• Tidak ada hasil yang ditemukan

J A sirup kering.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "J A sirup kering.docx"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

PRAKTIKUM SIRUP KERING AMOXICILLIN PRAKTIKUM SIRUP KERING AMOXICILLIN

FURMOXIL FURMOXIL®®

BAB I BAB I

TUJUAN DAN TEORI DASAR  TUJUAN DAN TEORI DASAR 

1.1.

1.1. TujuanTujuan 1.1

1.1 Mampu memformulasikan sediaan sirup kering amoksisilin.Mampu memformulasikan sediaan sirup kering amoksisilin. 1.2

1.2 Mengetahui tahapan-tahapan dalam pembuatan sediaan sirup keringMengetahui tahapan-tahapan dalam pembuatan sediaan sirup kering amoksisillin.

amoksisillin. 1.3

1.3 Mampu membuat sediaan sirup kering amoksisilin skalaMampu membuat sediaan sirup kering amoksisilin skala

laboratorium sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. laboratorium sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. 1.4

1.4 Mampu melakukan evaluasi terhadap sediaan sirup keringMampu melakukan evaluasi terhadap sediaan sirup kering amoksisilin.

amoksisilin.

1.2.

1.2. Teori DasarTeori Dasar 1.2.1

1.2.1 Sirup Sirup KeringKering

Sirup adalah larutan oral yang mengandung sakarosa, kecuali Sirup adalah larutan oral yang mengandung sakarosa, kecuali dinyatakan lain, kadar sakarosa, C

dinyatakan lain, kadar sakarosa, C1212HH2222OO1111, tidak kurang dari 64,0% dan, tidak kurang dari 64,0% dan

tidak lebih dari 66,0% (Depkes RI, 1979). Sirup kering adalah suatu tidak lebih dari 66,0% (Depkes RI, 1979). Sirup kering adalah suatu campuran padat yang ditambahkan air pada saat akan digunakan, sediaan campuran padat yang ditambahkan air pada saat akan digunakan, sediaan tersebut dibuat pada umumnya untuk bahan obat yang tidak stabil

tersebut dibuat pada umumnya untuk bahan obat yang tidak stabil dan tidak dan tidak  larut dalam pembawa air, seperti ampisilin dan amoksisilin (Ofner 

larut dalam pembawa air, seperti ampisilin dan amoksisilin (Ofner  et al et al ,, 1989). Sirup kering adalah suatu campuran padat yang ditambahkan air  1989). Sirup kering adalah suatu campuran padat yang ditambahkan air   pada

 pada saat saat akan akan digunakan, digunakan, sediaan sediaan tersebut tersebut dibuat dibuat padat padat umumnya umumnya untuk untuk   bahan

 bahan obat obat yang yang tidak tidak stabil stabil dan dan tidak tidak larut larut dalam dalam pembawa pembawa air, air, sepertiseperti ampisilin, amoksisilin, dan lain-lainnya. Agar campuran setelah ditambah ampisilin, amoksisilin, dan lain-lainnya. Agar campuran setelah ditambah air membentuk dispersi yang homogen, maka dalam formulanya digunakan air membentuk dispersi yang homogen, maka dalam formulanya digunakan  bahan

 bahan pensuspensi. pensuspensi. Komposisi Komposisi suspensi suspensi sirup sirup kering kering biasanya biasanya terdiri terdiri daridari  bahan

(2)
(3)

 berbentuk

 berbentuk suspensi suspensi yang yang harus harus direkonstitusikan direkonstitusikan terlebih terlebih dahulu dahulu dengandengan sejumlah air atau pelarut lain yang sesuai sebelum digunakan. Sedian ini sejumlah air atau pelarut lain yang sesuai sebelum digunakan. Sedian ini adalah sediaan y

adalah sediaan yang mengandung ang mengandung campuran kering campuran kering zat aktif dengan zat aktif dengan satusatu atau lebih dapar, pewarna, pengencer, pendispersi, dan pengaroma yang atau lebih dapar, pewarna, pengencer, pendispersi, dan pengaroma yang sesuai (Depkes RI, 1995).

sesuai (Depkes RI, 1995).

Suspensi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat padat Suspensi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus larut, tidak boleh cepat mengendap, dan bila digojog yang terdispersi harus larut, tidak boleh cepat mengendap, dan bila digojog  perlahan-lahan,

 perlahan-lahan, endapan endapan harus harus segera segera terdispersi terdispersi kembali. kembali. DapatDapat ditambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi ditambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah digojog dan dituang. kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah digojog dan dituang. Suspensi sering disebut mixture gojog (

Suspensi sering disebut mixture gojog (mixturae agitandae)mixturae agitandae). Bila obat. Bila obat dalam suhu kamar tidak larut dalam pelarut yang tersedia maka harus dalam suhu kamar tidak larut dalam pelarut yang tersedia maka harus dibuat mikstur gojog atau disuspensi (Anief, 1997).

dibuat mikstur gojog atau disuspensi (Anief, 1997).

Suspensi dapat dibagi menjadi 4 yaitu suspensi oral, suspensi topical, Suspensi dapat dibagi menjadi 4 yaitu suspensi oral, suspensi topical, suspensi tetes telinga dan suspensi optalmik. Suspensi harus dikocok baik  suspensi tetes telinga dan suspensi optalmik. Suspensi harus dikocok baik  sebelum digunakan untuk menjamin distribusi bahan padat yang merata sebelum digunakan untuk menjamin distribusi bahan padat yang merata dalam pembawa, hingga menjamin keseragaman dan dosis yang tepat. dalam pembawa, hingga menjamin keseragaman dan dosis yang tepat. Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat (Depkes RI, 1995). Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat (Depkes RI, 1995).

Sejumlah bahan-bahan obat terutama antibiotika tertentu tidak  Sejumlah bahan-bahan obat terutama antibiotika tertentu tidak  memiliki stabilitas yang cukup dalam larutan berair. Suspensi amoksisilin memiliki stabilitas yang cukup dalam larutan berair. Suspensi amoksisilin digunakan pada anak-anak dan harus didinginkan (2-8°C) untuk  digunakan pada anak-anak dan harus didinginkan (2-8°C) untuk  mempertahankan efektifitas pada saat dilarutkan. Formulasi cair pada mempertahankan efektifitas pada saat dilarutkan. Formulasi cair pada umumnya cenderung memiliki stabilitas yang buruk dari pada formulasi umumnya cenderung memiliki stabilitas yang buruk dari pada formulasi  padat

 padat dan dan jika jika kemasan kemasan sudah sudah dibuka dibuka harus harus digunakan digunakan dalam dalam waktu waktu 22 minggu untuk menghindari mikroba kontaminasi atau penurunan aktivitas. minggu untuk menghindari mikroba kontaminasi atau penurunan aktivitas. Biasanya ini merupakan periode yang cukup bagi pasien untuk  Biasanya ini merupakan periode yang cukup bagi pasien untuk  menghabiskan semua volume obat yang biasa ditulis dalam resep. menghabiskan semua volume obat yang biasa ditulis dalam resep. Campuran bubuk kering mengandung semua komponen formulasi Campuran bubuk kering mengandung semua komponen formulasi termasuk obat, penambah rasa, pewarna, dapar dan lain-lain kecuali termasuk obat, penambah rasa, pewarna, dapar dan lain-lain kecuali

(4)
(5)

 berbentuk

 berbentuk suspensi suspensi yang yang harus harus direkonstitusikan direkonstitusikan terlebih terlebih dahulu dahulu dengandengan sejumlah air atau pelarut lain yang sesuai sebelum digunakan. Sedian ini sejumlah air atau pelarut lain yang sesuai sebelum digunakan. Sedian ini adalah sediaan y

adalah sediaan yang mengandung ang mengandung campuran kering campuran kering zat aktif dengan zat aktif dengan satusatu atau lebih dapar, pewarna, pengencer, pendispersi, dan pengaroma yang atau lebih dapar, pewarna, pengencer, pendispersi, dan pengaroma yang sesuai (Depkes RI, 1995).

sesuai (Depkes RI, 1995).

Suspensi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat padat Suspensi merupakan sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus larut, tidak boleh cepat mengendap, dan bila digojog yang terdispersi harus larut, tidak boleh cepat mengendap, dan bila digojog  perlahan-lahan,

 perlahan-lahan, endapan endapan harus harus segera segera terdispersi terdispersi kembali. kembali. DapatDapat ditambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi ditambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah digojog dan dituang. kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah digojog dan dituang. Suspensi sering disebut mixture gojog (

Suspensi sering disebut mixture gojog (mixturae agitandae)mixturae agitandae). Bila obat. Bila obat dalam suhu kamar tidak larut dalam pelarut yang tersedia maka harus dalam suhu kamar tidak larut dalam pelarut yang tersedia maka harus dibuat mikstur gojog atau disuspensi (Anief, 1997).

dibuat mikstur gojog atau disuspensi (Anief, 1997).

