ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI MENURUT TEORI ANDERSON DAN KRATHWOHL MATERI PROGRAM LINEAR
PADA PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 18 BONE
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
OLEH : Nur Ahyana NIM. 10536 11047 16
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Janganlah Kamu Takut dan Janganlah Kamu Bersedih Hati. Sesungguhnya Allah Ada Bersama Kita” (Q.S At-Taubah:40)” “ Selesaikan Apa Yang Kamu Mulai, Apapun Itu Jalani dan Syukuri”
“Bukan Aku Yang Hebat, Tapi Doa Orang Tua Ku Yang Kuat"
Karya kecil ini kupersembahkan untuk:
Alm ayahanda Palinrungi, Terimakasih untuk 21 tahun 4 bulan 14 harinya. Sabar dan teguhmu menjadi kekuatan buatku.
Ibunda Tercinta Nur Kaya yang darah, air mata, cinta kasih sayang, air susu dan keringatnya mengalir di dalam tubuhku. Terimakasih untuk tetap kuat sampai saat ini.
Untuk saudara-saudara(i) ku tercinta, serta seluruh keluarga besarku yang selalu mendukung dan memberikan semangat kepadaku dalam menyelesaikan studiku selama ini.
vii ABSTRAK
Nur Ahyana, 2020, Analisis Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Menurut Teori Anderson dan Krathwohl Materi Program Linear pada Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 18 Bone. Skripsi. Jurusan Pendidikan Matematika. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Andi Alim Syahri, S.Pd., M.Pd. sebagai Pembimbing I dan Kristiawati, S.Pd., M.Pd. sebagai Pembimbing II.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik berdasarkan teori Anderson dan Krathwohl materi program linear pada level menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Kelas yang dipilih adalah kelas XI MIA 1 semester ganjil yang telah mempelajari materi program linear, kelas tersebut dipilih berdasarkan kelas yang memiliki hasil belajar yang tinggi atau aktif dan berprestasi diantara kelas XI yang lain. Subjek dalam penelitian ini berdasarkan hasil tes yang terdiri dari 2 peserta didik yang memiliki nilai tertinggi. Instumen dalam penelitian ini adalah tes kemampuan berpikir tingkat tinggi dan wawancara. Adapun teknik pemeriksaan keabsahan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek dapat memenuhi kemampuan berpikir tingkat tinggi dilihat dari level menganalisis, dimana subjek dapat membedakan hal-hal yang relevan, dapat mengorganisasikan informasi dan dapat menghubungakan informasi dalam suatu konsep. Pada level mengevaluasi, subjek dapat memeriksa fakta-fakta yang ada dan mengkritisi suatu hal yang kurang tepat dan pada level mencipta, subjek dapat menciptakan dan merancang langkah-langkah pemecahan masalah dan menghasilkan produk baru.
Kata Kunci: Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi, Teori Anderson dan Krathwohl.
viii ABSTRACT
Nur Ahyana, 2020, Analysis of High order Thinking Skiill according to Anderson and Krathwohl Theory of Linear Program Material for Class XI Students of SMA Negeri 18 Bone. Essay. Mathematics major. Faculty of Teacher Training and Education. Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by Andi Alim Syahri, S.Pd., M.Pd. as Advisor I and Kristiawati, S.Pd., M.Pd. as Advisor II.
This study aims to determine the students' high-order thinking skills based on Anderson and Krathwohl's theory of linear programming material at the level of analyzing, evaluating and creating. This type of research used in this research is descriptive research. The class chosen is class XI MIA 1 odd semester that has studied linear program material, the class is selected based on classes that have high learning outcomes or are active and have good achievement among other XI classes. The subjects in this study were based on the results of the tests which consisted of 2 students who had the highest scores. The instruments in this study were tests of higher order thinking skills and interviews. Data analysis in this research is carried out in stages which include data collection, data reduction, data presentation and conclusion drawing. The data validity checking technique in this study was carried out by using triangulation of sources. The results show that the subject can meet high-order thinking skills seen from the level of analysis, where the subject can distinguish relevant things, can organize information and can connect information in a concept. At the level of evaluating, the subject can check existing facts and criticize something that is not quite right and at the level of creation, the subject can create and design problem-solving steps and produce new products.
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Rabbil ‘Alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang karena-Nya kita hidup dan hanya kepada-Nya kita kembali. Tuhan yang maha kuasa yang telah memberikan pertolongan kepada hambanya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Salam dan shalawat semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, para keluarganya, para sahabatnya serta orang-orang yang tetap istiqomah di jalan-Nya.
Teristimewa dan terutama sekali penulis sampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada kedua orang tua tercinta Nur Kaya dan Palinrungi atas segala pengorbanan dan do’a restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu sejak kecil sampai sekarang ini. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi kebaikan dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan di akhirat.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan motivasi dari banyak pihak, maka skripsi ini tidak dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Andi Alim Syahri, S.Pd., M.Pd. Pembimbing I dan Kristiawati, S.Pd.,M.Pd pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta motivasi sejak awal penyusunan proposal hingga selesaianya skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Erwin Akib, M.Pd., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
x
4. Bapak Mukhlis, S.Pd., M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Bapak Ma’rup, S.Pd., M.Pd., Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, sekaligus sebagai validator pada saat penyusunan instrumen penelitian.
6. Bapak Dr. Haerul Syam, M.Pd., Sebagai validator pada saat penyusunan instrumen penelitian,
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan khususnya Jurusan Pendidikan Matematika yang telah mendidik dan memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama menempuh kuliah.
8. Bapak Drs. Muhammad Syahrir, M.H. Selaku kepala SMA Negeri 18 Bone atas kesediaannya memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
9. Ibu Sumarni, S.Pd., Guru bidang studi matematika yang telah memberikan bantuan dan masukan selama penulis melaksanakan penelitian.
10. Adik-adik kelas XI Mia 1 SMA Negeri 18 Bone yang telah membantu penulis untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
11. Keluarga dan saudara(i) yang telah memberi dorongan dan motivasi.
12. Kepada sahabat seperjuanganku yang aku sayangi karena Allah Subhana Wata’ala yaitu Ramlah, Yulinar, Dwi Puspa Melati Syam, Syamsinar dan Hamrawati yang telah banyak membantu dan mensuport.
xi
13. Saudara-saudariku mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Angkatan 2016 terkhusus Kelas 2016 B yang telah berjuang bersama selama kurang lebih empat tahun untuk bersama-sama menimba ilmu di bangku perkuliahan, atas segala perhatian dan kebersamaan kita selama ini.
14. Seluruh pihak yang belum sempat dituliskan satu persatu, atas segala perannya sehingga karya ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa betapapun telah berusaha memberikan yang terbaik dalam penyusunan karya ini, namun tentu tidak akan mencapai kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kemudian menjadi bahan perbaikan karya ini.
Hanya Allah Subuhana Wata’ala yang dapat memberikan imbalan yang setimpal. Semoga keikhlasan dan bantuan yang telah diberikan memperoleh ganjaran di sisi-Nya. Aamiin.
Makassar, Februari 2021
xii DAFTAR ISI
SAMPUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERSETUJUAAN PEMBIMBING ... iii
SURAT PERNYATAAN ... iv
SURAT PERJANJIAN ... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 6 C. Tujuan Penelitian ... 7 D. Manfaat Penelitian ... 7 E. Batasan Istilah ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi ... 10
B. Indikator Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi ... 11
C. Syarat-syarat Soal HOTS ... 11
D. Taksonomi Anderson dan Krathwohl ... 13
E. Indikator Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Berdasarkan Anderson dan Krathwohl ... 19
F. Program Linear ... 20
G. Penelitian Relevan ... 26
H. Kerangka Pikir ... 27
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 29
xiii
C. Prosedur Penelitian ... 30
D. Instrumen Penelitian ... 30
E. Teknik Pengumpulan Data ... 33
F. Teknik Analisis Data ... 34
G. Pengecekan Keabsahan Data ... 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data ... 36
B. Pembahasan ... 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 52
B. Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA ... 53 LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Taksonomi Bloom dan Anderson ... 14
Tabel 2.2 Dimensi Proses Kognitif ... 17
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Soal ... 31
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara ... 32
Tabel 4.1 Paparan Data Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Level Menganalisis ... 39
Tabel 4.2 Paparan Data Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Level Mengevaluasi ... 43
Tabel 4.3 Paparan Data Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Level Mencipta ... 47
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Jawaban Peserta Didik pada Tahap Menganalisis ... 4
Gambar 1.2 Jawaban Peserta Didik pada Tahap Mengevaluasi ... 5
Gambar 1.3 Jawaban Peserta Didik pada Tahap Mencipta ... 5
Gambar 4.1 Jawaban S1 Level Menganalisis ... 37
Gambar 4.2 Jawaban S2 Level Menganalisis ... 38
Gambar 4.3 Jawaban S1 Level Mengevaluasi ... 41
Gambar 4.4 Jawaban S2 Level Mengevaluasi ... 42
Gambar 4.5 Jawaban S1 Level Mencipta ... 45
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada zaman ini, dibutuhkan potensi yang mampu bersaing pada perkembangan zaman yang semakin maju. Potensi ini dapat diperoleh melalui pendidikan yang berkualitas dan bermutu tinggi disemua jenjang pendidikan. Pendidikan membantu manusia memaksimalkan potensi yang dimilikinya.
