• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang banyak menghasilkan devisa negara. Berdasarkan Coal Country Mine,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang banyak menghasilkan devisa negara. Berdasarkan Coal Country Mine,"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang

Batubara merupakan salah satu sumber energi selain minyak dan gas bumi yang banyak menghasilkan devisa negara. Berdasarkan Coal Country Mine, Indonesia merupakan salah satu dari sepuluh negara penghasil batubara terbesar di seluruh di dunia. Hal ini tentu saja membuat perusahaan tambang batubara berlomba -lomba untuk menghasilkan batubara sebanyak mungkin. Jumlah permintaan batubara yang terus meningkat membawa dampak positif bagi pertambangan batubara Indonesia. Perkembangan industri penambangan batubara harus didukung dengan peningkatan keselamatan dan kesehatan pekerjanya. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa pertambangan, baik open-cut mining maupun underground merupakan salah satu pekerjaan berisiko paling tinggi di dunia (Mike, 2009).

Industri pertambangan batubara di negara maju dan berkembang sudah melewati tahapan perkembangan teknologi tinggi, tetapi bahaya dan risiko yang terdapat pada pekerja ini belum sepenuhnya teratasi. Salah satunya contohnya pada negara China yang merupakan penghasil batubara nomor satu dengan produksi mencapai 35% dari total produksi batubara dunia, sedangkan Amerika Serikat merupakan negara penghasil batubara terbesar kedua setelah China dengan produksi mencapai 1,146 juta ton batubara. Feickert (2009) mengemukakan bahwa pada empat tahun terakhir, kematian yang terjadi di sektor penambangan

(2)

batubara sebesar 27 kematian setiap 1 milyar ton produksi batubara. Data Nilai ini sangat jauh dibandingkan dengan nilai yang diambil dari jurnal Ming tahun 2008 yang bertempat di China yang mencapai 3000 kematian setiap 1 milyar ton produksi batubara. Berdasarkan statistik Mine Safety And Health Administration (2008), tercatat bahwa injury yang terjadi di tambang batubara Amerika Serikat pada tahun 2007 mencapai 3.203 kasus dengan jumlah kasus di Open cut-mining mencapai 733 kasus atau 23% dari total injury. Pencatatan injury tersebut mencakup kecelakaan yang mengakibatkan kematian pada pekerja sebanyak 7 kasus, 496 kasus yang menyebabkan hilangnya waktu kerja, serta 230 kasus kecelakaan yang tidak mengakibatkan hilangnya hari kerja.

Salah satu perusahaan kontraktor tambang batubara Indonesia yang terbesar adalah PT. Pamapersada Nusantara. PT. Pamapersada Nusantara (PAMA) adalah perusahaan yang bergerak dalam bisnis “mining & earthmoving contractor”. Berawal dari divisi rental PT. United Tractors Tbk hingga pada tahun 1993 PAMA berdiri sendiri. Berbagai proyek penambangan (batubara, emas & quarry), proyek konstruksi, penyiapan lahan dan logging menjadi kompetensi yang dimiliki PAMA. Sampai dengan saat ini, PAMA memiliki anak perusahaan antara lain PT. Kalimantan Prima Persada, PT. Prima Multi Mineral, PT. Pama Indo Mining, PT. Asmin Bara Bronang, PT. Asmin Bara Jaan, dan PT. Multi Prima Universal.

Sebagai salah satu kontraktor pertambangan terbesar, PAMA memiliki kompetensi yang luas dan pemahaman yang menyeluruh dalam hal pengembangan dan operasional, terutama batubara yang meliputi:

(3)

1. Eksplorasi

Meliputi pemetaan geologi, pemetaan topografi, eksplorasi pengeboran, evaluasi cadangan dan studi kelayakan.

2. Perencanaan

Meliputi teknik handal dalam hal perencanaan pertambangan seperti pemodelan geologi, pit perancang, jadwal dan urutan produksi.

3. Pembangunan Infrastruktur

Untuk mendukung kegiatan pertambangan, PAMA menyiapkan infrastruktur utama dan pendukung yang terdiri dari gudang, bengkel., kantor, jalan dan peralatan operasional pendukung, pengakngkutan jalan, pelabuhan, stock pile, dan fasilitas kamp.

4. Pertambangan Operasi

Didukung dengan peralatan modern, sumber daya manusia yang berdedikasi tinggi, dan sistem manajemen yang dapat diandalkan, operasi pertambangan dikelola dengan baik untuk mencapai target produksi dan kepuasan klien. Operasi pertambangan meliputi operasi peledakan pengeboran, memindahkan beban berlebih, menghancurkan batubara, penggalian batubara, pengangkutan dan pengiriman.

