• Tidak ada hasil yang ditemukan

DRAFT KAJIAN KEMARITIMAN URGENSI POROS MARITIM DUNIA DI PERIODE KEDUA JOKOWI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DRAFT KAJIAN KEMARITIMAN URGENSI POROS MARITIM DUNIA DI PERIODE KEDUA JOKOWI"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

DRAFT KAJIAN KEMARITIMAN

“URGENSI POROS MARITIM DUNIA DI PERIODE KEDUA

JOKOWI”

Kementerian Kebijakan Publik Badan Eksekutif Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Surabaya 2019

(2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang memiliki wilayah laut yang lebih luas dibandingkan wilayah daratnya. Sehingga Indonesia kerap kali disebut sebagai negara maritim. Secara geografis menunjukkan bahwa Indonesia memiliki luas total wilayah sebesar 8.3 juta km2 dengan 5.8 juta km2 merupakan luas wilayah laut serta garis pantai sepanjang 99.000 km1. Fakta ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi yang sangat besar atas kekayaan yang ada di lautnya.

Dilihat dari kondisi geografisnya, Indonesia yang berada di garis ekuator (khatulistiwa) dan juga terletak diantara dua benua dan dua samudra, menambah kuat posisi strategis yang dimiliki Indonesia baik secara perekonomian, pariwisata, ataupun lalu lintas perdagangan internasional, yang secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi maupun kesejahteraan bangsa.

(Peta Wilayah Republik Indonesia)

Kondisi geopolitik Indonesia hari ini membuat Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam bidang kemaritiman. Potensi ini dapat digunakan untuk mendongkar pemasukan

1 “Data Rujukan Wilayah Kelautan Indonesia”, diakses 13 Oktober 2019,

(3)

Bangsa Indonesia dan menjadikan Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar. Sedikitnya ada 11 sektor ekonomi kelautan yang dapat dikembangkan, yakni:

1. Perikanan tangkap, 2. Perikanan budidaya,

3. Industri pengolahan hasil perikanan, 4. Industri bioteknologi kelautan,

5. Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), 6. Pariwisata bahari,

7. Kehutanan pesisir (coastal forestry), 8. Transportasi laut,

9. Industri dan jasa maritim,

10. Sumber daya wilayah pulau-pulau kecil, dan 11. Sumber daya alam (SDA) nonkonvensional.

Total potensi sektor kelautan Indonesia mencapai US$ 1,2 triliun per tahun atau atau 7 kali lipat APBN 2014 (Rp 1.845 triliun = US$ 170 miliar) atau 1,2 kali PDB nasional 2014.2 Akan tetapi tidaklah mudah mengubah angka potensi ini menjadi realisasi. Salah satu contohnya adalah kebijakan impor garam masih dilakukan, serta pembiayaan PDB dalam logistik barang mencapai 25% akibat mahalnya transportasi laut Indonesia sementara negara-negara maju lainnya biaya logistik tidak lebih dari 15 persen dari PDB, Lalu dari perikanan, jumlah produksi ikan laut baru sekitar 2,2 juta ton per tahun, dengan potensi sebesar 6.27 juta ton per tahun dengan Total Allowable Catch (TAC atau JTB) sebesar 5.01 juta ton per tahun.

Yang dalam hal ini mungkin melatar belakangi Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengejar Visi Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia3. Dalam perjalanan pemerintahan selama lima tahun periode pertama pemerintahan Presiden Jokowi, visi poros maritim dunia diwujudkan dalam berbagai kebijakan. Hal tersebut diharapkan meningkatkan pemerataan ekonomi sekaligus secara langsung memperkuat pertahanan dan keamanan laut Indonesia. Namun, seiring dengan jabatan Presiden periode pertama yang akan berakhir Oktober mendatang, realisasi konsep Indonesia sebagai poros maritim dunia seolah mulai menghilang. Selama masa kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, permasalahan Maritim sama sekali tidak disinggung4, bahkan saat

2 “Konsep Mainstreaming Ocean Policy Kedalam Rencana Pembangunan Nasional” – Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional 2014

3 “Ini Visi Misi Jokowi-JK Soal Pembangunan Maritim Indonesia”, Diakses 14 Oktober 2019,

https://news.detik.com/berita/d-2605821/ini-visi-misi-jokowi-jk-soal-pembangunan-maritim-indonesia

4 “Apa Kabar Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia?”, Diakses 14 Oktober 2019,

(4)

menyampaikan Pidato Kemenangan di Sentul, Visi Indonesia sebagai Poros Maritim sama sekali tidak disebutkan5.

Lantas apakah visi Poros Maritim Dunia yang dicanangkan telah tercapai? Atau ternyata cukup diakhiri begitu saja tanpa adanya tindak lanjut?

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam kajian kemaritiman ini adalah: 1. Bagaimana potensi kemaritiman Republik Indonesia saat ini? 2. Bagaimana Urgensi pengembangan maritim Indonesia?

1.3. Batasan Masalah

Untuk memperdalam pembahasannya, dalam kajian ini hanya akan berfokus pada 5 sektor kemaritiman yang dianggap dapat memberikan dampak signifikan dan krusial dalam pengembangan ekonomi Indonesia:

1. Pariwisata Bahari, 2. Bioteknologi Laut 3. Perikanan

4. Industri Garam

5. Pelabuhan dan Industri & Jasa Maritim

1.4. Tujuan

1. Menganalisis potensi Kemaritiman Republik Indonesia saat ini 2. Menganalisis urgensi pengembangan maritim Indonesia

5 “Pidato Lengkap Visi Indonesia Jokowi”, Diakses 14 Oktober 2019,

(5)

BAB II

LANDASAN AWAL

Deklarasi Djuanda yang dicetuskan pada tanggal 13 Desember 1957 oleh Perdana Menteri Indonesia pada saat itu, Djuanda Kartawidjaja, adalah deklarasi yang menyatakan kepada dunia bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di antara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI.

Sebelum deklarasi Djuanda, wilayah negara Republik Indonesia mengacu pada Ordonansi Hindia Belanda 1939, yaitu Teritoriale Zeeën en Maritieme Kringen Ordonantie 1939 (TZMKO 1939). Dalam peraturan zaman Hindia Belanda ini, pulau-pulau di wilayah Nusantara dipisahkan oleh laut di sekelilingnya dan setiap pulau hanya mempunyai laut di sekeliling sejauh 3 mil dari garis pantai. Ini berarti kapal asing boleh dengan bebas melayari laut yang memisahkan pulau-pulau tersebut.

Isi dari Deklarasi Juanda yang ditulis pada 13 Desember 1957, menyatakan:

1. Bahwa Indonesia menyatakan sebagai negara kepulauan yang mempunyai corak tersendiri 2. Bahwa sejak dahulu kala kepulauan nusantara ini sudah merupakan satu kesatuan

3. Ketentuan ordonansi 1939 tentang Ordonansi, dapat memecah belah keutuhan wilayah Indonesia dari deklarasi tersebut mengandung suatu tujuan:

a. Untuk mewujudkan bentuk wilayah Kesatuan Republik Indonesia yang utuh dan bulat b. Untuk menentukan batas-batas wilayah NKRI, sesuai dengan asas negara Kepulauan c. Untuk mengatur lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keamanan dan

keselamatan NKRI.

Deklarasi ini pada tahun 1982 akhirnya dapat diterima dan ditetapkan dalam konvensi hukum laut PBB ke-III Tahun 1982 (United Nations Convention On The Law of The Sea/UNCLOS 1982). Selanjutnya delarasi ini dipertegas kembali dengan UU Nomor 17 Tahun 1985 tentang pengesahan UNCLOS 1982 bahwa Indonesia adalah negara kepulauan.

Naskah Konvensi ditandatangani oleh 119 negara dan resmi menjadi Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut 1982 yang terdiri atas 17 Bab dan 320 Pasal. Konvensi tersebut mengakui konsep hukum negara kepulauan dan menetapkan bahwa negara kepulauan berhak untuk menarik garis pangkal kepulauan untuk mengukur laut teritorial, zona tambahan, Zona Ekonomi Eksklusif, dan landas kontinen, sedangkan perairan yangberada di sisi

(6)

darat garis pangkal diakui sebagai perairan pedalaman dan perairan lainnya yang berada di antara pulau-pulau yang berada di sisi dalam garis pangkal diakui sebagai perairan kepulauan6.

Pada tanggal 17 Oktober 2014 dilatar belakangi belum adanya undang-undang yang secara komprehensif mengatur keterpaduan berbagai kepentingan sektor di wilayah Laut. Kendala tersebut dapat ditemukan, baik pada lingkup perencanaan, pemanfaatan, serta pengawasan dan pengendalian, Lahirlah UU no. 32 tahun 2014 tentang Kelautan yang mencabut UU no.6 tahun 1996 tentang Perairan Indonesia yang menegaskan Indonesia sebagai negara kepulauan berciri nusantara dan maritim; mendayagunakan Sumber Daya Kelautan dan/atau kegiatan di wilayah Laut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan hukum laut internasional.