Menurut Colin Rose dan Malcolm (Helmawati, 2019:4) menyatakan bahwa keberhasilan pada abad ke-21 bergantung pada kemampuan kita mengembangkan keterampilan yang tepat untuk menguasai kekuatan kecepatan, kompleksitas, dan ketidakpastian yang berhubungan satu sama lain. Problematik hidup yang makin kompleks mengharuskan peserta didik untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan. Maka dari itu, kemampuan berpikir harus lebih dikembangkan sehingga dapat menghadapi perubahan zaman, jangan sampai akhirnya mereka menjadi korban dari perubahan kemajuan itu sendiri.
Keterampilan berpikir merupakan salah satu ke cakapan hidup yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan. Maka diperlukan suatu terobosan yang bisa memperbaiki mutu pendidikan ke arah lebih bagus dan untuk mengembangkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri. Adapun indikator pembelajaran bermutu yaitu peserta didik mampu belajar secara mandiri dan dapat mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Peserta didik dikatakan mampu berpikir
tingkat tinggi apabila peserta didik tidak hanya mampu hafal informasi namun juga dapat menerapkan informasi tersebut pada situasi tertentu.
Belajar bukan hanya aktivitas mengetahui jawaban, belajar bukan hanya dilihat dengan prestasi dan hasil ujian, bukan hanya aktivitas diatas kertas. Belajar merupakan perjalanan tanpa batas untuk menciptakan pemahaman dan personal kita sendiri.
Namun pada kenyataannya, hasil belajar matematika peserta didik di Indonesia masih sangat kurang. (Indah, 2019) dalam pernyataan Kemdikbud, 2016: Laporan TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) tahun 2011 yang dicapai peserta didik Indonesia untuk kategori rendah (400) masih belum tercapai, dan sangat jauh dari kategori mahir (625). Jadi, hal ini yang menyebabkan tingkat kemampuan peserta didik Indonesia masih sangat rendah meskipun soal yang diberikan sudah sangat bervariasi.
Pembelajaran matematika yang mampu melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa ialah pembelajaran yang dapat membuat para siswa dalam menggeluti ide-ide baru, mengerjakan dan bertahan pada penyelesaiannya dalam soal. Hal ini siswa didorong untuk bisa meningkatkan kemampuan tingkat tingginya serta pemahaman sendiri.
Namun kenyataannya proses belajar mengajar di sekolah masih memakai proses belajar mengajar yang kurang bisa melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik. Matematika saat ini masih menjadi hal yang menakutkan, peserta didik beranggapan pelajaran matematika ialah pelajaran yang rumit, penuh dengan angka dan rumus yang mengakibatkan peserta didik kurang tertarik pelajaran matematika bahkan dianggap sebagai hal yang menakutkan.
Padahal dari kurangnya ketertarikan peserta didik dalam pembelajaran matematika sangat berdampak pada peningkatan prestasi belajar siswa dalam matematika.
Pada saat ini, kurikulum yang diterapkan oleh pemerintah menuntut peserta didik untuk berpikir tingkat tinggi. Hal ini dilihat dengan adanya kata kerja yang mengarah pada kemampuan berpikir tingkat tinggi pada kompetensi inti ( KI) kurikulum 2013. Sebagaimana tercantum pada kemdikbud no 24 tahun 2016 mengenai Kompetensi inti kelas XI SMA , sebagai berikut: Kata ”menganalisis” pada KI.3 dan Kata “menyaji” pada KI 4 menunjukkan bahwa dalam kurikulum 2013 peserta didik dituntut untuk memiliki kemampuan bernalar yang merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Benjamin S. Bloom (Wicasari: 2016) teori berpikir memiliki enam tingkatan yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Namun untuk menyesuaikan proses pembelajaran pada zaman ini maka Anderson dan krathwohl yaitu murid dari Bloom merevisi tingkatan berpikir yang terkenal dengan sebutan taksonomi bloom menjadi: mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Terdapat perbedaan Bloom dan Anderson dalam tahap berpikir dimana, Bloom memakai kata benda (noun) sedangkan Anderson dan Krathwohl memakai kata kerja (Verb).
Anderson dan Kathwohl membagi tingkatan kemampuan berpikir menjadi kemampuan berpikir tingkat rendah atau lower order thinking skill (LOST) dan kemampuan berpikir tingkat tinggi atau higher order thinking skill (HOST). LOST terdiri atas kemampuan mengingat, memahami dan
mengaplikasikan. Sedangkan HOST terdiri atas menganalisis, mengevaluasi dan mencipta
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan masih banyak siswa belum mampu meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Dilihat dari observasi kelas dalam mengerjakan soal matematika. Dari 28 peserta didik hanya 1 siswa yang mampu menyelesaikannya soal sampai level mencipta, dan 2 siswa yang mampu sampai pada level mengevaluasi dan 9 peserta didik yang mampu sampai pada level menganalisis, sedangkan 16 lainnya tidak mengerjakan sma sekali.
Tahap menganalisis peserta didik yaitu mampu menganalisis informasi yang didapatkan dan membagi dalam informasi ke dalam bagian yang lebih kecil. Berikut contoh jawaban siswa untuk tahapan menganalisis:
Gambar 1.1 Jawaban siswa tahapan menganalisis
Untuk tahapan mengevaluasi, siswa dituntut dapat mengkrit pernyataan sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Pada observasi ini ditunjukkan ketika peserta didik dapat membedakan kasus maksimal dan minimal. Berikut contoh jawaban siswa untuk tahapan mengevaluasi:
Gambar 1.2Jawaban siswa tahapan mengevaluasi
Untuk tahapan mencipta, siswa dapat membentuk suatu ide. Pada observasi ini dapat ditunjukkan ketika siswa dapat membentuk ide baru untuk menyelesaikan permasalahan. Berikut contoh jawaban siswa pada tahap mencipta:
Gambar 1.3 Jawaban siswa tahapan mencipta
Program linear adalah materi yang biasa melatih kemampuan berpikir peserta didik, materinya berkaitan langsung dengan kehidupan atau kejadian nyata di lingkungan peserta didik (kontekstual). Soal tersebut dapat melatih peserta didik dalam berpikir kritis dan sistematis untuk menyelesaikan
permasalahan pada kehidupan sehari-hari. Program linear juga memiliki bentuk soal yang pada umumnya adalah soal cerita, kemudian untuk menyelesaikan soal tersebut siswa membutuhkan analisis yang lebih mendalam pada soal.
Ketika siswa mempunyai kemampuan berpikir berpikir tingkat tinggi, maka mereka akan mampu memecahkan masalah yang kompleks dan bervariasi. Setiap peserta didik mempunyai kemampuan kognitif yang berbeda-beda, Oleh karena itu mengetahui tingkat berpikir peserta didik menjadi sangat penting untuk pengembangan kemampuan berpikir peserta didik lebih lanjut. Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan berjudul: “Analisis Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Menurut Teori Anderson dan
Krathwohl Materi Program Linear pada Peserta Didik Kelas XI SMA
Negeri 18 Bone”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, maka permasalahan dapat difokuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik pada level menganalisis?
