DI SMAN 3 JEMBER PADA TAHUN PELAJARAN 2021/2022
SKRIPSI
Oleh :
Fitria Nur Sholikhah NIM : T20188094
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JUNI 2022
ii
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DAN SIKAP ILMIAH PESERTA DIDIK PADA SUB MATERI SISTEM PERNAPASAN MANUSIA KELAS XI MIPA DI SMAN 3 JEMBER PADA TAHUN PELAJARAN 2021/2022
SKRIPSI
diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Program Studi Tadris Biologi
Oleh :
Fitria Nur Sholikhah NIM : T20188094
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JUNI 2022
iii
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DAN SIKAP ILMIAH PESERTA DIDIK PADA SUB MATERI SISTEM PERNAPASAN MANUSIA KELAS XI MIPA DI SMAN 3 JEMBER PADA TAHUN PELAJARAN 2021/2022
SKRIPSI
diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Program Studi Tadris Biologi
Oleh :
Fitria Nur Sholikhah NIM : T20188094
Disetujui Pembimbing
Dr. Hj. Umi Farihah M.M, M.Pd.
iv
NIP. 196806011992032001
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
DAN SIKAP ILMIAH PESERTA DIDIK PADA SUB MATERI SISTEM PERNAPASAN MANUSIA KELAS XI MIPA DI SMAN 3 JEMBER PADA TAHUN PELAJARAN 2021/2022
SKRIPSI
telah diuji dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Tadris Biologi
Hari : Tanggal :
Tim Penguji
Ketua Sekertasis
... ...
NIP. ... NIP. ...
Anggota :
1. ... ( ) 2. ... ( )
Menyetujui
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Prof. Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I NIP.19640511 199903 2 001
v
MOTTO
Sesungguhnya, dalam menciptakan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil beridir, duduk, atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi ( seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.” (QS. Ali-„Imran:
190-191).
vi
PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, saya persembahkan karya ilmiah ini untuk :
1. Kedua Orang Tua, Ibu Maemuah dan Bapak Arpa’i yang selalu memberkan cinta dan kasih sayangnya dar kecil hingga menyelesaikan pendidikan pada tahap ini. Mengiri dan mendoakan setiap langkah saya, memberikan dukungan serta pengorbanan yang begitu besar
2. Keluarga besar saya yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan doa kepada saya sehingga skripsi ini bisa terselesaikan
3. Bapak dan Ibu guru dari SDN, SMPN, SMA, hingga PTKIN yang telah memberikan bekal ilmu dengan tulus, semoga menjadi ilmu yang manfaat dan barokah.
4. Seluruh teman-teman seperjuangan biologi angkatan 2018, yang telah berjuang bersama serta ikut memberikan dukungan dalam menyelesaikan penelitian ini.
5. Almameter Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Jember yang kubanggakan.
vii
ABSTRAK
Fitria Nur Sholikhah, 2022 : Pengaruh Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Peserta Didik pada Sub Materi Sistem Pernapasan Manusia Kelas XI MIPA di SMAN 3 Jember pada Tahun Pelajaran 2021/2022.
Kata Kunci : Children Learning In Science (CLIS), Kemampuan berpikir kritis, sikap ilmiah.
Sistem pernapasan manusia merupakan materi pelajaran biologi yang bersifat abstrak dan cukup sulit dipahami. Serta saat penelitian ini berlangsung dalam kondisi pandemi Covid-19 yang ada hubungannya dengan sistem pernapasan manusia sehingga membutuhkan pemahaman yang lebih untuk peserta didik. Oleh karena itu diperlukan inovasi dalam model pembelajaran, salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS).
Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mendeskripsikan kemampaun berpikir kritis kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah dibelajarkan menggunakan Children Learning In Science (CLIS); 2) Mendeskripsikan sikap ilmiah kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah dibelajarkan menggunakan Children Learning In Science (CLIS); 3) Mengetahui pengaruh yang signifikan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) pada materi sistem pernapasan manusia terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik; 4) Mengetahui pengaruh yang signifikan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) pada materi sistem pernapasan manusia terhadap sikap ilmiah peserta didik.
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen, desain Quasi Eksperimental design dengan bentuk peneitain Nonequivalent Group Posttest Only design. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 69 peserta didik. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive.
Sampel yang terpilih terdapat dua kelas yaitu kelas XI MIPA 3 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI MIPA 2 sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data menggunakan tes, angket, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan uji Z.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen diperoleh rata-rata 85,9706 dengan standar devisiasi 6,708 dan kelas kontrol diperoleh rata-rata 72,1714 dengan standar devisiasi 12,417; 2) Sikap Ilmiah kelas eksperimen diperoleh rata- rata 71,79 dengan standar devisiasi 4,617 dan kelas kontrol diperoleh rata- rata 68,20 dengan standar devisiasi 3,833; 3) Terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) terhadap kemamuan berpikir kritis dengan nilai signifkan 0,000; 4) Terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) terhadap sikap ilmiah dengan nilai signifkan 0,001.
viii
KATA PENGANTAR
Segenap puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, perencanaan, pelaksanaan, dan penyelesaian skripsi dengan judul “ Pengaruh Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Peserta Didik pada Sub Materi Sistem Pernapasan Manusia Kelas XI MIPA di SMAN 3 Jember pada Tahun Pelajaran 2021/2022”,sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Strata satu (S1) program studi Tadris Biologi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.
Kesuksesan ini dapat penulis peroleh karena dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis menyadari dan menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM selaku Rektor Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember yang telah memfasilitasi semua urusan yang diperlukan peneliti selama menempuh studi di UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Mukni’ah, M.Pd.I , selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) yang telah memberikan dukungan berbagai fasilitas dalam mengikuti pendidikan hingga terselesaikannya skripsi ini.
