• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERINGATAN!!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERINGATAN!!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim. Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi 2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini 3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah 4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah Selamat membaca !!!. Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh. UPT PERPUSTAKAAN UNISBA.

(2) HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP TEKNIK PENERAPAN DISIPLIN DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL (Studi Hubungan antara Persepsi terhadap Teknik Penerapan Disiplin Power Assertion, Love Withdrawal, dan Induction pada Remaja Putri Usia 15-18 Tahun di Panti Sosial Asuhan Anak Taman Harapan Muhammadiyah Bandung). SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Dalam Menempuh Sidang Sarjana Pada Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung. Oleh : Devi Permata Surya NPM. 10050003141. UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG FAKULTAS PSIKOLOGI 2010.

(3) LEMBAR PENGESAHAN HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP ASPEK-ASPEK TEKNIK PENERAPAN DISIPLIN DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL (Studi Hubungan antara Persepsi terhadap Teknik Penerpaan Disiplin Power Assertion, Love Withdrawal, dan Induction pada Remaja Putri Usia 15-18 Tahun di Panti Sosial Asuhan Anak Taman Harapan Muhammadiyah Bandung) Nama. : Devi Permata Surya. NPM. : 10050003141. Bandung, Februari 2010 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG. Menyetujui,. Dra. Sulisworo Kusdiyati, M.Psi.. Hj. Reni A. Soemitro, Dra., M.Si.. Pembimbing I. Pembimbing II. Mengetahui,. DR. Umar Yusuf, Drs., M.Si., Psikolog Dekan Fakultas Psikologi.

(4) ABSTRAK Devi Permata Surya (10050003141), Hubungan antara Persepsi terhadap Teknik Penerapan Disiplin dengan Penyesuaian Sosial (Studi Hubungan antara Persepsi terhadap Teknik Penerapan Disiplin Power Assertion, Love Withdrawal, dan Induction pada Remaja Putri Usia 15-18 Tahun di Panti Sosial Asuhan Anak Taman Harapan Muhammadiyah Bandung) Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu asuh di Panti Sosial Asuhan Anak Taman Harapan Muhammadiyah Bandung, didapat fenomena yaitu, ada remaja putri yang mencuri dan merokok , berpacaran dan memfitnah sesama anak panti. Disisi lain berdasarkan wawancara terhadap remaja putri, diperoleh mereka mempersepsikan tingkah laku mereka dibatasi oleh kekuasaan ibu asuh seperti anak harus mematuhi semua keinginan ibu asuh, ini merupakan indikator teknik disiplin Power Assertion; kemudian ada remaja putri yang mempersepsikan ibu asuh tidak memberikan perhatian serta kasih sayang, seperti tidak mempedulikan mereka karena tidak dapat memenuhi keinginan ibu asuh, yang merupakan indikator teknik disiplin Love Withdrawal. Ada juga remaja putri yang mempersepsikan bahwa ibu asuh memberikan memberikan penjelasan mana tingkah laku baik dan buruk seperti menjelaskan mengapa tidak diperbolehkan membawa handphone ke dalam panti asuhan, hal ini merupakan indikator dari teknik disiplin Induction. Tujuan dilakukan penelitian untuk memperoleh data empiris tentang sejauh mana hubungan teknik penerapan disiplin Power Assertion, Love Withdrawal dan Induction dengan penyesuaian sosial remaja putri usia 15-18 tahun yang tinggal di Panti Sosial Asuhan Anak Taman Harapan Muhammadiyah Bandung. Hipotesis yang diajukan adalah semakin tinggi remaja putri mempersepsikan teknik disiplin yang diterapkan panti asuhan mengarah pada teknik disiplin Love-withdrawal maka semakin buruk penyesuaian sosial di lingkungan panti asuhan; semakin tinggi remaja putri mempersepsikan teknik disiplin yang diterapkan panti asuhan mengarah pada teknik disiplin Power Assertion maka semakin buruk penyesuaian sosial di lingkungan panti asuhan; semakin remaja putri mempersepsikan teknik disiplin yang diterapkan panti asuhan mengarah pada teknik disiplin Induction maka semakin baik penyesuaian sosial di lingkungan panti asuhan. Variabel pertama dalam penelitian ini adalah persepsi remaja putri terhadap teknik disiplin yang diterapkan oleh panti asuhan dan variabel kedua adalah penyesuaian sosial remaja putri dalam panti asuhan. Alat ukur yang digunakan untuk persepsi terhadap teknik penerapan disiplin dan penyesuaian sosial ini berdasarkan pada teori teknik penerapan disiplin dari Martin Hoffman. Populasi dalam penelitian ini remaja putri di panti asuhan Muhammadiyah Bandung, pengambilan subjek dilakukan dengan menggunakan teknik studi purposive sampling sebanyak 40 orang. Untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel digunakan metode korelasional. Data yang diperoleh berupa data ordinal, pengolahan menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Berdasarkan pengolahan data, diperoleh hubungan antara persepsi terhadap teknik penerapan disiplin Power Assertion dengan penyesuaian sosial remaja putri dengan rs= -0,424 dengan korelasi sedang. Sedangkan hubungan antara persepsi terhadap teknik penerapan disiplin Love Withdrawal dengan penyesuaian sosial remaja putri dengan rs= -0,576 dengan korelasi sedang. Kemudian hubungan antara persepsi terhadap teknik penerapan disiplin Induction dengan penyesuaian sosial remaja putri dengan rs= 0,684 dengan korelasi sedang. i .

(5) KATA PENGANTAR Bismillahhirrahmaanirrohim Assalamu’alaikum Wr. Wb., Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, atas. berkah dan limpahan. rahmat-Nya yang tidak pernah terputus atas makhluk-Nya, serta hidayah yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Sungguh suatu kebanggan tersendiri bagi penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk menempuh ujian sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung. Dalam skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Persepsi Terhadap Aspek-aspek Penerapan Disiplin Dengan Penyesuaian Sosial (Studi Hubungan antara Persepsi terhadap Teknik Penerapan Disiplin Power Assertion, Love Withdrawal, dan Induction pada Remaja Putri Usia 15-18 Tahun di Panti Sosial Asuhan Anak Taman Harapan Muhammadiyah Bandung), peneliti mencoba memperoleh gambaran yang kongkrit mengenai persepsi remaja putri terhadap penerapan disiplin yang ada di Panti Asuhan Muhammadiyah dan kaitannya dengan penyesuaian sosial mereka di dalam panti asuhan tersebut, sehingga pengambilan data melalui observasi, wawancara, dan pemberian alat ukur serta pengujian statistik yang menghasilkan kesimpulan penelitian yang sesuai dengan hipotesis dalam penelitian ini. Setelah itu peneliti memberikan rancangan intervensi sebagai bentuk saran dalam penanganan masalah antara Panti Asuhan Muhammadiyah dan remaja putri yang dibina. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak dan penulis juga sadari sepenuhnya bahwa hasil skripsi ini jauh dari sempurna. ii .

(6) tetapi penulis harapkan dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan mahasiswa dan bagi masyarakat dan bagi masyarakat pada umumnya. Selama menempuh studi serta dalam penulisan penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan, doa serta masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.. Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan yang tidak sanggup hamba hitung banyaknya.. 2.. Mama dan Papa yang selalu mendo’akan, mencintai tanpa pamrih, dan mendukung penulis tanpa henti. “ I Love you!”.. 3.. Sulisworo Kusdiyati, Dra., M.Si, selaku pembimbing I yang selalu membimbing penulis dengan kesabaran dalam membimbing, meluangkan waktu dalam kesibukannya yang padat, dan juga selalu memberikan semangat kepada penulis. Semoga Allah menjadikan semua kebaikan ibu sebagai amal jariyah yang pahalanya tidak terputus.. 4.. Dra. Reni A. Soemitro, Dra., M.Si, selaku pembimbing II yang selalu memberikan ilmuilmunya, memberikan masukan serta koreksi, meluangkan waktu dalam kesibukannya yang padat luar biasa, saya mohon maaf karena sering mengganggu di tengah kesibukan ibu. Semoga Allah menjadikan semua kebaikan ibu sebagai amal jariyah yang pahalanya tidak terputus.. 5.. DR. Umar Yusuf, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung.. 6.. Hj. Yuli Aslamawati, Dra., M.Pd, selaku dosen wali yang membimbing penulis dengan penuh kebijakan selama menjalankan perkuliahan di Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung.. 7.. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga, serta karyawan Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung yang telah membantu dalam penyelenggaraan perkuliahan selama ini.. iii .

