HAKIKAT MANUSIA, HAKIKAT PENDIDIKAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN
TUGAS KELOMPOK
Disusun sebagai tugas Mata Kuliah Landasan Pendidikan Pengampu: Prof. Dr. Sugiyo & Titi Prihatin
Oleh Kelompok I
Fira Nadliratul Afrida (0103516080) R. Gita Ardhy Nugraha (0103516101)
Pipin Yunita Aspin (0103516116)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR (PGSD) PROGRAM PASCA SARJANA
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hakikat manusia dari sisi penciptanya adalah makhluk yang sempurna karena dibekali dengan akal. Maka dengan akal itulah manusia akan selalu berfikir tentang kelangsungan hidupnya dan generasinya. Manusia akan selalu berupaya untuk menemukan berbagai cara untuk survive baik bagi dirinya maupun keturunan atau generasinya, sekaligus meningkatkan kalitas kehidupannya baik fisik maupun non fisik yang berlangsung secara alami. Hal tersebut merupakan hakikat pendidikan secara umum.
Seiring perkembangan peradaban manusia, pendidikan dilaksanakan secara lebih sistematis dan terorganisir dalam bentuk pendidikan formal di sekolah. Pendidikan juga merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Dalam hal ini manusia pada dasarnya bisa sebagai subyek sekaligus obyek dari pendidikan. Sebagai subyek artinya mereka berperan aktif dalam proses pelaksanaannya, mereka bertanggung jawab sebagai perencana, pengelola, sekaligus pihak yang harus mengevaluasi dan mengawasi proses berlangsungnya pendidikan tersebut. Sedangkan sebagai obyek berarti mereka menjadi sasaran yang harus digarap dan dituju oleh pendidikan.
Dari hakikat manusia dan hakikat pendidikan yang ibarat dua sisi mata uang tersebut, jelaslah bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mencerdasakan kehidupan berbangsa, meningkatkan kualitas hidup manusia, baik pendidikan yang bersifat alami dari orang tua atau pendidikan formal, jadi pada dasarnya manusia memiliki beberapa potensi yang ada pada dirinya, yaitu potensi intelektual, rasa, karya, karsa dan religi yang bisa dan akan ditumbuh dan kembangkan melalui proses pendidikan yang baik dan terarah.
baik dan benar mengenai hal-hal tersebut, maka orang orang-orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan diharapkan mampu melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai insan pendidikan dengan tidak mengabaikan atau meninggalkan tanggung-jawabnya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun permasalahan yang akan di bahas dalam makalah ini diantaranya:
1. Apa yang dimaksud dengan Hakikat Manusia? 2. Apa yang dimaksud dengan Hakikat Pendidikan? 3. Bagaimana tujuan dari Pendidikan?
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan pembahasan dalam makalah ini diantaranya: 1. Mengetahui dan memahami arti dari Hakikat Manusia.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Manusia
Hakikat manusia adalah pembentukan kebudayaan dikarenakan manusia dihadapkan pada persoalan yang meminta pemecahan dan penyelesaian. Dalam rangka survive manusia mampu memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya sehingga manusia melakukan berbagai cara. Dimana memiliki peran ataupun fungsi yang harus dijalankan oleh setiap manusia. Sesungguhnya hakikat manusia adalah mahluk yang bertanggung jawab atas tindakannya dan manusia diberi naluri.
Naluri adalah semacam dorongan alamiah dari dalam diri manusia untuk memikirkan serta menyatakan suatu tindakan. Setiap makluk hidup memiliki dorongan yang dapat diekspresikan secara spontan sebagai tanggapannya kepada stimulus yang muncul dari dalam diri atau dari luar dirinya.
Naluri ini tidak setiap waktu muncul yang baik tetapi kadang muncul naluri kejahatan. Namun pada hakikatnya atas tindakan kebaikan maupun kejahatan manusia memiliki tanggung jawab.
Hakikat manusia adalah sebagai berikut ;
1. Individu yang mmiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intlektual. Yang mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
2. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati.
2.1.2 Hakikat Manusia dari Dimensi pendidikan 1. Pengembangan manusia sebagai makhluk individu
memiliki kehendak, perasaan, cita-cita, semangat, dan daya tahan yang berbeda. Langeveld juga mengatakan bahwa tiap individu mempunyai dorongan untuk mandiri, meskipun di sisi lain pada diri anak terdapat rasa tidak berdaya sehingga ia memerlukan bimbingan dari orang lain. Untuk dapat menolong dirinya sendiri, anak (individu) perlu mendapatkan pengalaman di dalam pengembangan konsep, prinsip, inisiatif, kreativitas, tanggung jawab, dan keterampilannya.
