• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik atau ilmu bahasa adalah disiplin ilmu yang mempelajari bahasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Linguistik atau ilmu bahasa adalah disiplin ilmu yang mempelajari bahasa"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Linguistik atau ilmu bahasa adalah disiplin ilmu yang mempelajari bahasa secara luas dan umum (Soeparno, 2002:21). Secara luas, berarti cakupannya meliputi semua aspek dan komponen bahasa. Adapun secara umum berarti linguistik tidak hanya mengkaji satu bahasa saja, tetapi semua bahasa yang ada di dunia ini, seperti bahasa Inggris, bahasa Indonesia, dan bahasa Arab.

Linguistik atau ilmu bahasa itu memiliki beberapa aliran yang berkembang dengan karakteristik masing-masing, antara lain aliran tradisional, aliran struktural, aliran transformasi, aliran case grammar, aliran relasional, aliran tagmemik, aliran Praha, tata bahasa madhab Haliday, tata bahasa madhab Firth, dan tata bahasa taksonomi (Soeparno, 2008:1).

Case grammar atau tata bahasa kasus, merupakan suatu tipe tata bahasa

generatif yang pertama kali diperkenalkan oleh Charles J. Fillmore dari The Ohio State University, Columbus USA dalam “The Case for Case” tahun 1968 yang dimuat di dalam buku Universal in Linguistic Theory, terbitan Hilt Rinehart dan Winston, Kemudian Fillmore merevisi kembali pada tahun 1970 (Cook, 1989:1). Tarigan (1990:58) menyatakan bahwa tata bahasa kasus merupakan suatu modifikasi dari teori tata bahasa transformasi yang memperkenalkan kembali kerangka kerja konseptual hubungan-hubungan kasus dari tata bahasa tradisional, tetapi tetap memelihara serta mempertahankan suatu perbedaan antara struktur

(2)

dalam dan struktur luar dari tata bahasa generatif, dengan catatan bahwa kata “dalam” di sini mengandung pengertian “ke-dalam-an semantik” atau “semantic

deep”.

Dalam tata bahasa kasus, verba (kata kerja) dianggap sebagai bagian klausa atau kalimat yang penting dan mempunyai sejumlah hubungan semantik dengan berbagai nomina atau frasa nominal (Tarigan, 1990:60). Verba juga menentukan nomina apa yang mendampinginya, hubungan apa nomina itu dengannya, dan bagaimana nomina itu secara semantis ditentukan (Chafe dalam Chaer, 2014:374). Lebih lanjut, Chafe menjelaskan bahwa struktur semantis disandarkan atas serangkaian hubungan antara verba sebagai inti dan nomina yang diikatnya memiliki hubungan semantis khusus dengan verba yang mengikutinya.

Dalam tata bahasa kasus, Tarigan (1990:53) mengemukakan bahwa bahasa Indonesia memiliki sembilan macam kasus, yaitu agentif, benefaktif, komitatif, datif, faktitif, objektif, ergatif, instrumental dan lokatif. Adapun dalam Bahasa Inggris jumlah kasusnya berbeda dengan bahasa Indonesia. Bahasa Inggris memiliki kasus yaitu agentif, benefaktif, komitatif, datif, faktitif, objektif, instrumental dan lokatif. Berikut ini contoh kalimat yang mengandung kasus dalam bahasa Arab.

تلكأف

رومنلا

نياصح

(1)

Fa`akalat an-namu>ru h}is}a>ni>

‘Setelah itu, macan itu memakan kudaku’

ُتينبو

لي

مخب

لزعنم ناكم في رخآ أ

(2)

Wa banaitu li> makhba`an a>khara fi> maka>nin mun'azilin

(3)

ةليوط ٍتلاحرب ُتمق دقل

اهعم

(3)

Laqad qumtu birih}la>tin t}awi>latin ma'aha>

‘Aku telah melakukan perjalanan panjang bersamanya’.

Secara berurutan, kata an-namu>ru ‘macan itu’ pada kalimat (1) berada dalam kasus agentif, kata li> ‘untukku’ pada kalimat (2) berada dalam kasus benefaktif, dan kata ma'aha> ‘bersamanya’ pada kalimat (3) berada dalam kasus komitatif (Fahmi, 2015:26-28).