2. Bagaimana gambaran kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik pada level mengevaluasi?
3. Bagaimana gambaran kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik pada level mencipta?
Adapun tujuan yang ingin dicapai yaitu:
1. Untuk mengetahui kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik pada level menganalisis.
2. Untuk Mengetahui kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik pada level mengevaluasi.
3. Untuk mengetahui kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik pada level mencipta.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat: 1. Manfaat Teoritis
Menambah Khazanah pengetahuan dan wawasan untuk meningkatkan mutu pendidikan mengenai kemampuan berpikir peserta didik sesuai dengan teori Anderson dan Krathwohl.
2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa
Diharapkan peserta didik melihat kemampuannya dalam berpikir tingkat tinggi dalam materi program linear, akhirnya peserta didik dapat memotivasi diri sendiri untuk meningkatkan kemampuan belajarnya.
b. Bagi guru
Sebagai bahan informasi guru seberapa besar tingkat kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik dalam menyelesaikan soal dan sebagai referensi guru untuk meningkatkan proses pembelajaran dalam kelas.
Sebagai bahan informasi pihak sekolah mengenai kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik menurut menurut teori Anderson dan Krathwohl sebagai alternatif dalam mengembangkan proses belajar mengajar.
d. Bagi peneliti
Memperluas pengetahuan untuk keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik menurut teori Anderson dan Krathwohl.
E. Batas Istilah
1. Analisis
Analisis merupakan suatu penyelidikan terhadap peristiwa atau kejadian untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.
2. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Kemampuan berpikir tingkat tinggi ialah keterampilan bukan hanya membutuhkan keterampilan mengingat saja, akan tetapi memerlukan kemampuan lain yang lebih tinggi seperti kemampuan menganalisis, mengevaluasi, mencipta.
3. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Menurut Teori Anderson dan Krathwohl
Menurut Anderson dan krathwolh kemampuan berpikir dibagi menjadi dua kemampuan yakni: pertama, kemampuan berpikir tingkat rendah atau lower order thinking skill (LOST), terdiri atas kemampuan mengingat, memahami dan mengaplikasikan. Kedua kemampuan berpikir tingkat tinggi atau higher order thinking skill (HOTS), terdiri atas : Menganalisis, Mengevaluasi,dan Mencipta.
4. Indikator Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Menganalisis
a. Untuk membedakan hal yang relevan dan tidak relevan,
b. Untuk mengorganisasi informasi yang diperoleh dari berbagai sumber,
c. Untuk menghubungkan bagian-bagian yang ada dalam satu konsep atau permasalahan.
Mengevaluasi
a. Mampu memeriksa fakta-fakta yang ada
b. Dapat mengkritik suatu hal yang dirasa kurang tepat atau tidak pada tempatnya.
Mencipta
a. Menciptakan hipotesis atau pemikiran dengan kriteria tertentu b. Merencanakan langkah-langkah pemecahan masalah
c. Menghasilkan produk baru. 5. Program Linear
Materi program linear yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pertidaksamaan linear dua variabel.
10 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Menurut Sumadi (David: 2014) Berpikir yaitu menghubungkan antara bagian-bagian pengetahuan seseorang, untuk berusaha memecahkan suatu permasalahan dengan menghubungkan permasalahan yang satu dengan yang lain, sehingga menarik suatu kesimpulan. Cara berpikir menyelesaikan suatu permasalahan setiap individu pun berbeda tidak harus sama, namun dapat disesuaikan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.
Sementara Krulik dan Rudnick (Helmawati, 2019:139) secara umum menyampaikan bahwa keterampilan berpikir terdiri atas empat: menghafal, dasar, kritis, dan kreatif. Tingkat berpikir paling rendah ialah keterampilan menghafal yaitu keterampilan yang refleksi. Di mana kemampuan hanya pada hal rutin yang bersifat otomatis. Contohnya : menghafal dan mengulang-ulang pelajaran sebelumnya. Sedangkan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking) memacu peserta didik untuk menginterpretasikan, menganalisis bahkan dapat memanipulasi informasi.
Berpikir kritis dan berpikir kreatif merupakan indikator kemampuan berpikir tingkat tinggi. Berpikir kritis adalah proses berpikir yang tersusun seperti menyelesaikan suatu permasalahan, mengambil keputusan, menganalisis, dan melakukan penelitian ilmiah. Sementara berpikir kreatif merupakan sebuah kebiasaan dari pikiran dengan memperhatikan kemampuan, menciptakan imajinasi, memberikan dugaan yang baru, menciptakan pandangan yang luar
biasa, serta memberikan ide baru. Melalui berpikir kreatif dan kritis memungkinkan peserta didik belajar suatu permasalahan secara teratur, merumuskan dan merancang suatu solusi.
B. Indikator Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Menurut Cohen (Meiriza:2015) kemampuan berpikir tingkat tinggi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu: mengambil keputusan, pemecahan masalah, berpikir kritis, dan berpikir kreatif. Dari empat kelompok tersebut diuraikan dalam 10 indikator: 1)Mengambil keputusan, 2)Mengidentifikasi masalah, 3)Analisis, 4)Mengusulkan solusi, 5)Kesimpulan, 6)Evaluasi, 7)Prediksi, 8)Berpikir deduktif, 9)Induktif, 10)kreatif.
Adapun menurut Resnick (Ambar: 2019) kemampuan berpikir tingkat tinggi ialah pemikiran yang mengikut sertakan beberapa sumber dan standar tertentu untuk menyeselesaikan suatu permasalahan. Beberapa indikator HOST menurut Resnisk yaitu: (1)bersifat non algoritmik, yaitu bagian dari tindakan, (2)berpikir secara kompleks, (3)mempunyai beberapa solusi penyelesaian masalah, (4)Definisi yang bermacam-macam, (5)kriteria aplikasi yang melibatkan perdebatan, (6)mengikutsertakan ketidakpastian, tidak semua yang dijelaskan dapat dikuasai (7)mengikutsertakan kontrol diri pada proses berpikir, (8)mampu menemukan struktur permasalahan (9)mengikutsertakan definisi dan penilaian yang dibutuhkan
C. Syarat-Syarat Soal Hots
Soal yang termasuk Higher Order Thinking, mempunyai ciri-ciri: 1. Mengubah suatu konsep ke konsep lain
2. Mencari dan mengaplikasikan informasi 3. Menghubungkan beberapa informasi
4. Informasi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah 5. Membahas ide dan informasi secara mendalam.
Karakteristik instrumen penilaian berpikir tingkat tinggi (HOTS) 1. Mengukur Kemampuan Bepikir Tingkat Tinggi
Kreativitas menyelesaikan permasalahan dalam HOTS, diantaranya:
a. Mampu menyelesaiakan suatu permasalahan yang tidak biasa.
b. Mampu mengevaluasi langkah-langkah yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dari sudut pandang yang berbeda.
c. Menemukan model langkah penyelesaian baru yang berbeda dengan penyelesaian yang sebelumnya.
2. Bersifat Divergen
HOTS bersifat devergen, yaitu memberikan kemungkinan peserta didik mendapat jawaban berbeda sesuai dengan langkah berpikir yang digunakan, karena karena cara kerjanya bersifat unik dan berbeda pada setiap individu.
3. Menggunakan Multirepresentasi
Instrumen penilaian HOTS biasanya tidak menyajikan seluruh informasi secara tertulis, tetapi memancing peserta didik mencari sendiri informasi yang ada.
Soal HOTS yaitu penilaian yang berbasis pada kondisi yang nyata dalam kehidupan sehari-hari, di mana peserta didik diharapkan mampu mengaplikasikan kosep pembelajaran di kelas dalam kehidupan nyata.
5. Menggunakan Bentuk Soal yang Beragam
Menggunakan bentuk soal yang beragam bertujuan untuk dapat memberikan pengetahuan yang lebih lengkap dan menyeluruh tentang kemampuan peserta didik.
D. Taksonomi Anderson dan Krathwohl
Menurut kamus besar bahasa Indonesia Kata taksonomi diambil dari bahasa Yunani tassein yang berarti untuk mengelompokkan dan nomos yang berarti aturan. Sehingga dapat diartikan, taksonomi ialah pengelompokkan suatu hal berdasarkan tingkatan tertentu.
Taksonomi Bloom diperkenalkan oleh Benjamin Bloom pada tahun 1956 kemudian dikembangkan oleh Anderson and Krathwohl tahun 2001. Taksonomi Bloom membagi kategori pembelajaran menjadi tiga yaitu: kognitif (kemampuan intelektual atau penguasaan pengetahuan), Afektif(penguasaan sikap dan perilaku), Psikomotorik (keterampilan).
