• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT), KETERAMPILAN KOOPERATIF DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT), KETERAMPILAN KOOPERATIF DAN PRESTASI BELAJAR SISWA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

14 BAB II

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT), KETERAMPILAN KOOPERATIF DAN

PRESTASI BELAJAR SISWA

A. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami suatu konsep yang sulit jika mereka berdiskusi dengan temannya. Siswa bekerja dalam sebuah kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah untuk mencapai ketuntasan belajar.Karena itu, “Pembelajaran kooperatif didasarkan pada teori kontruktivis” (Trianto, 2007: 41). Menurut Isjoni (2010: 30) “Kontruktivisme adalah satu pandangan bahwa siswa membina sendiri pengetahuan atau konsep secara aktif berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang ada”.

Model Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuannya adalah tidak lainuntuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Sehinggasebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran dengan berdiskusi untuk memecahkan masalah.

(2)

Slavin (Isjoni, 2010:15) mengemukakan ’In cooperative learning methods, students work together in four member teams to master material initially presented by the teacher’, pernyataan tersebut mengandung arti dalam metode pembelajaran kooperatif, siswa bekerjasama dalam empat anggota tim untuk menguasai materi awal yang disajikan oleh guru. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam metode pembelajaran cooperative siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompokyang terdiri dari empat orang untuk menguasai materi yang diberikan oleh guru.

Johnson (Isjoni, 2010:15) mengemukakan bahwa

‘Cooperanon means working together to accomplish shared goals. Within cooperative activities individuals seek outcomes that are beneficial to all other groups members. Cooperative learning is the instructional use of small groups that allows students to work together to maximize their own and each other as learning’

Pernyataan tersebut mengandung arti cooperanon berarti bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kerjasama individu mencari hasil yang bermanfaat bagi semua anggota kelompok lain. Pembelajaran kooperatif adalah penggunaan pembelajaran kelompok kecil yang memungkinkan siswa bekerjasama untuk memaksimalkan mereka sendiri dan satu sama lain sebagai pembelajar.

Berdasarkan uraian diatas, pembelajaran kooperatifmengandung arti bekerja bersama-sama dalam mencapai tujuan bersama.Dalam kegiatan kooperatif, siswa mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok.Pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar antar anggota dalam kelompok itu.

(3)

Isjoni (2010: 6)mengemukakan bahwa “Secara sederhana cooperative artinya bekerjasama yang berarti mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai suatu tim”. Maka, Cooperative Learning dapat diartikan belajar bersama-sama, saling membantu antara satu dengan yang lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya.

Dari beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan belajar dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang heterogen, saling membantu satu sama lain, bekerjasama dalam menyelesaikan masalah, dan menyatukan pendapat untuk memperoleh keberhasilan yang optimal baik dalam kelompok maupun individual.

B. Model Pembelajaran Kooperatif tipeNumbered Heads Together (NHT) Model Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu dari beberapa tipe model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Ibrahim (Rahmi, 2008: 3) menyebutkan bahwa ‘NHT merupakan variasi dari salah satu metode diskusi kelompok yang lebih banyak meminta keaktifan siswa’. Model Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads

(4)

Together (NHT) dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. Menurut Rahmi (2008: 3) “Ciri khas dari NHT adalah seorang guru hanya menunjuk seorang siswa dengan menyebutkan nomor yang mewakili kelompoknya itu. Sehingga masing-masing anggota kelompok harus paham dengan hasil kerja kelompoknya.”

Menurut Lie (2008: 59):

“Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, selain itu model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka”.

Dalam pembelajaran kooperatif NHT dapat dipastikan seluruh siswa akan terlibat total dalam pembelajaran, hal ini yang menjadi alasan dipilihnya NHT (Numbered Head Together) dalam penelitian ini. NHT juga merupakan cara yang sangat baik untuk menambah tanggung jawab individual terhadap diskusi kelompok. Seperti yang diungkapkan oleh Ibrahim (Rahmi, 2008: 4): ‘NHT pada dasarnya merupakan sebuah variasi kelompok, ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya.Cara ini menjamin keterlibatan semua siswa, dan juga merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok.’

Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dibagi kedalam empat langkah (Lie, 2008: 60), yaitu:

1. Penomoran (Numbering)

Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok, setiap kelompok beranggotakan empat sampai lima orang dan masing-masing diberikan

(5)

nomor sehingga setiap siswa dalam kelompok memiliki nomor yang berbeda sesuai dengan jumlah kelompok dari masing-masing kelompok. 2. Pengajuan pertanyaan (quesioning)

Guru mengajukan pertanyaan dan memberikan tugas, kemudian masing-masing kelompok mengerjakannya.

