• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian atau hal. diteliti adalah masyarakat Surakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. 1. Populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian atau hal. diteliti adalah masyarakat Surakarta."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

1. Populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian atau hal

minat yang ingin peneliti investigasi (Sekaran, 2011: 121). Populasi yang diteliti adalah masyarakat Surakarta.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel terdiri atas sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Dengan kata lain, sejumlah tapi tidak semua, elemen populasi akan membentuk sampel (Sekaran, 2011: 123).

Teknik Maximum Likelihood Estimation (ML) efektif untuk sampel

berkisar 150-400 sampel (Mustafa dan Wijaya, 2012: 8). Dalam penelitian ini sampel yang diambil sebanyak 300 masyarakat Surakarta. Kota Surakarta terdiri atas 5 kecamatan, diantaranya kecamatan Banjarsari, Jebres, Laweyan, Pasar Kliwon dan Serengan, sehingga dalam pengambilan sampel dibagi ke lima wilayah kecamatan dan masing-masing diambil sampel sebanyak 60 responden (300 dibagi 5).

B. Data dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer yang bersumber dari jawaban

responden atas pernyataan yang berhubungan dengan pengaruh attitude

(2)

commit to user

29

toward brand, perceived quality dan brand uniqueness terhadap brand

advocacy yang dimediasi oleh self-brand connection. Data Penelitian ini

dikumpulkan dengan cara memberikan kuesioner ke responden secara langsung.

C. Metode Pengumpulan Data

Adapun teknik yang digunakan untuk memperoleh data adalah menggunakan kuesioner yang menggunakan daftar pernyataan kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Pengambilan sampel

dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik purposive

sampling yaitu cara pengambilan sampel yang didasarkan pada

pertimbangan-pertimbangan tertentu (Sanusi, 2012: 95). Pertimbangan dalam penelitian ini yaitu warga Surakarta yang mengenal “Solo, The Spirit of Java”.

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini variabel yang diuji meliputi :

1. Variabel dependen

Variabel dependen yaitu variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel independen (Umar, 2002). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

brand advocacy.

2. Variabel independen

Variabel independen yaitu variabel yang menjdi sebab terjadinya atau terpengaruhnya variabel dependen (Umar, 2002). Variabel independen

(3)

commit to user

30

pada penelitian ini adalah attitude toward brand, perceived quality, brand

uniqueness.

3. Variabel antara (mediasi)

Adalah variabel yang fungsinya bertindak sebagai perantara dalam hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel antara merupakan faktor yang secara teori berpengaruh pada fenomena yang sedang diamati, tetapi tidak dilihat, diukur atau dimanipulasi (Sanusi,

2012: 51). Variabel mediasi pada penelitian ini adalah self-brand

connection.

E. Definisi Operasional

1. Attitude toward brand

Attitude toward brand merupakan perilaku konsumen yang erat kaitannya

dengan nilai merek bagi konsumen dan ekspekstasi konsumen (Rossiter dan Percy, 1998). Menurut Keller, 1998 (Rio et al., 2001) sikap merek

(brand attitude) adalah evaluasi keseluruhan konsumen terhadap sebuah

merek. Variabel ini diukur dengan 4 item pernyataan yang diadopsi dari Kemp et al. (2012). Indikator-indikator diukur dengan rnenggunakan 5 point skala Likert (1= sangat tidak setuju sampai dengan 5= sangat setuju).

(4)

commit to user

31

Indikator dari variabel attitude toward brand meliputi;

- Berharga/Tidak Berharga

- Bagus/Jelek,

- Suka/Tidak suka

- Menyenangkan/Tidak menyenangkan

2. Perceived quality

Perceived quality adalah persepsi pelanggan terhadap kualitas atau

keunggulan suatu produk atau layanan ditinjau dari fungsinya secara relatif dengan produk-produk lain (Simamora, 2001: 78). Variabel ini diukur dengan 4 item pernyataan yang diadopsi dari Dodds et al., 2012 (Kemp et al., 2012). Indikator-indikator diukur dengan rnenggunakan 5 point skala Likert (1= sangat tidak setuju sampai dengan 5= sangat

setuju). Indikator dari variabel perceived quality meliputi;

- Budaya Jawa di Solo berkualitas tinggi

- Kualitas acara atau event budaya di Solo sangat tinggi

- Acara budaya di Solo sangat baik

- Budaya Jawa di Solo dapat diandalkan

3. Brand uniqueness

Brand uniqueness (keunikan merek) sering terbentuk melalui iklan atau

dari pengalaman masa lalu dengan merek. Aspek unik dari merek sering diasosiasikan konsumen dengan nilai terbaik dan kualitas yang lebih