Bloom menggolongkan enam tingkatan pada ranah kognitif. Enam tingkatan tersebut yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. Dalam menghadapi abad ke-21, Lorin Anderson dan David Krathwohl yaitu murid Benjamin Bloom memperbaiki susunan ranah kognitif. Adapun perbaikannya yaitu perubahan dari kata benda ke kata kerja. Perubahan ini disebabkan taksonomi perlu mencerminkan berbagai bentuk atau cara
berpikir dalam suatu proses yang aktif. Sehingga, penggunaan kata kerja lebih sesuai dari pada kata benda.
Tabel 2.1. Perbedaan Taksonomi Bloom dan Anderson
NO Taksonomi Bloom Taksonomi Revisi
Anderson and Krathwohl 1 Pengetahuan Mengingat 2 Pemahaman Memahami 3 Penerapan Menerapkan 4 Analisis Menganalisis 5 Sintesis Mengevaluasi 6 Evaluasi Mencipta
Sumber: Anderson & Krathwohl, 2017
Keenam sub kategori mengalami perbaikan dan perubahan. Pengetahuan yaitu hasil berpikir bukan cara berpikir, sehingga menjadi mengingat yang merupakan suatu proses tingkat awal. Menilai ditempatkan setelah menganalisis kemudian sintesis diganti menjadi mencipta. Hal ini dilakukan untuk mengurutkan tingkatan dari proses berpikir yang paling mudah ke proses penciptaan yang lebih rumit dan sulit. Karena akan sulit untuk menciptakan sesuatu sebelum mampu menilai sesuatu dari berbagai pertimbangan dan pemikiran kritis.
Anderson dan Krathwohl mempelajari taksonomi ini agar sesuai dengan teori belajar saat ini. Teori kognitif memuat dimensi mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta.
Kategori dalam dimensi proses kognitif antara lain: (Anderson dan Krathwohl, 2017:99)
1. Mengingat
Mengingat adalah proses mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang. Kategori mengingat mencangkup proses kognitif yakni
mengenali dan Mengingat kembali. Mengenali ialah mengambil kembali pengetahuan yang dibutuhkan dari memori sebelumnya untuk dibandingkan dengan informasi yang baru. Sedangkan Mengingat kembali yaitu mengambil pengetahuan yang relevan dari memori dan membawa informasi tersebut ke memori kerja untuk diproses.
2. Memahami
Proses memahami yaitu ketika peserta didik dapat menyusun makna dari pembelajaran, baik bersifat lisan, tulisan maupun gambar yang disampaikan oleh guru. Proses kognitif pada kategori memahami yakni: a)Menafsirkan terjadi ketika mampu mengubah informasi dari suatu bentuk ke bentuk lainnya, seperti gambar jadi kata-kata ataupun sebaliknya, angka jadi kata-kata atau sebaliknya dan seterusnya. b) Mencontohkan yaitu ketika peserta didik memberikan contoh tentang konsep dan prinsip umum dengan melibatkan identifikasi ciri-ciri pokok, c)Mengklasifikasikan yaitu proses mendeteksi kategori tertentu dengan melibatkan ciri-ciri atau pola-pola yang sesuai dengan contoh dan konsep. d)Merangkum yaitu ketika peserta didik menjelaskan informasi yang diterima atau meringkas sebuah tema. e)Menyimpulkan proses menemukan pola dalam sebuah contoh. f)Membandingkan yaitu melibatkan proses mendeteksi persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek. g)Menjelaskan yaitu ketika peserta didik dapat membuat atau menggunakan model pada sebuah sistem.
3. Menerapkan
Proses kognitif menerapkan yaitu menggunakan prosedur tertentu untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan pengetahuan
prosedural. Soal latihan yaitu tugas yang cara penyelesaiannya telah diketahui peserta didik yang digunakan secara rutin. Masalah yaitu tugas dengan cara penyelesaiannya belum diketahui peserta didik, sehingga harus mencari cara untuk menyelesaikan masalah. Kategori menerapkan terdiri dari dua proses
yakni :Mengeksekusi ketika tugas berupa soal latihan (yang familier), dan Mengimplementasikan ketika berupa sebuah masalah (yang tidak familier) 4. Menganalisis
Proses menganalisis yaitu proses memisahkan materi jadi bagian-bagian kecil dan menentukan hubungan antar bagian-bagian tersebut. Kategori Menganalisis yakni : a)Membedakan yaitu proses memilih bagian-bagian yang penting dari struktur. Membedakan yaitu membedakan informasi yang penting dan tidak penting. b)Mengorganisasikan menentukan cara untuk menyusun informasi yang diperoleh sehingga membentuk sebuah struktur yang koheren. c)Menghubungkan menentukan tujuan dibalik informasi itu, terjadi ketika peserta didik dapat menentukan sudut pandang, pendapat, dan tujuan dibalik komunikasi.
5. Mengevaluasi
Proses mengevaluasi yaitu memberikan suatu keputusan sesuai dengan kriteria dan standar. Kategori Mengevaluasi yakni: Memeriksa keputusan yang diambil berdasarkan kriteria internal. Menentukan proses yang memiliki kekonsistenan internal atau menemukan keefektifan suatu prosedur yang sedang diterapkan. Mengkritik keputusan yang diambil sesuai dengan kriteria eksternal. Ketika usaha menemukan ke tidak konsistenan antara hasil dan beberapa kriteria luar atau keputusan yang sesuai dengan prosedur masalah.
6. Mencipta
Mencipta yaitu proses menyusun bagian-bagian jadi sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional. Tujuan-tujuan dalam mencipta mendorong peserta didik membuat produk baru dengan menyusun bagian jadi suatu pola yang belum pernah ada sebelumnya. Proses Mencipta yakni : a) Merumuskan memikirkan sebuah solusi pada sebuah permasalahan. Proses menggambarkan masalah dan membuat pilihan yang sesuai dengan kriteria tertentu. b)Merencanakan yaitu proses membuat rencana untuk menyelesaikan masalah. Peserta didik menyusun sebuah metode dan mengubahnya menjadi rencana aksi. c) Memproduksi yaitu proses melaksanakan rencana untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan deskripsi yang diberikan.
Tabel 2.2 Dimensi Proses Kognitif (Anderson & Krathwohl,2017:100) Kategori & Proses
Kognitif Nama-Nama Lain Definisi
1. MENGINGAT: Mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang 1.1. Mengenali Mengidentifikasi Mengidentifikasi
pengetahuan dari materi yang lama
1.2. Mengingat kembali Mengambil Mendapat kembali pengetahuan yang relevan dari materi yang lama
2. MEMAHAMI: Membangun pengertian dari materi pengetahuan, baik yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh pendidik
2.1. Mengartikan Menguraikan kembali suatu teks dalam bentuk lain,
menggambarkan
Mengubah suatu bentuk gambar (misalnya numerik) ke bentuk lain (misalnya verbal)
2.2. Memberi contoh Mengilustrasikan, memberi contoh
Menemukan contoh ilustrasi konsep atau prinsip.
2.3. Mengklasifikasi Mengkategorikan, mengelompokkan
Menentukan sesuatu dalam suatu kategori
2.4. Menyimpulkan Mengabstraksi, menggeneralisasi.
Meringkas tema umum / khusus
Kategori & Proses
Kognitif Nama-Nama Lain Definisi
secara logis dari informasi yang ada.
2.6. Membandingkan Membedakan, memetahkan, mencocokkan
Menentukan hubungan antara dua ide, dua objek, dan semacamnya.
2.7. Menjelaskan Menciptakan model.
Menciptakan model penyebab di sebuah sistem.
3. MENGAPLIKASIKAN: Menggunakan prosedur pada situasi tertentu. 3.1. Menjalankan Membawa Menerapkan prosedur ke
tugas yang umum.
3.2. Melaksanakan Menggunakan Menerapkan prosedur ke tugas yang tidak umum. 4. MENGANALISIS: Membagi materi jadi bagian kecil dan menentukan
hubungan antar bagian tersebut. 4.1. Membedakan memfokuskan,
memilih.