Selain itu, menurut Al-Gala>yaini> (1973:97) nomina atau ism dalam bahasa Arab memilik sub kategori yang bermacam-macam. Misalnya, ism maqsu>r, ism manqu>s, maus}u>f, s}ifah, ism ‘alam dan lain-lain. Hal inilah yang menjadikan nomina yang memiliki kasus tersebut penting untuk dideskripsikan.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan membahas kasus dan sub kategori pengisinya dalam cerpen Syamsyu>n al-Jabbaru> karya Ka>mil Kailani> menggunakan analisis tata bahasa kasus model Tarigan. Ada beberapa alasan yang mendasari penelitian ini, pertama, adanya macam-macam kasus dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia yang dikemukakan oleh Tarigan dalam bukunya Pengajaran Tata Bahasa Kasus, sehingga memunculkan permasalahan akademik terkait kasus-kasus dalam bahasa Arab. Kedua, banyaknya jenis-jenis nomina dalam bahasa Arab yang memunculkan permasalahan akademik terkait sub kategori nomina yang memiliki kasus. Kemudian data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari objek materi berupa cerpen Syamsyu>n al-Jabbaru> karya Ka>mil Kailani>. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa data yang dibutuhkan dalam penelitian ini cukup tersedia dalam teks tersebut.

(4)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah

1. Kasus apa sajakah yang ada dalam cerpen Syamsyu>n al-Jabbaru> karya Ka>mil Kailani> ?

2. Apa sajakah sub kategori nomina yang memiliki kasus dalam cerpen Syamsyu>n al-Jabbaru> karya Ka>mil Kailani>?

1.3 Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan, tujuan penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan macam-macam kasus yang terdapat dalam cerpen Syamsyu>n al-Jabbaru> karya Ka>mil Kailani>.

2. Mendeskripsikan sub kategori nomina yang memiliki kasus dalam cerpen Syamsyu>n al-Jabbaru> karya Ka>mil Kailani>.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa pembatasan penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk mengkhususkan penelitian dan mempermudah penelitian. Pembatasan tersebut meliputi :

a. Penelitian ini akan membahas sub kategori nomina dan kasusnya dalam cerpen “Syamsyu>n al-Jabbaru”> karya Ka>mil Kailani> dengan menggunakan teori tata bahasa kasus model Tarigan.

(5)

b. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kalimat yang di dalamnya terdapat jumlah ber-musnad fi’l ta>m. Fi’l ta>m atau verba sempurna adalah verba yang mengandung makna peristiwa dan waktu (Ma’ruf, 2004:451). Kalimat yang di dalamnya tidak terdapat jumlah ber-musnad fi’l ta>m tidak menjadi bagian dalam penelitian ini. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah penelitian karena kalimat yang di dalamnya terdapat jumlah ber-musnad fi’l ta>m sudah dipastikan memiliki verba yang sempurna (verba yang mengandung makna peristiwa dan waktu). Hal ini didasarkan pendapat Tarigan (1990:60), bahwa verba merupakan bagian kalimat yang penting dan memiliki hubungan semantik dengan berbagai frasa nominal.

c. Verba yang digunakan dalam penelitian ini adalah verba tindakan dan verba keadaan. Verba yang bukan merupakan verba tindakan atau verba keadaan tidak menjadi bagian dalam penelitian ini. Hal ini didasarkan pada pendapat Tarigan (1990:61-68) dalam bukunya “Pengajaran Tata Kasus”, bahwa nomina atau frasa nominal dinyatakan memiliki kasus tertentu apabila berhubungan dengan verba tindakan atau verba keadaan.

d. Dalam pembahasan sub kategori nomina, penelitian ini menggunakan pembagian nomina yang disebutkan oleh Mustafa Al-Gula>yaini> dalam Ja>mi’

(6)

1.5 Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian, tinjaun pustaka diketengahkan untuk mengetahui apakah objek penelitian yang akan diteliti sudah pernah diteliti atau dibicarakan oleh peneliti lain atau belum. Tinjauan pustaka dalam penelitian ini meliputi 3 hal, yaitu pembahasan mengenai cerpen Syamsyu>n al-Jabbaru> karya Ka>mil Kailani, penelitian tentang pembagian ism dan sub kategorinya, dan penelitian tentang tata bahasa kasus.

Dari pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti, penelitian yang berhubungan dengan cerpen Syamsyu>n al-Jabbaru> karya Ka>mil Kailani belum pernah dilakukan.

Dari pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti, ditemukan penelitian dengan menggunakan tata bahasa kasus oleh Fahmi (2016) dalam skripsinya “Kasus dalam Novel Yaumiyya>tu A>dama wa H}awwa>`a Karya Faraj Jubran Beserta Preposisi yang Menandainya”. Penelitian tersebut menggunakan analisis tata bahasa kasus model Tarigan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sembilan macam kasus yang dikemukakan oleh Tarigan ditemukan dalam bahasa Arab. Kesembilan kasus tersebut ialah agentif, benefaktif, komitatif, datif, faktitif, objektif, ergatif, instrumental, dan lokatif. Dalam bahasa Arab, preposisi penanda kasus hanya dimiliki oleh kasus benefaktif, instrumental, dan lokatif. Preposisi penanda kasus yang dimiliki oleh (a) kasus benefaktif yakni la>m, (b) kasus instrumental yakni ba>` dan ‘ala>, dan (c) kasus lokatif yakni min, fi>, ila>, dan ‘ala>.

