PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN
HUBUNGAN HAKIKAT MANUSIA DAN PENDIDIKAN HUBUNGAN HAKIKAT MANUSIA DAN PENDIDIKAN
Di susun oleh : Di susun oleh : Ayatusy Syifa : Ayatusy Syifa : 1560104007715601040077 Melji Salwanis : Melji Salwanis : 1560104006515601040065 Ria Handayani : Ria Handayani : 1560104002715601040027 Yola Awanda MT Yola Awanda MT : 15601040045: 15601040045 Dosen Pengampu : Dosen Pengampu : Eka Widyawati, M.Pd Eka Widyawati, M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2015/2016 2015/2016
KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh … Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh …
Alhamdulillah, kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan Alhamdulillah, kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah kami yang berjudul
karunia-Nya sehingga makalah kami yang berjudul ““ Hubungan Hubungan Hakikat Hakikat Manusia Manusia dandan Pendidikan
Pendidikan”” dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun guna memenuhi tugasdapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pembuatan makalah sebagai bahan untuk p
pembuatan makalah sebagai bahan untuk presentasi.resentasi.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. Kami Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karna itu kami menerima menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karna itu kami menerima masukan dan kritikan demi kesempurnaan makalah ini. Terimakasih
masukan dan kritikan demi kesempurnaan makalah ini. Terimakasih
Tarakan, 21 September 2015 Tarakan, 21 September 2015
Penulis Penulis
DAFTAR ISI DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL HALAMAN JUDUL KATA PENGAN
KATA PENGANTAR TAR ... ... ii DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... ... iiii BAB 1. PENDAHULUAN
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1
1.1 Latar Latar Belakang Belakang ... ... 11 1.2
1.2 Rumusan Rumusan Masalah Masalah ... ... 11 1.3
1.3 Tujuan Tujuan Penulisan Penulisan ... ... 22 BAB 2. PEMBAHASAN
BAB 2. PEMBAHASAN 2.1 Wujud Sifat
2.1 Wujud Sifat Hakekat Manusia Hakekat Manusia ... ... 33 2.2 Aspek-Aspek Hakekat Manusia
2.2 Aspek-Aspek Hakekat Manusia ... ... 66 2.3 Hubu
2.3 Hubungan Hakekat ngan Hakekat Manusia dengan Manusia dengan Pendidikan Pendidikan ... ... 1010 2.4 Ko
2.4 Konsep Pendidikan nsep Pendidikan Sepanjang HaySepanjang Hayat dan at dan Implikasinya ...Implikasinya ... ... 1414 BAB 3. PENUTUP BAB 3. PENUTUP 3.1 Kesimpulan 3.1 Kesimpulan ... .... 1818 3.2 Saran 3.2 Saran ... ... 1919 DAFTAR PUSTAK
DAFTAR PUSTAKA A ... ... iiiiii LAMPIRAN SLIDE PRESENTASI
LAMPIRAN SLIDE PRESENTASI OUTLINE
BAB 1. PENDAHULUAN BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
1.1 Latar Latar BelakangBelakang Manusia adalah
Manusia adalah makhluk ciptaan makhluk ciptaan Tuhan yang Tuhan yang paling sempurna. paling sempurna. Bukti paling Bukti paling kongkritkongkrit yaitu manusia memiliki kemampuan intelegesi dan daya nalar sehingga manusia mampu yaitu manusia memiliki kemampuan intelegesi dan daya nalar sehingga manusia mampu berifikir,
berifikir, berbuat, berbuat, dan dan bertindak bertindak untuk untuk membuat membuat perubahan perubahan dengan dengan maksud maksud pengembanganpengembangan sebagai manusia yang utuh. Kemampuan seperti itulah yang tidak dimiliki oleh makhluk sebagai manusia yang utuh. Kemampuan seperti itulah yang tidak dimiliki oleh makhluk Tuhan lainnya. Dalam kaitannya dengan perkembangan individu, manusia dapat tumbuh dan Tuhan lainnya. Dalam kaitannya dengan perkembangan individu, manusia dapat tumbuh dan berkembang melalui suatu proses alami menuju kedewasaan baik itu bersifat jasmani maupun berkembang melalui suatu proses alami menuju kedewasaan baik itu bersifat jasmani maupun bersifat
bersifat rohani. rohani. Oleh Oleh sebab sebab itu itu manusia manusia memerlukan memerlukan Pendidikan Pendidikan demi demi mendapatkanmendapatkan perkembangan yang op
perkembangan yang optimal sebagai manusia.timal sebagai manusia.
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Karena dengan Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Karena dengan pendidikan
pendidikan manusia manusia dapat dapat mengetahui mengetahui sesuatu sesuatu yang yang belum belum diketahuinya diketahuinya dan dan menggalimenggali sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena hal di atas lah, maka kami membuat sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena hal di atas lah, maka kami membuat makalah
makalah dengan judul “dengan judul “ Hubugan Hakikat M Hubugan Hakikat Manusia dan Pendidikananusia dan Pendidikan””..
1.2
1.2 Rumusan Rumusan MasalahMasalah 1.
1. Apa Apa pengertian pengertian hakikat hakikat manusia?manusia? 2.
2. Bagaimana Bagaimana aspek-aspek aspek-aspek hakekat hakekat manusia?manusia? 3.
3. Bagaimana Bagaimana hubungan hubungan hakikat hakikat manusia manusia dan dan pendidikan?pendidikan?
1.3
1.3 Tujuan Tujuan PenulisanPenulisan 1.
1. Untuk Untuk mengetahui mengetahui pengertian pengertian hakekat hakekat manusia.manusia. 2.
2. Untuk Untuk mengetahui mengetahui aspek-aspek aspek-aspek hakekat hakekat manusia.manusia. 3.
BAB 2.
BAB 2. PEMBAHASANPEMBAHASAN
2.1
2.1 Pengertian Pengertian Hakikat MHakikat Manusiaanusia
Manusia dapat diartikan sebagai makhluk yang berakal budi (mampu menguasai Manusia dapat diartikan sebagai makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Manusia sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Manusia memiliki ciri khas yang prinsipil dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Misalnya ciri khas memiliki ciri khas yang prinsipil dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Misalnya ciri khas manusia dari hewan, terbentuk dari kumpulan terpadu dari apa yang disebut dengan sifat manusia dari hewan, terbentuk dari kumpulan terpadu dari apa yang disebut dengan sifat hakikat manusia. Disebut sifat hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya hakikat manusia. Disebut sifat hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Hakikat manusia pada dasarnya adalah dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada hewan. Hakikat manusia pada dasarnya adalah sebagai makhluk yang memiliki kesadaran susila (etika) dalam arti ia dapar memahami sebagai makhluk yang memiliki kesadaran susila (etika) dalam arti ia dapar memahami norma-norma sosial dan mampu berbuat sesuai dengan norma dan kaidah etika yang norma-norma sosial dan mampu berbuat sesuai dengan norma dan kaidah etika yang diyakininya.
diyakininya.
. Pendapat lain mengenai Hakekat Manusia adalah sebagai berikut : . Pendapat lain mengenai Hakekat Manusia adalah sebagai berikut : 1)Makhluk yang memiliki tenaga dalam
1)Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnyauntuk memenuhiyang dapat menggerakkan hidupnyauntuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. 2) Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab kebutuhan-kebutuhannya. 2) Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan social. 3) Yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang atas tingkah laku intelektual dan social. 3) Yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif
positif mampu mampu mengatur mengatur dan dan mengontrol mengontrol dirinya dirinya dan dan mampu mampu menentukan menentukan nasibnya. nasibnya. 4)4) Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya. 5)Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam (tuntas) selama hidupnya. 5)Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik
baik untuk untuk ditempati. ditempati. 6) 6) Suatu Suatu keberadaan keberadaan yang yang berpotensi berpotensi yang yang perwujudanya perwujudanya merupakanmerupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas.
ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas. Pada dasarny
Pada dasarnya ada a ada dua pokdua pokok persoalan ok persoalan tentang hakikat tentang hakikat manusia. Pertama, manusia. Pertama, tentangtentang manusia atau hakikat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan di muka bumi ini. Kedua, manusia atau hakikat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan di muka bumi ini. Kedua, tentang sifat manusia dan karakteristik yang menjadi ciri khususnya serta hubungannya tentang sifat manusia dan karakteristik yang menjadi ciri khususnya serta hubungannya dengan fitrah manusia.
dengan fitrah manusia. Ragam pemahaman tentang Ragam pemahaman tentang hakikat manusia, sebagai berikut hakikat manusia, sebagai berikut ::
1.
1. HOMO RELIGIUS :HOMO RELIGIUS : Pandangan tentang sosok manusia dan hakikat manusia sebagai Pandangan tentang sosok manusia dan hakikat manusia sebagai makhluk yang beragama. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa di muka bumi ini makhluk yang beragama. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa di muka bumi ini sebagai makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lain ciptaan-Nya. sebagai makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lain ciptaan-Nya. Melalui kesempurnaannya itulah manusia bisa berfikir, bertindak, berusaha dan bisa Melalui kesempurnaannya itulah manusia bisa berfikir, bertindak, berusaha dan bisa manentukan mana yang baik dan benar. Disisi lain manusia meyakini bahwa ia memiliki manentukan mana yang baik dan benar. Disisi lain manusia meyakini bahwa ia memiliki keterbatasan dan kekurangan. Mereka yakin ada kekuatan lain, yaitu Tuhan sang pencipta keterbatasan dan kekurangan. Mereka yakin ada kekuatan lain, yaitu Tuhan sang pencipta
alam semesta. Oleh sebab itu, sudah menjadi fitrah manusia pada hakikatnya manusia adalah alam semesta. Oleh sebab itu, sudah menjadi fitrah manusia pada hakikatnya manusia adalah makhluk religius yang mempercayai adanya sang maha pencipta yang mengatur seluruh makhluk religius yang mempercayai adanya sang maha pencipta yang mengatur seluruh sistem kehidupan dimuka bumi.
sistem kehidupan dimuka bumi.
2.
2. HOMO SAPIENS :HOMO SAPIENS : Pemahaman hakikat manusia sebagai makhluk yang bijaksana dan Pemahaman hakikat manusia sebagai makhluk yang bijaksana dan dapat berfikir atau sebagai animal rationale. Hakikat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dapat berfikir atau sebagai animal rationale. Hakikat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling tinggi dan paling mulia. Hal ini disebabkan oleh manusia karena memiliki akal, yang paling tinggi dan paling mulia. Hal ini disebabkan oleh manusia karena memiliki akal, pikiran, rasio, daya nalar, cipta dan karsa, sehingga manusia m
pikiran, rasio, daya nalar, cipta dan karsa, sehingga manusia m ampu mengembangkan dirinyaampu mengembangkan dirinya sebagai manusia seutuhnya. Manusia sebagai suatu organisme kehidupan dapat tumbuh dan sebagai manusia seutuhnya. Manusia sebagai suatu organisme kehidupan dapat tumbuh dan berkembang,
berkembang, namun namun yang yang membedakan membedakan manusia manusia dengan dengan makhluk makhluk lainnya lainnya adalah adalah manusiamanusia memiliki daya pikir sehingga ia bisa berbicara, berfikir, berbuat, belajar, dan memiliki memiliki daya pikir sehingga ia bisa berbicara, berfikir, berbuat, belajar, dan memiliki cita-cita sebagai dambaan dalam menjalankan kehidupannya yang lebih baik.
cita sebagai dambaan dalam menjalankan kehidupannya yang lebih baik.
3.
3. HOMO FABER :HOMO FABER : Pemahaman hakikat manusia sebagai makhluk yang berpiranti Pemahaman hakikat manusia sebagai makhluk yang berpiranti (perkakas). Manusia dengan akal dan ketrampilan tangannya dapat menciptakan atau (perkakas). Manusia dengan akal dan ketrampilan tangannya dapat menciptakan atau menghasilkan sesuatu (sebagai produsen) dan pada pihak lain ia juga menggunakan karya menghasilkan sesuatu (sebagai produsen) dan pada pihak lain ia juga menggunakan karya lain (sebagai konsumen) untuk kesejahteraan dan kemakmuran hidupnya. Melalui lain (sebagai konsumen) untuk kesejahteraan dan kemakmuran hidupnya. Melalui kemampual dan daya pikir yang dimilikinya, serta ditunjang oleh daya cipta dan karsa, kemampual dan daya pikir yang dimilikinya, serta ditunjang oleh daya cipta dan karsa, manusia dapat berkiprah lebih luas dalam tatanan organisasi kemasyarakata menuju manusia dapat berkiprah lebih luas dalam tatanan organisasi kemasyarakata menuju kehidupan yang lebih baik.
kehidupan yang lebih baik.
4.
4. HOMO HOMINI SOCIUS :HOMO HOMINI SOCIUS : Kendati manusia sebagai makhluk individu, makhluk yang Kendati manusia sebagai makhluk individu, makhluk yang memiliki jati diri, yang memiliki ciri pembeda antara yang satu dengan yang lainnya, namun memiliki jati diri, yang memiliki ciri pembeda antara yang satu dengan yang lainnya, namun pada
pada saat saat yang yang bersamaan bersamaan manusia manusia juga juga sebagai sebagai kawan kawan sosial sosial bagi bagi manusia manusia lainnya. lainnya. IaIa senantisa berinteraksi dengan lingkungannya. Ia berhubungan satu sama lain dan membentuk senantisa berinteraksi dengan lingkungannya. Ia berhubungan satu sama lain dan membentuk suatu masyarakat tertentu. Walaupun terdapat pendapat yang berlawanan, ada yang menyebut suatu masyarakat tertentu. Walaupun terdapat pendapat yang berlawanan, ada yang menyebut manusia adalah serigala bagi manusia lain (homo homini lupus). Pemahaman yang terakhir manusia adalah serigala bagi manusia lain (homo homini lupus). Pemahaman yang terakhir inilah yang harus dihindarkan agar tidak terjadi malapetaka dimuka bumi ini. Sejarah telah inilah yang harus dihindarkan agar tidak terjadi malapetaka dimuka bumi ini. Sejarah telah membuktikan adanya perang saudara ataupun pertikaian antarbangsa, pada akhirnya hanya membuktikan adanya perang saudara ataupun pertikaian antarbangsa, pada akhirnya hanya membuahkan derajat peradapan manusia semakin tercabik-cabik dan terhempaskan.