3. Ibu Dr. Hj. Umi Farihah M.M, M.Pd. selaku ketua Program Studi Tadris Biologi dan juga selaku dosen pembimbing yang telah banyak
ix
memberikan bimbimgan, saran, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Tadris Biologi yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat.
5. Kepala sekolah SMAN 3 Jember, Drs. H. Karniyanto, MM yang telah mengizinkan peneliti melaksankan penelitian di SMAN 3 Jember.
6. Guru mata pelajaran biologi SMAN 3 Jember Bapak Bayu Arif Prambudi, S.Pd yang telah banyak memberikan kontribusi pemikiran serta bimbingan guna menyelesaikan penelitian ini.
7. Peserta didik kelas XI MIPA 2 dan 3 SMAN 3 Jember tahun pelajaran 20201/2022 yang telah mengikuti proses peelitian dengan sangat baik.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran.
Semoga segala kebaikan Bapak/Ibu yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang baik dari Allah SWT.
Jember, 07 Juni 2022
Fitria Nur Sholikhah NIM.T20188094
x
DAFTAR ISI
Hal Bagian Awal
Halaman Judul... ii
Persetujuan Pembimbing... iii
Pengesahan Tim Penguji ... iv
Motto ... v
Persembahan ... vi
Abstrak ... vii
Kata Pengantar ... vii
Daftar Isi... x
Daftar Tabel ... xiii
Daftar Gambar ... xvi
Daftar Lampiran ... xvii
Bagian Inti BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 11
C. Tujuan Penelitian ... 12
D. Manfaat Penelitian ... 13
xi
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 14
1. Variabel Penelitian ... 14
2. Indikator Penelitian ... 15
F. Definisi Operasional ... 18
G. Asumsi Penelitian ... 19
H. Hipotesis ... 20
I. Sistematika Pembahasan ... 21
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 23
A. Penelitian Terdahulu ... 23
B. Kajian Teori ... 28
BAB III METODE PENELITIAN ... 57
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 57
B. Populasi dan Sampel ... 58
C. Teknik dan Isntrumen Pengumpulan Data ... 61
D. Analisis Data ... 79
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS ... 87
A. Gambaran dan Obyek Penelitian... 87
B. Penyajian Data ... 88
C. Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 92
D. Pembahasan ... 99
BAB V PENUTUP ... 100
A. Kesimpulan ... 100
B. Saran-Saran ... 111
xii Bagian Akhir
Daftar Pustaka ... 112 Lampiran ... 117
xiii
DAFTAR TABEL
No Uraian Hal
Tabel 1.1 Indikator Variabel... 16
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu... 25
Tabel 2.2 Kompetensi Inti... 48
Tabel 2.3 Kompetensi Dasar... 49
Tabel 3.1 Distribusi Populasi Peserta Didik Kelas XI MIPA SMAN 3 Jember.. 59
Tabel 3.2 Sampel Penelitian... 60
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kritis... 64
Tabel 3.4 Rubrik Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis... 66
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Angket Sikap Ilmiah... 68
Tabel 3.6 Kriteria Penilaian Angket Sikap Ilmiah Berdasarkan Skala Likert... 69
Tabel 3.7 Lembar Daftar Dokumentasi... 69
Tabel 3.8 Kriteria Validitas Para Ahli... 72
Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas Para Ahli... 72
Tabel 3.10 Interpertasi Terhadap Nilai Koefisien Korelasi ... 73
Tabel 3.11 Hasil Uji Validitas Soal Posttest Kemampuan Berpikir Kritis... 74
Tabel 3.12 Hasil Uji Validitas Angket Sikap Ilmiah... 75
xiv
Tabel 3.13 Hasil Validitas Instrumen Angket Sikap Ilmiah... 76
Tabel 3.14 Penafsiran Hasil Uji Reabilitas... 78
Tabel 3.15 Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Intsrumen Tes... 78
Tabel 3.16 Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen Angket... 78
Tabel 3.17 Tingkat Pencapaian Skor Pada Variabel Kemampuan Berpikir Ktitis... 81
Tabel 3.18 Tingkat Pencapaian Skor Pada Variabel Sikap Ilmiah... 81
Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasi Penelitian Kelas Eksperimen... 90
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasi Penelitian Kelas Kontrol... 91
Tabel 4.3 Deskripsi Data Tes Kemampuan Berpikir Kritis... 92
Tabel 4.4 Deskripsi Data Angket Sikap Ilmiah... 93
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Berpkir Kritis Peserta Didik... 95
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Data Sikap Ilmiah Peserta Didik... 95
Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Data Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik... 96
Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Data Sikap Ilmiah Peserta Didik... 97
Tabel 4.9 Hasil Uji Z... 99
Tabel 4.10 Hasil Uji Z Variabel Kemampuan Berpikir Kritis...104
xv
Tabel 4.11 Hasil Uji Z Variabel Sikap Ilmiah...107
xvi
DAFTAR GAMBAR
No. Uraian Hal.
Gambar 3.1 Desain Penelitian...…. 57 Gambar 4.1 Diagram Kemampuan Berpikir Kritis... 100 Gambar 4.2 Diagram Sikap Ilmiah Peserta Didik... 103
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Uraian Hal.