Suspensi dapat dibagi menjadi 4 yaitu suspensi oral, suspensi topical, Suspensi dapat dibagi menjadi 4 yaitu suspensi oral, suspensi topical, suspensi tetes telinga dan suspensi optalmik. Suspensi harus dikocok baik  suspensi tetes telinga dan suspensi optalmik. Suspensi harus dikocok baik  sebelum digunakan untuk menjamin distribusi bahan padat yang merata sebelum digunakan untuk menjamin distribusi bahan padat yang merata dalam pembawa, hingga menjamin keseragaman dan dosis yang tepat. dalam pembawa, hingga menjamin keseragaman dan dosis yang tepat. Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat (Depkes RI, 1995). Suspensi harus disimpan dalam wadah tertutup rapat (Depkes RI, 1995).

Sejumlah bahan-bahan obat terutama antibiotika tertentu tidak  Sejumlah bahan-bahan obat terutama antibiotika tertentu tidak  memiliki stabilitas yang cukup dalam larutan berair. Suspensi amoksisilin memiliki stabilitas yang cukup dalam larutan berair. Suspensi amoksisilin digunakan pada anak-anak dan harus didinginkan (2-8°C) untuk  digunakan pada anak-anak dan harus didinginkan (2-8°C) untuk  mempertahankan efektifitas pada saat dilarutkan. Formulasi cair pada mempertahankan efektifitas pada saat dilarutkan. Formulasi cair pada umumnya cenderung memiliki stabilitas yang buruk dari pada formulasi umumnya cenderung memiliki stabilitas yang buruk dari pada formulasi  padat

 padat dan dan jika jika kemasan kemasan sudah sudah dibuka dibuka harus harus digunakan digunakan dalam dalam waktu waktu 22 minggu untuk menghindari mikroba kontaminasi atau penurunan aktivitas. minggu untuk menghindari mikroba kontaminasi atau penurunan aktivitas. Biasanya ini merupakan periode yang cukup bagi pasien untuk  Biasanya ini merupakan periode yang cukup bagi pasien untuk  menghabiskan semua volume obat yang biasa ditulis dalam resep. menghabiskan semua volume obat yang biasa ditulis dalam resep. Campuran bubuk kering mengandung semua komponen formulasi Campuran bubuk kering mengandung semua komponen formulasi termasuk obat, penambah rasa, pewarna, dapar dan lain-lain kecuali termasuk obat, penambah rasa, pewarna, dapar dan lain-lain kecuali

(6)
(7)

yang homogen, dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan, obat lebih yang homogen, dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan, obat lebih mudah diabsorbsi, mempunyai rasa manis, mudah diberi bau-bauan dan mudah diabsorbsi, mempunyai rasa manis, mudah diberi bau-bauan dan warna sehingga menimbulkan daya tarik untuk anak-anak, membantu warna sehingga menimbulkan daya tarik untuk anak-anak, membantu  pasien yang mendapat

 pasien yang mendapat kesulitan dalam kesulitan dalam menelan obat. menelan obat. Kerugian obat Kerugian obat dalamdalam sediaan sirup yaitu ada obat yang tidak stabil dalam larutan, volume bentuk  sediaan sirup yaitu ada obat yang tidak stabil dalam larutan, volume bentuk  larutan lebih besar, ada yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam sirup larutan lebih besar, ada yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam sirup (Ansel, 2008).

(Ansel, 2008).

Sebagian besar komponen sirup selain air dan semua obat yang ada Sebagian besar komponen sirup selain air dan semua obat yang ada mengandung komponen seperti

mengandung komponen seperti a.

a. Bahan pemanis :Bahan pemanis :

Pemanis berfungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Dilihat dari Pemanis berfungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Dilihat dari hasil kalori yang dihasilkan dibagi menjadi dua yaitu berkalori tinggi dan hasil kalori yang dihasilkan dibagi menjadi dua yaitu berkalori tinggi dan  berkalori

 berkalori rendah. rendah. Adapun Adapun pemanis pemanis berkalori berkalori tinggi tinggi misalnya misalnya sorbitol,sorbitol, sakarin, sukrosa. Pemanis berkalori rendah misalnya laktosa (Lachman sakarin, sukrosa. Pemanis berkalori rendah misalnya laktosa (Lachman et et  al 

al ., 2008).., 2008).  b.

 b. Bahan pengentalBahan pengental

Sebagai zat pembawa dalam sediaan cair dan untuk membentuk  Sebagai zat pembawa dalam sediaan cair dan untuk membentuk  suatu cairan dengan kekentalan yang stabil dan homogen (Ansel, 2008). suatu cairan dengan kekentalan yang stabil dan homogen (Ansel, 2008). c.

c. Pemberi rasaPemberi rasa

Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau  bahan

 bahan - - bahan bahan yang yang berasal berasal dari dari alam, alam, untuk untuk membuat membuat sirup sirup sedapsedap rasanya. Karena sirup adalah sediaan cair, pemberi rasa ini harus rasanya. Karena sirup adalah sediaan cair, pemberi rasa ini harus mempunyai kelarutan dalam air yang cukup (Lachman

mempunyai kelarutan dalam air yang cukup (Lachman et al et al ., 2008).., 2008). Amoksisilin untuk suspensi oral mengandung tidak kurang dari Amoksisilin untuk suspensi oral mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari

90,0% dan tidak lebih dari 120,0% C120,0% C1616HH1919 N N33OO55S dari jumlah yang terteraS dari jumlah yang tertera

 pada

 pada etiket. etiket. Mengandung Mengandung satu satu atau atau lebih lebih dapar, dapar, pengawet, pengawet, penstabil,penstabil,  pemanis dan pensuspensi yang sesuai (Depkes RI, 199

(8)
(9)

1.2.2 Granulasi 1.2.2 Granulasi

Granulasi merupakan proses pembentukan partikel-partikel besar  Granulasi merupakan proses pembentukan partikel-partikel besar  atau

atau agregat-agregat dalam bagregat-agregat dalam bentuk beraturan entuk beraturan yang yang disebut dengdisebut dengan granulan granul (Lachman

(Lachman et al et al ., 2008). Granul adalah gumpalan-gumpalan dari partikel., 2008). Granul adalah gumpalan-gumpalan dari partikel yang lebih kecil, umumnya berbentuk tidak merata dan menjadi seperti yang lebih kecil, umumnya berbentuk tidak merata dan menjadi seperti  partikel

 partikel tunggal tunggal yang lebih yang lebih besar. besar. Ukuran biasUkuran biasanya anya berkisar berkisar antara antara ayakanayakan 4-12, walaupun demikian granula dari macam-macam ukuran lubang 4-12, walaupun demikian granula dari macam-macam ukuran lubang ayakan mungkin dapat dibuat tergantung pada tujuan pemakaiannya. Dari ayakan mungkin dapat dibuat tergantung pada tujuan pemakaiannya. Dari  bahan asal

 bahan asal yang sama, yang sama, bentuk granul bentuk granul biasanya biasanya lebih lebih stabil stabil secara secara fisik fisik dandan kimia daripada bentuk serbuk. Setelah dibuat dan dibiarkan beberapa kimia daripada bentuk serbuk. Setelah dibuat dan dibiarkan beberapa waktu, granul tidak segera mengering atau mengeras seperti balok bila waktu, granul tidak segera mengering atau mengeras seperti balok bila dibandingkan dengan serbuknya. Hal ini karena luas permukaan granul dibandingkan dengan serbuknya. Hal ini karena luas permukaan granul lebih kecil dibandingkan dengan serbuknya. Granula biasanya lebih tahan lebih kecil dibandingkan dengan serbuknya. Granula biasanya lebih tahan terhadap udara panas (Ansel, 2008).

terhadap udara panas (Ansel, 2008).

Granulasi juga merupakan proses pembesaran ukuran dimana partikel Granulasi juga merupakan proses pembesaran ukuran dimana partikel kecil bersama-sama menjadi besar, berupa agregat permanen dimana kecil bersama-sama menjadi besar, berupa agregat permanen dimana  partikel

 partikel asal asal masih masih dapat dapat diidentifikasi. diidentifikasi. Terminologi Terminologi granulasi granulasi digunakandigunakan untuk rentang ukuran agregat dari 0,1 sampai 2,0 mm. Dalam pembuatan untuk rentang ukuran agregat dari 0,1 sampai 2,0 mm. Dalam pembuatan sedian

sedian farmasi, farmasi, terminologi terminologi granulasi granulasi digunakan digunakan untuk untuk menyatakanmenyatakan  pembuatan agregat berbentuk

 pembuatan agregat berbentuk sferis dengan sferis dengan distribusi ukuran sedistribusi ukuran sempit antampit antarara rentang 0,5 sampai 1,5 mm. Granulasi digunakan terutama untuk produksi rentang 0,5 sampai 1,5 mm. Granulasi digunakan terutama untuk produksi tablet dan kapsul. Pada proses pembentukan produk antara, digunakan tablet dan kapsul. Pada proses pembentukan produk antara, digunakan granul dengan distribusi ukuran yang lebar. Selain itu granul juga dapat granul dengan distribusi ukuran yang lebar. Selain itu granul juga dapat digunakan sebagai bentuk sediaan (Agoes, 2008).

digunakan sebagai bentuk sediaan (Agoes, 2008).