Membedakan pembelajaran relevan dan tidak relevan. 4.2. Mengorganisasi menemukan hubungan, memadukan, meringkas, menguraikan. Menetapkan bagaimana elemen cocok atau berfungsi dalam sebuah struktur.
4.3. Menghubungkan membangun, mengenali hubungan
Menetapkan pandang, nilai/ maksud yang mendasari materi
5. MENGEVALUASI : membuat penilaian berdasarkan kriteria/standar 5.1. Memeriksa menyelidiki, mendeteksi, memonitor, menguji memprediksi ketidakkonsistenan atau keliru dalam sebuah proses atau hasil, menetapkan proses atau hasil yang masuk akal, mendeteksi ketidakefektifan prosedur yang sedang dipraktikkan 5.2. Mengkritik Menilai mendeteksi ke tidak
konsistenan antara hasil dan kriteria eksternal, menetapkan hasil yang memiliki konsistensi eksternal, mendeteksi ke tidak tepatan prosedur dalam penyelesaian masalah.
6. MENCIPTA : Menaruh bagian-bagian dalam keseluruhan fungsi menjadi sebuah pola atau struktur yang baru.
Kategori & Proses
Kognitif Nama-Nama Lain Definisi struktur baru berdasarkan kriteria.
6.2. Merencanakan Merancang Menyusun prosedur untuk menyempurnakan
penyelesaian
6.3. Memproduksi menghasilkan Menciptakan sebuah produk
Sumber: Anderson & Krathwohl, 2017
E. Indikator Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Berdasarkan Anderson & Krathwohl
Anderson dan Kathwohl membagi tingkatan kemampuan berpikir menjadi kemampuan berpikir tingkat rendah atau lower order thinking skill (LOST) dan kemampuan berpikir tingkat tinggi atau higher order thinking skill (HOST). LOST terdiri atas kemampuan mengingat, memahami dan mengaplikasikan. Sedangkan HOST terdiri atas menganalisis, mengevaluasi dan mencipta.
Adapun indikator menganalisis yakni: (1) mampu membedakan hal yang penting dan tidak penting, (2) mampu mengorganisasi informasi yang diperoleh dari berbagai sumber, dan (3) dapat menghubungkan bagian-bagian yang ada dalam satu konsep atau permasalahan. Adapun indikator mengevaluasi yakni: (1) dapat memeriksa fakta-fakta yang ada, (2) mampu mengkritik hal yang kurang tepat atau tidak pada tempatnya. sedangkan indikator mencipta yakni: (1)menciptakan hipotesis atau pemikiran dengan kriteria tertentu, (2)merencanakan langkah pemecahan masalah, dan (3) menghasilkan produk baru.
F. Program Linear
Program linear yaitu suatu cara untuk menyelesaikan sebuah permasalahan nilai optimum dengan metode matematika yang dirumuskan ke dalam bentuk persamaan atau pertidaksamaan linear.
Sistem pertidaksamaan linear dua variabel yaitu kalimat terbuka yang memuat dua variabel dan masing-masing variabel itu berderajat satu kemudian dihubungkan dengan tanda-tanda pertidaksamaan seperti: besar dari (>), besar dari atau sama dengan (≥), kecil dari (<), kecil dari atau sama dengan (≤). 1. Daerah Himpunan Penyelesaian
Teknik menentukan daerah himpunan penyelesaian sebagai berikut: a. Gambarlah koodinat kartesius
b. Tentukan sumbu 𝑥 dan 𝑦 dari persamaan linearnya c. Hubungkan antara titik sumbu x dan y
d. Pilih satu titik uji yang berada di luar garis. e. Substitusi pada persamaan
f. Tentukan daerah penyelesaian 2. Model Matematika
Model matematika ialah menerjemahkan permasalahan dari sebuah cerita menjadi bentuk matematika sehingga dapat diselesaikan dengan menggunakan metode matematika.
contoh:
A. Tahap Menganalisis : Peserta didik mampu mengidentifikasi dan menghubungkan informasi pada permasalahan.
Ani akan membeli buah salak dan jeruk. Harga jeruk Rp. 2.000 perbuah sedangkan harga jeruk Rp. 2.500 perbuah. Jumlah uang yang dimiliki Ani sebanyak Rp. 60.000. jumlah buah yang harus dibeli palinh sedikit 10 buah. Ia akan membeli paling banyak 6 buah salak dan 9 buah jeruk. Tentukan model matematika pada permasalahan tersebut!
Jawaban:
Misalkan: 𝑥: 𝐵𝑢𝑎ℎ 𝑆𝑎𝑙𝑎𝑘 𝑦: 𝐵𝑢𝑎ℎ 𝐽𝑒𝑟𝑢𝑘
Jumlah buah salah dan salak yang dibeli paling sekit 10 buah 𝑥 + 𝑦 ≥ 10
Harga buah salak Rp. 2.000 per buah dan harga jeruk Rp. 2.500 per buah. Jumlah uang Rp. 60.000
Model matematika:
2.000𝑥 + 2.500𝑦 ≤ 60.000 4𝑥 + 5𝑦 ≤ 120
Buah salak yang dibeli paling banyak 6 buah 𝑥 ≤ 6
Buah jeruk yang dibeli paling bnyak 9 buah 𝑦 ≤ 9
Jadi model matematikanya: 𝑥 + 𝑦 ≥ 10
4𝑥 + 5𝑦 ≤ 120 𝑥 ≤ 6 𝑦 ≤ 9
B. Tahap Mengevaluasi: Peserta didik mampu memeriksa dan menilai hal-hal yang tidak tepat atau bukan pada tempatnya.
Contoh:
Fani memiliki sebuah tokoh kue, ia menjual 2 jenis kue, kue donat dan roti. Untuk adonan donat dibutuhkan 10 gram tepung terigu dan 5 gram gula. Sedangkan untuk adonan roti dibutuhkan 5 gram tepung terigu dan 15 gram gula. Persediaan tepung terigu dan gula masing-masing 200 gram dan 300 gram. Harga donat dijual Rp.2000 dan roti dijual Rp. 3.000. untuk mendapat keuntungan maksimum dari penjualan, berapa jumlah donat yang harus dijual? Jawaban: Variabel Keputusan Misalkan: 𝑥 = 𝑑𝑜𝑛𝑎𝑡 𝑦 = 𝑟𝑜𝑡𝑖
Jenis Kue Donat Roti Total Tepung Terigu 10 5 200 Gula 5 15 300 Harga 2.0000 3.000 Model Matematika 10𝑥 + 5𝑦 ≤ 200 5𝑥 + 15𝑦 ≤ 300 𝑥 ≥ 0 𝑦 ≥ 0 Bentuk Sederhana 2𝑥 + 𝑦 ≤ 40 𝑥 + 3𝑦 ≤ 60 𝑥 ≥ 0 𝑦 ≥ 0 Fungsi Tujuan: 𝑓(𝑥) = 2000𝑥 + 3000𝑦
Menentukan Sumbu x dan y 2𝑥 + 𝑦 = 40 Untuk 𝑥 = 0 2(0) + 𝑦 = 40 𝑦 = 40 (0,40) Untuk 𝑦 = 0 2𝑥 + 0 = 40 𝑥 = 20(20,0) 𝑥 + 3𝑦 = 60 Untuk 𝑥 = 0 0 + 3𝑦 = 60 𝑦 = 20 (0,60) Untuk 𝑦 = 0 𝑥 + 0 = 60 𝑥 = 60 (60,0)
Daerah Himpunan Penyelesaian
Titik Potong
2𝑥 + 𝑦 = 40 … … . 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎 𝑥 + 3𝑦 = 60 … … . 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑑𝑢𝑎 Eliminasi y pada persamaan 1 & 2 2𝑥 + 𝑦 = 40 𝑥 + 3𝑦 = 60| × 3 × 1| 6𝑥 + 3𝑦 = 120 𝑥 + 3𝑦 = 60 5𝑥 = 60 𝑥 = 12 Substitusi nilai 𝑥 pada persamaan 1
2𝑥 + 𝑦 = 40 2(12) + 𝑦 = 40 24 + 𝑦 = 40
𝑦 = 40 − 24 𝑦 = 16
Menguji Titik Sudut: Untuk titik (0,0) 2000(0) + 3000(0) = 0 Untuk titik (0,20) 2000(0) + 3000(20) = 60.000 Untuk titik (12,16) 2000(12) + 3000(16) = 24.000 + 48.000 = 72.000 Untuk titik (20,0) 2000(20) + 3000(0) = 40.000
Pendapatan maksimum adalah Rp. 72.000 diperoleh jika terjual 12 kue donat dan 16 roti. Jadi jumlah donat yang terjual untuk mencapai nilai maksimus yaitu sebanyak 12 donat.