Lampiran 1. Pernyataan Keaslian Tulisan ... 117
Lampiran 2. Matriks Penelitian ... 118
Lampiran 3. Permohonan Bimbingan Skripsi ... 121
Lampiran 4. SK Dosen Pembimbinng ... 122
Lampiran 5. Permohonan Uji Sempro ... 124
Lampiran 6. Permohonan Izin Penelitian ... 125
Lampiran 7. Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 126
Lampiran 8. Jurnal Penelitian ... 127
Lampiran 9. RPP Eksperimen ... 129
Lampiran 10. RPP Kontrol ... 152
Lampiran 11. Dokumentasi Proses Penelitian ... 169
Lampiran 12. Lampiran Kisi-Kisi Angket ... 173
Lampiran 13. Angket Uji Coba ... 176
Lampiran 14. Angket Kelas Eksperimen ... 178
Lampiran 15. Soal Posttest Uji Coba ... 180
Lampiran 16. Kunci Jawaban Uji Coba ... 183
Lampiran 17. Soal Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 186
xviii
Lampiran 18. Kunci Jawaban Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 189
Lampiran 19. Lembar Instrumen Dokumentasi ... 190
Lampiran 20. Lembar Validasi Ahli ... 200
Lampiran 21. Tabulasi Data Instrumen ... 207
Lampiran 22. Hasil Jawaban Tes Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik ... 213
Lampiran 23. Hasil Jawaban Angket Sikap Ilmiah Peserta Didik ... 222
Lampiran 24. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 230
Lampiran 25. Data Nilai Peserta Didik untuk Penentuan Sampel ... 246
Lampiran 26. Rekapitulasi Data Penelitian ... 250
Lampiran 27. Output SPSS Analisis Deskriptif ... 256
Lampiran 28. Output SPSS Uji Normalitas ... 258
Lampiran29. Output SPSS Uji Homogenitas ... 259
Lampiran 30. Output Uji Z... 260
Lampiran 31. Biodata Peneliti... 262
BAB I
PENDAHAULUAN A. Latar Belakang Masalah
Saat ini terdapat 16 kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam menghadapi tantangan di abad 21 ini. Salah satunya adalah mampu berpikir kritis dan bersikap ilmiah. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh PISA (Programme for Internatiomal Students Assesment) menunjukkan bahwa Indonesia berada pada posisi masih jauh dibawah rata-rata internasional. Indonesia masih menduduki peringkat 3 dari bawah pada science porformance jika dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh pada divisi dan perempuan (OECD, 2016). Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Rahayu, dkk (2016) pencapaian peserta didik Indonesia dalam PISA sangat memprihatinkan dalam beberapa tahun terakhir dan dibuktikan dalam penelitiannya bahwa tingkat berpikir kritis peserta didik rendah mencapai 45,09%.
Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis peserta didik Indonesia rendah. Hal ini sejalan dengan hasil studi di beberapa sekolah di Jember yang menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis peserta didik masih rendah (Rosyid, dkk. 2014). Pada pembelajaran biologi di MAN 02 Jember hasil wawancara dengan guru pada kelas X IPA 04 kemampuan berpikir kritis peserta didik rendah mencapai 36,11% (Shiddiq, dkk. 2019). Penelitian yang dilakukan Susilawati di SMA Woha (2020) diperoleh hasil bahwa 21 % peserta didik mempunyai keterampilan berpikir kritis pada tingkatan sedang, 64%
1
peserta didik mempunyai keterampilan berpikir kritis pada tingkatan rendah, dan 15% peserta didik mempunyai keterampilan berpikir kritis sangat rendah. Pengembangan keterampilan berpikir kritis diperlukan untuk menghadapi tantangan pada abad ini. Sedangkan pada kenyataannya, menurut Daniati,dkk (2018) sebagian besar dari peserta didik masih belum mampu untuk melibatkan pemikiran yang kritis dalam setiap pembelajaran.
Keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran tidak hanya dipengaruhi oleh aspek berpikir saja, namun dipengaruhi juga oleh aspek efektif (sikap ilmiah). Kenyataan yang terjadi masih terdapat siswa yang memiliki kemampuan berpikir dan sikap ilmiah yang rendah (Parawati, dkk. 2020). Hal ini juga pernah dibuktikan pada penelitian ynag dilakukan oleh Nisa, dkk (2017) bahwa keterampilan berpikir kritis pada mata pelajaran fisika masih relatif rendah. Pada penelitian yang dilakukan oleh Bahri,dkk (2019) di SMAN 17 Makassar juga menyatakan bahwa peserta didik dalam proses pembelajaran mata pelajaran biologi belum sepenuhnya mampu mengembangkan sikap ilmiahnya. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani,dkk (2018) bahwa peserta didik kelas X di SMAN 8 Bandung memiliki sikap ilmiah yang tergolong rendah sebelum mendapatkan pembelajaran praktikum virtual.
Salah satu cara yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkakan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah peserta didik
adalah memperbaiki kualitas mutu pendidikan Indonesia dengan menerapkan Kurikulum 2013 revisi 2016. Harapannya peserta didik dapat berpikir kritis dan mampu bersikap ilmiah sesuai dengan penerapan kurikulum 2013 yang merupakan upaya untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik karena Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Kurikulum 2013 yaitu peserta didik dituntut memiliki keterampilan berpikir yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan melalui kegiatan, mengamati, menanya, mencoba, mengolah, manyaji, menalar, dan menciptakan secara mandiri sesuai dengan bakat dan minatnya (Kemendikbud, 2013). Saat ini pentingnya mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan melatih sikap ilmiah peserta didik dalam pembelajaran telah menjadi tujuan pendidikan. Peserta didik harus mampu membangun kemampuan berpikir kognitif yang mendalam dan tinggi dalam memaknai proses pembelajaran.
Kemampuan berpikir kritis menjadi sangat penting untuk dimiliki peserta didik dalam membantu mengambil keputusan (Abrami, dkk.
2014). Selain itu sikap ilmiah sebagai gambaran keterbukaan pemikiran, rasa ingin tahu, dan optimisme terhadap kegagalan (Wildan, dkk. 2019).
Pendidikan sebagai sarana untuk mempersiapkan peserta didik ketika bergabung dengan dunia kerja yang menuntut untuk berpikir analitis, mampu memecahkan masalah dan kritis sehingga dapat menjadikan mereka sebagai tenaga kerja yang produktif dan menghasilkan pengetahuan, mampu saling bertukar informasi serta mendorong kemajuan
dalam pembangunan kesejahteraan masyarakat (Sasson et al, 2018).