5. Reklamasi dan Re-Vegetasi bekas wilayah pertambangan

Dalam hal operasi pertambangan, PAMA selalu menempatkan perhatian penuh untuk kelarasan dan kesinambungan alam melalui reklamasi dan re-vegetasi.

(4)

6. Transhipment dan Penjualan

Proses pemindahan muatan melalui dua moda transportasi yang berbeda, dalam hal ini pemindahan batubara dari mine stockyard ke kapal tongkang dan dari tongkang ke vessel. PT. Pamapersada Nusantara berkomitmen untuk mencapai standar kinerja tertinggi di bidang keselamatan, kesehatan dan lingkungan management di semua operating sites. Untuk mencapai hal ini, semua aspek dari Keselamatan, Kesehatan dan lingkungan akan sepenuhnya diintegrasikan ke dalam Manajemen Harian Praktek dan Kegiatan dari semua karyawan di semua Operating Sites.

Dalam dunia kerja, khususnya di bidang industri, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) seharusnya tidak lagi hanya sebagai sebuah peraturan, melainkan telah menjadi suatu budaya yang tertanam dalam sikap dan perilaku jajaran direksi hingga karyawan suatu perusahaan atau industri. Lingkup Edukasi adalah melatih pekerja terkait tentang prosedur dan praktik kerja aman, mengajarkan cara pengerjaan suatu pekerjaan secara benar dan penggunaan produk secara aman, serta aktivitas edukasi lainnya. Implementasi adalah upaya pencapaian pemenuhan peraturan dan perundangan yang berlaku. Ketiga aspek tersebut harus dijalankan secara paralel agar kinerja aspek K3 di lapangan bisa berjalan. Dan bila dilakukan dengan cara yang benar, maka kinerja K3 akan meningkat (Somad, 2013).

PT. Pamapersada Nusantara District Kartika Caraka Mulya Banjar (KCMB) merupakan salah satu kontraktor pertambangan batubara yang bekerjasama dengan pemerintah daerah PD. Baramarta. Area tambang PAMA

(5)

KCMB dengan luas 896,67 ha yang terbagi dalam 3 area (Pit Selatan dengan luas lahan 345,20 ha, Pit Barat dengan luas 141,28 ha dan Pit Utara dengan luas lahan 410,18 ha). Kegiatan penambangan PT. Pamapersada Nusantara dimulai dari pembersihan lapisan tanah (land clearing) kemudian pemisahan lapisan atas tanah top soil, pengeboran dan peledakan (drill & blasting), pemuatan tanah hasil peledakan ke dump truck (OB Removal), perataan tanah di disposal agar tertata rapi (spreading), pengambilan batubara, hingga pengangkutan dari stock pile menuju pelabuhan untuk siap dipasarkan (Sutrisno, 2012).

Aktivitas penambangan yang paling banyak dilakukan yaitu pada proses OB removal hal ini dapat dilihat dari pemakaian HM (Hour Meter) unit yaitu sebesar 82.64% pada tahun 2012 sedangkan pada tahun 2013 mulai bulan Januari – April sebesar 80.95%. Proses tersebut tentunya harus dilakukan pengawasan yang cukup ekstra terkait dari aspek keselamatan kerja (PT. Pamapersada nusantara, 2013).

Banyak kasus kecelakaan kerja yang terjadi pada proses tersebut berulang-ulang dan banyak menimbulkan kerugian yaitu kecelakaan unit dump truck (DT) jenis Heavy Dump (HD) pada pengangkutan tanah (hauling) mulai dari front loading menuju disposal yang berjarak 2km. Sebuah kejadian (incident) dan kecelakaan (accident) HD terjadi karena keberadaan potensi bahaya (hazard) seperti: melebihi kecepatan yang ditentukan yaitu 40 km/jam, jalan licin, tidak menjaga jarak aman, tidak mematuhi aturan pada saat over taking, tidak mematuhi rambu-rambu di hauling road dapat menimbulkan risiko (risk) seperti unit

(6)

terguling, menabrak unit di depan, menabrak tanggul, bersenggolan antar unit (PT. Pamapersada Nusantara, 2013).