(7)

Perbedaan penelitian yang telah disebutkan di atas dengan penelitian yang dilakukan penulis, yaitu penelitian ini difokuskan pada pembahasan kasus-kasus dalam bahasa Arab dan sub kategori nomina yang memiliki kasus dan objek material yang digunakan dalam penelitian ini adalah cerpen Syamsyu>n al-Jabbaru> karya Ka>mil Kailani.

1.6 Landasan Teori

Teori yang dijadikan landasan dalam penelitian ini adalah teori tata bahasa kasus model Tarigan dan teori morfologi yang berhubungan dengan pembagian ism atau nomina dalam bahasa Arab.

Tata bahasa kasus merupakan suatu tipe tata bahasa generatif (generative

grammar) yang pertama kali diperkenalkan oleh Charles J. Fillmore dari The Ohio

State University, Columbus dalam “The Case for Case” tahun 1968 yang dimuat dalam buku Universal in Linguistic Theory, terbitan Hilt Rinehart dan Winston. Kemudian Fillmore merevisi kembali pada tahun 1970. Selain itu, J. Aderson dalam bukunya The Grammar of Case (Cambridge University Press, 1971) dan W.L. Chafe dalam bukunya Meaning and Structure of Language (The University Chicago Press, 1970), kemudian Cook tahun 1979 memadukan dan memodifikasi teori tata bahasa kasus Fillmore dan Chafe (Cook, 1989:1).

Dalam tata bahasa kasus terbitan tahun 1968, Fillmore membagi kalimat atas (1) modalitas, yang berupa unsur negasi, kala, aspek, dan adverbia, dan (2) proposisi, yang terdiri dari sebuah verba disertai dengan kasus (Chaer, 2014:371).

(8)

Kasus dalam teori ini adalah hubungan antara verba dengan nomina. Verba di sini sebagai predikat, sedangkan nomina sama dengan argumen dalam teori semantik generatif. Hanya saja, dalam tata bahasa kasus diberi label kasus. Misalnya, dalam kalimat “John opened the door with the key, argumen John berkasus “pelaku”, argumen door berkasus “tujuan” dan argumen key berkasus “alat”(Chaer, 2014:371).

Dalam teori tahun 1968 Fillmore tidak membatasi jumlah kasus, akan tetapi dalam versi 1971 dibatasi atas kasus agent, experiencer, object, means, source,

goal, dan referential (Chaer, 2014:372).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori tata bahasa kasus yang dipaparkan oleh Tarigan dalam bukunya “Pengajaran Tata Bahasa Kasus” yang menjelaskan bahwa tata bahasa kasus merupakan tata bahasa yang memberikan penekanan pada hubungan-hubungan semantik dalam sebuah kalimat. Dalam tata bahasa kasus, verba dianggap sebagai bagian klausa atau kalimat yang penting dan mempunyai sejumlah hubungan semantik dengan berbagai nomina atau frasa nominal. Hubungan-hubungan semantik nomina dan verba dalam suatu kalimat itulah yang disebut kasus atau case (Tarigan, 1990:60).

Kasus-kasus menurut Tarigan, yaitu kasus agentif (A), kasus benefaktif (B), kasus komitatif (K), kasus datif (D), kasus faktitif (F), kasus objektif (O), kasus ergatif (E), kasus instrumental (I), dan kasus lokatif (L) (Tarigan, 1990:53). Berikut ini penjelasan dari masing-masing kasus tersebut disertai dengan contoh-contohnya.

(9)

a. Kasus Agentif

Kasus agentif adalah nomina atau frasa nominal yang mengacu pada orang atau binatang yang melakukan atau memprakarsai tindakan verba (Tarigan, 1990:61). Misalnya, dalam kalimat:

Tom memangkas mawar.

Tom mengandung kasus agentif (Tarigan, 1990:61).

b. Kasus Benefaktif

Kasus benefaktif adalah nomina atau frasa nominal yang mengacu pada orang atau binatang yang memperoleh atau dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan dari tindakan verba (Tarigan, 1990:62). Misalnya, dalam kalimat :

Ibu menabung demi kami sekeluarga.

Kami sekeluarga mengandung kasus benefaktif (Tarigan, 1990:62).

c. Kasus Komitatif

Kasus komitatif adalah kasus yang ditunjukkan bagi frasa nominal yang menanggung suatu hubungan konjungtif dengan frasa nominal lain dalam kalimat (Tarigan, 1990:62). Misalnya, dalam kalimat:

Roni berdagang mobil dengan Budi.

Budi mengandung kasus komitatif (Tarigan, 1990:63).

d. Kasus Datif

Kasus datif adalah nomina atau frasa nominal yang mengacu pada orang atau binatang yang dipengaruhi oleh keadaan atau tindakan verba (Tarigan,

(10)

1990:63). Kasus datif kadang-kadang juga disebut experiences case atau kasus pengalami (Richard dalam Tarigan, 1990:64). Misalnya, dalam kalimat:

Saya membujuk Tom pergi.