C. Tahap Mencipta: mampu membuat pilihan atau hipotesis yang sesuai dengan kriteria, mampu merancang penyelesaian masalah dan menemukan beberapa solusi.
Contoh:
Daerah himpunan penyelesaian di bawah merupakan himpunan penyelesaian dari sistem pertidaksamaan. Tentukan sistem pertidaksamaan grafik tersebut
Jawaban:
untuk menyelesaikan soal tersebut, yang Pertama dilakukan adalah mencari titik pada grafik dengan menggunakan rumus persamaan garis melalui titik (𝑥1, 𝑦1) dan (𝑥2, 𝑦2) sebagai berikut:
𝑦 − 𝑦1 𝑦2 − 𝑦1 =
𝑥 − 𝑥1 𝑥2− 𝑥1
Garis 1 melalui titik (48,0) dan (0,48) , maka persamaanya: 𝑦 − 𝑦1 𝑦2− 𝑦1 = 𝑥 − 𝑥1 𝑥2 − 𝑥1 𝑦 − 0 48 − 0 = 𝑥 − 48 0 − 48 𝑦 48= 𝑥 − 48 −48 48(𝑥 − 48) = −48𝑦 48𝑥 − 2.304 = −80𝑦 48𝑥 + 48𝑦 = 2.304 𝑥 + 𝑦 = 48
Garis 2 melalui titik (24,0) dan (0,72), maka persamaannya: 𝑦 − 𝑦1 𝑦2− 𝑦1 = 𝑥 − 𝑥1 𝑥2− 𝑥1 𝑦 − 0 72 − 0= 𝑥 − 24 0 − 24 72(𝑥 − 24) = −24 72𝑥 + 1.728 = −24𝑦 72𝑥 + 24𝑦 = 1.728 3𝑥 + 𝑦 = 72 Daerah yang diarsir:
Sebelah kanan sumbu 𝑦 ⇒ 𝑥 ≥ 0 Sebelah atas sumbu 𝑥 ⇒ 𝑦 ≥ 0 Sebelah bawah garis 1 ⇒ 𝑥 + 𝑦 ≤ 48 Sebelah bawah garis 2 ⇒ 3𝑥 + 𝑦 ≤ 72
Jadi sistem pertidaksamaan dari daerah penyelesaiaan diatas adalah: 𝑥 + 𝑦 ≤ 48
3𝑥 + 𝑦 ≤ 72 𝑥 ≥ 0 𝑦 ≥ 0
G. Penelitian Yang Relevan
1. Indah perdana putri (2019) Dalam hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik dalam manganalisis yaitu ketiga subjek dapat memenuhi indikator menganalisis dengan baik. Sedangkan pada level mengevaluasi subjek pertama mampu memenuhi indikator menganalisis dengan baik, untuk subjek dua dan tiga belum mampu memenuhi indikator mengevaluasi. Hal tersebut disebabkan karena tidak dapat membuat hipotesis dan melakukan pengujian dalam menyelesaikan soal. Sedangkan pada level mencipta subjek pertama dapat memenuhi indikator mencipta dengan baik, sedangkan subjek kedua dan ketiga tidak mampu memenuhi indikator menganalisis, karena tidak dapat menciptakan pemecahan masalahnya sendiri. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Indah Perdana Putri, perbedaan dalam penelitian ini yaitu terletak pada locus dan materi, di mana locus dalam penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 18 Bone dengan materi program linear. Sedangkan persamaannya terletak pada teori yang digunakan yaitu sama-sama meneliti kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik menggunakan teori Anderson dan Krathwolh.
2. Wicasari (2016) Dalam hasil penelitian menunjukkan kebanyakan peserta didik dalam memecahkan masalah tidak ada yang dapat mencapai tahap mencipta, sebagian besar peserta didik pada tahap analisis dan sebagian kecil peserta didik mencapai tahap Evaluasi. Hal ini disebabkan peserta didik kurang berlatih sehingga dibutuhkan adanya pemberian soal-soal berorientasi pada HOTS. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh wicasari. Perbedaan dari penelitian ini yaitu terletak pada teori yang digunakan, penelitian ini
menggunakan Anderson dan Krathwolh sedangkan dalam penelitian terdahulu menggunakan teori berpikir secara umum. Adapun persamaannya terletak pada sama-sama mengkaji kemampuan berpikir tingkat tinggi.
3. Tandyo Andhana (2017) Dalam hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik dengan skor tinggi mampu mencapai tingkat berpikir mengingat(C1), memahami(C2), menerapkan(C3), hingga menganalisis(C4). Sedangkan untuk tingkat mengevaluasi(C5) dan mencipta(C6) peserta didik belum mampu mencapai pada tahap tersebut. Sedangkan peserta didik dengan skor rendah hanya mampu mencapai tahap memahami hingga menerapkan,disebabkan adanya kesalahan dalam memahami konsep dan penerapan konsep matematika yang masih kurang terampil. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tandyo Andhana, perbedaan dengan penelitian ini yakni terletak pada locus dan materi, di mana locus dalam penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 18 Bone dengan materi program linear. Sedangkan persamaannya terletak pada teori yang digunakan yaitu sama-sama meneliti kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik menggunakan teori Anderson dan Krathwolh.
H. Kerangka pikir
Dalam menghadapi persoalan di zaman sekarang ini, diperlukan suatu terobosan yang dapat meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu indikator pembelajaran bermutu yaitu membelajarkan secara mandiri dan mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu kemampuan yang tidak hanya membutuhkan kemampuan mengingat saja akan tetapi membutuhkan yang lebih tinggi seperti kemampuan
berpikir kreatif dan kritis. Sehingga dengan memiliki kemampuan tersebut tidak hanya hafal informasi tetapi dapat menerapkan informasi pada situasi baru.
Anderson dan Krathwohl membagi tingkat kemampuan berpikir menjadi kemampuan berpikir tingkat rendah atau Lower Order Thinking Skill (LOTS) dan kemampuan berpikir tingkat tinggi atau High Order Thinking Skill (HOTS). LOTS terdiri atas kemampuan mengingat, memahami, mengaplikasikan, sedangkan HOTS terdiri atas kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
Dengan menggunakan teori Anderson dan Krathwohl kemampuan berpikir peserta bukan dinilai dari hasil saja namun bagaimana proses dalam menyelesaikan suatu permasalahan tersebut. karena dalam mengerjakan soal kemampuan berpikir tingkat tinggi setiap individu pastinya mendapat kesulitan-kesulitan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat kemampuan berpikir tingkat tinggi sesuai dengan teori Anderson dan Krathwohl pada peserta didik kelas XI SMA Negeri 18 Bone serta melihat kesulitan yang dihadapi peserta didik ketika menyelesaikan soal tersebut.
29 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini ialah penelitian kualitatif metode deskriptif, yaitu metode penelitian yang berusaha menganalisis dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa yang ada.
B. Subjek Penelitian
Penelitian yang di laksanakan di SMA Negeri 18 Bone. Berfokus pada kemampuan berpikir tingkat tinggi berdasarkan teori Anderson dan Krathwohl, adapun indikator yang dikembangkan oleh Anderson dan Kratwohl untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi ialah menganalisis, mengevaluasi dan mencipta.
Adapun kelas XI dipilih yaitu kelas XI MIA 1 semester ganjil yang telah mempelajari materi program linear, kelas tersebut dipilih berdasarkan kategori peserta didiknya. Kelas yang dipilih berdasarkan kelas yang mempunyai hasil belajar yang tinggi atau aktif dan berprestasi diantara kelas XI yang lain, sesuai dengan konsultasi dan pertimbangan pada guru mata pelajaran matematika. Selanjutnya melaksanakan tes kemampuan berpikir tingkat tinggi kepada seluruh siswa kelas XI MIA 1, kemudian memilih 2 siswa yang memiliki nilai tertinggi dari hasil tes yang dilakukan sebagai subjek penelitian.
