31
Pendidikan Karakter pada SMA 3 Muhammadiyah Jakarta
Connie Chairunnisa1
1Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka, Jakarta.
Abstrak
Kajian ini berangkat dari adanya masalah kekurang santunan siswa di sekolah yang akhir-akhir ini menunjukkan peningkatan. Berdasarkan masalah yang dihadapi, kajian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana kegiatan pemberdayaan telah dapat memberikan kontribusi positif terhadap upaya-upaya SMA Muhammadiyah 3 Jakarta dalam membangun karakter siswa sesuai visi dan misi sekolah. Dalam evaluasi ini digunakan metode goal attainment. yaitu, evaluasi tingkat keberhasilan. Sejauh mana pelatihan telah memberikan kontribusi pada peningkatan pemahaman para guru dalam pelaksanaan pendidikan karakter. Berdasarkan hasil angket yang disebarkan kepada seluruh peserta, ada15 peserta yang mengembalikan angket evaluasi. Secara keseluruhan talah dikembangkan 16 butir angket informasi untuk diisi oleh setiap peserta. Dari data yang diolah sebanyak 240 butir pertanyaan mengenai efektivitas pelaksanaan pelatihan yang terbagi ke dalam 5 aspek evaluasi, menujukkan bahwa 12 atau 5% dari seluruh jawaban peserta menyatakan bahwa pelatihan adalah sangat efektif, 182 atau 75,8% dari seluruh jawaban menyatakan bahwa pelatihan adalah efektif, 45 atau 18,7% dari seluruh jawaban menyatakan kurang efektif dan 1 atau 0% dari seluruh jawaban yang menyatakan pelatihan tidak efektif.
Kata kunci: Evaluasi, Pengembangan Pendidikan Karakter, SMA Muhammadiyah 03
Abstract
The purpose of this research was to identify implementation in developing the character education at Muhammadiyah Senior High Schools in Jakarta. A qualitative study was conducted with goal attainment as the evaluation of the success rates. The questionnaire was used and analyses focused on how far the training has contributed to improving the understanding of teachers in the implementation of character education. There were 240 questions about the effectiveness of the training and were divided into 5 aspects of evaluation that distributed to 16 schools with 240 participants. Overall from 240 participants only 150 participants returned the questionnaires. From the total 16 questionnaires divided into 5 aspects of evaluation, indicating that 12 or 5% of all participants' answers stated that the training was very effective, 182 or 75.8% of all answers stated that the training was effective, 45 or 18.7% of all answers stated that they were less effective.
Keywords: Evaluation, Character Education Development, Muhammadiyah High Schools
32
PENDAHULUAN
Program Pendidikan karakter yang didalamnya memasukkan elemen religious, nasionalis, mandiri, gotong-royong, dan integritas ini akan lebih masuk akal direalisasikan jika waktu peserta didik lebih lama lagi dihabiskan di sekolah, dengan catatan proses belajar mengajar tidak selalu di dalam kelas.
Membangun karakrer suatu bangsa membutuhkan waktu yang lama dan harus dilakukan secara berkesinambungan dan holistik. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tidak henti-hentinya berupaya untuk memperbaiki kualitas Pendidikan di Indonesia, namun belum seluruhnya berhasil, terutama menghasilkan insan Indonesia yang berkarakter. Salah satunya upaya untuk mewujudkan Pendidikan yang seperti di atas, para peserta didik harus dibekali dengan Pendidikan khusus yang membawa misi pokok dalam pembinaan karakter atau akhlak mulia (Qoyyimah, 2016:4).
Pendidikan karakter akan lebih bermakna jika dilakukan sejak usia dini. Pada usia dini 0-6 tahun, otak manusia berkembang sangat pesat hingga 80 persen. Pada sia ini otak menerima dan menyerap berbagai macam informasi, baik dan buruk. Usia tersebut adalah periode saat fisik, mental dan spiritual anak akan mulai terbentuk (Istyarini, 2015:1). Oleh sebab itu penanaman nilai karakter di usia dini sangat penting sehingga anak (siswa) ketika dewasa memiliki karakter dan integritas yang baik. Disisi lain sejumlah mata pelajaran pendidikan telah diintegrasikan dalam sejumlah mata pelajaran dan masuk pada kegiatan inti (KI 1 dan KI 2), tetapi hal ini belum cukup. Sekolah yang merupakan motor penggerak pendidikan berupaya semaksimal mungkin agar peserta didik menjadi lebih baik.