Sebelum melaksanakan pekerjaan operator telah dibekali pengetahuan serta pelatihan mengenai Task Standart Prosedur (TSP) tentang mengemudi Heavy Dump dimana sebelum melakukan pekerjaan operator di wajibkan memakai Alat Pelindung Diri (APD) seperti helm, sarung tangan, sumbat telinga, sepatu Safety, rompi reflektif, hal ini agar mengurangi kemungkinan operator terbentur atau tergores untuk mengurangi risiko cidera, setelah menggunakan APD operator wajib melakukan pemeriksaan dan perawatan harian seperti mengecek kondisi mesin, ceceran oli di unit, untuk memastikan unit layak beroperasi, operator wajib berhati-hati dalam naik/turun unit untuk menghindari terpeleset akibat dari sisa lumpur, oli atau kotoran lainnya yang menyebabkan tangga licin. Pada saat mengoperasikan unit dalam kondisi kosongan atau tanpa muatan maka perlu diperhatikan lokasi pekerjaan dan diskusikan kepada atasan apabila masih terdapat kebingungan, apabila operasi merupakan daerah baru maka operator wajib diskusi dengan atasan, kecepatan maksimum dalam kondisi kosongan yaitu 40 km/jam sebelum memasuki tanjakan atau turunan periksa sistem kerja rem untuk menghindari unit lepas kendali. Agar tidak menabrak pada saat mengoperasikan unit maka harus dipatuhi aturan isyarat bunyi klakson yaitu: satu kali panjang sebelum menghidupkan mesin, dua kali pendek sebelum bergerak maju dan tiga kali pendek sebelum mundur atau gunakan alarm mundur. Pada saat di area pemuatan maka operator wajib mengikuti aturan berikut ini agar tidak terjadi tabrakan, menabrak mundur atau unit terperosok, maka prosedur ini

(7)

harus diikuti, berikan klakson atau lampu sinyal pada alat berat lainnya yang ada pastikan operatornya mengetahui keberadaan unit, amati kendaraan atau orang yang berada disekitar, antri pada jarak aman yang ditentukan, ikuti pola antrian dan manuver pengisian, jika unit didepan telah selesai mengisi muatan mulailah manuver, kemudian mundurlah ke titik pertemuan jika bucket alat loading sudah terlihat menggantung maka berikan sinyal klakson. Setelah unit terisi muatan maka aturan berikut yang harus dipatuhi operator yaitu: unti dengan keadaan bermuatan akan mengakibatkan titik berat unit ke atas sehingga berkurang kestabilannya karena itu pilih jalan yang relatif rata, kecepatan maksimal 40 km/jam, ikuti aturan jarak aman unit yaitu 4x panjang unit, jangan sekali-kali menuruni turunan dengan transmisi normal, gunakan klakson atau sinyal lampu saat menemui tikungan atau persimpangan (PT. Pamapersada Nusantara, 2009).

Pada tahun 2012 kasus yang terjadi pada PAMA KCMB sebanyak 25 kasus diakibatkan oleh traffic, hand finger sebanyak 3 kasus, fatique sebanyak 2 kasus sedangkan untuk kasus lifting dan fire tidak terjadi. Tahun 2013 juga masih didominasi oleh kecelakaan traffic sebanyak 5 kasus, hand finger 1 kasus sedangkan lainya tidak ada. (PT. Pamapersada Nusantara, 2013).

Kasus kecelakaan yang terjadi di PAMA KCMB dapat disimpulkan sepanjang tahun 2012-2013 didominasi oleh: 1) Operator Truk Pengangkut (TP) jenis Hino FM260, Scania, dan juga Komatsu HD 465 serta HD 785 sebanyak 21 kasus salah satunya seperti operator tidak melakukan komunikasi dua arah pada saat over taking dengan unit dozer sehingga bersenggolan, 2) Operator alat-alat berat (A2B) seperti Wheel loader, Excavator, dan juga Grader sebanyak 7 kasus

(8)

contohnya seperti: pada saat unit excavator sedang melakukan pekerjaan membuat parit ternyata posisi tempat excavator tersebut terlalu lunak sehingga membuat unit tersebut terguling, 3) Operator sarana sebanyak 2 kasus, kasus yang pernah terjadi yaitu: pada saat di jalan tambang pengemudi memacu kecepatan tinggi sehingga pada saat mendekati belokan pengemudi tidak dapat mengendalikan laju kendaraan sehingga mobil terguling. Setelah diamati lebih dalam lagi ternyata kasus traffic incident paling banyak terjadi oleh operator HD sebanyak 11 kasus sering terjadi pada saat akhir shift operator buru-buru sehingga mengemudikan unit melebihi kecepatan, operator excavator 5 kasus dan operator DT 5 kasus. Dari 11 kasus yang terjadi sepanjang 2012 – 2013 diakibatkan oleh 9 perilaku tidak aman (unsafe action) dan 2 kondisi tidak aman (unsafe condition) (PT. Pamapersada Nusantara distrik KCMB, 2013). Waktu temuan yang paling banyak terjadi operator melakukan tindakan tidak aman yaitu dimulai pada pukul 14.00 – 15.00 WITA dimana ditemukan sebanyak 24 perilaku berisiko mengemudi kemudian pada pukul 15.00-16.00 WITA ditemukan sebanyak 26 perilaku berisiko serta pukul 16.00-17.00 WITA ditemukan sebanyak 27 perilaku berisiko.