3. Berpikir bersama (Heads Together)

Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban yang telah disepakati oleh semua anggota kelompok.

4. Pemberian jawaban (Answering)

Guru memanggil salah satu nomor secara acak. Semua siswa yang memiliki nomor yang disebutkan oleh guru harus bersiap untuk presentasi, karena guru akan memilih satu kelompok yang akan mempresentasikan hasil kerja kelompok secara acak. Siswa dengan nomor dan kelompok yang dipanggil mempresentasikan hasil kerjasama mereka.

Tabel 2.1Langkah – Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)

Tahapan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1. Penomoran Guru membagi siswa ke

dalam beberapa kelompok dengan anggota

masing-masing kelompok

sebanyak 4-6 orang dan setiap anggota kelompok diberi nomor 1 sampai 6.

Siswa berkelompok sesuai instruksi guru.

2. Mengajukan pertanyaan

Guru mengajukan

pertanyaan kepada siswa.

Menyimak pertanyaan guru dan mengerjakan LKS yang diberikan.

(6)

Tahapan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 3. Berpikir

bersama

Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir bersama menyatukan pendapatnya.

Siswa berdiskusi tentang permasalahan yang ada si LKS.

4. Menjawab Guru memanggil salah satu nomor tertentu untuk mempresentasikan di depan kelas.

Siswa yang dipanggil nomornya mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, sedangkan siswa yang lain menyimak dan menanggapi presentasi.

C. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

Lie (2008: 47) menyatakan bahwa “Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) ini mempunyai kelebihan dan kelemahan”.

Kelebihan Numbered Heads Together (NHT) diantaranya:

1. Masing-masing anggota kelompok memiliki banyak kesempatan untuk berkontribusi.

2. Interaksi lebih mudah. 3. Banyak ide yang muncul.

4. Lebih banyak tugas yang bisa dilaksanakan. 5. Guru mudah memonitor kontribusi.

Kelemahan Numbered Heads Together (NHT) diantaranya: 1. Membutuhkan lebih banyak waktu.

2. Membutuhkan sosialisasi yang lebih baik.

3. Kurangnya kesempatan untuk kontribusi individu.

4. Siswa lebih mudah melepaskan diri dari keterlibatan dan tidak memperhatikan.

(7)

Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dibandingkan dengan model pembelajaran lain menurut Kiranawati (2007) adalah “Setiap siswa menjadi siap mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh dan siswa pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Adapun kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) menurut Kiranawati adalah kemungkinan nomor yang sudah dipanggil akan dipanggil lagi oleh guru dan tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru”.

D. Keterampilan Kooperatif

Isjoni (2010: 46) mengemukakan bahwa, “Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif”.Keterampilan kooperatif adalah suatu keterampilan bekerja sama siswa yang muncul selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Keterampilan kooperatif berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas dalam kelompok selama kegiatan pembelajaran.

Menurut Lungdren (Kadir, 2000: 21-24), keterampilan kooperatif itu dibedakan menjadi 3 tingkatan: yaitu tingkatan dasar, tingkatan terampil, tingkatan mahir. Ketiga tingkatan itu adalah:

a. Tingkatan dasar, antara lain: (a). Membangun kesepakatan untuk menyamakan persepsi atau pendapat untuk meningkatkan hubungan kerja

(8)

dalam kelompok, (b). Menghargai kontribusi, (c). Mengambil giliran dan berbagi tugas, dimana setiap anggota kelompok bersedia menerima dan mengemban tugas/tanggung jawab tertentu dalam kelompok, (d). Berada dalam kelompok, (e). Berada dalam tugas, (f). Mendorong partisipasi, (g). Mengundang anggota kelompok lain untuk berpartisipasi, (h). Menyelesaikan tugas dengan tepat waktu, (i). Menghormati perbedaan individu.

b. Tingkatan terampil, antara lain: (a). Menunjukkan penghargaan dan rasa simpati, (b). Mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima, (c). Mendengarkan secara akif, (d). Bertanya, (e). Menafsirkan, (f). Mengatur dan mengorganisir, (g). Menerima tanggung jawab, (h). Mengurangi ketegangan.

c. Tingkat mahir, antara lain: (a). Mengelaborasi, (b). Memeriksa Ketepatan, (c). Mengevaluasi kebenaran jawaban, (d). Menetapkan tujuan, (e). Berkompromi.

