• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINDAKAN SOSIAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL ISINGA ROMAN PAPUA KARYA DOROTHEA ROSA HERLIANY (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) ARTIKEL ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINDAKAN SOSIAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL ISINGA ROMAN PAPUA KARYA DOROTHEA ROSA HERLIANY (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) ARTIKEL ILMIAH"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

TINDAKAN SOSIAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL

ISINGA ROMAN PAPUA KARYA DOROTHEA ROSA HERLIANY

(TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA)

ARTIKEL ILMIAH

Andre Gusto

NPM 10080364

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

(2)
(3)
(4)

TINDAKAN SOSIAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL

ISINGA ROMAN PAPUA KARYA DOROTHEA ROSA HERLIANY

(TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) Oleh

, , . . , . . , , . . , . .

1) Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat 2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh semakin banyaknya terjadi kesenjangan tindakan sosial dalam realita kehidupan. Novel Isinga Roman Papua karya Dorothea Rosa Herliany menggambarkan tentang berbagai macam bentuk tindakan sosial diantaranya rasionalitas instrumental, rasionalitas yang berorientasi nilai, tindakan tradisional, tindakan afektif. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tindakan sosial dalam novel Isinga Roman Papua karya Dorothea Rosa Herliany tinjauan sosiologi sastra dengan rumusan masalah Bagaimanakah tindakan sosial tokoh utama yang terdapat dalam novel

Isinga Roman Papua karya Dorothea Rosa Herliany berdasarkan rasionalitas instrumental, rasionalitas

yang berorientasi nilai, tindakan tradisional, tindakan afektif.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif yang bersifat analisis isi (content analysis). Objek penelitian ini adalah novel Isinga Roman Papua karya Dorothea Rosa Herliany dengan fokus penelitian adalah tipe-tipe tindakan sosial dalam novel Isinga

Roman Papua karya Dorothea Rosa Herliany yang terdapat dalam novel. Teknik pengumpulan data

dalam penelitian tindakan sosial tokoh utama dalam novel Isinga Roman Papua karya Dorothea Rosa Herliany adalah membaca dan memahami, menandai kalimat dan kutipan dalam novel berdasarkan tindakan tokoh utama, menginventarisasi data dalam novel, mengklasifikasikan data yang terdapat dalam novel Isinga Roman Papua karya Dorothea Rosa Herliany.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tindakan sosial berupa perilaku masyarakat Papua yang selalu mempertimbangkan dan membuat pilihan untuk mencapai tujuan dalam melakukan tindakan. Tindakan yang terkait dengan pilihan dan pertimbangan untuk mencapai tujuan, yaitu (1) rasionalitas instrumental dilihat dari tindakan tokoh utama dalam menjalani kehidupan sehari yang sering berburu dan membantu masyarakat dengan tujuan-tujuan yang sudah dipertimbangkan. (2) rasionalitas yang berorientasi nilai dilihat dari tokoh yang sering yang banyak melakukan upacara-upacara dan ritual adat. (3) tindakan tradisional yang dilihat dari tindakan tokoh dan anggota masyarakat yang selalu menjalankan suatu kebiasaan dalam masyarakat dan sudah menjadi tradisi secara turun temurun oleh anggota masyarakat. (4) tindakan afektif dilihat dari berbagai konflik masyarakat dalam novel yang memicu tingkatan emosi atau perasaan tokoh dan anggota masyarakat dalam melakukan tindakan.

(5)

SOCIAL ACTION FIGURES MAJOR IN NOVEL

ISINGA ROMAN PAPUA BY DOROTHEA ROSA HERLIANY

( SOCIOLOGY LITERATURE REVIEW ) By

, , . . , . . , , . . , . .

1) Students Studies Program Language and Literature Indonesia STKIP PGRI West Sumatera 2) 3) Lecturer Education Studies Program Language and Literature Indonesia

STKIP PGRI West Sumatera ABSTRACT

This research is motivated by the increasing number of social actions gaps in the reality of life. Novel Isinga Papua Roman by Dorothea Rosa Herliany describes the various forms of social action include instrumental rationalit, the rationality of value-oriented, traditional measures, affective action. This study aimed to describe the social action in the novel Isinga Roman Papua by Dorothea Rosa Herliany reviews sociology of literature with the formulation of the problem How social action key figures contained in the novel Isinga Roman Papua by Dorothea Rosa Herliany by instrumental rationalit, the rationality of value-oriented, traditional measures, affective action.