2.2
2.2 Aspek-Aspek Aspek-Aspek Hakekat Hakekat ManusiaManusia a.
a. Manusia Manusia sebagai sebagai Makhluk Makhluk TuhanTuhan Terdapat dua
Terdapat dua pandangan filsafat ypandangan filsafat yang berbeda ang berbeda tentang asal-usul alam tentang asal-usul alam semesta, semesta, yaituyaitu (1)
(1) Evolusionisme dan (2) kreasionisme. Evolusionisme dan (2) kreasionisme. MenurutMenurut Evolusionisme, Evolusionisme, alam semesta menjadi ada alam semesta menjadi ada bukan
bukan karena karena diciptakan diciptakan oleh oleh sang sang pencipta pencipta atauatau prima prima causa,causa, melainkan ada denganmelainkan ada dengan sendirinya, alam semesta berkembang dari alam itu sendiri sebagai hasil evolusi. Sebaliknya, sendirinya, alam semesta berkembang dari alam itu sendiri sebagai hasil evolusi. Sebaliknya, kreasionisme
kreasionisme menyatakan bahwa adanya alam semesta adalah sebagai hasil ciptaan suatu menyatakan bahwa adanya alam semesta adalah sebagai hasil ciptaan suatu creative cause atau personality
creative cause atau personality yang kita sebut sebagai Tuhan YME (J. Donal Butler, 1968). yang kita sebut sebagai Tuhan YME (J. Donal Butler, 1968). Bertolak dari pandangan tersebut, secara umum ada dua pandangan yang berbeda pula Bertolak dari pandangan tersebut, secara umum ada dua pandangan yang berbeda pula tentang asal-usul manusia. Menurut evolusionisme beradanya manusia di alam semesta tentang asal-usul manusia. Menurut evolusionisme beradanya manusia di alam semesta adalah sebagai hasil evolusi. Hal ini, antara lain dianut oleh Herbert Spencer (S.E. Frost Jr., adalah sebagai hasil evolusi. Hal ini, antara lain dianut oleh Herbert Spencer (S.E. Frost Jr., 1957) dan Konosuke Matsushita (1997). Sebaliknya kreasionisme menyatakan bahwa 1957) dan Konosuke Matsushita (1997). Sebaliknya kreasionisme menyatakan bahwa beradanya
beradanya manusia manusia di di alam alam semesta semesta sebagai sebagai makhluk makhluk (ciptaan) (ciptaan) Tuhan. Tuhan. Filsul Filsul yangyang berpandangan
berpandangan demikian, demikian, antara antara lain lain Thomas Thomas Aquinas Aquinas (S.E.Frost (S.E.Frost Jr., Jr., 1957) 1957) dan dan Al-GhozaliAl-Ghozali (Ali Issa Othman, 1987).
(Ali Issa Othman, 1987).
Oleh karena manusia berkedudukan sebagai makhluk Tuhan YME maka dalam Oleh karena manusia berkedudukan sebagai makhluk Tuhan YME maka dalam pengalaman hidupnya terlihat bahkan dapat kita
pengalaman hidupnya terlihat bahkan dapat kita alami sendiri adanalami sendiri adanyaya fenomena kemakhlukan fenomena kemakhlukan (
( M.I. Soelaeman, 1998). Fenomena kemakhlukan ini, antara lain berupa pengakuan atasM.I. Soelaeman, 1998). Fenomena kemakhlukan ini, antara lain berupa pengakuan atas kenyataan adanya perbedaan kodrat dan martabat manusia daripada Tuhannya. Manusia kenyataan adanya perbedaan kodrat dan martabat manusia daripada Tuhannya. Manusia bersifat
bersifat fana, fana, sedangkan sedangkan Tuhan Tuhan bersifat bersifat abadi, abadi, manusia manusia merasakan merasakan kasih kasih sayang sayang Tuhannya,Tuhannya, namun ia pun tahu begitu pedih siksanya. Semua itu melahirkan rasa
namun ia pun tahu begitu pedih siksanya. Semua itu melahirkan rasa cemas dan takut cemas dan takut pada pada diri manusia terhadap Tuhannya. Tetapi dibalik itu diiringi pula dengan
diri manusia terhadap Tuhannya. Tetapi dibalik itu diiringi pula dengan rasa kagum, rasarasa kagum, rasa hormat, dan rasa segan
hormat, dan rasa segan karena Tuhannya begitu luhur dan suci. Semua itu mengunggah karena Tuhannya begitu luhur dan suci. Semua itu mengunggah kesediaan manusia untuk bersujud dan berserah diri kepada penciptanya. Selain itu kesediaan manusia untuk bersujud dan berserah diri kepada penciptanya. Selain itu menyadari
menyadari akan akan maha kmaha kasih sayangasih sayangnya sang nya sang pencipta maka pencipta maka kepada-Nya lah kepada-Nya lah manusiamanusia berharap
berharap dan dan berdoa. berdoa. Adapun Adapun hal hal tersebut tersebut dapat dapat menimbulkan menimbulkan kejelasan kejelasan akan akan tujuantujuan hidupnya,
hidupnya, menimbulkan sifat menimbulkan sifat positif positif dan familiaritas akan dan familiaritas akan masa depannya, masa depannya, menimbulkanmenimbulkan rasa dekat dengan penciptanya.
rasa dekat dengan penciptanya. b.
b. Manusia sebagai Kesatuan Badan RohManusia sebagai Kesatuan Badan Roh
Terdapat empat paham berkenaan dengan struktur metafisik manusia, empat paham tersebut Terdapat empat paham berkenaan dengan struktur metafisik manusia, empat paham tersebut sebagai berikut:
sebagai berikut:
Materialisme
Materialisme gagasan para penganut materialisme, seperti Julien De La Mattie dan gagasan para penganut materialisme, seperti Julien De La Mattie dan Ludwig Fauerbach bertolak dari realita sebagai mana dapat diketahui melalui pengalaman Ludwig Fauerbach bertolak dari realita sebagai mana dapat diketahui melalui pengalaman diri atau observasi. Karena itu, alam semesta atau reliatas ini tiada lain adalah serba materi, diri atau observasi. Karena itu, alam semesta atau reliatas ini tiada lain adalah serba materi,
serba zat, atau benda. Manusia merupakan bagian dari alam semesta sehingga manusia tidak serba zat, atau benda. Manusia merupakan bagian dari alam semesta sehingga manusia tidak berbeda dari
berbeda dari alam alam itu itu sendiri. sendiri. Yang esensiYang esensial al dari dari manusia adalmanusia adalah ah badannya, bukan badannya, bukan jiwa jiwa atauatau rohnya. Manusia adalah apa yang nampak dalam wujudnya, terdiri atas zat (daging, tulang, rohnya. Manusia adalah apa yang nampak dalam wujudnya, terdiri atas zat (daging, tulang, urat syaraf). Segala hal yang bersifat kejiwaan, spiritual atau rohaniah pada manusia urat syaraf). Segala hal yang bersifat kejiwaan, spiritual atau rohaniah pada manusia dipandang hanya sebagai resonansi saja dari berfungsinya badan atau organ tubuh. dipandang hanya sebagai resonansi saja dari berfungsinya badan atau organ tubuh. Pandangan hubungan antara badan dan jiwa seperti itu dikenal sebagai
Pandangan hubungan antara badan dan jiwa seperti itu dikenal sebagai epiphenomenalismeepiphenomenalisme Idealisme
Idealisme bertolak belakang pandangan di atas, menurut penganut edialisme bahwa bertolak belakang pandangan di atas, menurut penganut edialisme bahwa esensi dari manusia adalah jiwanya atau spiritnya atau rohaninya. Hal ini sebagai mana dianut esensi dari manusia adalah jiwanya atau spiritnya atau rohaninya. Hal ini sebagai mana dianut oleh Plato. Sekalipun Plato tidak begitu saja mengingkari aspek badan, namun menurut dia, oleh Plato. Sekalipun Plato tidak begitu saja mengingkari aspek badan, namun menurut dia, jiwa
jiwa mempunyai mempunyai kedudukan kedudukan lebih lebih tinggi tinggi daripada daripada badan. badan. Dalam Dalam hubungan hubungan dengan dengan badan,badan, jiwa berperan
jiwa berperan sebagai pesebagai pemimpin badan, mimpin badan, jiwalah jiwalah yang mempengaruhi badan yang mempengaruhi badan karena itu karena itu badanbadan mempunyai ketergantungan kepada jiwa. Jiwa adalah asas primer yang menggerakan semua mempunyai ketergantungan kepada jiwa. Jiwa adalah asas primer yang menggerakan semua aktivitas manusia, badan tanpa jiwa tiada memiliki daya. Pandangan tentang hubungan badan aktivitas manusia, badan tanpa jiwa tiada memiliki daya. Pandangan tentang hubungan badan dan jiwa seperti itu dikenal sebagai
dan jiwa seperti itu dikenal sebagai spiritualisme. spiritualisme. Dualisme
Dualisme C.A.Van Peursen (1982) mengemukakan pihak lain secara tegas bersifat C.A.Van Peursen (1982) mengemukakan pihak lain secara tegas bersifat dualistik
dualistik yakni pandangan dari Rene Descartes. Menurut Descartes esensi diri manusia terdiri yakni pandangan dari Rene Descartes. Menurut Descartes esensi diri manusia terdiri atas dua substansi, yaitu badan dan jiwa oleh karena itu manusia terdiri atas dua substansi atas dua substansi, yaitu badan dan jiwa oleh karena itu manusia terdiri atas dua substansi yang berbeda (badan dan jiwa) maka antara keduanya tidak terdapat hubungan saling yang berbeda (badan dan jiwa) maka antara keduanya tidak terdapat hubungan saling mempengaruhi (S.E. Frost Jr., 1957) namun demikian setiap peristiwa kejiwaan selalu paralel mempengaruhi (S.E. Frost Jr., 1957) namun demikian setiap peristiwa kejiwaan selalu paralel dengan peristiwa badaniah atau sebaliknya. Contohnya jika jiwa sedih maka secara
dengan peristiwa badaniah atau sebaliknya. Contohnya jika jiwa sedih maka secara Paralel Paralel badan pun tampak murung atau menangis. Pandangan hubungan antara badan dan jiwa badan pun tampak murung atau menangis. Pandangan hubungan antara badan dan jiwa seperti itu dikenal sebagai paralelisme.