Berdasarkan survey data awal peneliti seluruh operator HD tingkat pendidikan tamatan SMA/SMK yang mana usia mereka rata-rata masih 20 tahunan, untuk pengetahuan dan pelatihan K3 mengenai pengoperasian HD mereka telah dibekali pada saat diterima oleh PT.Pamapersada Nusantara sebelum diterjunkan ke lapangan serta selalu di bekali pengetahuan oleh atasan mereka. Operator di PT. Pamaperada Nusantara distrik KCMB rata-rata memiliki masa kerja 3 sampai 5 tahun tetapi ada juga operator baru dan operator yang memiliki

(9)

masa kerja lama, hal ini berpengaruh terhadap perilaku mereka saat mengemudi yang menyebabkan masih tingginya angka kecelakaan traffic insiden di jalan hauling.

Transportasi hauling merupakan bagian yang sangat penting bagi perusahaan untuk menunjang kegiatan operasional atau kegiatan perusahaan dalam usaha pertambangan. Kegiatan ini berlangsung selama 24 jam dengan menggunakan dua sistem shift kerja yaitu pada pagi hari pukul 06.00-18.00 WITA sedangkan pada shift malam hari pukul 18.00-06.00 WITA. Namun kemampuan seorang operator kendaraan perusahaan dalam mengemudikan unit kadang tidak diimbangi dengan pengetahuan yang memadai mengenai bagaimana mengemudikan alat atau unit dengan aman dan benar. Akibatnya kejadian traffic incident terus meningkat dari tahun ketahun dan hal ini terjadi hampir di seluruh project perusahaan, bahkan di perusahaan pertambangan lain kecelakaan hauling menjadi kasus yang paling dominan.

Pemberian materi pelatihan mengenai defensive driving yang telah dilakukan perusahaan merupakan salah satu cara untuk memberi pengetahuan tambahan kepada operator serta peningkatan kualitas atasan untuk menurunkan frekuensi kecelakaan yang terjadi akibat kelalaian operator dalam mengemudi. Kasus kecelakaan yang terjadi pada perusahaan selain merugikan secara langsung pada karyawan tersebut juga berdampak pada perusahaan, yaitu meningkatnya biaya kompensasi pengobatan untuk pekerja, kerusakan unit yang ditanggung perusahaan, hilangnya waktu proses produksi atau bahkan kehilangan seorang karyawan yang sangat berkompeten dalam bidangnya.

(10)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, sering terulang dan tingginya angka kecelakaan dump truck (DT) di PT. Pamapersada Nusantara distrik KCMB dapat dirumuskan masalah: “Apakah ada hubungan antara pengetahuan K3, masa kerja, perilaku saat mengemudi, pelatihan, dan peran atasan dengan kejadian kecelakaan mengemudi di PT. Pamapersada Nusantara distrik KCMB ?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum :

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan K3, masa kerja, pelatihan K3, peran atasan, dan perilaku saat mengemudi dengan kejadian kecelakaan mengemudi di PT. Pamapersada Nusantara distrik KCMB.

2. Tujuan Khusus :

a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan K3 terhadap penyebab kecelakaan di PT. Pamapersada Nusantara distrik KCMB, Kalimantan Selatan tahun 2014.

b. Untuk mengetahui hubungan masa kerja terhadap penyebab kecelakaan di PT. Pamapersada Nusantara distrik KCMB, Kalimantan Selatan tahun 2014.

c. Untuk mengetahui hubungan pelatihan K3 terhadap penyebab kecelakaan di PT. Pamapersada Nusantara distrik KCMB, Kalimantan Selatan tahun 2014.

(11)

d. Untuk mengetahui hubungan peran atasan terhadap penyebab kecelakaan di PT. Pamapersada Nusantara distrik KCMB, Kalimantan Selatan tahun 2014.

e. Untuk mengetahui hubungan perilaku saat mengemudi terhadap penyebab kecelakaan di PT. Pamapersada Nusantara distrik KCMB, Kalimantan Selatan tahun 2014.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan PT. Pamapersada Nusantara distrik KCMB

Untuk menekan angka kerugian yang ditimbulkan oleh kecelakaan operator Heavy Dump, ketercapaian target produksi sesuai dengan rencana dan meminimalisir pengaruh jam breakdown akibat traffic insident.