Kemampuan berpikir kritis diperlukan supaya membantu mengelola pikiran dalam memperoleh cara belajar yang sesuai, mengetahui makna belajar, dan memahami inti pokok pembelajaran. Seiring dengan berkembangnya era infromasi dan kehidupan yang semakin kompleks maka kemampuan dalam berpikir kritis dipandang sebagai kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh setiap individu (Fisher, 2009). Menurut Rositawati (2018), kemampuan berpikir kritis penting untuk dikembangkan pada peserta didik, mengingat kemampuan ini sangat mempengaruhi terhadap hasil belajar dan membantu peserta didik dalam memahami konsep pembelajaran. Selain berpikir kritis, karakter pendidikan yang harus dimiliki juga oleh peserta didik salah satunya adalah sikap ilmiah (Parawati, dkk. 2020).
Di era industri 4.0 sekarang ini banyak sekali perubahan yang terjadi dalam berbagai bidang seperti pendidikan, ilmu penegtahuan, ekonomi, dan teknologi, sehingga sebagai manusia yang hidup di era modern tentunya dibutuhkan kemampuan untuk mengimbanginya agar tidak tertinggal. Pendidikan merupakan salah satu yang menjadi jembatan serta sarana bagi manusia untuk mengembangkan kulaitas dirinya untuk menghadapi perubahan di era globalisasi (Fitri, 2021 : 1617). Namun saat ini kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini sesuai dengan data yang dikeluarkan oleh PISA (Programme for Internatiomal Students Assesment) yang menyatakan bahwa pendidikan Indonesia masih
tergolong rendah dengan capaian Indonesia pada tahun 2015 yang berada pada peringkat 54 dari 69 negara (Pratiwi, 2019 : 52). Kualitas pendidikan Indonesia rendah diakibatkan oleh banyak faktor seperti lemahnya sektor menejemen pendidikan, terjadi kesenjangangan sarana pendidikan untuk sekolah yang berada di desa dan kota, dukungan dari pemerintah yang masih lemah, rendahnya kualitas daya pengajar, serta lemahnya standar evaluasi pembelajaran (Fitri, 2021 : 1618).
Melihat pentingya peran pendidikan untuk menghadapi era globalisasi ini, maka diperlukan peningkatan kualitas pendidikan dari berbagai faktor. Sebagaimana yang diketahui hal ini tertuang dalam UUD 1945 31 Ayat 1 yang menyebutkan bahwa “pendidikan merupakan hak setiap warga negara”/ “setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”. Dengan adanya pendidikan, dapat menciptakan generasi penerus bangsa yang memiliki kepribadian cerdas dan berkualitas serta mampu bersaing di Era Revolusi Industri 4.0. Oleh sebab itu pendidikan menjadi hal yang sangat penting dalam sebuah negara agar dapat berkambang (Fitri, 2021 : 117).
Allah SWT berfirman :
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman apabila, dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan di dalam, majelis-majelis”, dan apabila dikatakan “Berdirilah kamu” maka berdirilah, niscaya Allah mengangkat (derajat) orang-orang yang diberi ilmu diberi ilmu beberapa derajat dan Allah mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (Q.S Al – Mujadilah ayat 11)
Berdasarkan ayat tersebut Allah SWT memerintahkan menuntut ilmu, karena dengan ilmu pengetahuan dapat meningkatkan kemuliaan dan derajat. Namun ayat tersebut tidak menyebut dengan jelas bahwa Allah meninggikan derajat seorang berilmu. Tetapi Allah SWT lebih meninggikan derajat manusia yang berilmu daripada yang hanya beriman (Shihab, 2007 : 14). Tujuan dari pendidikan paling dasar adalah untuk mendapatkan pengalaman dalam kehidupan bermasyarakat. Karena dengan pendidikan pemikiran dan tingkah laku peserta didik dapat berubah sehingga peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya (Anwar, 2017).
Pembelajaran pada kurikulum 13 reivisi saat ini yang sedang berjalan membutuhkan perangkat pembelajaran yang mendukungnya, yang meliputi model pembelajaran, teknik pembelajaran, dan guru sebagai fasilitator. Guru sebagai fasilitator disini dituntut untuk memiliki inovasi dalam pemilihan serta penerapan metode pembelajaran yang akan diaplikasaikan kepada peserta didik. Ketepatan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat mempengaruhi hasil belajar, kemampuan berfikir, dan tingkat kepahaman peserta didik. Karena pembelajaran yang diperoleh di sekolah bertujuan untuk meperoleh pengetahuan yang nantinya akan dibutuhkan peserta didik (Putra, 2016:204). Namun menurut peneilitian yang dilakukan oleh Sholikhah dan Wahidah (2020:21) fakta yang terjadi di SMAN 1 Grati guru mata pelajaran biologi masih menggunakan metode lama yaitu metode ceramah yang dalam hal ini guru menjadi pemeran utama dalam pembelajaran. Sedangkan pada kurikulum 2013 revisi metode pembelajaran yang dipakai adalah metode Scienetific.
Pada metode Scienetific peserta didik menjadi pusat pembelajaran (Kemendikbud, 2013). Dengan penggunaan metode Scienetific ini diharapkan peserta didik dapat menemukan konsep-konsep pembelajaran secara mandiri dan guru hanya bertugas sebagai fasilitator
Permasalahan yang sering terjadi di dalam kelas, seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh Bahri,dkk (2019) adalah peserta didik cenderung kurang mampu berpikir kritis dalam sikap memecahkan masalah dan upaya mencari solusi yang diberikan dalam konteks
pelajaran. Pada penelitian yang dilakukan oleh Parawati,dkk (2020) bahwa peserta didik juga menunjukkan rendahnya rasa ingin tahu terhadap pelajaran, dilihat dari sedikitnya peserta didik yang bertanya saat pelajaran. Rendahnya sikap ilmiah peserta didik disebabkan oleh model pembelajaran yang digunakan oleh guru selama ini masih konvensioanl (Laila dan Lufri, 2019). Serta rendahnya kemampuan berpikir kritis peserta didik disebabkan oleh kurangnya variasi model pembelajaran yang dilakukan oleh guru (Hajrin, dkk. 2019).