seperti itu dikenal sebagai paralelisme. Kesatuan Badani-Rohani
Kesatuan Badani-Rohani berbeda berbeda dengan dengan ketiga ketiga paham paham diatas diatas (Materialisme,(Materialisme, Idealisme, dan Dualisme), E.F. Schumacher (1980) memandang manusia sebagai kesatuan Idealisme, dan Dualisme), E.F. Schumacher (1980) memandang manusia sebagai kesatuan dari hal yang bersifat badani dan rohani yang pada hakikatnya berbeda dari benda material, dari hal yang bersifat badani dan rohani yang pada hakikatnya berbeda dari benda material, tumbuhan, hewan maupun Tuhan. Sejalan dengan pandangan Schumacher, Abdurahman tumbuhan, hewan maupun Tuhan. Sejalan dengan pandangan Schumacher, Abdurahman Sholih Abdullah (1991) menegaskan bahwa:
Sholih Abdullah (1991) menegaskan bahwa: ’’meski manusia merupakan pendahuluan dua’’meski manusia merupakan pendahuluan dua unsur yang berbeda, roh dan badan, namun ia merupakan pribadi yang integral“ unsur yang berbeda, roh dan badan, namun ia merupakan pribadi yang integral“ .. Berdasarkan penegasan ini, jelaslah bahwa manusia itu adalah kesatuan badani-rohani. Berdasarkan penegasan ini, jelaslah bahwa manusia itu adalah kesatuan badani-rohani. Adapun dalam eksistensinya manusia memiliki aspek individualitas, sosialitas, moralitas, Adapun dalam eksistensinya manusia memiliki aspek individualitas, sosialitas, moralitas, keberbudayaan dan keberagamaan. Implikasinya maka manusia itu berinteraksi atau keberbudayaan dan keberagamaan. Implikasinya maka manusia itu berinteraksi atau berkomunikasi, memiliki historisitas dan dinamika.
c.
c. Manusia Manusia sebagai sebagai Makhluk Makhluk IndividuIndividu
Sebagaimana anda alami bahwa manusia menyadari keberadaan dirinya sendiri. Sebagaimana anda alami bahwa manusia menyadari keberadaan dirinya sendiri. Manusia akan dirinya sendiri merupakan perwujudan individualitas manusia. Sebagai Manusia akan dirinya sendiri merupakan perwujudan individualitas manusia. Sebagai individu, manusia adalah satu kesatuan yang tak dapat dibagi, memiliki perbedaan dengan individu, manusia adalah satu kesatuan yang tak dapat dibagi, memiliki perbedaan dengan manusia yang lainny
manusia yang lainnya sehingga bersifat unik, a sehingga bersifat unik, dan merupakan dan merupakan subjek yang subjek yang otonom. Sebagaiotonom. Sebagai individu, manusia adalah kesatuan yang tak dapat dibagi antara aspek badani dan rohaninya. individu, manusia adalah kesatuan yang tak dapat dibagi antara aspek badani dan rohaninya. Manusia bukan hanya badan, sebaliknya bukan hanya roh.
Manusia bukan hanya badan, sebaliknya bukan hanya roh.
Sebagai individu, setiap manusia mempunyai perbedaan sehingga bersifat unik. Sebagai individu, setiap manusia mempunyai perbedaan sehingga bersifat unik. Perbedaan ini baik berkenaan dengan postur tubuhnya, kemampuan berpikirnya, minat dan Perbedaan ini baik berkenaan dengan postur tubuhnya, kemampuan berpikirnya, minat dan bakatnya. Dunianya, cita-citanya.
bakatnya. Dunianya, cita-citanya. d.
d. Manusia Manusia sebagai sebagai Makhluk Makhluk SosialSosial
Manusia adalah makhluk individual, namun demikian ia tidak hidup sendirian, tak Manusia adalah makhluk individual, namun demikian ia tidak hidup sendirian, tak mungkin hidup sendirian, dan tidak pula hidup hanya untuk dirinya sendiri. Manusia hidup mungkin hidup sendirian, dan tidak pula hidup hanya untuk dirinya sendiri. Manusia hidup dalam keterpautan dengan sesamanya. Dalam hidup bersama dengan sesamanya dalam keterpautan dengan sesamanya. Dalam hidup bersama dengan sesamanya (bermasyarakat) setiap individu menempati kedudukan (status) tertentu. Di samping itu setiap (bermasyarakat) setiap individu menempati kedudukan (status) tertentu. Di samping itu setiap individu mempunyai dunia dan tujuan hidupnya masing-masing, mereka juga mempunyai individu mempunyai dunia dan tujuan hidupnya masing-masing, mereka juga mempunyai dunia bersama dan tujuan hidup bersama dengan sesamanya. Selain adanya kesadaran diri, dunia bersama dan tujuan hidup bersama dengan sesamanya. Selain adanya kesadaran diri, terdapat pula kesadaran sosial pada manusia. Melalui hidup dengan sesamanya lah manusia terdapat pula kesadaran sosial pada manusia. Melalui hidup dengan sesamanya lah manusia akan dapat mengukuhkan eksistensinya. Sehubungan dengan ini Aristoteles menyebut akan dapat mengukuhkan eksistensinya. Sehubungan dengan ini Aristoteles menyebut manusia sebagai makhluk sosial atau makhluk.
manusia sebagai makhluk sosial atau makhluk. e.