2. Bagi karyawan PT. Pamapersada Nusantara distrik KCMB

Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan serta wawasan karyawan mengenai faktor-faktor penyebab kecelakaan yang terjadi di PT. Pamapersada Nusantara distrik KCMB dan karyawan merasa lebih diperhatikan dalam bekerja.

3. Bagi peneliti

Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan tentang Safety dalam dunia pertambangan dan cara safety driving serta perilaku dalam mengemudikan mobil yang aman dalam upaya pencegahan tingginya frekuensi kecelakaan lalu lintas.

(12)

4. Bagi Program Studi

Bagi program studi penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi dan informasi ilmiah yang dapat menambah wawasan pembaca.

E. Keaslian Penelitian

1. Hamid (2008). Analisis Tingkat Pengetahuan Pekerja Mengenai Cara Mengemudi Yang Aman (Safety Driving) Pada PT.X. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan pekerja mengenai safety driving dalam upaya mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas. Metode penelitian ini studi deskriptif analisis dengan rancangan observasional. Populasi penelitian ini adalah sopir PT. X yang mengemudikan mobil perusahaan. Persamaan dari penelitian ini ialah sama-sama membahas mengenai safety driving sedangkan perbedaannya terletak pada variable bebas yaitu perilaku berlalu lintas, tata cara sebelum mengemudi, penggunaan jalur jalan, tata cara melewati kendaraan lain, tata cara membelok, jarak aman, sedangkan faktor terikatnya ialah pengetahuan.

2. Saputra (2008). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Aman Pengemudi Dump Truck PT. X District MTBU Tanjung Enim Sumatera Selatan. Tujuan penelitian ini mengetahui factor-faktor yang berhubungan dengan perilaku aman pengemudi dump truck PT. X. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dimana pengukuran factor-faktor yang menimbulkan perilaku aman pengemudi dump truck (variable independen) dengan terjadinya perilaku aman (variable dependen). Persamaan

(13)

dari penelitian ini yaitu membahas mengenai safety driving pada pengemudi dump truk sedangkan perbedaan terletak pada variable independen yaitu usia, pendidikan, motivasi, iklim K3, beban kerja dan variable dependen perilaku aman.

3. Rizky (2009). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Aman Berkendara (Safety Driving) Pada Pengemudi Taksi di PT. X Pool Y. Tujuan Penelitian ini mengetahui factor-faktor yang berhubungan dengan perilaku aman pengemudi taksi. Metode penelitian ini menggunakan studi cross sectional yang merupakan rancangan deskriptif yang mempelajari masing-masing variable. Pada penelitian ini memiliki kesamaan yaitu penelitian ini membahas safety driving sedangkan perbedaan terletak pada variable bebas yaitu pendidikan, pengalaman, training, sedangkan variable terikatnya adalah perilaku aman berkendara.

Referensi

Dokumen terkait

Selain variabel-variabel tersebut, untuk membentuk suatu model dinamis guna lahan permukiman dalam memproyeksikan besarnya kebutuhan permukiman pada masa mendatang,

Beberapa hasil penelitian ini menurut peneliti dimungkinkan karena sebagian besar tingkat pengetahuan lansia tentang hipertensi di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang

Lembar kerja 1 ini terdiri dari 1 jenis pekerjaan yakni Pengukuran Tahanan Pentanahan. Kerjakanlah tugas ini dengan baik. Jika pada kegiatan ini peserta diklat belum

Lulus SMK N 3 Sukawati pada tahun 2007, kini masih meneruskan kuliah di Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar, yaitu jurusan seni tari semester 6. Pernah mengikuti Duta Seni

Dari basis ekonomi yang berbeda, struktur sosial dari masyarakat tersebut juga berbeda (Bachri, 2005: 28-29). Peranan Sungai Brantas. Kalau kita bicara tentang perdagangan di

Menurut Kotler (2001:298) kepuasan pelanggan adalah sejauh mana kinerja yang diberikan oleh sebuah produk sepadan dengan harapan pembeli. Jika kinerja produk kurang dari

Kondisi Fisik Bangunan Fasilitas Sanitasi di Kota Kediri Lokasi Tahun Anggaran IDENTITAS KSM/MCK KOMPONEN MCK++ Nama KSM Kontak person Jumlah Pengguna (jwa/KK) Rencana

Berdasarkan pembahasan simulasi model, rancangan kebijakan dapat susun meliputi peningkatan sumber daya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi, subsidi berupa insentif