Tom mengandung kasus datif (Tarigan, 1990:63).

e. Kasus Faktitif

Kasus faktitif adalah nomina atau frasa nominal yang mengacu pada sesuatu yang dibuat atau diciptakan oleh tindakan atau aksi verba (Tarigan, 1990:64). Kasus faktitif kadang-kadang juga disebut kasus resultative atau result/resultative case (Richard dalam Tarigan, 1990:65). Misalnya, dalam kalimat:

Pemerintah membangun PLTA Sibolangit.

PLTA Sibolangit masuk dalam kasus faktitf (Tarigan, 1990:65).

f. Kasus Objektif

Kasus objektif adalah nomina atau frasa nominal yang mengacu pada siapa saja atau apa saja yang memiliki hubungan netral terhadap tindakan atau keadaan verba (Tarigan, 1995:65). Misalnya, dalam kalimat:

Mereka mengiris sosis itu dengan pisau.

sosis itu mengandung kasus objektif (Tarigan, 1990:66).

g. Kasus Ergatif

Kasus ergatif adalah nomina atau frasa nominal yang menjadi penyebab tindakan atau perbuatan (Lyon dan Palmatier dalam Tarigan, 1990:66). Menurut Tarigan (1990:123), kasus ergatif memiliki sifat kausatif yang mengacu kepada

(11)

hubungan sintaksis yang terjalin dengan suatu kalimat lain. Misalnya, dalam kalimat:

John menggerakkan rakit itu. Diparafrasekan menjadi (Rakit itu bergerak).

John mengandung kasus ergatif (Tarigan, 1990:66).

h. Kasus Instrumental

Kasus instrumental adalah kasus mengenai instrumen yang tidak bernyawa dan merupakan penyebab suatu tindakan atau keadaan yang diekspresikan oleh verba (Tarigan, 1990:67). Misalnya, dalam kalimat:

Ibu memotong daging dengan pisau.

Pisau mengandung kasus instrumental (Tarigan, 1990:68).

i. Kasus Lokatif

Kasus lokatif adalah nomina atau frasa nominal yang mengacu pada lokasi atau tempat tindakan atau keadaan verba (Tarigan, 1990:68). Misalnya, dalam kalimat:

Eli mengambil buku itu dari lemari.

lemari mengandung kasus lokatif (Tarigan, 1990:68).

Tarigan (1990:61-68) dalam bukunya “Pengajaran Tata Bahasa Kasus” menyebutkan, bahwa nomina atau frasa nominal dinyatakan memiliki kasus tertentu apabila berhubungan dengan verba tindakan atau verba keadaan. Verba tindakan adalah verba yang menjadi jawaban dari pertanyaan apa yang dilakukan

(12)

oleh subjek pada klausa tertentu (Chaer, 2009:154-155). Adapun verba keadaan adalah verba yang menjadi jawaban dari pertanyaan bagaimana keadaan subjek dalam klausa tertentu (Chaer, 2009:154-155).

Dalam teori tata bahasa kasus, kalimat memiliki struktur dasar yaitu proposisi dan modalitas (Fillmore dalam Tarigan, 1990:107). Proposisi adalah seperangkat hubungan-hubungan antara verba dan nomina yang bukan merupakan “frasa” dan terpisah dari apa yang disebut unsur sedangkan modalitas meliputi negasi, kala, modus, dan aspek (Tarigan, 1990:72). Adapun pengertian kalimat adalah satuan bahasa yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila dipertemukan, serta disertai dengan intonasi final (Chaer, 2014:240).

Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtutan kata-kata berkontruksi predikatif dan biasanya memiliki satu predikat atau lebih (Chaer, 2014:231). Padanan dari istilah klausa dalam bahasa Arab adalah jumlah (Ma’ruf, 2004:38). Jumlah adalah susunan yang terdiri atas musnad dan musnad ilaih (Al-Gala>yaini,> 1973:26). Musnad adalah padanan istilah dari predikat (Al-Khuli, 1991:223). Adapun musnad ilaih adalah padanan istilah dari subjek (Al-Khuli, 1991:271).

