• Tidak ada hasil yang ditemukan

ggffgh Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ggffgh Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

i Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Bahan ajar untuk fasilitasi bimbingan teknis ICT PTK SD dapat diselesaikan.

Tenaga pendidik memiliki peran penting dalam peningkatan kualitas pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Salah satu kompetensi yang perlu dikuasai oleh seorang tenaga pendidik adalah dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Oleh karena itu, upaya peningkatan kompetensi tersebut perlu dilakukan secara terprogram dan berkelanjutan melalui keiatan fasilitasi dan bimbingan teknis ICT PTK SD.

Naskah materi bahan ajar bimbingan teknis ini disusun untuk membantu peserta, dan mempermudah dalam memahami materi pada bimbingan teknis ICT PTK SD, agar dapat dihasilkan PTK SD yang mampu mengembangkan pembelajaran berbasis ICT. Berkaitan dengan hal tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) melalui Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P2TK) Pendidikan Dasar (Dikdas), Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar (Ditjen Dikdas), menyusun bahan ajar bimbingan teknis ICT PTK SD secara sistematis yang terdiri dari Konsep pembelajaran berbasis ICT, Pemanfaataan sumber-sumber belajar online , Pembuatan media pembelajaran berbasis ICT, Penyusunan RPP berbasis ICT, dan Pelaksanaan Pembelajaran berbasis ICT , dengan harapan dapat mendukung implementasi kegiatan fasilitasi dan bimbingan teknis ICT PTK SD secara efektif dan efisien.

Kami mengucapkan terima kasih atas kerja sama berbagai pihak dalam mewujudkan naskah bahan ajar fasilitasi dan bimbingan teknis ICT PTK SD. Semoga dapat dimanfaatkan oleh para pengguna sebagaimana mestinya.

Jakarta,

Direktur Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar

Sumarna Surapranata, Ph.D NIP. 195908011985031002

(3)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

ii

Daftar Isi ... iii

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang …... 2

B. Deskripsi Singkat ... 2

C. Tujuan Pembelajaran ... 2

D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ... 2

MATERI POKOK 1 : KONSEP PEMBELAJARAN BERBASIS ICT ... 1

Kompetensi Dasar ... 1

Indikator ... 1

Konsep Pembelajaran Berbasis ICT ... 2

Pendahuluan ...……... 2

1.1.1 Pengetian Pembelajaran Berbasis ICT ... 3

1.1.2 Fungsi dan Peran Pemanfaatan Belajar Berbasis ICT ... 13

1.1.3 Manfaatan Pembelajaran Berbasis ICT ... 18

MATERI POKOK 2 : KONSEP PEMBELAJARAN BERBASIS ICT DALAM KURIKULUM 2013 22 Kompetensi Dasar... 22

Indikator ... 22

Konsep Pembelajaran Berbasis ICT Dalam Kurikulum 2013 ... 25

Pendahuluan ... 30

1.2.1 Project Based Learning ... 30

1.2.2 Problem Based Learning ... 30

(4)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

1

KOMPETENSI DASAR

Menjelaskan Konsep Pembelajaran Berbasis ICT

INDIKATOR

1. Mendefinisikan pengertian pembelajaran berbasis ICT

2. Mendeskripsikan Fungsi dan peran media pembelajaran berbasis ICT

3. Mendeskripsikan manfaat pembelajaran berbasis ICT

MATERI

PENGERTIAN PEMBELAJARAN BERBASIS ICT

FUNGSI DAN PERAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT MANFAAT PEMBELAJARAN BERBASIS ICT

(5)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

2

KONSEP PEMBELAJARAN BERBASIS ICT

PENDAHULUAN

Pesatnya perkembangan teknologi informasi dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dewasa ini perlu direspon oleh kinerja dunia pendidikan yang profesional dan memiliki mutu tinggi, karena pada hakikatnya fungsi pendidikan adalah untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia (Undang–Undang Nomor 20 Tahun 2003). Dalam hal ini pembelajaran berbasis ICT mutlak diperlukan.

Untuk mewujudkan sekolah berbasis ICT tentunya diperlukan sarana prasarana yang menunjang. Karena dengan tersedianya sarana dan prasarana yang memadai akan menciptakan pembelajaran yang baik, terlebih lagi jika didukung oleh guru yang memiliki kemampuan di bidang ICT. Hal ini menjadi jembatan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, pembelajaran berbasis ICT juga dapat mempermudah guru dalam menyampaikan materi pembelajaran, membiasakan guru untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman yang semakin pesat saat ini.

Dengan demikian jelas bahwa kebutuhan bahan pembelajaran berbasis ICT merupakan alat untuk membantu siswa menguasai Teknologi Informasi dan proses belajar secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis, sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 19 ayat 1 mengenai Standar Nasional Pendidikan tentang prose belajar, sehingga kualitas pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.

(6)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

3

1.1 PENGERTIAN PEMBELAJARAN BERBASIS ICT

Istilah teknologi informasi dan komunikasi (ICT) sudah sering digunakan di dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam kegiatan pembelajaran. Sekalipun sudah sering digunakan, namun tampaknya masih terjadi pemahaman yang berbeda mengenai istilah ICT. Bahkan ada sebagian orang yang agak berlebihan pemahamannya, yaitu yang mengidentifikasikan ICT itu dengan komputer atau internet saja. Akibatnya, setiap ada pembicaraan mengenai ICT, maka yang terlintas di dalam pemikiran yang bersangkutan adalah komputer atau internet.

Di lingkungan pendidikan atau pembelajaran, apabila ada topik pembicaraan mengenai ICT, ternyata masih ada sebagian guru yang pemahamannya langsung mengarah atau terpusat pada komputer atau internet. Pemahaman yang demikian ini mengakibatkan bervariasinya sikap para guru dalam pemanfaatan ICT untuk pembelajaran. Ada sebagian guru yang secara spontan mengemukakan bahwa belum saatnya dilakukan pemanfaatan ICT dalam kegiatan pembelajaran. Penyampaian pendapat ini disertai dengan sejumlah argumentasi pembenaran terhadap pendapat atau sikap mereka. Tetapi ada juga sebagian guru yang mengatakan bahwa pada dasarnya sebagian guru sudah mulai memanfaatkan ICT dalam kegiatan pembelajaran. Perbedaan pendapat atau sikap guru ini dapat saja diakibatkan oleh berbedanya pemahaman mereka mengenai ICT itu sendiri.

Sebagai guru atau instruktur, tentunya ANDA sudah sering mendengar atau sama sekali juga mungkin belum pernah mendengar istilah ICT, atau lebih jauh lagi bahkan sudah menggunakan ICT dalam kegiatan pembelajaran. Dalam posisi yang mana pun ANDA, bagaimana pengertian ANDA mengenai istilah

(7)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

4

ini. Hendaknya ANDA tidak dipengaruhi oleh pemikiran apakah pengertian ANDA mengenai ICT yang akan ANDA rumuskan itu benar atau salah. Janganlah ANDA terkungkung dengan rumusan yang berupa definisi. Tuliskan saja apa pendapat ANDA mengenai ICT. Kalau terlepas dari kungkungan, tentunya diharapkan semakin mudah ANDA menuliskannya.

