• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Sintesa Senyawa Kompleks Cobalt

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Praktikum Sintesa Senyawa Kompleks Cobalt"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KOORDINASI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KOORDINASI

Sintesis Senyawa Kompleks [Co(NH

Sintesis Senyawa Kompleks [Co(NH

33

)

)

66

]Cl

]Cl

33

Disusun Oleh:

Disusun Oleh:

1.

1. Fransiskus

Fransiskus Tri

Tri Wahyu

Wahyu Hananto

Hananto

(652016021)

(652016021)

PROGRAM STUDI KIMIA

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

2017

2017

HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PENGESAHAN

(2)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KOORDINASI

Judul : Sintesis Senyawa Kompleks [Co(NH3)6]Cl3 Nama : Fransiskus Tri Wahyu Hananto

NIM : 652016021 Partner :

1. Anthony Sudibya/652016006 2. Sekar Nurani S/652016010 3. Stelly Revina P/652016016 Pertemuan Ke- : 5 ( 16 November 2017 )

Salatiga, 23 November 2017

Menyetujui,

(3)

SINTESIS SENYAWA KOMPLEKS [Co(NH3)6]Cl3

Fransiskus Tri Wahyu Hananto1,*

1Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah 50711

* 652016021@student.uksw.edu

ABSTRACT

This experiment was conducted to create and synthesize complex compounds of hexamminecobalt (III) chloride. In this experiment also calculated percent yield yield. This experiment uses a redox reaction method. The use of hydrogen peroxide is intended to convert cobalt (II) to cobalt (III) with activated charcoal catalyst. In this experiment, different unknown compounds are produced. Thus, in the final product, no hexamminecobalt (III) chloride crystals were deposited with orange color, but obtained a pink complex compound filtrate. Thus, the mass of hexamminecobalt (III) chloride compound is obtained by 0 gram and percent yield is 0 percent.

Key Words: redox, hydrogen peroxide, complex compounds, pink color

ABSTRAK

Percobaan ini dilakukan untuk membuat dan sintesa senyawa kompleks hexamminecobalt (III) chloride. Pada percobaan ini juga dihitung persen yield yang dihasilkan. Percobaan ini menggunakan metode reaksi redoks. Penggunaan hidrogen peroksida dimaksudkan untuk mengubah cobalt (II) menjadi cobalt (III) dengan katalis arang aktif. Pada percobaan ini dihasilkan senyawa kompleks berbeda yang tidak diketahui. Sehingga pada hasil akhir, tidak didapatkan endapan kristal hexamminecobalt (III) chloride yang memiliki warna oranye, melainkan didapatkan filtrat senyawa kompleks yang berwarna merah muda. Sehingga didapatkan massa senyawa kompleks hexamminecobalt (III) chloride sebesar 0 gram dan persen yield sebesar 0  persen.

Kata Kunci: redoks, hidrogen peroksida,senyawa kompleks, warna merah muda

PENDAHULUAN

Dalam analisis kualitatif, pembentukan kompleks sering digunakan untuk pemisahan atau identifikasi. Terbentuknya ion kompleks antara lain ditandaidengan adanya: perubahan warna dalam larutan dan kenaikan kelarutan(Khopkar, S.M. 1990).

Senyawa kompleks merupakan senyawa yang terbentuk dari ionlogam yang berikatan dengan ligan secara kovalen koordinasi. Ikatankoordinasi merupakan ikatan kovalen dimana ligan memberikan sepasangelektronnya pada ion logam untuk berikatan. Atom pusat yang digunakandalam peercobaan ini adalah kobalt. Ligan yang digunakan adalah nitrat,amina,

(4)

karbonil, dan aqua. Kestabilan senyawa kompleks dipengaruhi olehfaktor ligan dan atom pusat. Faktor yang mempengaruhi kestabilan kompleks berdasarkan pengaruh atom pusat antara lain besar dan muatandari ion, nilai CFSE, dan faktor distribusi muatan.(Haryadi,1990)