(7) 8.. Adik-adikku tercinta Anggi dan Irfan, kakakku Yudha yang selalu mendukung penulis dengan memberikan semangat dari awal penulisan hingga terakhir .. 9.. Edola Riono, yang selalu ada dan bersedia membantu penulis, mendukung penulis tanpa henti, memberikan semangat dan senyumnya di tengah-tengah kesibukannya. Semoga Allah selalu memberikan limpahan rejeki dan kebaikan kepadanya.. 10.. Sahabat-sahabatku, semoga persahabatan yang sudah kita bina sejak semester 1, akan terus langgeng sampai tua. Alm. Laely (terimakasih sudah pernah ada dalam kehidupan penulis dan selalu mendukung penulis dalam hal apapun), Diah, Indah, Yanti, Yani, Vidi, Arga, Vriska, Angki, dan Vivi, semoga sukses serta mendapatkan apa yang kalian inginkan. Terimakasih karena selalu memberikan dukungan, bantuan, dan selalu ada untuk penulis.. 11.. Sahabatku, Yana, Sita, Echi, Rifki dan Rizqi yang selalu memberikan dukungan moril dalam penulisan skripsi ini.. 12.. Kang Aulia, terimakasih atas bantuan dan sarannya untuk kemajuan skripsi penulis.. 13.. Teman-teman angkatan 2003 dan 2004, yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, yang telah berjuang bersama selama perkuliahan, “ Ayo selalu semangat!”.. 14.. Adik-adikku di panti asuhan Putri Muhammadiyah, terimakasih atas kerjasama dan bantuannya kepada penulis.. 15.. Ibu-ibu pengasuh di Panti, terimakasih atas waktunya dan informasinya dalam penulisan skripsi ini. Jazakallahu Khairan Katsiran, semoga kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada. penulis, akan dibalas dengan pahala yang sesuai oleh Allah SWT. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Bandung, Januari 2009 Penulis,. Devi Permata Surya iv .

(8) . 

(9) 

(10)

(11)  

(12) 

(13)  

(14)  

(15) 

(16)      

(17)

(18)

(19)  

(20)   

(21)

(22)  

(23)  

(24) 

(25)

(26)  

(27) 

(28) 

(29)

(30)   

(31)   

(32)  

(33) 

(34)  

(35)   

(36)  

(37)  

(38) 

(39)  

(40)  

(41)  

(42)   

(43) 

(44)

(45)  

(46)  

(47) 

(48) 

(49) 

(50) 

(51)  !" #  "

(52) 

(53) $%& . '

(54) 

(55) 

(56)   

(57)   

(58) 

(59)   

(60)       

(61)   

(62)   

(63) 

(64)     

(65)  

(66) 

(67)   

(68) 

(69)    

(70) 

(71)   

(72)    

(73)

(74)   !( ) &. v .

(75) * 

(76)  

(77) 

(78)    

(79) 

(80) 

(81) #+) # 

(82)   

(83) 

(84)    

(85) 

(86) 

(87) 

(88)  

(89)  

(90) 

(91)

(92)  

(93)  

(94) 

(95)  

(96)  # 

(97) 

(98) 

(99) 

(100)  

(101) 

(102)  

(103) 

(104) 

(105) 

(106)  ,

(107) 

(108)   

(109) 

(110)  vi .

(111) DAFTAR ISI ABSTRAK ................................................................................................................................. i KATA PENGANTAR ................................................................................................................ii MOTTO ......................................................................................................................................v LEMBAR PERSEMBAHAN ....................................................................................................vi DAFTAR ISI...............................................................................................................................vii. BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................................. .1. 1.1. Latar Belakang .............................................................................................................. .1. 1.2. Identifikasi Masalah ...................................................................................................... .9. 1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................................................... .11. 1.4. Kegunaan Penelitian ..................................................................................................... .12. BAB II TINJAUAN TEORITIS ....................................................................................... .13 2.1. PERSEPSI ..................................................................................................................... .13. 2.1.1. Pengertian Persepsi ....................................................................................................... .13. 2.1.2. Proses Persepsi ............................................................................................................. .14. 2.2. TEKNIK PENERAPAN DISIPLIN .............................................................................. .21. 2.3 PENYESUAIAN DIRI .................................................................................................. .25 2.3.1. Pengertian Penyesuaian Diri ........................................................................... .25. 2.3.2. Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri .................................................................... .28. 2.3.3. Penyesuaian Sosial .......................................................................................... .28. 2.3.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian Diri ..................................... .31. 2.4 REMAJA. ............................................................................................................. .34. 2.4.1. Pengertian Remaja .......................................................................................... .34. 2.4.2. Batasan Usia Remaja ...................................................................................... .36. 2.4.3. Ciri-ciri Remaja .............................................................................................. .37. 2.4.4. Tugas-tugas Perkembangan Remaja ............................................................... .40. 2.4.5. Karakteristik Remaja akhir ............................................................................ 42 vii. .

(112) 2.5 PANTI ASUHAN ........................................................................................................42. 2.6. 2.5.1. Pengertian Panti Asuhan ...............................................................................42. 2.5.2. Panti Asuhan Muhammadiyah ......................................................................45. Hubungan Antara Persepsi Teknik Penerapan Disiplin dengan Penyesuaian Sosial Remaja Akhir ...............................................................................46. 2.7. KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................................................49 Skema Kerangka Berpikir ............................................................................................54. 2.8. HIPOTESIS PENELITIAN .........................................................................................55. BAB III METODOLOGI PENELITIAN .........................................................................56 3.1. Rancangan Penelitian ..................................................................................................56. 3.2. Identifikasi Variabel .....................................................................................................56. 3.3. Operasionalisasi Variabel ............................................................................................57. 3.4. Alat Ukur .....................................................................................................................59 3.4.1. Alat Ukur Persepsi Remaja Putri Terhadap Teknik Penerapan Disiplin ........................................................................................60. 3.4.2 3.5. Alat Ukur Penyesuaian Sosial di Panti Asuhan ............................................65. Sampel Penelitian .........................................................................................................68 3.5.1. Populasi Penelitian ........................................................................................68. 3.5.2. Karakteristik Sampel .....................................................................................69. 3.6. Uji Coba Alat Ukur ......................................................................................................70 3.6.1. Uji Validitas Alat Ukur .................................................................................70. 3.6.2. Reliabilitas Alat Ukur ...................................................................................72. 3.7 Teknik Analisis ............................................................................................................73 3.7.1 Proporsi .............................................................................................................73 3.7.2 Frekuensi dan persentase ..................................................................................74 3.7.3 Tabulasi Silang ..................................................................................................74 3.7.4 Uji Korelasi Rank Spearman ............................................................................75 3.8 Prosedur Pelaksanaan Penelitian ..................................................................................78 viii .

(113) 3.7.1 Tahap Persiapan ............................................................................................... 78 3.7.2 Tahap Pelaksanaan ........................................................................................... 79 3.7.3 Tahap Pengolahan data .................................................................................... 79 3.7.4 Tahap Pembahasan ........................................................................................... 79 3.7.5 Tahap Penyelesaian .......................................................................................... 80. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 81 4.1 Hasil dan Pengolahan Data ........................................................................................ 81 4.1.1 Analisis Statistik Inferens ................................................................................ 82 4.1.1.1 Uji Korelasi Rank Spearman antara Persepsi Teknik Penerapan Disiplin Power Assertion dengan Penyesuaian Sosial .............................................................................................................. 82 4.1.1.1 a. Hipotesis I ...................................................................................... 82 4.1.1.1 b. Hasil Pengolahan Data ................................................................... 83 4.1.1.1 c. Interpretasi dan Analisis Hasil Statistik .......................................... 83 4.1.1.2 Uji Korelasi Rank Spearman antara Persepsi Teknik Penerapan Disiplin Love-Withdrawal dengan Penyesuaian Sosial ................................................................................................................84 4.1.1.2 a. Hipotesis II .......................................................................................84 4.1.1.2 b. Hasil Pengolahan Data ......................................................................84 4.1.1.2 c. Interpretasi dan Analisis Hasil Statistik ............................................85 4.1.1.3 Uji Korelasi Rank Spearman antara Persepsi Teknik Penerapan Disiplin Induction dengan Penyesuaian Sosial ....................................................................................................86 4.1.1.3 a. Hipotesis III ......................................................................................86 4.1.1.3 b. Hasil Pengolahan Data ......................................................................86 4.1.1.3 c. Interpretasi dan Analisis Hasil Statistik ............................................86 4.1.2 Analisis Statistik Deskriptif ...............................................................................87 4.1.2.1 Hasil Perhitungan Frekuensi dan Persentase Aspek-aspek ix .

(114) Persepsi terhadap Teknik Penerapan Disiplin yang Dominan pada Remaja Putri Usia 15-18 Tahun di Panti Sosial Asuhan Anak Taman Harapan Muhammadiyah Bandung ............................................................................................................... 87 4.1.2.1Diagaram Pie Hasil Perhitungan Frekuensi dan Persentase Aspek-aspek Persepsi terhadap Teknik Penerapan Disiplin yang Dominan ................................................................... 88 4.1.2.2 Hasil Perhitungan Frekuensi dan Persentase Baik Buruknya Penyesuaian Sosial Berdasarkan Norma Ideal (Perhitungan Kuesioner) .............................................................................. 89 4.1.2.2 Diagram Pie Hasil Perhitungan Frekuensi dan Persentase Baik dan Buruknya Penyesuaian Sosial Remaja Putri Usia 15-18 Tahun di Panti Sosial Asuhan Anak Taman Harapan Muhammadiyah Bandung ..................................................................... 89 4.1.2.3 Hasil Tabulasi Silang antara Aspek-aspek Persepsi terhadap Teknik Penerapan Disiplin yang Dominan dengan Baik-Buruknya Penyesuaian Sosial Remaja Putri Usia 15-18 Tahun di Panti Sosial Asuhan Anak Taman Harapan Muhammadiyah Bandung ...................................................................... 90 4.1.2.3 Diagram Batang Hasil Perhitungan Frekuensi dan Persentase dari Tabulasi Silang antara Dominasi Aspek-aspek Teknik Penerapan Disiplin dan Penyesuaian Sosial ................................................................................................ 91 4.2. Pembahasan ...................................................................................................................... 92 4.2.1. Hubungan antara Teknik Penerapan Disiplin Power Assertion dengan Penyesuaian Sosial ....................................................... 92. 4.2.2. Hubungan antara Teknik Penerapan Disiplin Love Withdrawal dengan Penyesuaian Sosial ...................................................... 94. 4.2.3. Hubungan antara Teknik Penerapan Disiplin Induction dengan x. .