Berdasarkan Pasal 69(4), UU no. 32 tahun 2014, mengenai Tata Kelola Laut, berbunyi7: “Ketentuan lebih lanjut mengenai kebijakan tata kelola dan kelembagaan Laut diatur dalam Peraturan Pemerintah”,

Yang akhirnya diterbitkan 5 tahun kemudian pada tanggal 6 Mei 2019, melalui Peraturan Pemerintah (PP) no.32 tahun 2019 tentang Ruang Tata Kelola Laut, menjadi pedoman untuk penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional bidang Kelautan, penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional bidang Kelautan, perwujudan keterpaduan dan keserasian pembangunan serta kepentingan lintas sektor dan lintas wilayah dalam memanfaatkan dan mengendalikan pemanfaatan ruang Laut secara nasional, penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk kegiatan yang bersifat strategis atau menjadi prioritas nasional, perencanaan zonasi kawasan Laut, dan perencanaan zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil8.

6 Undang Undang No 17 tahun 1985 tentang PENGESAHAN UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE

SEA (KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA TENTANG HUKUM LAUT)

7 Pasal 69 Undang Undang No 32 Tahun 2014 tentang Kelautan

(7)

BAB III

KONDISI KEKINIAN 3.1 Kondisi Eksisting Potensi Indonesia

3.1.1 Perikanan

Total Potensi perikanan Indonesia sangatlah besar hingga mencapai 62.5 juta ton per tahun9. Akan tetapi total pemanfaatan potensi ini hanya sekitar 23 juta ton, atau hanya 33%. Dari 23 juta ton, hanya sekitar 6.6 juta ton yang ditangkap dari wilayah perairan laut. Padahal potensi penangkapan laut dapat mencapai 12 juta ton.

Perikanan sendiri menyumbangkan 386 trilliun dari 14.800 trilliun Pendapatan Domestik Bruto (PDB Indonesia 2018), atau sekitar 2.6%.

3.1.2 Garam

Dengan panjang garis pantai mencapai 108 ribu km (terpanjang ke 2 didunia) ternyata tidak berbanding lurus dengan kapasitas produksi garam negeri ini. Kebutuhan Garam dalam negeri saat ini mencapai 4 juta ton pada tahun 2018. Dan diperkirakan akan naik menjadi 4.2 juta ton pada tahun 201910. Sedangkan total lahan garam yang dimiliki Indonesia saat ini sebesar 35.000 hektar

yang tersebar di seluruh Indonesia.

9 “Konsep Mainstreaming Ocean Policy Kedalam Rencana Pembangunan Nasional” – Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional 2014

10 “Kebutuhan Garam Nasional Capai 4,2 Juta Ton Per Tahun”, Diakses 13 Oktober 2019,

https://ekonomi.kompas.com/read/2018/08/14/204555326/kebutuhan-garam-nasional-capai-42-juta-ton-per-tahun

(8)

Jika dikelola dengan baik, dan didorong dengan cuaca yang mendukung, setiap hektar dapat menghasilkan 100 ton per musim, sehingga total produksi garam berada di angka 3.5 juta ton11. Sehingga dibutuhkan sekitar 700 hektar lahan tambak garam untuk memenuhi kebutuhan

dalam negeri.

Akibat sangat bergantung dengan kondisi cuaca ataupun kondisi global (La Nina) menyebabkan produksi garam cenderung fluktuatif sehingga tidak dapat dimaksimalkan potensinya.

11 ” Berapa Potensi Produksi Garam di Indonesia?”, Diakses 13 Oktober 2019,

(9)

3.1.3 Pariwisata

Meskipun Indeks Daya Saing Pariwisata kita berada di no. 40 dunia, naik 2 peringkat dari tahun 2018 dan 10 peringkat dari tahun 201712, Indonesia memiliki potensi besar untuk pengembangan pariwisata baharinya. Terumbu karang Indonesia menyumbang sebanyak 21% kekayaan terumbu karang dunia dan 75% jenis karang di dunia dapat ditemui di Indonesia. Tetapi, Kontribusi Pariwisata terhadap PDB Indonesia 2017 adalah sebesar 4.13%. Dan dari Wisata Bahari menyumbang sebesar 10% dari kontribusi tersebut13.

3.1.4 Bioteknologi Laut

Sebagai negara maritim dan kepuluan terbesar di dunia, sejatinya Indonesia memiliki potensi industri bioteknolgi kelautan terbesar di dunia. Hal ini dimungkinkan, karena Indonesia merupakan negara dengan kekayaan keanekaragaman hayati laut terbesar di dunia (mega marine biodiversity), baik pada tingkatan gen, spesies, maupun ekosistem. Lebih dari itu, keanekaragaman hayati adalah merupakan basis dari industri bioteknologi. Dengan demikian, semakin tinggi keanekaragaman hayati laut yang dimiliki suatu bangsa, maka semakin besar pula potensi industri bioteknologi kelautan dari bangsa tersebut. Sebagai gambaran ringkas, bahwa sekitar 35.000 spesies biota laut, 910 jenis karang (corals) atau 75% dari total spesies karang di dunia, 850 spesies sponges, 13 spesies lamun (seagrass) dari 20 spesies lamun dunia, 682 spesies rumput laut (seaweed), 2500 spesies moluska, 1502 spesies krustasea, 745 spesies ekinodermata, 6 spesies penyu, 29 spesies paus dan dolphin, 1 spesies dugong, dan lebih dari 2000 spesies ikan hidup, tumbuh serta berkembang biak di wilayah perairan laut Indonesia. 14

Sayangnya, setiap tahun kita justru kehilangan devisa sekitar US$ 4 milyar untuk mengimpor berbagai produk industri bioteknologi kelautan, seperti gamat (teripang), omega-3, squalence, viagra, chitin, chitosan, spirulina, dan lain sebagainya.

12 “Indeks Daya Saing Pariwisata 2019” – World Economic Forum

13 “Turis Bahari Menyumbang 10% Devisa Pariwisata Nasional”, Diakses 13 Oktober 2019,

https://jpp.go.id/ekonomi/pariwisata/312153-turis-bahari-menyumbang-10-devisa-pariwisata-nasional

14 “Industri Bioteknologi Kelautan Sebagai Mesin Pertumbuhan Ekonomi Baru Indonesia” - Prof.Dr. Ir. Rokmin

(10)

3.2. Komparasi Hasil Laut Indonesia dan Beberapa Negara Dunia

Pembandingan hasil produksi beberapa produk maritim di Indonesia dengan beberapa negara dilakukan untuk menganalisa efektifitas tatakelola maritim Indonesia jika dibandingkan dengan beberapa negara tersebut.

3.2.1 Perikanan dan Produk Biota Laut

Source: The State of World Fisheries and Aquaculture 201815

Tabel tersebut menunjukkan data Export ikan dan produk turunan ikan pada tahun 2016. Dimana nilai Export china bisa mencapai 20.131 juta dolar, disusul dengan Norwegia, Vietnam dan Thailand yang nilai exportnya mencapai 5893 juta dolar. Indonesia sendiri, menurut data yang dikeluarkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, pada tahun 2018 periode Januari-September mencapai 3520 Juta Dolar16. Sehingga hingga akhir 2018 diperkirakan akan mencapai 4693 Juta Dolar. Dengan kondisi seperti ini bahkan jika dibandingkan antara export Indonesia dengan Export negara lain ditahun 2016 Indonesia hanya menempati urutan ke 9 dibawah negara negara kecil seperti Vietnam, Thailand, dan Chile.

15 FAO. 2018. The State of World Fisheries and Aquaculture 2018 - Meeting the sustainable development goals.

Rome. Licence: CC BY-NC-SA 3.0 IGO

16Kinerja Ekspor Produk Perikanan Indonesia Tahun 2018”. Diakses 13 Oktoberr 2019.

(11)

3.2.2 Produk Bioteknologi dan Aquaculture

Dalam Tabel dibawah ini, menunjukkan bahwa kontribusi Indonesia dalam produk aquaculture pada tahun 2016 menunjukkan jumlah yang cukup tinggi. Yaitu 4.950 ton, yang menyumbang 6.2% terhadap seluruh produksi aquaculture dunia. Namun jumlah ini masih kalah jauh dengan China yang mencapai 49.244 juta ton atau mencapai 61.5% dari total produksi dunia. Dengan demikian Indonesia menempati peringkat ke tiga dalam produksi aquaculture dibawah China dan India

Source: The State of World Fisheries and Aquaculture 2018

Sedangkan untuk produksi rumput laut sendiri, Indonesia menempatai urutan ke 2 Terbesar dibawah China dengan total 11.631 juta ton. Angka ini menyumbang 38.7% dari total produksi dunia pada tahun 2016. Disusul oleh negara negara kecil seperti Philipina dan Korea Selatan.

(12)

3.2.3 Produksi Garam

Produksi garam seccara keseluruhan dapat mencapai lebih dari 200 Juta Ton setiap tahun. Dari angka ini, negara yang memroduksi garam terbesar adalah China dengan total 62.158 juta ton, disusul oleh Amerika Serikat dengan total 40.2 juta ton, dan India dengan total 24.5 JutaTon17. Ketiga negara ini sudah menyumbang lebih dari 45% produksi garam dunia. Sedangkan produksi garam Indonesia di tahun 2018 mencapai 2.5 juta ton18. Dengan kebutuhan nasional yang mencapai 3.5 juta ton, yang mengindikasikan bahwa Indonesia masih harus mengimpor sekitar 1 juta ton garam industri dari negara lain. Hal ini sangat bertolak belakang dengan potensi garam Indonesia dengan garis pantai terpanjang kedua didunia dengan panjang 99.093 Km.