Kobalt merupakan salah satu logam unsur transisi dengankonfigurasi elektron 3d7  yang dapat membentuk kompleks. Kobalt yang relatif stabil berada sebagai Co(II) ataupun Co(III). Namun dalam senyawasederhana Co, Co(II) lebih stabil dari Co(III). Ion  – ion Co2+ dan ionterhidrasi

[Co(H2O)6]2+ stabil di air. Kompleks kobalt dimungkinkan dapatterbentuk dengan berbagai macam ligan, diantaranya sulfadiazin dansulfamerazin. Ion pusat dalam kompleks kobalt(II) adalah Co2+. Kobalt adalah logam transisi golongan VIII B dan terletak pada periode ke empatdalam sistem periodik unsur. Kobalt memiliki bilangan oksidasi tertinggi IV,sedangkan kobalt(II) paling stabil di antara bilangan oksidasi lainnya.Senyawa kompleks terbentuk akibat terjadinya ikatan kovalen koordinasiantara suatu atom atau ion logam dengan suatu ligan (ion atau molekulnetral). Logam yang dapat membentuk kompleks biasanya merupakanlogam transisi, alkali, atau alkali tanah. Studi pembentukan kompleksmenjadi hal yang menarik untuk dipelajari karena kompleks yang terbentukdimungkinkan memberi banyak manfaat, misalnya untuk ekstraksi dan penanganan keracunan logam berat.(Cotton,1966)

Kobalt adalah logam berwarna abu-abu seperti baja, dan bersifatsedikit magnetis. Ia melebur pada 14900C. Logam ini mudah melarut dalamasam-asam mineral encer. Dalam larutan air dari senyawa-senyawakobalt(II), terdapat ion Co2+ yang merah. Senyawa-senyawa kobalt(II)

yangtak berhidrat atau tak berdisosiasi, berwarna biru. Jika disosiasi darisenyawa-senyawa kobalt ditekan, warna larutan berangsur-angsur berwarna biru. Kompleks kompleks kobalt (II) dapat

dioksidasikan dengan mudah menjadi kompleks-kompleks kobalt(III). Reaksi-reaksi ion kobalt(II) dapat dipelajari dengan larutan kobalt(II) klorida, CoCl2.6H2O, 0,5M ataukobalt(II) nitrat,

Co(NO3)2.6H2O, 0,5M (Svehla, 1985: 276).

Kobalt merupakan logam yang jarang ditemukan, diperkirakanmeliputi 20 ppm dalam kerak bumi. Kobalt ditemukan dalam cadangan yangmengumpul sehingga produksi tahunannya mencapai jutaan pon. Kobaltterutama digunakan untuk membuat campuran dengan logam lain.

Seluruhlogam sederhana mempunyai orbital yang bisa membentuk ion kompleks(Petrucci, 1987: 154-155).

Gugus yang terikat pada ion logam pusat disebut ligan, dangabungan ion pusat dengan ligan yang terikat adalah suatu kompleks(Petrucci, 1987: 180).

Pengeringan udara (temperature lingkungan). Sebagai endapan dapatdikeringkan secukupnya untuk penentuan analitik tanpa harus melaluitemperature yang tinggi. Misalnya, MgNH4PO4.6H2O kadang-kadang dikeringkan dengan mencuci menggunakan suatu campuran

(5)

alcohol dan eterdan menyaring air dari endapan selama beberapa menit. Namun, prosedur ininormalnya tidak disarankan karena bahaya dari penghilangan air yang tidaktuntas dengan pencucian (Underwood, 2002: 78).

Percobaan ini dilakukan sebagai pengenalan terhadap area Kimia sintetik dan lebih spesifik terhadap sintesis anorganik. Ikatan di senyawa koordinasi yaitu ikatan dua electron (seperti ikatan kovalen), tapi kedua elektron berasal dari ligan (basa Lewis yang memiliki elektron

tak berpasangan). Ion logam berperan sebagai asam Lewis (spesies kekurangan elektron yang dapat digunakan orbital kosongnya untuk berikatan).