Dalam bahasa Arab, jumlah ada dua macam, yakni jumlah fi’liyyah dan jumlah ismiyyah (Ni’mah, 1973:19). Jumlah ismiyyah adalah jumlah yang terdiri atas unsur mubtada` (realisasi musnad ilaih) dan khabar (realisasi musnad) (Ma’ruf, 2004:39). Jumlah ismiyyah yang menjadi bagian dalam penelitian ini adalah jumlah

(13)

gairu mufrad yang berupa jumlah fi’liyyah ber-musnad fi’l ta>m (realisasi musnad ilaih). Adapun jumlah fi’liyyah adalah jumlah yang terdiri dari unsur fi’l ta>m (realisasi musnad) dan fa>’il (realisasi musnad ilaih) atau fi’l na>qis} (qaid) dan ism-nya (realisasi musnad ilaih) serta khabar-ism-nya (realisasi musnad) (Ma’ruf, 2004:39). Jumlah fi’liyyah yang menjadi bagian dalam penelitian ini adalah jumlah fi’liyyah yang unsur-unsurnya terdiri dari fi’l ta>m (realisasi musnad) dan fa>’il (realisasi

musnad ilaih). Fi’l ta>m atau verba sempurna adalah verba yang mengandung makna

peristiwa dan waktu (Ma’ruf, 2004:451). Adapun fa>’il ialah musnad ilaih yang berada setelah fi’l ta>m ma’lum (Al-Gala>yaini>, 1973:29).

Teori yang digunakan untuk mengetahui pembagian ism adalah teori morfologi, yaitu cabang linguistik yang mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi dalam bahasa Arab disamakan dengan ilmu s}arf. Ad-Dah}da>h} (1981:3) mendefinisikan s}arf sebagai ilmu yang membahas kata sebelum kata tersebut masuk dalam klausa. Kata dalam bahasa Arab dibagi atas tiga kategori, yaitu fi’l, ism dan h}arf (Al-Gula>yaini>, 1973:6). Ism adalah sesuatu yang menunjukkan arti pada dirinya, tanpa disertai oleh waktu (Al-Gula>yaini>, 1973:6). Berikut ini penjelasan macam-macam ism menurut Al-Gula>yaini> adalah sebagai berikut :

a. Maus}u>f dan S{ifah

Maus}u>f adalah lafal yang menunjukkan zat, hakikat sesuatu, dan lafal tersebut dibentuk agar dapat disifati (Al-Gula>yaini>, 1973:97). Misalnya,

(14)

S}ifah adalah sesuatu yang menunjukkan atas s}ifah sesuatu baik sesuatu itu konkrit maupun abstrak (Al-Gula>yaini>, 1973:97). Misalnya,

ليجم jami>lun ‘Indah’ b. Ism Maqsu>r

Ism maqsu>r adalah ism mu’rab yang akhirnya berupa alif s|abitah baik alif

itu tertulis dengan bentuk alif atau bentuk ya>’ (Al-Gula>yaini>, 1973:102). Misalnya, ىسوم mu>sa> ‘Musa’

c. Ism Mamdu>d

Ism mamdu>d adalah ism mu’rab yang akhirnya berupa huruf hamzah yang sebelum hamzah tersebut terdapat alif zaidah (Al-Gula>yaini>, 1973:105). Misalnya,

ا

ءارحصل as}-s}ahra>’u ‘padang pasir’ d. Ism Manqu>s

Ism manqu>s adalah ism mu’rab yang huruf terakhir berupa ya>’ s|abitah dan sebelum huruf ya>’ tersebut ada huruf yang dibaca kasrah (Al-Gula>yaini>, 1973:108). Misalnya,

يضاقلا al-qa>z|i> ‘Hakim’ e. Ism Jins

Ism jins adalah ism yang tidak hanya menunjukkan satu barang atau satu

benda saja, melainkan menunjukkan seluruh jenis dari barang atau benda tersebut (Al-Gula>yaini>, 1973:109). Misalnya

رمإ

(15)

f. Ism ‘Alm

Ism ‘alm adalah ism yang menurut asal bentuk katanya telah menunjukkan sesuatu yang tertentu tanpa ada qarinah (Al-Gula>yaini>, 1973:109). Misalnya,

لينلا an-ni>lu ‘sungai nil’ g. D{ami>r

D{ami>r adalah lafal yang digunakan sebagai pengganti orang kesatu

(mutakallim), orang kedua (mukhat}ab), orang ketiga (gha>‘ib) (Al-Gula>yaini>,

1973:116). Misalnya,

وه huwa ‘dia laki-laki (mufrad muz}akkar gha>‘ib)’ h. Ism yang menyerupai fi’l

Ism yang menyerupai fi’l adalah Ism yang menunjukkan pekerjaan. Ism ini disebut juga dengan ism yang bertemu dengan fi’l (لاعفلأاب ةلصتلما ءاسملاا) (Al-Gula>yaini>, 1973:163). Ism yang menyerupai fi’l ini meliputi sembilan macam, yaitu :

a. Masdar adalah lafal yang menunjukkan perbuatan yang tidak disertai zaman dan dalam lafal tersebut tersimpan huruf-huruf fi’lnya, baik secara lafz|i, seperti املع ملع, taqdiri>, seperti, لااتق- لتاق dan ‘iwadi> (mengganti huruf yang dibuang dengan huruf yang lain) (Al-Gula>yaini>, 1973:163-164). Misalnya, ةدع– دعو

b. Ism fa>’il adalah s}ifat yang diambil dari fiil ma’lu>m di mana s}ifat tersebut menunjukkan adanya makna yang terdapat pada ism yang disifati dalam