(115) Penyesuaian Sosial ........................................................................................................... 96. BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................104. 5.1. Kesimpulan .........................................................................................................104. 5.2. Saran ...................................................................................................................106. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ ix LAMPIRAN-LAMPIRAN. xi .

(116) LAMPIRAN 1.1. Kesimpulan ........................................................................................................................1. 1.2. Hasil korelasi antara skor tiap item dengan korelasi total item pada pengujian validitas alat ukur teknik penerapan disiplin aspek Power Assertion ..........................................................................................2. 1.3. Hasil tabulasi data uji validitas aspek Power Assertion .....................................................4. 1.4. Hasil korelasi antara skor tiap item dengan korelasi total item pada pengujian validitas alat ukur teknik penerapan disiplin aspek Power Assertion ..........................................................................................5. 1.5. Data mentah teknik penerapan disiplin Love Withdrawal ..................................................6. 1.6. Hasil korelasi antara skor tiap item dengan korelasi total item pada pengujian validitas alat ukur teknik penerapan disiplin aspek Love Witdrawal ........................................................................................................8. 1.7. Hasil tabulasi data uji validitas aspek Love Witdrawal ......................................................11. 1.8. Hasil tabulasi data item valid aspek Love Witdrawal .........................................................12. 1.9. Data mentah teknik penerapan disiplin Induction ..............................................................13. 1.10 Hasil korelasi antara skor tiap item dengan korelasi total item pada pengujian validitas alat ukur teknik penerapan disiplin aspek Induction ...................................................................................................................15 1.11 Hasil tabulasi data uji validitas aspek Induction ................................................................18 1.12 Hasil tabulasi data item valid aspek Induction ...................................................................19 1.13 Data mentah Penyesuaian Sosial ......................................................................................20 1.14 Hasil korelasi antara skor tiap item dengan korelasi total item pada pengujian validitas alat ukur teknik penerapan disiplin aspek Penyesuaian Sosial ...................................................................................................22 1.15 Hasil tabulasi data uji validitas aspek Penyesuaian Sosial ................................................26 1.16 Hasil tabulasi data item valid aspek Penyesuaian Sosial ...................................................27 1.17 Data valid aspek Power Assertion ......................................................................................28 1.18 Data valid aspek Love Witdrawal .......................................................................................29 xii .

(117) 1.19 Data valid aspek Induction .................................................................................................30 1.20 Data valid aspek Penyesuaian Sosial .................................................................................31 1.21 Tabulasi data ttem valid alat ukur Persepsi Terhadap Teknik Penerapan Disiplin .......................................................................................................................... 32. 1.22 Tabulasi data item valid alat ukur Persepsi terhadap Penyesuaian Sosial .............................................................................................................................................. 34. 1.23 Hasil pengujian reliabilitas alat ukur aspek Power Assertion.........................................................35 1.24 Hasil pengujian reliabilitas alat ukur aspek Love Withdrawal........................................................35 1.25 Hasil pengujian reliabilitas alat ukur aspek Induction ....................................................................35 1.26 Hasil pengujian reliabilitas alat ukur Penyesuaian Sosial ..............................................................35 1.27 Data Aspek-aspek persepsi terhadap teknik penerapan disiplin yang dominan .....................................................................................................................36 1.28 Skor total dan kriteria Penyesuaian Sosial .........................................................................37 1.29 Norma ideal Penyesuaian Sosial ........................................................................................37 1.30 Hasil perhitungan frekuensi dan persentase aspek-aspek persepsi terhadap teknik penerapan disiplin yang dominan ...............................................38 1.31 Hasil perhitungan frekuensi dan persentase baik-buruknya Penyesuaian Sosial .............................................................................................................38 1.32 Data aspek-aspek terhadap teknik penerapan disiplin yang dominan dan baik-buruknya Penyesuaian Sosial ...............................................................39 1.33 Hasil perhitungan tabulasi silang antara dominasi aspek-aspek teknik penerapan disiplin dan Penyesuaian Sosial ........................................39 1.34 Hasil korelasi antara aspek-aspek persepsi terhadap teknik penerapan disiplin (X1-X3) dan Penyesuaian Sosial (Y) .......................................40 1.35 Tabulasi hasil korelasi antara aspek-aspek persepsi terhadap teknik penerapan disiplin (X1-X3) dan Penyesuaian Sosial (Y) beserta nilai t untuk pengujian koefisien korelasi .............................................40 1.36 Hasil korelasi antara persepsi terhadap teknik penerapan disiplin (X) dan Penyesuaian Sosial (Y) ........................................................................................40 xiii .

(118) 1.37 Tabulasi hasil korelasi antara aspek-aspek persepsi terhadap teknik penerapan disiplin (X) beserta nilai t untuk pengujian koefisien korelasi ...............................................................................................................40 1.38 Tabel t .................................................................................................................................41 1.39 Alat ukur teknik penerapan disiplin hasil uji validitas .......................................................42 1.40 Alat ukur penyesuaian sosial hasil uji validitas..................................................................52. xiv .

(119) DAFTAR TABEL. Tabel 2.7. Skema kerangka berpikir .....................................................................................54. Tabel 3.6.2. Tabel Guilford ......................................................................................................73. Tabel 3.7.5. Tingkat korelasi Guilford ....................................................................................77. Tabel 4.1.1.1 Hasil Perhitungan Korelasi Rank Spearman antara Persepsi terhadap Teknik Penerapan Disiplin (Power Assertion) dengan Penyesuaian Sosial beserta Nilai t untuk Pengujian Keberartian Korelasinya ..........................................................83 Tabel 4.1.1.2 Hasil Perhitungan Korelasi Rank Spearman antara Persepsi terhadap Teknik Penerapan Disiplin (Love Withdrawal) dengan Penyesuaian Sosial beserta Nilai t untuk Pengujian Keberartian Korelasinya .........................................................................................................84 Tabel 4.1.1.3 Hasil Perhitungan Korelasi Rank Spearman antara Persepsi terhadap Teknik Penerapan Disiplin (Induction) dengan Penyesuaian Sosial beserta Nilai t untuk Pengujian Keberartian Korelasinya ....................................................................86 Tabel 4.1.2.1 Hasil Perhitungan Frekuensi dan Persentase Aspek-aspek Persepsi terhadap Teknik Penerapan Disiplin yang Dominan ..............................................................................................................88 Tabel 4.1.2.1 Diagaram Pie Hasil Perhitungan Frekuensi dan Persentase Aspek-aspek Persepsi terhadap Teknik Penerapan Disiplin yang Dominan .....................................................................................................88 Tabel 4.1.2.2 Hasil Perhitungan Frekuensi dan Persentase Baik dan Buruknya Penyesuaian Sosial Remaja Putri Usia 15-18 Tahun di Panti Sosial Asuhan Anak Taman Harapan Muhammadiyah Bandung ...................................................................................89 Tabel 4.1.2.2 Diagram Pie Hasil Perhitungan Frekuensi dan Persentase xv .

(120) Baik dan Buruknya Penyesuaian Sosial Remaja Putri Usia 15-18 Tahun di Panti Sosial Asuhan Anak Taman Harapan Muhammadiyah Bandung ....................................................................89 Tabel 4.1.2.3 Hasil Perhitungan Frekuensi dan Persentase dari Tabulasi Silang antara Dominasi Aspek-aspek Teknik Penerapan Disiplin dan Penyesuaian Sosial .........................................................................90 Tabel 4.1.2.3 Diagram Batang Hasil Perhitungan Frekuensi dan Persentase dari Tabulasi Silang antara Dominasi Aspek-aspek Teknik Penerapan Disiplin dan Penyesuaian Sosial ...........................................91. . xvi .