Ligan ammonia dan ligan klorida dari kompleks ini menggunakan pasangan ion dari elektron untuk membentuk ikatan dengan kation Cobalt. Bilangan koordinasi Cobalt di kedua produk adalah enam dan kation ini oktahedral, seperti prediksi teori VSEPR. Ion Cobalt bermuatan 3+, masing-masing ion chloride bermuatan 1-, dan ligan ammonia bermuatan netral, sehingga [Co(NH3)6] punya muatan 3+ and [Co(NH3)5Cl] punya muatan 2+. Kation kompleks ini mengkristal dari larutan sebagai garam klorida. Perhatikan cobalt(II) chloride bersifat higroskopik dan tersedia sebagai hidrat: CoCl2

6 H2O. Titik pada formula ini menandakan asosiasi kuat antara cobalt(II) chloride dan molekul air. Ini bukan ikatan Kimia, namun hasil dari air beeaksi menjadi struktur kristal Dari CoCl2 (dalam jalur yang sangat spesifik!) dalam bentuk padatan. Bilangan 6 mengindikasikan hubungan stoikiometrik antara komponen dalam material ini: terdapat 6 molekul air dalam kristal untuk setiap atom Co dan setiap dua atom Cl.

Hexaamminecobalt (III) klorida adalah senyawa kimia dengan rumus [Co (NH3) 6] Cl3. Senyawa koordinasi ini dianggap sebagai tipikal "kompleks Werner", dinamai pelopor kimia

koordinasi, Alfred Werner. Garam ini terdiri dari kation [Co (NH3) 6] 3+, masing-masing disertai tiga klausa. Kation itu sendiri adalah kompleks ammina logam dengan enam molekul amonia

sebagai ligan pada atom kobalt. Awalnya senyawa ini digambarkan sebagai kompleks kobalt luteo (Latin: kuning), namun nama ini telah dibuang karena kimia modern menganggap warna kurang penting daripada struktur molekul. Kompleks serupa lainnya juga memiliki nama warna, seperti purpureo (Latin: ungu) untuk kompleks pentamida, dan praseo (bahasa Yunani: hijau) dan violeo (bahasa Latin: violet) untuk dua kompleks tetra amino isomerik.(James E., 1983)

[Co(NH3)6]3+ diamagnetik, dengan pusat putar 3d6 oktahedral Co (III) rendah. Kation mematuhi peraturan 18 elektron dan dianggap sebagai contoh klasik dari kompleks logam inert pertukaran. Sebagai manifestasi dari inertnessnya, [Co (NH3) 6] Cl3 dapat direkristalisasi tidak berubah dari asam klorida pekat: NH3 sangat terikat erat ke pusat Co (III) sehingga tidak terdisosiasi untuk memungkinkan protonasinya. Sebaliknya, kompleks ammina logam labil, seperti [Ni (NH3) 6] Cl2, bereaksi cepat dengan asam yang mencerminkan kelayakan ikatan Ni (II) -NH3. Setelah pemanasan, hexamminecobalt (III) mulai kehilangan sebagian dari ligannya yang ammine,

(6)

yang akhirnya menghasilkan oksidan yang lebih kuat. Ion-ion klorida dalam [Co (NH3) 6] Cl3 dapat ditukar dengan berbagai anion lain seperti nitrat, bromida, dan iodida untuk mendapatkan turunan [Co (NH3) 6] X3 yang sesuai. Garam semacam itu berwarna kuning cerah dan menampilkan berbagai tingkat kelarutan air.(Bjerrum, J and McReynolds, J. P., 1946)

[Co (NH3) 6] 3+ adalah komponen dari beberapa metode biologi struktural (terutama untuk DNA atau RNA, di mana ion positif menstabilkan struktur tersier dari tulang punggung

fosfat), untuk membantu menyelesaikan strukturnya dengan kristalografi sinar-X [5] atau dengan resonansi magnetik nuklir. [6] Dalam sistem biologis, penghambat akan lebih mungkin Mg2 +, namun atom berat kobalt (atau kadang-kadang iridium, seperti pada file PDB 2GIS) memberikan hamburan anomali untuk memecahkan masalah fasa dan menghasilkan peta kepadatan elektron struktur.(McPherson, 2002)

EKSPERIMEN

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas beaker 1000 ml, 250 ml, hotplate,  thermometer, neraca analitik, batang pengaduk, kaca arloji, pipet ukur, pillius, waterbath, lemari es, corong büchner, kertas saring, botol semprot, pinset, icebath, serbet, labu sidearm, oven, desikator, labu ukur, corong, pipet tetes, erlenmeyer.

