• Tidak ada hasil yang ditemukan

TESIS. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Islam OLEH: AHMAD KHOIRUDIN NIM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TESIS. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Islam OLEH: AHMAD KHOIRUDIN NIM."

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

AGAMA ISLAM (PAI) SISWA KELAS IX SMP PGRI 2 SUKADANA TAHUN AKADEMIK 2017/2018

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Islam

OLEH:

AHMAD KHOIRUDIN NIM. 1605811

Pembimbing I : Dr. Zainal Abidin, M.Ag Pembimbing II : Dr. Khoirurrijal, M.A

PROGRAM PASCASARJANA (PPS)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO 1438 H/ 2018 M

(2)

ABSTRAK

Khoirudin, Ahmad. 2017. Hubungan Antara Self-Esteem dan Motivasi

Belajar Dengan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Siswa Kelas IX SMP PGRI 2 Sukadana Tahun Akademik 2017/2018. Tesis, Program Studi Pendidikan Agama Islam

Program Pascasarjana IAIN Metro, Lampung..

Hasil belajar siswa adalah salah satu indikator keberhasilan sebuah proses belajar mengajar. Hasil belajar siswa ditentutkan oleh banyak faktor diantaranya yaitu self-esteem dan motivasi belajar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) hubungan antara

self-esteem dengan hasil belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) siswa kelas IX

SMP PGRI 2 Sukadana; 2) hubungan antara motivasi belajar dengan hasil belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) siswa kelas IX SMP PGRI 2 Sukadana; dan 3) hubungan antara self-esteem dan motivasi belajar dengan hasil belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) siswa kelas IX SMP PGRI 2 Sukadana.

Penelitian ini menggunakan metode korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP PGRI 2 Sukadana yang berjumlah 93 dimana kemudian jumlah tersebut diambil seluruhnya sebagai sampel penelitian, sehingga penelitian ini termasuk penelitian populasi. Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui tes dan angket. Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Sementara itu, angket diberikan untuk mengetahui self-esteem dan motivasi belajar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai Fhitung = 60,113 > Ftabel 3,10 atau sig. 0,000 < 0,05, dan nilai R= 0,811 Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

self-esteem dan motivasi belajar dengan hasil belajar PAI siswa kelas IX SMP

PGRI 2 Sukadana. Penelitian ini juga menunjukkan nilai rxy1 = 0,688, atau sig. 0,000 < 0,05, yang berarti terdapat hubungan positif yang signifikan antara self-esteem dengan hasil belajar siswa. Semakin tinggi self-esteem, maka hasil belajar siswa akan semakin tinggi. Selanjutnya, nilai r22y = 0,754 atau sig. 0,000 < 0,05, menunjukkan hubungan positif yang signifikan antara motivasi belajar dengan hasil belajar siswa. Semakin tinggi motivasi belajar, maka hasil belajar siswa akan semakin tinggi.

Nilai R2 dalam penelitian ini sebesar 657 atau 65,7% sumbangan

Self-esteem dan motivasi belajar terhadap hasil belajar Pendidikan Agama

Islam. Hal ini berarti bahwa masih terdapat 34,3% faktor lain yang menentukan hasil belajar PAI siswa selain self-esteem dan motivasi belajar.

(3)

ABSTRACT

Khoirudin, Ahmad. 2017. The Correlation Between Self-Esteem and Learning Motivation toward Students’ Learning Achievement of Islamic Religious Education (IRE) at the Ninth Grade of SMP PGRI 2 Sukadana, East Lampung in 2017/2018 Academic Year. Thesis, Islamic Realigious Education Study Program, Postgraduate Program of State Islamic Studies of Metro, Lampung. Advisor: Dr. Zainal Abidin, M.Ag., Co-advisor: Dr. Khoirurrijal, M.A.

Students’ learning achievement is one of indicators of the success of teaching and learning activity. Many factors influence the students’ learning achievement, such as self-esteem and learning motivation.

The aims of the study were to know: 1) the correlation between self-esteem and students’ learning achievement of Islamic Religious Education (IRE) at ninth grade of SMP PGRI 2 Sukadana; 2) the correlation between learning motivation and students’ learning achievement of Islamic Religious Education (IRE) at ninth grade of SMP PGRI 2 Sukadana; 3) the correlation between self-esteem and learning motivation toward students’ learning achievement of Islamic Religious Education (IRE) at ninth grade of SMP PGRI 2 Sukadana.

This study used a correlational method in a quantitative approach. The population was the whole students of ninth grade of SMP PGRI 2 Sukadana which consisted of 93 students. These all of the population were taken as the sample. Data were taken by giving test and questionnaires. The test was used to know the students’ learning achievement. Menawhile, the questionaires were used to know the students’ self-esteem and lerning motivation.

The findings have been shown that Fcount = 60,113 > Ftable = 3,10 or sig. 0,000 < 0,05, and R= 0,811. Based on this result, it can be concluded that there was a significant correlation between self-esteem and learning motivation toward students’ learning achievement of Islamic Religious Education (IRE) at the ninth grade of SMP PGRI 2 Sukadana. Moreover, the finding showed rxy1 = 0,688, or sig. 0,000 < 0,05 which means there was a significant positve correlation between self-esteem and students’ learning achievement of Islamic Religious Education (IRE). Besides, the finding showed rxy2 = 0,754, or sig. 0,000 < 0,05, it indicated that there was a positve significant correlation between learning motivation and students’ learning achievement of Islamic Religious Education (IRE).

The R2 value was 657 or 65,7% of students’ learning achievement of Islamic Religious Education (IRE) was influenced by self-esteem and learning motivation. It can be inferred that there were 34,3% of other factors out of self-esteem and learning motivation which determine students’ learning achievement.

(4)
(5)
(6)

MOTTO









































































Artinya : “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia” (Qs Ar-Ra’d : 11)

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Alloh SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul: “Hubungan antara self-esteem dan motivasi belajar dengan hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) siswa kelas IX SMP PGRI 2 Sukadana Lampung Timur tahun akademik 2017/2018”. Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Metro.

Penulis menyadari bahwa tesis ini dapat diselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Enizar, M.Ag Selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro Lampung

2. Dr. Tobibatussaadah, M.Ag, Selaku Direktur Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro

3. Dr. Khoirurrijal, M.A. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro sekaligus Pembimbing II memberikan motivasi, bimbingan dan perhatiannya selama Peneliti menyelesaikan proposal tersebut.

4. Dr. Zainal Abidin, M.Ag. selaku pembimbing I memberikan motivasi, bimbingan dan perhatiannya selama Peneliti menyelesaikan proposal tersebut.