(121) 1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang Masalah Individu dalam setiap kehidupannya melalui suatu proses perkembangan. dari sejak lahir hingga meninggal. Pada awal kehidupannya individu berkembang melalui suatu keluarga, dimana keluarga merupakan lingkungan pertama yang dimasuki individu dan berperan bagi kehidupannya. Dalam keluarga biasanya anak akan mendapatkan perlindungan, kasih sayang, perasaan diterima dan rasa aman. Kebutuhan akan kasih sayang dan rasa aman merupakan kebutuhan yang sangat utama. Mula-mula kebutuhan ini hanya ditujukan kepada lingkungan keluarga, kemudian kepada teman-teman bermain di rumah maupun disekolah dan akhirnya kepada semua orang yang bergaul dengannya. Sewaktu anak disayangi, dipuji dan merasa diterima, dia secara bertahap memandang dirinya sendiri sebagai seorang yang penting. Begitu juga sebaliknya ketika anak diacuhkan, diberi hukuman atau merasa ditolak, maka secara bertahap dia dapat memandang dirinya sebagai seorang yang tidak penting atau tidak berarti. Dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat adanya hubungan yang terusmenerus antara ibu dengan anaknya. Sifat hubungan ibu dan anak akan berpengaruh terhadap perkembangan jiwa anak dikemudian hari. Sentuhan dan belaian ibu dapat memberikan perasaan aman begitu juga dalam menikmati pelukan ibu, anak akan memperoleh kesenangan.. Devi Permata Surya 10050003141. .

(122) 2. Faktor kemiskinan merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan banyak keluarga tidak mampu untuk membiayai pendidikan anak–anaknya. Untuk dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh keluarga tersebut, mereka menitipkan anak–anaknya ke panti asuhan yang dapat meringankan beban keluarga. Layaknya di panti asuhan, ibu dan bapak pengasuh yang ada terbatas jumlahnya dibandingkan dengan jumlah anak–anak asuh yang dirawat, sehingga perhatian dan kasih sayang yang diberikan para pengasuh harus dibagi kepada banyak anak. Melihat keadaan ini antara anak yang satu dengan yang lainnya yang tinggal di panti asuhan tersebut belum tentu medapatkan perhatian dan kasih sayang yang sama dari para pengasuh. Oleh karena itu ada anak yang merasa kurang memperoleh perhatian dan kasih sayang. Panti asuhan yang digunakan sebagai alih peran keluarga dalam membina, mengawasi dan merawat anak, membantu anak asuh untuk dapat berkembang menjadi manusia dewasa yang berguna dan diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan baik di lingkungan masyarakat. Panti asuhan Taman Harapan Muhammadiyah merupakan salah satu lembaga sosial yang menjadi tempat bagi keluarga yang ingin menitipkan anaknya. Tujuan dari panti asuhan Taman Harapan Muhammadiyah yaitu melaksanakan ibadah dengan sebaik–baiknya sesuai tuntutan Allah dan rasul– Nya, meyakini keimanan dan tauhid kepada Allah dan tidak melaksanakan pekerjaan syirik, dan. melaksanakan kehidupan yang islami berdasar kepada. pedoman hidup islami warga Muhammadiyah (Akhlaqul Karimah).. Devi Permata Surya 10050003141. .

(123) 3. Pihak panti asuhan melakukan survey guna menyeleksi keluarga yang membutuhkan bantuan. Seleksi yang dilihat oleh pihak panti asuhan secara umum digambarkan sebagai berikut: hal pertama merupakan faktor kemiskinan dan prestasi anak. Selanjutnya yang menjadi pertimbangan panti asuhan untuk menerima anak–anak yang dititipkan di panti tersebut adalah anak–anak yang ditinggalkan oleh ayahnya (yatim), ditinggalkan oleh ibunya (piatu), dan anak yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya (yatim piatu). Bagi anak asuh yang lulus seleksi mereka akan ditempatkan dan tinggal di asrama sampai menyelesaikan jenjang pendidikan SMU. Pada Panti Sosial Asuhan Anak Taman Harapan Muhammadiyah ini dapat dijumpai anak asuh putri dalam tingkat SD, SMP dan SMU. Di dalam asrama, anak diawasi dan dibina oleh pengurus panti dan diberikan peraturan-peraturan yang harus diikuti, seperti: shalat shubuh, maghrib dan isya harus berjama’ah di mesjid, mendengarkan kultum, melaksanakan piket yang terdiri dari membersihkan asrama dan memasak bagi anak asuh putri usia SMU yang dilakukan setelah selesai makan dan setelah selesai kegiatan yang diadakan oleh pihak panti asuhan, tidak boleh meninggalkan asrama tanpa izin, dan tidak boleh berpacaran. Selain itu, ada hukuman yang diberikan kepada anak–anak panti asuhan bila mereka melanggar peraturan yang telah ditetapkan oleh pihak panti asuhan. Hukuman yang diberikan dibagi menjadi 2 zona, yaitu zona hijau yang berarti wilayah tempat anak–anak melanggar peraturan yang ringan atau wilayah tempat anak–anak yang telah diberikan hukuman dan tidak mengulangi perbuatannya lagi, dan zona merah berarti teguran atau skorsing. Pelanggaran sendiri dibagi atas. Devi Permata Surya 10050003141. .

(124) 4. 2 jenis: Pelanggaran ringan, yaitu termasuk pelanggaran keluar tanpa ijin, terlambat pulang sekolah, membawa makanan ke dalam kamar tidur. Anak yang melakukan pelanggaran ini masuk ke dalam zona hijau. Kedua yaitu pelanggaran berat, yaitu termasuk pacaran, mencuri, berkelahi, terlibat dalam kriminalitas, merokok, miras dan NAPZA. Anak-anak yang melakukan pelanggaran berat ini yang nanti akan dimasukkan ke dalam zona merah. Apabila setelah diberikan hukuman masih juga mengulangi perbuatannya, maka anak yang melanggar tersebut diberikan pilihan, ingin tetap berada di panti namun diberikan skorsing berupa membersihkan toilet selama satu bulan atau tidak diberikan uang saku selama waktu yang disepakati oleh pihak panti atau keluar dari panti. Selama anak asuh tinggal di panti asuhan mereka diberikan pendidikan yang ditempuh melalui tiga jalur, yaitu pertama pendidikan informal, pendidikan formal dan pendidikan non formal. Pertama pendidikan informal, pendidikan yang diadakan di dalam panti asuhan, antara lain berupa pendidikan agama (bahasa arab, mengaji, dakwah, pesantren), pembinaan iman, pengayaan bagi anak SMU kelas 3 yang akan mengikuti ujian kelulusan, dan belajar bersama. Jadi panti asuhan sebagai lembaga sosial bukan hanya membantu dalam tempat tinggal dan mencukupi kebutuhan psikologis saja, tetapi berusaha menjadi lembaga pendidikan. Kedua pendidikan formal, setiap anak diberi kesempatan untuk bersekolah yang memiliki jenjang pendidikan SD, SMP, SMU. Masing–masing anak asuh berusaha untuk dapat melakukan tanggung jawab pada tugas yang diberikan dari pihak sekolah. Ketiga pendidikan nonformal, antara lain yaitu keterampilan elektronik. Devi Permata Surya 10050003141.

(125) 5. (keterampilan sangat dasar), komputer, menjahit, angklung (khusus putra) dan nasyid (khusus putri). Kemudian dalam menjaga prestasi dan motivasi anak, pihak panti asuhan menetapkan pemberian reward untuk anak–anak yang memiliki prestasi yang baik di sekolah, melaksanakan shaum sunat dan bangun pada malam hari untuk melakukan tahajud, yang berupa tambahan uang jajan tergantung dari prestasi yang dihasilkan atau dibebaskan untuk pulang kerumah orang tuanya selama beberapa hari yang telah disepakati bersama untuk anak yang masih memiliki orang tua. Begitu pula untuk yang melaksanakan shaum sunat dan tahajud. Namun khusus untuk pelaksanaan ibadah seperti shaum sunat dan tahajud, anak panti asuhan mengaku bahwa pengurus panti beberapa kali tidak memberikan reward yang dijanjikan seperti yang tertera pada peraturan panti asuhan. Anak– anak di panti asuhan diberikan uang jajan sehari-hari oleh ibu pengurus. Pada panti asuhan ini, ibu pengurus panti (KRT) tidak bekerja sendiri. Ia dibantu oleh beberapa karyawan untuk membantunya mengurus panti asuhan. Diantaranya ada yang menjabat sebagai kepala PSAA (Panti Sosial Asuhan Anak), kepala TU dan Syi’ar, bendahara, bagian logistik sarana dan prasarana, bagian pendidikan, bagian penggalian dana, staff pendidikan, pembantu umum, dan juru masak. Para karyawan tidak berada di dalam panti asuhan selama 24 jam. Sedangkan ibu pengurus (KRT) selalu berada 24 jam di dalam panti asuhan. Kemudian setelah dilakukan wawancara dengan remaja putri usia 15-18 tahun (John W. Santrock, 2003) sebanyak 40 orang, didapat gambaran bahwa mereka tidak mematuhi peraturan yang telah dibuat oleh pihak panti asuhan.. Devi Permata Surya 10050003141.