Tujuan granulasi adalah untuk mendapatkan suatu partikel dengan Tujuan granulasi adalah untuk mendapatkan suatu partikel dengan ukuran yang lebih besar dari partikel asal sehingga dapat meningkatkan ukuran yang lebih besar dari partikel asal sehingga dapat meningkatkan kopresibilitas dan fluiditas serta memudahkan pencampuran, mengurangi kopresibilitas dan fluiditas serta memudahkan pencampuran, mengurangi debu, mendapatkan partikel dengan densitas yang lebih seragam, debu, mendapatkan partikel dengan densitas yang lebih seragam, memperbaiki sifat alir sekaligus kompaktibilitas massa, menurunkan memperbaiki sifat alir sekaligus kompaktibilitas massa, menurunkan volume ruahan serbuk, serta meningkatkan penampilan produk (Siregar, volume ruahan serbuk, serta meningkatkan penampilan produk (Siregar,

(10)
(11)

Ada 2 jenis metode granulasi yang digunakan dalam pembuatan sirup kering yaitu metode granulasi basah dan granulasi kering.

1. Granulasi kering

Granulasi kering adalah suatu metode yang dilakukan dengan cara membuat granul secara mekanis tanpa bantuan pengikat basah atau  pelarut pengikat. Metode ini digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan  panas dan lembab, serta tidak tahan air atau pelarut yang digunakan. Prinsip dari granulasi kering adalah menciptakan ikatan antara partikel- partikel dengan pemberatan secara mekanik. Ikatan yang mungkin timbul antar partikel-partikel tergantung dari sifat serbuk serta campuran. Sifat ikatan bermacam-macam, yaitu: ikatan yang timbul karena jeratan, karena dalam campuran ada serat-serat, misalnya selulosa; ikatan yang terjadi karena gaya molekular; gaya pengikat dari pengikat kering; melalui pencairan yang kemudian membeku kembali (Siregar 2007). Metode granulasi kering ini memiliki beberapa keuntungan antara lain:

a) Memerlukan tahap proses yang lebih sedikit sehingga mengurangi kebutuhan akan proses validasi.

 b)Waktu hancur lebih cepat karena tidak diperlukannya larutan pengikat. c) Tidak memerlukan pengeringan sehingga tidak terlalu lama

 pengerjaannya.

d)Dapat digunakan untuk zat aktif dosis besar yang peka terhadap panas dan lembab.

Proses terbentuknya granulasi kering yaitu : a. Penghalusan

Tujuan dari penghalusan adalah untuk memperkecil ukuran partikel zat aktif dan eksipien. Semakin besar ukuran partikel maka sifat kohesifitas dan adhesifitas antar partikel semakin besar yang dapat menyebabkan terjadinya pemisahan pada granul. Tahap ini dapat dilakukan dengan menggunakan bowl hammer, hammer mill , dan  grinder .

(12)
(13)

 b. Pencampuran

Tujuan pencampuran ini adalah untuk mendapatkan distribusi bahan aktif yang merata dan homogen. Tahap ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat planetary mixer, twin-shell , dan blender .

c. Slugging 

Campuran serbuk ditekan ke dalam cetakan yang besar dan dikompakkan dengan  punch berpermukaan datar, massa yang diperoleh disebut slug .

d. Pengayakan

Massa basah dibuat menjadi granul dengan melewatkannya pada ayakan mesh yang disebut oscilating granulator / fitzmill . Kemudian ukuran granul diperkecil dengan cara melewatkan pada ayakan dengan  porositas yang lebih kecil dari sebelumnya.

(Anief, 1997). 2. Granulasi Basah

Granulasi basah atau aglomerasi adalah proses menambahkan cairan  pada suatu serbuk atau campuran serbuk dalam suatu wadah yang dilengkapi dengan pengadukan yang akan menghasikan aglomerasi atau granul. Pembentukan dan pertumbuhan granul berlangsung karena adanya efek ikatan mobile - liquid yang terbentuk antara partikel primer. Metode granulasi basah dapat digunakan untuk zat aktif yang sukar larut dalam air dan untuk pelarut yang tahan terhadap pemanasan dan kelembaban. Umumnya metode granulasi basah digunakan untuk zat aktif yang sulit dicetak karena mempunyai sifat aliran dan kompressibilitas yang kurang baik. Oleh karena itu pada metode ini diperlukan zat pengikat, penghancur dan pengisi ( Siregar, 2007).

Terdapat beberapa proses yang mendasari terbentuknya granul dalam metode granulasi basah yaitu :

a. Penghalusan

(14)
(15)

kohesifitas dan adhesifitas antar partikel semakin besar yang dapat menyebabkan terjadinya pemisahan pada granul

 b. Pencampuran

Pencampuran bertujuan untuk mendapatkan distribusi bahan aktif  yang merata dan homogen. Tahap ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat planetary mixer, twin

 – 

shell dan blender .

c. Penambahan dan Pencampuran larutan pengikat

Penambahan larutan pengikat akan membentuk massa basah sehingga menbutuhkan alat yang dapat meremas dengan kuat seperti  sigma blade mixer dan planetary mixer .

d. Pengayakan

Pengayakan massa basah dibuat menjadi granul dengan melewatkan pada ayakan yang disebut oscilating granulator/ fitmill . e. Pengeringan

Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan pembasah yang digunakan. Granul kemudian dikeringkan dalam oven atau  fluid bed  dryer.

(Anief, 1997). Mekanisme pembentukan ikatan yang terjadi pada partikel-partikel  pada granul adalah

1. Timbulnya gaya antar permukaan atau gaya kapiler selama  pemisahan.

Menurut Conway, ada empat keadaan dalam pembentukan granul, a) Pendular : pada keadaan ini, ruangan antar partikel diisi sebagian oleh zat pengikat dan membentuk jembatan cair  antara partikel.

 b) Funikular : pada keadaan ini, terjadi kenaikan tegangan  permukaan kurang lebih tiga kali tahap pendular.

c) Kapiler : pada keadaan ini semua ruangan antar partikel diisi oleh zat pengikat. Karena adanya gaya kapiler pada

(16)
(17)

 permukaan konkaf antara cairan-cairan di permukaan granul, maka akan terjadi granul.

d) Droplet : pada tahap ini terjadi penutupan partikel oleh tetesan cairan. Kekuatan ikatan dipengaruhi oleh gaya  permukaan cairan yang digunakan.

2. Pembentukan jembatan padat

Selama pengeringan terbentuk jembatan padat antar partikel yang terjadi karena salah satu dari dua mekanisme yaitu jembatan padat merupakan zat pengikat yang mengeras atau terdiri dari hablur  yang terlarut dalam larutan pengikat.

3. Adanya gaya adhesi dan kohesi antar partikel pada granul.

(Lachman,et al ., 2008). Metode granulasi basah ini memiliki beberapa keuntungan antara lain :

i. Dapat digunakan untuk zat aktif dosis besar yang sulit mengalir dapat meningkatkan kohesifitas dan kempressibilitas serbuk dengan  penambahan pengikat,

ii. Distribusi dan keseragaman kandungan baik bagi zat aktif yang mudah larut dan dosis kecil,

iii. Zat warna lebih homogen karena terlebih dahulu dilarutkan dalam cairan  pengikat,

iv. Serbuk dapat ditangani tanpa menghasilkan kontaminasi udara serta mampu mencegah pemisahan komponen campuran selama proses

(Siregar, 2007). Selain memiliki keuntungan, terdapat juga beberapa kerugian dalam metode granulasi basah antara lain:

i. Membutuhkan tempat yang luas, biaya yang tinggi, alat dan waktu yang  banyak,

ii. Memungkinkan terjadinya kehilangan bahan selama pemindahan ke unit  proses lainnya,

(18)
(19)

iv. Tidak dapat digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan lembab (Lachman et al ., 2008). BAB II EVALUASI SEDIAAN 2.1.Evaluasi Fisika

a. Distribusi Ukuran Partikel

Untuk sediaan sirup kering, distribusi partikel homogen (tersalut) setelah direkonstitusi, dapat diamati dari semakin besarnya ukuran  partikel maka rongga - rongga antar partikel yang terbentuk pun semakin  besar dan distribusinya menyebar di dalam sediaan, sehingga setelah

dikocok sediaan suspensi kering ini dapat terdispersi homogen kembali.  b. Homogenitas

Sediaan suspensi terekonstitusi dilarutkan dengan air hingga mencapai volume yang telah ditentukan yaitu 100 mL. Setelah itu, zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap, jika dikocok perlahan-lahan, endapan harus segera terdispersi kembali. Sediaan terekonstitusi dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi. Selain itu, kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang (Depkes RI, 1979).

c. Penetapan Bobot Jenis Sediaan dengan Piknometer 

Bobot jenis suatu zat adalah hasil yang diperoleh dengan membagi  bobot zat dengan bobot air, dalam piknometer. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi keduanya ditetapkan pada suhu 25ºC.Pada penetapan  bobot jenis sediaan suspensi kering ini menggunakan piknometer.