Bahan-bahan yang digunakan adalah air panas, air deionisasi, ammonium klorida, kobalt (ii) klorida heksahidrat, ammonia 15 m, arang aktif, H2O2, HCL 12 M.

Prosedur Kerja

1. Disiapkan air panas dengan menggunakan gelas beaker 1000 mL yang mengandung 200 mL air deionisasi pada hotplate. Diatur hotplate pada pengaturan minimumnya. Dirangkai termometer untuk mengatur suhu reaksinya.

2. Dipilih gelas beaker bersih dengan gradasi (tanda volume) 250 mL dari laci laboratorium. Gelas beaker ini akan menjadi gelas "reaksi kimia". Diperiksa gelas beaker dengan hati-hati apabila terdapat retakan atau tanda tanda adanya kerusakan dikarenakan gelas beaker ini akan dipanaskan dan ingin memastikan gelas beaker itu akan bersuara. Jika tidak ada gelas beaker tersedia untuk Anda yaitu bersih dan terlihat jelas perkiraan volume, mohon diganti dengan yang baru.

3. Ditimbang 1,25 ± 0,2 g amonium klorida (NH4Cl) dimasukkan ke beaker 250 mL, menggunakan keseimbangan pemuatan teratas. Catat jumlah pasti yang digunakan.

4. Ditambahkan 5 mL air deionisasi ke beaker glass dan aduk sampai sebagian besar padatan amonium klorida larut.

(7)

5. Ditimbang 1,0 ± 0,2 g kobalt (II) klorida heksahidrat ke dalam labu reaksi. Catat jumlah pasti yang ditambahkan.

6. Diaduk sampai sebagian besar padatan larut.

7. Ditambahkan 5 mL amonia 15 M, dipompa dengan perlahan dan lancar sehingga tidak ada percikan noda. Diaduk campuran reaksi dengan batang pengaduk selama kurang lebih 30 detik.

8. Ditambahkan sekitar 0,1 g arang aktif. DIpindahkan langsung dari reagen Botol ke dalam gelas beaker. Cobalah untuk menghindari tumpah, karena hal ini membuat kekacauan. 9. Ditambahkan 6,25 mL 10% massa H2O2 pada satu pompa dan sekaligus aduk pompa. Saat

proses terjadi akan terlihat gelembung gelembung yaitu gas oksigen yang merupakan hasil pemanasan. Tetap letakkan larutan kap dan terus diaduk sampai semua berhenti mendidih. Tujuan dari hidrogen peroksida (H2O2) adalah mengubah kobalt dari Co2+ menjadi Co3+.

10. Diletakkan gelas beaker 250 mL dalam 1000 mL air panas setelah semua berhenti mendidih, dengan suhu kira-kira 60°C. Jika reaksi berjalan tanpa adanya gangguan, hasil reaksi akan menghasilkan campuran volume 16,875 mL, dan larutan berwarna merah marun.

11. Dibiarkan gelas beaker dalam water bath selama 30-40 menit, sambil mempertahankan suhu water bath antara 50°C dan 70°C. Diaduk secara berkala, hindari asap dari atas gelas beaker.

12. Diangkat gelas beaker 250 mL dari waterbath setelah ± 30 menit.

13. Disiapkan air dingin, dengan menggunakan gelas 400 mL berisi 18,75 mL air keran dingin. Dikocok gelas beaker dalam air dingin selama 2 menit. Kemudian dipindahkan ke salah satu tempat yang berisi es atau lemari es, diaduk sesekali saat mendingin. Ini membantu meningkatkan kristalisasi. (Gunakan termometer digital Check Temp 1 dan letakkan elektroda langsung di campuran reaksi untuk mengetahui suhu. Letakkan gelas beaker di lemari es sampai suhu mencapai kira kira kurang dari 10°C sambil campuran reaksi diaduk.)