e. Manusia Manusia sebagai sebagai Makhluk Makhluk BerbudayaBerbudaya Manusia memiliki inisiatif
Manusia memiliki inisiatif dan kretif dalam menciptkan kebudayaan hidup berbudaya,dan kretif dalam menciptkan kebudayaan hidup berbudaya, dan membudaya. Kebudayaan bukan sesuatu yang ada di luar manusia, bahkan hakikatnya dan membudaya. Kebudayaan bukan sesuatu yang ada di luar manusia, bahkan hakikatnya meliputi perbuatan manusia itu sendiri. Kebudayan bertautan dengan kehidupan manusia meliputi perbuatan manusia itu sendiri. Kebudayan bertautan dengan kehidupan manusia sepenuhnya, kebudayaan menyangkut sesuatu yang nampak dalam bidang eksistensi setiap sepenuhnya, kebudayaan menyangkut sesuatu yang nampak dalam bidang eksistensi setiap manusia. Manusia tidak terlepas dari kebudayaan, bahkan manusia itu baru menjadi manusia manusia. Manusia tidak terlepas dari kebudayaan, bahkan manusia itu baru menjadi manusia karena dan bersama kebudayaanya (C.A. Van Peursen, 1957). Sejalan dengan ini Ernst karena dan bersama kebudayaanya (C.A. Van Peursen, 1957). Sejalan dengan ini Ernst Cassier menegaska
Cassier menegaskan bahwa “n bahwa “ Manusia ti Manusia tidak mdak menjadi enjadi manusia kermanusia kerena ena sebuah sebuah faktor faktor didalamdidalam dirinya, seperti misalnya naluri atau akal budi, melainkan fungsi kehidupannya, yaitu dirinya, seperti misalnya naluri atau akal budi, melainkan fungsi kehidupannya, yaitu pekerjaanya, kebudayaanya.
pekerjaanya, kebudayaanya. Demikianlah kebudayaan termasuk haDemikianlah kebudayaan termasuk hakekat manusiakekat manusia”.”. f.
f. Manusia Manusia sebagai sebagai Makhluk Makhluk SusilaSusila
Dalam uraian terdahulu telah dikemukakan bahwa manusia sadar akan diri dan Dalam uraian terdahulu telah dikemukakan bahwa manusia sadar akan diri dan lingkunganya, mempunyai potensi dan kemampuan untuk berfikir, berkehendak bebas, lingkunganya, mempunyai potensi dan kemampuan untuk berfikir, berkehendak bebas, bertanggung jawab, serta punya potensi untuk berbuat baik. Karena itulah, eksistensi manusia bertanggung jawab, serta punya potensi untuk berbuat baik. Karena itulah, eksistensi manusia
memiliki aspek kesusilaan. Menurut Immanuel Kant, manusia memiliki aspek kesusilan memiliki aspek kesusilaan. Menurut Immanuel Kant, manusia memiliki aspek kesusilan karena pada manusia terdapat rasio praktis yang memberikan perintah mutlak (
karena pada manusia terdapat rasio praktis yang memberikan perintah mutlak ( categoricalcategorical imperative
imperative). Sebagai makhluk yang otonom atau memiliki kebebasan, manusia selalu). Sebagai makhluk yang otonom atau memiliki kebebasan, manusia selalu dihadapkan pada suatu alterntif tindakan yang harus dipilihnya. Adapun kebebasan berbuat dihadapkan pada suatu alterntif tindakan yang harus dipilihnya. Adapun kebebasan berbuat ini juga harus dipilihnya. Karena manusia mempunyai kebebasan memilih dan menentukan ini juga harus dipilihnya. Karena manusia mempunyai kebebasan memilih dan menentukan perbuatanya
perbuatanya secara secara otonom otonom maka maka selalu selalu ada ada penilaian penilaian moral moral atau atau tuntutan tuntutan pertanggungpertanggung jawaban atas perbuatannya.
jawaban atas perbuatannya. g.
g. Manusia Manusia sebagai sebagai Makhluk Makhluk BeragamaBeragama
Aspek keberagamaan merupakan salah satu karakteristik esensial eksistensi manusia Aspek keberagamaan merupakan salah satu karakteristik esensial eksistensi manusia yang terungkap d
yang terungkap dalam bentuk alam bentuk pengakuan atau keypengakuan atau keyakinan akan kebenaran suatu agama yakinan akan kebenaran suatu agama yangang diwujudkan dalam sikap dan perilaku. Hal ini terdapat pada manusia manapun, baik dalam diwujudkan dalam sikap dan perilaku. Hal ini terdapat pada manusia manapun, baik dalam rentang waktu (dulu-sekarang-akan datang) maupun dalam rentang geografis dimana manusia rentang waktu (dulu-sekarang-akan datang) maupun dalam rentang geografis dimana manusia berada.
berada. Keberagamaan Keberagamaan menyiratkan menyiratkan adanya adanya pengakuan pengakuan dan dan pelaksanaan pelaksanaan yang yang sungguh sungguh atasatas suatu agama.
suatu agama.
Manusia hidup beragama karena agama menyangkut masalah-masalah yang bersifat Manusia hidup beragama karena agama menyangkut masalah-masalah yang bersifat mulak maka pelaksanaan keberagamaan akan tampak dalam kehidupan sesuai agama yang mulak maka pelaksanaan keberagamaan akan tampak dalam kehidupan sesuai agama yang dianut masing-masing indiv
dianut masing-masing individu. Hal ini idu. Hal ini baik berkenaan baik berkenaan dengan sistem keyakinanya, dengan sistem keyakinanya, sistemsistem peribadatan
peribadatan maupun maupun berkenaan berkenaan dengan dengan pelaksanaan pelaksanaan tata tata kaidah kaidah yang yang mengatur mengatur hubunganhubungan manusia dengan Tuhannya, hubungan manusia dengan manusia serta hubungan manusia manusia dengan Tuhannya, hubungan manusia dengan manusia serta hubungan manusia dengan alam. Dalam keberagamaan ini manusia akan merasakan hidupnya menjadi dengan alam. Dalam keberagamaan ini manusia akan merasakan hidupnya menjadi bermakna.
bermakna. Ia Ia memperoleh memperoleh kejelasan kejelasan tentang tentang dasar dasar hidupnya, hidupnya, tata tata cara cara hidup hidup dan dan berbagaiberbagai aspek kehidupanya, dan menjadi jelas pula apa yang menjadi tujuan hidupnya.
aspek kehidupanya, dan menjadi jelas pula apa yang menjadi tujuan hidupnya.
2.3
2.3 Hubungan HakeHubungan Hakekat Manusia kat Manusia dengan Pendidengan Pendidikandikan 1.
1. Ada 3 ahli Ada 3 ahli yang mengatakan bahwa manusia sebagayang mengatakan bahwa manusia sebagai:i:
Animal educable. Artinya, pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang dapat dididik.Animal educable. Artinya, pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang dapat dididik.
Animal educandum, yang artinya manusia pada hakikatnya adAnimal educandum, yang artinya manusia pada hakikatnya ad alah manusia yang harusalah manusia yang harus
dididik. dididik.
Homo educandus, bahwa manusia merupakan makhluk yang bukan hanya harus Homo educandus, bahwa manusia merupakan makhluk yang bukan hanya harus dandan
dapat dididik tetapi juga harus dan dapat dididik. dapat dididik tetapi juga harus dan dapat dididik.
2.