(16)

hal perbuatan atau kejadian bukan keadaan yang tetap Al-Gula>yaini>, 1973:181). Misalnya,

دهتمج mujtahidun ‘yang rajin’

c. Ism maf’ul adalah s}ifat yang diambil dari fi’l majhu>l (pasif) untuk menunjukkan adanya perbuatan atas sesuatu yang disifati dalam hal perbuatan atau kejadian bukan keadaan yang tetap atau terus-menerus (Al-Gula>yaini>, 1973:186). Misalnya,

مركم mukrimun ‘yang dimuliakan’

d. Sifat musyabbahah (yang diserupakan dengan ism fa’l) adalah s}ifat yang diambil dari fi’l la>zim untuk menunjukkan makna yang berada pada mausu>f (yang disifati) dalam suatu hal yang tetap dan bukan perbuatan (Al-Gula>yaini>, 1973:189). Misalnya,

يمرك kari>mun 'yang mulia’

e. Muba>lagah ism fa>’il adalah lafal yang menunjukkan atas apa yang ditunjukkan atas apa yang ditunjuki oleh ism fa>’il (d}alalahnya sama dengan ism fa>’il) disertai penambahan (disangatkan). Lafal tersebut juga disebut s}igat muba>lagah (Al-Gula>yaini>, 1973:197). Misalnya,

ةملاع ‘alla>matun ‘yang sangat alim’

f. Ism tafd}i>l adalah sifat yang diambil dari fi’l yang menunjukkan bahwa ada dua hal yang bersekutu dalam satu s}ifat, akan tetapi yang satu melebihi

(17)

yang lain dalam sifat tersebut (Al-Gula>yaini>, 1973:198). Misalnya, ملعأ ليلخ ديعس نم Khali>lun ’alamu min sa’i>din ‘Khalil lebih alim daripada Sa’id’ g. Ism zaman adalah ism yang diambil dari fi’lnya untuk menunjukkan waktu

kejadian atau perbuatan (Al-Gula>yaini>, 1973:208). Misalnya,

اهىعولط َتقو يأ سمشلا َعىلطَم ىنِفاو Wa>fani> mat}li’a as-syamsi ay waqta t}ulu>’iha> ‘tepatilah aku pada waktu terbitnya matahari’

h. Ism maka>n adalah ism yang diambil dari fi’lnya untuk menunjukkan kejadian atau perbuatan (Al-Gula>yaini>, 1973:208). Misalnya,

ورغ ناكم يأ سمشلا َبرغم غلب اذإ تىح

ابه h}atta ’iz|a> balaga magriba as-syamsi ay maka>na guru>biha> ‘sehingga ketika ia sampai pada tempat terbenamnya matahari’ i. Ism alat adalah ism yang diambil dari fi’l s|ula>si> mujarrad yang muta’addi>

untuk menunjukkan alat yang digunakan suatu pekerjaan (Al-Gula>yaini>, 1973:210). Misalnya,

ةسنكم miknasatun ‘alat untuk menyapu (sapu)’ 1.7 Metode Penelitian

Ada tiga langkah strategis dalam penelitian bahasa, yaitu langkah penyediaan data, langkah analisis data, dan langkah penyajian data (Sudaryanto, 1993:5).

Langkah pertama adalah langkah penyediaan data. Pada tahap ini, cerpen Syamsyu>n al-Jabbaru> karya Ka>mil Kailani diperoleh peneliti dari situs

(18)

www.hindawi.org dalam format pdf dengan cara diunduh dan dicetak, kemudian cerpen tersebut dibaca dan diartikan ke dalam bahasa Indonesia.

Langkah berikutnya adalah pengumpulan data. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kalimat yang di dalamya terdapat jumlah ber-musnad fi’l ta>m. Setelah itu nomina yang ada dalam kalimat tersebut diidentifikasi kasusnya dan diberikan tanda dengan tinta warna hitam dan singkatan. Singkatan tersebut adalah agentif (A), benefaktif (B), komitatif (K), datif (D), faktitif (F), objektif (O), ergatif (E), instrumental (I), dan lokatif (L). Setelah itu, data-data tersebut diklasifikasikan berdasarkan kasus yang ada di dalamnya menggunakan lembar kerja microsoft

excel 2016. Dalam lembar kerja microsoft excel 2016 tersebut dibuat 9 sheet yang

masing-masing digunakan untuk 1 klasifikasi kasus.

Apabila dalam sebuah data terdapat lebih dari satu kasus, maka data tersebut dimasukkan ke dalam klasifikasi dari masing-masing kasus yang ada pada data. Misalnya dalam sebuah data terdapat kasus A dan O, maka data tersebut akan dimasukkan ke dalam klasifikasi kasus A dan juga klasifikasi kasus O. Akan tetapi, dalam klasisifikasi kasus A, data tersebut hanya difokuskan untuk pembahasan kasus A, begitu pula sebaliknya.