Ciri masyarakat yang berkarakter menurut Sultan (2008:151) antara lain adalah cinta perdamaian, hidup harmoni, toleransi, integrase, rasa hormat, kerja sama, menghormati nilai-nilai, keyakinan, taat hokum, hubungan baik sesame sebagai warga negara. Pendidikan saat ini belum optimal dalam mencetak pribadi manusia yang ahlakqul karimah, seperti sifat Nabi Muhammad SWA , Amanah, Sidiq, Fatonah dan Tabliq. Seandainya ada juga dalam batas yang sedikit. Hal ini menjadi suatu hambatan dalam upaya untuk mewujudkan pembangunan karakter bagi seluruh rakyat Indonesia melalui dunia Pendidikan, yang belum mampu menumbuhkan nilai-nilai kebajikan (virtues), baru mampu pada tataran ilmu pengetahuan (knowledge) seperti ilmu agama, ilmu matematika, biologi, fisika, kimia dan teknologi, akan tetapi sangat kurang dibidang etika dan integritas.
Menurut T.Ramli,pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang
sama dengan pendidikan moral, dan akhlak. Tujuannya adalah untuk
33
masyarakat dan Negara yang baik.
Karakter menurut Jamal Ma’mur Asmani (2011:27) merupakan titian ilmu
pengetahuan dan ketrampilan. Pengetahuan tanpa landasan kepribadian yang
benar akan menyesatkan, dan ketrampilan tanpa kesadaran diri akan
menghancurkan. Karakter itu akan membentuk motivasi, yang dibentuk dengan
metode dan proses yang bermartabat.
Alex Agboola dalam jurnal Eropah penelitian pendidikan ( Eropean JournL
Of Education Research ( Vo.1, No.2, 163-170) tahun 2016 dengan judul “ Bring
Character Education inton Classroom” mengatakan Character education is a
growing discipline with the deliberate attempt to optimize students ethical
behavior. The outcome of character education has always been encouraging,
solidly, and continually preparing the leaders of tomorrow. Bahwa pendidikan
karakter dapat menumbuhkan disiplin dengan upaya yang disengaja untuk
mengoptimalkan siswa dalam etika berperilaku. Hasil yang dapat dirasakan dari
pendidikan karakter ini adalah selalu mendorong rasa kokoh dan secara terus
menerus mempersiapkan pemimpin di masa yang akan datang.
Salah satu penyebab gagalnya pendidikan karakter di Indonesia adalah masih terbatasnya hanya pada penyampaian moral knowing dan moral training, belum menyentuh pada moral being, yaitu membiasakan anak untuk terus menerus melakukan perbuatan moral. Sekolah harus memiliki kebijakan-kebijakan yang tepat untuk mengimplementasikan pendidikan karakter. Budimansyah & Sapriya (2012:85) mengungkapkan, untuk dapat ber perilaku mandiri secara terus menerus, salah satu hal yang perlu dikembangkan adalah adanya lingkungan yang kondusif di sekolah. Pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan oleh pendidik untuk mengajarkan nilai-nilai moral kepada siswa. Inisiatif karakter telah diperkenalkan kembali di sekolah umum SD hingga Perguruan Tinggi dalam menanggapi ke khawatiran tentang penurunan moral , keamanan sekolah, kohesi sosial, keterlibatan sipil dn prestasi akademik. (Wiston, 2008:305).
Upaya dalam rangka memaksimalkan kegiatan pembinaan karakter adalah dengan kegiatan full day school. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengatakan bahwa ada tiga alasan pemberlakuan kegiatan full day school, antara lain: (1) tidak ada mata pelajaran dengan pengertian FDS adalah pemberian jam tambahan.