Pengertian saya mengenai ICT adalah sebagai berikut:

... ... ... ... ... ...

Kalau sudah selesai merumuskan pendapat ANDA mengenai ICT pada kolom tersebut di atas, berarti setidak-tidaknya ANDA telah mengerti apa yang dimaksudkan dengan ICT, terlepas dari rumusan ANDA tersebut apakah sudah lengkap/sempurna atau belum. Nah, sekarang cobalah bandingkan pendapat yang telah ANDA rumuskan sendiri dengan mempelajari uraian berikut ini.

(8)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

5

meningkatkan perbaikan/penyempurnaan lingkungannya. Teknologi merupakan suatu pengetahuan tentang cara menggunakan alat dan mesin untuk

melaksanakan tugas secara efisien. Selain itu, teknologi dapat juga dikatakan

sebagai pengetahuan, alat, dan sistem yang digunakan untuk membuat hidup

lebih mudah dan lebih baik. Melalui pemanfaatan teknologi memungkinkan

orang dapat berkomunikasi dengan lebih baik dan lebih cepat. Teknologi ada di mana-mana dan dapat membuat kehidupan manusia menjadi lebih baik (http://www.bergen.org/technology/defin.html).

Yang menjadi esensi dari rumusan di atas adalah bahwa teknologi itu pada dasarnya merupakan pengetahuan yang menjawab pertanyaan tentang bagaimana (“know how”). Dengan memanfaatkan teknologi, pekerjaan atau tugas dapat dilaksanakan secara efisien. Salah satu contoh aplikasinya dalam kegiatan pembelajaran adalah seorang guru yang telah melaksanakan pembaharuan terhadap “know how” dalam membelajarkan para siswanya sehingga terjadi efisiensi. Berikut ini disajikan contoh tentang penerapan teknologi dalam kegiatan pembelajaran.

Seorang guru memperkenalkan metode pembelajaran yang menekankan pengembangan kemampuan/keterampilan bertanya di kalangan para siswa sebagai ganti dari metode ceramah. Manakala kemampuan/keterampilan bertanya telah tumbuh dan berkembang di kalangan para siswanya, berarti sang guru telah berhasil menerapkan teknologi dalam kegiatan pembelajarannya. Atau, sang guru telah melakukan suatu pembaharuan dalam kegiatan pembelajaran.

(9)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

6

Seorang guru berinisiatif melakukan pembaharuan di bidang metode pembelajaran yang menekankan keaktifan belajar para siswanya. Dalam kaitan ini, guru dapat saja mempersiapkan beberapa kasus misalnya untuk didiskusikan para siswa secara berkelompok. Para siswa digugah untuk mencari berbagai sumber atau referensi yang akan dijadikan sebagai acuan proposisi yang akan dikemukakan dalam diskusi kelompok. Setelah diskusi kelompok berakhir, maka kepada setiap kelompok diberikan waktu untuk menyajikan hasil kerja kelompoknya di depan semua siswa untuk mendapatkan tanggapan, pendapat, atau sanggahan. Pada akhirnya, guru menyampaikan hal-hal penting sebagai inti dari kegiatan pembelajaran.

Dalam konteks tersebut di atas, guru tidak lagi harus sepenuhnya berceramah selama jam pelajaran yang berlangsung. Tetapi guru lebih cenderung berfungsi sebagai fasilitator yang memfasilitasi terjadinya kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien. Para siswa juga dikondisikan untuk berlatih mencari/menggali sendiri berbagai informasi yang berkaitan dengan materi pelajaran yang dibahas atau didiskusikan. Di samping itu, para siswa juga dikondisikan untuk berlatih mengemukakan pendapatnya terhadap suatu kasus atau pemikiran yang disampaikan guru. Dalam kegiatan pembelajaran yang demikian ini, sang guru telah berinisiatif untuk melakukan pembaharuan khususnya di bidang metode pembelajaran.

Pemahaman lain mengenai teknologi dalam konteks pembelajaran di kelas adalah sebagai alat atau sarana (Haddad, 2005) yang digunakan untuk melakukan perbaikan/penyempurnaan kegiatan pembelajaran sehingga para

siswa menjadi lebih otonom dan kritis dalam menghadapi masalah, yang pada

akhirnya bermuara pada peningkatan hasil kegiatan belajar siswa (Karsenti, 2005). Teknologi dapat dan benar-benar membantu siswa mengembangkan

(10)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

7

dengan tingkat keterampilan berpikir kritis yang lebih tinggi (MacKinnon, 2005).

Sebagai salah satu contoh dari sampel potret kegiatan pembelajaran yang menerapkan teknologi adalah seorang guru SD yang menggunakan media kaset audio interaktif dalam kegiatan belajar-mengajarnya. Dengan pemanfaatan teknologi (dalam hal ini adalah media kaset audio interaktif), terjadilah efisiensi dalam arti guru masih mempunyai waktu yang tersisa dari yang disediakan. Waktu yang tersisa ini merupakan nilai tambah yang dihasilkan melalui pemanfaatan teknologi. Dalam kaitan ini, guru dapat menggunakan waktu yang tersisa untuk membimbing para siswanya mengerjakan soal-soal latihan atau untuk berdiskusi sehingga pada akhirnya akan memberikan implikasi pada peningkatan hasil prestasi belajar para siswa.

Contoh berikutnya adalah mengenai pengelola lembaga pendidikan sekolah yang dengan antusiasnya ingin memperlihatkan kepada masyarakat bahwa sekolah yang dikelolanya telah memanfaatkan ICT dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu cara yang ditempuh adalah melakukan pengadaan perangkat komputer. Pada masa penerimaan siswa baru, dipromosikanlah bahwa sekolahnya telah memanfaatkan ICT. Keadaan yang demikian tentu menimbulkan konsekuensi, yaitu meningkatnya biaya pembangunan dan uang sekolah bagi para siswa baru.

Apabila dilihat dari upaya yang telah dilakukan oleh pengelola sekolah tersebut di atas, maka seolah-olah ICT itu hanyalah yang berupa komputer. Kalau sekolah sudah melakukan pengadaan fasilitas komputer dan disediakan untuk dimanfaatkan oleh para siswa berarti dalam pemahaman mereka, sekolah telah memanfaatkan ICT. Lebih-lebih lagi apabila sekolah telah memanfaatkan internet. Dalam kaitan ini, dapatkah disimpulkan bahwa sekolah telah

(11)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

8

memanfaatkan ICT yang sekalipun dalam hal ini hanya berupa komputer dan internet? Cobalah kemukakan pendapat dan alasan ANDA pada kolom di bawah ini!