The research is a qualitative study using descriptive methods of content analysis. The object of this study is novel Isinga Roman Papua by Dorothea Rosa Herliany with a focus on the types of social action in the novel Isinga Roman Papua by Dorothea Rosa Herliany Papua contained in the novel . Data collection techniques in the study of social action the main characters in the novel Isinga

Roman Papua by Dorothea Rosa Herliany is to read and understand, mark the phrase and citations in

the novel based on the actions the main character, inventory data in novel, classifying the data contained in the novel Isinga Roman Papua by Dorothea Rosa Herliany.

The results showed that there is a social form of behavior action Papuans who always consider and make choices to achieve the objectives in the action. The action associated with selection and judgment to achieve the objective, namely (1) visits instrumental rationality of action the main character in living daily life are often hunt and help the community with the goals that have been considered. (2) The value-oriented rationality of figure often seen that many ceremonies and traditional rituals. (3) traditional measures as seen from action figures and members of the public who have always run a custom in the community and has become a tradition for generations by members of the public. (4) affective action viewed from various community conflict in the novel that trigger level of emotion or a feeling of community leaders and members to take action.

(6)

A. PENDAHULUAN

Karya sastra merupakan gambaran berbagai realita yang terdapat dalam masyarakat. Karya sastra khususnya novel memiliki beberapa ide pikiran yang simetris dengan pola sosial kehidupan masyarakat. Novel Isinga Roman Papua merupakan salah satu karya yang ditulis oleh Dorothea Rosa Herliany pada tahun 2015. Novel ini diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Umum, Jakarta. Novel ini menceritakan tentang kehidupan sosial masyarakat Papua dengan berbagai tindakan sosial tokoh utama. Tindakan sosial terlihat dari perilaku tokoh utama menjalani kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Tindakan sosial tokoh utama yang terdapat dalam novel Isinga Roman Papua karya Dorothea Rosa Herliany menjadi fokus perhatian utama peneliti.

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tindakan sosial tokoh utama yang terdapat dalam novel Isinga Roman Papua karya Dorothea Rosa Herliany berdasarkan rasionalitas instrumental, rasionalitas yang berorientasi nilai, tindakan tradisional, tindakan afektif. Dengan rumusan masalah penelitian, Bagaimanakah tindakan sosial tokoh utama yang terdapat dalam novel

Isinga Roman Papua karya Dorothea Rosa Herliany berdasarkan tindakan rasionalitas instrumental,

rasionalitas yang berorientasi nilai, tindakan tradisional, tindakan afektif?

Menurut Nurgiyantoro (1995:2), novel sebagai karya sastra yang bersifat imajinasi selalu menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut kemudian mengungkapkan kembali melalui sarana novel sesuai dengan pandangannya. berdasarkan pengalaman-pengalaman dan pengamatan, pengarang melakukan perenungan secara intens sehingga mampu mengungkapkannya dalam bentuk sebuah karya. Menurut Nurgiyantoro (1995:23), karya sastra dibangun oleh dua unsur penting, yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra. Unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra.

Dalam penelitian ini peneliti mengelompokkan data sesuai dengan peristiwa yang menggambarkan tindakan sosial tokoh utama dalam novel. Menurut Johnson (1994:214), sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memperoleh pemahaman interpretatif mengenai tindakan sosial agar demikian bisa suatu penjelasan kausal mengenai arah dan akibat-akibatnya. Selanjutnya Johnson (1994:220) juga mengemukakan beberapa tipe tindakan sosial, yaitu rasionalitas instrumental, rasionalitas yang berorientasi nilai, tindakan tradisional, dan tindakan afektif.

B. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif. Ratna (2010:47), menyatakan penelitian kualitatif memberikan perhatian terhadap data ilmiah, data dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya. Sedangkan penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis. Karena dalam penelitian ini mendeskripsikan tindakan sosial tokoh utama dalam novel Isinga Roman Papua karya Dorothea Rosa Herliany.

Data dalam penelitian ini adalah kalimat dan kutipan tentang tindakan sosial tokoh utama dalam novel Isinga Roman Papua karya Dorothea Rosa Herliany. sumber data dalam penelitian ini adalah novel Isinga Roman Papua karya Dorothea Rosa Herliany, merupakan cetakan pertama. Novel ini diterbitkan tahun 2015 yang terdiri dari 210 halaman dengan sampul depannya gambar sebuah rumah di perkampungan Papua.