Dalam pra-penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di SMAN 3 Jember bahwa peneliti telah melakukan observasi selama kegiatan Pengenalan Lingkungan Persekolahan (PLP) di SMAN 3 Jember dan wawancara kepada guru mata pelajaran Biologi kelas XI MIPA.
Berdasarkan hasil observasi yang telah peniliti lakukan di 3 kelas yaitu kelas XI MIPA 2, 3, dan 4 didapati hasil yaitu proses pembelajaran dikelas cenderung pasif, peserta didik hanya mendengarkan dan mencatat yang dijelaskan oleh pendidik. Sesekali pendidik memberikan pertanyaan ke peserta didik dan hanya beberapa peserta didik yang mampu menjawab namun masih belum adanya timbal balik pertanyaan yang disampaikan peserta didik ke pendidik. Hal ini diperkuat dengan penelitian terdahulu yang dilakukan pada tahun 2018 di SMAN 3 Jember bahwa selama proses pembelajaran berlangsung peserta didik tidak terdapat respon dan tidak timbulnya rasa ingin tahu terhadap materi pelajaran yang dipelajari, karena pembelajaran yang biasa dilakukan cenderung dianggap membosankan
(Hasan, 2021 :31). Selain dalam hal pembelajaran dikelas, ketika dilakukan pembelajarn praktikum hanya sedikit peserta didik yang berminat untuk melakukan praktikum sebagian besar peserta didik mengabaikan. Seperti tidak adanya rasa ingin tahu terhadap apa yang harus dipelajari. Sedangkan hasil wawancara dengan Ibu Yuswita Sari selaku guru XI MIPA di SMAN 3 Jember mengatakan bahwa tingkat kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas XI MIPA di SMAN 3 Jember memang tergolong masih rendah hal ini disebabkan oleh berbagai hal : 1) belum terbiasanya peserta didik diberi soal berbasis High Order Thinking Skill (HOTS), 2) model pembelajaran yang digunakan oleh bapak/ibu guru tidak mengacu atau tidak menggunakan model berbasis berpikir kritis, 3) selain itu menurut penuturan Bu Yuswita akibat dari keadaan pandemi peserta didik melakukan pembelajaran secara daring yang dianggap belum maksimal untuk meningkatkan berpikir peserta didik. Dalam hal sikap ilmiah sudah tercemin namun masih tergolong sedang karena pembelajaran daring yang tidak maksimal dalam penyampaian sehingga tingkat rasa keingin tahuan peserta didik teradap ilmu yang dipelajari sangat kurang. Selain itu juga akibat dari kurangnya kegiatan praktikum selama pembelajaran daring atau hanya dilakukannya praktikum digital sehingga membuat peserta didik tidak memunculkan semua kompetensi dan lebih bersikap apatis terhadap pembelajaran.
Berpikir kritis dan memiliki sikap ilmiah sangat diperlukan dalam pembelajaran biologi. Kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah dapat
diperoleh dengan diimbangi model pembelajaran yang tepat dan sesuai.
Adapun model pembelajaran yang sesuai adalah model pembelajaran CLIS. Model pembelajaran CLIS (Children Learning In Science) adalah model pembelajaran yang memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir dan berusaha memunculkan ide gagasan dalam memecahkan sebuah masalah secara tertuntun untuk membangun ide yang ilmiah (Sari,dkk. 2015). Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Sulistiani (2019) menunjukkan penggunaan model CLIS sangat berpengaruh dan berpengaruh positif terhadap hasil belajar peserta didik kelas XI IPA SMA. Hasil penelitian Nurfaidah (2019) menunjukkan penggunaan model pembelajaran CLIS berpengaruh terhadap kemampuan HOTS dan Self Confident. Penelitian yang dilakukan oleh Puspita,dkk (2018) hasil penelitian menunjukkan penggunaan model pembelajaran Model Learning Cycle Tipe 7E disertai teknik talking stick terdapat pengaruh terhadap sikap ilmiah peserta didik. Kebaharuan dari penelitian yaitu penggunaan model pembelajaran CLIS terhadap kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah peserta didik. Model pembelajaran CLIS diharapakan juga dapat diterapkan pada materi pelajaran sistem pernapasan manusia kelas XI SMA untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah peserta didik. Dari latar belakang diatas, perlu diadakannya penelitian mengenai “Pengaruh Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis dan Sikap Ilmiah Peserta Didik pada Sub Materi Sistem Pernapasan
Manusia di Kelas XI MIPA di SMAN 3 Jember Tahun Pelajaran 2021/2022”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dikemukan dalam peneilitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas kontrol dan kelas eksperimen setelah dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) pada sub materi sistem pernapasan manusia kelas XI MIPA di SMAN 3 Jember tahun pelajaran 2021/2022 ?
2. Bagaimanakah sikap ilmiah peserta didik kelas kontrol dan kelas eksperimen setelah dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) pada sub materi sistem pernapasan manusia kelas XI MIPA di SMAN 3 Jember tahun pelajaran 2021/2022?
3. Adakah pengaruh model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) pada sub materi sistem pernapasan manusia terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas XI MIPA di SMAN 3 Jember tahun pelajaran 2021/2022 ?
4. Adakah pengaruh model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) pada sub materi sistem pernapasan manusia terhadap sikap
ilmiah peserta didik kelas XI MIPA di SMAN 3 Jember tahun pelajaran 2021/2022 ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicipai dalam penilitian ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) pada sub materi sistem pernapasan manusia kelas XI MIPA di SMAN 3 Jember tahun pelajaran 2021/2022.