Source: Worldatlas.com

17 “The World's Top Salt Producing Countries“. Diakses 13 Oktober 2019.

https://www.worldatlas.com/articles/the-world-s-top-salt-producing-countries.html

18 “Swasembada Garam Mulai 2019”. Diakses 13 Oktober 2019.

(13)

3.2.4 Jasa Pelabuhan

Data dari American Assosiation of Port Authorities pada tahun 2016 menunjukkan pengelompokan pelabuhan dunia berdasarkan kegiatan bongkar muatnya. Data ini menunjukkan bahwa bongkar muat terbanyak terjadi di pelabuhan Shanghai dengan total 647.446 ton setiap tahunnya, disusul oleh pelabuhan singapura dengan total bongkar muat 593.297 ton. Dan disusul oleh pelabuhan pelabuhan china di posisi sepuluh besar, dan hanya beberapa negara lain seperti Australia, Belanda, dan Korea selatan. Sedangkan Indonesia sendiri berada pada urutan 85 dengan pelabbuhan tanjung prioknya yang membongkar-muat sekitar 51.600 ton di tahun tersebut.

Selisih antara pelabuhan tanjung priok dan singapore yang sangat jauh menunjukkan bahwa infrastruktur di kedua pelabuhan ini masih terpaut jauh. Posisi Indonesia yang lebih strategis secara geografis seharusnya dapat meningkatkan potensi bongkar muat di pelabuhan Indonesia.

(14)

3.2.5 Pariwisata Bahari

Dalam hal pariwisata Indonesia hanya menduduki peringkat ke 42 dalam hal daya saing pariwisata19. Beberapa pertimbangan yang digunakan adalah sumber daya alam

Indonesia yang menduduki peringkat 14 dalam keindahannya, dah harganya yang murah (rank 5). Pemasukan devisa Indonesi dari sektor pariwisata adalah sebesar 12.441 Miliar Dolar Amerika20, namun hanya 10 persennya saja yang merupakan sumbangan dari pariwisata bahari. Hal ini bertolak belakang dengan potensi pariwisata bahari Indonesia. Dimana Indonesia memiliki spesies terumbu karang terindah didunia. Disertai dengan pulau pulau kecil yang bisa menjadi objek wisata, dan garis pantai terpanjang kedua didunia yang pesonanya beragam21

19 “The Travel & Tourism Competitiveness Report 2017”. Diakses 13 Oktober 2019.

https://www.weforum.org/reports/the-travel-tourism-competitiveness-report-2017

20 “Turis Bahari Menyumbang 10% Devisa Pariwisata Nasional“. Diakses 13 Oktober 2019.

https://jpp.go.id/ekonomi/pariwisata/312153-turis-bahari-menyumbang-10-devisa-pariwisata-nasional

21 “Multidimensi Fotografi Membingkai Keindahan Laut Indonesia“. Diakses 13 Oktober 2019.

(15)

3.3. Strategi Pemerintah Dalam Tata Kelola Laut

Dalam memaksimalkan kejayan maritim Indonesia, Presden Joko Widodo memasukkannya kedalam Visi Presiden periode 2014-2019. Hal ini menunjukkan bahwa Presiden Joko Widodo serius untuk mengupayakan kabinetnya fokus mengusahakan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Dalam merealisasikan visi tersebut. Jokowi menerjemahkannya menjadi lima pilar utama maritim Indonesia. Kelima pilar tersebut adalah:

Lima Pilar Poros Maritim Dunia22

• Pilar pertama : pembangunan kembali budaya maritim Indonesia.

• Pilar kedua : Berkomitmen dalam menjaga dan mengelola sumber daya laut dengan fokus membangun kedaulatan pangan laut melalui pengembangan industri perikanan dengan menempatkan nelayan sebagai pilar utama.

• Pilar ketiga : Komitmen mendorong pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim dengan membangun tol laut, pelabuhan laut, logistik, dan industri perkapalan, serta pariwisata maritim.

• Pilar keempat : Diplomasi maritim yang mengajak semua mitra Indonesia untuk bekerja sama pada bidang kelautan

• Pilar kelima : Membangun kekuatan pertahanan maritim.

Penerjemahan dari kelima pilar tersebut adalah tentang pengelolaan sumber daya laut dan kedaulatan pangan (utamanya perikanan dan nelayan), pembangunan tol laut untuk mendorong pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim, dan meningkatkan pertahanan maritim. Upaya pengembangan Indonesia sebagai poros maritim dunia dibagi kedalam upaya umum integrasi kemaritiman dan upaya perbidang sesuai dengan sektor bahasan dalam kajian ini.

1. Upaya Umum Integrasi Maritim Indonesia

Secara kelembagaan atau hukum, pada tahun 2014 muncul dua momentum pembangunan kelautan yakni, terbitnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan, serta pembentukan Kementerian Koordinator Maritim yang memperkuat dan mempertegas landasan hukum dan tata kelola pembangunan kelautan nasional. Beberapa strategi dan kebijakan yang perlu diperhatikan dalam merumuskan tata kelola pembangunan kelautan nasional, adalah:

22Menuju Poros Maritim Dunia”. Diakses pada 13 Oktober 2019

(16)

a. Menerjemahkan secara holistik, terpadu, terarah, dan tepat landasanlandasan hukum derivatif dari terbitnya undang-undang kelautan yang mengatur tentang beberapa masalah yang belum terurus, misalnya tentang penetapan perairan pedalaman atau pengaturan tentang zona tambahan. Misalnya, dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) tentang Perairan Pedalaman;

b. Menyusun dan menata kelembagaan Kementerian Koordinator Maritim sehingga dapat menjalankan fungsi-fungsi koordinasi, pengaturan, dan tata kelola pembangunan kelautan nasional;

c. Reposisi kelembagaan nasional pasca penetapan Kementerian Koordinator Maritim, misalnya reposisi Dewan Kelautan Nasional (DEKIN) maupun Badan Keamanan Laut (Bakamla); d. Menyusun sebuah Kebijakan Kelautan Nasional (National Ocean Policy) yang mengatur dan

menata kelola pembangunan kelautan nasional lintas sektor dan lintas pemerintahan dari tingkat pusat, pemerintah provinsi, sampai kabupaten/kota23.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan itu kemudian diturunkan kedalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2019 tentang Rencana Tata Ruang Kelautan.

Pengaturan mengenai pengelolaan ruang laut diatur dalam Pasal A2 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan, yang menyebutkan bahwa pengelolaan ruang laut meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian. Perencanaan ruang laut meliputi perencanaan tata ruang laut, perencanaan zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, dan perencanaan zonasi kawasan laut. Sedangkan dalam Pasal 43 Ayat 21 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 20l4 tentang Kelautan menyebutkan bahwa perencanaan tata ruang laut merupakan proses perencanaan untuk menghasilkan Rencana Tata Ruang Laut.

Rencana Tata Ruang Laut menjadi pedoman untuk penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional bidang kelautan, penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional bidang kelautan, perwujudan keterpaduan dan keserasian pembangunan serta kepentingan lintas sektor dan lintas wilayah dalam memanfaatkan dan mengendalikan pemanfaatan ruang laut secara nasional, penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk kegiatan yang bersifat strategis atau menjadi prioritas nasional, perencanaan zonasi kawasan laut, dan perencanaan zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.24

23 KONSEP MAINSTREAMING OCEAN POLICY KEDALAM RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL. Bappenas 24 Pasal Penjelas PP no 32 Tahun 2019 tentang Rencana Tata Ruang Laut

(17)

2. Strategi Sektor Perikanan dan Bioteknologi

Strategi pemerintah dalam menunjang sektor perikanan adalah sebagai berikut:

a. Bantuan Mesin/Alat pengolahan hasil laut ke daerah-daerah untuk mendukung pengembangan kawasan industri pengolahan hasil laut di luar Pulau Jawa khususnya Indonesia Bagian Timur; b. Membangun pusat informasi industri hasil laut di lokus klaster pengembangan industri

Pengolahan hasil laut;

c. Meningkatkan kompetensi SDM di bidang teknologi pascapanen dan pengolahan hasil laut serta manajerial usaha melalui diklat;

d. Meningkatkan promosi peluang investasi untuk meningkatkan nilai tambah rumput laut menjadi antara lain ATC/SRC (Alkali Treated Caragenan/Semi Refine Caragenan), agar-agar dan alginate;

e. Meningkatkan pemanfaatan limbah hasil laut sebagai bahan pangan fungsional dan farmasi/suplemen (gelatin, khitin, khitosan) melalui koordinasi dengan instansi terkait; f. Pengembangan klaster per-tunaan, perudangan, dan per-rumput lautan dalam rangka

percepatan pertumbuhan industri hasil laut di sentra produksi terpilih;

g. Meningkatkan kerjasama dalam penelitian dan pengembangan teknologi proses dan teknologi produk antara sektor industri dengan lembaga/balai penelitian dan perguruan tinggi;

h. Riset untuk pengembangan teknologi formulasi berbasis rumput laut;

i. Mengembangkan produk formulasi berbasis rumput laut (farmasi, kosmetik dan industri); j. Mengembangkan industri bioteknologi berbasis hasil laut lainnya (produk kosmetik dan

farmasi);

k. Mengembangkan industri perikanan hemat energi dan ramah lingkungan melalui koordinasi dengan instansi terkait;

l. Kajian pengembangan pemanfaatan air laut dalam (deep sea water) untuk menghasilkan produk yang bernilai tambah tinggi.