Penelitian ini menggunakan peranan peneliti sendiri sebagai instrumen penelitian. Menurut Moleong (2010:168), manusia sebagai instrumen penelitian yaitu kedudukan peneliti sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan menjadi pelopor hasil penelitiannya, dan dibantu oleh format inventarisasi data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah. Pertama, Membaca dan memahami novel Isinga Roman Papua karya Dorothea Rosa Herliany. Kedua, Menandai kalimat dan kutipan dalam novel sesuai format inventarisasi data dalam novel Isinga Roman Papua karya Dorothea Rosa Herliany. Ketiga, Menginventarisasi data dalam novel Isinga Roman Papua karya Dorothea Rosa Herliany. Keempat, Mengklasifikasikan data yang terdapat dalam novel Isinga Roman Papua karya Dorothea Rosa Herliany.

(7)

Teknik analisis data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu: (1) mendeskripsikan tindakan sosial tokoh utama dalam novel Isinga Roman Papua karya Dorotheaa Rosa Herliany tinjauan sosiologi sastra; (2) menganalisis data dari tindakan tokoh utama yang berhubungan dengan tipe-tipe tindakan sosial; (3) menyimpulkan hasil analisis data. Teknik pengabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi peneliti, yaitu baik data atau simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti yang lain. Validator dalam pengabsahan data ini adalah Mila Kurnia Sari, S.S., M.Pd. Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat.

C. HASIL dan PEMBAHASAN 1. Temuan Data dan Pembahasan

Ditinjau dari tindakan sosial rasionalitas instrumental, dapat dilihat ketika tokoh Meage diajarkan bagaimana cara berburu oleh Falimo yang memang harus dilakukan oleh setiap laki-laki di Aitubu. Meage mempelajari bila buruan sudah terkepung, kadang Falimo menangkap dengan jerat. Kalau itu babi hutan, ia akan membidiknya dengan busur dan anak panah. Tindakan yang diajarkan Falimo kepada Meage dilakukan berdasarkan pertimbangan dan pilihan yang sadar untuk mencapai sebuah tujuan. Tokoh Meage sering membantu ibunya berkebun dan tokoh Meage juga banyak menolong masyarakat seperti menolong orang-orang sakit, mengajarkan anak-anak membaca dan menulis. Tindakan tokoh Meage menolong masyarakat merupakan pertimbangan yang sadar melakukan sesuatu hal untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tindakan rasionalitas instrumental terlihat juga dari tindakan-tindakan tokoh Irewa. Dapat dilihat dari Irewa saling mendukung dan bekerja sama dengan Jinggi untuk mengusir pelacur yang marak di Distrik Yar, dengan segala pertimbangan tempat pelacuran tersebut sudah meresahkan masyarakat. Dengan adanya tempat pelacuran merusak adat yang ada di Papua, tindakan Irewa ini bertujuan memperbaiki moral laki-laki masyarakat Papua.

Tindakan rasionalitas yang berorientasi nilai terlihat ketika tokoh Meage dan Irewa sering melakukan upacara dan ritual adat yang merupakan acara sakral berdasarkan keyakinan masyarakat Aitubu. Tindakan rasionalitas yang berorientasi nilai juga terlihat ketika tokoh Meage sering mendengarkan khotbah-khotbah dari Pendeta Ruben. Tindakan Meage yang sering mendengarkan khotbah menjelaskan bahwa Meage adalah seorang yang Religius dan taat agama terlihat dari Meage sering mendengarkan khotbah Pendeta Ruben.

Tindakan yang dilakukan tokoh utama adalah bentuk tindakan tradisional. Dimulai dari upacara Wit, dan dilanjutkan dengan berburu sampai bulan purnama, hingga babi hasil buruan dimasak dengan cara tradisi bakar batu sudah menjadi kebiasaan masyarakat Aitubu dari dahulu. Tindakan tradisional terlihat dari kutipan kebiasaan di Aitubu, laki-laki lebih sering berada di rumah Yowi sedangkan Meage jarang berada di rumah Yowi. Tindakan tersebut menjelaskan bahwa laki-laki di Aitubu sering berada di rumah Yowi merupakan kebiasaan yang sudah ada di masyarakat. Selanjutnya tindakan tradisional terlihat dari tokoh Meage sering membantu mama di kebun, menokok sagu, dan kuskus hanya boleh dimakan oleh laki-laki, dari tindakan tersebut menjelaskan bahwa yang bekerja di kebun dan menokok sagu merupakan kegiatan yang sudah menjadi kebiasaan dan tradisi masyarakat Aitubu.