14. Disiapkan corong aparatus Büchner. disaring campuran menggunakan kertas saringan #1 yang dibasahi dengan air deionisasi. tidak harus mengeluarkan semua zat padat dari gelas beaker, karena akan dituangkan endapan (padat) ke dalam gelas beaker. Diambil udara melalui padatan di corong ± selama satu menit, untuk mengeringkannya.

15. Dimatikan vakum. Dilepaskan vakum pada labu sidearm dengan mematikannya selang vakum saat menariknya dengan lembut. Putar cup filter corong Büchner untuk melepaskan cup filter corong Buchner dari alat Buchner.

16. Diketuk atau digesek isi saringan gelas, termasuk kertas saring, kembali ke 250 mL gelas reaksi. Tidak perlu membersihkan atau membilas gelas beaker.

17. Dibilas gelas saringan dengan air deionisasi dari botol semprot ke dalam gelas beaker. 18. Diangkat kertas saring dengan pinset yang disediakan. Digunakan botol semprot, yang

terisi dengan air deionisasi, untuk membilas semua senyawa kobalt berwarna dari kertas saring ( jika ada beberapa bahan hitam yang tertinggal di filter ).

19. Dibuang kertas saring bekas di tempat sampah, kecuali jika masih diwarnai. 20. Dibuang filtrat (cairan) ke dalam wadah limbah kobalt berair.

21. Dibilas sisi-sisi gelas beaker dan batang pengaduk ke dalam gelas beaker dengan menggunakan botol semprot. Ditambahkan air deionisasi ke gelas beaker sampai rata-rata Volume larutan kira-kira 12,5 mL, seperti yang ditunjukkan oleh gradasi pada gelas kimia.

(8)

23. Dipanaskan campuran sampai mendidih di hot plate sambil diaduk untuk melarutkan kristal.

24. Dibilas tabung hisap dengan air deionisasi dan dipasang kembali saluran Büchner.

25. Dimatikan hotplate. Dipegang gelas beaker dengan kuat, dituangkan campuran reaksi pada keadaaan panas, sedikit demi sedikit ke kertas saring yang dibasahi di corong Aparatus Buchner, di bawah isap. Ini menghilangkan arangnya. Disemprotkan air deionisasi ke sembarang warna bahan yang tersisa dalam labu reaksi, dan dituangkan air berwarna yang dihasilkan ke dalam corong. Berhenti dibilas saat tidak ada warna yang tersisa, meski ada beberapa bahan hitam yang tertinggal.

26. Filtratnya harus berwarna oranye, dan mengandung pro duk terlarut. Jangan dibuang! 27. Dimasukkan sisa karbon dari gelas beaker dengan kertas saring. Dibersihkan apapun

karbon sisa dari batang pengaduk. Dibilas gelas beaker dengan air panas dan kemudian dengan air deionisasi.

28. Dipindahkan filtrat ke gelas beaker 250 mL yang telah dibersihkan. Dikocok labu sidearm sesaat sebelum mentransfer bagian cairan tanpa adanya pembilasan.

29. Ditambahkan 1,875 mL 12 M HCl ke gelas reaksi, dan diaduk.

30. Ditempatkan gelas beaker dalam ice bath di wastafel. Diaduk campuran reaksi sampai dingin. Dilanjutkan aduk dan dinginkan campuran sampai suhu di bawah 10°C selama 5 menit.

31. Dibersihkan cup filter peralatan pemfilteran, kecuali kertas saring yang digunakan di corong memiliki warna (selain hitam), dibuang kertas saring bekas (dengan karbon hitam di atasnya) ke tempat sampah, menggunakan spatula untuk mengikisnya. Dihapus sisa karbon yang tersisa dengan handuk atau sapu tangan yang lembab. Lakukan ini dengan handuk atau sapu tangan lainnya, karena bagian bawah cup pernyaring mungkin memiliki senyawa Co berwarna kuning di atasnya. Pasang kembali alat penyaringan. Sebelum memasukkannya ke dalam dan membasahi, tentukan massa kertas saring yang akan Anda gunakan dilangkah berikutnya. Gunakan neraca dengan ketelitian ± 0,01 g untuk mengukur kertas saring dan sampel.