3. Strategi Sektor Pelabuhan dan Industri Kemaritiman

Konsep Tol Laut lebih ditekankan pada ranah ekonomi politik pengembangan kawasan dan konektivitas antar pulau. Hal ini diwujudkan dengan menyiapkan infrastruktur pelabuhan dan penyeberangan. Melalui infrastruktur pelabuhan dan penyeberangan yang memadai dan terkelola dengan manjemen yang efisien, maka mobilitas arus barang dan jasa serta orang akan lebih baik. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas telah mendesain Konsep Tol Laut yang dicetuskan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan 24 pelabuhan. Pelabuhan sebanyak

(18)

itu terbagi atas pelabuhan yang menjadi hubungan internasional, pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul.

Untuk mendukung Tol Laut, sebanyak 24 pelabuhan, antara lain, Pelabuhan Banda Aceh, Belawan, Kuala Tanjung, Dumai, Batam, Padang, Pangkal Pinang, Pelabuhan Panjang. Selanjutnya, Pelabuhan Tanjung Priok, Cilacap, Tanjung Perak, Lombok, Kupang, Pontianak, Palangkaraya, Banjarmasin, Maloy, Makassar, Bitung, Halmahera, Ambon, Sorong, Merauke dan Jayapura.Dari 24 pelabuhan tersebut, terbagi dua hubungan internasional, yaitu Kuala Tanjung dan Bitung yang akan menjadi ruang tamu bagi kapal-kapal asing dari berbagai negara. Semengtara enam pelabuhan utama yang dapat dilalui kapal-kapal besar berbobot 3.000 hingga 10 ribu TEU (Twenty-foot Equivalent Unit). Enam pelabuhan itu adalah Pelabuhan Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Makassar dan Sorong. Nantinya, pelabuhan utama akan menjadi jalur utama atau tol laut. Sedangkan 24 pelabuhan dari Belawan sampai Jayapura disebut pelabuhan pengumpul. Sebanyak 24 pelabuhan tersebut merupakan bagian dari 110 pelabuhan milik PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo). Sementara total pelabuhan di Tanah Air sekitar 1.230 pelabuhan. Sebanyak 110 pelabuhan dari total 1.230 pelabuhan dikelola oleh Satuan Kerja Perhubungan, Provinsi dan lainnya.

Poros Maritim Dunia, yang dalam praktek nasionalnya dijabarkan dalam salah satu misi utama peningkatan konektivitas laut secara konsep dapat membuat biaya logistik menjadi lebih murah. Namun, tol laut ini memiliki sejumlah tantangan. 8Salah satu penyebab tingginya biaya logistik Indonesia adalah inefisiensi di sisi pelayarannya. Pelayaran tidak efisien lantaran kapasitas kapal Indonesia lebih rendah dibanding kapal asing. Pihak asing menggunakan kapal besar sehingga unit biaya lebih kecil. Semakin besar ukuran kapal, semakin murah biayanya. Kapal besar pun membutuhkan pelabuhan-pelabuhan sandar yang juga dalam. Sugihardjo merinci, Indonesia memiliki 111 pelabuhan komersial, 1.481 pelabuhan nonkomersial, dan 800 pelabuhan khusus. Dari semua itu, pelabuhan dengan LWS 14 meter yang bisa melayani kapal kapasitas 5.000 TEU barulah Tanjung Priok. Itu pun sedang dalam proses pengerukan lagi. Adapun pelabuhan dengan LWS 9 meter hanya bisa disandari kapal berkapasitas 1.000-1.500 TEU

4. Strategi Sektor Pariwisata Bahari

Dalam catatan Global Trend in Coastal Tourism, 2007 kecenderunganpertumbuhan pariwisata dunia akan menjadi salah satu industri paling besar di dunia yang bisa menyumbang 10 persen pada PDB nasional serta 1/12 tenaga kerja. Saat ini sector pariwisata menjadi pemasukan devisa utama bagi 2/3 negara berkembang di dunia serta menjadi sector kedua setelah pemasukan dari minyak bumi bagi 40 negara miskin. Proyeksi pertumbuhan pariwisata global sampai 2020

(19)

akan terus meningkat karena pertumbuhan kelas menengah baru yang melakukan perjalanan wisata, dan diperkirakan China akan menjadi destinasi inbound dan outbound terbesar di dunia.

Kondisi ini tentu menjadi peluang besar bagi pengembangan wisata bahari sebagai salah satu pendorong penting distinasi pariwisata di Indonesia. Menurut UNWTO, pada akhir 2020 jumlah wisatawan dunia akan mencapai 1,6 miliar, diantaranya 717 juta berkunjung ke Eropa, 397 juta berkunjung ke Asia Timur dan Pasifik, 282 juta berkunjung ke Amerika, dan diikuti oleh Afrika, Asia Tengah, dan Asia Selatan. Wisata bahari akan menjadi segmen industri tertua dan terbesar. Namun, sector ini harus memperhatikan perubahan segmentasi pasar yang lebih luas dengan memperhatikan kemunculan segmen niche market / luxury market di dunia pariwisata dengan menggunakan moda transportasi kapal wisata/yacht/cruise/seaplane, Bergesernya paradigma mass tourism menjadi special interest oleh segmen pasar tertentu, serta kecepatan investasi pariwisata pulau-pulau kecil di seluruh dunia semakin meningkat. Kecenderungan pertumbuhan wisata cruise menjadi segmen pasar dengan pertumbuhan tercepat dan paling menguntungkan dimana diperkirakan 50% pasar di kawasan Karibia. Saat ini sedang mencari destinasi cruise baru dengan prospek dan ukuran kapal cruise akan semakin besar (kelas mega cruise ship/minimal 2500 penumpang). Trend Wisata Yacht, dengan estimasi ada sekitar 10 juta kapal wisata di seluruh dunia dimana 50.000 kapal layar/yacht yang berlayar setiap tahun di wilayah ASEAN dan Pasifik. Indonesia dengan potensi perairan dan gugus pulau yang dimiliki, diharapkan dapat menyerap 20 persen atau + 10.000 kunjungan kapal.

Upaya pengembangan wisata bahari tidak akan terlepas dari persaingan dengan kegiatan pariwisata negara lain. Untuk menghadapi persaingan tersebut dan meningkatkan citra dunia pariwisata Indonesia, maka tantangan dan permasalahan yang terdapat dalam setiap komponen tersebut diatas harus dapat diatasi.

Adapun kebijakan yang diperlu dilakukan dalam mengembangkan potensi wisata bahari sebagaimana hasil Focus Group Discussion Asia Pacific Region Discussion Forum On Blue Economy: Healthy Ocean – People – Ocean Governance, adalah:

1. Membangun iklim pelayanan satu pintu (single window) untuk kemudahan perizinan. 2. Peran aktif stakeholder khususnya organisasi-organisasi yang bergerak di bidang pariwisata

dalam mengembangkan wisata bahari

3. Integrasi manajemen pengelolaan destinasi (DMO) oleh seluruh stakeholder untuk meningkatkan daya saing.

(20)

5. Meningkatkan komitmen stakeholder pariwisata untuk mengembangkan pariwisata bahari secara berkelanjutan melalui:

(i) Penguatan peran serta masyarakat dalam pengembangan wisata bahari,

(ii) Peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan nelayan melalui kegiatan wisata bahari,

(iii) Perluasan lapangan kerja bagi masyarakat pesisir pantai dan nelayan,

(iv) Meningkatnya dukungan global terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir pantai dan nelayan.

6. Meningkatnya upaya pelestarian biodiversity laut melalui:

(i) Peningkatan upaya-upaya preservasi dan konservasi biota laut sebagai daya tarik wisata bahari,

(ii) Menurunkan perusakan biota laut sebagai akibat dari penangkapan ikan oleh nelayan dengan menggunakan bahan peledak,

(iii) Pengurangan secara drastis pengambilan terumbu karang dan ikan hias untuk sumber penghidupan

7. Menjalankan kebijakan bebas visa untuk kunjungan singkat bagi negaranegara dengan jumlah kunjungan wisata paling banyak di Indonesia

5. Strategi Sektor Industri Garam

Kebutuhan garam nasional mencapai 4.2 juta ton tiap tahunnya dengan tren yang terus meningkat. Kebutuhan tersebut mencakup kebutuhan garam untuk industri dan konsumsi. Untuk menghasilkan 4.2 juta ton garam diperlukan lahan minimal 40.000 ha25. Luas Lahan Garam. Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada tahun 2017 luas lahan garam mencapai 43.052,10 ha dan baru sekitar 26,000 ha yang memproduksi garam. Adapun lahan garam tersebut tersebar di sembilan propinsi, yaitu Nanggroe Aceh Darusalam mencapai 124 ha, Jawa Barat mencapai 6.733 ha, Jawa Tengah mencapai 6.609 ha Jawa Timur mencapai 8.476 ha, Nusa Tenggara 2.626 ha, dan wilayah lainnya mencapai 975 ha.