Jawaban saya adalah bahwa sekolah sudah dapat dikatakan telah memanfaatkan ICT dalam kegiatan pembelajaran. Alasan saya adalah sebagai berikut:

... ... ... ... ... atau

Jawaban saya adalah bahwa sekolah belum dapat dikatakan telah memanfaatkan ICT dalam kegiatan pembelajaran. Alasan saya adalah sebagai berikut:

...

...

...

...

Tampaknya pemikiran pengelola pendidikan sekolah seperti tersebut di atas yang cenderung banyak dianut oleh masyarakat kebanyakan. Pemikiran pengelola pendidikan sekolah yang demikian ini memang tidaklah sepenuhnya

(12)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

9

karena sebagian para ahli berpendapat bahwa ICT merupakan teknologi yang dibutuhkan untuk memproses informasi; terutama penggunaan komputer elektronik dan piranti lunak komputer yang ditujukan untuk mengolah, menyimpan, melindungi, mentransmisikan, dan mencari informasi dari mana saja dan kapan saja. Tetapi, belum sepenuhnya juga dikatakan benar karena teknologi informasi dan komunikasi itu tidaklah terbatas hanya sekedar perangkat komputer, tetapi juga mencakup rentangan dari yang paling sederhana (misalnya: telepon, radio, kaset audio/video, OHP sampai dengan yang paling mutakhir (http://www.answers.com/topic/information-technology).

Berbicara pemahaman mengenai istilah apapun termasuk mengenai ICT, seseorang dan mungkin juga ANDA akan spontan terusik untuk bertanya. Pertanyaannya kemungkinan saja adalah ”Apa sih yang dimaksudkan dengan

ICT itu?”. Nah, dalam kaitan ini (pemahaman yang bersifat teoritis),

Kementerian Negara Riset dan Teknologi memberikan rumusan pengertian mengenai ICT sebagai bagian dari ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Lebih jauh dikemukakan bahwa ICT secara umum adalah semua teknologi yang berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan (akuisisi), pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi. Pemahaman ICT yang demikian ini mencakup semua perangkat keras, perangkat lunak, kandungan isi, dan infrastruktur.

Dari uraian yang telah dikemukakan di atas mengenai ICT, maka penerapannya di lingkungan pendidikan/pembelajaran dapatlah dikatakan bahwa ICT mencakup perangkat keras, perangkat lunak, kandungan isi (materi pelajaran), dan infrastruktur yang fungsinya berkaitan dengan pengambilan, pengumpulan (akuisisi), pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi (materi pelajaran). Apabila dihadapkan dengan beberapa contoh yang telah dikemukakan, maka pemahaman mengenai ICT tidak lagi hanya sebatas pada hal-hal yang canggih (sophisticated), seperti komputer dan internet, tetapi juga mencakup yang konvensional, seperti bahan cetakan, kaset audio, Overhead

(13)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

10

Transparancy (OHT)/Overhead Projector (OHP), bingkai suara (sound slides), radio, dan TV.

Sampai sejauh ini diharapkan sudah semakin jelas pemahaman ANDA mengenai ICT. Oleh karena itu, seandainya ANDA mendengarkan istilah ICT, maka diharapkan bahwa pemahaman ANDA tidak lagi langsung hanya terbatas atau fokus pada perkembangan yang terkini yaitu komputer dan internet. Artinya, apabila ANDA sebagai guru atau instruktur telah menerapkan pemanfaatan OHT (jenis ICT yang sudah mulai ditinggalkan) dalam kegiatan pembelajaran sehingga lebih efektif atau efisien, maka ANDA dapatlah dikatakan telah ber-ICT ria. Namun pembahasan mengenai ICT di dalam modul ini hanya akan difokuskan pada komputer dan internet.

Dalam pembelajaran berbasis ICT, ICT berperan sebagai alat bantu bukan sebagai subyek utama selain itu ICT berperan sebagai media penghubung untuk menyampaikan transfer ilmu pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik. Terdapat dua unsur penting dari proses transfer ilmu pengetahuan tersebut yaitu : unsur media dan unsur pesan yang disampaikan melalui media tersebut. Unsur media menggambarkan ICT sebagai jaringan infrastruktur yang menghubungkan pendidik dengan peserta didik, sedangkan unsur pesan menggambarkan konten pembelajaran digital.

Pembelajaran berbasis ICT, tidak menghilangkan konteks awal pembelajaran yang berlangsung secara tatap muka di dalam ruang kelas melainkan melalui beberapa

(14)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

11 Gambar 1.1 Pembelajaran Berbasis ICT

Sumber melawiraya.wordpress.com, Oleh: Naufal Bin Abdullah

Mengenal pembelajaran berbasis ICT berarti ANDA harus mengenenal perangkat-perangkat ICT. Cobalah ANDA tuliskan pada kolom berikut ini jenis-jenis ICT menurut pendapat ANDA. Tentunya ANDA masih ingat bukan mengenai jenis-jenis perangkat ICT sewaktu mempelajari materi pelajaran yang telah dibahas pada bagian sebelumnya? Oleh karena itu, cobalah ingat kembali dan tuliskan! Tidak perlu merasa ragu dalam memberikan jawaban. Seandainya ada jawaban yang belum benar, berarti ANDA telah belajar mengenai jawaban yang benar.

Menurut saya, jenis-jenis perangkat ICT adalah:

... ... ... ... ...

(15)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

12

Bagaimana? Tidak terlalu sulit bukan? Mungkin saja beberapa di antara jawaban ANDA adalah komputer (PC), laptop, printer, LCD projector, internet, intranet, dan lain-lain. Baguslah. Jawaban ANDA masih dapat dilengkapi dengan jenis perangkat ICT lainnya, yaitu televisi, radio, dan handphone seperti yang disajikan berikut ini. Untuk lebih memantapkan pemahaman ANDA mengenai jenis-jenis perangkat ICT ini, cobalah jelaskan fungsi masing-masing perangkat ICT yang disajikan di bawah ini.

Gambar 1.2 Jenis-jenis Perangkat ICT

Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa ICT selalu terdiri dari

hardware dan software. Hardware atau perangkat keras adalah segala sesuatu

peralatan teknologi yang berupa fisik. Cirinya yang paling mudah adalah terlihat dan bisa disentuh. Sedangkan software atau perangkat lunak adalah sistem yang dapat menjalankan atau yang berjalan dalam perangkat keras tersebut.

Software dapat berupa operating system (OS), aplikasi, ataupun konten. Nah

sekarang, cobalah sebutkan contoh-contoh software OS, aplikasi, dan konten dengan cara melengkapi soal latihan berikut ini.

ICT

PC Intranet LCD projector Printer Televisi Telepon Radio Internet

(16)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

13

Contoh OS antara lain

adalah ... ... ... Contoh software aplikasi antara lain

adalah ... ... ... ... Contoh konten, antara lain

adalah ... ... ... ...