(5)

commit to user

32

tinggi (Netemeyer et al., 2004). Variabel ini diukur dengan 4 item pertanyaan yang diadopsi Netemeyer et al. (Kemp et al., 2012). Indikator-indikator diukur dengan rnenggunakan 5 point skala Likert (1= sangat tidak setuju sampai dengan 5= sangat setuju). Indikator dari

variabel brand uniqueness meliputi;

- Upaya branding tidak sama dengan kota lain

- Merek unik

- Merek menonjol

- Usaha branding yang berbeda dari kota lain

4. Self-brand connection

Variabel mediasi dalam penelitian ini adalah self-brand connection.

Makna pribadi yang terkait dengan merek bisa berasal dari: (a) gambar atau "kepribadian" dari merek yang berkembang dari waktu ke waktu dari program iklan dan dinamika budaya populer di masyarakat (Keller, 2008 dalam Moore dan Homer, 2008), dan (b) pengalaman pribadi individu dengan merek. Menurut Escalas, 2004 (Moore dan Homer,

2008), premis dasar dari konstruksi self-brand connection bahwa ketika

asosiasi merek (makna) yang digunakan untuk membangun diri sendiri atau untuk berkomunikasi diri sendiri kepada orang lain, hubungan yang

kuat terbentuk antara merek dan identitas diri konsumen. Penciptaan

self-brand connection yang kuat dan bermakna lebih mungkin terjadi ketika

(6)

commit to user

33

citra merek, dan ketika merek itu sendiri memenuhi identifikasi kebutuhan psikologis (Moore dan Homer, 2008). Variabel ini diukur dengan 6 item pernyataan yang diadopsi dari Escalas dan Bettman (Kemp et al., 2012). Indikator-indikator diukur dengan rnenggunakan 5 point skala Likert (1= sangat tidak setuju sampai dengan 5= sangat

setuju). Indikator dari variabel self-brand connection meliputi;

- Budaya Jawa Solo mencerminkan siapa saya

- Saya merasa punya hubungan pribadi untuk merek “Solo, The Spirit

of Java”

- Saya dapat menggunakan merek “Solo, The Spirit of Java” untuk

berkomunikasi siapa saya kepada orang lain

- Saya pikir merek “Solo, The Spirit of Java” membantu saya menjadi

orang yang seperti saya inginkan.

- Saya menganggap branding “Solo, The Spirit of Java” sebagai

“saya” (hal itu mencerminkan siapa saya, ingin seperti apa saya atau cara saya menampilkan diri kepada orang lain)

- Upaya branding “Solo, The Spirit of Java” sesuai dengan saya

5. Brand advocacy

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah brand advocacy. Variabel

ini diukur dengan 4 item pernyataan yang diadopsi dari Kim et al., 2001 (Kemp et al., 2012). Indikator-indikator diukur dengan rnenggunakan 5

(7)

commit to user

34

point skala Likert (1= sangat tidak setuju sampai dengan 5= sangat

setuju). Indikator dari variabel brand advocacy meliputi;

- Merekomendasikan untuk mendukung acara budaya kota Solo

- Berbagi pengalaman

- Menganjurkan untuk menghadiri acara budaya kota Solo

- Mengajurkan kepada orang lain untuk ikut serta dalam acara budaya

kota Solo

F. Metode Analisis Data

1. Teknik skala pengukuran

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert dengan skala penilaian 1 – 5 yaitu :

- Sangat tidak setuju : 1

- Tidak setuju : 2

- Netral : 3

- Setuju : 4

- Sangat setuju : 5

2. First Order Confirmatory Factor Analysis (CFA)

Pengujian analisis konfirmatori faktor dilakukan untuk menguji validitas dan reliabilitas secara keseluruhan dari jumlah sampel yang

dipakai (digunakan) untuk penelitian dan menguji normalitas data, outlier,

serta pengukuran goodness of fit. Alat analisis ini digunakan untuk

(8)

commit to user

35

apakah indikator-indikator yang ada memang benar-benar dapat menjelaskan sebuah konstruk (Santoso, 2014: 13).

a. Validitas Konvergen

Uji validitas bertujuan mengetahui ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu instrumen dianggap memiliki validitas tinggi jika dapat memberikan hasil pengukuran yang sesuai dengan tujuannya. Pengujian validitas dalam

penelitian menggunakan convergent validity atau validitas konvergen.