Di Indonesia sentra produksi garam 85% berada di Jawa, sedangkan 15% ada di luar Jawa dan perlu diingat bahwa produksi sangat tergantung pada musim kemarau. Pada kondisi normal masa

25 “Kemenko Maritim Mengurai Tantangan Ekstensifikasi Lahan Garam Nusa Tenggara Timur”. Diakses pada

tanggal 13 Oktober 2019. https://maritim.go.id/kemenko-maritim-mengurai-tantangan-ekstensifikasi-lahan-garam-nusa-tenggara-timur/

(21)

produksi garam hanya selama 4 sampai 5 bulan saja. Indonesia selama musim tersebut hanya mampu memproduksi garam 1,3 – 1,4 juta ton, sedangkan kebutuhan nasional sekitar 3,5 juta ton26

Cita Cita menuju swasembada garam diwujudkan oleh pemerintah dengan melakukan ekstensifikasi lahan garam di Nusa Tenggara Timur. Proses pembebasannya mencapai 3720 Hektare, dimana 40% dari lahan tersebut akan dijadikan Tanah Objek Reforma Agraria (TORA). Lahan yang akan dibuka untuk industri garam diperkirakan mencapai 2620 Hektare. Dimana 2220 Hektare akan dimanfaatkan oleh industri garam dan 400 hektare dimanfaatkan oleh PT Garam27. Selain di nusa tenggara timur, pembukaan lahan baru juga dilakukan di daerah Kupang, Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan, Ende dan Malaka. produksi garam akan meningkat menjadi 120 ribu ton/hektare per tahun. Hal ini menuju visi Indonesia swasemmbada garam 202128.

26 “Luas Lahan Garam Indonesia”. Diakses 13 Oktober 2019.

https://cci-indonesia.com/luas-lahan-garam-indonesia/

27 “2.600 Ha Lahan di NTT Dikembangkan Jadi Tambak Garam”. Diakses 13 Oktober 2019.

https://finance.detik.com/industri/d-4630034/2600-ha-lahan-di-ntt-dikembangkan-jadi-tambak-garam

28 “Lahan Tambak Garam Baru di Indonesia Timur”. Diakses 13 Oktober 2019.

(22)

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Sumber Daya Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia

Pengerjaan Indonesia Sebagai Poros Maritim dunia bukanlah pekerjaan yang dapat diselesaikan dalam kurun waktu 5 tahun. Namun pembenahan sektor maritim ini paling tidak memerlukan waktu 20 tahun. Hal utama yang perlu dibenahi adalah membuat roadmap maritim yang solid. Sehingga adalanya roadmap ini dapat dijadikan acuan pemerintah dalam pengembangan dibidang maritim kedepannya.

Penurunan Undang-Undang Kelautan menjadi peraturan Pemerintah tentang Rencana Tata Ruang Laut (PP no 32 Tahun 2019) menunjukkan keseriusan pemerintah untuk membuat rancangan tata kelola laut. Namun selama 5 tahun ini nyatanya, pengembangan maritim belum didasarkan pada roadmap yang jelas menuju goal besar poros maritim dunia. Memang sejauh ini sudah ada beberapa progres nyata yang telah dilakukan oleh pemerintah, diantaranya29

Pertama, program pembiayaan mikro nelayan telah digunakan oleh 9.535 penerima manfaat di 107 kabupaten/kota. Bunga yang ditawarkan sangat rendah, yakni 3% per tahun.

Kedua, penyediaan akses bahan bakar nelayan. Dengan melakukan konversi BBM ke LPG untuk nelayan, biaya operasional berkurang nelayan berkurang hingga Rp50.000 per hari. Jumlah konversi berkisar 25.000 unit pada 2018.

Ketiga, pembangunan infrastruktur konektivitas laut. Trayek kapal perintis meningkat menjadi 113 unit pada 2018, dibandingkan 2015 sejumlah 84 unit. Trayek Tol Laut juga naik menuju 18 jalur pada 2018 dari 3 tahun sebelumnya hanya 3 jalur. Tahun lalu, 6 kapal ternak juga mulai beroperasi.

Keempat, memperluas kawasan konservasi perairan laut. Luas kawasan konservasi pada 2017 mencapai 19,14 juta hektare, naik dari 2014 sejumlah 16,45 juta ha.

Sayangnya beberapa capaian ini masih bersifat mikro, dan belum memberikan dampak makro terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dapat dirasakan dari angka produksi perikanan yang masih menunjukkan angka yang tidak jauh berkembang. Dan masih sangat jauh dari pemaksimalan potensi yang ada. Hasil tangkapan ikan 2017 sebesar 23,26 juta ton (6,04 juta ton

(23)

ikan tangkap dan 17,22 juta ton ikan budidaya), meningkat dibandingkan 2015 yang sebesar 20,84 juta ton.

1. Perikanan

Sepak terjang kementerian kelautan dan perikanan dalam meningkatkan perikanan Indonesia selama 5 tahun terakhir ini memang sudah menunjukkan hasil. Dari tahun 2014 sudah ada 516 kapal yang ditenggelamkan oleh KKP30. Upaya pemberantasan ilegal fishing dan optimasi perikanan nasional telah membawa dampak terhadap pengembangan perikanan nasional. Total Produksi Perikanan Nasional pada tahun 2017 mencapai 24,21 juta ton. Produksi tersebut terdiri dari produksi perikanan budidaya sebesar 17,22 juta ton dan produksi perikanan tangkap sebesar 6,99 juta ton. Tingkat pertumbuhan produksi perikanan Tahun 2015-2017 sebesar 3,97% per tahun. Konstribusi pertumbuhan tersebut terdiri pertumbuhan produksi perikanan tangkap sebesar 1,95% per tahun dan perikanan budidaya sebesar 4,96%.

Perkembangan dari produksi perikanan Indonesia, berdasarkan data produksi perikanan di BPS tahun 2017 menunjukkan peningkatan produksi dari tahun ke tahun. Volume produksi perikanan pada tahun 2014 mencapai 20,94 juta ton dan menjadi 22,31 juta ton pada tahun 2015 yang terdiri dari 6,68 juta ton produksi perikanan tangkap dan 15,63 juta ton produksi perikanan budidaya. Produksi tersebut kemudian meningkat pada tahun 2016 sebesar 23,26 juta ton yang terdiri dari produksi perikanan tangkap sebesar 6,58 juta ton dan perikanan budidaya sebesar 16,68 juta ton. Jumlah produksi meningkat lagi pada tahun 2017 mencapai 24,21 juta ton, terdiri dari 6,99 juta ton produksi perikanan tangkap dan 17,22 juta ton produksi perikanan budidaya.

Namun produksi perikanan yang ada hari ini masih sangat jauh dari taksiran potensi yang ada. Perikanan budidaya Indonesia ditaksir mampu mencapai 62.5 juta ton jika dimanfaatkan secara keseluruhan31. Carut marut ini diperparah dengan fakta bahwa hingga tahun 2018 Indonesia masih melakukan Import ikan. Nilai impor ikan tahun lalu sebesar US$ 1,5 juta, meningkat 50,43% dibandingkan dengan periode sebelumnya yang sebesar US$ 991,6 ribu. Sementara itu, volume impor ikan pada 2018 turun sebesar 18,25% menjadi 139,4 ribu ton dari 2017 yang sebesar 170,5 ribu ton32.

Fakta ini sungguh sangat miris, Indonesia dengan luas lautnya yang lebih dari 70% dengan potensi perikanan yang mencapai 62.5 ton, masih melakukan import ikan. Meskipun memang

30 “Lagi, 13 Kapal Perikanan Asing Ilegal Ditenggelamkan di Natuna “. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2019.

https://kkp.go.id/artikel/10594-lagi-13-kapal-perikanan-asing-ilegal-ditenggelamkan-di-natuna

31 KONSEP MAINSTREAMING OCEAN POLICY KEDALAM RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL 32 “Berapa Volume dan Nilai Impor Ikan ke Indonesia?“. Diakses 13 Oktober 2019.

(24)

perbandingan neraca import dan eksport Indonesia yang masih sangat jauh. Namun import ikan ini merupakan bukti bahwa tata kelola perikanan di Indonesia masih belum terkelola dengan baik.

Eksport Indonesia dalam bidang perikanan mencapai angka 4693 Juta Dolar, angka ini tergolong kecil jika dibandingkan China yang mencapai 20.131 juta dolar, Norwegia 10.770 juta dolar dan bahkan vietnam dan thailand yang mencapai 7320 dan 5893 juta dolar. Perbandingan in menunjukkan bahwa Thailand dengan luas laut yang hanya 205.600km2 mampu menghasilkan nilai ekspor ikan yang lebih besar dari indonesia dengan luas laut mencapai 5.8 juta km2 atau 29 kali lebih luas dari laut thailand.