C. Prosedur Penelitian
1. Tahap persiapan
a. Memohon izin kepada UPT SMA Negeri 18 Bone dalam melakukan penelitian.
b. Melakukan komunikasi dengan guru matematika kelas XI c. Membuat dan mempersiapkan instrumen yang digunakan 2. Tahap pelaksanaan
a. Menentukan jadwal tes tertulis
b. Melakukan tes tertulis sesuai denga jadwal yang ditentukan.
c. Memeriksa hasil jawaban masing-masing peserta didik dan menentukan 2 subjek yang akan di wawancara.
d. Mengadakan wawancara dengan subjek yang dipilih. e. Mengumpulkan data keseluruhan
f. Menarik kesimpulan.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ialah alat yang di pergunakan setiap meneliti untuk dapat mengumpulkan informasi dengan baik dan hasil baik, supaya dapat di olah dengan mudah. Dalam penelitian instrumen yang dipakai antara lain:
1. Tes
Lembar tes yang pergunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, tes tersebut yaitu soal uraian materi program linear dan materi yang sudah diberikan oleh guru. Penelitian yang digunakan soal uraian sebagai teknik untuk pengumpulan data karena soal uraian selain dapat
pergunakan untuk mengetahui hasil jawaban siswa juga sebagai cara untuk melihat proses pengerjaan siswa.
Tes tersebut di susun dengan memperhatikan keterlibatan setiap indikator teori Anderson dan Krathwohl pada tingkat menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Lembar tes tersebut di konsultasikan dengan guru mata pelajaran matematika pada lokasi penelitian dan di validasi oleh validator. Jumlah soal sebanyak 3 soal, setiap satu soal mewakili satu indikator. Berikut kisi-kisi soal:
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Soal No Soal Indikator Aspek Kognitif Soal 6. Dapat membedakan hal yang relevan dan tidak relevan, Dapat mengorganisasi informasi yang di peroleh dari berbagai sumber. Dapat mengaitkan bagian yang ada pada konsep / masalah.
Mengana lisis
Eka akan membeli buah jeruk dan mangga, jumlah buah yang dibeli paling banyak 20 buah. Ia akan membeli paling paling sedikit 8 buah jeruk dan 10 buah mangga. Harga jeruk Rp. 2.000,00 per buah dan mangga Rp. 4.000,00 per buah. Ia mempunyai uang Rp. 50.000,00. Tentukan model matematika dari masalah tersebut! 7. Bisa melihat fakta yang ada. Bisamengkriti sihal yang kurangtepat. Mengeva luasi
Anisa memiliki toko bunga, di toko tersebut menjual 2 macam karangan bunga. Karangan bunga pertama membutuhkan 20 tangkai bunga mawar dan 30 tangkai bunga lili. Karangan bunga kedua membutuhkan 10 tangkai bunga mawar dan 30 tangkai bunga lili, persediaan bunga mawar dan bunga lili masing-masing 400 dan 900 tangkai. Karangan bunga pertama dijual seharga RP.300.000,00 dan karangan bunga kedua di jual seharga Rp. 200.000,00. Supaya pendapatan dari penjualan
karangan bunga mencapai maksimum, berapa jumlah karangan bunga kedua yang harus di sediakan?
8. Menciptakan hipotesis dengan kriteria tertentu, Menyusun langkah memecahkan masalah Menghasilkan konsep baru.
Mencipta Daerah himpunan penyelesaian di bawah merupakan himpunan penyelesaian dari sistem pertidaksamaan. Tentukan sistem pertidaksamaan grafik tersebut dan nilai maksimum dari fungsi tujuan 𝑓(𝑥) = 2𝑥 + 3𝑦.
2. Wawancara
Wawancara di gunakan untuk mempermudah peneliti untuk menggali informasi yang lebih dalam mengenai hasil tes kemampuan berpikir tingkat tinggi. Pada riset ini, akan digunakan jenis wawancara tak berstruktur, Wawancara yang ditanyakan hanya garis-garis besar yang mengarah pada kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan menggunakan bahasa sehari-hari agar peserta didik lebih terbuka dalam menjawab pertanyaan. Berikut pedoman wawancara yang telah divalidasi oleh validator:
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara
FokusPenelitian PertanyaanPeneliti Informan
Menganalisis
1. Apakah kamu dapat mengidentifikasi permasalahan pada soal tersebut?
2. Bagaimana cara anda mentukan model matematika pada soal tersebut?
3. Apa yang dimaksud dari simbo lini? (menunjuk simbol yang dimaksud)
Peserta didik
Mengevaluasi
1. Apakah yang anda ketahui dalam soal ini?
2. Bagaimana kamu yakin ini
merupakan jawaban yang benar? Mengapa?
Mencipta
1. Menurut kamu, konsep/rumu sapa yang di gunakan untuk menyelesaikan soal ini?
2. Menurut Anda apakah ada cara lain untuk menyelesaikan masalah tersebut?
3. Dimana kamu mengalami kesulitan? Apa ide untuk mengatasi kesulitan tersebut?
Peserta didik
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data ialah langkah pertama dalam penelitian, karena bertujuan untuk medapatkan data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu:
1. Tes
Tes digunakan dalam memperoleh data tentang kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik dalam menyelesaikan soal. Adapun yang diberikan tes adalah kelas XI, hasil dari tes kemampuan berpikir tingkat tinggi subjek kemudian akan di analisis berdasaarkan teori Andreson dan Krathwohl. Pada tahap pelaksanaan tes, peserta didik di beri waktu untuk mengerjakan soal tanpa membuka buku. Pengawasan dilakukan agar peserta didik tidak melakukan kecurangan selama pengerjaan serta meminimalisi faktor lainnya.
2. Wawancara
Wawancara dilaksanakan pada subjek penelitian setelah dilakukan tes kemampuan berpikir tingkat tinggi. Hal ini dilaksanakan untuk mengonfirmasi jawaban yang ditulis pada saat tes kemapuan berpikir tinggi, kemudian hasil wawancara akan di korelasikan dengan hasil tes kemampuan berpikir tingkat
tinggi siswa.Kemudian wawancara ini di tanyakan satu persatu agar peneliti bisa lebih mudah mendeskripsikan yang di alami siswa pada saat penyelesaiaan soal.
F. Teknik Analisi Data
Analisis data yang digunakan dengan model Milees dan Huberman (Sugiyono, 2018: 319), antara lain:
1. Pengumpulan Data (Data Collection)
Pengumpulan data pada riset ini ialah dengan tes dan wawancara. Dalam penelitian ini Tes dilaksanakan supaya mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dan wawancara dilaksanakan dalam mengonfirmasi dan menelusuri hasil tes kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada pemecahan masalah matematika.
2. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan pada hal yang penting. Data yang di dapatkan dari lapangan lumayang banyak, hal ini perlu di catat secarat eliti dan rinci. Maka dilakukan analisis data melalui reduksi data. Dalam penelitian ini data yang di reduksi adalah data hasil wawancara kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Dari hasil wawancara, kata-kata subjek yang tidak berkaitan dengan penelitian di hilangkan. Dengan ini dapat memberikan gambaran dengan jelas dan bias lebih mudah peneliti untuk pengumpulan datanya.
3. Penyajian Data (Data Display)
Dalam riset kualitatif, penyajian data dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Yang paling sering pergunakan dalam riset kualitatif ialah dengan tesk yang bersifat naratif. Penyajian data dalam
penelitian ini yaitu dengan menyusun teks naratif dari kumpulan data yang berasal dari reduksi data kemudian memungkinkan untuk menarik kesimpulan. Dilengkapi dengan deskripsi data-data serta hasil wawancara antara penelitian dengan subjek
4. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi(Conclusion Drawing / Verification) Penarikan kesimpulan dan verifikasi data sebagai langkah terakhir pada teknik analisis data. Verifikasi data dan penarikan kesimpulan di laksanakan setelah kegiatan analisis kemudian di dapatkan kesimpulan akhir. Untuk hasil kesimpulan ini berdarkan dengan hasil analisis data, tes dan wawancara yang kemudian membandingkan hasiltes dan wawancara pada subjek.
G. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam riset ini untuk mengecek keabsahan data digunakan triangulasi. Triangulasi ialah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu pada keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu. Teknik triangulasi yang digunakan ialah triangulasi sumber.