Tindakan afektif terlihat dari Tokoh Meage gugup dan malu ketika Meage menyentuh Irewa, dan Irewa juga mengalami hal sama. Dominasi perasaan yang dialami Meage dan Irewa tersebut merupakan tindakan afektif, karena perasaan itu terjadi begitu saja tanpa perencanaan yang sadar. Perasaan senang, sedih, marah dari tokoh utama terlihat dari berbagai perilaku tokoh utama dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat serta tindakan afektif tokoh terlihat dari berbagai konflik yang terjadi dalam masyarakat.

(8)

2. Analisis Data

Pada bagian ini, dijelaskan mengenai hasil penelitian yang berupa analisis data. Data yang ditemukan terdiri dari rasionalitas instrumental, rasionalitas yang berorientasi nilai, tindakan tradisional, tindakan afektif. Hal ini dijelaskan sebagai berikut.

a. Tindakan Sosial Tokoh Utama Dalam Novel Isinga Roman Papua Karya Dorothea Rosa Herliany tindakan Rasionalitas Instrumental

Ketika tokoh Meage diajak Falimo berburu ke hutan. Falimo adalah adik mamanya, Meage diajarkan cara berburu dengan menggunakan jerat dan panah. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.

“…Meage mempelajari, bila buruan sudah terkepung, kadang Falimo menangkap dengan

jerat. Kalau itu babi hutan, ia akan membidiknya dengan busur dan anak panah. Kelak

setelah lebih besar, Meage membawa tombak. Ia kadang melemparkan alatnya itu kalau buruannya belum mati. Tapi tak selalu ia bunuh. Kadang ia hanya melukai saja. Selanjutnya babi itu diserahkan pada mama dan neneknya.”(Herliany, 2015: 11)

Berdasarkan kutipan tersebut, terlihat bahwa tokoh Meage diajarkan bagaimana cara berburu oleh Falimo yang memang harus dilakukan oleh setiap laki-laki di Aitubu. Apa yang dilakukan oleh tokoh Meage dan Falimo adalah salah satu tindakan rasional instrumental, ini terlihat dari kalau hasil buruannya babi hutan, ia akan membidiknya dengan busur dan anak panah. Hal tersebut adalah tindakan yang didasarkan atas pertimbangan dan pilihan yang sadar akan tujuan akan dicapai.

Meage menolong orang sakit di rumah Bapa Dokter Leon. Hal itu terlihat dari kutipan berikut.

“…Di rumah Bapa Dokter Leon, Meage banyak melihat hal-hal yang dikerjakan sehari-hari berkaitan dengan kesehatan. Menolong orang sakit adalah keharusan. Tidak

boleh ditunda. Nyawa manusia harus diselamatkan.” (Herliany, 2015:12)

Berdasarkan kutipan tersebut, terlihat tokoh Meage menolong orang-orang sakit. Tindakan yang dilakukan Meage adalah rasionalitas instrumental, tokoh Meage menolong orang-orang sakit atas dasar pertimbangan dan pilihan yang sadar akan tujuan yang ingin dicapainya.

Meage mengajar anak-anak di hutan dengan membagikan pengetahuan yang didapatnya baik dari buku-buku yang dibaca ketika masih dalam asuhan Dokter Leon dan istrinya Lea maupun pengetahuan yang didapat di sekolah. Hal itu terlihat dari kutipan berikut.

“…Di hutan, anak- anak yang masih kecil-kecil diajari Meage mengenal huruf dan

angka. Lalu belajar menulis dan membaca. Meage juga memberi tahu agar mereka tak

mempercayai roh.”(Herliany, 2015:111)

Berdasarkan kutipan tersebut, Meage mengajarkan anak-anak untuk membaca dan menulis. Tindakan rasionalitas instrumental tokoh Meage adalah mengajarkan anak membaca, agar anak-anak tersebut tidak menjadi bisa baca tulis. Dengan pilihan yang sadar Meage telah membantu pendidikan anak-anak di hutan dan tokoh Meage juga memberi tahu mereka agar mereka tidak mempercayai roh, sebagaimana yang diyakini oleh masyarakat di bawah pegunungan Megafu.