Kondisi ini dapat berarti bahwa jika laut Indonesia dapat dimanfaatkan se efektif thailand. Maka potensi perikanan Indonesia akan meningkat sangat besar dan dapat menjadi sumber utama PDB Indonesia.

Permasalahan utama dari nelayan Indonesia adalah teknologi penangkapan ikan yang ada, selain itu nelayan yang masih melaut dari Individu per individu membuat kapasitas kapal yang digunakan kecil. Sehingga daya jangkaunya menjadi tidak terlalu luas dan tidak menjangkau laut lepas. Berbeda dengan kapal kapal ilegal dari negara lain yang memiliki kapasitas lebih besar. Rata rata kapal Indonesia hanya berkisar 10-15GT. Keterbatasan teknologi ini yang membuat hasil tangkapan nelayan menjadi sangat bergantung pada cuaca dan musim.

Pengembangan teknnologi kelautan dan kolektivikasi nelayan menjadi masalah urgen yang harus diselesaikan. Pemerintah harus mampu mengembangkan teknologi penangkapan ikan bagi para nelayan, sehingga bisa bersaing dengan kapal kapal dari industri penangkapan ikan maupun kapal kapal asing.

2. Bioteknologi

Indonesia memiliki potensi bioteknologi yang sangat tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan keanekaragaman hayati di Indonesia. Terdapat 35.000 spesies biota laut, 910 jenis karang (corals) atau 75% dari total spesies karang di dunia, 850 spesies sponges, 13 spesies lamun (seagrass) dari 20 spesies lamun dunia, 682 spesies rumput laut (seaweed), 2500 spesies moluska, 1502 spesies krustasea, 745 spesies ekinodermata, 6 spesies penyu, 29 spesies paus dan dolphin, 1 spesies dugong, dan lebih dari 2000 spesies ikan hidup, tumbuh serta berkembang biak di wilayah perairan laut Indonesia.

Semakin tinggi keanekaragaman hayati yang ada maka potensi bioteknologi yang dihasilkan juga semakin besar. Sayangnya, setiap tahun kita justru kehilangan devisa sekitar US$ 4 milyar untuk mengimpor berbagai produk industri bioteknologi kelautan, seperti gamat (teripang), omega-3, squalence, viagra, chitin, chitosan, spirulina, dan lain sebagainya.

(25)

Sejauh ini bidang bioteknologi Indonesia hanya berfokus pada rumput laut. Produksi menunjukkan bahwa kontribusi Indonesia dalam produk aquaculture pada tahun 2016 menunjukkan jumlah yang cukup tinggi. Yaitu 4.950 ton, yang menyumbang 6.2% terhadap seluruh produksi aquaculture dunia. Namun jumlah ini masih kalah jauh dengan China yang mencapai 49.244 juta ton atau mencapai 61.5% dari total produksi dunia. Dengan demikian Indonesia menempati peringkat ke tiga dalam produksi aquaculture dibawah China dan India.

Pengembangan teknologi pendukung untuk mengeksplorasi bioteknologi masih sangat rendah di Indonesia. Sehingga produk produk turunan bioteknologi seperti omega 3, squalance, viagra, chitin, chitosan, spirulina dll masih dipenuhi dengan import. Memngingat potensi besar yang ada pada produk bioteknologi, investasi lebih untuk mengembangkan teknologi pengembangan bioteknologi akan memberikan keuntungan pada masyarakat hari ini.

3. Industri Kemaritiman dan jasa Pelabuhan

Dengan pelaksanaan tol laut, berdasarkan data BPS, kunjungan kapal di pelabuhan Indonesia pada tahun 2016 mengalami kenaikan kunjungan kapal di pelabuhan yang mencapai 882,72 ribu unit atau naik 11,8 persen dari tahun 2015. Sedangkan pada tahun 2017 kunjungan kapal di pelabuhan mencapai 842,08 ribu unit atau turun 4,5 persen. Lalu untuk realisasi Realisasi angkutan tol laut 2017 terbilang rendah, yakni hanya 212.865 ton atau 41,2% dari target 517.200 ton. Adapun realisasi muatan balik hanya 20.274 ton atau 9,5% dari muatan berangkat. Untuk memenuhi target itu, pemerintah menggelontorkan subsidi hingga Rp447,6 miliar tahun ini, naik 33% dari alokasi subsidi 201733.

Lalu tol laut dinilai juga tidak efektif untuk beberapa bahan pokok yang disalurkan melalui tol laut, seperti contohnya harga beras di hub asal Surabaya, mencapai Rp11.330/kg dan ketika dikirim melalui tol laut harganya di Halmahera utara menjadi Rp12.000/kg. Sementara itu, harga beras yang diangkut ke Halmahera Utara, tanpa melalui tol laut harganya hanya Rp11.000/kg. Sebab, beras ada yang dipasok dari Makassar, dan itu lebih murah dibandingkan harus dikirim dari Surabaya, meskipun kapal tol lautnya disubsidi pemerintah.

Belum lagi potensi potensi, kehadiran tol laut ini hanya menguntungkan para pedagang besar di daerah tujuan. Ada potensi pemain dan pedagang besar yang tetap menjual harga sesuai dengan harga awal sebelum adanya tol laut. Dengan demikian, disparitas harga antara Pulau Jawa dan pulau lain di tingkat konsumen tetap terjadi.

33 “Pelni Sulit Optimalkan Kapasitas Tol Laut“. Diakses 13 Oktober 2019.

(26)

Sugihardjo merinci, Indonesia memiliki 111 pelabuhan komersial, 1.481 pelabuhan nonkomersial, dan 800 pelabuhan khusus. Dari semua itu, pelabuhan dengan LWS 14 meter yang bisa melayani kapal kapasitas 5.000 TEU barulah Tanjung Priok. Itu pun sedang dalam proses pengerukan lagi. Adapun pelabuhan dengan LWS 9 meter hanya bisa disandari kapal berkapasitas 1.000-1.500 TEU. Berbeda dengan pelabuhan di singapura dan malaysia yang memiliki kedalaman lebih dari 16 LWS. Sehingga kapal kapal yang dapat bersandar kesana relatif lebih besar daengan kapasitas mencapai 18.000TEU.

Hal inilah yang membuat kapal kapal asing lebih memilih untuk bongkar muat di singapura dan mendistribusikannya dengan kapal kapal yang lebih kecil di Indonesia. Hal inilah yang membuat total bongkar muat pelabuhan singapura mencapai 600 ribu ton, berbeda dengan tanjung priok yang hanya 51.000 ribu ton. Hanya 1/10 dari total bongkar muat di pelabuhan singapura.

Tanjung priok barulah awal pembangunan pelabuhan Indonesia, masih banyak pelabuhan pelabuhan lain yang harus ditingkatkan infrastrukturnya, sehingga pelabuhan indonesia dapat melayani baik transhipmen maupun bongkar muat.

4. Pariwisata Bahari

Industri pariwisata di Indonesia telah menyumbang pemasukan negara sebesar 12.441 miliar dolar Amerika, namun hanya 10% nya saja yang merupakan hasil dari wisata bahari. Yaitu sekitar 1.244 Miliar Dolar. Nilai ini menyumbang 0.77% dari PDB Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa potensi pariwisata di Indonesia belum dimaksimalkan. Padahal Indonesia memiliki potensi pariwisata bahari yang sangat besar. Dimana luas wilayah air Indonesia yang mencapai 2/3 wilayah dan terdiri dari 17.480 pulau dan berjuta hektar taman laut sehingga prospek pengembanganwisata bahari dikemudian hari sangat cerah.Indonesia terkenal sebagai negara yang sangat kaya dengan obyek pariwisata bahari,adanya pengakuan tiga titik yang berlokasi di Indonesia yaitu di Tulamben (Bali), likuan2 (Manado), dan Pulau Tomia (Wakatobi) dari 50 titik wisata bahari dunia yang bertarafinternasional menjadikan Indonesia dapat menjadi salah satu kawasan tujuan wisata terkemuka di dunia.

Namun dalam pelayanannya Indonesia hanya menempati urutan ke 42 dalam daya saing pariwisata global, hal ini menunjukkan bahwa tata kelola pariwisata Indonesia masih harus ditingkatkan untuk menarik lebih banyak wisatawan mancanegara berwisata di Indonesia

Permasalahan utama dalam pengembangan pariwisata bahari Indonesia adalah tentang Infrastruktur dan konektivitas. Dimana Indonesia memiliki pulau pulau kecil yang memiliki potensi pariwisata yang menjanjikan. Namun keterbatasan Infrastruktur dan konektivitas membuat

(27)

potensi pariwisata tersebut belum terkembangkan. Pengembangan pariwisata bahari harus dimulai dengan pengembangan infrastruktur pendukung dan campaign yang dilakukan oleh pemerintah.