(126) 6. Tindakan itu seperti mencuri, merokok, berpacaran, membawa handphone ke panti asuhan, serta beberapa pelanggaran kecil lainnya seperti pulang terlambat dari sekolah, tidak melaksanakan piket yang diberikan, bertengkar, membawa tamu ke dalam kamar tidur dan membawa makanan ke dalam kamar tidur. Mereka tidak dapat menyesuaikan diri dengan peraturan yang dibuat oleh pihak panti asuhan, padahal anak remaja putri ini telah tinggal sejak lama di dalam panti asuhan, ada yang dari SD, SMP sampai SMA. Mereka mengatakan bahwa semua hasil tingkah laku mereka adalah hasil perilaku meniru dari kakak kelas mereka yang telah dahulu tinggal lebih lama di panti asuhan dan telah duduk di bangku SMA. Anak–anak remaja ini ada yang beberapa kali bertengkar dengan teman sekamar mereka karena ada yang memfitnah. Menurut mereka, ibu pengasuh terkadang salah menghukum anak panti yang seharusnya tidak bersalah karena fitnah tersebut. Sebagian dari mereka juga mengatakan bahwa bahwa ibu asuh beberapa kali memarahi mereka dengan berteriak terutama ketika mereka tidak sengaja memecahkan barang atau menghilangkan barang milik panti asuhan atau muliki ibu asuh, diantara mereka juga merasa rendah diri karena ibu asuh beberapa kali menghina mereka dengan mengatakan mereka “bodoh”. Kemudian saat ada barang–barang anak remaja putri yang hilang, mereka mengaku mengetahui pelaku pencurian itu namun tidak berani untuk melaporkan kepada pihak panti karena takut bertengkar dengan anak panti yang lain dan kemudian mendapat hukuman dari pihak panti. Semua itu dilakukan tanpa sepengetahuan pihak panti asuhan. Kecuali, ketika kejadian pencurian telah diketahui oleh pihak panti dan anak yang mencuri itupun tertangkap dan diberikan. Devi Permata Surya 10050003141.

(127) 7. hukuman oleh pengurus panti. Remaja putri mengaku mereka mengetahui tentang peraturan yang mereka langgar, namun mereka tetap melanggar dengan alasan pihak panti tidak mengetahui perbuatan mereka. Jika perbuatan pelanggaran itu diketahui oleh pengurus panti dan mereka ditegur, mereka mengaku terkadang “masuk telinga kanan, keluar telinga kiri“, mereka mengetahui perbuatan itu salah namun mereka tetap melanggar. Anak–anak panti dibebaskan untuk mengenal anak–anak lain di luar lingkungan panti baik laki–laki maupun perempuan. Pihak panti mempercayakan masalah pergaulan kepada anak–anak sendiri. Karena hal inilah, remaja putri akhirnya mulai mengenal lawan jenis dan merasa adanya ketertarikan antara lawan jenis. Sehingga ada anak remaja putri kelas 1 SMA yang dikeluarkan dari panti asuhan karena ketahuan berpacaran saat berada di rumah sakit. Ibu asuh mengatakan bahwa anak remaja panti asuhan rata-rata dapat menyesuaikan diri selama 2 tahun. Karena mereka harus membiasakan diri dengan keadaan baru seperti rumah baru, peraturan baru, kegiatan baru, temanteman baru dan ibu baru yaitu ibu pengasuh. Kurangnya disiplin para remaja tersebut membawa dampak yang kurang baik terhadap penyesuaian diri di lingkungan panti. Misalnya dengan mereka melanggar peraturan, tanpa mempedulikan kepentingan warga panti yang lain, itu berarti mereka tidak berusaha membina relasi yang baik antar sesama warga panti. Juga ketika mereka lalai dalam melakukan tugas yang memang sudah menjadi kewajibannya seperti melakukan piket, berarti kurangnya kemampuan dalam menerima tanggung jawab serta tidak membantu keluarga panti di dalam. Devi Permata Surya 10050003141.

(128) 8. mencapai tujuan keluarga dan anggota keluarga, mengulang pelanggaran baik pelanggaran ringan atau berat yang merupakan peraturan panti asuhan tanpa mempedulikan teguran, merupakan salah satu bentuk tidak menerima otoritas dari orang tua yang mana kesemuanya itu merupakan indikator dari penyesuaian yang buruk di lingkungan panti. Individu dikatakan berhasil dalam melakukan penyesuaian diri apabila ia dapat memenuhi kebutuhannya dengan cara-cara yang wajar atau apabila dapat diterima oleh lingkungan tanpa merugikan atau menganggu lingkungannya (Surya: 1985: 13). Jika anak-anak panti dalam memenuhi kebutuhannya telah merugikan atau mengganggu lingkungannya, berarti individu itu dapat dikatakan belum berhasil melakukan penyesuaian diri. Untuk membantu anak-anak panti agar dapat melakukan penyesuaian diri yang baik, diperlukan penerapan disiplin. Cara remaja dalam menerapkan disiplin itu dipersepsikan oleh remaja secara berbeda-beda sehingga memunculkan tingkah laku yang berbeda-beda pula. Dari cara menerapkan disiplin tersebut, remaja belajar untuk mengendalikan perilaku mereka dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan juga untuk melakukan penyesuaian diri yang baik di lingkungan panti. Berdasarkan fenomena yang dipaparkan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti: “Hubungan antara persepsi terhadap teknik penerapan disiplin dengan penyesuaian sosial remaja putri usia 15–22 tahun di Panti Sosial Asuhan Anak Taman Harapan Muhammadiyah”. Devi Permata Surya 10050003141.

(129) 9. 1.2. Identifikasi Masalah Individu dalam interaksi sosialnya selalu mengadakan hubungan dengan. lingkungan. sekitarnya.. Individu. akan. selalu. menerima. stimulus. dari. lingkungannya, hanya stimulus manakah yang akan dipersepsi dan yang akan diterjemahkan dalam bentuk perilaku tertentu oleh individu yang bersangkutan akan ditentukan oleh berbagai faktor yaitu stimulus itu sendiri dan faktor individu yang menerima stimulus itu. Menurut Udai Pareek (1984:13), persepsi dapat dirumuskan sebagai suatu proses penerimaan, pemilihan, pengorganisasian, serta pemberian arti terhadap rangsang yang diterima. Namun proses tersebut tidak hanya sampai pada pemberian arti saja tetapi akan mempengaruhi pada perilaku yang akan dipilihnya sesuai dengan rangsang yang diterima dari lingkungannya. Menurut Martin Hoffman ( 1994), disiplin berasal dari kata disciple yaitu cara belajar mengikuti pemimpin. Teknik disiplin dibagi menjadi tiga yaitu, lovewithdrawal yaitu orang tua dalam hal ini pihak panti memberikan ekspresi dari kemarahan, ketidaksenangan atau kekecewaan dengan cara mengabaikan anak, kedua Power assertion yaitu orang tua menerapkan peraturan yang kaku dan keras terhadap anak. Sedangkan pada disiplin Induction yaitu orang tua mengutamakan komunikasi yang lebih baik antara anak dengan orang tua. Kemampuan untuk dapat menyesuaikan diri di lingkungan sosialnya memerlukan bantuan dari pihak lain seperti keluarga. Dalam hal ini, panti asuhan merupakan keluarga kedua bagi anak–anak yang tinggal didalam panti asuhan. Penyesuaian diri di lingkungan sosial dapat dikatakan sebagai penyesuaian sosial.. Devi Permata Surya 10050003141.

(130) 10. Menurut Schneiders (1964), penyesuaian sosial merupakan bagian dari penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Seseorang dikatakan memiliki penyesuaian diri yang baik, bila ia dapat bereaksi secara efisien, matang, memuaskan dan bermanfaat dengan tidak mengabaikan situasi yang dihadapinya. Artinya individu dapat mengatasi tuntutan-tuntutan dari lingkungan sosialnya atau masyarakatnya sehingga akan mencapai suatu keselarasan. Kemudian dikaitkan dengan persepsi terhadap ketiga teknik penerapan disiplin pada panti asuhan, maka karena adanya pemaknaan anak remaja putri terhadap penangkapan stimulus yang berbeda–beda itulah yang menyebabkan perbedaan pandangan dan pendapat pada masing-masing remaja. Perbedaan pandangan tersebut yang akhiranya memberikan perbedaan dalam menyikapi teknik penerapan disiplin yang diterapkan oleh ibu pengurus panti. Ada yang menanggapinya secara positif dan ada yang menanggapinya secara negatif. Ini terjadi karena proses pemaknaan dan pemahaman, kondisi biologis seperti intelegensi, serta kebutuhan dan pengalaman yang dimiliki anak dalam memahami sesuatu juga berbeda-beda. Hal ini yang kemudian dapat menyebabkan timbulnya perilaku maladjusted pada remaja putri di lingkungan panti asuhan padahal objek yang dipersepsi merupakan objek yang sama dalam hal ini yaitu peraturan panti. Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: “Sejauh mana hubungan antara persepsi terhadap teknik penerapan disiplin Power Assertion, Love withdrawal dan Induction. Devi Permata Surya 10050003141.

(131) 11. dengan penyesuaian sosial remaja putri usia 15-18 tahun di Panti Sosial Asuhan Anak Taman Harapan Muhammadiyah di Bandung?”.. 1.3. Tujuan Penelitian. 1.. Ingin mengetahui sejauh mana hubungan antara persepsi terhadap teknik penerapan disiplin Power Assertion dengan penyesuaian sosial remaja putri usia 15-18 tahun yang tinggal di Panti Sosial Asuhan Anak Taman Harapan Muhammadiyah di Bandung.. 2.. Ingin mengetahui sejauh mana hubungan antara persepsi terhadap teknik penerapan disiplin Love Withdrawal dengan penyesuaian sosial remaja putri usia 15-18 tahun yang tinggal di Panti Sosial Asuhan Anak Taman Harapan Muhammadiyah di Bandung.. 3.. Ingin mengetahui sejauh mana hubungan antara persepsi terhadap teknik penerapan disiplin Induction dengan penyesuaian sosial remaja putri usia 15-18 tahun yang tinggal di Panti Sosial Asuhan Anak Taman Harapan Muhammadiyah di Bandung.. Devi Permata Surya 10050003141.