32. Disaring suspensi produk yang diendapkan dengan menuangkannya ke saringan yang sudah dibasahi kertas saat isap menyala. Untuk memindahkan sebanyak mungkin produk, aduk campuran reaksi dengan batang pengaduk sesaat sebelum dituangkan, dan tuangkan cukup cepat, sedikit demi sedikit. Beberapa produk akan tetap berada dalam gelas beaker jangan mencoba untuk membilasnya, atau akan melarutkan beberapa produk.

33. Dialirkan udara melalui kristal selama lima menit.

34. Ditimbang kaca arloji dalam keadaan bersih dan kering menggunakan neraca dengan ketelitian ± 0,01 g .

35. Dipindahkan kristal dan kertas saring ke kaca arloji dengan "burping" selang vakum, lepaskan saringan gelas, dan tuangkan kristal yang ada pada saringan ke dalam gelas pengaman. Kamu mungkin harus mengetuk atau menurunkan gelas penyaring beberapa kali agar kristal terjatuh.

36. Ditempatkan cup filter yang dikosongkan ke tempat sampah padat di kap. Jangan berusaha untuk membersihkannya.

37. Dibilas gelas beaker dengan jumlah minimum air dari botol semprotan yang diperlukan untuk melarutkan semua produk kuning yang tersisa. Tuang kobalt yang terkontaminasi (berwarna) air ke dalam labu saringan.

38. Dibilas bagian putih berbentuk corong dari corong Büchner ke dalam labu sidearm saat kobalt yang terkontaminasi masih di labu penyaring (Buchner), dengan menggunakan

(9)

botol semprotan dan batang pengaduk untuk mengikis dan cuci dari bahan padat Keluarkan semua warna dari corong dan batang pengaduk.

39. Dituangkan ke wastafel jika filtrat hanya berwarna samar-samar. Jika memang memiliki perbedaan warna (dan mungkin), dituang ke dalam wadah limbah kobalt berair.

40. Diletakkan gelas arloji di oven atau pengering untuk dikeringkan 41. Dibersihkan, ikuti petunjuk.

42. Ditimbang produk untuk menentukan hasil sintetis

HASIL DAN DISKUSI

Hasil Pengamatan :

Kemungkinan dihasilkan senyawa kompleks bukan [Co(NH3)6]Cl3dengan warna merah muda. Massa senyawa kompleks [Co(NH3)6]Cl3= 0 gram

Massa teoritis :

4 CoCl2·6H2O + 4 NH4Cl + 20 NH3 + O2→ 4 [Co(NH3)6]Cl3 + 26 H2O

Mol CoCl2·6H2O =    ,  ⁄ Mol CoCl2·6H2O =

4,2029 × 10

−



Mol NH4Cl = ,   ,  ⁄

= 2,3369 × 10

−



Mol NH3 =

5  × 15  = 7,5 × 10

−



4 CoCl2·6H2O + 4 NH4Cl + 20 NH3 + O2→ 4 [Co(NH3)6]Cl3 + 26 H2O M (10-2mol) 4,2029X10-1  2,3369 7,5 R (10-2mol) 4,2029X10-1  4,2029X10-1 2,1 4,2029X10-1 S (mol) 0 1,9166X10-25,1X10-2  4,2029X10-3 Massa [Co(NH3)6]Cl3=

4,2029 × 10

−

× 267,48 = 1,12419 

%Yield =   , 

× 100 % = 0%

Diskusi :

Pada percobaan ini dilakukan sintesis senyawa kompleks [Co(NH3)6]Cl3. Ditimbang amonium klorida dan dilarutkan dalam air deionisasi kemudian ditambahkan kobalt (II) klorida heksahidrat. Lalu ditambahkan amonia pekat ke dalam gelas reaksi. Kemudian ditambahkan arang aktif yang digunakan untuk katalisator pada sintesa senyawa kompleks ini. Penambahan hidrogen peroksida dilakukan untuk pengganti O2 di udara. Pada tahap ini, reaksi yang terjadi adalah

(10)