Setelah semua data dimasukkan ke dalam lembar kerja microsoft excel 2016, data yang ada dalam masing-masing sheet diklasifikasikan berdasarkan sub kategori nomina masing-masing. Dalam proses tersebut, digunakan pembagian nomina atau ism menurut Mustafa al-Gula>yaini dalam buku Ja>mi’ Adduru>s al-‘Arabiyyah tahun 1973.

(19)

Setelah semua data yang ada dalam setiap sheet diklasifikasikan. Langkah selanjutnya, dari masing-masing varian data yang ada, diambillah satu buah data sebagai data penelitian. Data-data tersebut kemudian ditransliterasikan ke dalam tulisan latin berdasarkan pedoman transliterasi yang dikeluarkan oleh Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, nomor : 158/1987 dan 0543b/U/1987. Setelah ditransliterasikan, data tersebut diterjemahkan ke dalam bentuk terjemahan terikat dan juga terjemahan bebas. Selanjutnya lembar kerja microsoft word 2016 yang berisi data tersebut disimpan.

Langkah-langkah penyediaan data yang telah dipaparkan di atas merupakan penerapan metode simak dengan teknik dasar sadap dan teknik lanjutan catat. Metode simak adalah metode yang berupa penyimakan terhadap penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993:133). Teknik sadap merupakan teknik dasar metode simak (Sudaryanto, 1993:133). Teknik sadap dilakukan dengan cara menyadap penggunaan bahasa sesorang atau beberapa orang (Sudaryanto, 1993:133). Salah satu teknik lanjutan dari metode simak adalah teknik catat (Sudaryanto, 1993:135). Teknik catat dilakukan dengan cara mencatat data ke dalam kartu data yang diikuti dengan proses pengklasifikasian (Sudaryanto, 1993:135).

Langkah kedua adalah analisis data. Pada tahap ini, data dibagi berdasarkan unsur klausa yang berada di dalamnya. Setelah itu, ditentukanlah klausa mana yang nantinya akan dijadikan sebagai fokus pembahasan. Selanjutnya, data yang hanya diisi oleh satu klausa dan klausa yang dijadikan sebagai fokus pembahasan dalam data dibagi unsur-unsurnya berdasarkan fungsi, kategori, kasus, dan sub kategori

(20)

nomina yang ada di dalamnya. Kemudian dilakukanlah pengamatan secara morfologis dan sintaksis terhadap markah-markah yang diperlukan dalam menentukan fungsi, kategori, kasus, dan sub kategori nomina dari nomina yang kasusnya dijadikan sebagai fokus pembahasan dalam setiap data.

Langkah-langkah analisis data yang telah dipaparkan di atas merupakan penerapan metode agih dengan teknik dasar bagi unsur langsung (BUL). Metode agih adalah metode analisis data yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti (Sudaryanto, 1993:15). Teknik bagi unsur langsung (BUL) merupakan teknik dasar metode agih (Sudaryanto, 1993:31). Teknik bagi unsur langsung (BUL) dilakukan dengan cara membagi satuan lingual data menjadi beberapa unsur yang dipandang sebagai pembentuk satuan lingual data tersebut (Sudaryanto, 1993:31). Adapun teknik baca markah dilakukan dengan cara melihat pemarkah yang menunjukkan kejatian satuan lingual atau identitas konstituen tertentu (Sudaryanto, 1993:95).

Tahap terakhir adalah tahap penyajian hasil analisis. Setelah data berhasil dianalisis, hasil analisis dilaporkan dan disajikan secara informal. Laporan informal ini adalah penyajian laporan yang berwujud perumusan dengan kata-kata (Sudaryanto, 1993:145).

1.8 Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri dari empat bab. Bab pertama berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sistematika

(21)

penulisan, dan pedoman transliterasi. Bab kedua berisi analisis kasus dalam cerpen Syamsyu>n al-Jabbaru>. Bab ketiga berisi sub kategori nomina yang memiliki kasus dalam cerpen Syamsyu>n al-Jabbaru>. Bab keempat berisi kesimpulan penelitian.

1.9 Pedoman Transliterasi Arab-Latin

Penulisan transliterasi Arab-Indonesia dalam tulisan ini menggunakan pedoman transliterasi berdasarkan keputusan bersama menteri agama dan menteri pendidikan dan kebudayaan no. 158 th 1987 dan nomor 0543 b/U/1987.

1. Konsonan

Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, dalam transliterasi ini dilambangkan dengan tanda, dan sebagian yang lain dengan huruf serta tanda sekaligus.