Satu hal yang tampaknya sering terjadi sewaktu membeli satu unit komputer (PC) atau laptop adalah kesalahan persepsi, yaitu anggapan bahwa PC atau laptop tersebut telah lengkap dan siap digunakan. Padahal kenyataannya, PC atau laptop tidak dapat digunakan tanpa adanya OS dan aplikasi di dalamnya. Sedangkan OS dan aplikasi adalah software yang harus dibayar lagi. Dalam kaitan ini, sebagai warga negara yang baik yang menghargai hak cipta (intellectual property rights), maka ANDA sebaiknya menggunakan OS dan aplikasi yang orisinal. Beberapa provider menyediakan software yang dapat diakses/diperoleh secara gratis (cuma-cuma) melalui internet (open source). Selanjutnya, pada bagian berikut ini, cobalah kemukakan pendapat ANDA mengapa kita harus menghargai hak cipta dengan cara menggunakan OS dan aplikasi yang orisinal. Masing-masing kita didorong agar menghindarkan diri untuk menggunakan software OS dan berbagai aplikasi lainnya hasil bajakan.

(17)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

14

Kita harus menghargai hak cipta karena:

... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

Sebutkan pula pengertian software open source dan software

propriety ... ... ... ... ... ... ... ... ...

(18)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

15

1.2 FUNGSI DAN PERAN PEMANFAATAN

PEMBELAJARAN BERBASIS ICT

Dalam blue print ICT untuk pendidikan, fungsi-fungsi ICT digambar sebagai sebuah bangunan gedung. Terdiri dari pondasi, tiang, dan atap, sebagaimana dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1.3 Sistem Pendidikan Nasional

Berdasarkan gambar tersebut di atas, cobalah tuliskan fungsi-fungsi apa sajakah dari ICT yang sudah berjalan atau diterapkan di sekolah ANDA. Selain

(19)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

16

itu, tuliskan juga fungsi-fungsi ICT yang belum berjalan di sekolah ANDA dan faktor-faktor penyebabnya.

Fungsi-fungsi ICT yang TELAH berjalan di sekolah saya:

... ... ... ... ... ... ... ... ...

Fungsi-fungsi ICT yang BELUM berjalan di sekolah saya:

... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

(20)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

17

Alasan sebagian fungsi ICT belum berjalan di sekolah saya:

... ... ... ... ... ... ...

Selanjutnya, cobalah bandingkan apa yang telah ANDA tuliskan dengan berbagai informasi yang tampak pada Blue Print ICT berikut ini.

Pertama-tama, dapat kita lihat bahwa ICT berfungsi sebagai gudang ilmu pengetahuan, dapat berupa referensi berbagai ilmu pengetahuan yang tersedia dan dapat diakses melalui fasilitas ICT, pengelolaan pengetahuan, jaringan pakar, jaringan antara institusi pendidikan, dll.

(21)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

18

Kedua, fungsi ICT sebagai alat bantu pembelajaran dapat berupa alat bantu mengajar bagi guru, alat bantu belajar bagi siswa, serta alat bantu interaksi antara guru dengan siswa.

Gambar 1.5 Fungsi ICT Sebagai Alat Bantu

Ketiga, fungsi ICT sebagai fasilitas pendidikan di sekolah dapat berupa pojok internet, perpustakaan digital, kelas virtual, lab multimedia, papan elektronik, dll.

(22)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

19

Selain itu Integrasi teknologi ke dalam proses pembelajaran juga dapat mempengaruhi Emosi secara positif, keterampilan menggunakan teknologi, dan kecakapan dalam memanfaatkan program-program dan utilitas itu merupakan bekal dan conditioning yang positif bagi pengembangan kemampuan intelektual siswa melalui:

 pengembangan kemampuan mencipta, memanipulasi, dan belajar  berlatih dengan tugas-tugas yang berbasis penyelesaian masalah  membangun lingkungan belajar konstruktivis

Gambar 1.7 Integtasi ICT Dalam Pembelajaran

(23)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

20

ICT dapat pula sebagai Infrastruktur Pembelajaran dalam hal ini ICT kita

temukan dukungan teknis dan aplikatif untuk pembelajaran – baik dalam skala menengah maupun luas – yang meliputi: Ragam Teknologi Kanal Distribusi, Ragam Aplikasi dan Perangkat Lunak, Bahasa Pemrograman, Sistem Basis Data, Komputer Personal, Alat-Alat Digital, Sistem Operasi, Sistem Jaringan dan Komunikasi Data, dan Infrastruktur Teknologi Informasi (Media Transmisi). Berangkat dari optimalisasi pemanfaatan ICT untuk pembelajaran tersebut kita berharap hal ini akan memberi sumbangsih besar dalam peningkatan kualitas SDM Indonesia yang cerdas dan kompetitif melalui pembangunan masyarakat berpengetahuan (knowledge-based society). Masyarakat yang tangguh karena memiliki kecakapan: (1) ICT and media literacy skills), (2) critical thinking skills, (3) problem-solving skills, (4) effective communication skills, dan (5) collaborative skills yang diperlukan untuk mengatasi setiap permasalahan dan tantangan hidupnya.

(24)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

21

Penerapan ICT dalam pembelajaran di sekolah dasar memberikan manfaat yang besar terhadap perkembangan siswa. Seperti halnya tujuan utama dari pembelajaran berbasis ICT sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan, penerapan ICT juga memiliki manfaat sebagai dampak dari penggunaan ICT dalam proses pembelajaran.

Adapun beberapa kelebihan penerapan pembelajaran berbasis ICT di sekolah dasar yang merupakan dampak positif penerapaan pembelajaran berbasis ICT antara lain :

• Menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan dan mengasyikan (efek emosi)

• Siswa akan menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran

• Membekali kecakapan siswa untuk menggunakan teknologi tinggi • Mendorong lingkungan belajar konstruktivis

• Mendorong lahirnya pribadi kreatif dan mandiri pada diri siswa • Meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa

(25)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

22

KOMPETENSI DASAR

Menjelaskan Konsep Pembelajaran Berbasis ICT Dalam Kurikulum 2013

INDIKATOR

2.1 Mendefinisikan pengertian dan pemanfaatan 3 model pembelajaran yang diterapkan dalam kurikulum 2013 (Project-based learning,Problem-based learning dan Inquiry)

MATERI

PENGERTIAN 3 MODEL PEMBELAJARAN YANG DITERAPKAN DALAM KURIKULUM 2013

PROJECT-BASED LEARNING PROBLEM-BASED LEARNING INQUIRY-BASED LEARNING

(26)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

23

KONSEP PEMBELAJARAN BERBASIS ICT

DALAM KURIKULUM 2013

PENDAHULUAN

Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada pada upaya penyederhanaan, dan tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Titik beratnya, bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran, penekanannya ada pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya.

Dengan disahkannya kurikulum 2013, diperlukan model pembelajaran yang dapat menunjang tercapainya visi kurikulum 2013, metode pembelajaran ini yaitu melalui konsep Pendekatan Scientific merujuk pada kriteria sebagai berikut:

1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

(27)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

24

5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.

6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

Ada tiga model pembelajaran yang digunakan dalam metode pendekatan saintifik yaitu : Model Project-Based Learning; Model Problem-Based Learning; Model Inquiry Learning.