36 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Tahap pelaksanaan dalam penelitian ini yaitu melakukan tes tertulis sesuai jadwal yang telah ditentukan secara langsung dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Kemudian memilih 2 subjek yang memiliki nilai tertinggi dari hasil tes yang telah dilakukan. Adapun peserta didik yang terpilih yakni Umrah Anugrah sebagai subjek 1 (S1) dan Akina Paramita Akil sebagai subjek 2 (S2). Keduanya pun bersedia untuk ikut dalam proses pengambilan data pada penelitian ini. Selanjutnya melakukan wawancara dengan subjek yang telah dipilih kemudian mengumpulkan data keseluruhan dan menarik kesimpulan.
Untuk menganalisis data penelitian, jawaban wawancara subjek diberikan kode. Kode jawaban terdiri dari 6 (enam) digit, diawali dengan “S1” yang menyatakan subjek 1 dan “S2” menyatakan subjek 2, kemudian diikuti digit ketiga kode “1” “2” dan “3” menyatakan kode nomor soal dan 3 digit terakhir menunjukkan urutan jawaban. Contoh petikan jawaban “ S11_002” menyatakan subjek 1 pada nomor soal 1 dengan petikan jawaban urutan ke 2.
A. Analisis Data
Adapun analisis data tes dan wawancara kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik materi program linear berdasarkan teori Anderson dan Krathwohl
1. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Tahap Menganalisis
a. Paparan data tes dan wawancara S1 saat menyelesaikan soal kemampuan berpikir tingkat tinggi materi program linear tahap menganalisis
Gambar 4.1 Jawaban S1 Level Menganalisis Berikut transkip wawancara S1:
P_001 : masih diingat ini soal dek? S11_001 : iye kak, soal program linear
P_002 : bagaimana menurut ta ini soal? Susah atau tidak? S11_002 : tidak ji kak
P_003 : apa yang ditanyakan disini dek? S11_003 : model matematikanya kak
P_004 : kenapa pake tanda ini ki disini? ( menujukkan tanda pertidaksamaan 𝑥 + 𝑦 ≤ 20)
S11_004 : karena kak jumlah nya jeruk sama mangga yang na beli tidak boleh lebih dari 20 kak paling banyak mi itu 20 kak, itu mi pakai tanda kurang dari ki kak.
P_005 : pakai tanda besar dari ki mungkin disini dek?
S11_005 : iih kak, kalau pakai tanda besar dari ki kak berarti kak jumlahnya yang na beli bisa itu lebih dari 20, na soalnya paling sedikit 20 na beli buah kak.
P_006 : kalau persamaan ini dek 𝑥 ≥ 8?
S11_006 : kalau ini kak baru ki pakai besar dari atau sama dengan kak karena disuruhkan ki paling sedikit 8 jeruk na beli jadi bisa lebih dari 8 kak
P_007 : jadi sama ji ini? (menujukkan persamaan 𝑥 ≥ 10) S11_007 : iye kak samaji, boleh lebih dari 10 mangga
P_008 : kalau itu harganya, kenapa bergitu persamaanta? Kenapa pake tanda itu ki?
S11_008 : kan 50.000 uangnya kak jadi pake tanda kurang dari ki kak karena tidak boleh lebih dari 50.000 na belanja kak. Kalau pakai tanda besar dari kak berarti tidak genap ki itu uangnya. Lebih banyak ki yang na belanja dari pada uang yang na bawa.
S11_009 : jumlah jeruk sama mangga yang na beli kak tidak boleh kurang dari 0 kak
b. Paparan data tes dan wawancara S2 saat menyelesaikan soal kemampuan berpikir tingkat tinggi materi program linear tahap menganalisis
Gambar 4.2 Jawaban S2 Level Menganalisis Berikut transkip wawancara S2:
P_001 : masih di ingat ini soal dek? S21_001 : iye kak
P_002 : apa yang ditanyakan dari soal?
S21_002 : model matematikanya kak, pertidaksamaannya P_003 : apa kesulitannya dari soal ini?
S21_003 : sempat jika keliru sedikit di tandanya itu persamaan terakhir kak
P_004 : yang harga nya? S21_004 : iye kak
P_005 : jadi bagaimana solusinya untuk tentukan pertidaksamaan nya?
S21_005 : ku baca ulang kak, ku kira fungsi tujuan awalnya
P_006 : apa alasannya pakai kurang dari atau sama dengan 50.000 di situ persamaan dek?
S21_
006
: jumlah keseluruhan belanjaannya nanti kak jeruk sama mangga tidak boleh lebih dar 50.000 kak, karena 50.000 ji uangnya jadi pakai tanda kurang dari ki atau sma dengan ka kak
P_007 : kalau persamaan pertama dek? Kurang dari atau sama dengan juga dipake, kenapa pake itu ki?
S21_007 : karena soalnya kak jumlah jeruk sama mangga yang na beli paling banyak itu 20 kak, tidak boleh lebih dari 20 yang dibeli keseluruhannya kak, jadi itu mi pakai tanda kurang dari kaa kak
P_008 : kalau itu dek 𝑥 ≥ 8?
sedikit 8 buah jadi harus ki lebih dari 8 tidak boleh ki beli jeruk kurang dari 8 kak
P_009 : jadi begitu juga yang kurang dari 10?
S21_009 : iye kak, jumlahnya yang na belitidak boleh kurang dari 10
Berdasarkan paparan data pada S1 dan S2, sehingga dapat disimpulkan sebagai berikut:
Tabel 4.1 Tabel Paparan Data Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Tahap Menganalisis
S1 S2
S1 mampu mengidentifikasi informasi, bagian yang ditanyakan dan mampu membuat model matematika dari soal tersebut. S1 juga mampu merangkai komponen-komponen yang ada pada suatu konsep yaitu Dapat menyimpulkan tanda pertidaksamaan yang digunakan berdasarkan apa yang diketahui dan ditanyakan
S2 mampu menyusun informasi yang diperoleh pada sumber, menentukan penyelesaian dengan menganalisis informasi yang diketahui untuk membuat model matematikanya. S2 dapat menghubungkan beberapa bagian yang ada dalam satu konsep yaitu
menentukan tanda
pertidaksamaan yang akan digunakan berdasarkan apa yang diketahui dan ditanyakan
Berdasarkan paparan data subjek kemampuan berpikir tingkat tinggi pada saat menyelesaikan masalah dan wawancara dapat dikatakan valid dan dilakukan analisis data hanya pada subjek S1, sebagai berikut:
Dari jawaban S1 pada gambar 4.1 dengan nomor soal “1”. Dalam menganalisis S1 betul-betul memahami setiap komponen yang terbentuk pada saat pemecahan masalah program linear. S1 mampu membentuk model matematika dengan tepat dan memahami maksud dari setiap elemen pada model matematika tersebut. Dalam pemecahan masalah S1 dapat menggunakan kemampuan menganalisisnya dengan baik.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi S1 dalam menganalisis didahului dengan kemampuan mengidentifikasi hal-hal diketahui dan ditanyakan yaitu
menentukan model matematika dalam soal tersebut. S1 memulai menyusun suatu rencana penyelesaian dengan menganalisis informasi yaitu dengan cara menentukan 𝑥 = 𝑗𝑒𝑟𝑢𝑘 dan 𝑦 = 𝑚𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎, selanjutnya menentukan jumlah jeruk dan mangga yang harus dibeli. S1 mampu merangkai komponen-komponen penting dalam suatu konsep yaitu S1 dapat menyimpulkan tanda pertidaksamaan yang akan digunakan berdasarkan apa yang diketahui dan ditanyakan
Sesuai penjelasan kemampuan berpikir tingkat tinggi pada subjek dapat menggunakan kemampuan menganalisis. Pada indikator kemampuan berpikir tingkat tinggi tahap menganalisis peserta didik mampu membedakan hal-hal yang penting dan tidak penting, menyusun informasi yang diperoleh pada sumber dan mampu menghubungkan beberapa bagian pada satu konsep. Hasil penelitian menunjukkan S1 sudah memenuhi indikator kemampuan berpikir tingkat tinggi tahap menganalisis karena S1 dapat menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian.
2. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Tahap Mengevaluasi
a. Paparan data tes dan wawancara S1 saat menyelesaikan soal kemampuan berpikir tingkat tinggi materi program linear tahap mengevaluasi