2. Asas-Asas Keharusan atau Perlunya Pendidikan bagi Asas-Asas Keharusan atau Perlunya Pendidikan bagi ManusiaManusia a.
Manusia tidak mampu menciptakan dirinya sendiri, beradanya manusia di dunia Manusia tidak mampu menciptakan dirinya sendiri, beradanya manusia di dunia bukan
bukan pula pula sebagai sebagai hasil hasil evolusi evolusi tanpa tanpa Pencipta Pencipta sebagaimana sebagaimana diyakini diyakini penganutpenganut Evolusionisme, melainkan sebagai ciptaan Tuhan. Manusia berbeda dengan benda. Perbedaan Evolusionisme, melainkan sebagai ciptaan Tuhan. Manusia berbeda dengan benda. Perbedaan itu antara lain dalam hal cara beradanya. Menurut Martin Hedegger, benda-benda di sebut itu antara lain dalam hal cara beradanya. Menurut Martin Hedegger, benda-benda di sebut sebagai “yang berada” (Seinde), dan bahwa benda
sebagai “yang berada” (Seinde), dan bahwa benda-- benda benda itu itu hanya hanya “vorhanden”, “vorhanden”, artinyaartinya hanya terletak begitu saja di depan orang, tanpa ada hubungannya dengan orang itu, hanya terletak begitu saja di depan orang, tanpa ada hubungannya dengan orang itu, benda- benda
benda itu itu baru baru berarti. berarti. Sedangkan Sedangkan manusia, manusia, ia ia berinteraksi berinteraksi di di dunia dunia di di mana mana ia ia secara secara aktifaktif “mengadakan” diriya, tetapi bukan dalam arti menciptakan dirinya sebagai mana Tuhan “mengadakan” diriya, tetapi bukan dalam arti menciptakan dirinya sebagai mana Tuhan menciptakan manusia, melainkan manusia harus bertanggung jawab atas keberadaan dirinya, menciptakan manusia, melainkan manusia harus bertanggung jawab atas keberadaan dirinya, ia harus bertanggung jawab menjadi apa atau menjadi siapa nantin
ia harus bertanggung jawab menjadi apa atau menjadi siapa nantin ya.ya.
Sebagai kesatuan badan-rohani manusia memiliki historisaitas dan hidup bertujuan. Sebagai kesatuan badan-rohani manusia memiliki historisaitas dan hidup bertujuan. Karena itu, eksistensi manusia terpaut dengan masa lalunya (misal ia berada karena Karena itu, eksistensi manusia terpaut dengan masa lalunya (misal ia berada karena diciptakan Tuhan, lahir ke dunia dalam keadaan tidak berdaya sehingga memerlukan bantuan diciptakan Tuhan, lahir ke dunia dalam keadaan tidak berdaya sehingga memerlukan bantuan orang tuanya atau orang lain, dan seterusnya), dan sekaligus menjangkau masa depan untuk orang tuanya atau orang lain, dan seterusnya), dan sekaligus menjangkau masa depan untuk mencapai tujuan hidupnya. Manusia berada dalam perjalanan hidup, perkembangan dan mencapai tujuan hidupnya. Manusia berada dalam perjalanan hidup, perkembangan dan pengembangan
pengembangan diri. diri. Ia Ia adalah adalah manusia, manusia, tertapi tertapi sekaligus sekaligus “belum “belum selesai”selesai” mewujudkan dirimewujudkan diri sebagai manusia.
sebagai manusia. b.
b. Tugas dan Tujuan Manusia adalah Menjadi ManuTugas dan Tujuan Manusia adalah Menjadi Manusiasia
Manusia hidup di dunia ini dalam keadaan belum tertentukan menjadi apa atau Manusia hidup di dunia ini dalam keadaan belum tertentukan menjadi apa atau menjadi siapa nantinya. Sebagai individu atau pribadi, manusia bersifat otonom, ia bebas menjadi siapa nantinya. Sebagai individu atau pribadi, manusia bersifat otonom, ia bebas menentukan pilihan mau menjadi apa atau menjadi siapa di masa depannya. Andaikan menentukan pilihan mau menjadi apa atau menjadi siapa di masa depannya. Andaikan seseorang menentukan pilihan dan berupaya untuk tidak menjadi manusia atau tidak seseorang menentukan pilihan dan berupaya untuk tidak menjadi manusia atau tidak mewujudkan aspek-aspek hakikatnya sebagai manusia, maka berarti yang bersangkutan mewujudkan aspek-aspek hakikatnya sebagai manusia, maka berarti yang bersangkutan menurunkan martabat kemanusiannya.
menurunkan martabat kemanusiannya.
Sebagai pribadi setiap orang memang otonom, ia bebas menentukan pilihannya, tetapi Sebagai pribadi setiap orang memang otonom, ia bebas menentukan pilihannya, tetapi bahwa
bahwa bebas bebas itu itu selalu selalu berarti berarti terikat terikat pada pada nilai-nilai nilai-nilai tertentu tertentu yang yang menjadi menjadi pilihannya pilihannya dandan dengan kebebasannya itulah seseorang pribadi wajib bertanggung jawab serta akan dimintai dengan kebebasannya itulah seseorang pribadi wajib bertanggung jawab serta akan dimintai pertanggungjawaban. Oleh karena itu, tiada makna lain bahw
pertanggungjawaban. Oleh karena itu, tiada makna lain bahwa berada sebagai manusia adalaha berada sebagai manusia adalah mengemban tugas dan mempunyai tujuan untuk menjadi
mengemban tugas dan mempunyai tujuan untuk menjadi manusia, atau bertugas memanusia, atau bertugas mewujudkanwujudkan berbagai aspek
berbagai aspek hakikat manusia. hakikat manusia. Karl JKarl Jaspeaspers menyatakannya dalam kalimat “rs menyatakannya dalam kalimat “to be a man isto be a man is to become a man
to become a man”, ada sebagai manusia adalah menjadi manusia (Fuad Hasan, 1973).”, ada sebagai manusia adalah menjadi manusia (Fuad Hasan, 1973). Implikasinya jika seorang tidak selalu berupaya untuk menjadi manusia maka ia tidaklah Implikasinya jika seorang tidak selalu berupaya untuk menjadi manusia maka ia tidaklah berada sebagai manusia.
berada sebagai manusia. c.
Dalam kenyataan hidupnya, perkembangan manusia bersifat terbuka atau Dalam kenyataan hidupnya, perkembangan manusia bersifat terbuka atau mengandung berbagai kemungkinan. Manusia mungkin berkembang sesuai kodrat dan mengandung berbagai kemungkinan. Manusia mungkin berkembang sesuai kodrat dan martabat kemanusiaannya atau mampu menjadi manusia, sebaliknya mungkin pula ia martabat kemanusiaannya atau mampu menjadi manusia, sebaliknya mungkin pula ia berkembang ke arah yang kurang sesuai atau bahkan tidak s
berkembang ke arah yang kurang sesuai atau bahkan tidak s esuai dengan kodrat dan martabatesuai dengan kodrat dan martabat kemanusiaanya. Menurut Gehlen seorang pemikir Jerman mengemukakan kesimpulan yang kemanusiaanya. Menurut Gehlen seorang pemikir Jerman mengemukakan kesimpulan yang sama dengan Teori Retardasi dari Bolk, yaitu bahwa “
sama dengan Teori Retardasi dari Bolk, yaitu bahwa “ Pada Pada saat saat kelahirannya kelahirannya taraftaraf perkembangan
perkembangan manusia manusia tidak tidak lebih lebih maju maju dari dari hewan, hewan, tetapi tetapi kurang kurang maju maju daripada daripada hewanhewan yang
yang paling paling dekat dekat dengan dengan dia dia (primat) (primat) sekalipun. sekalipun. Manusia Manusia lahir lahir prematur prematur dan dan tidaktidak mengenal spesialisai seperi
mengenal spesialisai seperi hewan. Ia adalah makhluk yang ditandai kekuranganhewan. Ia adalah makhluk yang ditandai kekurangan ” (C.A.” (C.A. VanVan Peursen, 1982). Nietzsche juga mendukung kesimpulan ini yang menyebut manusia sebagai Peursen, 1982). Nietzsche juga mendukung kesimpulan ini yang menyebut manusia sebagai das nicht festgestellte Tier
das nicht festgestellte Tier , artinya sebagai hewan yang belum ditetapkan. Ada beberapa, artinya sebagai hewan yang belum ditetapkan. Ada beberapa akibat manusia dilahirkan terlalu dini :
akibat manusia dilahirkan terlalu dini : a.
a. Kelanjutan Kelanjutan hidup hidup manusia manusia menunjukkan menunjukkan keragaman, keragaman, baik baik ragam ragam dalam hal dalam hal kesehatannya,kesehatannya, dalam dimensi kehidupan individualitasnya, sosialitasnya, keberbudayaannnya, kesusilaanya, dalam dimensi kehidupan individualitasnya, sosialitasnya, keberbudayaannnya, kesusilaanya, keberagamaanya.
keberagamaanya. b.
b. Oleh Oleh karena karena itu itu spesialisasi spesialisasi manusia manusia itu itu harus harus diperoleh diperoleh setelah setelah ia ia lahir lahir dalamdalam perkembangan menuju kedewasaanya.
perkembangan menuju kedewasaanya.