(28)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

25

PENGERTIAN 3 MODEL PEMBELAJARAN YANG DITERAPKAN

DALAM KURIKULUM 2013

1.2.1 PROJECT BASED LEARNING

PBL (Project based Learning/ Pembelajaran Berbasis Proyek) merupakan metoda belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. PBL dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan pelajar dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya. Berikut pengertian PBL menurut beberapa ahli :

a.PBL adalah metoda pengajaran sistematik yang mengikutsertakan pelajar ke dalam pembelajaran pengetahuan dan keahlian yang kompleks, pertanyaan

authentic dan perancangan produk dan tugas [University of Nottingham,

2003].

b. PBL adalah pendekatan cara pembelajaran secara konstruktif untuk pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset terhadap permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata dan relevan bagi kehidupannya [Barron, B. 1998, Wikipedia].

c.PBL adalah pendekatan komprehensif untuk pengajaran dan pembelajaran yang dirancang agar pelajar melakukan riset terhadap permasalahan nyata. [Blumenfeld et Al. 1991].

d. PBL adalah cara yang konstruktif dalam pembelajaran menggunakan permasalahan sebagai stimulus dan berfokus kepada aktifitas pelajar. [Boud & Felleti, 1991].

Metoda ini memiliki kecocokan terhadap konsep inovasi pendidikan bidang keteknikan, terutama dalam hal sebagai berikut :

(29)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

26

pelajar memperoleh pengetahuan dasar (basic sciences) yang berguna untuk

memecahkan masalah bidang keteknikan yang dijumpainya,

 pelajar belajar secara aktif dan mandiri dengan sajian materi terintegrasi dan

relevan dengan kenyataan sebenarnya, yang sering disebut

student-centered,

 pelajar mampu berpikir kritis, dan mengembangkan inisiatif.

Ada tiga kategori umum penerapan proyek untuk pelajar, yakni mengembangkan keterampilan, meneliti permasalahan dan menciptakan solusi. Kreatifitas dari suatu proyek membantu perkembangan pertumbuhan individu.

Berdasarkan hasil riset bahwa PBL memberikan kemampuan kognitif dan motivasi yang menghasilkan peningkatan pembelajaran dan kemampuan untuk lebih baik mempertahankan/ menerapkan pengetahuan. Pada model PBL pelajar dilibatkan dalam memecahkan permasalahan yang ditugaskan, mengijinkan para pelajar untuk aktif membangun dan mengatur pembelajarannya, dan dapat menjadikan pelajar yang realistis. Pendekatan ini mengacu pada hal-hal sebagai berikut :

a.Kurikulum : PBL tidak seperti pada kurikulum tradisional, karena memerlukan suatu strategi sasaran di mana proyek sebagai pusat.

b. Responsibility : PBL menekankan responsibility dan answerability para

pelajar ke diri dan panutannya.

c.Realisme : kegiatan pelajar difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang sebenarnya. Aktifitas ini mengintegrasikan tugas otentik dan menghasilkan sikap profesional.

d. Active-learning : menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan dan

keinginan pelajar untuk menemukan jawaban yang relevan, sehingga dengan demikian telah terjadi proses pembelajaran yang mandiri.

(30)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

27

menghasilkan umpan balik yang berharga. Ini mendorong kearah pembelajaran berdasarkan pengalaman.

f. Keterampilan Umum : PBL dikembangkan tidak hanya pada ketrampilan

pokok dan pengetahuan saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar pada keterampilan yang mendasar seperti pemecahan masalah, kerja kelompok, dan self-management.

g. Driving Questions : PBL difokuskan pada pertanyaan atau permasalahan

yang memicu pelajar untuk berbuat menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip dan ilmu pengetahuan yang sesuai.

h.Constructive Investigations : sebagai titik pusat, proyek harus disesuaikan

dengan pengetahuan para pelajar.i.Autonomy : proyek menjadikan aktifitas

pelajar sangat penting.

Pendekatan PBL

Pendekatan PBL adalah penggunaan proyek sebagai metoda pengajaran/pembelajaran. Para pelajar bekerja secara nyata, seolah-olah ada di dunia nyata yang dapat menghasilkan produk secara realistis. Prinsip yang mendasari adalah bahwa dengan aktifitas kompleks ini, kebanyakan proses pembelajaran yang terjadi tidak tersusun dengan baik. Alternatif penggunaan PBL adalah sesuatu yang sangat berbeda. Dari pengalaman terdapat dua dimensi untuk menggolongkan alternatif PBL :

1) penyelesaian tugas dan pembelajaran pengetahuan yang pokok,

2) manajemen proyek dan pembelajaran ketrampilan secara umum.

Aktifitas para pengajar dan para pelajar bertukar-tukar tergantung pada derajat tingkat kendali yang diberikan kepada para pelajar dalam kedua dimensi.

(31)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

28 Peran Pengajar dalam PBL

Selama berlangsungnya proses belajar dalam PBL pelajar akan mendapat bimbingan dari narasumber atau fasilitator, tergantung dari tahapan kegiatan yang dijalankan :

a.Narasumber

Menyusun trigger problems.

Sebagai sumber pembelajaran untuk informasi yang tidak ditemukan dalam sumber pembelajaran bahan cetak atau elektronik.

Melakukan evaluasi hasil pembelajaran. B.Fasilitator

Secara umum peran fasilitator adalah memantau dan mendorong kelancaran kerja kelompok, serta melakukan evaluasi terhadap efektifitas proses belajar kelompok.

Secara lebih rinci peran fasilitator adalah sebagai berikut :

a. Mengatur kelompok dan menciptakan suasana yang nyaman.

b. Memastikan bahwa sebelum mulai setiap kelompok telah memiliki seorang anggota yang bertugas membaca materi, sementara teman-temannya mendengarkan, dan seorang anggota yang bertugas mencatat informasi yang penting sepanjang jalannya diskusi.

c. Memberikan materi atau informasi pada saat yang tepat, sesuai dengan perkembangan kelompok.

d. Memastikan bahwa setiap sesi diskusi kelompok diakhiri dengan

self-evaluation.

e. Menjaga agar kelompok terus memusatkan perhatian pada pencapaian tujuan.

(32)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

29

masalah yang muncul dalam proses belajar, serta menjaga agar proses belajar terus berlangsung, agar tidak ada tahapan dalam proses belajar yang dilewati atau diabaikan dan agar setiap tahapan dilakukan dalam urutan yang tepat.

g. Menjaga motivasi pelajar dengan mempertahankan unsur tantangan dalam penyelesaian tugas dan juga memberikan pengarahan untuk mendorong pelajar keluar dari kesulitannya.

h. Membimbing proses belajar pelajar dengan mengajukan pertanyaan yang tepat pada saat yang tepat. Pertanyaan ini hendaknya merupakan pertanyaan terbuka yang mendorong pelajar mencari pemahaman yang lebih mendalam tentang berbagai konsep, ide, penjelasan, sudut pandang, dan lain-lain.

i. Mengevaluasi kegiatan belajar pelajar, termasuk partisipasinya dalam proses kelompok. Pengajar perlu memastikan bahwa setiap pelajar terlibat dalam proses kelompok dan berbagi pemikiran dan pandangan.