Huruf Arab Nama Huruf Latin

ا

Alif tidak dilambangkan

ب

Bā’ B

ت

Tā’ T

ت

Ṡā’

ث

Jim J

ح

Ḥā’

خ

Khā Kh

د

Dāl D

ذ

Żāl Ż

ر

Rā’ R

ز

Zai Z

(22)

س

Sīn S

ش

Syīn Sy

ص

Ṣād

ض

Ḍād

ط

Ṭā

ظ

Ẓā

ع

‘Ain ‘_

غ

Gain G

ف

F

ق

Qāf Q

ك

Kāf K

ل

Lām L

م

Mīm M

ن

Nūn N

و

Wāwu W

ه

H

ء

Hamzah ’_

ي

Y

(23)

2. Vokal

Vokal Tunggal Vokal Rangkap Vokal Panjang

Tanda Huruf Latin Tanda dan Huruf Gabungan Huruf Harakat dan Huruf Huruf dan Tanda

A

ي

Ai

ا

a>

I

و

Au

ي

i>

U

و

u> Contoh :

لكأ

akala

تيب

baitun

لاق

qa>la 3. Ta>` marbu>t}ah

Transliterasi untuk ta’ marbūtah ada dua, yaitu:

a. Ta>`marbu>t}ah yang hidup atau ber-harakah fath}ah, kasrah, dan d}ammah ditransliterasikan dengan t.

b. Ta>`marbu>t}ah yang mati atau ber-harakah suku>n ditransliterasikan dengan h.

Contoh:

ةرونلما ُةنيدلما

al-madīnah al-munawwarah

Atau

al-madīnatul-munawwarah 4. Syaddah (tasydi>d)

Syaddah atau tasydi>d dilambangkan dengan huruf yang sama, baik ketika berada diawal atau diakhir kata.

(24)

Contoh :

اَنَّ بَر

rabbana>

َلّزَ ن

Nazzala

5. Kata Sandang “لا”

Kata sandang “لا” ditransliterasikan dengan al dan diikuti oleh tanda penghubung (-) ketika bertemu huruf syamsiyyah. Akan tetapi, apabila bertemu dengan huruf qamariyyah, maka l pada al digantikan dengan huruf yang sama dengan huruf qamariyyah yang mengikuti kata sandang tersebut.

Contoh :

ُلُجَّرلا

ar-rajulu

ُمَلَقلا

al-qalamu

بتاكلا

al-ka>tibu

6. Hamzah

Hamzah ditransliterasikan dengan apostrof jika terletak di tengah atau di

akhir kata. Apabila terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab berupa alif.

Contoh :

ذخأي

ya`khuz|u

أرق

qara`a

ّنإ

Inna

7. Penulisan Kata

Pada dasarnya, setiap kata ditulis terpisah, tetapi untuk kata-kata tertentu yang penulisannya dalam huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain

(25)

karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan, maka transliterasinya dirangkaikan dengan kata lain yang mengikutinya.

Contoh :

ينقزارلا يرخ وله الله نإو

Wa innalla>ha lahuwa khairu ar-ra>ziqi>na

Atau

Wa innalla>ha lahuwa khairur-ra>ziqi>na

8. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab tidak dikenal huruf kapital, tetapi dalam transliterasinya huruf kapital digunakan dengan ketentuan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

Contoh :

ٌلْوٌسَر َلاإ دَّمَُمُ اَمو

Wama> Muhammadun illa> Rasu>l

Referensi

Dokumen terkait

Kita dapat memperkirakan bahwa pada saat itu, Nazaret telah sedemikian rupa diabaikan sehingga tidak ada hal baik yang dapat diharapkan muncul dari mereka yang tinggal di

Sampai saat ini, obat antiinflamasi nonsteroid merupakan salah satu terapi farmakologis yang paling sering digunakan untuk mengatasi nyeri dan peradangan yang

otePad merupakan program aplikasi pelengkap (Accessories) yang terdapat dalam sistem operasi Microsoft Windows XP dan berfungsi sbagai text yang dapat digunanakan

Tabel 2 menunjukkan nilai validitas pada aspek kelayakan isi, kebahasaan, sajian, dan kegrafisan sebesar 1,00 yang berarti LKS berbasis inkuiri terbimbing sangat

Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C, terealisasi sebesar Rp. Terdapat pendapatan dari Obyek Retribusi Laboraturium dikelompokkan pada Jenis Retribusi Jasa Umum

bahwa dalam rangka pelaksanaan program dan kegiatan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan dalam Rencana Kinerja Ta[runan Balai Pengawas Obat dan Makanan di Palangka

Penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui bentuk pernikahan usia muda di Desa Serabi Barat, untuk menjelaskan apa saja faktor yang mempengaruhi masyarakat

Perusahaan, atau koperasi yang terkait dengan perusahaan menjadi satu-satunya pilihan bagi para petani kontrak untuk menjual produk buah kelapa sawit mereka.. Lain halnya di