Irewa merasa terpanggil untuk menjadi orang yang berpengaruh mengubah pandangan orang lain. Irewa mulai menyampaikan pendapatnya tentang pelacuran yang sedang marak di Distrik Yar dan Irewa berencana mengusirnya dari tanah Papua, berbagai pihak mendukung tindakan Irewa tersebut. hal itu terlihat dari kutipan berikut.

“…Jinggi dan Irewa bertemu dengan tujuan yang sama. Dua kembar yang beda wajah

ini tampak akrab. saling memberi dukungan dan kerja sama. Kelompok lain dari kalangan agama juga bergerak.”(Herliany, 2015:158)

Berdasarkan kutipan tersebut, Irewa dan Jinggi bertemu untuk membahas masalah tentang tempat pelacuran yang ada di pusat kota Distrik Yar. Tindakan rasionalitas instrumental terlihat dari Jinggi dan Irewa saling mendukung dan bekerja sama untuk mengusir pelacur yang kini marak di Distrik Yar, dengan segala pertimbangan tempat pelacuran tersebut sudah meresahkan masyarakat.

(9)

b. Tindakan Sosial Tokoh Utama Dalam Novel Isinga Roman Papua Karya Dorothea Rosa Herliany tindakan Rasionalitas yang Berorientasi Nilai

Sifat rasionalitas yang berorientasi nilai yang penting adalah bahwa alat-alat hanya merupakan objek pertimbangan dan perhitungan yang sadar. Nilai-nilai akhir bersifat non rasional dalam hal seseorang tidak dapat memperhitungkannya secara obyektif mengenai tujuan-tujuan mana yang harus dipilih. Tindakan religius merupakan bentuk dasar dari rasionalitas yang berorientasi nilai.

Tokoh Meage pernah menjalani upacara ketika berumur 9 tahun. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.

“…Meage sudah mengikuti upacara Wit di saat ia berumur 9 tahun.” (Herliany, 2015:10)

Berdasarkan kutipan tersebut, terlihat tokoh Meage pernah mengikuti upacara Wit saat berumur 9 tahun. Dengan Meage mengikuti upacara Wit menjelaskan bahwa masyarakat Aitubu melakukan upacara tersebut atas pilihan dan pertimbangan yang sadar. Nilai dan tujuan dari upacara Wit tersebut adalah dapat menghindarkan anak dari kutukan dan bahaya lain. Meage mengikuti upacara Wit merupakan rasionalitas yang berorientasi nilai karena upacara Wit dilakukan atas pilihan dan pertimbangan yang sadar, nilai akhir yang bersifat non rasional dari tindakan tersebut adalah upacara Wit dapat menghindarkan anak dari kutukan dan bahaya lain. Jadi tujuan dari upacara Wit sudah ada bagi masyarakat Aitubu.

Tokoh Meage ingin ikut sekolah yang didirikan oleh Pendeta Ruben. Namun sebenarnya umurnya belum memungkinkan. Meski demikian, ia diterima sebagai siswa percobaan, karena Meage cukup dekat dengan Pendeta Ruben. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.

“..Meage sering mendengarkan khotbah-khotbah dari pendeta Ruben.” (Herliany,

2015:16)

Berdasarkan kutipan tersebut, terlihat tokoh Meage adalah seorang yang cukup religius. Tindakan rasionalitas yang berorientasi nilai terlihat ketika tokoh Meage sering mendengarkan khotbah-khotbah dari Pendeta Ruben. Meage adalah seorang yang Religius dan taat agama terlihat dari Meage sering mendengarkan Khotbah Pendeta Ruben.

Tokoh Irewa mengalami menstruasi untuk pertama kali, dan akan diadakan upacara adat bagi Irewa. Hal itu dapat dilihat pada kutipan berikut.

“…Dukun menyiapkan sebuah upacara adat bagi irewa, cucunya sendiri, anak

perempuan yang menstruasi pertama kali. Meage yang sudah tiba di dusun kapo

diminta mengambil betatas dari kebun, khusus untuk upacara. Betatas itu bernama kuluk dan suwa. Hanya orang aitubu yang tahu jenis-jenis betatas disitu. Meage juga disuruh mencari air yang terkumpul di daun rambat yang lebar. (Herliany, 2015:44-45)