34
Tetapi dalam jam tambahan tersebut tidak ada mata pelajaran yang bisa membuat para siswa bosan. Kegiatan yang dilakukan adalah ekstrakulikuler tersebut akan merangkum hingga 18 karakter, seperti jujur, toleransi, disiplin hingga cinta tanah air. Dengan kegiatan tersebut, (1) para siswa bisa di jauhkan dari pergaulan yang negatif; (2) orang tua bisa menjemput anak ke sekolah, khususnya bagi masyarakat yang tinggal dio perkotaan, pada umumnya orang tua bekerja hingga pukul 5 sore. Dengan program tersebut, orang tua bisa menjemput anak mereka di sekolah saat pulang kerja; dan (3) membantu sertifikasi guru, artinya membantu guru untuk mendapatkan durasi jam mengajar 24 jam per minggu sebagai syarat mendapatkan sertifikasi guru (Tempo, 2016:1)
Program kegiatan Full Day School (FDS) telah dilaksanakan oleh SMA 3 Jakarta, tertuang di dalam peraturan akademik pasal 9, setiap peserta didik wajib hadir 15 (lima belas) menit sebelum pembelajaran dimulai. Hari efektif pembelajaran dalam satu minggu adalah 5 (lima) hari, senin sampai jumat. Pekan efektif dalam satu semester antara 17 sampai 19 pekan. Jam belajar dari jam 07.00-15.30 WIB.
Pelaksanaan pembinaan karakter meliputi (1) Paskibra; (2) Displin dan (3) Mental juara. Namun belum optimal masih sebatas slogan saja. Dan terintegrasi di dalam pembinaan agama yang merupakan kokulikuler, hanya 4 jam dalam seminggu. Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa siswa di sekolah tidak hanya cukup dikembangkan aspek akademik nya saja, tetapi juga aspek moralnya. Perubahan perilaku siswa merupakan satu aspek yang perlu diperhatikan guru. Watson (2008:175) menjelaskan bahwa siswa dipandang secara alamiah sebagai papan semua upaya tersebut tidak terjadi begitu saja. Untuk itu perlu diadakan perubahan-perubahan melalui pelatihan bagi guru-guru penguatan mata pelajaran karakter yang terintegrasi di dalam mata pelajaran di SMA 3 Jakarta.
Adapun bentuk Pendidikan karakter yang di implementasikan hendaknya merupakan Pendidikan karakter yang konprehensif. Pendidikan karakter yang konprehensif dijelaskan dalam 11 prinsip sebagai berikut: (1) mempromosikan nilai-nilai-nilai etika inti sebagai dasar karakter yang baik; (2) mendifinisikan karakter secara komprehensif dengan memasukkan berpikir, merasa, dan perilaku; (3) menggunakan pendekatan yang komprehensif, proaktifm dan efektif untuk pengembangan karakter; (4) menciptakan kepedulian komunitas sekolah; (5) memberikan kesempatan siswa untuk tindakan moral; (6) memasukkan kurikulum akademik yang bermakna dan menantang yang menghormati semua peserta didik, mengembangkan karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses; (7) berusaha untuk mendorong motivasi diri siswa; (8) melibatkan staf sekolah dalam pembelajaran dan komunitas moral yang bertanggung
35
dalam membimbing Pendidikan siswa; (9) memupuk kepemimpinan moral Bersama dan mendukung inisiatif Pendidikan karakter dalam jangka Panjang; (10) melibatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam upaya pembangunan karakter; (11( mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai karakter, dan sejauh mana siswa memanifestasikan karakter yang baik. (Glanzer & Milson, 2006:534). Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan pembinaan dan pembentuk kan karakter siswa di SMA Muhammadiyah 3 Jakarta. Dan diharapkan dapat dimanfaat kan bagi sekolah lain yang disesuaikan dengan jenjang pendidikan yang ada, untuk mempersiapkan pembentukan karakter siswa melalui kegiatan Full Day School.METODE
Dalam evaluasi ini digunakan metode goal attainment. Yaitu, evaluasi tinkat keberhasilan. Sejauh mana pelatihan telah memberikan kontribusi pada peningkatan kemampuan para guru SMA 3 Muhammadiyah melaksanakan pendidikan karakter. Karena dampak pelaihan ini tidak dapat segera dilihat maka dalam evaluasi ini dijaring persepsi peserta terhadap kemanfaatan serta relevansi pelatihan terhadap tugas-tugas para guru dalam konteks pembinaan karakter siswa. Evaluasi dilakukan dengan angket yang dirancang secara khusus untuk menjaring kemanfaatan pelatihan dan feedback yang diperlukan dalampenyempurnaan pelaksanaan maupun materi pelatihan.