Validitas konvergen dapat dinilai dari measurement model yang

dikembangkan dalam penelitian dengan menentukan apakah setiap indikator yang diestimasikan secara valid mengukur dimensi dari konsep yang diujinya. Sebuah indikator dimensi menunjukkan validitas konvergen yang signifikan apabila koefisien variabel indikator itu lebih besar dari dua kali standar errornya (Anderson & Gerbing dalam Ferdinand, 2005: 187). Bila setiap indikator memiliki

critikal ratio (C.R) yang lebih besar dari dua kali standar errornya

(S.E), hal ini menunjukkan bahwa indikator itu secara valid mengukur apa yang seharusnya diukur dalam model yang disajikan.

b. Reliabilitas Konstruk

Reliabilitas konstruk dinilai dengan menghitung indeks

reliabilitas instrumen yang digunakan (composite reliability) dari

model SEM yang dianalisis. Nilai batas yang digunakan untuk menilai sebuah tingkat reliabilitas yang dapat diterima adalah 0,70, walaupun

(9)

commit to user

36

angka itu bukanlah sebuah ukuran yang “mati”. Artinya, bila penelitian yang dilakukan bersifat eksploratori, maka nilai dibawah 0,70 pun masih dapat diterima sepanjang disertai dengan alasan-alasan empirik yang terlihat dalam proses eksplorasi. Nunally dan Bernstein (Ferdinand, 2005: 193) memberikan pedoman yang baik untuk menginterpretasikan indeks reliabilitas. Mereka menyatakan bahwa dalam penelitian eksploratori, reliabilitas yang sedang antara 0,5 – 0,6 sudah cukup untuk menjustifikasi sebuah hasil penelitian.

Adapun rumus reliabilitas konstruk sebagai berikut:

Construct Reliability j 2 2 Loading Std. Loading Std. Keterangan:

Std. Loading = diperoleh langsung dari standarrized loading untuk tiap-tiap indikator (perhitungan komputer AMOS).

εj = adalah measurement error dari tiap-tiap indikator.

c. Evaluasi Asumsi SEM

1) Ukuran Sampel

Sampel ditetapkan lebih dari 100 atau minimal 5 kali jumlah observasi. Namun apabila jumlah sampel yang terlalu banyak dan

tidak memungkinkan untuk dilakukan penarikan sampel

seluruhnya, maka penelitian akan menggunakan rekomendasi

(10)

commit to user

37

yaitu penarikan sampel antara 150-400 sampel (Mustafa dan Wijaya, 2012: 8). Pada penelitian ini sampel yang diambil sebanyak 300 responden.

2) Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi data

mengikuti atau mendekati distribusi normal. Normalitas univariate

dilihat dengan nilai critical ratio (cr) pada skewness dan kurtosis

dengan nilai batas di bawah + 2,58. Normalitas multivariate dilihat

pada assessment of normality baris bawah kanan, dan mempunyai

nilai batas + 2,58. Apabila data terdistribusi normal baik secara

univariate (individu) dan multivariate secara bersama-sama maka

pengujian data outlier tidak perlu dilakukan (Santoso, 2007: 81).

3) Outliers

Data outlier adalah data yang secara nyata berbeda dengan

data-data yang lain. Nilai kritis sebenarnya adalah nilai chi-square pada

degree of freedom sebesar jumlah sampel pada taraf signifikansi

sebesar 0,001. Asumsi terpenuhi jika tidak terdapat observasi yang mempunyai nilai Z-score di atas + 3 atau 4. Sebuah data termasuk outlier jika mempunyai nilai p1 dan p2 yang kurang dari 0,05 pada

pengujian outlier mahalanobis distance (Santoso, 2007: 75).

4) Multicollinearity dan Singularity

Multikolinearitas dilihat pada determinant matriks kovarians. Nilai yang terlalu kecil menandakan adanya multikolinearitas atau

(11)

commit to user

38

singularitas. Dalam program komputer SEM telah menyediakan

fasilitas “warning” setiap kali terdapat indikasi multikolinieritas

atau singularitas.

d. Evaluasi Atas Kriteria Goodness of Fit

1) Likelihood ratio chi-square statistic ( )

Merupakan ukuran fundamental dari overall fit. Nilai chi square

yang tinggi terhadap degree of freedom menunjukkan bahwa

korelasi yang diobservasi dengan yang diprediksi berbeda secara nyata dan ini menghasilkan probabilitas lebih kecil dari tingkat

signifikansi. Sebaliknya, nilai chi square yang rendah terhadap

degree of freedom menunjukkan bahwa korelasi yang diobservasi

dengan yang diprediksi tidak berbeda secara signifikan. Oleh sebab itu maka nilai yang diharapkan adalah kecil, atau lebih kecil dari

pada chi square tabel.