Berdasarkan kutipan tersebut, terlihat tokoh Irewa mengalami menstruasi pertama kali. Tindakan rasionalitas yang berorientasi nilai terlihat dari dukun menyiapkan sebuah upacara adat untuk Irewa. Tindakan tersebut menjelaskan bahwa masyarakat Aitubu melakukan upacara adat ketika ada seorang wanita yang sedang mengalami menstruasi pertama. Upacara adat bersifat sakral bagi masyarakat Aitubu, dan merupakan tindakan rasionalitas yang berorientasi nilai karena upacara adat bagi masyarakat Aitubu sudah ada nilai dan tujuannya.

c. Tindakan Sosial Tokoh Utama Dalam Novel Isinga Roman Papua Karya Dorothea Rosa Herliany Tinjauan Tindakan Tradisional

Tindakan tradisional merupakan tipe tindakan sosial yang bersifat non rasional. Kalau seorang individu memperlihatkan perilaku karena kebiasaan, tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan. Individu itu akan membenarkan atau menjelaskan tindakan itu kalau diminta, dengan hanya mengatakan bahwa dia selalu bertindak dengan cara seperti itu atau perilaku seperti itu merupakan kebiasaan baginya.

Upacara Wit adalah upacara yang dilakukan oleh anak laki-laki masyarakat Aitubu. Setelah melakukan upacara Wit, laki-laki yang mengikuti upacara tersebut diharuskan berburu ke hutan hingga

(10)

bulan purnama, Tokoh Meage juga pernah melakukan upacara Wit ketika kecil, Hal itu terlihat pada kutipan berikut.

“…Meage sudah mengikuti upacara Wit di saat ia berumur 9 tahun. Sehari setelah

upacara Wit, ia diajak Falimo berburu ke hutan. Tugas itu dijalankan sampai bulan purnama. Dengan anak panah dan busur pertama yang menjadi miliknya, Meage

berangkat ke hutan ditemani Jack, anjingnya yang setia. Babi hutan biasanya dimanfaatkan untuk keperluan adat. Pada saat bakar batu, daging babi dimakan seluruh kampung.” (Herliany, 20015:10-11).

Berdasarkan kutipan tersebut, terlihat tokoh Meage melakukan upacara Wit ketika berumur 9 tahun. setelah melakukan upacara Wit, Meage diajak berburu ke hutan oleh Falimo. Tindakan yang dilakukan Meage dan Falimo adalah bentuk tindakan tradisional, dimulai dari upacara Wit dan dilanjutkan dengan berburu sampai bulan purnama hingga babi hasil buruan dimasak dengan cara tradisi bakar batu sudah menjadi kebiasaan masyarakat Aitubu dari dahulu.

Setelah selesai menjalani upacara Wit, laki-laki lebih sering berada dirumah Yowi. Kebiasaan seperti itu juga yang seharusnya dilakukan Meage. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.

“…Kebiasaan di Aitubu, setelah menjalani upacara Wit para anak laki-laki lebih

banyak menghabiskan waktu di rumah Yowi. Kebanyakan mereka merasa malu bila tetap di Humia, dirumah para perempuan. Meage tidak. Ia tetap menghabiskan

waktunya seperti biasa. (Herliany, 2015:12-13).

Berdasarkan kutipan tersebut, terlihat tokoh Meage tidak selalu berada di rumah Yowi, rumah Yowi merupakan tempat perkumpulan laki-laki yang sudah menjalani upacara Wit. Tindakan tradisional terlihat dari kutipan kebiasaan di Aitubu, laki-laki lebih sering berada di rumah Yowi. Tindakan tersebut merupakan kebiasaan yang sudah ada di masyarakat.

Tokoh Meage sering membantu mamanya di kebun dan ikut pekerjaan menokok sagu, kegiatan yang hanya dilakukan oleh perempuan di Aitubu. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.

“…Meage ikut membantu mamanya dikebun dan kadang ikut pekerjaan menokok sagu.

Menokok sagu sebetulnya hal yang tak disukai para anak laki-laki di perkampungan itu. Itu dianggap bukan jenis pekerjaan laki. Pekerjaan laki-laki adalah berperang dan berburu.” (Herliany, 2015:14)

Berdasarkan kutipan tersebut, terlihat tokoh Meage melakukan pekerjaan yang tidak dilakukan oleh laki-laki di Aitubu. Tindakan tradisional terlihat dari tokoh Meage sering membantu mama di kebun dan menokok sagu hal yang tidak disukai laki-laki Aitubu, dari tindakan tersebut menjelaskan bahwa yang bekerja di kebun dan menokok sagu merupakan kegiatan yang hanya dilakukan oleh perempuan.