(20)
(21)

matang dengan suhu 25ºC kemudian ditimbang untuk kalibrasi. Kemudian sirup kering yang sudah dilarutkan diatur suhunya hingga kurang lebih 20ºC dan dimasukkan ke dalam piknometer. Setelah itu, suhu piknometer diatur hingga mencapai suhu 25ºC, dan kelebihan zat uji dibuang. Dan timbang kembali piknometernya. Kemudian untuk  mengetahui bobot jenis sediaan dapat diperoleh dari selisih bobot  piknometer yang telah diisi zat uji dengan bobot piknometer kosong

(Depkes RI, 1995). d. Volume Terpindahkan

Masing-masing sediaan suspensi yang telah dilarutkan (10 botol) dituangkan ke dalam gelas ukur kering terpisah dengan kapasitas gelas ukur yang tidak melebihi dari dua setengah kali volume yang diukur dan telah dikalibrasi. Penuangan ini dilakukan secara hati-hati untuk  menghindari pembentukan gelembung udara, kemudian diamkan selama 30 menit. Apabila sudah tidak ada gelembung udara, maka volume tiap campuran sudah dapat diiukur. Volume rata-rata suspensi yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100% dan tidak satu pun volume wadah yang kurang dari 95% dari volume yang dinyatakan dalam etiket (Depkes RI, 1995).

e. Penetapan pH

Penetapan pH dalam hal ini diuji agar dapat diketahui pH dari sediaan yang dibuat untuk selanjutnya stabilitas pH dari sediaan dapat dipertahankan pada suatu rentang pH tertentu. Untuk sirup kering amoksisilin memiliki rentang pH stabilitas dari 3,5  –  6, sehingga pada saat penetapan rentang pH ini tidak boleh berubah. Penetapan pH dengan menggunakan pH meter.

f. Kadar Air 

Untuk suspensi kering kadar air pada sediaan tidak lebih dari 3% (Depkes RI, 1995).

(22)
(23)

g. Penetapan Waktu Rekonstitusi

Penetapan ini dilakukan untuk menentukan lamanya waktu terkonstitusi suatu sediaan. Dalam hal ini sediaan serbuk kering ditambahkan air, kemudian dihitung waktu yang diperlukan sampai sediaan tersebut membentuk suspensi dengan sempurna.

h. Volume Sendimentasi dan Kemampuan Redispersi

Volume sedimentasi dapat diuji dengan melarutkan sediaan sirup kering amoksisilin dengan air. Setelah itu, dikocok hingga homogen, kemudian diamkan. Kemudian lihat sedimentasi yang terjadi setelah didiamkan selama satu hari. Untuk sediaan suspensi kering yang baik  diharapkan terdapat sedimentasi yang besar atau tidak terjadi sama sekali (melarut homogen). Hal ini penting karena dengan volume sedimentasi yang besar maka kemungkinan untuk melarut secara homogen kembali akan lebih besar bila dibandingkan dengan volume sedimentasi yang sedikit (dapat membentuk  caking ). Untuk mengetahui kemampuan redispersi sediaan maka sediaan yang sudah didiamkan dikocok kembali. Apabila setelah dikocok sediaan mudah melarut kembali dan menjadi larutan yang homogen maka kemampuan redispersinya baik (Astuti dkk., 2007).

i. Sifat Aliran dan Viskositas dengan Viskosimeter Brookfield

Sediaan sirup kering amoksisilin ini mengikuti sifat aliran Hukum  Non Newton pseudoplastik yaitu viskositas cairan akan menurun dengan meningkatnya kecepatan geser. Fenomena sediaan yang mengikuti sifat aliran pseudoplstik juga akan mengikuti sifat aliran tiksotropik. Viskositas sediaan ini dapat diukur dengan menggunakan Viskosimeter  Brookfield karena viskosimeter ini dapat mengukur viskositas sediaan yang bersifat Non Newton dan Newton. Prinsip kerjanya adalah dengan dengan menggunakan spindel dan motor. Setelah motor dihidupkan maka spindel akan berputar dan diamati angka yang ditunjukkan oleh  jarum merah, dicatat. Untuk menghitung viskositasnya maka angka yang

(24)
(25)

ditunjukkan oleh jarum merah dikalikan dengan suatu faktor yang terdapat pada brosur alat (Astuti dkk., 2007).

2.2.Evaluasi Kimia

a. Penetapan Kadar 

Penetapan kadar dilakukan dengan metode KCKT. Pembuatan larutan uji: Encerkan secara kuantitatif dan bertahap sejumlah volume seperti yang tertera pada etiket, dicampur segar dan bebas gelembung udara dalam pengenceran hingga diperoleh larutan mengandung 1 mg amoksisilin trihidrat per ml. Saring melalui penyaring 1µm ata porositas lebih halus dan gunakan filtrat sebagai larutan uji. Gunakan larutan dalam waktu 6 jam (Depkes RI, 1995).

 b. Identifikasi

Untuk identifikasi diperlukan suatu larutan yang mengandung setara dengan 4 mg amoksisilin dengan penambahan asam klorida 0,1 N  pada sejumlah amoksisilin untuk suspensi oral. Biarkan larutan selama 5

menit sebelum digunakan (Depkes RI, 1995).

2.3.Evaluasi Biologi

a. Uji Potensi Antibiotik 

Untuk uji antibiotik untuk sirup kering dengan bahan aktif  amoksisilin dapat diuji dengan metode lempeng silinder. Pertama-tama dilakukan penyiapan lempeng penetapan yaitu dengan menggunakan cawan petri. Ke dalam cawan petri dituangkan media yang sudah ditentukan dan dibiarkan memadat sehingga didapatkan suatu lapisan dasar yang licin dengan ketebalan seragam. Kemudian 4,0 ml inokula (suatu media yang sudah berisi bakteri uji  Micrococcus luteus) dimasukkan ke dalam cawan petri dan cawan petri diputar agar  inokulanya menyebar sempurna pada permukaan dan dibiarkan memadat. Kemudian 6 buah silinder yang sudah berisi antibiotik uji

(26)
(27)

ketinggian 12 mm dengan menggunakan alat-alat mekanik atau dengan  pinset yang sudah disterilisasi (dibakar). Kemudian tutup cawan untuk 

menghindari kontaminasi. Setelah itu, lempeng diinkubasi selama 16  jam sampai 18 jam dengan suhu 32ºC sampai 35ºC. Selanjutnya, lempeng cawan petri diambil dari inkubator dan diambil semua silinder, dicatat semua diameter tiap hambatan pertumbuhan hingga mendekati 0,1 mm. Semakin besar zona hambatan yang terukur maka semakin baik  sediaan sirup kering amoksisilin yang dibuat (Depkes RI, 1995).

 b. Uji Efektifitas Pengawet

Sediaan sirup kering yang sudah dilarutkan diambil sebanyak 20 mL dan dimasukkan ke dalam masing-masing 5 tabung bakteriologi  bertutup, berukuran sesuai dan steril. Kemudian inokulasi

masing-masing tabung dengan salah satu suspensi mikroba baku dengan menggunakan perbandingan 0,10 mL inokula setara dengan 20 mL sediaan, dan campur. Mikroba uji dengan jumlah yang sesuai harus ditambahkan sedemikian rupa hingga jumlah mikroba tiap mL sediaan uji segera setelah inokulasi adalah antara 100.000 dan 1.000.000 per mL. Tetapkan jumlah mikroba viabel di dalam tiap suspensi inokula, dan hitung angka awal mikroba tiap mL sediaan yang diuji dengan metode lempeng. Kemudian setelah diinokulasi tabung diinkubasi pada suhu 20ºC sampai 25ºC. Setelah itu, tabung diamati pada hari ke 7, ke 14, ke 21dan ke 28 sesudah inokulasi. Setiap perubahan yang terlihat dicatat dan tetapkan jumlah mikroba viabel pada tiap selang waktu tersebut dengan metode lempeng. Dengan menggunakan bilangan teoritis mikroba pada awal pegujian, hitung perubahan kadar dalam persen tiap mikroba selama pengujian (Depkes RI, 1995).