Dalam model maximum likelihood atau jumlah sampel dibawah

200 pengujian goodness of fit (kesesuaian) dapat dilakukan hanya

dengan melakukan pengujian chi-square statistic saja dengan

ketentuan apabila nilai chi-square kecil atau nilai probabilitas

>0,05 maka model sudah dapat dikatakan fit. Chi-square juga bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yang digunakan (Hair et al., 1995; Tabachnick & Fidell, 1996 dalam Ferdinand, 2005: 55). Model yang diuji akan dipandang baik atau memuaskan bila nilai

(12)

commit to user

39

(karena dalam uji beda chi square, 2=0, berarti benar-benar tidak ada

perbedaan, Ho diterima) dan diterima berdasarkan probabilitas dengan

cut-off value sebesar p>0.05 atau p>0.10 (Hulland et. al, 1996 dalam

Ferdinand, 2005).

2) RMSEA - The Root Mean Square Error of Approximation

RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk mengkompensasi chi-square statistic dalam sampel yang besar. Nilai

RMSEA menunjukkan goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila

model diestimasi dalam populasi (Hair et. al. 1995). Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0.08 merupakan indeks untuk dapat

diterimanya model yang menunjukkan sebuah close fit dari model itu

berdasarkan degrees of freedom (Browne & Cudeck, 1993). Lebih

lanjut, Browne & Cudeck menulis: “we are also of the opinion that

a value of about 0.08 or less for the RMSEA would indicate a

reasonable error of approximation and would not want to employ

a mode,' with a RMSEA greater than 0.1” (Browne & Cudeck,

1993).

3) GFI - Goodness of Fit Index

Indeks kesesuaian (fit index) ini akan digunakan untuk menghitung

proporsi tertimbang dari varian dalam matriks kovarian sampel

yang dijelaskan oleh matriks kovarian populasi yang

terestimasikan. Indeks ini mencerminkan tingkat kesesuaian model secara keseluruhan yang dihitung dari residual kuadrat model yang

(13)

commit to user

40

dipredikasi dibandingkan dengan data yang sebenarnya. Nilai

Goodness of Fit Index biasanya dari 0 (nol) sampai 1. Nilai yang

lebih baik mendekati 1 mengindikasikan model yang diuji memiliki

kesesuaian yang baik, nilai GFI dikatakan baik adalah 0,90

(Mustafa dan Wijaya, 2012).

4) AGFIAdjusted Goodness-of-Fit Index

AGFI merupakan pengembangan dari GFI yang disesuaikan

dengan degree of freedom yang tersedia untuk menguji diterima

tidaknya model. Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0.90 (Hair et al., 1995; Hulland et al., 1996 dalam Ferdinand, 2005). Perlu diketahui bahwa baik GFI maupun AGFI adalah kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians dalam sebuah matriks kovarians sampel. Menurut Hulland et. al., 1996 (Ferdinand, 2005), Nilai sebesar 0.95 dapat diinterpretasikan sebagai tingkatan

yang baik-good overall model fit (baik) sedangkan besaran nilai

antara 0.90-0.95 menunjukkan tingkatan cukup-adequate fit.

5) CMIN/DF

CMIN/DF: The minimum sample discrepancy function (CMIN)

dibagi dengan degree of freedomnya akan menghasilkan indeks

CMIN/DF, yang umumnya dilaporkan oleh para peneliti sebagai salah satu indikator untuk mergukur tingkat fitnya sebuah model.

(14)

commit to user

41

dibagi DFnya sehingga disebut 2relatif. Nilai 2relatif kurang dari

2.0 atau bahkan kadang kurang dari 3.0 adalah indikasi dari

acceptable fit antara models dan data.

6) Tucker Lewis Index (TLI).

TLI adalah sebuah alternatif incremental fit index yang

membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline

model. Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah lebih besar atau sama dengan 0,9

dan nilai yang mendekati 1 menunjukkan a very good fit. TLI

merupakan index fit yang kurang dipengaruhi oleh ukuran sampel

(Mustafa dan Wijaya, 2012).