Pada dasarnya kemampuan berjalan tegak di atas dua kaki, kemampuan berperilaku Pada dasarnya kemampuan berjalan tegak di atas dua kaki, kemampuan berperilaku lainnya yang lazim dilakukan manusia yang berkebudayaan, tidak dibawa manusia sejak lainnya yang lazim dilakukan manusia yang berkebudayaan, tidak dibawa manusia sejak kelahirannya. Demikian halnya dengan kesadaran akan tujuan hidupnya, kemampuan untuk kelahirannya. Demikian halnya dengan kesadaran akan tujuan hidupnya, kemampuan untuk hidup sesuai individualitas, sosialitasnya, tidak dibawa manusia sejak kelahirannya, hidup sesuai individualitas, sosialitasnya, tidak dibawa manusia sejak kelahirannya, melainkan harus diperoleh manusia melalui belajar, melalu bantuan berupa pengajaran, melainkan harus diperoleh manusia melalui belajar, melalu bantuan berupa pengajaran, bimbingan, latihan, dan keg
bimbingan, latihan, dan kegiatan lainnya yang dapat dirangkumkan diatan lainnya yang dapat dirangkumkan dalam istilah pendidikan.alam istilah pendidikan. Dari hal inilah dapat dipahami bahwa manusia belum selesai menjadi manusia, ia Dari hal inilah dapat dipahami bahwa manusia belum selesai menjadi manusia, ia dibebani keharusan untuk menjadi manusia, tetapi ia tidak dengan sendirinya menjadi dibebani keharusan untuk menjadi manusia, tetapi ia tidak dengan sendirinya menjadi manusia, adapun untuk menjadi manusia ia memerlukan pendidikan atau haru
manusia, adapun untuk menjadi manusia ia memerlukan pendidikan atau haru s dididik. “s dididik. “ Man Man can become man through education only
can become man through education only ”, demikian pernyataan Immanuel Kant dalam teori”, demikian pernyataan Immanuel Kant dalam teori pendidikannya
pendidikannya (Henderson, (Henderson, 1959). 1959). Pernyataan Pernyataan tersebut tersebut sejalan sejalan dengan dengan hasil hasil studi studi M. M. J.J. Langeveld. Bahkan sehubungan dengan kodrat manusia seperti dikemukakan di atas, Langeveld. Bahkan sehubungan dengan kodrat manusia seperti dikemukakan di atas, Langeveld memberikan identitas kepada manusia dengan sebutan Animal Educandum (M.J. Langeveld memberikan identitas kepada manusia dengan sebutan Animal Educandum (M.J. Langeveld, 1980).
Langeveld, 1980). 3.
3. Asas-Asas Kemungkinan PendidikanAsas-Asas Kemungkinan Pendidikan
Atas dasar studi fenomenologis yang dilakukannya, M.J. Langeveld (1980) Atas dasar studi fenomenologis yang dilakukannya, M.J. Langeveld (1980) menyatakan bahwa “manusia itu sebaga
educabile”. Jika kita mengacu kepada
educabile”. Jika kita mengacu kepada uraian terdahulu tentang sosok manusia dalam uraian terdahulu tentang sosok manusia dalam berbagaiberbagai dimensinya, ada 5 asas antropologis yang mendasari kesimpulan bahwa manusia mungkin dimensinya, ada 5 asas antropologis yang mendasari kesimpulan bahwa manusia mungkin dididik yaitu:
dididik yaitu: a.
a. Asas Asas PotensialitasPotensialitas
Berbagai potensi yang ada pada manusia yang memungkinkan ia akan mampu Berbagai potensi yang ada pada manusia yang memungkinkan ia akan mampu menjadi manusia, tetapi untuk itu memerlukan suatu sebab, yaitu pendidikan. Contohnya menjadi manusia, tetapi untuk itu memerlukan suatu sebab, yaitu pendidikan. Contohnya dalam aspek kesusilaan, manusia diharapkan mampu berperilaku sesuai dengan norma-norma dalam aspek kesusilaan, manusia diharapkan mampu berperilaku sesuai dengan norma-norma moral dan nilai-nilai moral yang diakui. Ini adalah salah satu tujuan pendidikan atau sosok moral dan nilai-nilai moral yang diakui. Ini adalah salah satu tujuan pendidikan atau sosok manusia ideal berkenaan dengan dimensi moralitas. Oleh karena itu manusia akan dapat manusia ideal berkenaan dengan dimensi moralitas. Oleh karena itu manusia akan dapat dididik karena ia memiliki berbagai potensi untuk dapat menjadi manusia (
dididik karena ia memiliki berbagai potensi untuk dapat menjadi manusia ( Pengantar Pengantar Pendidikan, Dinn Wah
Pendidikan, Dinn Wahyudin, 2008: 1.23yudin, 2008: 1.23).). b.
b. Asas DinamikaAsas Dinamika
Jika ditinjau dari sudut pendidik, pendidikan dilakukan dalam rangka membantu Jika ditinjau dari sudut pendidik, pendidikan dilakukan dalam rangka membantu manusia (peserta didik) agar menjadi manusia ideal. Di pihak lain, manusia itu sendiri manusia (peserta didik) agar menjadi manusia ideal. Di pihak lain, manusia itu sendiri (peserta didik) memiliki dinamika untuk menjadi manusia ideal. Oleh karena itu, dimensi (peserta didik) memiliki dinamika untuk menjadi manusia ideal. Oleh karena itu, dimensi dinamika mengimplikasikan bahwa manusia akan dapat dididik.
dinamika mengimplikasikan bahwa manusia akan dapat dididik. c.
c. Asas Asas IndividualitasIndividualitas
Individu antara lain memiliki kedirisendirian (subjektivitas), ia berbeda dari yang Individu antara lain memiliki kedirisendirian (subjektivitas), ia berbeda dari yang lainnya dan memiliki keinginan untuk menjadi seseorang sesuai keinginan dirinya sendiri. lainnya dan memiliki keinginan untuk menjadi seseorang sesuai keinginan dirinya sendiri. Pendidikan dilaksanakan untuk membantu manusia dalam rangka mengaktualisasikan atau Pendidikan dilaksanakan untuk membantu manusia dalam rangka mengaktualisasikan atau mewujudkan dirinya. Pendidikan bukan untuk membentuk manusia sebagaimana kehendak mewujudkan dirinya. Pendidikan bukan untuk membentuk manusia sebagaimana kehendak pendidik
pendidik dengan dengan mengabaikan mengabaikan dimensi dimensi individualitas individualitas manusia manusia (peserta (peserta didik). didik). Di Di pihak pihak lainlain manusia sesuai dengan individualitasnya berupaya untuk mewujudkan dirinya. Oleh karena manusia sesuai dengan individualitasnya berupaya untuk mewujudkan dirinya. Oleh karena itu individualitas manusia mengimplikasikan bahwa manusia akan dapat dididik.
itu individualitas manusia mengimplikasikan bahwa manusia akan dapat dididik. d.
