• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Pembuatan Senyawa Kompleks Tembaga Sulfat Pentahidrat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Praktikum Pembuatan Senyawa Kompleks Tembaga Sulfat Pentahidrat"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Praktikum Pembuatan Senyawa Kompleks Tembaga Sulfat Pentahidrat Laporan Praktikum Pembuatan Senyawa Kompleks Tembaga Sulfat Pentahidrat

(CuSO4.5H2O) dari Limbah Tembaga (CuSO4.5H2O) dari Limbah Tembaga

I.

I. TUJUAN PERCOBAANTUJUAN PERCOBAAN 1.

1. Membuat Kristal tembaga (II) sulfat pentahidrat dari limbah tembagaMembuat Kristal tembaga (II) sulfat pentahidrat dari limbah tembaga 2.

2. Mengenal sifat-sifat kristal tembaga (II) sulfat pentahidratMengenal sifat-sifat kristal tembaga (II) sulfat pentahidrat 3.

3. Menganalisis produk dengan menghitung rendemen dan Menganalisis produk dengan menghitung rendemen dan jumlah air Kristal (hidrat)jumlah air Kristal (hidrat) secara stoikiometri.

secara stoikiometri. II.

II. LANDASAN TEORILANDASAN TEORI

Dalam suatu Sistem Periodik Unsur (SPU), tembaga (Cu) termasuk ke dalam Dalam suatu Sistem Periodik Unsur (SPU), tembaga (Cu) termasuk ke dalam golongan 11. Tembaga, perak dan emas disebut logam koin karena dipakai sejak lama golongan 11. Tembaga, perak dan emas disebut logam koin karena dipakai sejak lama sebagai uang dalam bentuk lempengan (koin). Hal ini disebabkan oleh logam ini tidak sebagai uang dalam bentuk lempengan (koin). Hal ini disebabkan oleh logam ini tidak reaktif, sehingga tidak berubah dalam waktu yang lama. Tembaga adalah logam berdaya reaktif, sehingga tidak berubah dalam waktu yang lama. Tembaga adalah logam berdaya hantar listrik tinggi, maka dipakai sebagai kabel listrik. Tembaga tidak larut dalam asam hantar listrik tinggi, maka dipakai sebagai kabel listrik. Tembaga tidak larut dalam asam yang bukan pengoksidasi tetapi tembaga teroksidasi oleh HNO

yang bukan pengoksidasi tetapi tembaga teroksidasi oleh HNO33  sehingga tembaga larut  sehingga tembaga larut

dalam HNO

dalam HNO33[1]. [1]. Bentuk Bentuk pentahidrat pentahidrat yang yang lazim lazim terhidratnya, terhidratnya, yaitu yaitu kehilangan emkehilangan empatpat

molekul airnya pada 110 °C dan kelima-lima molekul air pada 150 °C. Pada 650 °C, tembaga molekul airnya pada 110 °C dan kelima-lima molekul air pada 150 °C. Pada 650 °C, tembaga (II) sulfat mengurai menjad

(II) sulfat mengurai menjaditembaga (II) oksidaitembaga (II) oksida (CuO),(CuO), sulfur dioksida sulfur dioksida (SO(SO22) dan) dan oksigen oksigen (O(O22).).

Tembaga (Cu) mer

Tembaga (Cu) mer upakan salah satu logam upakan salah satu logam yang paling ringan dan yang paling ringan dan paling aktif.paling aktif. Cu

Cu++ mengalami disproporsionasi secara spontan pada keadaan standar (baku). Hal ini bukan mengalami disproporsionasi secara spontan pada keadaan standar (baku). Hal ini bukan

berarti larutan senyawa Cu(I) tidak mungkin terbentuk. Untuk menilai pada keadaan berarti larutan senyawa Cu(I) tidak mungkin terbentuk. Untuk menilai pada keadaan bagaimana mereka ditemukan, yaitu jika kita mencoba membuat (Cu

bagaimana mereka ditemukan, yaitu jika kita mencoba membuat (Cu++) cukup banyak pada) cukup banyak pada

larutan air, Cu

larutan air, Cu2+2+ akan berada pada jumlah banyak (sebab konsentrasinya harus sekitar dua akan berada pada jumlah banyak (sebab konsentrasinya harus sekitar dua

 juta dikalikan

 juta dikalikan pangkat dua pangkat dua dari Cudari Cu++. Disproporsionasi akan menajdi sempurna. Di lain pihak. Disproporsionasi akan menajdi sempurna. Di lain pihak

 jika

 jika CuCu++dijaga sangat rdijaga sangat rendah (seperti pada endah (seperti pada zat yang sezat yang sedikit larut atau dikit larut atau ion kompleksion kompleks

mantap), Cu

mantap), Cu2+2+ sangat kecil dan tembaga (I)  sangat kecil dan tembaga (I) menjadi mantap.menjadi mantap.