Pengumpulan data difokuskan pada pencapaian tujuan program pelatihan dilihat dari beberapa aspek yaitu aspek penyelenggaraan, daya serap peserta, kesiapan materi dan fasilitator serta saran-saran untuk perbaikan di masa depan. Data dikumpulkan melalui kuesioner kepada seluruh peserta kemudian diolah dengan menggunakan statistic deskriptif.
Secara rinci kajian ini menelaah tahap-tahap sebagai berikut: (1) Penyusunan desain pelatihan sebagai mana tercantum dalam proposal Pengabdian Masyarakat; (2) Koordinasi pelatihan antara Tim dan pihak sekolah melalui Kepala Sekolah SMA 3 Muhammadiyah Jakarta agar dapat diselengarakannya kegiatan pelatihan secara efektif; (3) Penyusunan materi pelatihan dalam bentuk: bahan tayangan, makalah,dan bahan simulasi; (4) Penyelenggaraan pelatihan simulasi pengembangan dan evaluasi Pendidikan.
Penentuan key person, sebagai informan yang dianggap paling mengetahui dan dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini, yakni Kepala
36
sekolah, Wakil kepala sekolah bidang kehumasan, dan kurikulum, guru ekstrakurikuler. Kemudian dianalisis secara deskriptif untuk dapat memberikan makna yang sebenarnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kajian ini berangkat dari adanya masalah kekurang santunan siswa di sekolah yang akhir-akhir ini menunjukkan peningkatan. Berdasarkan masalah yang dihadapi, kajian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan pemberdayaan telah dapat memberikan kontribusi positif terhadap upaya-upaya SMA Muhammadiyah 3 Jakarta dalam membangun karakter siswa sesuai denga visi dan misi sekolah yang telah digariskan.
Respon sekolah terkait dengan kegiatan ini adalah sekolah sebagai pusat pembelajaran yang mencerdaskan anak bangsa harus menjadi pilar utama. Melihat perkembangan yang ada banyak sekali siswa sekolah yang berperilaku tidak baik kepada gurunya dan menjadi rusak di lingkungan tempat siswa itu tinggal, seperti narkoba, tauran, gang motor, dan pemerkosaan dimana-mana. Oleh karena itu, guru sebagai staf pengajar, memiliki fungsi utama di sekolah yaitu melakukan bimbingan dan melaksanakan program yang di jalankan oleh pihak sekolah, selain itu kepala sekolah harus bertanggung jawab terhadap program yang dilaksanakan (Taub, 2015:504).
Selama program ini berjalan terus maka evaluasi antar Lembaga Pendidikan sangat penting untuk mengembangkan kurikulum yang secara eksplisit mencakup Pendidikan karakter. Menyadari bahwa karakter individu tidak dapat dibentuk hanya melalui satu atau dua kegiatan saja, maka sekolah menyiapkan rancangan program pembangunan berkelanjutan dan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran, yang prosesnya juga melibat kan semua guru, staf, dan lembaga lainnya di Lembaga pedidikan, sehingga manfaat dari pembangunan karakter dapat dirasakan (Kamaruddin, 2012:224).