Keterampilan-keterampilan kooperatif menurut Lungdren (Isjoni, 2010: 46-48) antara lain:

1. Keterampilan Kooperatif Tingkat Awal

a. Menggunakan kesepakatan, menyamakan pendapat untuk meningkatkan hubungan kerja dalam kelompok.

b. Menghargai kontribusi, memperhatikan apa yang dikatakan (pendapat terhadap permasalahan) atau dikerjakan anggota lain.

(9)

c. Mengambil giliran dan berbagi tugas, bersedia membantu dan mengemban tanggungjawab dalam kelompok.

d. Berada dalam kelompok, anggota tetap berada dalam kelompok kerja selama kegiatan berlangsung.

e. Berada dalam tugas, mengerjakan tugas yang sudah menjadi tanggungjawab masing-masing anggota kelompok.

f. Mendorong partisipasi, mendorong semua anggota kelompok untuk memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok.

g. Mengundang orang lain, meminta orang lain untuk berbicara dan berpartisipasi terhadap tugas.

h. Menyelesaikan tugas dalam waktunya. i. Menghormati perbedaan individu. 2. Keterampilan Tingkat Menengah

Keterampilan tingkat menengah meliputi menunjukkan penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara dapat diterima, mendengarkan dengan arif, bertanya, membuat ringkasan, menafsirkan, mengorganisir, mengurangi ketegangan.

3. Keterampilan Tingkat Mahir

Keterampilan tingkat mahir meliputi mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, berkompromi.

Keterampilan kooperatif yang dikemukakan oleh Johnson dan Karl Smith (1998) dikelompokkan menjadi empat bagian yaitu forming skill

(10)

(keterampilan mengkondisikan), formulating skill (keterampilan merumuskan), functioning skill (keterampilan memanfaatkan),dan fermenting skill (keterampilan merumuskan masalah).

Penjelasan dari keempat keterampilan di atas dijelaskan di bawah ini:

1. forming skill (keterampilan mengkondisikan) disebut juga dengan

keterampilan manajemen dasar seperti: a. memasuki kelompok dengan tenang b. tidak berpindah-pindah kelompok c. menggunkan bahasa yang sopan d. mengambil giliran

e. menggunakan nama dan memperhatikan pembicara f. tidak saling menekan

2. functioning skill (keterampilan memanfaatkan) disebut juga dengan keterampilan mengelola kelompok seperti:

a. bertukar pikiran dan pendapat

b. menanyakan fakta dan logika argumen

c. memberikan pengarahan untuk pekerjaan kelompok (memberitahu tujuan, menyediakan batas waktu, memberikan prosedur)

d. memberikan dorongan pada setiap orang untuk berpartisipasi e. memintakan penjelasan

f. memberikan motivasi dan dukungan g. menawarkan penjelasan dan penerangan h. menafsirkan kontribusi ide-ide dari yang lain

(11)

i. menghidupkan kelompok

j. menggambarkan perasaan ketika dibutuhkan

3. formulating skill (keterampilan merumuskan) disebut juga dengan

metode formal untuk mengolah alat peraga seperti: a. membuat rangkuman secara lisan

b. mencari ketepatan dengan cara memeriksa/menambahkan pada rangkuman

c. membantu kelompok untuk mencari cara mengingat yang lebih efektif

d. mengecek pemahaman dengan memintanya menjelaskan secara lisan e. meminta yang lain untuk memberitahukan/mengajarkan secara lisan

4. fermenting skill (keterampilan merumuskan masalah) disebut juga

dengan menstimulasi konflik kognitif dan penalaran seperti: a. mengkritik ide tanpa mengkritik orangnya

b. membedakan ide dan pemikiran anggota kelompok c. menggabungkan ide menjadi satu kesatuan

d. memintakan penjelasan/pembenaran mengenai kesimpulannya e. memperluas jawaban

f. menyelidiki dengan memberikan pertanyaan yang lebih mendalam g. membangkitkan jawaban selanjutnya

(12)

