar mata pelajaran kompetensi kejuruan di SMK Wongsorejo, Gombong. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran dasar kompetensi kejuruan setelah guru mengajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw jika dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional di SMK Wongsorejo Gombong.

(60)

44

(61)

45

2.3.2 Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap

Hasil Belajar IPS Ditinjau dari Sikap Sosial Dalam Pembelajaran

IPS Pada Siswa Kelas V di SDN 4 Panjer (Wacika, Dantes, &

Lasmawan, 2013)

Peneliti meneliti tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap hasil belajar IPS ditinjau dari sikap sosial dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas V di SDN 4 Panjer. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh model pembelajaran kooperatif Jigsaw terhadap hasil belajar IPS ditinjau dari sikap sosial dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas V SDN 4 Panjer. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan desain penelitian eksperimen. Peneliti menggunakan sampel total instrumen penelitian yang digunakan adalah tes hasil belajar IPS dan kuesioner sikap sosial. Sedangkan penganalisis data menggunakan ANAKOVA. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga yaitu model pembelajaran kooperatif Jigsaw sebagai variabel bebas, sikap sosial sebagai variabel moderator dan hasil belajar IPS sebagai variabel terikat.

(62)

46

diterima. Ini dapat diartikan bahwa setelah pengaruh sikap sosial siswa dikendalikan, hasil belajar IPS siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Pengujian hipotesis yang ketiga, secara keseluruhan hipotesis nul ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Melalui pengujian hipotesis ini dapat diartikan bahwa terdapat kontribusi sikap sosial siswa secara keseluruhan yang signifikan sebesar 53,2% terhadap hasil belajar IPS siswa. Pada kelompok eksperimen, terdapat kontribusi sikap sosial siswa yang signifikan sebesar 49,0% terhadap hasil belajar IPS siswa. Sementara itu, kelompok kontrol, terdapat kontribusi sikap sosial siswa yang signifikan sebesar 60,2% terhadap hasil belajar IPS siswa.

(63)

47

2.3.3 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk

Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Negeri 94

Pekanbaru (Yolanda, Mujiatun, & Witri, 2013)

Peneliti meneliti tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 94 Pekanbaru. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 94 Pekanbaru dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Peneliti menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) dalam penelitian ini. Penelitian ini dilaksanalkan sebanya dua siklus dan dalam setiap siklus terdapat empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada siswa kelas IV berjumlah siswa 35 orang yang terdiri dari 20 orang

laki-laki dan 15 orang perempuan.

(64)

48

belajar siswa, sebelum diadakan tindakan yaitu skor dasar dengan rata-rata hasil belajar siswa 64,14 dengan persentase ketuntasan klasikal 40.00%, meningkat pada siklus I dengan rata-rata 74.14 dengan persentase ketuntasan klasikal 68,57% dan meningkat lagi pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa 86,86 dengan persentase ketuntasan klasikal 88,57% dengan demikian dapat dikatakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2.3.4 Pengaruh Model Kooperatif Teknik Jigsaw II Terhadap

Kemampuan Membaca Ditinjau dari Sikap Studi Pengelolaan

Pembelajaran Bahasa Inggris Pada Siswa Kelas XI di SMA Negeri I

Tegallalang Gianyar (Arinata, 2012)

(65)

49

Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada kemampuan membaca bahasa Inggris siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dengan kemampuan membaca bahasa Inggris siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional dengan F hitung = 37,442 > F tabel = 3,96, harga ini signifikan pada taraf 5%. Dapat diartikan bahwa kemampuan membaca bahasa Inggris pada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran koperatif teknik Jigsaw II lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan membaca bahasa Inggris pada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Adanya perbedaan yang signifikan pada kemampuan membaca bahasa Inggris pada siswa yang mengikuti pembelajaran koperatif teknik Jigsaw II dengan kemampuan membaca bahasa Inggris pada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional setelah diadakan pengendalian sikap, dengan Fhitung = 37,492> F tabel = 3,96, harga ini signifikan pada taraf 5%. Dapat diartikan bahwa kemampuan membaca bahasa Inggris pada siswa yang mengikuti pembelajaran koperatif teknik Jigsaw II lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan membaca bahasa Inggris pada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional setelah diadakan pengendalian sikap. Dilihat dari kontribusi sikap terhadap kemampuan membaca bahasa Inggris siswa yang mengikuti pembelajaran koperatif teknik Jigsaw II sebesar 26 %, sedangkan kontribusi sikap terhadap kemampuan membaca bahasa Inggris siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional adalah 25,4 %.

Gambar

Tabel 2.1 Faktor – faktor yang mempengaruhi belajar
tabel indikator di bawah ini:
Tabel 2.2 Indikator ranah kognitif  Bloom (Yulaelawati, 2004)
Tabel 2.3Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas V
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang didapat adalah pelaksanaan teknologi PTT berjaln dengan baik, dan mengalami perkembangan produksi dari tahun ke tahun, kemudian tingkat keberhasilan

Komponen protein pada kedelai dan karbohidrat yang ada padajagung manis akan memungkinkan terjadinya interaksi antara protein dan karbohidrat yang berpengaruh pada

adalah beban yang lebih besar daripada standar beban angin untuk bangunan gedung menurut PMI 1983 sehingga diharapkan struktur yang terjadi mempunyai kekuatan maksimum..

bahwa dalam rangka pembinaan, penataan, dan pengendalian atas setiap kegiatan mendirikan, merubah, dan/atau menambah bangunan yang dilakukan oleh orang pribadi atau

bahwa bahwa dengan berlakunya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 4 Tahun 2000

Tujuan dari pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang memiliki kepribadian Islam yang sempurna, yakni memiliki keimanan yang kuat dan kokoh kepada Allah SWT, sehingga dari

Hasil dari penelitian ini menunjukan ada lima tipe deixis yang terdapat dalam naskah film “The Expendables” oleh David Callaham and Sylvester Stallone, yaitu

Sedangkan pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa rata-rata skor pengetahuan responden tentang rokok pada saat pre-test adalah 13.69 dengan standar deviasi 1.568 dan pada saat