2. Untuk mengetahui sikap ilmiah peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) pada sub materi sistem pernapasan manusia kelas XI MIPA di SMAN 3 Jember tahun pelajaran 2021/2022.
3. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) pada sub materi sistem pernapasan manusia terhadap kemampuan berfikir kritis peserta didik kelas XI MIPA di SMAN 3 Jember tahun pelajaran 2021/2022.
4. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) pada sub materi sistem pernapasan manusia terhadap sikap ilmiah peserta didik kelas XI MIPA di SMAN 3 Jember tahun pelajaran 2021/2022.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian antara lain : 1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat meningkatkan wawasan pengetahuan dan mampu mengembangkan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan zaman, dan mampu memberikan kontribusi keilmuan khususnya dibidang pendidikan biologi tentang model pembelajaran CLIS terhadap kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah peserta didik.
2. Manfaat Praktis a. Bagi pendidik
Memberikan sebuah variasi baru dalam mengajar dengan mempergunakan model pembelajaran CLIS.
b. Bagi peserta didik
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar dan dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran serta menyenangkan sehingga dapat memudahkan peserta didik dalam memahami materi pelajaran.
c. Bagi sekolah
Memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran khususnya pada mata pelajaran biologi di sekolah.
d. Bagi peneliti
Dapat memberikan manfaat yang besar berupa pengalaman dalam menjadi calon pendidik profesional dan pengalaman dalam hal karya ilmiah.
E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu gejala yang timbul dan ditetapkan oleh peneliti untuk menjadi fokus yang akan dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Jakni, 2016 : 47). Sesuai dengan judul penelitian yang dipilih yaitu Pengaruh Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Peserta Didik pada Sub Materi Sistem Pernapasan Manusia di Kelas XI MIPA di SMAN 3 JEMBER Tahun Ajaran 2021/2022 maka penulis meneglompokkan variabel yang digunakan dalam penelitian ini menjadi variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependent (variabel terikat). Adapun penjelasannya :
a. Variabel Bebas (X).
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan dan timbulnya variabel terikat.
Variabel bebas sering disebut sebagai variabel stimulus atau variabel pengaruh karena variabel bebas dapat mempengaruhi
variabel lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen yang diteliti adalah Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS).
b. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat merupakan variabel yang dapat dipengaruhi atau menjadi variabel akibat dari perlakuan variabel bebas.
Variabel terikat disebut juga sebagai variabel hasil atau variabel terpengaruh. Menurut Jakni (2016 : 49) variabel terikat adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penilitian ini yang menjadi variabel terikat yang diteliti adalah kemampuan berpikir kritis (Y1) dan sikap ilmiah (Y2).
2. Indikator Variabel
Setelah variabel terpenuhi kemudian diperlukan indiktaor- indikator penelitian yang merupakan rujukan empiris dari variabel yang diteliti. Adapun indikator variabel dalam penelitian ini yaitu :
Tabel 1.1 Indikator Variabel
Variabel Penelitian Aspek Variabel Indikator 1. Model
Pembelajaran Children Learning In Science (X)
1. Orientasi
2. Tahap pemunculan gagasan awal
3. Tahap penyusun ulang gagasan
4. Tahap penerapan gagasan
5. Tahap pemantapan gagasan
Variabel Penelitian Aspek Variabel Indikator 2. Kemampuan
Berpikir Kritis (Y1)
1. Melakukan klarifikas dasar tehadap masalah
a. Memahami
permasalahan atau informasi dengan cermat
b. Menganalisis sudut pandang
c. Bertanya dan
menjawab pertanyaan yang menantang dan mengklarifikasi
2. Mengumpulkan informasi dasar
a. Mempertimbangkan kredibilats berbagai sumber informasi yang didapat
b. Mengumpulkan informasi
3. Membuat inferensi a. Membuat dedukasi dengan menggunakan informasi yang ada b. Membuat induksi c. Membuat pertimbangan
yang bermanfaat 4. Melakukan klarifikasi
lanjut
a. Mendefinisikan istilah dan menentukan definisi jika diperlukan b. Mengidentifikasi
hipotesis 5. Membuat dan
mengkomunikasikan kesimpulan yang terbaik
a. Memutuskan suatu tindakan
b. Mengkomunikasikan tindakan kepada orang lain
3. Sikap Ilmiah (Y2) 1. Sikap rasa ingin tahu a. Memperhatikan hal-hal baru
b. Menunjukkan minat
melalui pengamatan c. Mengajukan
pertanyaan
d. Mencari penjelasan 2. Sikap respek terhadap
data atau fakta
a. Objektif/jujur b. Tidak Memanipulasi
data
Variabel Penelitian Aspek Variabel Indikator c. Mengambil keputusan
sesuai fakta
3. Sikap berpikir kritis a. Menanyakan setiap perubahan / hal baru b. Mengulangai kegiatan
yang dilaukan
c. Mengambil keputusan sesuai fakta
4. Sikap penemuan dan kreativitas
a. Menggunakan fakta- fakta untuk kesimpulan b. Merubah pendapat
dalam merespon sebuah fakta baru c. Menunjukkan laporan
yang berbeda 5. Sikap berpikir
terbuka
a. Mengutamakan bukti dan fakta
b. Menerima saran dari orang lain
c. Berpartisipasi aktif dalam kelompok 6. Sikap ketekunan a. Menerima kegagalan
b. Melanjutkan penelitian sesudah kebaruan hilang
c. Menyelesaikan semua kegiatan
F. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan definisi yang didasarkan pada hal- hal yang dapat diamati atau diobservasi. Definisi operasional dimaksudkan bagi orang lain dapat mengetahui hal sedang diamati oleh penliti untuk melakukan hal yang serupa, sehingga hal yang diamati oleh peniliti dapat dilakukan atau diuji lagi oleh orang lain (Jakni, 2016 : 56).