(132) 12. 1.4. Kegunaan Penelitian. 1.4.1 Kegunaan Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi penelitian selanjutnya terutama bagi mereka yang tertarik untuk meneliti mengenai hubungan persepsi terhadap teknik penerapan disiplin dengan penyesuaian sosial. 1.4.2 Kegunaan Praktis Kegunaan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada bapak dan ibu pengasuh agar lebih memberikan perhatian khusus dalam memahami dan membantu masalah–masalah yang sering dihadapi khususnya pada remaja putri usia 15-18 tahun terutama yang berhubungan dengan persepsi terhadap teknik penerapan disiplin dengan penyesuaian sosial di Panti Sosial Asuhan Anak Taman Harapan Muhammadiyah di Bandung.. Devi Permata Surya 10050003141.

(133) 13. BAB II TINJAUAN TEORITIS. 2.1. Persepsi. 2.1.1 Pengertian Persepsi 1. Udai Pareek (1984:13), persepsi adalah suatu proses penerimaan, pemilihan, pengorganisasian, serta pemberian arti terhadap rangsang yang diterima melalui proses sensori. Namun proses tersebut tidak hanya sampai pada pemberian arti saja tetapi akan mempengaruhi pada perilaku yang akan dipilihnya sesuai dengan rangsang yang diterima dari lingkungannya. 2. Richard C. Atkinson (1986;22), persepsi adalah proses mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus ke dalam lingkungan. 3. Morgan (1986:107), perception refers to the way the worlds looks, sounds, feels, tastes, or smells, in other words, perception can be defined as whatever is experienced by a person.. 2.1.2 Proses Persepsi Menurut Udai Pareek (1984:10),. dalam proses persepsi terdapat tiga. proses yang dapat mendukung terjadinya proses persepsi, yaitu:. Devi Permata Surya 10050003141. .

(134) 14. 1. Penerimaan rangsang Pada proses ini, individu menerima rangsangan dari berbagai sumber. Individu akan memperhatikan atau lebih senang pada sumber yang lebih dekat dengannya atau membuatnya menjadi tertarik. 2. Proses menyeleksi rangsang Setelah rangsangan diterima kemudian diseleksi untuk akhirnya diproses lebih lanjut. Ada dua faktor yang menentukan seleksi rangsangan, yaitu: a.. Faktor ekstern, intensitas, ukuran, kontras, gerakan, ulangan, keakraban dan sesuatu yang baru. 1. Keakraban, hal-hal yang akrab atau dikenal lebih menarik perhatian 2. Sesuatu yang baru, faktor ini tampak bertentangan dengan faktor keakraban, namun hal-hal yang baru juga menarik perhatian. Ketika orang sudah biasa dengan kerangka yang sudah dikenal, sesuatu yang baru akan menarik perhatian.. b. Faktor intern, dalam menyeleksi berbagai gejala dari persepsi, faktor-faktor intern sama pentingnya seperti faktor ekstern. Faktor-faktor tersebut berkaitan dengan diri sendiri. Faktor intern ini memegang peranan penting dalam penelitian ini sebagai proses persepsi remaja terhadap teknik penerapan disiplin yang diterapkan. Faktor-faktor intern tersebut yaitu: 1. Kebutuhan psikologis, kebutuhan-kebutuhan psikologis seseorang mempengaruhi. Devi Permata Surya 10050003141. persepsinya.. Kadang-kadang. ada. hal-hal. yang.

(135) 15. “tampak”. (yang. sebenarnya. tidak. ada). karena. kebutuhan. psikologisnya. 2. Pengalaman, yang serupa dengan latar belakang adalah pengalaman. Pengalaman dapat mempersiapkan seseorang untuk mencari orangorang, hal-hal dan gejala-gejala yang mungkin serupa dengan pengalaman pribadinya. 3. Latar belakang, orang-orang dengan latar belakang yang berbeda akan mencari orang-orang dengan latar belakang yang sama dengan mereka. Mereka mengikuti dimensi-dimensi tertentu yang serupa dengan mereka. 4. Sikap dan kepercayaan umum, umumnya hal-hal yang memperkuat kepercayaan dan sikap individual akan menarik perhatian. 5. Kepribadian, faktor ini juga mempengaruhi persepsi. Seseorang yang introvert kemungkinan akan tertarik kepada orang-orang yang serupa dengannya atau yang sama sekali berbeda. Hal ini mempengaruhi seleksi dalam proses persepsi. 6. Penerimaan diri, faktor ini penting karena menurut beberapa telaahan bahwa mereka yang lebih ikhlas menerima kenyataan diri akan lebih tepat menyerap sesuatu dari mereka yang kurang dalam menerima realitas pribadinya.. Devi Permata Surya 10050003141.

(136) 16. 3. Proses pengorganisasian Rangsang yang telah diseleksi tersebut kemudian melalui proses pengorganisasian sehingga menjadi suatu bentuk. Berikut adalah faktor-faktor yang digunakan untuk mengelompokkan rangsangan itu: 1. Kesamaan, rangsangan-rangasangan yang memiliki kemiripan akan dijadikan satu kelompok 2. Dekatnya, hal-hal yang lebih dekat satu dengan yang lainnya umumnya menjadi pusat perhatian dan akan dikelompokkan menjadi satu 3. Tudung, ada satu kecenderungan untuk melengkapi hal-hal yang dianggap belum lengkap. Proses pengorganisasian ini tidak dapat digunakan dalam penelitian ini, karena telaah ini hanya dilakukan untuk persepsi terhadap benda atau bentuk. 4. Proses penafsiran Setelah rangsangan atau data diterima atau diatur, maka rangsang tersebut ditafsirkan dengan berbagai cara. Setelah data tersebut ditafsirkan maka dapat dikatakan disini sudah terjadi persepsi, karena persepsi sendiri yaitu pemberian makna terhadap suatu informasi yang diterima. Dari sinilah timbul perbedaan persepsi dari setiap anak remaja. Berikut adalah faktor-faktor yang membedakan proses penafsiran: 1. Perangkat persepsi, perangkat persepsi diartikan sebagai kepercayaankepercayaan yang diyakini sebelumnya tentang persepsi yang. Devi Permata Surya 10050003141.

(137) 17. mempengaruhi persepsi pada masing-masing orang yang menerima rangsang. Perangkat persepsi ini akan membentuk suatu sikap dan pendapat seseorang yang kemudian dapat mempengaruhi persepsinya. 2. Membuat stereotipe, jika orang-orang membentuk pendapat tentang segolongan objek atau orang-orang tertentu dan bertindak sesuai dengan pendapat itu, hal ini dinamakan stereotipe. “Stereotipe “ digunakan untuk menunjukkan suatu pendapat yang baik atau buruk pada umumnya yang dipunyai oleh seseorang tentang sekelompok tertentu. Membuat stereotipe memang perlu untuk menghemat persepsi. Namun stereotipe. adalah prasangka tentang sekelompok. orang yang mempengaruhi persepsi dan penafsiran data yang telah diterimanya. 3. Efek halo, ialah membentuk suatu pendapat atau sikap terhadap satu orang atau objek. Apabila seseorang mempunyai sikap baik terhadap seseorang, maka persepsinya terhadap orang tersebut akan sama dalam situasi-situasi lain karena dipengaruhi oleh sikap ini. Efek halo merupakan perasaan subjektif terhadap seseorang pada orang lain yang dianggapnya memiliki sikap yang baik. 4. Pembelaan persepsi, suatu mekanisme pembelaan sehubungan dengan persepsi ialah proyeksi. Bila seseorang melihat orang lain menurut sifat-sifat yang ada pada dirinya dinamakan proyeksi. 5. Faktor-faktor konteks, maksudnya yaitu cakupan yang mempengaruhi seseorang dalam mempersepsi sesuatu. faktor-faktor ini mencakup:. Devi Permata Surya 10050003141.

(138) 18. a. Konteks antar pribadi Hubungan yang terdapat antara penerima rangsang dan orang lain dalam keadaan tertentu dapat mempengaruhi penafsiran atau petunjukpetunjuk yang diterima. Berbagai telaah menunjukkan bahwa bika hubungan antar pribadi cukup menyenangkan, orang melihat orang lain serupa dengan diri mereka sendiri. Jika hubungan antar pribadi tidak menyenangkan, orang cenderung melihat orang lain agak berbeda. b. Latar belakang orang yang lainnya Orang-orang yang dikenal dengan orang-orang yang tidak dikenal mempunyai pengaruh yang berlainan terhadap persepsi seseorang. Ini dapat dilihat dari berbagai faktor misalnya salah satunya yaitu faktor keakraban atau kedekatan dengan seseorang. c. Konteks keorganisasian Suasana organisasi atau bagian tempat seseorang bekerja mempunyai arti besar bagi persepsi orang-orang didalam organisasi atau bagian terhadap gejala. Bila suasananya lebih menyenangkan, proses persepsi mungkin akan lebih baik. Dalam proses penafsiran, bila dikaitkan dengan penelitian ini, misalnya remaja mempersepsikan teknik penerapan disiplin yang diterapkan oleh orang tua asuh secara Love Withdrawal, sesuai teori ini maka remaja cenderung menafsirkan perilaku orang lain dengan cara yang sama. Akibat efek halo, remaja cenderung menafsirkan informasi atau stimulus yang diterima berupa disiplin yang diterapkan sesuai dengan kesan yang sudah mereka punyai.. Devi Permata Surya 10050003141.