(28)
(29)

BAB III

PRAFORMULASI

3.1. Tinjauan Farmakologi Bahan Obat a. Penggolongan obat

Berdasarkan UU (undang – undang) mengenai obat dan makanan, amoksisilin termasuk dalam golongan obat keras. Obat keras hanya dapat dapat diperoleh dengan resep dokter di apotek, apotek RS,  puskesmas, dan balai pengobatan. Tanda khusus untuk obat keras yaitu lingkaran berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi. Selain itu pada obat keras wajib mencantumkan kalimat “Harus dengan resep dokter”. Dibawah ini merupakan tanda khusus untuk obat keras yaitu:

Gambar 1. Lambang golongan obat keras

(Anief, 1997).

 b. Indikasi

Amoksisilin merupakan golongan penisilin yang mempunyai spektrum luas dan efektif pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif maupun gram positif, khususnya untuk infeksi pada saluran cerna, saluran pernafasan, dan saluran kemih (infeksi anugenital dan uretral gonokokus non-komplikasi otitis media) (Mycek, et al , 2001).

Amoksisilin digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram negatif seperti  Haemophilus Influenza, Escherichia coli, Proteus mirabilis, Salmonella. Amoksisilin juga dapat digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif  seperti : Streptococcus pneumoniae, enterococci,

(30)
(31)

nonpenicilinase-infeksi saluran pernapasan, nonpenicilinase-infeksi saluran kemih, nonpenicilinase-infeksi klamidia, sinusitis, bronkitis, pneumonia, abses gigi dan infeksi rongga mulut lainnya (Siswandono, 2000).

c. Farmakokinetika Obat a) Absorbsi

Amoksisilin stabil pada asam lambung dan terabsorpsi 74-92% di saluran pencernaan pada penggunaan dosis tunggal secara oral. Efek  terapi Amoksisilin akan tercapai setelah 1-2 jam setelah pemberian per  oral. Meskipun adanya makanan di saluran pencernaan dilaporkan dapat menurunkan dan menunda tercapainya nilai puncak konsentrasi serum Amoksisilin, namun hal tersebut tidak berpengaruh pada jumlah total obat yang diabsorpsi (McEvoy, 2002).

 b) Distribusi

Distribusi obat ke seluruh tubuh baik. Amoksisilin dapat melewati sawar plasenta, tetapi tidak satupun menimbulkan efek teratogenik.  Namun demikian, penetrasinya ke tempat tertentu seperti tulang atau

cairan serebrospinalis tidak cukup untuk terapi kecuali di daerah tersebut terjadi inflamasi (Mycek et al ., 2001).

c) Metabolisme

Metabolisme amoksisilin dalam tubuh pasien biasanya tidak   bermakna (Mycek, et al .,2001).

d) Eliminasi

Jalan utama eliminasi melalui sistem sekresi asam organik  (tubulus) di ginjal, sama seperti melalui filtrasi glomerulus. Penderita dengan gangguan fungsi ginjal, dosis obat yang diberikan harus disesuaikan (Mycek et al ., 2001).

(32)
(33)

d. Mekanisme Obat

Amoksisilin mempengaruhi langkah akhir sintesis dinding sel  bakteri (transpeptidase atau ikatan silang) sehingga membran kurang

stabil secara osmotik. Lisis sel dapat terjadi, sehingga amoksisilin disebut bakterisida. Keberhasilan aktivitas amoksisilin menyebabkan kematian sel berkaitan dengan ukurannya. Amoksisilin hanya efektif  terhadap organisme yang tumbuh secara tepat dan mensintesis  peptidoglikan dinding sel. Konsekuensinya, obat ini tidak efektif 

terhadap organisme yang tidak mempunyai struktur ini seperti mikobakteria, protozoa, jamur dan virus.

a) Penisilin pengikat protein

Amoksisilin menginaktifkan protein yang berada pada membran sel bakteri. Amoksisilin tersebut yang mengikat protein merupakan enzim bakteri yang terlibat dalam sintesis dinding sel serta menjaga gambaran morfologi bakteri. Pejanan terhadap antibiotika ini tidak hanya dapat mencegah sintesis dinding sel tetapi juga menyebabkan perubahan morfologi atau lisisnya bakteri yang rentan. Perubahan pada beberapa molekul target ini menimbulkan resistensi pada organisme.

 b) Autolisin

Kebanyakan bakteri terutama kokus gram positif memproduksi enzim degradatif (autolisin) yang berpartisipasi dalam remodeling dinding sel bakteri normal. Dengan adanya amoksisilin, aksi degradatif autolisin didahului dengan hilangnya sintesis dinding sel. Mekanisme autolisis yang sebenarnya tidak diketahui kemungkinan adanya penghambatan yang salah satu dari autolisin. Sehingga efek anti bakteri amoksisilin merupakan hasil  penghambatan sintesis dinding sel bakteri dan destruksi

keberadaan dinding sel oleh autolisin.

(34)
(35)

e. Interaksi Obat

Amoksisilin yang dikombinasi dengan asam klavulanat (inhibitor  kuat bagi beta-laktamase pada bakterial) meningkatkan efektifitas amoksisilin terhadap kuman yang memproduksi penisilinase. Kombinasi ini terutama digunakan terhadap infeksi saluran kemih dan saluran nafas yang resisten terhadap amoksisilin. Amoksisilin dapat meningkatkan efek antikoagulan dari warfarin. Amoksisilin juga dapat menghambat efektivitas dari tetrasiklin, kloramfenikol, serta sediaan kontrasepsi oral (Lasy, et al , 2004).

f. Efek Samping

Hipersensitivitas merupakan efek amoksisilin yang paling  penting. Determinan antigenik utama dari hipersensitivitas amoksisilin

adalah metabolitnya, yaitu asam penisiloat yang dapat menyebabkan reaksi imun. Sekitar 5% pasien mengalami hal ini, berkisar dari kulit kemerahan berupa makulopapular sampai dengan angioderma (ditandai dengan bengkak di bibir, lidah, areaperiorbital) serta anapilaktik. Reaksi alergi silang terjadi diantara sesama antibiotika β-laktam. Efek samping seperti diare karena amoksisilin lebih rendah daripada akibat penggunaan ampicillin. Selain itu efek sampingnya seperti gangguan GI dan radang kulit lebih jarang terjadi (Mycek  et al , 2001).

g. Kontraindikasi

Hipersensitifitas terhadap penisilin, hati-hati pada penderita yang memiliki gangguan ginjal, hati dan sistem hematologi (Lasy et.al., 2004). Hati-hati pada penderita dengan infeksi mononukleus karena dapat menimbulkan ruam (McEvoy, 2002).

(36)
(37)

h. Peringatan

Peringatan dalam mengkonsumsi amoksisilin antara lain:

a. Amoksisilin pada ibu hamil diberikan jika benar-benar diperlukan saja. Hal ini karena amoksisilin terdistribusi pada ASI sehingga menyebabkan reaksi sensitivitas pada bayi. Dengan demikian  penggunaan amoksisilin tidak dianjurkan pada ibu menyusui.

 b. Hati-hati pada pasien dengan kelainan  phenylketonuria (defisiensi genetik homozigot dari phenylalanin hidroksilase) dan kelainan lain yang intake phenylalanin dalam tubuh perlu dibatasi. Formula Amoksisilin dengan rute per oral yang mengandung aspartam akan di metabolisme di dalam saluran pencernaan menjadi  phenylalanine. Sehingga formulasi serbuk Amoksisilin untuk 

suspensi oral tidak seharusnya menggunakan aspartam.

(McEvoy, 2002).

i. Penyimpanan

Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya (Depkes RI, 1995).

 j. Dosis

Dosis amoksisilin untuk anak-anak 

Dewasa : 250-500 mg x 3 ( tiap 8 jam ) Anak-anak : 20 mg/ kg BB/ hari

(38)
(39)

3.2. Tinjauan Fisikokimia Bahan Obat dan Bahan Tambahan a. Monografi Bahan obat

3.2.1. Amoksisilin

a) Struktur kimia

Gambar 2. Strukur kimia amoksisilin Rumus molekul : C16H19 N3O5S.3H2O

Berat molekul : 365,4 g/mol (anhidrat): 419,45 g/mol  b) Pemerian

Serbuk hablur, putih, praktis tidak berbau. Amoksisilin mengandung tidak kurang dari 90,0% C16H19 N3O5S, dihitung

terhadap zat anhidrat. Mempunyai potensi setara dengan tidak  kurang dari 900 µg dan tidak lebih dari 1050 µg per mg C16H19 N3O5S, dihitung terhadap zat anhidrat.

c) Kelarutan

Sukar larut dalam air dan metanol; tidak larut dalam benzene, dalam karbon tetraklorida dan dalam kloroform.