2. Pengembangan manusia sebagai makhluk sosial
Manusia sejak lahir dikaruniai potensi sosialis, artinya setiap individu mempunyai kemungkinan untuk bergaul, yang di dalamnya ada kesediaan untuk memberi dan menerima. Manusia tidak dapat mencapai apa yang diinginkannya seorang diri. Kehadiran manusia lain dihadapannya bukan saja penting untuk mencapai tujuan hidupnya, tetapi juga merupakan saran untuk pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya. Melalui pendidikan dapat dikembangkan antara aspek individual dan aspek sosial manusia, artinya individulitas manusia dapat dikembangkan dengan belajar dari orang lain, mengidentifikasi sifat-sifat yang dikagumi dari orang lain untuk dimiliknya, serta menolak sifat-sifat yang dikagumi dari orang lain untuk dimilikinya, serta menolak sifat-sifat yang tidak dicocokinya. Dikatakan oleh Imanuel Kant (filosof Jerman) bahwa manusia hanya menjadi manusia jika berada di antara manusia.
3. Pengembangan manusia sebagai makhluk susila
Manusia dapat menetapkan tingkah laku mana yang baik dan bersifat susila serta tingkah laku mana yang tidak baik dan tidak bersifat susila. Melalui pendidikan diusahakan agar individu menjadi dua pendukung norma kaidah dan nilai – nilai susila yang dijunjung tinggi oleh masyarakat dan menjadi milik pribadi yang tercermin dalam tingkah laku sehari – hari. Penghayatan dan perwujudan norma, nilai, dan kaidah – kaidah sosial adalah sangat penting dalam rangka menciptakan ketertiban dan stabilitas kehidupan masyarakat.
4. Pengembangan manusia sebagai makhluk beragama/religius
dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya dengan sebaik-baiknya melalui pendidikan. Dalam hal ini orang tualah yang paling cocok sebagai pendidik karena pendidikan agama adalah persoalan afektif dan kata hati. Oleh karena itu harus dimulai sedini mungkin. Pemerintah dengan berlandaskan pada UU Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) memasukkan pendidikan agama di sekolah- sekolah merupakan pengkajian aghama yang telah ditingkatkan pada pengembangannya.
2.1.3 Wujud dan Sifat Manusia
1. Kemampuan Menyadari Diri, Kemampuan Mengeksplorasi potensi yang ada, dan mengembangkannya kearah kesempurnaan dan menyadarinya sebagai kekuatan.
2. Kemampuan Bereksistensi, Manusia bersifat aktif dan manusia dapat menjadi manejer terhadap lingkungannya.
3. Pemilikan Kata Hati, Kemampuan membuat keputusan tentang baik/benar dengan yang buruk/salah bagi manusia,- Cara meningkatkan : melatih akal/kecerdasan dan kepekaan emosi
4. Moral (etika), Perbuatan yang dilakukan/nilai-nilai kemanusiaan. Bermoral sesuai dengan kata hati yang baik bagi manusia, dan sebaliknya. Etiket hanya sekedar kemampuan bersikap/mengenai sopan santun.
5. Kemampuan Bertanggung Jawab, Suatu perbuatan harus sesuai dengan tuntutan kodrat manusia.
6. Rasa Kebebasan (Kemerdekaan), Kebebasan yang terikat(bertanggung jawab) Tugas pendidikan membuat pesreta didik merasa merdeka dalam menjalankan tuntutan kodrat manusia.
7. Kesediaan Melaksanakan Kewajiban dan Menyadari Hak, Dapat ditempuh dengan pendidikan disiplin:
d. Disiplin Agama -> dilanggar -> rasa Berdosa
8. Kemampuan Menghayati Kebahagiaan, Kesanggupan menghayati kebahagiaan berkaitan dengan 3 hal : Usaha, norma-norma, dan Takdir.
2.2 Hakikat Pendidikan
Pendidikan tidak pernah terpisah dari kehidupan manusia. Semenjak masih di dalam kandungan hingga dewasa, pendidikan terus berlangsung selama manusia itu hidup. Pendidikan adalah khas milik dan alat manusia. Pendidikan dilakukan baik secara sadar maupun tidak sadar oleh manusia. Pendidikan sendiri digunakan sebagai alat untuk bertahan hidup dan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Pendidikan juga merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya (UU No. 23 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Secara umum, pendidikan dilakukan semenjak manusia diciptakan. Pendidikan ini merupakan pendidikan yang bersifat umum pada masyarakat. Pendidikan pada secara umum didasarkan pada insting seorang manusia. Mendidik secara insting didikuti oleh mendidik yang bersumber dari pikiran dan pengalaman manusia. Manusia mampu menciptakan cara-cara dalam mendidik karena perkembangan pikirannya. Semakin maju perkembangan pikiran, semakin pula variasi orang tua dalam mendidik anak-anaknya.