Penilaian dalam pembinaan karakter itu sangat penting agar menjadi skala prioritas dalam menggambarkan ukuran karakter siswa. Penilaian karakter siswa kelas 12 masih cukup baik. Hal ini akan cenderung meningkat, bilamana siswa cenderung menanamkan jiwa karakter yang baik secara terus menerus. Faktor yang paling menonjol adalah ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah sangat baik hal ini disebabkan karena SMA Muhammadiyah 3 Jakarta ini selalu mengimplementasikan ketaatan kepada Allah melalui bimbingan rohani secara terus menerus, praktik ibadah, seperti sholat Dhuha, sholat Zhuhur dan Ashar berjamaah di Masjid. Masing-masing siswa pria bergantian membawakan kultum. Namun factor yang mencolok adalah jiwa
37
masyarakat berasal dari daerah lain.Faktor internal lainnya yang cenderung berpengaruh adalah berasal dari individu itu sendiri baik bersifat fisik maupun psikis. Faktor internal yang berpengaruh terhadap perilaku yaitu harga diri (self esteem) dan factor kepandaian atau kecerdasan (intelligence). Faktor internal meliputi hal-hal sebagai berikut: (1) Kematangan, yang merupakan perkembangan susunan syaraf sehingga fungsi-fungsi indera menjadi lebih sempurna. (2) Pengalaman, yaitu hubungan timbal balik dengan lingkungannya, (3) Transmisi sosial, yaitu hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, antara lain melalui pengasuhan dan Pendidikan dari orang lain, (4) Ekuilibrasi, yaitu sistem pengaturan dalam diri anak itu sendiri yang mampu mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya (Mustaqim et al, 2013:4).
Berdasarkan hasil angket yang disebarkan kepada seluruh peserta, ada15 peserta yang mengembalikan angket evaluasi. Secara keseluruhan talah dikembangkan 16 butir item informasi untuk diisi setiap peserta pelatihan dalam bentuk angket. Dari keseluruhan peserta pelatihan telah dapat diolah sebanyak 240 item pertanyaan mengenai efektivitas pelaksanaan pelatihan yang terbagi ke dalam 5 aspek evaluasi; yaitu tingkat persiapan sebanyak 45 item, kemanfaatan pelatihan sebanyak 73 item, kecukupan alokasi waktu pelatihan sebanyak 43item, dan penyajian materi sebanyak 39 item. Secarakeseluruhan hasil pengolahan data evaluasi menunujukkan bahwa bahwa 12 atau 5% dari seluruh jawaban peserta menyatakan bahwa pelatihan adalah sangat
efektif, 182 atau 75,8% dari seluruh jawaban menyatakan bahwa pelatihan adalah efektif, 45 atau 18,7% dari seluruh jawaban menyatakan kurang efektif dan 1 atau 0%
dari seluruh jawaban yang menyatakan pelatihan tidak efektif.
Secara visual, kefektivan pelatihan ini dapat dilihat dari histogram di bawah ini. Fluktuasi tinggi histogram menunujukkan keragaman pesepsi jawaban terhadap apa yang peserta terima dari pelatihan tersebut. Sekalipun demikian jawaban yang terbanyak adalah bahwa peserta merasa bahwa pelatihan ini telah dapat mencapai tujuan pelatihan sebagai mana direncanakan. Ketidak berhasilan program ini hanya ditunjukkan oleh satu jawaban dari 240 jawaban yang masuk.
38
Gambar 1: Tingkat Keefektivan Secara Keseluruhan
Selanjutnya secara rinci tingkat keefektivan pelaksanaan pelatihan tersebut
dirinci ke dalam aspek sebagai berikut.
(1) Persiapan dan penyelenggaraan pelatihan; Aspek ini menjaring pendapat
peserta pelatihan mengenai seberapa baik persiapan penyelenggaraan
pelatihan telah dilakukan oleh penyelenggara termasuk ketersediaan bahan
oleh pelatih/tutor itu sendiri. Pada aspek ini dievaluasi ketersedian bahan
baik bahan dalam bentuk makalah yang dapat dibawa pulang oleh peserta
untuk dipelajari setelah pelatihan usai dan juga bahan PPT (Power Point)
yang disajikan pada saat pelatihan guna membantu meningkatkan
pemahaman para peserta selama mengikuti pelatihan. Termasuk dalam aspek
ini adalah pendapat para peserta pelatihan mengenai kesiapan para pelatih
dan kesiapan panitia penylenggara dalam melaksanakan program ini.