(Depkes RI, 1995). d) Stabilitas

Amoksisilin yang merupakan derivat penicillin mengalami hidrolisis yang mendergadasi produksi cincin ß-laktam (Lund, 1994). Stabilitas amoksisilin menurut USP yaitu: tidak  stabil terhadap paparan cahaya, terurai pada suhu 30-35ºC dan stabil pada pH antara 3,5-5,5 (BP) atau pH 3,5 sampai 6,0.

(40)
(41)

e) Farmakokinetika

 Plasma half-life : kurang lebih 1 jam; meningkat  pada pasien dengan kerusakan ginjal Volume of distribution : 0.2 - 0.4 L/kg

 Plasma clearance : 3 - 5 mL/ min/ kg Ikatan protein plasma : 20%

(Moffat et al ., 2004) f) Dosis

Oral 3 dd 375-1000 mg, anak-anak < 10 tahun 3 dd 10 mg/kg, 3-10 tahun 3 dd 250 mg, 1-3 tahun 3 dd 125 mg, 0-1 tahun 3 dd 100 mg (Fitriani, 2010).

 b. Monografi Bahan Tambahan

3.2.2. Carboxymethylcellulosum Natrium a) Struktur kimia

Gambar 3. Struktur kimia CMC Na  b) Sifat Fisikokimia

Berat Jenis : 0.52 g/cm3  p K a : 4.30

Titik leleh : 227°C - 252°C c) Organoleptis

CMC-Na adalah serbuk atau granul, putih sampai krem, higroskopik.

(42)
(43)

Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal, tidak larut dalam etanol, dalam eter dan dalam pelarut organik lain

(Depkes RI, 1995). e) Stabilitas dan penyimpanan

CMC Na merupakan senyawa yang stabil dan bersifat higroskopis. Pada kondisi penyimpanan dengan kelembaban yang tinggi CMC Na dapat menyerap air > 50%. Pada larutan air CMC Na stabil dalam pH 2-10, dan akan terjadi  pengendapan pada pH dibawah 2, serta penurunan viskositas

dapat terjadi dengan cepat pada pH diatas 10. f) Ketidakcampuran

CMC Na tidak tercampur pada larutan yang bersifat asam kuat, dan dengan garam  –  garam logam yang dapat larut seperti alumunium, merkuri, dan seng. Pengendapan kemungkinan terjadi pada pH dibawah 2 dan juga dapat terjadi bilamana CMC Na dicampur dengan etanol (95%). g) Kegunaan

Sebagai bahan pensuspensi, peningkat viskositas, coating  agent, stabilizing agent dan penyerap air.

h) Penggunaan zat tambahan

CMC Na dapat digunakan baik pada sediaan oral maupun topikal. Sebagai bahan pengikat, CMC Na digunakan dalam konsentrasi 1,0- 6,0%

(44)
(45)

3.2.3. Sodium Benzoat a) Struktur kimia

Gambar 4. Struktur kimia natrium benzoate Rumus molekul : C7H5 NaO2

Berat molekul : 144,11 g/mol  b) Organoleptis

Granul atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau praktis tidak berbau, stabil diudara.

c) Kelarutan

Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dan lebih mudal larut dalam etanol 90%.

d) Kegunaan

Menghambat pertumbuhan mikroba.

(Depkes RI, 1995). e) Penggunaan

Sodium benzoat banyak digunakan pada sediaan farmasi. Adapun penggunaan sodium benzoat dalam sediaan farmasi adalah sebagai berikut :

Penggunaan Konsentrasi % Injeksi IM dan IV Larutan Oral Larutan Suspensi Sirup Oral Sediaan Topikal Sediaan Vaginal 0,17 0,001-0,1 0,1 0,15 0,1-0,2 0,1-0,2

(46)
(47)

f) Inkompatibilitas

Efektifitas pengawet akan dihambat dengan adanya kaolin. (Rowe, et. al ., 2003).

3.2.4. Laktosa

a) Struktur kimia

Gambar 5. Struktur kimia laktosa Rumus molekul : C12H22O11

 b) Organoleptis

Serbuk atau masa hablur, keras, putih atau putih krem. Tidak   berbau dan rasa sedikit manis. Stabil di udara, tetapi mudah

menyerap bau. c) Kelarutan

Mudah (dan pelan-pelan) larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air mendidih; sangat sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.

(Depkes RI, 1995). d) Kegunaan

Sebagai bahan pengikat dan pemanis. e) Ketidakcampuran

Laktosa anhidrat tidak bercampur dengan oksidator kuat. Ketika dicampur dengan leukonutrien hidrofobik antagonis dan laktosa anhidrat atau laktosa monohidrat yang disimpan 6 minggu pada suhu 400C dan 75% RH, campuran yang mengandung laktosa anhidrat memperlihatkan ketercampuran dan degradasi obat.

(48)
(49)

3.2.5. Asam Sitrat

a) Struktur kimia

Gambar 6. Struktur kimia asam sitrat Rumus molekul : C6H8O7

Berat molekul : 192,12 g/mol  b) Organoleptis

Hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur granul sampai halus, putih; tidak berbau atau praktis tidak berbau; rasa sangat asam. Bentuk hidrat mekar dalam udara kering. c) Kelarutan

Sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol; agak sukar larut dalam eter .

(Depkes RI, 1995). d) Kegunaan

Pengatur keasaman, antioksidan, penyagga (buffer), pengikat rasa. Asam sitrat yang bisa digunakan adalah 0,1-2% sebagai  buffer, dan 0,3-2 % sebagai pengikat rasa.

e) Stabilitas

Asam sitrat monohidrat kehilangan air saat kristalisasi pada udara kering atau saat dipanaskan pada suhu 40ºC. Sedikit mencair pada udara lembab. Asam sitrat monohidrat disimpan pada tempat sejuk dan kering.

f) Ketidaktercampuran

(50)
(51)

Asam sitrat juga tidak bercampur dengan oksidator, basa, reduktor dan nitrat. Potensial dapat meledak apabila dikombinasikan dengan logam nitrat. Pada penyimpanan, sukrosa dapat mengkristal dari sirup dengan keberadaan asam sitrat.

(Rowe, et. al ., 2003).

3.2.6. Sorbitol

a) Struktur kimia

Gambar 7. Struktur kimia sorbitol Rumus molekul : C6H14O6

Berat molekul : 182,17 g/mol  b) Organoleptis

Sorbitol berupa serbuk, granul atau lempengan; higroskopis; warna putih rasa manis.

c) Kelarutan

Sangat mudah larut dalam air; sukar larut dalam etanol; dalam methanol dan dalam asam asetat.

(Depkes RI, 1995). d) Stabilitas

Sorbitol secara kimia relatif inert dan dapat bercampur  dengan sebagian besar bahan tambahan. Sorbitol stabil dalam udara tanpa kehadiran katalis atau dingin, asan encer atau alkalis. Sorbitol tidak mudah menguap, terbakar, tidak   bersifat korosif. Sorbitol tahan terhadap fermentasi oleh mikroorganisme, walaupun begitu sebaiknya sediaan

(52)
(53)

e) Inkompatibilitas

Sorbitol dapat membentuk khelat yang larut air dengan ion logam bivalen atau trivalent dalam suasana asam kuat atau kondisi basa. Penambahan PEG kedalam larutan sorbitol, dengan pengocokan kuat memproduksi “waxy”, gel yang terlarut dalam air dengan titik leleh 35-40ºC. Larutan sorbitol  juga bereaksi dengan besi oksida menjadi tidak berwarna. f) Penggunaan

 Humectan, plastizer , pemanis. Sorbitol dapat digunakan sebagai humectan dalam konsentrasi 3-15 %, sebagai anti caplocking 15-30 %, dan sebagai pengikat sebesar 25-90 %.

(Rowe, et. al ., 2003).

3.3. Bentuk sediaan, dosis dan cara pemakaian 3.3.1. Bentuk sediaan : sirup kering

3.3.2. Dosis

a. Dosis amoksisilin untuk anak-anak 

Dewasa : 250-500 mg x 3 ( tiap 8 jam ) Anak-anak : 20 mg/ kg BB/ hari

(IAI, 2010)  b. Dosis Khusus Untuk Infeksi Tertentu

1. Infeksi Saluran Pernafasan Atas 1.1.Untuk infeksi sedang:

a) Dewasa dan anak-anak ≥ 40 kg : 500 mg setiap 12 jam atau 250 mg tiap 8 jam.

 b) Anak-anak > 3 bulan dan < 40 kg : 45 mg/ Kg BB/ hari terbagi, tiap 12 jam, atau 40 mg/ Kg BB/ hari terbagi tiap 8  jam.

1.2.Untuk infeksi berat:

(54)
(55)

 b) Anak-anak > 3 bulan dan < 40 kg : 45 mg/KgBB/hari terbagi, tiap 12 jam, atau 40 mg/ Kg BB/ hari terbagi tiap 8  jam.