(33)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

30

1.2.2 PROBLEM BASED LEARNING

Menurut Jodion Siburian, dkk dalam Panduan Materi Pembelajaran Model Pembelajaran Sains (2010:174) sebagai berikut: Pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning) merupakan salah satu model pembelajaran yang berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual. Pembelajaran artinya dihadapkan pada suatu masalah, yang kemudian dengan melalui pemecahan masalah, melalui masalah tersebut siswa belajar keterampil-keterampilan yang lebih mendasar.

Menurut Muslimin I dalam Boud dan Felleti (2000:7), Pembelajaran berdasarkan masalah (problem based learning) adalah suatu pendekatan untuk membelajarkan siswa untuk mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan memecahkan masalah, belajar peranan orang dewasa yang otentik serta menjadi pelajar mandiri. Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata dan menjadi pembelajaran yang mandiri.

Model pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah model pembelajaran yang dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan pemecahan masalah-masalah oleh siswa yang diharapkan dapat menambah keterampilan siswa dalam pencapaian materi pembelajaran.

Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

Ada lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah menurut Martinis Yamin dalam Duffy & Cunningham (2011:31) yaitu:

(34)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

31

2. Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman

3. Permasalahan sebagai contoh

4. Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses

5. Permasalahan sebagai stimulus aktifitas otentik

Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Ada lima dalam model pembelajaran berbasis masalah, yaitu:

1. Orientasi siswa kepada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.

2. Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas yang berhubungan dengan masalah tersebut.

3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru membimbing siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan video dan model dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya.

5. Menganalisis dan mengevaluasi

Guru membantu siswa untuk melakukan evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

(35)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

32

Peran guru, siswa dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat digambarkan sebagai berikut:

Guru sebagai pelatih Siswa sebagai

problem solver

Masalah sebagai awal tantangan dan motivasi

* Asking about thinking ( bertanya tentang pemikiran)

* memonitor pembelajaran * probbing

(menantang sswa utk berfikir )

* menjaga agar siswa terlibat

* mengatur dinamika kelompok

* menjaga berlangsungnya proses

* peserta yang aktif * terlibat langsung dalam pembelajaran * membangun pembelajaran * menarik untuk dipecahkan * menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya dgn pelajaran yang dipelajari

Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Masalah

Pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah secara ringkas sebagai berikut:

1. Tugas perencanaan

Sesuai dengan hakekat interaktifnya pembelajaran berbasis masalah membutuhkan banyak perencanaan seperti halnya model pembelajaran yang terpusat pada siswa lainnya:

a) Penetapan Tujuan

Hendaknya difikirkan dahulu dengan matang tujuan yang hendak dicapai sehingga dapat dikomunikasikan dengan jelas kepada siswa

b) Merancang situasi masalah yang sesuai

Beberapa guru dalam pembelajaran berbasis masalah memberikan siswa keleluasaan dalam memilih masalah untuk diselidiki karena cara

(36)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

33

(berdasarkan pada pengalaman dunia nyata siswa), mengandung teka-teki dan tidak memungkinkan kerjasama, bermakna bagi siswa dan konsisten dengan tujuan kurikulum

c) Organisasi sumber daya dan rencana logistik

Dalam pembelajaran berbasis masalah ini siswa dimungkinkan bekerja dengan berbagai material dan peralatan, dan pelaksanaannya bias dilakukan di dalam kelas, di perpustakaan maupun di laboratorium, bahkan dapat pula dilakukan di luar sekolah.

2. Tugas interaktif

a) Orientasi siswa terhadap masalah

Siswa perlu memahami bahwa tujuan pembelajaran berbasis masalah tidak untuk memperoleh masalah baru dalam jumlah besar, tetapi untuk melakukan penyelidikan terhadap masalah yang penting atau inti dan untuk menjadi pembelajaran yang mandiri. Cara yang baik untuk menyajikan masalah untuk sebuah pelajaran dalam pembelajaran berbasis masalah adalah dengan menggunakan kejadian yang mencengangkan yang dapat menimbulkan misteri dan keinginan untuk memecahkan masalah

b) Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Diperlukan pengembangan keterampilan kerjasama di antara siswa dan saling membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama. Berkenaan dengan hal ini siswa memerlukan bantuan guru untuk merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan

c) Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok

 Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai

sumber. Siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka memikirkan masalah dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan

(37)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

34

masalah. Siswa diajarkan menjadi penyelidik yang aktif dan dapat menggunakan metode yang sesuai untuk masalah yang dihadapinya.

 Guru mendorong siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai

sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka memikirkan masalah dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah. Selama tahap penyelidikan guru member bantuan yang dibutuhkan tanpa mengganggu siswa.

 Puncak proyek-proyek pembelajaran berbasis masalah adalah

penciptaan dan peragaan hasil karya seperti laporan, poster, model-model fisik. Tugas guru pada akhir pembelajaran berbasis masalah adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan yang mereka gunakan.

Tujuan dan Hasil Belajar Pembelajaran Berbasis Masalah

Tujuan utama PBL ini menurut Hsiao (Martinis Yamin, 2011) adalah untuk mengarahkan peserta didik mengembang kemampuan belajar kolaboratif, kemampuan berpikir dan strategi-strategi belajarnya sehingga peserta didik bisa belajar dengan kemampuan sendiri tanpa bantuan orang lain atau pembelajar (self-directed learning strategies) (Hsiao,1996).

Adapun tujuan dan hasil dari model pembelajaran berbasis masalah ini adalah:

1. Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah

Pembelajaran berbasis masalah ini ditujukan untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.

2. Pemodelan peranan orang dewasa.

Resnick (Ibrahim dan Nur, 2004) mengemukakan bahwa bentuk pembelajaran berbasis masalah penting menjembatani gap antara

(38)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

35

yang dijumpai di luar sekolah. Aktivitas-aktivitas mental di luar sekolah yang dapat dikembangkan adalah :

• PBL mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas.

• PBL memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong pengamatan

dan dialog dengan yang lain sehingga pembelajar secara bertahap dapat memahami peran yang diamati tersebut.

• PBL melibatkan pembelajar dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun femannya tentang fenomena itu.