Gambar 2: Persiapan Pelatihan
Hasil pengolahan data evaluasi menunjukkan bahwa 6 atau 13,3% dari semua
jawaban menyatakan bahwa persiapan sangat baik, 34 atau 75,6% dari
39
semua jawabah adalah tidak baik dan tidak ada atau 0% yang menyatakan
pelatihan sangat tidak baik.
(
2) Kemanfaatan dan relevansi pelatihan;Aspek ini menjaring pendapat peserta
pelatihan mengenai tingkat kemanfaatan pelatihan dalam menanggulangi
permasalahan karakter siswa yang dihadapi para guru di SMA 3
Muhammadiyah Kebayoran. Dalam hal ini evaluasi diarahkan pada pendapat
para peserta mengenai topic-topik yang disajikan dalam pelatihan apakah
benar-benar memiliki kemanfaatan dan sesuai dengan kebutuhan sekolah
dalam meningkatkan karakter para pesertadidik. Dalam pada itu dijaring
pula pendapat para peserta mengenai apakah simulasi pelatihan bermanfaat
terhadap penguasaan materi pelatihan.
Gambar 3: Kemanfaatan Pelatihan.
Hasil pengolahan data menujukkan bahwa 3 atau 0,4% jawaban menyatakan
bahwa pelatihan sangat bermanfaata atau relevan dengan tugas guru, 62 atau
82,3% menyatakan bahwa pelatihan bermanfaat, 8 atau 10,6% menyatakan
kurang bermanfaat dan 0% menyatakan pelatihan sangat tidak bermanfaat.
(3) Waktu pelatihan;Aspek ini mengevaluasi apakah waktu pelatihan yang
dialokasikan dalam program ini cukup memadai atau kurang sesuai dengan
kompleksitas materi yang disajikan dan ketersediaan waktu peserta
mengingat peserta adalah para guru yang dalam kesehariaanya bertugas
mendidik dan mengajar di dalam kelas. Sehingga mereka harus menyisihkan
40
waktu secara khusus untuk mengikuti pelatihan semacam ini. Persoalan
waktu ini sangat penting mengingat kehadiran mereka dalam mengikuti
pelatihan agar tidak mengganggu jam-jam para guru hadir dalam ruang kelas
bersama siswa.Hasil pengolahan data menunujuk kan bahwa 1 atau 2,5% dari
jawaban menyatakan bahwa alokasi waktu adalah sangat cukup, 24 atau 60%
menyatakan cukup, 14 atau 35% tidak cukup dan 1 atau 2.5% menyatakan
waktu sangat tidak cukup.
Gambar:4.Alokasi waktu Pelatihan
(4)
Fasilitas pelatihan;
Fasilitas pelatihan adalah sarana pendukung dalam menentukan keberhasilan
penyelenggaraan pelatihan semacam ini. Fasilitas yang baik akan sangat
membantu baik para peserta
dan para nara sumber melaksanakan fungsinya
masing-masing. Dalam hal ini yang sangat diperlukan adalah LCD, ruangan,
sound system, penerangan yang cukup alat tulis menulis dan dukungan lain
dalam memperlancar proses pelatihan. Dalam lebih utama lagi adalah iklim
atau suasana belajar yang diciptakan oleh fasilitas itu sendiri.
Hasil pengolahan data evaluasi memperlihatkan bahwa 2 atau 4,6% dari
jawaban menyatakan bahwa fasilitas pelatihan sangat baik, 37 atau 86% dari
jawaban menyatakan fasilitas pelatihan adalah baik, 4 atau 9,3% menyatakan
bahwa fasilitas pelatihan tidak baik dan 0% yang menyatakan bahwa fasilitas
adalah sangat tidak baik.
41
Gambar:5. Fasilitas Pendukung Pelatihan(5) Penyampaian materi pelatihan.
Penyampaian materi adalah hal yang sangat penting. Karena ini akan turut
menentukan daya serap peserta terhadap konten materi yang disajikan.
Tentu ukuran salah satu hal yang penting dalam penyampaian materi atau
penyajian adalah interaksi antara nara sumber dan para peserta.Hasil
pengolahan data evaluasi menunjukkan bahwa penyampaian materi
menyatakan 25 atau 64,1% penyampaian adalah baik, 14 atau 35,9%
menyatakan bahwa kurang baik dan tidak ada atau 0% menyatakanbahwa
penyampaian sangat tidak baik.