d. Asas Asas sosialitassosialitas
Sebagai insan sosial, manusia hidup bersama dengan sesamanya, maka ia
Sebagai insan sosial, manusia hidup bersama dengan sesamanya, maka ia butuh beraulbutuh beraul dengan orang lain. Dalam kehidupan bersama dengan sesamanya ini akan terjadi hubungan dengan orang lain. Dalam kehidupan bersama dengan sesamanya ini akan terjadi hubungan pengaruh
pengaruh timbal timbal balik balik setiap setiap individu individu akan akan menerima menerima pegaruh pegaruh dari dari individu individu yang yang lainnya.lainnya. Kenyataan ini memberikan kemungkinan bagi manusia untuk dapat dididik, oleh karena itu Kenyataan ini memberikan kemungkinan bagi manusia untuk dapat dididik, oleh karena itu upaya bantuan atau pengaruh pendidikan itu disampaikan justru melalui interaksi atau upaya bantuan atau pengaruh pendidikan itu disampaikan justru melalui interaksi atau komunikasi antar sesama manusia dan bahwa manusia dapat menerima bantuan atau komunikasi antar sesama manusia dan bahwa manusia dapat menerima bantuan atau pengaruh pendidikan jug
pengaruh pendidikan juga melalui interaksi atau komunikasi dengan sesamanya.a melalui interaksi atau komunikasi dengan sesamanya. e.
Manusia memiliki kemampuan untuk membedakan yang baik dan tidak baik, dan Manusia memiliki kemampuan untuk membedakan yang baik dan tidak baik, dan pada
pada dasarnya dasarnya ia ia berpotensi berpotensi untuk untuk beperilaku beperilaku baik baik atas atas dasar dasar kebebasan kebebasan dan dan tanggungtanggung jawabnya (aspek moralitas).
jawabnya (aspek moralitas).
Pendidikan pada hakikatnya bersifat normatif, artinya dilaksanakan berdasarkan Pendidikan pada hakikatnya bersifat normatif, artinya dilaksanakan berdasarkan sistem nilai dan norma tertentu serta diarahkan untuk mewujudkan manusia ideal, yaitu sistem nilai dan norma tertentu serta diarahkan untuk mewujudkan manusia ideal, yaitu manusia yang diharapkan sesuai dengan sistem nilai dan norma tertentu yang bersumber dari manusia yang diharapkan sesuai dengan sistem nilai dan norma tertentu yang bersumber dari agama maupun budaya yang diakui. Pendidikan bersifat normatif dan manusia memiliki agama maupun budaya yang diakui. Pendidikan bersifat normatif dan manusia memiliki dimensi moralitas karena itu aspek moralitas memungkinkan manusia untuk dapat dididik. dimensi moralitas karena itu aspek moralitas memungkinkan manusia untuk dapat dididik. Atas dasar berbagai asas di atas, pendidikan mutlak harus dilaksanakan. Jika berbagai asumsi Atas dasar berbagai asas di atas, pendidikan mutlak harus dilaksanakan. Jika berbagai asumsi tersebut diingkari, kita harus sampai pada kesimpulan bahwa manusia tidak perlu dididik, tersebut diingkari, kita harus sampai pada kesimpulan bahwa manusia tidak perlu dididik, tidak akan dapat dididik karena itu kita tak perlu melaksanakan pendidikan.
BAB 3. PENUTUP BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan 3.1 Kesimpulan 1.
1. Wujud Wujud Sifat Sifat Hakekat Hakekat ManusiaManusia a.
a. Kemampuan Kemampuan Menyadari Menyadari DiriDiri b.
b. Kemampuan BereksistensiKemampuan Bereksistensi c.
c. Kata Kata HatiHati d. Moral d. Moral e.
e. Tanggung Tanggung JawabJawab f.
f. Rasa Rasa KebebasanKebebasan g.
g. Kewajiban Kewajiban dan dan HakHak h.
h. Kemampuan Kemampuan Menghayati Menghayati KebahagiaanKebahagiaan 2.
2. Aspek-Aspek Aspek-Aspek Hakekat Hakekat ManusiaManusia a.
a. Manusia Manusia sebagai sebagai Mahluk Mahluk TuhanTuhan b.
b. Manusia sebagai Kesatuan Badan-RohManusia sebagai Kesatuan Badan-Roh c.
c. Manusia Manusia sebagai sebagai Mahluk Mahluk IndividuIndividu d.
d. Manusia Manusia sebagai sebagai Mahluk Mahluk SosialSosial e.
e. Manusia Manusia sebagai sebagai Mahluk Mahluk BerbudayaBerbudaya f.
f. Manusia Manusia sebagai sebagai Mahluk Mahluk SusilaSusila g.
g. Manusia Manusia sebagai sebagai Mahluk Mahluk BeragamaBeragama 3.
3. Hubungan Hubungan Hakekat Hakekat Manusia Manusia dengan dengan PendidikanPendidikan
1. Asas-Asas Keharusan atau Perlunya Pendidikan Bagi
1. Asas-Asas Keharusan atau Perlunya Pendidikan Bagi ManusiaManusia a. Manusia sebagai Mahluk yang Belum Selesai
b. Tugas dan Tujuan
b. Tugas dan Tujuan Manusia adalah Menjadi ManusiaManusia adalah Menjadi Manusia c. Perkembangan Manusia Bersifat Terbuka
c. Perkembangan Manusia Bersifat Terbuka 2. Asas-Asas Kemungkinan Pendidikan 2. Asas-Asas Kemungkinan Pendidikan a. Asas Potensialitas a. Asas Potensialitas b. Asas Dinamika b. Asas Dinamika c. Asas Individualitas c. Asas Individualitas d. Asas Sosialitas d. Asas Sosialitas e. Asas Moralitas e. Asas Moralitas 3.2 Saran 3.2 Saran
Dengan penulisan makalah ini diharapkan masyarakat agar dapat mengetahui tentang Dengan penulisan makalah ini diharapkan masyarakat agar dapat mengetahui tentang hakekat manusia itu seperti apa dan bagaimana konsep pendidikan seumur hidup yang hakekat manusia itu seperti apa dan bagaimana konsep pendidikan seumur hidup yang sebenarnya beserta implikasinya. Untuk para pendidik mungkin apa yang dibahas dalam sebenarnya beserta implikasinya. Untuk para pendidik mungkin apa yang dibahas dalam makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan referensi dalam praktek mengajar di makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan referensi dalam praktek mengajar di sekolah. Selain itu dengan mengetahui hakekat manusia dan pendidikan seumur hidup, sekolah. Selain itu dengan mengetahui hakekat manusia dan pendidikan seumur hidup, diharapkan para pendidik bisa lebih memahami masing-masing peserta didik dalam diharapkan para pendidik bisa lebih memahami masing-masing peserta didik dalam hakekatnya sebagai manusia dan terlebih pula mampu memberikan himbauan untuk dapat hakekatnya sebagai manusia dan terlebih pula mampu memberikan himbauan untuk dapat melaksanakan pendidikan seumur hidup melihat betapa pentingnya pendidikan bagi manusia melaksanakan pendidikan seumur hidup melihat betapa pentingnya pendidikan bagi manusia dan mengingat dalam makalah ini sudah dibahas mengenai hal tersebut, agar tujuan dan mengingat dalam makalah ini sudah dibahas mengenai hal tersebut, agar tujuan pendidikan yang memang
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA
Fuad Hasan, Drs. H. 1995.
Fuad Hasan, Drs. H. 1995. Dasar-Dasar Kependidikan Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Bineka Cipta.. Jakarta: Bineka Cipta. Umar Tirtarahardja, Prof. Dr. dan Drs. La Sula. 2000.
Umar Tirtarahardja, Prof. Dr. dan Drs. La Sula. 2000. Pengantar Pendidikan Pengantar Pendidikan. Jakarta: Bineka Cipta.. Jakarta: Bineka Cipta. Wahyudin, Dinn dkk. 2008.