(139) 19. 5. Proses pengecekan Setelah informasi ditafsir, remaja melakukan pengecekan apakah informasi tersebut benar atau salah. Penafsiran ini dapat dilakukan dari waktu ke waktu untuk menegaskan apakah penafsiran atau persepsi sesuai dengan hasil proses selanjutnya. Dalam hal ini untuk mengecek persepsi, umpan balik dari orang lain sangat mempengaruhi informasi yang diterima benar atau salah. Misalnya, seorang remaja telah menyimpan kesan terhadap disiplin yang diterapkan orang tua asuh kepadanya, dalam beberapa kesempatan dapat mencocokkan kesannya dengan anak-anak lain dan berusaha mengetahui apakah persepsinya didukung oleh persepsi anak-anak lain yang berada dipanti asuhan. 6. Proses reaksi Lingkungan persepsi belum sempurna jika dari proses-proses tersebut tidak ada proses reaksi. Proses reaksi menghasilkan respon berupa tingkah laku yang merupakan hasil dari proses mempersepsi rangsang. Tingkah laku ini bisa tersembunyi, bisa terbuka. Tindakan tersembunyi berupa pembentukan pendapat atau sikap, sedang bentuk tindakan yang terbuka berupa tindakan nyata sehubungan dengan persepsi itu. Dalam mengamati suatu objek, setiap individu memiliki penafsiran yang berbeda-beda meskipun objeknya sama. Hal ini dapat terjadi karena ada perbedaan baik secara psikologis maupun budaya. Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi yaitu: a. Perhatian, perhatian yang berbeda antara satu individu dengan individu yang lain dapat menyebabkan perbedaan persepsi.. Devi Permata Surya 10050003141.

(140) 20. b. Kebutuhan, setiap orang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi baik itu kebutuhan sementara atau menetap. Kebutuhan yang berbedabeda ini juga menyebabkan perbedaan persepsi pada masing-masing orang. c. Kesediaan, harapan seseorang terhadap suatu stimulus yang akan muncul, akan memberikan reaksi terhadap stimulus yang diterima secara lebih efisien. d. Sistem nilai, dapat dicontohkan misalnya remaja panti yang penakut akan mempersepsi ibu pengasuhnya sebagai orang yang menakutkan, namun bagi remaja yang memiliki kepercayaan diri yang baik akan menganggap ibu pengasuhnya sebagai orang yang dapat dijadikan pelindung untuk dirinya. Dalam mempersepsi suatu stimulus terdapat tiga aspek penting yang berpengaruh, yaitu: 1. Hal yang dipersepsikan Pada proses penafsiran dipengaruhi oleh status dari objek atau orang yang dipersepsi. Persepsi ini juga dapat menimbulkan dampak pada keputusanyang dibuat tentang tingkah laku orang yang dipersepsi tersebut. 2. Situasi saat mempersepsi Bagaimana. situasi. lingkungan. mempersepsikan stimulus.. Devi Permata Surya 10050003141. sangat. mempengaruhi. dalam.

(141) 21. 3. Orang yang mempersepsikan Persepsi tidak hanya merupakan reaksi yang sederhana terhadap suatu kejadian atau orang, tetapi dipengaruhi pula oleh kondisi dalam diri individu itu sendiri sesuai kebutuhan.. 2.2. Teknik penerapan disiplin Menurut Martin Hoffman, disiplin berasal dari kata disciple yaitu cara. belajar mengikuti pemimpin. Ia membagi penerapan teknik disiplin menjadi: teknik disiplin Love Withdrawal, teknik disiplin Power Assertion, teknik disiplin Induction. 1.. Teknik disiplin Love-withdrawal Teknik disiplin Love-withdrawal yaitu teknik disiplin yang tidak. membimbing anak ke pola perilaku yang disetujui secara sosial dan tidak secara hukum, orang tua tidak lagi memberikan perhatian atau kasih sayang pada anak. Dalam hal ini anak sering tidak diberi batas–batas yang mengatur apa saja yang dilakukannya, individu diijinkan untuk mengambil keputusan sendiri dan berbuat sekehendak diri. Orang tua mengekspresikan ketidaksenangannya secara non fisik seperti mengabaikan anak, tidak memberikan perhatian dan kasih sayang, tidak memperdulikan anak, tidak ada hukuman dan penghargaan, dan tidak mau berbicara dengan anak terlebih lagi apabila anak melakukan suatu kesalahan dan belajar untuk melihat akibat dari perbuatan mereka terhadap orang lain. Oleh sebab itu tidak ada feedback correction dari orang tua untuk anak. Teknik disiplin ini dapat menghambat jalinan komunikasi antara anak dan orang tua, dapat pula. Devi Permata Surya 10050003141.

(142) 22. menimbulkan kecemasan pada anak, terutama kecemasan kehilangan perhatian dan kasih sayang dari orang tua, anak menjadi bingung karena tidak dapat belajar untuk membedakan mana yang baik dan yang buruk dan merasa insecure, pengalaman menjadi terbatas, dan ketidakmatangan mental menghambat mereka menjadi takut, cemas dan agresif. Mereka juga memiliki sikap permusuhan karena mereka merasa orang tua hanya sedikit memperhatikan dan membimbing mereka untuk menghindari kesalahan. Anak juga tidak memiliki kesempatan untuk menyatakan pendapat sehingga tidak adanya kesempatan untuk beralih peran. Anak panti yang mempersepsikan teknik disiplin Love-withdrawal dapat menjadi kebingungan dan merasa menjadi tidak aman dengan lingkungan tempat ia berada atau berinteraksi. Pengalaman mereka menjadi terbatas dan ketidakmatangan mental karena tidak dilatih oleh pengasuh untuk mengambil keputusan–keputusan dalam hidup anak nantinya. Mereka cenderung bersikap pasif, tidak mengetahui apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan. Ini dapat mengakibatkan anak berperilaku, ketakutan dan kecemasan akan ditinggalkan. Teknik disiplin ini dapat memberikan dampak perilaku pendiam, menyendiri, menarik diri dari lingkungan sosial, merasa diri inferior dan tidak memiliki inisiatif sehingga menjadi pasif. 2.. Teknik disiplin Power Assertion Teknik disiplin Power Assertion yaitu orang tua membuat peraturan yang. ketat untuk anak, perintah yang diberikan tidak dapat dibantah, dengan kata lain tingkah laku dibatasi oleh kekuasaan yang dimiliki oleh orang tua, unjuk kuasa atau otoriter. Teknik ini terdiri dari hukuman yang cukup berat apabila terjadi. Devi Permata Surya 10050003141.

(143) 23. kegagalan dalam memenuhi standar dan sedikit pujian yang diharapkan apabila anak dapat memenuhi standar yang diinginkan. Dari teknik disiplin ini, anak akan merasa bahwa dunia ini penuh permusuhan dan berperilaku sesuai dengan perasaan itu. Terlalu banyak melawan disiplin yang keras di kemudian hari dapat menjurus ke kenakalan remaja. Orang tua yang memberlakukan hukuman yang keras akan menimbulkan rasa takut dan cemas akan hukuman sehingga anak berusaha mematuhi segala perintah orang tua sebagai upaya untuk menyelamatkan diri. Orang tua menunjukkan unjuk kuasa atau otoriter terhadap anak sehingga anak harus mengikuti keinginan orang tua. Orang tua menunjukkan kekuasaannya yang mutlak atas suatu hal yang diinginkan. Disini orang tua menjadi model yang buruk bagi anak dalam hal self control. Anak akan meniru model tingkah laku ketika anak menghadapi situasi yang membuatnya tertekan. Remaja panti yang mempersepsikan bahwa ia dididik secara dominan dengan teknik disiplin Power Assertion, jika sering mengalami hukuman fisik maka ia berusaha untuk menghindari hukuman dan mematuhi peraturan sebagai upaya untuk menyelamatkan diri. Hal tersebut menimbulkan kecemasan, kecewa, dan rasa takut pada anak. Karena adanya peraturan yang kaku dan keras juga membuat anak merasa bahwa dunia penuh permusuhan dan berperilaku sesuai dengan perasaan itu, yaitu anak sering memendam permusuhan mendalam, menimbulkan rasa marah serta agresi yang membuatnya tidak bahagia dan curiga terhadap siapa saja yang berhubungan dengannya, terutama terhadap figur yang berkuasa dan berwenang. Oleh sebab itulah anak menjadi disibukkan oleh perasaannnya dan ketidakmampuan dalam merasakan empati terhadap orang lain.. Devi Permata Surya 10050003141.