(8)
(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... ii

PERSETUJUAN ... Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN ORISINALITAS PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Hasil Penelitian ... 8

G. Penelitian yang Relevan ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 13

A. Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam ... 13

1. Pendidikan Agama Islam ... 13

2. Pengertian Belajar ... 17

3. Prinsip - Prinsip Belajar ... 21

4. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Belajar ... 22

5. Pengertian Hasil belajar ... 25

B. Self-esteem ... 28

1. Pengertian Self-esteem ... 28

(10)

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self-esteem ... 33

4. Self-esteem dalam Perspektif Islam ... 36

5. Pengukuran Self Esteem ... 39

C. Motivasi belajar ... 40

1. Pengertian Motivasi ... 40

2. Pengertian Motivasi belajar ... 44

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 48

D. Hubungan antar Variabel ... 51

1. Hubungan Self-esteem dan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam ... 51

2. Hubungan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam . 53 3. Hubungan Self-esteem dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam ... 54

E. Kerangka Berfikir ... 54

F. Hipotesis Penelitian ... 57

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 59

A. Jenis dan Desain Penelitian ... 59

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 61

C. Variabel Penelitian ... 61

D. Definisi Operasional ... 62

E. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 63

F. Teknik Pengumpulan Data ... 65

G. Instrumen Penelitian ... 66

H. Uji Coba Instrumen ... 73

1. Validitas ... 74

2. Reliabilitas ... 76

I. Teknik Analisis Data ... 79

J. Hipotesis Statistika ... 81

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 83

A. Temuan Umum ... 83

1. Sejarah Singkat ... 83

2. Kondisi Guru ... 90

3. Kondisi Sarana dan Prasarana ... 93

(11)

1. Persyaratan Pengujian Analisis ... 94

2. Analisis Data Hasil Penelitian ... 97

3. Uji Hipotesis ... 108

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 122

1. Hubungan Self-esteem dan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam ... 122

2. Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam ... 125

3. Hubungan antara Self-esteem dan Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam ... 129

BAB V PENUTUP ... 131

A. KESIMPULAN ... 131

B. IMPLIKASI ... 132

C. SARAN ... 134

DAFTAR PUSTAKA ... 136 LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Nilai Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Semester Genap Siswa Kelas VIII SMP PGRI 2 Sukadana, Tahun Akademik

2016/2017 ... 5

Tabel 3.1 Data Siswa Kelas IX SMP PGRI 2 Sukadana Lampung Timur Tahun Akademik 2017/2018 ... 62

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam ... 65

Tabel 3.3 Tabel Kisi-Kisi Instrumen Self-Esteem ... 67

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Angket Motivasi Belajar ... 67

Tabel 3.5 Skor Pilihan Jawaban Angket ... 69

Tabel 3.6 Interpretasi Nilai r ... 70

Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Data Case Processing ... 75

Tabel 3.8 Reliability Statistics ... 75

Tabel 4.1 Jumlah Siswa SMP PGRI 2 Sukadana ... 84

Tabel 4.2 Keadaan Guru dan Karyawan SMP PGRI 2 Sukadana... 85

Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana SMP PGRI 2 Sukadana ... 87

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data ... 89

Tabel 4.5 Uji Homogenitas Variabel Y atas X1 ... 90

Tabel 4.6 Uji Homogenitas Variabel Y atas X2 ... 91

Tabel 4.7 Analisis Deskriptif Data Hasil Belajar PAI ... 92

Tabel 4.8 Distribusi Nilai Hasil Belajar PAI ... 93

Tabel 4.9 Analisis Deskriptif Data self-Esteem ... 94

(13)

Tabel 4.11 Analisis Deskriptif Data Motivasi belajar ... 97

Tabel 4.12 Distribusi Skor Motivasi Belajar ... 98

Tabel 4.13 Distribusi Skor Adanya Hasrat dan Keinginan Berhasil ... 100

Tabel 4.14 Distribusi Skor Adanya Dorongan dan Kebutuhan dalam Belajar ... 101

Tabel 4.15 Distribusi Skor Adanya Harapan dan Cita - Cita di Masa Depan ... 102

Tabel 4.16 Tabel Regresi Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam atas Self-Esteem ... 103

Tabel 4.17 Daftar ANAVA Regresi Linear Y Atas X1 ... 104

Tabel 4.18 Koefisien Korelasi (ry1) variabel X1 (Self-Esteem)... 105

Tabel 4.19 Hasil Uji Signifikansi Koefesien Korelasi Parsial antara Y Dengan X1 Jika X2 Dikontrol ... 106

Tabel 4.20 Tabel Regresi Linier Sederhana Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam atas 109Motivasi Belajar ... 108

Tabel 4.21 Daftar ANAVA Regresi Linear Y Atas X2... Tabel 4.22 Koefisien Korelasi (ry2) variabel X2 (Motivasi Belajar) ... 109

Tabel 4.23 Hasil Uji Signifikansi Koefesien Korelasi Parsial antara Y Dengan X2 Jika X1 Dikontrol ... 111

Tabel 4.24 Tabel Koefisien Regresi Ganda Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam atas Self-esteem Bersama-Sama dengan Motivasi Belajar ... 113

Tabel 4.25 Daftar ANAVA untuk Pengujian Signifikansi Regresi Ŷ = 21,288 + 0,527X1 + 0,603X2 ... 114

Tabel 4.26 Koefisien Korelasi (ry2) Variabel X1 (Self-Esteem) dan Variabel X2 (Motivasi Belajar) ... 114

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Berfikir Penelitian ... 55

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 58

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Sekolah ... 83

Gambar 4.2 Diagram distribusi nilai hasil belajar PAI ... 93

Gambar 4.3 Diagram Distribusi Skor Self-Esteem ... 96

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Motivasi Belajar (Uji Coba) ... 136

Lampiran 2. Instrumen Skala Self-Esteem... 141

Lampiran 3. Instrumen Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam... 143

Lampiran 4. Instrumen Motivasi Belajar ... 151

Lampiran 5. Lembar Jawaban ... 155

Lampiran 6. Uji Validitas ... 156

Lampiran 7. Uji Reliabilitas ... 165

Lampiran 8. Skor Angket Motivasi Belajar ... 166

Lampiran 9. Nilai Hasil Belajar PAI ... 171

Lampiran 10. Kategori Skor Motivasi Belajar ... 173

Lampiran 11. Skor Angket Self-Esteem ... 175

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Manusia diciptakan dan dilahirkan dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa. Firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 78 berbunyi:

                

Artinya: 78. dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu

dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan kualitas manusia baik secara individu maupun kelompok, baik jasmani, rohani, spiritual, material maupun kematangan berpikir untuk menghadapi setiap tantangan yang datang dalam kehidupan. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 mengenai tujuan pendidikan nasional, yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

(17)

Mengingat pentingnya pendidikan pada era globalisasi ini, pemerintah memberikan perhatian besar untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas, sehingga tercipta SDM yang berkualitas pula. Salah satu indikator pendidikan berkualitas adalah perolehan hasil belajar yang maksimal oleh siswa, baik itu hasil belajar dalam bentuk kognitif, afektif maupun psikomotor. Akan tetapi, keberhasilan belajar setiap siswa tidaklah sama antara satu dengan yang lainnya. Ada sebagian siswa yang mengalami masalah dalam belajar, akibatnya hasil belajar yang dicapai kurang optimal. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu ditelusuri faktor-faktor yang menentukan hasil belajar siswa.

Faktor-faktor yang menentukan hasil belajar secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. faktor eksternal yaitu faktor yang timbul dari luar diri siswa diantaranya guru, teman, fasilitas belajar, lingkungan sekolah, sumber belajar, pendapatan orang tua dan lain-lain. Sedangkan faktor internal yaitu faktor yang timbul dari dalam diri siswa itu sendiri diantaranya keadaan fisik, intelegensi, bakat, minat, motivasi, kemandirian, dan perhatian1.