2. Infeksi saluran pernafasan bawah:

a) Dewasa dan anak-anak ≥ 40 kg : 875 mg tiap 12 jam, atau 500 mg tiap 8 jam.

 b) Anak-anak > 3 bulan dan < 40 kg : 45 mg/ Kg BB/ hari terbagi, tiap 12 jam, atau 40 mg/ Kg BB/ hari terbagi tiap 8 jam.

(Novak, 2004). 3.3.3. Cara Pemberian

Cara pemberian dilakukan secara per oral. Sediaan sirup kering ini direkonstitusi terlebih dahulu dengan cara menambahkan aquades sampai tanda batas 100 mL pada botol.

(56)
(57)

BAB IV FORMULASI

4.1. Permasalahan

1. Amoksisilin sukar larut dalam air.

2. Rasa dari amoksisilin pahit sehingga kurang disukai anak-anak. 3.  pH amoksisilin selama penyimpanan dapat berubah.

4. Bahan tambahan CMC Na bersifat higroskopis sehingga kurang stabil jika digunakan dalam sirup kering.

5. Dalam formulasi, air digunakan sebagai pelarut, sehingga kemungkinan  besar akan tumbuh mikroba dalam sediaan selama penyimpanan  pemakaian.

6. Formulasi mengandung gula dalam jumlah yang cukup besar sehingga dapat menyebabkan caplocking.

4.2 Pencegahan Masalah

1. Karena amoksisilin akan dibuat menjadi bentuk sediaan sirup kering yang akan dilarutkan dalam air, sedangkan amoksisilin memiliki sifat sukar  larut dalam air, maka dalam formula ditambahkan CMC Na sebagai  suspending agent .

2. Karena amoksisilin memiliki rasa yang pahit, maka ditambahkan sejumlah  pemanis seperti laktosa, sorbitol dan perasa tambahan sebagai coringent   saporis. Dalam praktikum ini digunakan perisa coklat sebagai coringent   saporis.

3. Stabilitas pH amoksisilin berkisar dari 5,0 sampai 7,0 (Kohli dan Shah, 1998), sehingga untuk mencegah perubahan pH yang ekstrim selama  proses produksi dan pemasaran, maka dalam formula ditambahkan buffer 

asam sitrat 0,5% untuk menjaga kestabilan pH.

4. Setelah seluruh bahan dicampur kecuali amoksisilin, campuran serbuk  kemudian dioven pada suhu 50ºC selama ± 20 menit untuk menghilangkan

(58)
(59)

kandungan air dalam serbuk. Amoksisilin tidak boleh dioven karena dapat terurai pada suhu > 300C.

5. Digunakan methyl paraben dan propyl paraben sebagai zat pengawat karena kelarutan dalam air tinggi. Karena zat pengawet berfungsi baik   pada zat yang larut air.

6. Untuk mencegah caplocking maka ditambahkan propylenglicol yang  berfungsi sebagai anticaplocking.

4.3. Formula Standar

a. Amoxicillin For Oral Suspension Tiap 5 mL sirup mengandung :

Amoksisilin trihidrat setara dengan Amoksisilin 125 mg.

Ukuran batch 60 kg dihasilkan 2940 botol dengan volume 40 mL.

 No. Bahan Jumlah

1. Amoxicillin Trihydrate 3,8 kg 2. Carboximethylcellulose Sodium 1,1 kg

3. Aerosil 450 g

4. Colour Tartrazine 12 g

5. Sodium Benzoate 270 g

6. Sugar Pharm. Grade 54 kg

7. Pineapple Flavour Dry 600 g

(Kohli dan Shah, 1998)

 b. Amoxycillin dry syrup (5% = 500 mg/10 mL = 250 mg/5 mL)

 No. Bahan Jumlah

1. Amoksisilin Trihydrate 5 g

2. Sodium Citrate 5 g

3. Citric Acid, Crystalline 2,1 g

4. Sodium Gluconate 5 g

(60)
(61)

6. Kollidon CL-M (1) 6 g 7. Orange Flavour 1,5 g 8. Lemon Flavour 0,5 g 9. Saccharin Sodium 0,4 g (Buhler, 1998) c. Amoxil®

Suspensi Oral Amoxicillin trihydrate (200 mg/5 mL dan 250 mg/5 mL)  No Bahan

1. Amoxicillin Trihydrate 2. sodium citrate

3. Citric acid crystalline 4. Sodium gluconate 5. Sodium crstaline 6. Sucrose 7. Xanthan gum 8. Flavoring (Anonim , 2009)

4.4. Formulasi yang akan diajukan dalam praktikum

Sediaan yang akan dibuat dengan volume 100mL (125 mg/5mL) dimana  bobot serbuk dalam volume 100 mL sirup kering adalah 51 g.

Bobot serbuk 60 kg = 2940 botol

20,40 g= 1 botol = 40 mL

Untuk 100 mL = 100mL/40 mL x 20,40 g = 51 g Maka perhitungannya:

a. Amoksisilin

Sediaan yang akan dibuat sebanyak 100mL dengan konsentrasi amoksisilin sebanyak 125mg dalam 5mL, sehingga:

(62)
(63)

= 25 mg 1 botol = 100 mL

= 100 ml x 25 mg = 2500 mg

= 2,5 g

 b. CMC-Na pada sediaan digunakan 1 % b/v : 1g mL 100 mL 100 gram 1   x c. Sodium Benzoat = 51g 100mL 0,5  = 0,25 gram d. Asam sitrat

Menurut FI IV, penggunaan asam sitrat adalah sebagai buffer. Penggunaan asam sitrat adalah sebagai buffer dan pengikat rasa. Menurut pustaka, konsentrasi asam sitrat sebagai buffer adalah 0,1-2% dan sebagai pengikat rasa adalah 0,3-2%.

Penambahan asam sitrat sebagai buffer adalah 0,714% = 0,714 g. Asam sitrat yang digunakan sebagai dapar adalah :

Menurut persamaaan Handerson-Haselbach

6 = 6,40 + log C6H8O7/ C6H8O7.H2O

- 0,40 = log log C6H8O7/ C6H8O7.H2O

0,398 = C6H8O7/ C6H8O7.H2O

C6H8O7.H2O.( 0,398) = C6H8O7

Persamaan Koppel Spiro Van Styke

Ka = antilog (- pKa) = antilog (-6,4) = 3,98. 10 -7 H = antilog (- pH) = antilog ( -6) = 1.10 -6

(64)
(65)

0,1 =

  

3,98.10 1.10

) 10 . 1 ( 10 (3,98. c 3 , 2 6 -7 6 -7    0,1 =

-6

2 -13 10 . 398 , 1 ) 10 (3,98. c 2,3 0,1 = 2,3 c (2,84) c = 0,015 mol/L c = (garam) + (asam) 0,015 = (C6H8O7) + (C6H8O7.H2O) = 0,398 (C6H8O7) + (C6H8O7.H2O) 0,015 = 0,398 (C6H8O7) C6H8O7 = 0,037 g C6H8O7.H2O = (0,037 x 0,398) = 0,014 g BM C6H8O7 = 192,12

Dapar yang diperlukan untuk 1 L sediaan: C6H8O7 = 0,037 g

C6H8O7.H2O = 0,014 g

C6H8O7 = 0,037 x 192 = 7,14 gram/ L

Dapar yang diperlukan untuk 200 mL sediaan:

mL 1000 mL 200 x L gram/ 7,14 O H C6 8 7  C6H8O7 = 1,428 g C6H8O7 = 0,714 g dalam 100 mL sediaan e. Sorbitol Sorbitol = 51 g x 100 15 = 7,65 g f.Laktosa = 51 g – (2,5 g + 1 g+ 0,25 g+ 0,714 g+ 7,65 g) = 38,8 g

(66)
(67)

Table Penimbangan

Dibuat sirup kering amoksisilin 125mg/ 5mL sebanyak 5 botol dengan volume tiap botol 100mL. (Rowe et al , 2003) No Bahan Jumlah (1 botol) Jumlah (5 botol) %b/v Range (%b/v) Fungsi

1. Amoksisilin 2,5 g 12,5 g 2,5 %  –  Zat aktif 

2. CMC Na 1 g 5 g 1 % 1 – 6% 0,1 – 1% Pengikat Suspending  agent  3. Sodium Benzoat 0,25 g 1,25 g 0,49 % 0,02-0,5% Pengawet 4. Laktosa 38,8g 194 g 76%  –  Pengisi 5. Sorbitol 7,65 g 38,25 g 15 % 15-30 %  Anti caplocking  6. Asam sitrat 0,714 g 2,5 g 1,4 % 0,1 – 2% 0,3 – 2% Buffer  Pengikat rasa 7. Perisa dan  pewarna coklat q.s q.s - - Perasa dan  pewarna Total bahan 50,914 g

(68)
(69)

BAB V

ALAT DAN BAHAN

5.1. Alat a. Ayakan Mesh 60  b. Ayakan Mesh 20 c. Oven d. Timbangan e. Gelas ukur  f. Sendok tanduk  g. Pipet tetes h. Batang pengaduk  i. Beaker glass  j. Botol coklat 150 mL k. Mortir dan stamper  l. Kemasan dan etiket 5.2. Bahan a. Amoksisilin  b. Asam sitrat c. Sodium sitrat d. Sodium benzoat e. Sorbitol f. Laktosa g. CMC Na

(70)
(71)

BAB VI

PROSEDUR KERJA

6.1. Cara Kerja

1. Botol kaca gelap di tera 150 mL.

2. Amoksisilin diambil kemudian diayak dengan pengayak mesh 60.

3. Ambil dan timbang bahan yang digunakan antara lain : Amoksisilin 2,5 g, CMC Na 1 g, Sodium Benzoat 0,25 g, Laktosa 38,8 g, Sorbitol 7,65 g, Asam Sitrat 0,714 g.