5. Industri Garam

Jumlah produksi garam rakyat pada tahun 2017 telah mencapai 1.111.394 ton. Hasil produksi 1.111.394 ton terdiri dari produksi PUGAR 786.939 ton, Non PUGAR 129.831 ton dan PT. Garam 194.296 ton merupakan hasil sensus yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) di 51 kabupaten pada 10 provinsi. Jumlah ini mengalami penurunan dari tahun 2012 dan 2013 yang produksinya mencapai 2.978.616 ton, yang terdiri dari 2.020.109 ton hasil produksi Kelompok Usaha Garam Rakyat (KUGAR), produksi garam rakyat non PUGAR sebesar 453.606 ton, dan PT. Garam 385.000 ton, serta sisa impor tahun 2012 sebesar 119.900 ton. Sementara estimasi kebutuhan garam konsumsi tahun 2012 sebesar 1.440.000 ton, sehingga produksi garam nasional sudah surplus sebanyak 1.538.616 ton. Surplus tersebut kemudian dapat digunakan sebagai stok garam nasional pada semester I (Januari-Juli) tahun 201334.

Produksi garam yang hanya mencapai 1.1 juta ton ini tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan garam industri dan konsumsi di Indonesia yang jumlahnya mencapai 4.5 juta ton. Produksi garam Indonesia masih bergantung pada individu petani. Sehingga garam yang dihasilkan memiliki kualitas yang rendah dan efisiensi lahan yang rendah. Sehingga sebagian besar garam produksi Indonesia hanya bisa digunakan sebagai garam konsumsi daripada garam industri.

Efisiensi lahan garam di Indonesia mengalami fluktuasi. Antara 87.9 Ton/Ha hingga 39.6 Ton/Ha, fluktuasi ini bergantung pada tempat pembuatan dan cuaca. Pada tahun 2017-2018 cuaca buruk membuat beberapa lahan garam di jawa timur mengalami gagal panen sehingga produksi garam Indonesia menurun. Hasil produksi yang fluktuatif ini membuat para petani garam tidak mempunyai kepastian penghasilan dan tidak jarang beralih profesi mencari lapangan pekerjaan baru. Ditambah lagi daya saing garam Indonesia yang masih kalah dibandingkan garam impor yang ada membuat kondisi petani garam semakin sulit. Para petani yang memproduksi secara individu juga membuat treatment produksi yang berbeda-beda. Sehingga menghasilkan garam dengan kualita yang berbeda beda. Tidak jarang para petani ini menemui kesulitan untuk mencari modal pembukaan lahan garam.

Kolektivikasi pertanian garam harus dilakukan agar petani garam menjadi semakin kuat dalam produksi, dapat meningkatkan kualitas garam yang dihasilkan dan meningkatkan efektivitas dari lahan garam yang dimiliki. Selain itu model produksi lain yang tidak terlalu bergantung pada cuaca

(28)

harus dikembangkan, sehingga kualitas garam yang dihasilkan tidak fluktuatif sesuai dengan cuaca yang sedang berlangsung.

Hingga 2019 ini sudah ada sekitar 40 ribu hektar lahan garam yang siap untuk digunakan. Sebagian lahan baru yang berada di Nusa Tenggara Timur masih dalam proses penyelesaian sengketa lahan dan diperkirakan akan siap berproduksi pada tahun 2019 ini. diharapkan dari 40 ribu hektar tersebut dapat memenuhi kebutuhan garam nasional sehingga pada tahun 2021 Indonesia dapat swasembada garam.

Namun swasembada garam (4.5 juta ton) masih sangat jauh dari potensi garam nasional. Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang didunia dengan panjang sekitar 99 ribu kilometer. Sehingga Indonesia memiliki potensi garam yang sangat tinggi. Produksi garam dari beberapa negara lain adalah sebagai berikut. China menghasilkan 62.15 juta ton garam, disusul AS, India dan Germany dengan kuantitas 40 juta, 24.5 juta, dan 19 juta ton garam.

Keempat negara ini adalah negara dengan garis pantai yang lebih pendek dari Indonesia, namun efektivitas produksi dari keempat negara ini menjadikan negara negara ini mampu memproduksi garam dengan jumlah yang jauh lebih besar dari Indonesia. Keseriusan pemerintah dalam mengkolektivikasi petani garam, menemukan metode pertanian yang lebih efektif dan pembukaan lahan lahan garam baru akan menjadikan Indonesia dapat memproduksi garam dengan jumlah yang jauh lebih besar dan dapat menjadi eksportir utama garam dunia.

4.2 Urgensi Indonesia Menuju Poros Maritim Dunia

Telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya bahwa Indonesia memiliki potensi Income yang sangat besar dari sektor maritim. Potensi tersebut mencapai 1.2 Triliun Dolar pertahun atau 16.800 Triliun, yang merupakan 7x APBN Indonesia 2014 yang mencapai Rp 1845 triliun atau 1.2 kali PDB Indonesia 2014. Potensi yang sangat besar ini jika dimanfaatkan dengan maksimal akan menjadikan Indonesia menjadi negara penghasil PDB terbesar di dunia. Selain itu, ketergantungan PDB yang berasal dari import produk mentah pertambangan dapat digeser menjadi lebih seimbang dengan dimaksimalkannya sektor maritim. Maka tidak menutup kemungkinan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan meningkat secara signifikan dan kesejahteraan masyarakan Indonesia dapat terangkat

Namun pengembangan potensi kemaritiman ini tidak dapat dilakukan dengan cara yang mudah dan instan. Harus ada rencana jangka panjang yang sustain antar masa pemerintahan. Bappenas sudah merancang “KONSEP MAINSTREAMING OCEAN POLICY KEDALAM RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL”, yang berisi targetan jangka pendek dari tahun 2014-2019 dan

(29)

jangka panjang 2020-2045. Selain itu penerbitan UU Kelautan dan PP tentang RTRL juga merupakan langkah strategis dalam bidang hukum dalam pengembangan maritim Indonesia.

Sayangnya pembangunan maritim selama 5 tahun belakangan ini belum menghasilkan dampak makro, dampak yang dirasakan masih merupakan dampak mikro pada masing masing sektor. Beberapa hal yang telah dilakukan antara lain adalah penenggelaman kapal oleh KKP, insentif terhadap nelayan, memperbaiki infrastruktur-infrastruktur strategis seperti pelabuhan, dan galangan.

Tidak dapat dipungkiri memang bahwa pembangunan selama 5 tahun belakangan ini sudah memberikan dampak terhadap industri maritim. Diantaranya adalah peningkatan produksi ikan menjadi 24.21 juta ton yang telah mengalami peningkatan tiap tahun, peningkatan kuantitas ekspor rumput laut, dan peningkatan infrastruktur di beberapa pelabuhan dan galangan kapal.

Namun PR besar masih menanti Indonesia menuju poros maritim dunia. Indonesia belum bisa memanfaatkan potensi alamnya yang besar. 3 permasalahan utama yang dihadapi adalah:

1. Tata kelola garam yang masih carut marut membuat hingga hari ini Indonesia masih Impor garam Industri. Padahal Indonesia memiliki garis pantai terpanjang ke dua didunia dengan panjang lebih dari 99 ribu Km.

2. Tata kelola perikanan Indonesia juga masih carut marut. Sistem nelayan yang belum terpadu dan infrastruktur penangkapan ikan yang kurang membuat kapasitas penangkapan Indonesia masih rendah. Dari luas lautan Indonesia yang mencapai 5.8 juta km2 memiliki

kapasitas penangkapan ikan yang lebih rendah daripada thailand yang luas lautnya kanya sekitar 205 ribu km2

3. Infrastruktur pelabuhan belum memiliki kapasitas yang sama untuk menjadi pelabuhan internasional. Sehingga persaingan dengan pelabuhan di Singapura dan Malaysia masih menjadi tantangan besar bagi pelabuhan pelabuhan di Indonesia

Ketiga permasalahan tersebut, digabung dengan berbagai permasalahan lain menunjukkan bahwa pengembangan maritim di Indonesia belum menunjukkan dampak secara makro. Pengembangan maritim di Indonesia harus tetap dilakukan oleh pemerintah dengan strategi yang tertata dalam jangka panjang

Namun, pengembangan potensi maritim Indonesia hari ini hanya akan menjadi impian semata. Keseriusan pemerintah dalam pengembangan program jangka panjang pengembangan maritim tidak terlihat dalam visi Presiden Joko Widodo. Dalam periode kedua pemerintahannya presiden

(30)

Joko Widodo menekankan pada pengembangan infrastruktur dan iklim investasi. Lima poin prioritas dalam program Joko widodo 2019-2024 adalah35:

1. Pembangunan Infrastruktur 2. Pembangunan SDM

3. Pengunadangan investasi seluas luasnya 4. Melakukan Reformasi Birokrasi

5. APBN yang fokus dan tepat sasaran

Tidak disinggung sama sekali tentang topik maritim dalam pidato presiden tersebut. penurunannya kedalam program prioritas yang tidak ada satupun unsur maritim didalamnya membuat sustainabilitas pembangunan maritim dipertanyakan kedepannya. Hal ini sangat bertolak belakang dengan visi Presiden Jokowi di 2014 yang berani mengatakan akan membangun Indonesia menjadi “poros maritim dunia”

Kondisi ini akan menjadi kontradiksi dengan program jangka menengah dan jangka panjang dari pembangunan maritim, dalam pembahasan sebelumnya sudah dibahas bahwa pembangunan maritim memerlukan rencana jangka panjang yang matang. Namun pemerintah hari ini malah seperti tidak serius untuk melanjutkan rencana tersebut dan merealisasikan Indonesia sebagai poros maritim dunia.