Dalam proses pendidikan di sekolah, Sekolah Menengah Pertama (SMP), siswa diharuskan mengikuti berbagai proses pembelajaran yang terangkum dalam beberapa jenis mata pelajaran yang telah ditentukan oleh pemerintah melalui menteri pendidikan dan kebudayaan yang dituangkan di dalam kurikulum. Salah satu jenis mata pelajaran yang harus dipelajari oleh

1 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hh. 4-72

(18)

siswa, khususnya yang beragama Islam, di tingkat SMP adalah Pendidikan Agama Islam (PAI).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) Pendidikan agama islam (PAI) adalah salah satu mata pelajaran normatif yang termasuk ke dalam kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia. Cakupan dari kelompok mata pelajaran ini adalah untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.2

Hal ini tertuang dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang saat ini masih diadopsi dan digunakan di dalam proses belajar mengajar untuk kelas IX SMP, khususnya di SMP PGRI 2 sukadana. KTSP merupakan kurikukulum operasional yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan serta merupakan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan (pengetahuan keterampilan, dan sikap) dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah.

Untuk mampu mencapai tujuan setiap pembelajaran yang diharapkan, dibutuhkan berbagai upaya dan kerjasama dari seluruh aspek lapisan pendidikan, misal: kepala sekolah, guru, dan siswa. Siswa sebagai objek pembelaran memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan sebuah proses belajar dan mengajar. Prestasi belajar siswa juga

(19)

ditentukan oleh berbagai faktor yang datang dari dalam diri. Diantaranya adalah harga diri (Self-esteem ) dan motivasi belajar.

Self-esteem merupakan penilaian seseorang secara umum terhadap

dirinya sendiri, baik berupa penilaian negatif maupun penilaian positif yang akhirnya menghasilkan perasaan keberhargaan atau kebergunaan diri dalam menjalani kehidupan. Menurut Branden dalam Nikmarijal,

Self-esteem adalah keyakinan dan kemampuan untuk bertindak dan menghadapi

tantangan hidup ini. Keyakinan dalam hak untuk bahagia, perasaan berharga, dan layak.3 Cara memandang dan merasakan diri sendiri yang akan mempengaruhi seseorang dalam berperilaku. Cara pandang dan merasakan diri ini terbentuk dari pengalaman dalam keluarga, sekolah, hubungan pertemanan dan lingkungan sosial. Self-esteem merupakan salah satu aspek kepribadian yang merupakan kunci dalam pembentukan perilaku seseorang, karena akan sangat berpengaruh pada proses berpikir, tingkat emosi, keputusan yang diambil pada nilai-nilai tujuan hidup seseorang yang memungkinkan seseorang mampu menikmati dan menghayati kehidupan. Ketika Self-esteem yang terbentuk dalam diri siswa kurang baik kemungkinan akan mengganggu proses pembelajaran siswa tersebut. Akibatnya, hasil belajar akan menjadi rendah.

Selain itu, dalam proses belajar mengajar motivasi sangat besar peranannya terhadap hasil belajar. Karena dengan adanya motivasi dapat menumbuhkan minat belajar siswa. Siswa yang memiliki motivasi belajar

3

Nikmarijal, Nikmarijal-Academia.edu, “Urgensi Peranan Keluarga bagi

Perkembangan Self-esteem Remaja,” Nikmarijal Nikmarijal-Academia.edu,

Online:http://www.academia.edu/6538333/Urgensi_Peranan_Keluarga_bagi_Perkembang

(20)

tinggi cenderung akan mempunyai sikap positif untuk berhasil. Hal ini karena motivasi berfungsi menimbulkan, mendasari, dan mengarahkan siswa untuk belajar sehingga mampu memperoleh hasil belajar yang tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan di SMP PGRI 2 Sukadana, menunjukkan bahwa hasil belajar PAI siswa kelas IX termasuk dalam kategori memuaskan. Hal ini di dukung data yang diperoleh peneliti dari nilai hasil ujian akhir semester tahun akademik 2016/2017. Data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Nilai Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Semester Genap Siswa Kelas VIII SMP PGRI 2 Sukadana, Tahun Akademik 2016/2017

Nilai Jumlah Siswa Persentase (%)

< 70 7 8.75

≥ 70 73 91.25

Total 80 100

Sumber: Dokumentasi Sekolah

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa, 73 dari 80 siswa (91.25%), memperoleh nilai di atas Standar Ketuntasan Minimal (SKM). Sementara itu, hanya 7 dari 80 siswa (8.75%) yang memperoleh nilai di bawah SKM. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran PAI telah berhasil dicapai dengan sangat baik.

Keberhasilan pembelajaran tersebut ditentukan oleh banyak faktor seperti yang telah disebutkan di atas, diantaranya adalah Self-esteem dan motivasi belajar siswa. Oleh karena itu perlu adanya suatu penelitian untuk

(21)

mengetahui hubungan antara Self-esteem dan motivasi belajar dengan hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMP PGRI 2 Sukadana Lampung Timur. Peneliti lebih tertarik pada faktor harga diri (Self-esteem ) dan motivasi belajar sebagai variable dalam penelitaian ini. Hal ini dikarenakan peran harga diri sangat besar dalam dunia pendidikan. Seorang siswa yang memiliki harga diri dan motivasi belajar tinggi akan lebih terpacu untuk meraih kesuksesan dalam belajarnya.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang ada, maka dapat diidentifikasi beberapa hal penting terkait hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang kemudian menjadi pokok permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini. Hal tersebut diantaranya adalah bahwa hasil belajar siswa ditentukan oleh beberapa faktor baik eksternal maupun internal.

Faktor eksternal yang sering kali memberikan kontribusi dalam penentuan hasil belajar siswa adalah metode guru dan media yang digunakan dalam mengajar. Sementara itu, faktor internal yang menonjol di dalam menentukan hasil belajar siswa adalah self-esteem dan motivasi belajar siswa. Kedua faktor ini, eksternal dan inernal, memiliki peran yang sangat penting di dalam pencapaian hasil belajar siswa.

(22)

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi masalah penelitian ini pada dua faktor internal yang menentukan hasil belajar siswa yaitu self-esteem dan motivasi belajar. Hubungan ketiga variabel tersebut akan dikaji dalam penelitian ini. Selain itu, penelitian ini juga dibatasi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas IX SMP PGRI Sukadana, Lampung Timur.

Sehingga dapat ditulis batasan masalah penelitian ini adalah “hubungan antara Self-esteem dan motivasi belajar dengan hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas IX SMP PGRI 2 Sukadana Lampung Timur semester ganjil tahun akademik 2017/2018”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang ada maka rumusan masalah penelitian ini adalah:

“Bagaimana hubungan antara Self-esteem dan motivasi belajar dengan hasil belajar Pendidikan Agama Islam semester ganjil siswa kelas IX SMP PGRI 2 Sukadana tahun akademik 2017/2018?”

Rumusan masalah ini dipecah ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan antara Self-esteem dengan hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMP PGRI 2 Sukadana?

2. Apakah ada hubungan antara motivasi belajar dengan hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMP PGRI 2 Sukadana?

(23)

3. Apakah ada hubungan antara Self-esteem dan motivasi belajar secara bersama dengan hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMP PGRI 2 Sukadana?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah unuk mengetahui hubungan antara Self-esteem dan motivasi belajar dengan hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa kelas IX SMP PGRI 2 Sukadana semester ganjil tahun akademik 2017/2018.

Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Hubungan antara Self-esteem dengan hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMP PGRI 2 Sukadana.

2. Hubungan antara motivasi belajar dengan hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMP PGRI 2 Sukadana.

3. Hubungan antara Self-esteem dan motivasi belajar secara bersama dengan hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMP PGRI 2 Sukadana.

F. Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat hasil penelitian ini dibedakan ke dalam dua kelompok; manfaat teoretis, manfaat praktis adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memperkaya implikasi teoretis sebagai pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam mata pelajaran

(24)

Pendidikan Agama Islam. Selain itu, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan pengetahuan terhadap pengembangan pendidikan tingkat menengah pertama.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan sumbangan mengenai keeratan hubungan Self-esteem dan motivasi belajar dengan hasil belajar Pendidikan Agama Islam kepada pihak sekolah, yaitu guru-guru SMP PGRI 2 Sukadana, Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur.

b. Sebagai bahan masukan atau sumbangan kepada orang tua siswa dan masyarakat untuk memberikan perhatian dan dukungan kepada kegiatan pembelajaran dan pembentukan Self-esteem dan motivasi belajar siswa itu sendiri.

Memberikan informasi tentang hubungan Self-esteem dan motivasi belajar terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Islam pada siswa SMP PGRI di Sukadana mengenai pentingnya Self-esteem dan motivasi belajar dalam meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran khususnya Pendidikan Agama Islam.

G. Penelitian yang Relevan

Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini.

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Yasdiananda yang berjudul

“Hubungan antara Self-esteem dengan asertivitas pada Siswa Kelas X

(25)

SMAN 5 Merangin, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1) secara umum Self-esteem siswa kelas X SMAN 5 Merangin sebagian besar berada pada kategori sedang, yaitu 80 %; 2) Asertivitas pada siswa kelas X SMAN 5 Merangin berada pada kategori sedang, yaitu 63,33%; terdapat hubungan positif yang signifikan antara Self-esteem dengan asertivitas pada siswa kelas X SMAN 5 Merangin dengan koefisien korelasi sebesar 0,618 yang berarti semakin tinggi asertivitas pada siswa tersebut.4

Kedua, sebuah penelitian yang mencari tentang “Hubungan antara motivasi belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis dengan Kemampuan Menulis Narasi” menghasilkan kesimpulan bahwa: 1) terdapat hubungan

positif antara motivasi belajar (X1) dan kemampuan menulis narasi (Y) yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar 0,55 dan koefisien determinasi sebesar 0,3025; 2) terdapat hubungan positif antara kemampuan berpikir kritis (X2) dan kemampuan menulis narasi (Y) yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar 0,629 dan koefisien determinasinya 0,3956; (3) terdapat hubungan positif antara motivasi belajar dan kemampuan berpikir kritis secara bersama-sama dengan kemampuan menulis narasi yang ditunjukkan dengan koefisien korelasi sebesar 0,763 dan koefisien determinasinya 0,582. Hal ini berarti semakin tinggi dan positif motivasi belajar dan kemampuan berpikir kritis secara bersama-sama, maka semakin tinggi pula kemampuan menulis narasinya. Begitu pula sebaliknya, semakin

4 Eric W. Yasdiananda, Hubungan antara Self Esteem dengan asertivitas pada Siswa

Kelas X SMAN 5 Merangin,

(26)

rendah motivasi belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa, maka semakin rendah pula kemampuan menulis narasinya.5

Ketiga, sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

Hubungan Antara Self-esteem Dengan Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi UIN Sunan Ampel Surabaya yang dilakukan oleh Hikmah dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Hasil penelitian menunjukkan korelasi sebesar 0.718 dengan p < 0.05, maka hipotesis diterima. Artinya ada hubungan yang signifikan antara Self-esteem dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi UIN Sunan Ampel Surabaya. Angka koefisien korelasi yang positif menunjukkan adanya arah hubungan yang bersifat postif. Hal ini menujukkan semakin tinggi Self-esteem semakin tinggi pula motivasi berprestasi yang dimiliki dan sebaliknya.6

Dari beberapa penelitian di atas, ada yang memiliki persamaan judul maupun pembahasan yang akan dibahas dalam tesis yang peneliti tulis. Namun terdapat beberapa perbedaan yang cukup jelas yang akan peneliti bahas. Pertama, letak perbedaan itu adalah pada lokasi penelitian ini yang dilakukan di SMP PGRI 2 Sukadana Lampung Timur. Kedua, kajian teori yang digunakan untuk menentukan kerang berfikir. Ketiga, subyek yang diteliti adalah pada siswa kelas IX semester ganjil tahun akademik 2017/2018. Keempat, instrument yang digunakan dalam

5 Sri Wulan Anggraeni, “Hubungan motivasi belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis

dengan Kemampuan Menulis Narasi,”Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 4 No. 7-8

Juni-Desember 2013. 6

Nurul Hikmah, “Hubungan Antara Self Esteem Dengan Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa Penerima Beasiswa Bidikmisi UIN Sunan Ampel Surabaya’: Unpublished

Thesis, (Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2014) diunduh melalui http://google.com pada

(27)

pengambilan data. Kelima, teknik pengambilan sampel. Dan terakhir yang merupakan perbedaan paling mendasar adalah bahwa penelitian i ni akan meneliti hubungan tiga variabel sekaligus dimana terdiri dari dua variabel bebas yaitu Self-esteem (X1) dan Motivasi Belajar (X2) dengan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam (Y).

(28)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam 1. Pendidikan Agama Islam

Dalam konteks Islam, pendidikan Islam seringkali disebut dengan istilah al-tarbiyat. Athiyah al-Abrasyi, sebagaimana dikutip oleh Ramayulis, berpendapat bahwa al-Tarbiyah adalah istilah yang mencakup keseluruhan kegiatan pendidikan yang meliputi upaya yang mempersiapkan individu untuk kehidupan yang lebih sempurna etika, sistematis dalam berfikir, memiliki ketajaman intuisi, giat dalam berkreasi, memiliki toleransi pada orang lain, berkompetensi dalam mengungkap bahasa lisan dan tulis, serta memiliki beberapa keterampilan.7

Sedangkan Abdurrahman an-Nahwali menjabarkan konsep Tarbiyah tersebut dalam empat unseur, yakni: memelihara pertumbuhan fithrah manusia, mengarahkan perkembangan fithrah manusia menuju kesempurnaannya, mengembangkan potensi insani (sumber daya manusia) untuk mencapai kualitas tertentu, dan melaksanakan usaha-usaha tersebut secara bertahap sesuai dengan irama perkembangan anak didik.8

Secara keseluruhan definisi yang bertemakan pendidikan Islam di atas mengandung pengertian bahwa yang dimaksud dengan pendidikan Islam adalah upaya membimbing, mengarahkan, membina dan

7

Muhammad Athiyah al Abrasyi, al Tarbiyah al Islamiyah, cet. 3, (Dar Al Fikr Al Arabi, tt) h.100

8 Abdur Rahman An-Nahlawi, Usulut Tarbiyatil Islamiyah wa asalibiha fil Madrasati wal Mujtama’, (Darul Fikr, Damsyik, 1979), hh. 13-14.

(29)

mengembangkan fithrah peserta didik sebagai manusia yang dilakukan secara sadar, terencana, sistematis agar terbentuk suatu kepribadian yang utama (manusia integratif) sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam yang bersumber pada Al-qur’an dan as-sunah.