Tembaga

Tembaga (II) (II) sulfat sulfat mempunyai banyak mempunyai banyak kegunaan kegunaan di bidang di bidang industri diantaranyaindustri diantaranya untuk mebuat campuran Bordeaux (sejenis fungisida) dan senyawa tembaga lainnya. untuk mebuat campuran Bordeaux (sejenis fungisida) dan senyawa tembaga lainnya. Senyawa ini juga digunakan dalam penyepuhan dan pewarnaan tekstil serta sebagai bahan Senyawa ini juga digunakan dalam penyepuhan dan pewarnaan tekstil serta sebagai bahan pengawet kayu. Bentuk anhidratnya digunakan untuk mendeteksi air dalam jumlah kelumit. pengawet kayu. Bentuk anhidratnya digunakan untuk mendeteksi air dalam jumlah kelumit. Tembaga sulfat juga dikenal sebagai vitriol biru.

Tembaga sulfat juga dikenal sebagai vitriol biru.

Tembaga (II) sulfat merupakan padatan kristal biru, CuSO

Tembaga (II) sulfat merupakan padatan kristal biru, CuSO44.5H.5H22O triklini.O triklini.

Pentahidratnya

Pentahidratnya kehilangan kehilangan 4 4 molekul molekul air air pada pada 11011000C dan yang ke C dan yang ke lima pada lima pada 15015000CC

membentuk senyawa anhidrat berwarna putih. Pentahidrat ini dibuat dengan mereaksikan membentuk senyawa anhidrat berwarna putih. Pentahidrat ini dibuat dengan mereaksikan tembaga (II) oksida atau tembaga (II) karbonat dengan H

tembaga (II) oksida atau tembaga (II) karbonat dengan H22SOSO44 encer, larutannya dipanaskan encer, larutannya dipanaskan

hingga jenuh dan pentahidrat yang biru mengkristal jika didinginkan. Pada skala industri, hingga jenuh dan pentahidrat yang biru mengkristal jika didinginkan. Pada skala industri, senyawa ini dibuat dengan memompa udara melaluicampuran tembaga panas dengan senyawa ini dibuat dengan memompa udara melaluicampuran tembaga panas dengan H

H22SOSO44encer. Dalam encer. Dalam bentuk pentahidrat, setiap ion bentuk pentahidrat, setiap ion tembaga (II) tembaga (II) dikelilingi oleh empatdikelilingi oleh empat

molekul air pada setiap sudut segi empat, kedudukan kelima dan keenam dari oktahedral molekul air pada setiap sudut segi empat, kedudukan kelima dan keenam dari oktahedral

(2)

ditempati oleh atom oksigen dari anion sulfat, sedangkan molekul air kelima terikat oleh ikatan hidrogen .

Salah satu sifat dari logam tembaga yaitu tembaga tidak larut dalam asam yang bukan pengoksidasi tetapi tembaga teroksidasi oleh HNO3  sehingga tembaga larut dalam

HNO3.

3Cu(s) + 8H+(aq) + 2NO3 –(aq) 3Cu2+(aq)+ 2NO(g) + 4H2O

Logam tembaga dibuat dari tembaga sulfida (Cu2S) yang dioksidasi dengan oksigen.

Cu2S + 2O2 2CuO + SO2

2CuO + Cu2S SO2 + 4Cu

Garam tembaga dalam larutan berwarna biru pucat, karena membentuk ion Cu(H2O)42+. Jika larutan ini ditambah amonia akan menghasilkan ion Cu(NH3)42+yang

berwarna biru pekat. Senyawa CuCl2, Cu2Br2, Cu2I2 sukar larut dalam air dengan Ksp

masing-masing 1,9.10-7, 5.10-9, dan 1.10-12. Senyawa Cu

2O dan Cu2S dapat dibuat langsung dari

unsurnya pada suhu tinggi. Kedua senyawa ini cenderung nonstoikiometrik karena dapat pula sebagian membentuk CuO dan CuS.