3. Belajar Pengarahan Sendiri (self directed learning)

Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada pembelajar. Pembelajar harus dapat menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan dari mana informasi harus diperoleh, dibawah bimbingan pembelajar (Barrows, 1996). Dengan bimbingan pembelajar yang secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan mereka untuk mengajukan pertanyaan mencari penyelesaian terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri, pembelajar belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas itu secara mandiri dalam kehidupan kelak

(39)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

36

1.2.3 INQUIRY BASED LEARNING

Pembelajaran berdasarkan inkuiri merupakan seni penciptaan situasi-situasi sedemikian rupa sehingga siswa mengambil peran sebagai ilmuwan. Dalam situasi-situasi ini siswa berinisiatif untuk mengamati dan menanyakan gejala alam, mengajukan penjelasan-penjelasan tentang apa yang mereka lihat, merancang dan melakukan pengujian untuk menunjang atau menentang teori-teori mereka, menganalisis data, menarik kesimpulan dari data eksperimen, merancang dan membangun model, atau setiap kontribusi dari kegiatan tersebut di atas.

Sund, seperti yang dikutip oleh Suryosubroto dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa, Inkuiri merupakan perluasan proses discovery (penemuan), yang digunakan lebih mendalam, inkuiri yang dalam bahasa Inggris inquiry berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi.

Gulo, (2005) menyatakan bahwa, strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah :

1. Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar

2. Keterarahan kegiatan secara maksimal dalam proses kegiatan belajar

3. Mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang

ditemukan dalam proses inkuiri.

Kondisi Umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa adalah :

1. Aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa

berdiskusi.

(40)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

37 Untuk menciptakan kondisi seperti itu, peranan guru adalah sebagai berikut:

1. Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berfikir.

2. Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan

3. Penanya , menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat

4. Administrator, bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan kelas

5. Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang

diharapkan

6. Manajer, mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas

7. Rewarder, memberikan penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.

Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah kedalam waktu yang relatif singkat, Hasil penelitian Schlenker dalam joice dan weil (1992) menunjukkan bahwa latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berfikir kreatif dan siswa menjadi trampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi.

Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Inkuiri

Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2009). Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.

Menurut Sanjaya (2009) bahwa strategi pembelajaran inkuiri, memiliki beberapa ciri utama, yaitu: strategi inkuiri menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal,

(41)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

38

akan tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.

Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri yang sifatnya sudah pasti dari sesuatu yang sudah dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sifat percaya diri. Dalam strategi pembelajaran inkuiri, guru bukan sebagai sumber belajar tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.

Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis.

Strategi Pembelajaran Inkuri efektif apabila :

1. Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan.

2. Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.

3. Jika proses pembelajaran berangkat dari ingin tahu siswa terhadap sesuatu.

4. Jika akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki

kemauan dan kemampuan berpikir.

5. Jika siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh

guru.

6. Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang

berpusat pada siswa.

Prinsip–prinsip Penggunaan Inquiri

Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam penggunaan inkuiri menurut Sanjaya (2009).

(42)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

39

berfikir. Dengan demikian, strategi pembelajaran ini selain berorientasi pada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dari proses pembelajaran dengan menggunakan strategi inkuiri bukan ditentukan sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan.

2. Prinsip Interaksi

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru bahkan antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.

3. Prinsip Bertanya

Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunkaan model inkuiri adalah guru sebagai penanya. Sebab kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berfikir.

4. Prinsip Belajar untuk Berfikir

Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berfikir (learning how to think) yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berfikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.

5. Prinsip Keterbukaan

Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.

(43)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

40 Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri

Gulo (2005) menyatakan bahwa, inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan keterampilan.

Secara umum proses pembelajaran Inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

1. Orientasi

Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:

a. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa

b. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan

c. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.

2. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.

(44)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

41

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.

4 Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.

5. Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

6. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

(45)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

42

Langkah – langkah menerapkan model pembelajaran inkuiri didalam kelas :

1. Membentuk kelompok-kelompok inkuiri.

Masing-masing kelompok dibentuk berdasarkan rentang intelektual dan keterampilan-keterampilan sosial

2. Memperkenalkan topik-topik inkuiri kepada semua kelompok.

Tiap kelompok diharapkan memahami dan berminat mempelajarinya.

3. Membentuk posisi tentang kebijakan yang bertalian dengan topik, yakni pernyataan apa yang harus dikerjakan.

Mungkin terdapat satu atau lebih solusi yang diusulkan terhadap masalah pokok.

4. Merumuskan semua istilah yang terkandung di dalam proposisi kebijakan.

5. Menyelidiki validitas logis dan konsisten internal pada proposisi dan unsur-unsur penunjangnya.

6. Mengumpulkan evidensi (bukti) untuk menunjang unsur-unsur proposes

7. Menganalisis solusi solusi yang diusulkan dan mencari posisi kelompok

8. Menilai proses kelompok.

Kemudian pendekatan inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya intervensi guru terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya.

Ketiga jenis pendekatan inkuiri tersebut adalah:

1. Inkuiri Terbimbing (guided inquiry approach)

Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pendekatan

(46)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

43

belajar dengan pendekatan inkuiri. Dengan pendekatan ini siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.

Pada dasarnya siswa selama proses belajar berlangsung akan memperoleh pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-tahap berikutnya, bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses inkuiri secara mandiri. Bimbingan yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan diskusi multi arah yang dapat menggiring siswa agar dapat memahami konsep pelajaran matematika. Di samping itu, bimbingan dapat pula diberikan melalui lembar kerja siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar guru harus memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan memberikan petunjuk-petunjuk dan scafolding yang diperlukan oleh siswa.

2. Inkuiri Bebas (free inquiry approach).

Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Karena dalam pendekatan inkuiri bebas ini menempatkan siswa seolah-olah bekerja seperti seorang ilmuwan. Siswa diberi kebebasan menentukan permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah yang diperlukan.

Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan atau bahkan tidak diberikan sama sekali. Salah satu keuntungan belajar dengan metode ini adalah adanya kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah open

(47)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

44

karena tergantung bagaimana cara mereka mengkonstruksi jawabannya sendiri. Selain itu, ada kemungkinan siswa menemukan cara dan solusi yang baru atau belum pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah yang diselidiki.

Sedangkan belajar dengan metode ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:

a. Waktu yang diperlukan untuk menemukan sesuatu relatif lama sehingga melebihi waktu yang sudah ditetapkan dalam kurikulum,

b. Karena diberi kebebasan untuk menentukan sendiri permasalahan yang diselidiki, ada kemungkinan topik yang diplih oleh siswa di luar konteks yang ada dalam kurikulum,

c. Ada kemungkinan setiap kelompok atau individual mempunyai topik berbeda, sehingga guru akan membutuhkan waktu yang lama untuk memeriksa hasil yang diperoleh siswa,

d. Karena topik yang diselidiki antara kelompok atau individual berbeda, ada kemungkinan kelompok atau individual lainnya kurang memahami topik yang diselidiki oleh kelompok atau individual tertentu, sehingga diskusi tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.

3. Inkuiri Bebas yang Dimodifikasikan (modified free inquiry approach)

Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua pendekatan inkuiri sebelumnya, yaitu: pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan inkuiri bebas. Meskipun begitu permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan atau mempedomani acuan kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam pendekatan ini siswa tidak dapat memilih atau menentukan masalah untuk diselidiki secara sendiri, namun siswa yang belajar dengan pendekatan ini menerima masalah dari gurunya untuk dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan. Namun bimbingan yang diberikan lebih sedikit dari Inkuiri terbimbing dan tidak terstruktur.