Definisi Pendidikan Agama Islam disebutkan dalam Kurikulum 2006 tentang Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk menganal, memahami, menghayati, mengimani, bertaqwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama islam dari sumber utamanya kitab suci Al-qur’an dan Hadist, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.9

Pendidikan merupakan kata yang sudah sangat umum. Karena itu, boleh dikatakan bahwa setiap orang mengenal istilah pendidikan. Begitu juga Pendidikan Agama Islam (PAI). Masyarakat awam mempersepsikan pendidikan itu identic dengan sekolah, pemberian pelajaran, melatih anak dan sebagainya. Sebagian masyarakat lainnya memiliki persepsi bahwa pendidikan itu menyangkut berbagai aspek yang sangat luas, termasuk semua pengalaman yang diperoleh anak dalam pembentukan dan pematangan pribadinya, baik yang dilakukan oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri. Sedangkan pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai Islam dan berisikan ajaran Islam.

Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Proses pembelajaran pada

9 Departemen Pendidikan Nasional, Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, Sekolah

(30)

setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menantang dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik.10

Agama Islam di SMP bertujuan untuk Menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.11

Pengembangan Pendidikan Agama Islam pada sekolah mengacu kepada Peraturan (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional (SNP) terutama pada standar isi, standar proses pembelajaran, standar pendidik dan tenaga kependidikan, serta sarana dan prasarana pendidikan.12

Tujuan Pendidikan Islam dan Tujuan Pendidikan secara umum tertuang dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 disebutkan bahwa: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bengsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi amnesia yang beriman dan bertaqwa kepada

10

Rusman, Model-Model Pembelajaran,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), h.4 11 Departemen Pendidikan Nasional, Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, Sekolah

Menengah Pertama & Tsanawiyah, (Jakarta:2003), h.8

(31)

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara demokrasi dan tanggung jawab.13

Setiap guru Pendidikan Agama Islam harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai berbagai metode yang dapat digunakan dalam situasi tertentu secara tepat. Guru harus mampu menciptakan suatu situasi yang dapat memudahkan tercapainya tujuan pendidikan. Menciptakan situasi berarti memberikan motivasi agar dapat menarik minat siswa terhadap pendidkkan agama yang disampaikan oleh guru. Karena yang harus mencapai tujuan itu siswa, maka ia harus berminat untuk mencapai tujuan tersebut.

Selanjutnya Pendidikan Agama Islam di SMP berfungsi untuk: 1). Penanaman Nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup didunia dan akhirat, 2). Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkunga keluarga, 3). Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui Pendidikan Agama Islam, 4). Perbaikan kesalahan, kelemahan, peserta didik dalam keyakinan, pengalaman ajaran Agama Islam dalam kehidupan sehari-hari, 5). Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan ghaib), system dan fungsionalnya, dan 6). Penyaluran siswa untuk mendalami pendidikan agama ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi.14

13 UU RI N0. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, h. 57

14 Departemen Pendidikan Nasional, Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, Sekolah

(32)

Pendidikan Agama Islam memiliki kompetensi spesifik untuk menanamkan landasan Al-qur’an dan Hadist Nabi agar siswa beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, berbudi pekerti yang luhur yang tercermin dalam perilaku sehari-hari dalam hubungannya dengan Allah SWT, sesama manusia dan alam sekitar, serta mampu membaca, memahami Kitab Suci Al-qur’an mampu beribadah dan bermuamalah dengan baik dan benar, serta mampu menjaga kerukunan antar umat beragama.

2. Pengertian Belajar

Dalam seluruh proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik. Selain itu, belajar merupakan suatu kegiatan yang sangat penting, karena dengan belajar peserta didik dapat menambah ilmu pengetahuan, wawasan, dan pengalaman. Belajar adalah perilaku untuk memperoleh respon dalam proses menambah pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai yang dilakukan sepanjang hayat. Dengan belajar maka wawasan dan ilmu pengetahuan peserta didik akan semakin bertambah sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki peserta didik. Pendapat tentang belajar tersebut diperkuat oleh pendapat para ahli, sebagai berikut.

Belajar menurut teori behavioristik diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut disebabkan oleh interaksi antara

(33)

stimulus dan respon. Menurut teori behavioristik, inti dari belajar adalah kemampuan seseorang melakukan respon terhadap stimulus yang datang kepada dirinya. Belajar menurut teori kognitif diartikan proses untuk membangun persepsi seseorang dari sebuah obyek yang dilihat. Oleh sebab itu, belajar menurut teori ini adalah lebih mementingkan proses daripada hasil. Menurut pandangan teori konstruktivisme, belajar adalah upaya untuk membangun pemahaman atau persepsi atas dasar pengalaman yang dialami siswa, oleh karena itu belajar menurut pandangan teori ini merupakan proses untuk memberikan pengalaman nyata bagi siswa.15

Menurut Sabri dalam Musfiqon, belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dari pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar ialah perubahan tingkah laku baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi. Belajar juga diartikan suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai-nilai sikap. Menurut Syah dalam Musfiqon, belajar berarti kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Artinya, berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa.

Skinner dalam Musfiqon, seperti yang dikutip Barlow dalam bukunya Educational Psychology: The Teaching-Learning Process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian

15Zainal Aqib, Model-Model,Media,dan Strategi Pembelajaran Konstekstual (Inovatif),

(34)

tingkah laku) yang berlangsung secara progresif.16 Chaplin dalam Musfiqon, membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama berbunyi

“. acquisition of any relatively permanent change in behavior as a result of practice and experience" (Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku

yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman). Rumusan yang kedua adalah: “Process of acquiring responces as a result of special

practice” (Belajar ialah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat

adanya latihan khusus).17

Reber dalam kamusnya, Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah “The process of

acquiring knowledge’ (proses memperoleh pengetahuan). Kedua, belajar

adalah “A relatively permanent change in respons potentiality which occurs

as a result of reinforced practice ” (suatu perubahan kemampuan bereaksi

yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat).18

Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh pengetahuan, keterampilan maupun pengalaman yang dialami oleh peserta didik.

1. Tujuan Belajar

Lingkungan belajar yang kondusif diperlukan untuk mendukung usaha pencapain tujuan belajar. Sistem lingkungan belajar dipengaruhi oleh

16 Musfiqon, Pengembangan Media Dan Sumber Pembelajaran, (Jakarta: PT Prestasi Pustakarya, 2012), h. 2

17 Musfiqon, Pengembangan Media Dan Sumber Pembelajaran, (Jakarta: PT Prestasi Pustakarya, 2012), h. 3

(35)

komponen - komponen belajar. komponen - komponen tersebut yaitu tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, materi yang ingin diajarkan, guru dan siswa yang memainkan peranan serta dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan.

Tujuan belajar yaitu tujuan yang ingin dicapai dalam proses belajar. Tujuan tersebut meliputi tujuan untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, serta pembentukan sikap peserta didik. Pendapat tentang tujuan belajar tersebut diperkuat oleh pendapat para ahli, sebagai berikut.