Pendidikan mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan perkembangan manusia. Pendidikan bermaksud membuat manusia meningkatkan hidupnya dari kehidupan alamiah menjadi berbudaya. Pendidikan erat kaitannya dengan membudayakan manusia. Membudayakan manusia sendiri merupakan proses atau upaya meningkatkan hidup dan kehidupan manusia atau kelompok. Secara sederhana adalah cara hidup yang dikembangkan oleh masyarakat.
berjalan bersama untuk saling memajukan. Makin tinggi kebudayaan, makin tinggi pula pendidikan dan cara mendidiknya. Pendidikan merupakan aspek dari kehidupa manusia dan ada dalam kebudayaan akan tetapi, kebudayaan hanya bisa dibentuk melalui pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan diperlukan untuk membudayakan atau memanusiakan manusia.
2.2.1 Teori umum pendidikan
John Dewey mengatakan bahwa pendidikan itu adalah the general theory of education sekaligus philosophy is the general theory of education. Ungkapan berikut menandakan bahwa pendidikan didasarkan pada filsafat yang berkaitan dengan pendidikan (Rohman, 2011: 6). Teori yang diungkapkan oleh John Dewey hanya menjelaskan prinsip-prinsip secara umum seperti metode khusus dalam pembelajaran yang lebih dikenal sebagai proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar menitik beratkan agar materi pembelajaran mudah diamati, dihayati, dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan dibantu oleh alat peraga atau media pembelajaran. Proses belajar mengajar tidak pernah terlepas dari seni atau kiat mendidik, karena konsep-konsep pendidikan tidak selalu sesuai dengan kondisi yang terjadi di lapangan. Pendidikan sering mencari beberapa strategi atau pendekatan untuk mencapai tujuannya. Strategi atau pendekatan diciptakan oleh para pendidik berdasarkan pengetahuan, logika, dan pengalamannya. Strategi atau pendekatan ini dilandaskan pada sebuah realitas yang berkaitan dengan metafisika pendidikan.
2.2.2 Pendidikan sebagai suatu ilmu
Pendidikan dikatakan sebagai suatu ilmu jika memenui persyaratannya sebagai ilmu itu sendiri (Pidarta, 2009: 6), yaitu:
a. Memiliki objek
Objek pendidikan ada dua macam, yaitu objek materi dan objek formal. Objek materi berkaitan dengan peserta didik dan warga belajarnya. Objek formal merupakan gejala yang tampak, dirasakan, dihayati, dan diekpresikan dalam kehidupan manusia.
Secara umum, pendidikan dikatakan sebagai suatu ilmu jika pendidikan itu mempunyai metode penyelidikan yang mencakup ruang lingkup, masalah, tujuan, hipotesis, tempat penelitian, subjek penelitian, objek penelitian, instrumen pengambilan data tentang variabel yang diteliti, dan analisis data berserta simpulannya.
c. Sistematis
Adanya keterkaitan antara pokok-pokok yang terdapat pada pendidikan. Pokok-pokok itu berbicara mengenai pendidikan sebagai ilmu secara global, bahan dan proses dalam pendidikan, faktor-faktor yang menjunjang proses pendidikan, pendidik, penyelenggaraan pendidikan, dan alat-alat yang digunakan untuk mengembangkan pendidikan itu sendiri. Pokok-pokok pendidikan dibahas secara sistematis tanpa mengurangi atau memindahkan urutan. aksiologis (untuk apa) agar pendidikan dapat berjalan secara selaras.
2.3 Tujuan Pendidikan
peserta didik tidak dipaksakan untuk mengikuti pendidikan tertentu, melainkan diberi kebebasan untuk memilih sendiri sesuai dengan bakat dan kemampuannya masing-masing. Hal ini dapat ditangkap dari kalimat yang berbunyi untuk dapat berkembangnya potensi peserta didik.
Pelayanan dalam pendidikan itupun tetap memberikan kebebasan kepada peserta didik dalam mengembangkan dirinya pada PPRI No. 19 Tahun 2005 Pasal 19 tertulis sebagai berikut: proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, kreatif, berpeluang untuk berprakasa, dan mandiri sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologisnya.
Namun ada yang belum terurai secara eksplisit dalam tujuan pendidikan, yaitu bertalian dengan Pancasila, walaupun dalam UURI No. 20 Tahun 2003 Pasal 2 disebutkan pendidikan nasional berdasarkan pancasila. Pancasila inilah yang mewarnai perkembangan peserta didik. Untuk keperluan itu pendidik harus paham dan terampil memasukkan sila-sila pancasila ke dalam diri peserta didik ketika melaksanakan proses pembelajaran.