7) Comparative Fit Index (CFI).

CFI juga dikenal sebagai Bentler Comparative Index. CFI

merupakan indels kesesuaian incremental yang juga

membandingkan model yang diuji dengan null model. Indeks ini

dikatakan baik untuk mengukur kesesuaian sebuah model karena tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel (Hair et al., 2006 dalam Mustafa dan Wijaya, 2012). Indeks yang mengidikasikan bahwa model yang diuji memiliki kesesuaian yang baik adalah apabila CFI 0,90 (Mustafa dan Wijaya, 2012).

(15)

commit to user

42

Tabel III.1

Kriteria Goodness of Fit

Kriteria Indeks Ukuran

Nilai Acuan Keterangan

Chi Square ( ) Sekecil mungkin Baik

p-value 0,05 Baik CMIN/df 2,00/ 3,00 Baik RMSEA 0,08 Baik GFI 0,90 Baik AGFI 0,90 Baik TLI 0,90 Baik CFI 0,90 Baik

Sumber: Mustafa dan Wijaya (2012)

3. Analisis Structural Equation Model (SEM)

Analisis stuctural equation model bertujuan untuk mengestimasi

beberapa persamaan regresi terpisah akan tetapi masing masing mempunyai hubungan simultan atau bersamaan. Dalam analisis ini dimungkinkan terdapat beberapa variabel dependen, dan variabel ini dimungkinkan menjadi variabel independen bagi variabel dependen yang lainnya.

Pada prinsipnya, model struktural bertujuan untuk menguji hubungan sebab akibat antar variabel sehingga jika salah satu variabel diubah, maka terjadi perubahan pada variabel yang lain. Dalam studi ini,

data diolah dengan menggunakan Analysis of Moment Structure atau

(16)

commit to user

43

Adapun rumus persamaan struktural dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

ε1 = γ1ξ1 + γ2ξ2 + γ3ξ3 + δ1 ... (1) ε2 = β1ε2 + δ2 ... (2) Keterangan:

ξ1 = Attitude toward brand sebagai variabel eksogen (bebas);

ε1 = Self-brand connection sebagai variabel laten endogen/terikat pertama

(mediasi);

ε2 = Brand advocacy sebagai variabel laten endogen (terikat) kedua; γ1,... = Hubungan langsung variabel eksogen dengan endogen

β1 = Hubungan langsung variabel endogen dengan endogen δ1, 2 = Measurement error (residual) endogen.

Analisis SEM memungkinkan perhitungan estimasi seperangkat persamaan regresi yang simultan, berganda dan saling berhubungan. Karakteristik penggunaan model ini: (1) untuk mengestimasi hubungan dependen ganda yang saling berkaitan, (2) kemampuannya untuk memunculkan konsep yang tidak teramati dalam hubungan serta dalam menentukan kesalahan pengukuran dalam proses estimasi, dan (3) kemampuannya untuk mengakomodasi seperangkat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen serta mengungkap variabel laten (Ghozali, 2005).

Gambar

Tabel III.1

Referensi

Dokumen terkait

RIAT PRO=INSI SULAWESI TENGA4 BULAN : $ Januari s/d 1 D!s!"#!r $01% BULAN : $ Januari s/d 1 D!s!"#!r

Pada anak usia 3 sampai 14 tahun dengan diare yang disebabkan kolera selain diberikan antibiotik juga diberikan zink asetat 30 mg perhari dalam 2 dosis sampai diare

Taylor kebudayaan didefinisikan sebagai kompleksitas yang meliputi kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat (kebiasaan) dan segala bentuk kehidupan yang diperoleh dari

RANCANG BANGUN APLIKASI PELAYANAN CUSTOMER PADA SENGKALING FOOD

capsici yang menyebabkan luas permukaan gejala antraknosa tertinggi (294.00 mm 2 ) pada buah cabai merah besar varietas IPB Perbani adalah isolat CPB I.1, diisolasi dari

Menurut wastono (2006) asap cair (liquid smoke) dari distilat tempurung kelapa dapat digunakan sebagai pengawet karena adanya senyawa asam, fenolat dan karbonil yang

Berdasarkan peta tematik bencana tanah longsor di Kota Kendari, daerah yang sangat rawan terjadinya tanah longsor berada di Kecamatan Kendari Barat, Kendari,

Pemanfaatan hasil penelitian Pteridophyta di kawasan Hutan Pacet Taman Hutan Raya Raden Soerjo Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto sebagai sumber belajar biologi