Sardiman menyebutkan tujuan belajar ada tiga macam:

a. Untuk mendapatkan pengetahuan. Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Tujuan ini yang cenderung lebih besar perkembangannya di dalam kegiatan belajar. Dalam hal ini guru berperan sebagai pengajar, dimana siswa diberikan pengetahuan sehingga pengetahuan siswa meningkat dan siswa dengan sendirinya akan mengembangkan cara berpikir dalam rangka memperkaya pengetahuannya.

b. Penanaman konsep dan keterampilan. Penanaman konsep ini membutuhkan keterampilan, baik keterampilan jasmani maupun rohani. Kemampuan dapat ditingkatkan dengan cara banyak melatih kemampuan.

c. Pembentukan sikap. Pembentukan sikap mental dan perilaku peserta didik tidak terlepas dari penanaman nilai. Penanaman nilai pada peserta didik tidak terlepas dari peran seorang guru. Dalam hal ini guru berperan sebagai pendidik,dimana guru harus memberikan contoh yang kepada peserta didik, karena dalam pembentukan sikap guru merupakan contoh atau model yang akan ditiru siswa.19

Guru dalam hal ini berperan sebagai pendidik, tugas guru dalam hal ini yaitu menanamkan nilai kepada peserta didik. Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi peserta didik, guru harus lebih bijak dan berhati - hati dalam pendekatannya, karena guru tersebut sebagai contoh

19 A.M. Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hh. 26-28

(36)

para peserta didik. Dalam mencapai tujuan pembelajaran terdapat prinsip - prinsip belajar sebagai dasar upaya dalam kegiatan belajar.

3. Prinsip - Prinsip Belajar

Prinsip - prinsip belajar dipakai sebagai dasar upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan kinerja mengajarnya. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat dari Dimyati dan Mudjiono menyebutkan prinsip - prinsip belajar terdiri dari tujuh komponen.20

a) Perhatian dan motivasi, dimana perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Tanpa adanya perhatian tidak mungkin terjadi belajar.

b) Keaktifan, dimana belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.

c) Keterlibatan langsung/ berpengalaman, dimana belajar yang paling baik adalah belajar dari pengalaman.

d) Pengulangan, dimana belajar adalah melatih daya - daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamati, menanggapi, mengingat, mengkhayal, merasakan, berfikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya - daya tersebut semakin berkembang.

e) Tantangan, dimana dalam proses belajar peserta didik menghadapi tujuan yang harus dicapai, akan tetapi selalu terdapat hambatan yaitu

20 Dimyati & Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hh. 42-49

(37)

mempelajari materi pelajaran.

f) Balikan dan penguatan, dimana balikan dan penguatan diberikan secara lisan maupun tertulis, baik secara individual maupun secara kelompok klasikal.

g) Perbedaan individual, dimana setiap peserta didik mempunyai karakteristik yang berbeda - beda.

Pendapat lain dikemukakan oleh Hamalik yang menyebutkan prinsip - prinsip belajar sebagai berikut : (1) belajar adalah modifikasi kelakuan melalui pengalaman, (2) belajar adalah suatu proses, (3) belajar dengan jalan mengalami, (4) pengalaman pribadi dan pengalaman bangsa, (5) hasil dan bukti belajar berupa adanya perubahan tingkah laku, (6) ciri - ciri belajar, (7) faktor - faktor belajar, (8) teori transfer hasil belajar.21

Prinsip - prinsip belajar dapat dimaknai sebagai dasar upaya yang dilakukan dalam proses pembelajaran guna mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar.

Faktor - faktor belajar merupakan salah satu bagian dari prinsip belajar, dimana prinsip belajar merupakan pedoman sesorang atau peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajar. Peran faktor belajar pada proses pembelajaran sangat berpengaruh, terutama dalam mendukung usaha peserta didik untuk mecapai tujuan pembelajaran.

4. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Proses belajar yang berlangsung dipengaruhi oleh banyak faktor.

(38)

Faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor internal dan eksternal peserta didik. Faktor internal meliputi kondisi fisik meliputi kesehatan peserta didik, kondisi psikis meliputi motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik, dan kondisi sosial meliputi lingkungan tempat belajar peserta didik. Sedangakan faktor eksternal meliputi variasi dan tingkat kesulitan materi belajar, tempat belajar, iklim belajar, suasana lingkungan dan budaya belajar. Pendapat tersebut diperkuat oleh pendapat dari Soemanto yang menyebutkan, faktor - faktor belajar digolongkan menjadi tiga macam,22 yaitu:

a. Faktor - faktor stimuli belajar

Faktor - faktor stimuli belajar yaitu segala hal diluar individu yang merangsang individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimuli dalam hal ini mencakup materiil, penegasan, serta suasana lingkungan eksternal, yang harus diterima atau dipelajari oleh siswa. Faktor - faktor yang berhubungan dengan stimuli belajar antara lain, panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, berartinya bahan pelajaran, berat ringannya tugas, suasana lingkungan eksternal. b. Faktor - faktor metode belajar

Metode mengajar yang dipakai oleh guru sangat mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh si pelajar. Faktor - faktor metode belajar antara lain, kegiatan berlatih atau praktik, overlearning dan drill, resitasi selama belajar, pengenalan tentang hasil - hasil belajar, belajar dengan keseluruhan dan dengan bagian - bagian, pengenalan modalitas indra,

(39)

penggunaan dalam belajar, bimbingan dalam belajar, dan kondisi - kondisi insentif.

c. Faktor - faktor individual

Faktor - faktor individu sangat besar pengaruhnya terhadap belajar seseorang adapun faktor - faktor individual itu antara lain, kematangan, faktor usia kronologis, faktor perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani, kondisi kesehatan rohani, dan motivasi.

Pendapat lain mengenai faktor belajar yaitu menurut Purwanto yang mengatakan faktor - faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik yaitu: faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut faktor

individual; faktor yang ada di luar individu yang disebut faktor sosial.23

Faktor individual yang mempengaruhi belajar antara lain: faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi . Sedangkan faktor sosial yang mempengaruhi belajar antara lain: faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat - alat yang digunakan dalam belajar - mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, motivasi sosial.

Djamarah menyebutkan faktor yang mempengaruhi belajar antara lain : (1) Lingkungan yang meliputi lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya; (2) Instrumenal yang meliputi kurikulum, program, sarana dan fasilitas, serta Guru; (3) kondisi fisiologis; (4) kondisi psikologis yang meliputi minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan kognitif.24

23 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar , ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011), h. 102 24 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2011), h. 175

(40)

Bersumber pada pendapat - pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal (intern), diantaranya adalah Self-esteem dan motivasi belajar. Self-esteem dan motivasi belajar merupakan faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik yang berperan mendorong peserta didik dalam pencapaian tujuan belajar.

5. Pengertian Hasil belajar

Proses belajar yang diikuti oleh peserta didik akan mendapatkan hasil, yang disebut hasil belajar. Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian “hasil ” menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.25

Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dari proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan.26 Menurut Winkel hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.27

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku dan kemampuan peserta didik yang diperoleh setelah mengalami kegiatan belajar. Hasil belajar tersebut sesuai dengan apa yang dipelajari oleh peserta didik dan apa

25 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar , ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011), Hal. 44 26 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar , Hal. 54

(41)

yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar berhubungan pada proses pembelajaran. Pendapat ini diperkuat oleh pendapat dari Suprijono.

Suprijono mengemukakan, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.28 Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek - aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik. Menurut Gagne yang dikutip oleh Suprijono memaparkan bahwa hasil belajar terdiri dari informasi verbal yang berupa pengetahuan, keterampilan, intelek, keterampilan motorik, sikap dan siasat kognitif.29 Untuk mengetahui seberapa penyampaian hasil belajar yang diperoleh individu (peserta didik) harus dilakukan suatu penilaian. Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes maupun non tes.