Senyawa-senyawa Cu (I) berwarna putih kecuali oksidasinya merah.Sedangkan senyawa Cu (II) hidratnaya biru dan anhidratnya abu-abu. Senyawa-senyawa Cu (II) lebih stabil dalam larutan. Mereka beracun dan mengion yang berwarna gelap (biru gelap) yang terbentuk dengan larutan amonia berlebihan. Cu digunakan buat kabel/kawat/peralatan listrik; dalam logam-logam paduan; monel, perunggu kuningan, perak jerman, perak nikel untuk ketel dan lain-lain .

Secara umum garam tembaga (I) tidak larut dalam air dan tidak berwarna, perilakunya mirip perilaku senyawa perak (I). Mereka mudah dioksidasi menjadisenyawa tembaga (II), yang dapat diturunkan dari tembaga(II) oksida, CuO, hitam. Garam-garam tembaga (II) umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam larutan air; warna ini benar-benar khas hanya untuk ion tetraakuokuprat (II) [Cu(H2O)4]2+  saja. Batas terlihatnya warna ion kompleks tetraakuokuprat(II) (yaitu, warna

ion tembaga (II) dalam larutan air), adalah 500μg dalam batas konsentrasi 1 dalam 104.

Garam-garam tembaga (II) anhidrat, seperti tembaga (II) sulfat anhidrat CuSO4, berwarna

putih (atau sedikit kuning).

Larutan amonia bila ditambahkan dalam jumlah yang sangat sedikit terbentuk endapan biru suatu garam basa (tembaga sulfat basa). Bila dalam keadaan basah dibiarkan terkena udara, tembaga (II) sulfida cenderung teroksidasi menjadi tembaga (II) sulfat, dan karenanya menjadi dapat larut dalam air. Banyak sekali panas yang dilepaskan pada proses ini.

(3)

III. ALAT DAN BAHAN

3.1 ALAT 3.2 BAHAN

1. Gelas kimia 250 ml 1. Limbah tembaga dari kabel bekas 2. Gelas ukur 50 ml 2. Larutan H2SO4

3. Corong 3. Larutan HNO3 30% dan 40%

4. Kaca Arloji 4. Aquades

5. Batang pengaduk 6. Pemanas (Hot plate) 7. Pipet tetes

8. Cawan penguapan 9. Timbangan

10. Kertas saring IV. LANGKAH KERJA

Menimbang 5 gram padatan tembaga dari limbah kabel sebanyak 5 gram

Memasukan 50 ml air ke dalam gelas kimia, ditambahkan 10 mL H2SO4 pekat,

5 gram tembaga dan 15 ml HNO3 30%

Memanaskan campuran larutan diatas di dalam lemari asam sampai gas berwana coklat (NO2) tidak ada lagi.

Menyaring larutan dalam keadaan panas.

Menyimpan larutan yang telah disaring sampai terbentuk Kristal

(4)

Menimbang berat kaca arloji dan kertas timbang yang akan digunakan untuk menempatkan kristal

Menyimpan Kristal yang terbentuk di kaca arloji dan timbang kembali beratnya

Mengeringkan Kristal di dalam oven untuk menghilangkan air yang terkandung di dalam kristal

Menimbang berat Kristal yang sudah kering, hitung kadar airnya dan rendemennya

(5)

Secara keseluruhan Pencampuran Aquades 50 mL 10 mL H2SO4 pekat 5 gram Cu 15 mL HNO3 30% Pemanasan Gas NO2 Penyaringan dalam keadaan panas Pengdinginan

(pengkristalan) Kristal berwarna biru Larutan berwarna biru keruh, Cu belum terlarut

Larutan berwarna biru bening, Cu merlarut

Larutan berwarna biru bening, tanpa Cu yang tak larut

Penimbangan kristal keadaan basah

Pengeringan dalam oven)

Penimbangan kristal keadaan kering

Perhitungan rendemen dan kadar air

(6)

V. TABEL PENGAMATAN

NO. PROSEDUR PERCOBAAN HASIL PENGAMATAN

1. Dimasukan air ke dalam gelas kimia V = 50 mL 2. Ditambahkan 10 mL H2SO4 pekat

Larutan bening kekuningan sedikit dan hangat (eksotermis)

3. Ditambahkan 5 gram tembaga Larutan tetap bening dan tembaga tidak larut

4. Ditambahkan 15 mL HNO3 30%

Larutan mulai mendidih, tembaga mulai larut, larutan berwarna biru keruh, terbentuk uap berwarna coklat 5. Dilakukan pengadukan terus menerus

selama ± 30 menit Tembaga larut.