d. Tindakan Sosial Dalam Novel Isinga Roman Papua Karya Dorothea Rosa Herliany Tinjauan Tindakan Afektif

Tindakan Afektif adalah dominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar. Seseorang yang sedang mengalami perasaan meluap-luap seperti cinta, kemarahan, ketakutan atau kegembiraan dan secara spontan mengungkapkan perasaan itu tanpa refleksi berarti sedang memperlihatkan tindakan afektif. Tindakan afektif dalam Novel Isinga Roman

papua ditemukan 9 data. Pertama, Meage menyelamatkan Irewa yang sedang tenggelam di sungai,

Meage dan Irewa terlihat gugup dan malu ketika bersama. Hal itu terlihat pada kutipan berikut. “…Ah, Irewa ternyata! Dada Meage berdegup. Juga gemetar menyentuh kulit

tubuh seorang perempuan. Baru pertama kali. Irewa juga begitu. Kaget berada sangat dekat di dada seorang laki-laki. Belum pernah selama hidupnya. Irewa

mengucapkan terima kasih kepada Meage. Irewa senang dan lega bisa selamat. Juga malu. Tapi ia tak bisa berlama-lama disitu. Meage juga, senang dan malu. Malu yang berbeda. Entah. Di Aitubu jarang terlihat ada laki-laki dan perempuan berdua-duaan saja dan berbicara satu sama lain. Mereka akan merasa malu. Irewa dan Meage sama-sama merasa malu kalau harus bicara lebih banyak.” (Herliany, 2015:18)

(11)

Berdasarkan kutipan tersebut, terihat tokoh Meage gugup dan malu ketika Meage menyentuh Irewa, dan Irewa juga mengalami hal sama. Dominasi perasaan yang dialami Meage dan Irewa tersebut merupakan tindakan afektif, karena perasaan itu terjadi begitu saja tanpa perencanaan yang sadar. Dari kejadian yang dialami Meage dan Irewa menjelaskan bahwa di Aitubu dan laki-laki dan perempuan jarang terlihat berdua atau berbicara satu sama lain.

Irewa diculik oleh Malom dari kampung Hobone. Suatu hari lain, ada seorang dari Hobone memukuli orang Aitubu. Orang-orang Aitubu terlihat sangat marah pada pertemuan di rumah Yowi induk perkampungan Aitubu. Hal itu terlihat dari kutipan berikut.

“…Kemarahan para pemuda aitubu mencapai puncaknya! Meage juga sangat

marah. Ia sudah tak bisa lagi menguasai perasaannya. Hati meage memberontak. Irewa, perempuan yang sangat ia cintai diculik. Nalurinya sebagai laki-laki sejati,

sebagai pemburu binatang liar di hutan, meluap. Marah merasuk ganas. Dadanya terasa meledak-ledak. Ia ingin langsung datang ke hobone.” (Herliany, 2015:35)

Berdasarkan kutipan tersebut, Tokoh Meage dan orang Aitubu marah kepada orang-orang Hobone karena orang-orang Hobone sudah sering membuat kekacauan di Aitubu. Tindakan afektif dapat dilihat dari, nalurinya sebagai laki-laki sejati, sebagai pemburu sejati, sebagai pemburu binatang liar dihutan, meluap marah ganas. Perasaan yang dialami Meage dan orang-orang Aitubu menunjukkan bahwa dirinya sedang didominasi oleh emosi marah yang meluap-luap.

D. SIMPULAN, IMPLIKASI dan SARAN

Pada subbab ini akan dijelaskan mengenai simpulan, implikasi, dan saran. Hal ini dijelaskan sebagai berikut.

1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa tindakan sosial dalam novel Isinga

Roman Papua karya Dorothea Rosa Herliany tinjauan sosiologi sastra berkaitan dengan rasionalitas

instrumental, rasionalitas yang berorientasi nilai, tindakan tradisional, tindakan afektif. Pertama,

rasionalitas instrumental dapat dilihat dari tokoh yang melakukan berbagai tindakan dalam masyarakat atas pertimbangan dan pilihan yang untuk mencapai sebuah tujuan. Kedua, rasionalitas yang berorientasi nilai dapat dilihat dari tokoh utama yang sering melakukan upacara-upacara dan ritual adat Dan tokoh Meage sering mendengar khotbah-khotbah dari Pendeta Ruben. Ketiga, tindakan tradisional, yang dapat dilihat dari tindakan-tindakan tokoh yang menjelaskan tentang kebiasaan-kebiasaan masyarakat Papua. Keempat, tindakan afektif dapat dilihat dari konflik-konflik yang terjadi yang dapat mempengaruhi emosi dan perasaan tokoh.