Caplin menjelaskan belajar adalah Perolehan perubahan tingkah laku yang relatif mantap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Dengan demikian belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif meningkat sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.30

28

Agus Suprijono, Cooperative Lerning, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013), h. 7 29 Agus Suprijono, Cooperative Lerning, ibid, hh. 5-6

30.Ahmad Ahwan, Dimensi Etika Belajar Mengajar Dalam Pendidikan Islam (Yogyakarta: Gama Media, 2010) Hal. 19

(42)

Purwanto menambahkan bahwa hasil belajar dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.31 Menurut Bloom yang dikutip oleh Sudjana membaginya menjadi tiga ranah, yaitu: ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.32 Bloom dalam Poerwanti mengelompokkan kemampuan manusia ke dalam dua ranah (domain) utama, yaitu ranah kognitif dan ranah non-kognitif.33

Ranah non-kognitif dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu ranah afektif dan ranah psikomotorik. Setiap ranah diklasifikasikan secara berjenjang mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks. Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi, dan kreasi. Pengetahuan (knowledge), pada jenjang ini siswa dituntut untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, fakta tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. Pada jenjang pemahaman siswa dituntut untuk memiliki kemampuan memahami atau mengerti tentang apa yang diajarkan, mengerti apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain. Pada jenjang penerapan siswa dituntut untuk dapat menggunakan ide-ide umum, tata cara atau metode - metode, prinsip- prinsip, serta teori-teori dalam situasi baru dan konkret. Pada jenjang analisis siswa dituntut untuk dapat menguraikan suatu situasi baru dan konkret. Jenjang analisis, pada jenjang ini siswa dituntut untuk dapat menguraikan suatu situasi atau

31 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 46 32

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hh. 22-23

33 Endang Poerwanti, Asesmen Pembelajaran SD, (Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional, 2008), hh. 1-23

(43)

keadaan tertentu ke dalam unsur - unsur atau komponen pembentuknya. Jenjang evaluasi dan jenjang kreasi, dimana siswa dituntut untuk dapat menciptakan suatu karya yang berkaitan dengan materi yang telah diajarkan. Ranah afektif, berkaitan dengan sikap. Aspek afektif, berkaitan dengan kemampuan berkomunikasi dan bersikap positif sesuai dengan norma yang berlaku, contoh : peserta didik dapat menjalin interaksi yang baik dengan sesama teman dan masyarakat disekitarnya.

Ranah psikomotorik, berkaitan dengan hasil belajar keterampilan, dan kemampuan bertindak yang meliputi kemampuan peserta didik dalam mengembangkan pengetahuan dan keilmuan.

Jadi dapat peneliti simpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil baik yang di peroleh atau di capai oleh seseorang pada saat menuntut ilmu di dalam proses belajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang di hadapi adalah sampai di tingkat manakah hasil belajar yang telah di capai. Pada penelitian ini, peneliti membatasi penelitian pada ranah kognitif peserta didik pada mata pelajaran PAI, sehingga tujuan PAI dapat dikatakan tercapai oleh peserta didik apabila peserta didik dapat mencapai aspek kognitif yang meliputi kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan menyusun alternatif pemecahan masalah.

B. Self-esteem

1. Pengertian Self-esteem

Self-esteem disebut juga sebagai harga diri dalam bahasa Indonesia.

(44)

individu terhadap dirinya sendiri dalam rentang positif sampai negatif atau tinggi sampai rendah yang dipengaruhi oleh interaksi orang lain terhadap dirinya, serta adanya perasaan bahwa dirinya mampu, berarti, berharga, dan bernilai.34 Definisi senada diungkapkan oleh Christia bahwa self-esteem adalah proses evaluasi diri seseorang terhadap kualitas-kualitas dalam dirinya dan terjadi terus menerus dalam diri manusia.35

Santrock menyebutkan bahwa Self-esteem juga sering disebut

self-image (gambaran diri) atau self-worth (kebernilaian diri).36 Sementara itu, Rosenberg mengatakan bahwa Self-esteem mengacu pada evaluasi keseluruhan seseorang dari kelayakannya sebagai seorang manusia.37

Harga diri menurut Santrock dalam Desmita adalah evalusi individu terhadap dirinya sendiri secara positif atau negatif.38 Evaluasi individu tersebut terlihat dari penghargaan yang ia berikan terhadap eksistensi dan keberartian dirinya, individu yang memiliki harga diri positif akan menerima dan menghargai dirinya sendiri sebagaimana adanya serta tidak cepat-cepat menyalakan dirinya atas kekurangan atau ketidaksempurnaan dirinya. Ia selalu merasa puas dan bangga dengan hasil karyanya sendiri dan selalu percaya diri dalam menghadapi berbagai tantangan. Sebaliknya, invidu yang memiliki harga diri negatif merasa dirinya tidak berguna, tidak

34

Yulianti Kusuma Dewi, dkk, jurnal: “Hubungan Antara Harga Diri dan Motivasi

Berprestasi Dengan Kematangan Karir Pada Siswa Kelas XISMK Negeri 3 Surakarta”,

(Universitas Sebelas Maret), h. 3 35

Mellia Christia,” Inner Voice Dan Self-Esteem”, Vol. 11, No. 1 , (Depok: UI, 2007), h. 38

36 John W. Santrock, Adolescence: Perkembangan Remaja. Edisi keenam, (Jakarta: Erlangga, 2003), h. 336

37 M. Rosenberg, Society and the adolescent self-image, (Princeton, NJ: Princeton University Press, 1965), h. 2

38 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Panduan Bagi Orang Tua Dan

Guru Dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP, Dan SMA, (PT. Remaja

(45)

berharga, dan selalu menyalahkan dirinya atas ketidaksempurnaan. Ia cenderung tidak percaya diri dalam melakukan setiap tugas dan tidak yakin dengan ide- ide yang dimilikinya.

Sementara itu, menurut Mirels dan McPeek dalam Ghufron berpendapat bahwa harga diri sebenarnya memiliki dua pengertian, yaitu pengertian yang berhubungan dengan harga diri akademik dan harga diri non-akademik.39 Contoh harga diri akademik adalah jika seseorang mempunyai harga diri tinggi karena kesuksesannya di bangku sekolah, tetapi pada saat yang sama ia tidak merasa berharga karena penampilan fisiknya kurang meyakinkan, misalnya postur tubuhnya terlalu pendek. Sementara itu, contoh harga diri non-akademik adalah jika seorang mungkin memiliki harga diri yang tinggi karena cakap dan sempurna dalam salah satu cabang olahraga. Tetapi, pada saat yang sama merasa kurang berharga karena kegagalannya di bidang pendidikan khususnya berkaitan dengan kecakapan verbal.

Dapat disimpulkan bahwa Self-esteem adalah proses evaluasi diri seseorang terhadap kualitas-kualitas dalam dirinya dan terjadi terus menerus dalam diri manusia, yaitu evaluasi seseorang terhadap dirinya sendiri baik secara positif dan atau negatif yang berhubungan dengan akademik maupun non-akademik.

39 M. Nur Ghufron, & Rini Risnawati S., Teori-Teori Psikologi, (Ar-ruzz Media Group: Yogyakarata, 2010), h. 73

(46)

2. Pembentukan Self-esteem

Menurut Bradshaw dalam Ghufron proses pembentukan harga diri telah dimulai saat bayi merasakan tepukan pertama kali yang diterima orang mengenai kelahirannya.40 Sedangkan Drajat seperti yang dikutip oleh Gufron menyebutkan bahwa harga diri sudah terbentuk pada masa kanak-kanak sehingga seorang anak sangat perlu mendapatkan rasa penghargaan dari orang tuanya.41 Proses selanjutnya, harga diri dibentuk melalui perlakuan yang diterima individu dari orang lingkungannya, seperti dimanja dan diperhatikan orang tua dan orang lain. Dengan demikian, harga diri bukan merupakan faktor yang bersifat bawaan, melainkan faktor yang dapat dipelajari dan terbentuknya sepanjang pengalaman individu.