(144) 24. Anak dapat menjadi tidak terkontrol perilakunya sehingga bisa menyebabkan perilaku agresif dan kenakalan remaja, tidak patuh, ketidakmatangan moral dan menjadi penentang. 3.. Teknik disiplin Induction Teknik disiplin Induction ialah peraturan yang diberikan oleh orang tua. dijelaskan secara komunikatif dengan menjelaskan mana perilaku yang baik dan mana perilaku yang buruk. Hukuman diberikan dengan disertai penjelasan begitu pula saat memberikan hadiah untuk perilaku yang dibenarkan. Hukuman yang diberikan tidak pernah keras dan biasanya tidak berbentuk hukuman badan. Hukuman digunakan jika anak secara sadar menolak sesuatu tentang apa yang diharapkan orang tua kepada individu. Bila perilaku anak sesuai dengan yang diharapkan, anak diberikan pujian atau persetujuan (reward) yang lain. Teknik ini dapat memunculkan kemandirian dalam berfikir dan bertingkah laku, inisiatif dalam bertindak dan membentuk konsep diri yang sehat, positif dan penuh rasa percaya diri yang direfleksikan dalam perilaku yang aktif, terbuka dan spontan pada diri anak. Penggunaan induksi akan membuat perhatian remaja terfokus pada konsekuensi tingkah lakunya pada orang lain, bukan pada apa yang akan terjadi pada dirinya dalam waktu dekat. Remaja panti yang menghayati teknik disiplin Induction dapat menumbuhkan perilaku yang positif, independen, mandiri dalam berpikir dan berperilaku dan inisiatif dalam bertindak, ada kesempatan alih peran dan tanggung jawab, mampu mengontrol atau mengendalikan diri dan matang secara moral. Mereka dapat mengendalikan diri dalam lingkungan tempat ia berada sehingga. Devi Permata Surya 10050003141.

(145) 25. memiliki penyesuaian sosial yang baik. Ini terjadi karena remaja merasa bahwa pengasuh memperlakukan dirinya sebagai individu, menerima dan menghargai hak–haknya serta memenuhi kebutuhan–kebutuhannya yang dapat membuat mereka berfikir mandiri, berperilaku terbuka, spontan, simpati dan percaya diri. Karena pengasuh membimbing dan memperhatikan mereka, maka mereka dapat merasakan kepuasan sebab mereka mengetahui bahwa mereka diperbolehkan untuk mengendalikan perilaku sendiri sehingga ini dapat mengajarkan konsekuensi tingkah laku terhadap dirinya juga pada orang lain yang dapat mengakibatkan timbulnya perasaan empati dan peduli terhadap orang lain. Anak menjadi terbuka dengan lingkungan baru, berani mengemukakkan pendapat. Teknik disiplin ini baik untuk mengembangkan moral remaja. Dalam penelitian ini yaitu dalam penyesuaian diri di lingkungan keluarga yaitu panti asuhan.. 2.3. Penyesuaian diri. 2.3.1 Pengertian penyesuaian diri Penyesuaian diri berkaitan dengan reaksi individu terhadap tuntutan dari lingkungan maupun dalam dirinya. Lazarus (1970: 17) mengemukakkan bahwa konsep penyesuaian diri diambil dari konsep biologi tentang adaptasi, hanya pada penyesuaian diri ditekankan pada perjuangan individu untuk hidup berdampingan dengan lingkungan fisik dan sosialnya. Dalam psikologi dikenal dengan kata adjustment (penyesuaian diri). Schneiders (1964:51) dalam uraiannya tentang penyesuaian diri mendefinisikan adjustment sebagai berikut:. Devi Permata Surya 10050003141.

(146) 26. “adjustment as a process, involving both mental and behavioral responses, by which an individual strives to cope successfully with inner needs, tensions, frustration, and conflicts and to effect a degree of harmony between these inner demans and those imposed on him by the objective world in which he lives” Dari paparan diatas dapat didefinisikan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku yang mana individu berusaha keras agar berhasil mengatasi atau menguasai kebutuhan dalam diri, ketegangan, frustasi, konflik. Tujuannya adalah untuk mendapatkan keharmonisan dan keselarasan antara tuntutan lingkungan dimana dia tinggal dengan tuntutan di dalam dirinya. Penyesuaian yang baik menurut Schneiders (1964: 51) dicirikan oleh kemampuan dari diri individu untuk memberikan respon yang efisien, matang, memuaskan, dan bermanfaat. Pengertian efisien maksudnya bahwa apa yang dilakukannya dapat memberikan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan tanpa banyak mengeluarkan energi, tidak buang waktu, sedikit melakukan kesalahan. Matang artinya individu dapat menilai situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bereaksi. Memuaskan yaitu apa yang telah diusahakan dan dilakukan oleh individu tersebut dapat menimbulkan perasaan puas pada diri dan membawa dampak yang baik pada diri untuk tindakan selanjutnya. Bermanfaat ialah bahwa apa yang dilakukannya ditujukan untuk kemanusiaan, lingkungan sosial dan dalam hubungan dengan Tuhan.. Devi Permata Surya 10050003141.

(147) 27. Schneiders (1964: 74) mengemukakkan kriteria spesifik dari penyesuaian diri (adjustment) yang baik: a. Pengetahuan dan kesadaran terhadap diri sendiri b. Objektifitas diri dan penerimaan diri c. Pengendalian diri dan perkembangan diri d. Keutuhan pribadi e. Tujuan dan arah yang jelas c. Perspektif, skala nilai dan falsafah hidup yang memadai d. Adanya rasa humor e. Rasa tanggung jawab f. Kematangan respon g. Perkembangan kebiasaan yang baik h. Adabtabilitas i. Bebas dari respon-respon yang simptomatis j. Kecakapan bekerjasama dan menaruh minat kepada orang lain k. Memiliki minat yang besar dalam bekerja dan bermain l. Kepuasan dalam bekerja dan bermain m. Orientasi pada kenyataan.. Devi Permata Surya 10050003141.

(148) 28. 2.3.2 Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri Schneiders mengemukakkan penyesuaian diri terdiri dari beberapa bentuk, yaitu: 1. Penyesuaian diri secara personal (Personal Adjustment) 2. Penyesuaian diri pada pekerjaan (Vocational Adjustment) 3. Penyesuaian diri pada kehidupan perkawinan (Marital Adjustment) 4. Penyesuaian diri di lingkungan sosial/penyesuaian sosial (Social Adjustment) Sesuai dengan penelitian ini, yang akan dibahas lebih lanjut adalah mengenai penyesuaian diri di lingkungan sosial atau penyesuaian sosial (Social Adjustment).. 2.3.3 Penyesuaian Sosial Penyesuaian sosial yaitu kapasitas untuk bereaksi secara efektif terhadap kenyataan yang ada di lingkungannya, sehingga seseorang mampu untuk memenuhi tuntutan sosial dengan cara yang dapat diterima dan memuaskan bagi dirinya maupun lingkungannya. Jika individu ingin mencapai kematangan dalam penyesuaian sosial, maka individu tersebut harus mampu untuk menciptakan suatu relasi yang sehat, seperti sikap menghargai orang lain, mengembangkan persahabatan, berperan aktif dalam kegiatan sosial dan menghargai nilai-nilai yang berlaku. Penyesuaian diri di lingkungan sosial atau penyesuaian sosial menurut Schneiders (1964) dibagi menjadi tiga, yaitu: penyesuaian diri di lingkungan rumah dan keluarga, penyesuaian diri di lingkungan sekolah dan penyesuaian diri. Devi Permata Surya 10050003141.

Referensi

Dokumen terkait

fluor tersebut jelas merupakan angka yang sangat rendah dan hampir tidak memberikan efek anti karies, sehingga dibutuhkan tambahan asupan fluorida berupa

 Pengaruh Estimasi Pertumbuhan Ekonomi (ŷ) Terhadap Kemiskinan dapat dijelaskan bahwa jika terjadi pertumbuhan ekonomi sebesar 1 unit akibat adanya perubahan

Pada aspek kegiatan inti yang terdiri dari penyajian materi, pendalaman materi, permainan tongkat dan menarik kesimpulan, siswa memperoleh skor 20.. Pada aspek terakhir

Waktu kerja pengangkutan kayu dengan menggunakan lori yang ditarik/didorong loko adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengangkut kayu dari betou ke logpond.. Pengukuran waktu

All praises belong to Allah SWT to his blessing and mercies given to the researcher, she can complete her research paper entitled CLASSROOM TECHNIQUES USED BY

Bulan Juni : petugas rawat inap mendapatkan konfirmasi kembali dari perawat ruangan dikarenakan Risperidone 2 mg dan clozapine 25mg salah seorang pasien masih disiapkan, padahal

Apabila dalam masa pemulihan mata anda menjadi lebih sakit dari biasanya atau penglihatan anda tiba-tiba menjadi kabur kembali, anda harus segera datang ke Klinik Mata

Pemeriksaan bakteriologi dilakukan pada seluruh pasien yang telah dipasang kateter epidural, pada saat pencabutan kateter diberi tindakan aseptik serta antiseptik pada daerah