E. Prestasi Belajar

Prestasi belajar dan hasil belajar merupakan akibat dari proses belajar mengajar. Namun kedua istilah tersebut memiliki perbedaan. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar mengajar. Hasil belajar merupakan kemampuan menyatakan kembali suatu konsep atau prinsip yang telah dipelajari yang diukur dalam prestasi belajar, sikap siswa, dan keterampilan siswa.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia(1989: 895)“Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yg dikembangkan melalui mata pelajaran lazimnya ditunjukkan dengan nilai atau angka yg diberikan oleh guru”. Saifuddin Azwar (2007: 8-9) menyatakan bahwa “Prestasi belajar merupakan suatu pengukuran yang mengungkap keberhasilan seseorang dalam belajar”. Prestasi belajar membawa keharusan dalam konstruksinya untuk selalu mengacu pada perencanaan program belajar yang dituangkan dalam silabus masing-masing materi pelajaran.Prestasi belajar ini dapat dilihat secara nyata berupa skor atau nilai setelah mengerjakan suatu tes.Tes yang digunakan untuk menentukan prestasi belajar merupakan suatu alat untuk mengukur aspek-aspek tertentu dari siswa misalnya pengetahuan, pemahaman atau aplikasi suatu konsep.

Gronlund (1977) dalam Saifuddin Azwar (2007 : 18-20) menyebutkan bahwa “Tes prestasi harus berisi item – item dengan tipe yang paling cocok guna mengukur hasil belajar yang diinginkan”. Hasil belajar yang hendak diukur akan menentukan tipe perilaku yang harus diterima sebagai bukti

(13)

tercapainya tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Apabila tujuan pengukuran adalah pengungkapan proses mental atau kompetensi tingkat tinggi guna pemecahan masalah maka dapat dipilih tipe aitem essai, atau tipe pilihan-ganda. Apabila tujuan ukurnya adalah pengungkapan proses pengingatan fakta dan prinsip sederhana terutama untuk level pendidikan rendah, maka dapat dipilih tipe benar-salah atau tipe jawaban pendek.

Prestasi belajar yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah aspek kognitif siswa. Menurut Sudjana (2009: 22) ”Aspek kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual”. Menurut Saifuddin Azwar (2007 : 60) “Salah satu pedoman dalam menentukan tingkat kompetensi item tes adalah taksonomi tujuan pendidikan yang dirumuskan oleh Benjamin S. Bloom (1965)”. Bloom menyusun konsep taraf kompetensi kognitif kedalam enam jenjang kemampuan secara hierarki, yaitu :

1. Pengetahuan/Knowledge

Menurut Winkel (1996: 245) “Pengetahuan mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan”. Hal-hal yang ditanyakan biasanya meliputi fakta, kaidah prinsip, dan metode yang diketahui.Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan, digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat atau mengenal kembali.Dalam hafalan ini siswa hanya ditutut kesanggupan mengingatnya sehingga jawabannya mudah ditebak. Kata kerja yang dapat digunakan, misalnya: menyebutkan, mendefinisikan, menunjukkan.

(14)

2. Pemahaman/Comprehension

Menurut Winkel (1996: 246) “Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari”. Pemahaman merupakan salah satu jenjang kemampuan proses berfikir yang menuntut siswa untuk memahami yang berarti mengetahui tentang sesuatu hal dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Siswa dituntut untuk dapat menafsirkan gambar, denah, bagan, diagram atau grafik, meramalkan, mengungkapkan suatu konsep atau prinsip dengan kata-kata sendiri. Kata kerja yang dapat digunakan, misalnya: membedakan, mengemukakan, memberikan contoh, menyatakan kembali.

3. Penerapan/Application

Menurut Winkel (1996: 246) “Penerapan mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus/masalah yang konkrit dan baru”. Sudjana (1990: 25) menyebutkan bahwa “penerapan adalah penggunaan abstraksi pada situasi baru, situasi konkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut berupa ide, teori, atau petunjuk teknis”.Kata kerja yang dapatdigunakan, misalnya: menggunakan, menunjukkan, menentukan.

4. Analisis/Analysis

Menurut Winkel (1996: 246) “analisis mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik”. Kata kerja

(15)

yang dapatdigunakan, misalnya: mengelompokkan, mengkategorikan, membandingkan, membedakan.

5. Sintesis/Synthesis

Menurut Winkel (1996: 246) “sintesis mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru”. Kata kerja yang dapatdigunakan, misalnya: menggabungkan, mengkombinasikan, mengembangkan, menciptakan.

6. Evaluasi/Evaluation

Menurut Winkel (1996: 247) “evaluasi mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawan itu, yang berdasarkan pada kriteria tertentu”. Kata kerja yang dapatdigunakan, misalnya: menilai, mengkritik, membandingkan.