6. Dipanaskan Larutan berubah menjadi berwarna biru bening

7. Disaring larutan Menghasilkan filtrate berwarna biru 8. Didiamkan dan ditimbang Kristal yang

terbentuk

Terbentuk Kristal biru sebanyak 13.22 gram

VI. PENGOLAHAN DATA

1. Menghitung rendemen CuSO4.5H2O

Massa Cu awal

= 5 gram

Massa kristal

= 13,22 gram

BM CuSO

4

.5H

2

O = 249,55 g/mol

BA Cu

= 63,55 g/mol

Reaksi : Cu

2+

 + SO

42-

 + 5H

2

O

CuSO

4

.5H

2

O

Massa CuSO

4

.5H

2

O =

 CuSO4.5H2O  

 x 5 gram

=

249,55 / 6,55 /

 x 5 gram

= 19,6341 gram

Rendemen

=

 CuSO4.5H2O hasil praktikum

 CuSO4.5H2O secara teoritis

 x

100 %

=

1,22 

19,641 

x 100 %

(7)

2. Menghitung kadar air dalam Kristal CuSO4.xH2O

 Beratkacaarloji + kertastimbang = 36.48 gram

 Beratkacaarloji + kertastimbang + CuSO4.5H2O sebelumdikeringkan = 49.70 gram

 Berat CuSO4.xH2O sebelumdikeringkan = 49.70 -36.48 = 13.22 gram  Beratkacaarloji + CuSO4.xH2O setelahdikeringkan = 43.72 gram

 Berat CuSO4 = 43.72 – 36.48 = 7.24 gram

 Massa xH2O = 13.22 – 7.24 = 5.98 gram  Mol CuSO4 = 7.24  16 /= 0.05mol  Mol xH2O = 5.98  18 / = 0.3322 mol      4 =    4  1 = .22 .5 X = 6,64 Jadi CuSO4. 6H2O

3. Reaksi yang terjadi

1. Cu + 2H2SO4 CuSO4 + SO2 + 2H2O

2. 3Cu(s) + 8H+(aq) + 2NO3 –(aq) 3Cu2+(aq)+ 2NO(g) + 4H2O

3. Secara keseluruhan :

Cu + 3H2O + H2SO4 + 2HNO3 CuSO4.5H2O + 2NO2

VII. PEMBAHASAN

Oleh Lira Aprilia Pujianti (151411014)

Pada percobaan kali ini dilakukan pembuatan tembaga (II) sulfat pentahidrat dari limbah tembaga pada kabel bekas. Bahan-bahan yang digunakan yaitu aquades 50 mL yang ditambahkan 10 mL larutan H2SO4  pekat, 5 gram tembaga, dan 15 mL larutan HNO3  30%

(pada kelompok 4) 40% (pada kelompok 3). Dalam penambahan bahan-bahan ini memiliki tujuan yaitu pertama dalam penambahan H2SO4 yaitu agar terbentuk CuSO4 dengan reaksi

sebagai berikut :

Cu + 2H2SO4 CuSO4 + SO2 + 2H2O

Selanjutnya penambahan larutan HNO3  bertujuan agar tembaga terlarut dan dapat

bereaksi dengan H2SO4. Karena tembaga tidak larut dalam asam yang bukan

perngoksidanya, namun tembaga dapat teroksidasi oleh HNO3  sehingga tembaga dapat

terlarut. Pelarutan ini membuat larutan berwarna biru dan menghasilkan gas NO2. Karena

terbentuknya gas ini dan memang pada dasarnya bahan-bahan yang digunakan merupakan bahan yang bersifat korosif dan oksidator, maka proses ini dilakukan di lemari asam. Dalam pelarutan ini larutan dipanaskan dan diaduk dengan magnetic stirer dengan tujuan untuk mempercepat proses reaksi. Selain itu, tujuan pemanasan ini adalah untuk memperbesar

(8)

hasil kali kelarutannya (Ksp), sehingga hal ini dapat membentuk Kristal yang dinamakan tembaga (II) sulfat). Proses ini dilakukan sampai tidak terbentuk lagi uap berwarna coklat. Karena dengan tidak terbentuknya lagi gas NO2, tembaga dianggap telah larut semua.