4. Sorbitol dimasukkan ke dalam mortir, ditambahkan laktosa sama banyak  dengan jumlah sorbitol. Digerus hingga homogen.

5. Ditambahkan asam sitrat 0,714 g, digerus hingga homogen.

6. Ditambahkan pewarna dan perasa coklat sedikit demi sedikit ke dalam mortir tersebut. Digerus hingga homogen.

7. Lalu sisa laktosa dimasukkan ke dalam mortir dan digerus hingga homogen.

8. Sodium benzoat sebanyak 0,25 g dimasukkan kedalam mortir, digerus hingga homogen.

9. Ditambahkan 1 g CMC Na kedalam mortir, digerus hingga homogen.

10. Campuran serbuk dikeringkan didalam oven dengan suhu < 500C selama ± 15 menit.

11. Setelah dikeringkan, kedalam campuran serbuk kemudian ditambahkan 2,5 g amoksisilin, digerus hingga homogen.

12. Campuran serbuk lalu diayak dengan pengayak mesh 20.

13. Campuran serbuk kemudian dimasukkan kedalam botol kaca gelap yang sebelumnya telah ditera 150 mL.

(72)
(73)

Pembuatan Sediaan Sirup Kering Amoxicillin

Ditera 150 mL

Diayak dengan menggunakan mesh 60, kemudian ditimbang sebanyak 2,5 gram

Ditimbang sesuai dengan perhitungan dalam tabel  penimbangan

Dimasukkan dalam baskom, diaduk secara manual

Ditambahkan ke dalam baskom, diaduk secara manual hingga homogen (Campuran 1)

Dimasukkan satu persat ke dalam campuran 1, diaduk  hingga homogen

Ditambahkan sebanyak 3 tetes, diaduk hingga homogen

Perisa coklat

CMC Na, Amoxicillin, Asam sitrat dan Sorbitol

Pewarna coklat Laktosa + Sorbitol

CMC Na, Asam sitrat, Na Benzoat, Laktosa dan Sukrosa

Amoxicillin Botol 150 mL

(74)
(75)

Diayak dengan mesh 10, dikeringkan dalam oven dengan suhu <35C hingga campuran serbuk

benar- benar kering dan diayak kembali dengan menggunakan mash 20

Dimasukkan ke dalam botol kaca gelap, kemdian diberi etiket dan dimasukkan ke dalam kemasan

5.1 Evaluasi Granul Sirup Kering Amoxicillin 5.2.1 Uji Organoleptis

Dimasukkan ke dalam beaker glass

5.2.2 Penentuan Waktu Kecepatan Alir 

Dimasukkan ke dalm corong pisah dengan lubang pada bagian bawahnya tertutup, diratakan permukaannya

Diberi alas kertas dan katup corong diputar  sehingga lubang pada bagian bawahnya Granul pada corong

Granul

Damati warna, bau dan bentuk  granul

Granul

Sediaan Sirup Kering Amoxicillin Granul

(76)
(77)

Dihidupkan dan dicatat waktu yang diperlukan granul untuk keluar dari corong

5.2.3 Penetapan Sudut Diam

Dimasukkan ke dalm corong pisah dengan lubang pada bagian bawahnya tertutup, diratakan permukaannya

Diberi alas kertas dan katup corong diputar  sehingga lubang pada bagian bawahnya terbuka

Diperoleh dengan cara menghitung cotangent  antara tinggi dan garis tengah alas bukit

5.2.4 Distribusi Ukuran Partikel

Diayank dengan menggunakan Shieve Shaker  (No. 20, 40, 60 dan 80) selama 5 menit dengan Power 10

Granul

Sudut diam yang baik adalah kurang dari 25

Sudut diam Granul pada corong

Granul

Kecepatan alir yang baik tidak  kurang dari 4 gram/detik 

(78)
(79)

Ditimbang hasil ayakan sari masing-masing mash

5.2.5 Uji Kompresibilitas

Dimasukkan ke dalam gelas ukur dan dicatat volumenya. Gelas ukur kemudian diletakkan  pada alat uji Tap and Bulk Density

Diketuk-ketuk dengan kecepatan 500 kali hingga tidak terjadi pengurangan volume, kemudian dicatat volume mampatnya

5.3 Evaluasi Sediaan Sirup Kering Amoxicillin 5.3.1 Homogenitas Sediaan

Dilarutkan dengan air hingga mencapai volume 100 mL

Ditamati kecepatan mengendap dan Sediaan suspensi sirup kering

Sediaan sirup kering % Kompresibilitas : 100% mampat  bobot nyata  bobot -mampat  bobot  Granul pada alat

Granul

Presentase fines yang dikehendaki 10-20%

(80)
(81)

5.3.2 Uji Organoleptis

Dilarutkan dengan air hingga mencapai volume 100 mL, kemudian sedikit suspensi dipindahkan ke dalam beaker glass

5.3.3 Volume Terpindahkan

Dilarutkan dengan air hingga mencapai volume 100 mL

Dituangkan kedalam gelas ukur kering dengan kapasitas gelas ukur yang tidak melebihi 2,5 kali volume yang diukur dan telah dikalibrasi dan didiamkan selama 30 menit

5.3.4 Pengukuran pH

Dilarutkan dengan air hingga mencapai Sediaan Sirup kering

Dicatat volumenya Sediaan suspensi sirup kering

Sediaan sirup kering

Diamati bentuk, rasa, bau, warna dari sediaan sirup kering tersebut

Sediaan sirup kering Sediaan yang baik tidak boleh

cepat mengendap dan jika mengendap, endapan harus segera

(82)
(83)

Diukur pH sediaan dengan menggunakan alat  pH meter 

5.3.5 Uji Waktu Rekonstitusi

Dilarutkan dengan air hingga mencapai volume 100 mL

5.3.6 Volume Sedimentasi

Dilarutkan dengan air hingga mencapai volume 100 mL, didiamkan selama ± 1 hari

5.3.7 Uji Viskositas

Dilarutkan dengan air hingga mencapai volume 100 mL

Sediaan suspensi sirup kering Sediaan sirup kering Dicatat volume sedimentasinya

Sediaan sirup kering Dicatat waktu yang diperlukan

hingga membentuk suspensi sempurna

Sediaan sirup kering

Dicatat pH sediaan yang diperoleh Sediaan suspensi kering

(84)

Gambar

Gambar 4. Struktur kimia natrium benzoate Rumus molekul : C 7 H 5  NaO 2
Table Penimbangan

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil perhitungan incidence rates didapat bahwa terdapat 4 kasus waktu kerja yang hilang karena injuries per 200.000 manhours, 5 korban kecelakaan yang terjadi per 100

Our results showed that dengue outbreak was associated with rainfall, humidity, temperature, built-up area considered to represent urbanization, urbanization and

Hasil dar i evaluasi administr asi, teknis dan har ga Penyedia Bar ang dinyatakan lulus, kar ena dapat memenuhi semua per syar atan yang ditetapkan dalam Dokumen

The study was conducted in Kersa District of Jimma zone, Oromia National Regional state, Ethiopia with the objective developing map of malaria risk, which identify and

Hasil dar i evaluasi administr asi, teknis dan har ga Penyedia Bar ang dinyatakan lulus, kar ena dapat memenuhi semua per syar atan yang ditetapkan dalam Dokumen

KonSoRSIUM Pembaruan Agraria (KPA), Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif (JKPP), Rimbawan Muda Indonesia (RMI) dan Sajogyo Institute (Sains) telah melakukan Studi Pendahuluan

Analisis kemampuan penalaran matematis siswa dalam menyelesaikan masalah matematika dengan tahapan pemecahan masalah matematika. Memahami

Telekomunikasi Indonesia Tbk terhadap Isi dan Rubrik Majalah PATRIOT 135 sebagai media komunikasi internal perusahaan adalah sebagian besar karyawan berpendapat bahwa