(48)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

45

siswa berupaya terlebih dahulu secara mandiri, dengan harapan agar siswa dapat menemukan sendiri penyelesaiannya. Namun, apabila ada siswa yang tidak dapat menyelesaikan permasalahannya, maka bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung dengan memberikan contoh-contoh yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, atau melalui diskusi dengan siswa dalam kelompok lain.

Keunggulan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI)

1. Keunggulan :

a. SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif kognitif,afektif dan psikomotor secara seimbang,sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.

b. SPI dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

c. SPI merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan.

d. SPI dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

2. Kelemahan

a. SPI digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa

b. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dalam kebiasaan siswa dalam belajar

(49)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

46

c. Kadang kadang dalam implementasimnya,memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

d. Selama ketentuan keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran,maka SPI akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.

Pembelajaran dengan Metode Inkuiri Suchman

Berdasarkan uraian pembelajaran inkuiri umum, kita dapat melihat bahwa waktu dan sumber yang tersedia merupakan permasalahan dalam pembelajaran. Menanggapi permasalahan ini, Richard Suchman mengembangkan suatu pembelajaran inkuiri yang telah dimodifikasi. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Suchman tentang model inkuiri ini menunjukkan bahwa keterampilan inkuiri siswa meningkat dan motivasi belajarnya juga meningkat.

Dahlan dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa, Suchman berkeyakinan bahwa siswa akan menyadari tentang proses penyelidikannya dan mereka dapat diajarkan tentang prosedur ilmiah secara langsung. Selajutnya, Suchman berpendapat tentang pentingnya membawa siswa pada sikap bahwa semua pengetahuan bersifat tentative. Joyce dalam Trianto (2009) menyatakan, bahwa teori Suchman dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Mengajak siswa membayangkan seakan-akan dalam kondisi yang sebenarnya

2. Mengidentifikasi komponen-komponen yang berada di sekeliling kondisi tersebut.

3. Merumuskan permasalahan dan membuat hipotesis pada kondisi tersebut.

4.Memperoleh data dari kondisi tersebut dengan membuat pertanyaan dan jawabannya “ya’ atau “tidak”.

(50)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

47

pertanyaan yang diajukan pada siswa sebagai alternatif untuk prosedur pengumpulan data.

Inkuiri Suchman seperti yang dikutip oleh Kardi dalam Trianto(2009) mempunyai kelebihan, yaitu :

1. Penelitian dapat diselesaikan dalam waktu satu periode pertemuan. Waktu yang singkat ini memungkinkan siswa dapat mengalami siklus inkuiri dengan cepat, dan pelatihan mereka akan terampil melakukan inkuiri.

2. Lebih efektif dalam semua bidang di dalam kurikulum.

Perbedaan utama antar inkuiri Suchman dengan Inkuiri umum terletak pada proses pengumpulan data.

Suchman mengembangkan suatu motode penemuan baru yang menuntun siswa mengumpulkan data melalui bertanya, maka dari itu model pembelajaran inkuiri menurut Schuman harus memperhatikan :

1. Struktur Sosial Pembelajaran.

Suasana kelas yang nyaman merupakan hal yang penting dalam pembelajaran inkuiri Suchman karena pertanyaan-pertanyaan harus berasal dari siswa agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Kerja sama guru dengan siswa, siswa dengan siswa diperlukan juga adanya dorongan secara aktif dari guru dan teman. Dua atau lebih siswa yang bekerja sama dalam berfikir dan bertanya, akan lebih baik hasilnya jika dibanding bila siswa bekerja sendiri.

2. Peran Guru.

Pembelajaran inkuiri Suchman, peran guru memonitor pertanyaan siswa untuk mencegah agar proses inkuiri, tidak sama dengan permainan tebakan. Hal ini memerlukan dua aturan penting, yaitu : Pertanyaan harus dapat dijawab “ya” atau “tidak” dan harus diucapkan dengan suatu cara siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan melakukan pengamatan;

(51)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

48

Pertanyaan harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan guru memberikan jawaban pertanyaan tersebut, tetapi mengarahkan siswa untuk menemukan jawabannya sendiri.

3. Sintaks Pembelajaran Inkuiri.

Dalam upaya menanamkan konsep , misalnya konsep IPA Biologi pokok bahasan saling ketergantungan pada siswa, tidak cukup hanya sekedar ceramah. Pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk tahu dan terlibat secara aktif dalam menemukan konsep-konsep dari fakta-fakta yang dilihat dari lingkungan dengan bimbingan guru.

Pada penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Eggen & Kauchak dalam Trianto (2009). Adapun tahapan pembelajaran inkuiri sebagai berikut:

Tahap Pembejaran Inkuiri

Fase Perilaku Guru

1. Menyajikan pertanyaan atau masalah

Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan di papan. Guru membagi siswa dalam kelompok.

2. Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memproiritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan.

3. Merancang percobaan Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan . Guru

(52)

Fasilitasi Dan Bimtek ICT Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar

49

langkah percobaan

4. Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi

Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan

5. Mengumpulkan dan menganalisis data

Guru memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.

6. Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.

Gambar

Gambar 1.2 Jenis-jenis Perangkat ICT
Gambar 1.3  Sistem Pendidikan Nasional
Gambar 1.4 Fungsi ICT Sebagai Gudang Ilmu
Gambar 1.5 Fungsi ICT Sebagai Alat Bantu
+2

Referensi

Dokumen terkait

Titik pengambilan data ditentukan berdasarkan jenis penggunaan lahan dan titik lokasi penelitian yang representatif dan dapat mewakili Desa Kaligending, Dengan memperhatikan

Variabel yang diamati dalam penelitian berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai yakni mengetahui jiwa kewirausahaan pelaku usaha, menganalisis pengaruh

Fokus  dan  Naskah/artikel  yang  dimuat  dalam  Jurnal  Ilmu  Perpustakaan  dan .. *) Pustakawan Pertama PDII‐LIPI; email: mamaz_wait@yahoo.com, Hp.085697832848 

2016 © Rinda Cahyana – Program Studi Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Garut. Literasi Informasi dan Teknologi Informasi

Kemampuan dan cara siswa dalam menguasai bidang koordinat kartesius melalui media (alat peraga) whiteboard kartesius. Selain itu akan diselidiki

Dengan demikian, dalam pendidikan Islam khususnya dalam kompetensi kepribadian sangat menekankan pada kepribadian guru karena sesuai dengan fungsinya sebagai pembangun

2) asosiasi profesi, institusi pendidikan dan pelatihan untuk membantu Lembaga.. dalam rangka penyelenggaraan sertifikasi keterampilan kerja dan keahlian kerja. memberikan

Buku karangannya lainnya di bidang filsafat antara lain : Al Munqidz minadh Dhalal, Maqosidul Falasifah. Selain ahli kedokteran, dia juga ahli filsafat, pengikut Aristoteles