2. Implikasi terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

Penelitian ini mengenai analisis tindakan sosial tokoh utama dalam novel Isinga Roman

Papua Karya Dorothea Rosa Herliany tinjauan sosiologi sastra. Tindakan sosial dapat ditinjau dari

aspek rasionalitas instrumental, rasionalitas yang berorientasi nilai, tindakan tradisional, dan tindakan afektif. Penelitian ini dapat diimplikasikan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA kelas XI karena, sesuai dengan kompetensi dasar (KD) yang terdapat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Materi tentang tindakan sosial dalam novel dapat diajarkan dalam standar kompetensi (SK) 7, yaitu memahami berbagai hikayat, novel indonesia/novel terjemahan. Kompetensi dasar (KD) 7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel indonesia/terjemahan. Adapun indikator yang harus dicapai yaitu siswa terampil menemukan unsur-unsur ekstrinsik dalam novel.

Guru dapat menjadi salah satu sumber yang digunakan oleh siswa sebagai sumber bacaan. Kemudian, hasil analisis novel yang dilakukan siswa dapat membantu memperluas wawasan siswa tentang karya sastra khususnya karya sastra berbentuk novel. Dengan adanya latihan ini secara tidak langsung dapat mengasah kreatifitas siswa dan lebih memahami unsur-unsur ekstrinsik karya sastra. Beberapa langkah yang dapat diterapkan guru untuk mengimplikasikan penelitian ini yaitu (1) mengajarkan kepada siswa untuk mengetahui pentingnya peranan unsur-unsur ekstrinsik khususnya sosial dalam sebuah karya sastra. (2) mengajarkan siswa untuk lebih memahami tipe tindakan sosial

(12)

yang terdapat dalam sebuah novel. (3) mengajarkan siswa untuk mengetahui bagaimana dampak sosial yang terdapat pada sebuah novel.

3. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang tindakan sosial dalam novel Isinga Roman Papua karya Dorothea Rosa Herliany tinjauan sosiologi sastra dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

Pertama, pembaca, dapat menambah daya apresiasi terhadap sastra Indonesia khususnya dalam novel. Kedua, peneliti lain, dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang karya sastra khususnya

novel. Ketiga, Masyarakat/pecinta sastra, dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang analisis novel. Dan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi masyarakat agar bisa memahami interaksi sosial secara nyata, masyarakat dalam suatu lingkungan lebih memilih interaksi secara bertatap muka dan tidak hanya di media seperti yang terjadi pada zaman sekarang.

E. DAFTAR PUSTAKA

Herliany, Dorothea Rosa. 2015. Isinga Roman Papua. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Johnson, Doyle Paul. 1994. Sosiologi Klasik dan Modern. Jilid I. Diterjemahkan oleh: Robert M. E Lawang. Jakarta. PT. Gramedia.

Moleong, Lexy. J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka

Referensi

Dokumen terkait

Foreign language teachers will experience more difficulties in teaching pragmatics to students, compared with mother language teachers, for example, the javanese language, or

[r]

Berita Acara Hasil Pelelangan Nomor: 15-Jakon/Pokja.PA-Pry/IX/2016, tanggal 8 September 2016,. maka bersama ini kami ULP Pokja Peradilan Agama III menetapkan Pemenang untuk

2016 maka bersama ini kami ULP Pokja Peradilan Agama III menetapkan Pemenang untuk Paket. Pekerjaan tersebut di atas

Kesimpulannya bahwa media gambar sangat diperlukan dalam pembelajaran Sejarah pada materi masa pra aksara di Indonesia .Dengan media gambar ini diharapkan dapat membantu

yaitu kurang lebih 100 meter sehingga tidak menambah kepadatan.  Memperlebar lebar jalan rangga malela sebesar 4 meter dan jalan sulanjana sebesar 2 meter. 

Using the writings, the researcher analyzed learner language as defined by Ellis (2005). In writing a reflection, one needs to use past tense appropriately so the

Pandangan masyarakat yang menganggap bahwa masalah kekerasan dalam rumah tangga adalah urusan suami-istri yang bersangkutan, yang harus diselesaikan oleh mereka