Persamaan reaksi pada proses ini adalah :

3Cu(s) + 8H+(aq) + 2NO3 –(aq) 3Cu2+(aq)+ 2NO(g) + 4H2O

Persamaan reaksi keseluruhan pada proses ini adalah :

Cu + 3H2O + H2SO4 + 2HNO3 CuSO4.5H2O + 2NO2

Dari hasil perhitungan pengolahan data didapat nilai rendemen sebesar 67.33%. Hasil yang didapat ini jauh dari angka 100%. Hal ini dapat disebabkan karena mungkin pada limbah kabel yang digunakan terdapat logam pengotor lain selain tembaga. Dan dari perhitungan kadar air, didapat koefisien air yaitu sekitar 6.64 bukan 5 yang menjadikan rumus senyawa kompleks ini adalah CuSO4.6H2O. Hal ini disebabkan pada saat hendak

menyaring, kami membilas gelas kimia dengan aquades sehingga Kristal yang ada dalam kertas saring terkena aquades lagi dari pembilasan tersebut, sehingga Kristal mengandung aquades lebih banyak dan saat pengeringan Kristal tidak diletakkan tersebar pada kaca arloji tapi mengumpul ditengah (menggunung), jadi kemungkinan terjadi pengeringan yang belum sempurna dan masih terkandung air pada Kristal saat ditimbang.

Variabel yang berpengaruh dalam proses ini adalah pengadukan, suhu, konsentrasi larutan-larutan yang dipakai, kadar Cu, dan waktu. Pada percobaan kali ini variable yang dibedakan yaitu konsentrasi HNO3. Pada kelompok 4 menggunakan HNO3  dengan

konsentrasi 30%, sedangkan pada kelompok 3 menggunkan HNO3 dengan konsentrasi 40%.

Hasil yang didapat pun mengalami perbedaan, yaitu bentuk Kristal yang terbentuk pada kelompok 4 (HNO3 30%) berbentuk kecil-kecil sedangkan pada kelompok 3 (HNO3  40%)

Kristal yang terbentuk lebih besar-besar. Namun hasil gram kristal yang didapat lebih banyak oleh kelompok 4 dengan konsentrasi HNO3 30%, hal ini dapat disebabkan karena pada saat

pemanasan, suhu yang dicapai pada kelompok 4 lebih tinggi yaitu 100℃  dibandingkan dengan kelompok 3 yang tidak mencapai suhu 100℃ hanya sampai sekitar 70℃, jadi larutan pada kelompok 4 lebih jenuh dibandingkan kelompok 3.

VIII. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

1. Hati-hati menangani asam sulfat dan asam nitrat pekat dan perhatikan prosedur cara pembuatan larutan dan lakukan dalam lemari asam, gunakan sarung tangan dan masker, karena asam sulfat dan asam nitrat bersifat oksidator, korosif, dan reaksi bersifat eksotermis/eksplosif.

2. Limbah dikumpulkan dalam suatu tempat.

(9)

IX. KESIMPULAN

X. DAFTAR PUSTAKA

1. Manfaati, Rintis,dkk. 2012.Bahan Ajar 1 Praktikum Satuan Proses 1. Politeknik Negeri Bandung:Bandung

(10)

LAMPIRAN

Gambar 1. Proses pemanasan dengan terbentuknya gas NO2

(11)

Gambar

Gambar 1. Proses pemanasan dengan terbentuknya gas NO 2
Gambar 3. Kristal yang terbentuk dengan konsentrasi HNO 3  40%

Referensi

Dokumen terkait

Dari variasi berat bahan baku dengan konsentrasi katalis dan waktu hidrolisa didapat kadar etanol yang terbesar pada waktu hidrolisa 75 menit dan 30 gram tepung ubi

Kondisi optimum reaksi pembuatan pupuk kalium sulfat dari limbah biodiesel minyak goreng bekas didapatkan pada waktu 30 menit, suhu 60 o C dan konsentrasi asam sulfat

Percobaan Imbibisi yang dilakukan oleh 7 kelompok pada biji kacang kedelai dan biji kacang hijau yang direndam pada berbagai macam larutan dengan konsentrasi dan suhu yang

Tahap uji coba pada kelompok kecil mendapatkan nilai yang cukup baik, komentar yang didapat serupa dengan pengujian perorangan, namun ada beberapa masukan yang didapat dari

Hasil kadar glukosa yang diperoleh dari kulit pisang raja dengan konsentrasi asam sulfat 0.5 M dengan suhu 80oC dan waktu hidrolisis 45 menit didapat kadar glukosa sebesar 6,0%, pada