Hal ini tentu sangat disayangkan, mengingat besarnya potensi maritim di Indonesia jika dapat terkembangkan dengan baik. Sehingga seluruh realisasi potensi tersebut hanya akan menjadi angan angan belaka. Dan jatidiri Bangsa Indonesia sebagai negara maritim hanya akan menjadi isapan jempol yang tidak akan pernah terealisasi.

Seluruh cita cita menjadikan Indonesia menjadi poros maritim dunia hanya dapat tercapai apabila pemerintah serius untuk melaksanakan pembangunan maritim yang sustainabel dan tepat sasaran sesuai dengan rencana jangka panjang yang telah dibuat sebelumnya.

35 “Jokowi Sampaikan 5 Program Prioritas : Pungli Saya Kejar, Saya Hajar” Diakses 13 Oktober 2019

https://www.jawapos.com/nasional/15/07/2019/jokowi-sampaikan-5-program-prioritas-pungli-saya-kejar-saya-hajar/

(31)

BAB V KESIMPULAN

Dari pembahasan yang telah dilakukan pada kajian ini, maka dapat disimpulkan beberapa poin sebagai berikut:

1. Indonesia memiliki potensi maritim yang sangat besar, yang apabila dikembangkan dengan maksimal akan meningkatkan PDB Indonesia secara Drastis

2. Pengembangan kemaritiman memiliki urgensi yang tinggi, mengingat realisasi pengembangan maritim yang belum memberikan dampak secara makro

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Bisnis.com (2019). Pelni Sulit Optimalkan Kapasitas Tol Laut. Diakses 13 Oktober 2019. https://ekonomi.bisnis.com/read/20180727/98/821343/pelni-sulit-optimalkan-kapasitas-tol-laut

CCI Indonesia (2019). Luas Lahan Garam Indonesia. Diakses 13 Oktober 2019. https://cci-indonesia.com/luas-lahan-garam-indonesia/

Dahuri. Rochim. 2003. Integrated Coastal and Marine Management Enters a New Era in Indonesia.

https://www.researchgate.net/publication/237600429_Integrated_Coastal_and_Marine_Manage ment_Enters_a_New_Era_in_Indonesia

Detik (2019). 2.600 Ha Lahan di NTT Dikembangkan Jadi Tambak Garam. Diakses 13 Oktober 2019. https://finance.detik.com/industri/d-4630034/2600-ha-lahan-di-ntt-dikembangkan-jadi-tambak-garam

Detik.com (2019). Ini Visi Misi Jokowi-JK Soal Pembangunan Maritim Indonesia, Diakses 14 Oktober 2019, dari https://news.detik.com/berita/d-2605821/ini-visi-misi-jokowi-jk-soal-pembangunan-maritim-indonesia

FAO. 2018. The State of World Fisheries and Aquaculture 2018 - Meeting the sustainable development goals. Rome. Licence

Forum Ekonomi Dunia (2018). The Travel & Tourism Competitiveness Report 2017. Diakses 13 Oktober 2019. https://www.weforum.org/reports/the-travel-tourism-competitiveness-report-2017

JPP (2019). Turis Bahari Menyumbang 10% Devisa Pariwisata Nasional, Diakses 13 Oktober 2019, https://jpp.go.id/ekonomi/pariwisata/312153-turis-bahari-menyumbang-10-devisa-pariwisata-nasional

Katadata (2019). Berapa Volume dan Nilai Impor Ikan ke Indonesia?. Diakses 13 Oktober 2019. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/09/24/berapa-volume-dan-nilai-impor-ikan-ke-indonesia

(33)

Kementerian Koordinator Kemaritiman. (2019). Data Rujukan Wilayah Kelautan Indonesia, diakses 13 Oktober 2019, dari https://maritim.go.id/menko-maritim-luncurkan-data-rujukan-wilayah-kelautan-indonesia/

Kementerian Koordinator Kemaritiman. (2019). Kemenko Maritim Mengurai Tantangan Ekstensifikasi Lahan Garam Nusa Tenggara Timur. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2019. https://maritim.go.id/kemenko-maritim-mengurai-tantangan-ekstensifikasi-lahan-garam-nusa-tenggara-timur/

Kementerian Kelautan dan Perikanan (2019). Kinerja Ekspor Produk Perikanan Indonesia Tahun 2018. Diakses 13 Oktoberr 2019. https://kkp.go.id/djpdspkp/artikel/7947-kinerja-ekspor-produk-perikanan-indonesia-tahun-2018

Kementerian Kelautan dan Perikanan (2019). Lagi, 13 Kapal Perikanan Asing Ilegal Ditenggelamkan di Natuna. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2019.

https://kkp.go.id/artikel/10594-lagi-13-kapal-perikanan-asing-ilegal-ditenggelamkan-di-natuna

Kementerian Komunikasi dan Informatika (2019). Menuju Poros Maritim Dunia. Diakses pada 13 Oktober 2019 .https://www.kominfo.go.id/content/detail/8231/menuju-poros-maritim-dunia/0/kerja_nyata

Kementerian Pariwisata (2019). Multidimensi Fotografi Membingkai Keindahan Laut Indonesia. Diakses 13 Oktober 2019. http://www.kemenpar.go.id/post/multidimensi-fotografi-membingkai-keindahan-laut-indonesia

Kementerian Perindustrian (2019). Swasembada Garam Mulai 2019. Diakses 13 Oktober 2019. https://kemenperin.go.id/artikel/10219/Swasembada-Garam-Mulai-2019

Kompas (2019). Apa Kabar Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia?, Diakses 14 Oktober 2019, dari https://nasional.kompas.com/read/2019/08/07/08062741/apa-kabar-indonesia-sebagai-poros-maritim-dunia

Kompas (2019) “Kebutuhan Garam Nasional Capai 4,2 Juta Ton Per Tahun”, Diakses 13 Oktober 2019, https://ekonomi.kompas.com/read/2018/08/14/204555326/kebutuhan-garam-nasional-capai-42-juta-ton-per-tahun

(34)

Kompas (2019). Pidato Lengkap Visi Indonesia Jokowi, Diakses 14 Oktober 2019,

https://nasional.kompas.com/read/2019/07/15/06204541/pidato-lengkap-visi-indonesia-jokowi

Kumparan (2019)” Berapa Potensi Produksi Garam di Indonesia?”, Diakses 13 Oktober 2019, https://kumparan.com/@kumparanbisnis/berapa-potensi-produksi-garam-di-indonesia

Liputan6 (2019). Lahan Tambak Garam Baru di Indonesia Timur. Diakses 13 Oktober 2019. https://www.liputan6.com/regional/read/3392200/lahan-tambak-garam-baru-di-indonesia-timur

Peraturan Pemerintah no 32 Tahun 2019 tentang Rencana Tata Ruang Laut

Salim, Zamroni. Dkk. 2016. “Info Komoditi Garam”. Amp Press: Jakarta

Satria, Arif. Dkk. 2014. KONSEP MAINSTREAMING OCEAN POLICY KEDALAM RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL. Bappenas

UGM (2019). Indonesia Miliki Potensi Besar Sektor Perikanan, Diakses 13 Oktober 2019, dari https://ugm.ac.id/id/berita/17264-indonesia.miliki.potensi.besar.sektor.perikanan

World Atlas (2019). The World's Top Salt Producing Countries. Diakses 13 Oktober 2019. https://www.worldatlas.com/articles/the-world-s-top-salt-producing-countries.html

World Economic Forum. 2017. The Travel and Tourism Competitiveness Report 2017. WEC: Geneva

Gambar

Tabel tersebut menunjukkan data Export ikan dan produk turunan ikan pada tahun  2016.  Dimana  nilai  Export  china  bisa  mencapai  20.131  juta  dolar,  disusul  dengan  Norwegia, Vietnam dan Thailand yang nilai exportnya mencapai 5893 juta dolar

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui apakah keaktifan belajar dan peningkatan hasil belajar muatan IPS dapat diupayakan melalui penerapan model pembelajaran Two

1) Advantages of Sight Word Strategy, they are: a) Lack of students decoding skills. b) Students’ vocabulary is limited. c) Students' do not understand the sentence. d) Students

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi kadar VCO (15%, 20% dan 25%) terhadap tipe emulsi karakteristik fisik (organoleptis,

Menurut Akmal Janan Abror (2009:18) pola asuh ini merupakan sikap orang tua dalam berhubungan dengan anak – anaknya, sikap ini dapat dilihat dari berbagai segi

Abstrak: Tujuan penelitian ini mengetahui 1) implementasi penilaian autentik dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) sesuai dengan

Melanjutkan penelitian sebelumnya mengenai perancangan sistem absensi berbasis GPS (Adikara, 2013), maka akan dilakukan pengembangan sistem tersebut dengan pemanfaat

Untuk kepentingan keamanan pangan pada biota perairan maka dilakukan penelitian mengenai analisis kandungan logam berat pada kepiting (Scylla serrata) yang berada

Safety and Property Security.. Hotels are not required to ensure guest safety.. However, must exercise reasonable care for guest and