Dalam suatu hasil penelitian tentang konsep-konsep baru dalam pendidikan (Made Pidarta, 1991) ditemukan bahwa para ahli pendidik mutakhir menyerang system pendidikan sekarang yang dikatakannya sebagai upaya mempertahankan kaum kapitalis dengan cara mendidik anak-anak agar siap melayani industry, perdagangan, dan jasa tanpa memperhatikan kebebasan dan hak-hak mereka sebagai anak manusia yang mempunyai bakat dan harkat pada diri masing-masing.
Beberapa ahli mengemukakan pandangan tentang tujuan pendidikan. Paulo Freire mengemukakan bahwa pendidikan hendaknya membuat manusia menjadi transitif, yaitu suatu kemampuan menangkap dan menanggapi masalah-masalah lingkungan serta kemampuan berdialog tidak hanya dengan sesame, tetapi juga dengan dunia beserta segala isinya. Selanjutnya dikatakan pendidikan harus pula membekali manusia suatu kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap kecenderungan semakin kuatnya kebudayaan industri, walaupun kebudayaan itu dapat menaikkan standar hidup manusia.
akan menangani arus informasi dan wawasan. Sebab itu kegiatan manusia akan semakin terarah kepada tugas intelektual sebagai pemikir dan kreatif. Bukan hanya melayani mesin-mesin.
Beberapa pandangan ahli mutakhir menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha memberikan pengalaman hidup bagi para peserta didik, kegiatan ilmiah, pelayanan terhadap pengembangan kemampuan dan minat, metode belajar yang baik, kebebasan individu, cinta kasih terhadap sesama, sampai dengan pentingnya hubungan antara guru dengan peserta didik. Jadi, tujuan pendidikan tidak lain hanyalah mengembangkan potensi peserta didik secara alamiah, dalam arti memberi kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan potensi mereka apa adanya. Tidak perlu diarahkan ke arah tertentu untuk kepentingan kelompok. Dengan demikian pendidikan hanya memberikan bantuan atau layanan dengan menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan serta bimbingan yang secukupnya. Diharapkan peserta didik dapat mencapai tujuan pendidikan yang seutuhnya.
Di dalam praktik pendidikan, khusunya pada lembaga pendidkan terdapat beberapa tujuan yang menjembatani terlaksanya tujuan pendidikan nasional diantaranya:
a) Tujuan umum pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta mempunyai tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan
b) Tujuan institusional yaitu tujuan yang menjadi tugas dari lembaga pendidikan tertentu untuk mencapainya. Misalnya tujuan pendidikan tingkat SD berbeda dari tujuan tingkat menengah, dan seterusnya. Jika semua lembaga (institusi) dapat mencapai tujuannya berarti tujuan nasional tercapai.
c) Tujuan kurikuler, yaitu tujuan bidang studi atau mata pelajaran, misalnya tujuan pembelajaran IPA, IPS, atau Matematika. Setiap lembaga pendidikan menggunakan kurikulum tertentu untuk mencapai tujuan yang diinginkan d) Tujuan instruksional, yaitu tujuan yang ada dalam pokok bahasan dan sub
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
Hakikat manusia adalah pembentukan kebudayaan dikarenakan manusia dihadapkan pada persoalan yang meminta pemecahan dan penyelesaian. Dalam rangka survive manusia mampu memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya sehingga manusia melakukan berbagai cara. Dimana memiliki peran ataupun fungsi yang harus dijalankan oleh setiap manusia.
mengembangkan manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta mempunyai tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
3.2 Saran
Hendaknya pada pemakalah yang membahas mengenai hakikat manusia, hakikat pendidikan, dan tujuan pendidikan selanjutnya, melengkapi dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan itu sendiri. Pemakalah selanjutnya juga dapat menambahkan pentingnya mempelajari hakikat manusia, pendidikan, dan tujuan manusia
DAFTAR PUSTAKA
Jjang news, (2015). Apa itu Pengertian Hakikat Manusia. [Online]. Tersedia:
http://jjangnews.blogspot.co.id/2015/03/apa-itu-pengertian-hakikat-manusia.html. [4 September 2016]
Pidarta, Made. 2009. Landasan Kependidikan, Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Rohman, Arif. 2011. Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: LaksBang Mediatama Yogyakarta
Santi, (2012). Hakikat Manusia. [Online]. Tersedia:
http://santisaridewi.blogspot.co.id/2012/02/hakikat-manusia.html. [4 September]
Tirtarahardja, Umar. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.