1. Pengaruh
Pengaruh meruapakan kekuatan yang timbul dari sesuatu hal, baik itu berasal dari orang mapun benda serta segala sesuatu di alam sehingga mempengaruhi sesuatu disekitarnya. Dalam penelitian ini pengaruh model pembelajaran CLIS terhadap berpikir kritis dan sikap ilmiah.
2. Model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS).
Model ini bertujuan untuk melatih peserta didik dalam kemampuan memecahkan sebuah permasalahan dan mengembangkan rasa keingintahuan peserta didik terhadap informasi baru.
3. Kemampuan berpikir kritis
Kemampuan berpikir kritis merupakan proses kemampuan esensial dan berfungsi efektif dalam setiap aspek kehidupan.
Kamampuan berpikir kritis bertujuan untuk membiasakan diri peserta didik dalam menyelesaikan sebuah permasalahan secara professional serta mampu menganalisa hal-hal yang perlu dilakukan dalam memcahkan sebuah permasalahan tersebut.
4. Sikap ilmiah
Sikap ilmiah merupakan kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah secara sistematis melalui pemikiran yang logis dan terstruktur melalui langkah-langkah ilmiah. Peserta didik yang memiliki sikap ilmiah cenderung memiliki keingin tahuan yang tinggi terhadap sebuah informasi atau ilmu baru yang didapat.
G. Asumsi Penelitian
Asumsi penelitian biasa juga disebut sebagai anggapan dasar yaitu titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh peneliti. Asumsi harus didasarkan pada keyakinan peneliti, sehingga dapat dijadikan sebagai titik tolak dalam penelitian (Arifin, 2014. 195). Asumsi harus dirumuskan secara jelas sebelum peneliti melakukan pengambilan data.
Dalam penelitian ini peneliti berasumsi bahwa :
1. Model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah peserta didik.
2. Ada perbedaan signifikan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah peserta didik yang dibelajarkan menggunakan model pembalajaran Children Learning In Science (CLIS) dengan peserta didik yang tidak dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) pada sub materi sistem pernapasan manusia kelas XI MIPA di SMAN 3 Jember tahun pelajaran 2021/2022.
3. Ada pengaruh model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) pada sub materi sistem peranapasan manusia terhadap kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah peserta didik kelas XI MIPA di SMAN 3 Jember tahun pelajaran 2021/2022.
4. Kemampuan berpikir kritis peserta didik dapat diketahui setelah melakukan posttest dengan menggunakan tes yang telah valid.
5. Sikap ilmiah peserta didik diketahui setelah melakukan pengisian angket yang telah valid.
6. Kemampuan awal peserta didik dianggap sama berdasarkan nilai rata- rata PTS mata pelajaran biologi.
H. Hipotesis
Menurut Ali dalam Taniredja dan Hidayati (2014 : 42) hipotesis adalah rumusan jawaban sementara yang harus diuji melalui sebuah penilitian. Sedangkan menurut Fred N. Klinger (dalam Jakni, 2016 : 291) hipotesis sebagai pernyataan yang kira-kira mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih”. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hipotesis adalah dugaan sementara terhadap masalah yang diteliti, serta kebenarannya masih diragukan dan perlu pembuktian lebih lanjut melalui sebuah penilitian agar dapat disimpulkan kevalidannya.
Hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. 1 : Terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) pada sub materi sistem pernapasan manusia kelas XI MIPA di SMAN 3 Jember Tahun Pelajaran 2021/2022
1 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Children Learning In
Science (CLIS) pada sub materi sistem pernapasan manusia kelas XI MIPA di SMAN 3 Jember Tahun Pelajaran 2021/2022.
2. 2 : Terdapat perbedaan yang signifikan sikap ilmiah peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) pada sub materi sistem pernapasan manusia kelas XI MIPA di SMAN 3 Jember Tahun Pelajaran 2021/2022
2 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) pada sub materi sistem pernapasan manusia kelas XI MIPA di SMAN 3 Jember Tahun Pelajaran 2021/2022.
I. Sistematika Pembahasan
Supaya lebih mudah dalam memahami, maka alangkah baiknya disusun suatu sistematika ynag sesuai dengan urutan-urutan yang ada dalam pembahasan. Sistematika pembahasan berisi tentang deskripsi alur pembajasan skripsi yang dimulai dari pendahuluan hingga penutup. Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitaf yang berisikan V bab penting, dengan sistematika pembahasan sebagai berikut :
BAB I : Bab ini berisi tentang latar belakang masalah yang diteliti, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup
penelitian yang membahas tentang variabel yang diteliti, definisi operasional, asumsi penelitian, hipotesis, sistematika penelitian.
BAB II : Bab ini berisi dua sub bab penting didalmnya yaitu mengenai penelitian terdahulu yang menjadi sebuah acuan serta keterkaitan dengan penelitian yang dilakukan, dan yang kedua berisi tentang pembahasan teori yang dijadikan sudut pandang dalam melakukan penelitian.
BAB III : Bab ini memuat tentang metode penelitian berupa pendekatan dan jenis penelitian, populasi dan sampel, teknik dan instrumen pengambilan data, serta analisis data.
BAB IV : Bab ini merupakan bab inti pada penelitian ini yaitu bab penyajian data dan analisis. Pada bab ini berisi gambaran obyek penelitian penyajian data, analisis dan pengujian hipotesis, serta pembahasan.
BAB V : Bab terakhir pada penelitian ini yaitu penutup. Pada bagian bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang kemudian dilanjutkan dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang mendukung penelitian.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Rotari (2021) dengan judul
“Pengaruh Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS)
Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Sikap Ilmiah Peserta Didik”.