Gambar:6.Penyampaian Materi Pelatihan
Hasil evaluasi tersebut di atas dinukil dari matriks tabulasi data secara
manual yang secara lengkap dapat dilihat pada table berikut;
42
MATRIKS EVALUASI PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGABDIAN MASYARAKAT SMA 3 MUHAMMADIYAH KEBAYORANJAKARTA
NO. ASPEK.SUBASPEK SB/% B/% KB/% STB/% TOTAL
A. Persiapan 6 34 5 0 45
1 persiapan bhan pelatihan 3 10 2 2 persiapan nara sumber 1 12 2 3 persiapan penyelenggara 2 12 1
B. KEMANFAATAN PELATIHAN 3 62 8 0 73
4 Kesesuaian Pelatihan dgn masalah 1 11 2 5 Kesesuaian dgn kebutuhan sekolah 15
6 Kesesuaian materi dgn tema 2 12 2 7 Kesesuaian simulasi dgn topik 10 2
8 Kemanfaatan pelatihan 0 14 2 0
C. WAKTU PELATIHAN 1 24 14 1 40
9 Waktu pelatihan tdk mengganggu 1 12 12 1 10 Kecukupan waktu pelatihan 12 2
D. FASILITAS PELATIHAN 2 37 4 0 43
11 Kenyamamanan Ruangan 2 12
12 Alat Bantu Ajar 13 2
13 Iklim Pelatihan 12 2
E. PENYAMPAIAN MATERI 0 25 14 0 39
14 Penyampaian materi 6 5
15 Interaksi tutor dan Peserta 8 4 16 Alat dukung penyamaian materi 11 5
TOTAL 12 182 45 1 240
Keterangan: SB= Sangat Baik; B= Baik; KB= Kurang baik; STB= Sangat Tidak Baik
SARAN
Adapun saran yang diajukan oleh para peserta untuk kegiatan pelatihan
penguatan Pendidikan karakter ini adalah sebagai berikut:
1. Waktu pelatihan sebaiknya diperpanjang menjadi 5 hari agar dapat
mencakup seluruh materi yang diperlukan dalam rangka mengembangkan
pembinaan pendidikan karakter.
2. Penyajian agar dilakukan lebih variatif mengingat waktu pelatihan dilakukan
pada siang hari untuk menghindari rasa kantuk dalam mengikuti pelatihan.
3. Penyajian agar diselingi dengan semacam game atau permainan guna
mencegah kantuk dan meningkatkan konsentrasi. Perlu dikembangkan ice
breaking yang menarik sebelum pelatihan dimulai.
4. Perlu penyajian yang lebih menarik lagi mengingat guru sudah pada lelah di
siang hari.
5. Perlu dilakukan revisi materi dan penyajian demi adanya kesempurnaan
pelatihan.
6. Tutor perlu meningkatkan motivasi para peserta
7. Perlu dikembangkan kajian-kajian yang lebih mendalam lagi.
43
catatan sebagaimana yang disarankan oleh para peserta. Kedua hendaknya
guru-guru memberikan keteladan yang patut dicontoh oleh para siswa seperti
disiplin, guru harus datang lebih awal dari pada siswa, sikap santun dan penuh
kasih sayang kepada para siswa, kejujuran merupakan cerminan dari ketaatan
kepada Allah SWT. Ketiga para guru harus lebih dekat lagi kepada siswa
sehingga dapat mengetahui permasalahan siswa yang pada umumnya sedang
dalam taraf remaja menuju kepada taraf kedewasaan. Keempat sekolah perlu
membuat program parenting dengan mengundang para pakar Pendidikan
karakter, dan para orang tua siswa sehingga diharapkan ada solusi dalam
mengatasi bersama dalam rangka meningkatkan Pendidikan karakter di sekolah
Menengah Atas Muhammadiyah 03 Jakarta.