Ranah kognitif yang meliputi enam jenjang tersebut secara hirarkis dapat dilukiskan sebagai berikut :

Gambar 2.1Hirarkis Ranah Kognitif Menurut Taksonomi Bloom C1 C3 C2 C4 C5 C6 Hafalan (recall) Pemahaman (comprehension) Penerapan (application) Analisis (analysis) Evaluasi (evaluation) Sintesis (syntesis)

(16)

F. Kaitan Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan Keterampilan Kooperatif dan Prestasi Belajar

Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) menekankan kerjasama dalam kelompok untuk mencapai tujuan yang sama yaitu prestasi yang maksimal. Selain itu juga siswa diberi kesempatan untuk meningkatkan semangat kerjasama siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat dari setiap permasalahan yang diberikan dengan bantuan instruksi yang diberikan.Keterlibatan semua anggota kelompok dapat mempengaruhi keberhasilan kerja anggota.Oleh sebab itu, penanaman keterampilan kooperatif sangat perlu dilakukan untuk mencapai keberhasilan belajar kelompok.Karena keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Dengan adanya keterlibatan total semua siswa tentunya akan berdampak positif terhadap prestasi belajar dapat lebih ditingkatkan.

Hubungan antara model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan keterampilan kooperatif dan prestasi belajar siswa ditunjukkan pada table berikut ini:

Tabel 2.2Hubungan Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan keterampilan kooperatif dan

prestasi belajar

Fase Kegiatan Siswa

Aspek yang Tergali Prestasi Keterampilan

kooperatif 1. Penomoran Siswa berkelompok sesuai

instruksi guru.

• Berada dalam Kelompok 2. Mengajukan • Menyimak pertanyaan C1 • Menggunakan

(17)

Fase Kegiatan Siswa

Aspek yang Tergali Prestasi Keterampilan

kooperatif pertanyaan yang diberikan guru. C2

C3 C4 Kesepakatan • Menghargai Kontribusi 3. Berpikir bersama

Siswa berdiskusi tentang permasalahan yang ada di LKS. C1 C2 C3 C4 • Menggunakan Kesepakatan • Menghargai Kontribusi • Mengambil giliran dan berbagi tugas • Berada dalam kelompok • Mendorong Partisipasi 4. Menjawab Siswa yang dipanggil

nomornya mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, sedangkan siswa yang lain menyimak dan menanggapi presentasi. C1 C2 C3 C4 • Berada dalam kelompok • Menghargai Kontribusi • Mendorong Partisipasi

Gambar

Tabel 2.1Langkah – Langkah Model Pembelajaran Kooperatif   Tipe Numbered Heads Together (NHT)
Gambar 2.1Hirarkis Ranah Kognitif  Menurut Taksonomi Bloom C1 C3 C2 C4 C5 C6 Hafalan (recall) Pemahaman (comprehension) Penerapan (application) Analisis (analysis)  Evaluasi (evaluation) Sintesis (syntesis)
Tabel 2.2Hubungan Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif   Tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan keterampilan kooperatif dan

Referensi

Dokumen terkait

Alat analisis yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan pada kedua Bank Syariah tersebut adalah metode CAMELS sebagai alat penilai kinerja keuangan dan tingkat kesehatan Bank

Guru Taman Kanak-kanan dalam pembelajaran seni tari, disamping harus menguasai bentuk-bentuk tarian dan ketrampilan dalam

Tulisan ini merupakan bagian dari kegiatan Riset Kapasitas PEnangkapan Cantrang pada Perikanan Demersal di Laut Jawa Serta Pukat Cincin pada Perikanan Cakalang dan

Sebelum UU Nomor 17 Tahun 2003 dan UU Nomor 1 Tahun 2004 ditetapkan, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Departemen Keuangan di bidang fi skal, Menteri Keuangan RI telah

Hasil survei yang didapat menunjukan bahwa potensi lokal yang terdapat di wilayah Kulon Progo berupa daerah pegunungan, dataran rendah, kawasan hutan mangrove dan

3.7 Anggota pengganti yang gagal mematuhi perkara 3.6 di atas akan dipenalti sebaik masuk ke dalam litar di bawah perkara item pakaian asas atau aksesori yang tidak di

Dalam perencanaan dan penyususnan Laporan Akhir yang berjudul “Implementasi IP Camera Untuk Monitoring Ruang Teori dan Lab Praktikum Berbasis Web Server di

Selain itu pengobatan dengan menggunakan tanaman obat merupakan langkah efektif tanpa menimbulkan efek samping, tanaman obat (buah mahkota dewa) yang mengandung