Coopersmith mengungkapkan empat aspek pembentukan harga diri42, yaitu:

a. Kekuatan Individu (Power)

Yaitu dalam arti kemampuan untuk bisa mengatur dan mengontrol perilaku orang lain. Kemampuan ini ditandai oleh adanya pengakuan dari rasa hormat yang diterima oleh individu dari orang lain dan besaranya sumbangan dari pikiran atau pendapat dan kebenarannya. Keberhasilan ini diukur oleh kemampuan untuk mempengaruhi aksinya dengan mengontrol perilaku sendiri dan mempengaruhi orang lain. Pada situasi tertentu, power tersebut muncul melalui pengakuan dan penghargaan yang diterima oleh

40 M. Nur Ghufron, & Rini Risnawati S., Teori-Teori Psikologi, (Ar-ruzz Media Group: Yogyakarata, 2010), h. 83

41

M. Nur Ghufron, & Rini Risnawati S., Teori-Teori Psikologi, (Ar-ruzz Media Group: Yogyakarata, 2010), h. 83

42 Stanley Coopersmith, The Antecedents of Self Esteem, (San Francisco: W.H. Freeman, 1967), hh. 37-43

(47)

individu dari orang lain dan melalui kualitas penilaian terhadap pendapat-pendapat dan hak- haknya.

b. Keberartian Individu (Significance)

Keberartian yaitu adanya kepedulian, perhatian dan kasih sayang yang diterima oleh individu dari orang lain. Keberartian ini di tandai dengan kehangatan, responsive, minat dan menyukai individu apa adanya (keberartian diri). Keberartian diri juga menyangkut seberapa besar individu percaya bahwa dirinya mampu, berarti dan berharga menurut standard dan nilai pribadi. Penghargaan inilah yang dimaksud dengan keberartian diri.

c. Kebajikan Individu (Virtue)

Kebajikan yaitu ketaatan atau kepatuhan terhadap aturan- aturan, norma dan ketentuan-ketentuan yang ada dalam masyarakat dan agama. Semakin taat terhadap hal-hal yang sudah ditetapkan di masyarakat dan agama, maka semakin besar keampuan individu untuk dapat dianggap sebagai panutan masyarakat. Oleh sebab itu, semakin tinggi pula penerimaan masyarakat terhadap individu tersebut. Hal ini mendorong harga diri yang tinggi.

d. Keberhasilan Individu (Competence)

Keberhasilan dalam arti sukses dan mampu memenuhi tuntutan profesi. Ditandai oleh keberhasilan individu dalam mengerjakan bermacam-macam tugas atau pekerjaan dengan baik dan bervariasi untuk tiap level dan

(48)

kelompok tertentu. Apabila individu mengalami kegagalan, maka harga dirinya akan menjadi rendah. Begitu juga sebaliknya, apabila performansi seseorang sesuai dengan tuntutan dan harapan, maka ia akan memiliki harga diri yang tinggi.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self-esteem

Menurut Koentjoro harga diri yang dimiliki oleh individu selalu mengalami perkembangan. Hal-hal yang mempengaruhi harga diri adalah:43

a. Lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga merupakan tempat sosialisasi pertama bagi anak. Perlakuan adil, pemberian kesempatan untuk aktif dan pendidikan yang demokratis di dapat pada anak yang memiliki harga diri yang tinggi. b. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial tempat individu mempengaruhi bagi pembentukan harga diri. Individu mulai menyadari bahwa dirinya berharga sebagai individu dengan lingkungannya. Kehilangan kasih sayang, penghinaan, dan dijauhi teman sebaya akan menurunkan harga diri. Sebaliknya pengalaman, keberhasilan, persahabatan, dan kemasyuran akan meningkatkan harga diri.

c. Faktor psikologis

Penerimaan diri akan mengarahkan individu mampu menentukan arah dirinya pada saat mulai memasuki hidup bermasyarakat sebagai anggota masyarakat yang sudah dewasa.

43 Meida Devi Wardhani, Skripsi: “Hubungan Antara Konformitas Dan Harga Diri

Dengan Perilaku Konsumtif Pada Remaja Putri”, (Surakarta : Program Studi Psikologi

(49)

d. Jenis kelamin

Perbedaan jenis kelamin mengakibatkan terjadinya perbedaan dalam pola pikir, cara berpikir, dan bertindak antara laki-laki dan perempuan.

Di sisi lain, Lutan mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Self-esteem yaitu sebagai berikut:44

a. Orang tua

Orang tua merupakan sumber utama pembentuk Self-esteem , khususnya di kalangan anak-anak. Pemberian yang paling berharga dari orang tua adalah meletakkan landasan Self-esteem yang kokoh, mengembangkan kepercayaan diri dari hormat diri. Orang tua sebaiknya dapat menumbuh kembangkan Self-esteem melalui beberapa cara, diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Kritik tertuju kepada perilaku, bukan kepada anak;

2) Memberi perhatian kepada anak apabila mencapai hasil yang bagus;

3) Memberikan penghargaan kepada usaha anak, bukan hanya pada hasil akhir;

4) Lebih banyak menunjukkan kasih dengan memeluk, merangkul sambil mengutarakan kata-kata sayang;

5) Memberikan kesempatan agar anak sering merasa pengalaman sukses.

b. Para Sejawat dan Teman

Orang-orang terdekat dalam kehidupan keseharian akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan Self-esteem . Ketika anak berada di lingkungan sekolah dengan teman yang sering memperoloknya, maka

2S“Positive Self-Esteem (Self-Esteem Yang Sehat)”, diakses melalui http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/197409072001121- DIDIN_BUDIMAN/psikologi_anak_dlm_penjas/self_esteem.pdf, pada 7 September 2016

Gambar

Tabel 3.1 Data Siswa Kelas IX SMP PGRI 2 Sukadana Lampung  Timur Tahun Akademik 2017/2018
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam  Standar Kompetensi  Kompetensi Dasar  No
Tabel 3.4 Tabel Kisi-Kisi Instrumen Self-esteem
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Sekolah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah menentukan estimasi fungsi tahan hidup pada data penderita leukemia dan data simulasi dengan

Hipotesis yang peneliti rumuskan dalam penelitian ini adalah pengaruh kualitas pelayanan dan perilaku invidu konsumen berpengaruh baik secara parsial maupun

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kepemimpinan, motivasi, pengawasan melekat, dan pendidikan terhadap prestasi kerja pegawai Badan Informasi dan Komunikasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa akibat hukum dari pelaksanaan Perpanjangan perjanjian kredit dengan akta yang dibuat secara dibawah tangan dan dengan jaminan

Alhamdulillah, Segala puji kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, taufik dan inayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis yang

Refleksi ini dilakukan untuk menentukan apakah tindakan Siklus II harus diulangi atau sudah mencapai keberhasilan, dari kegiatan proses pembelajaran dengan menggunakan

Untuk membatasi kesalah pahaman dalam masalah yang akan di bahas, maka peneliti membatasi masalah yaitu “ Perbedaan hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimanakah penerapan metode pembelajaran pembelajaran peta konsep