SIMPULAN
Dari hasil olah data yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
capacity building pada guru-guru SMA Muhammadiyah 3 Jakarta secara
keseluruhan berjalan secara efektif. Demikian pula ditinjau dari persiapan,
kemanfaatan, fasilitas pelatihan dan penyampaian materi cukup memuaskan.
Sekalipun begitu dari saran-saran yang masuk melalui kuesener, pelatihan masih
memerlukan penyempurnaan-penyempurnaan. Dan selanjutnya pemahaman
tentang Pendidikan karakter bagi guru-guru perlu ditingkatkan melalui seminar
dan pelatihan yang lebih mendalam sehingga pelaksanaan Pendidikan karakter
ini bukan hanya sebatas pembiasaan saja tetapi sudah menjadi budaya, yang
dapat merubah karakter siswa menajadi siswa yang mempunyai akhlak mulia
atau ahlaqul karimah.
DAFTAR PUSTAKA
Asmani, Jamal Ma’mur.2011, Buku Panduan Internalisasi, Pendidikan Karakter
di Sekolah, Diva Press.
Budimansyah, D& Sapriya, 2012.Refleksi Implementasi Project Citizen dalam
pembe lajaran Pendidikan kewargaan di Indonesia. Dalam Budimansyah,D
(Penyunting). Dimensi-dimensi Praktik Pendidikan Karakter Bandung:
Widya AKsara Pers.
44
Glanzer, P.L &Milson, A.J.2006 Legislating the Good: a survey and evaluation of
character education laws in the United State. Educational Policy, 20 (3),
525-550
Hogan, P. 2006. Education as a Discipline of Thought and Action: A Memorial to
John Wilson. Oxford Review of Education, 32 (2), 253-264.
Howard, R. W., Berkowitz. M.W & Schaeffer. 2004. Politics of Character
Education. Educational Policy. 18 (1), 188-125.
Istyarini, R.B.K.2016. Character Education Development Model-based
E-Learning and Multiple in Telegency in Childhood in Central Java. Global
Journal of Computer Scince and Technology, (15), 1-11.
Kamaruddin,S.A.2012,Character Education and Students Social Behavior,
Journal of Education and Learning, 6 (4), 223-230
Koesoema A, Doni. 2007. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman
Global. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Mustaqim, W.Ali,M,Mustaqim & Ismara, I 2013. Pengaruh Penerapan
Pendidikan Karakter di Sekolah terhadap Perilaku Akademik Siswa kelas XI
Teknik Komputer Jaringan di SMK Piri I Yogyakarta, Jurnal Skripsi 1-10.
Marleny Leasa dan John Rafafy Batlolona, Jurnal Full Day Scholl dalam
pembentukan karakter siswa SMKN 13 Kota malang. Jurnal Pendidikan
Karakter, Tahun VII, Nomor 1, April 2017
Nucci, L. P., & Narvaez, D. 2008.
Handbook of Moral and Character Education. New York: Routledge.
Qoyyimah, U. 2016. Inculcating Character Education Through EFL Teaching in
Indonesian State Schools. Pedagogies: An International Journal, 11 (2), 1-18.
Rokhman, F., Hum, M., Syaifudin, A. &Yuliati. 2013. Character Education For
Golden Generation 2045 (National Character Building for Indonesian Golden
Years). Procedia-Social and Behavioral Sciences. (141), 1161-1165.
Rukiyati. 2013. Penanaman Nilai Kerjasama dan Tanggung Jawab Terintegrasi
dalam Perkuliahan Ilmu endidikan. Jurnal Pendidikan Karakter. 3 (2),
90-100.
Sultana, N. 2008. Promoting Social Skills and Character Building through
Classroom Instruction. The International Journal of the Humanities, 6 (2),
151-162.
Taub, R. 2015. A New Educational Reform in Israeli High Schools Affecting
Teachers' Motivation and Perc
Tempo. 28 Juli 2016. Full Day School, halm.1.
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Watson, M. 2008. Developmental Discipline and Moral Education. Dalam Nucci, LP., Narvaez, D. (Eds.). Handbook of and character. New York: Routledge. Winton, S. 2008. The appeal(s) of Character Education in Threatening Times: Caring