Berdasarkan reaksi diatas, kehadiran amonia memudahkan Co2+ teroksidasi menjadi Co3+. Namun, hidrogen peroksida yang merupakan oksidator inilah yang mengubah Co2+ menjadi Co3+. Pada larutan akan muncul gelembung-gelembung gas yang menandakan reaksi masih berjalan. Kemudian dipanaskan pada suhu sekitar 600 C dengan waterbath selama 40 menit. Larutan yang dihasilkan menjadi warna merah marun. Penyaringan yang pertama dilakukan untuk mengambil filtrat yang menempel pada arang aktif, dimana arang ini memiliki sifat mengadsorbsi. Untuk

memisahkan arang aktif dengan senyawa kompleks, seharusnya ditambahkan air deionisasi terlebih dahulu kemudian HCl pekat ke dalam gelas reaksi. Namun, karena ditambahkan HCl terlebih dahulu kemudian air deionisasi didapatkan senyawa kompleks yang berbeda. Hal ini terbukti karena filtrat yang mengandung senyawa kompleks berwarna merah muda, bukan orange seperti yang dituliskan pada literatur. Disaring kembali filtrat yang mengandung senyawa kompleks agar arang benar-benar terpisah dengan filtratnya. Setelah itu dipindahkan filtrat ke dalam gelas reaksi dan ditambahkan HCl. Kemudian ditempatkan gelas reaksi ke dalam freezer sampai suhu di bawah 100  C. Hal ini dilakukan untuk proses kristalisasi senyawa kompleks. Namun, setelah dilakukan hal ini tidak ada endapan yang terbentuk dikarenakan kemungkinan senyawa kompleks berbeda yang tidak diketahui dan penanganan yang mungkin haruslah berbeda pula. Sehingga tidak didapatkan senyawa kompleks [Co(NH3)6]Cl3pada percobaan kali ini (0 gram). Sehingga didapatkan %massa sebesar 0%.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan, maka dapat disimpulkan bahwa kristal senyawa kompleks [Co(NH3)6]Cl3tidak terbentuk sehingga %yield yang didapatkan sebesar 0%

DAFTAR PUSTAKA

Bjerrum, J.; McReynolds, J. P. (1946). "Hexamminecobalt(III) Salts". Inorg. Synth. 2: 216 – 221. doi:10.1002/9780470132333.ch69

Cotton, A., dan Wilkinson, G., 1966,  Advanced Inorganic Chemistry A Conperhensive Text, Interscience Plubiser, London.

Haryadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia, Jakarta.

(11)

JR., R.A. DAY dan UNDERWOOD,A.L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analisa. Jakarta. Universitas Indonesia Pers (diterjemahkan oleh A. Saptorahardjo dan Agus Nurhadi)

McPherson, Alexander (2002). Introduction to Macromolecular Crystallography . John Wiley & Sons. ISBN 0-471-25122-4.

Petrucci, Ralph, H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 3 Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.

Svehla, G. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.Jakarta: PT.Kalman Media Pusaka.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian kimia berjudul “ Sintesis dan Karakterisasi Senyawa Kompleks Besi(III) dengan Ligan 1,10-Fenantrolin dan Anion Trifluorometanasulfonat” telah dapat

Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah Cr(III) dan Cr(VI) dengan judul Pencarian Kondisi Pembentukan Senyawa Kompleks Cr(III & VI) dengan Pereaksi

Jika pada penambahan gelatin dan NaCl tidak timbul endapan putih, tetapi setelah ditambahkan dengan larutan FeCl3 terjadi perubahan warna menjadi hijau biru hingga hitam,

Pada sintesis senyawa kompleks inti tunggal besi(III)-bipy digunakan FeCl 3 .6H 2 O dan ligan 2,2’-bipiridin dengan komposisi 1:3, berdasarkan pada hasil stokiometri

Senyawa ini biasanya memiliki warna yang khas diakibatkan dari adanya atom pusat yang berupa ion logam yang umumnya khas diakibatkan dari adanya atom pusat yang berupa ion

Pemisahan senyawa atau unsur-unsur yang dikandung sehingga didapatkan berat endapan dapat dilakukan melalui cara pengendapan pada analisis gravimetrik.. Kadar klorida dapat