Pada Mata Pelajaran Biologi Kelas X SMA Negeri 03 Tulang Bawang Tengah”. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh penggunaan model pembelajaran CLIS terhadap kemampuan berpikir kreatif dan sikap ilmiah dengan nilai signifikansi 0.000<0,05.
Penelitian yang dilakukan oleh Sulistiani (2019) dengan judul
“Pengaruh Model Pembelajaran Children Learning In Science Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Fluida Dinamis”. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan model CLIS sangat berpengaruh dan berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPA SMA.
Didapatkan hasil penelitian nilai rata-rat pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen yaitu 31,50 dan 28,50. Sedangkan setelah diberi perlakuan kelas eksperimen mengalami kenaikan nilai yang lebih besar dengan rata- rata nilai posttest pada kedua kelas yaitu 66,13 dan 74,25. Berdasarkan hasil penelitian tersebut model pembelajaran CLIS dapat digunakan sebagai refrensi model pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar.
Peneleitian yang dilakukan oleh Nurfaida (2019) dengan judul
“Pengaruh Model Pembelajaran CLIS (Children Learning In Science) Terhadap Kemampuan HOTS (Higher Order Thinking Skill) dan Self Confidence Peserta Didik”. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan model pembelajaran CLIS berpengaruh terhadap kemampuan HOTS dan Self Confident. Penelitian ini menggunakan desain penelitian
23
Nonequivalent Group Posttest Only Design, dengan didapati hasil penelitian pada kelas eksperimen tergolong tinggi dan kelas kontrol tergolong sedang berturut-turut 80,11% dan 68,87% pada kemampuan HOTS. Sedangkan untuk variabel self confidence didapati hasil pada kelas eksperimen dan kelas kontrol secara berturut-turut 86,64% tergolong tinggi dan 68,94% tergolong rendah.
Penelitian yang dilakukan oleh Puspita,dkk (2018) dengan judul
“Pengaruh Model Learning Cycle Tipe 7E Disertai Teknik Talking Stick Terhadap Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Protista”. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan model pembelajaran Model Learning Cycle Tipe 7E disertai teknik talking stick terdapat pengaruh terhadap sikap ilmiah siswa. Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian Posttest- Only Control Design, dengan didapatkan hasil pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berturut-berturut yaitu dengan rata-rata 81% dan 76%.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka penggunaan model pembelajaran Model Learning Cycle Tipe 7E Disertai Teknik Talking Stick terdapat pengaruh pada sikap ilmiah siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2017) dengan judul
“Pengaruh Model Generatif Terhadap Sikap Ilmiah Siswa dalam Pembelajaran Biologi di Kelas X SMA Muhamadiyah 2 Palembang”.
Hasil penelitian menunjukkan penggunaan model generatif berpengaruh terhadap sikap ilmiah siswa. Dengan perolehan skor rata-rata kelas eksperimen 75,28 dan pada kelas kontrol 69,32. Dengan hasil tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa kelas yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran generatif lebih tinggi rata-rata dibandingkan dengan kelas yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama dan
Judul
Perbedaan Persamaan 1 Heni Rotari
(2021).
“Pengaruh Model
Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) Terhadap Kemampuan Berpikir
Kreatif Dan Sikap Ilmiah Peserta Didik”.
Pada Mata Pelajaran Biologi Kelas X SMA Negeri 03 Tulang Bawang
Tengah”.
1. Penelitian ynag dilakukan oleh Rotari meneliti kemampuan berpikir kreatif dan sikap ilmiah, sedangkan pada penelitian ini meneliti tentang kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah.
2. Desain penelitian terdahulu
menggunkan Pretest-Posttest Control
Group Design, sedangkan pada penelitian ini menggunakan
desain
Nonequivalent Group Posttest Only Design.
3. Kelas kontrol pada penelitian terdahulu dibelajarkan
menggunakan model pembelajaran Direct Instruction,
sedangkan pada penelitian ini menggunakan model pembelajaran
Discovery learning.
1. Persamaan penelitian terdahaulu dengan
penelitian ini yaitu terletak pada variabel bebas, sama- sama
menggunakan model
pembelajaran Children
Learning In Science
2. Tehnik pengumpulan data sama-sama menggunakan tes dan angket.
No Nama dan Judul
Perbedaan Persamaan 4. Fokus materi pada
penelitian terdahulu yaitu perubahan lingkungan,
sedangkan pada penelitian ini sub materi sistem pernapasan manusia 2 Desi Sulistiani
(2019).
“Pengaruh Model
Pembelajaran Children Learning In Science
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Fluida Dinamis”
1. Penelitian terdahulu menggunakan variabel terikat hasil belajar, sedangkan pada penelitian ini menggunakan
variabel terikat kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Sulistiani fokus penelitian pada mata pelajaran fisika, sedangkan penilitian ini fokus penelitian pada mata pelajaran biologi.
1. Meneliti menggunakan variabel bebas yaitu model pembelajaran Children
Learning In Science
3 Titin Nurfaidah (2019).
“Pengaruh Model
Pembelajaran CLIS (Children Learning In Science)
Terhadap Kemampuan HOTS (Higher Order Thinking Skill) dan Self Confidence Peserta Didik.”
1. Variabel terikat yang di teliti dalam penelitian ini berupa kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Nurfaidah meniliti kemampuan HOTS dan self confidence peserta didik.
2. Penelitian ini fokus penelitian pada sub materi sistem pernapasan manusia,
1. Kesamaan penelitian ini dengan
penelitian terdahulu adalah penggunaan model
pembelajaran yang sama-sama menggunakan model
pemebelajaran CLIS.
2. Desain
penelitian yang digunakan
No Nama dan Judul
Perbedaan Persamaan sedangkan pada
penelitian terdahulu pada materi getaran harmonik
sama-sama menggunakan Nonequivalent Group Posttest Only Design 4 Laila Puspita,
dkk (2018).
“Pengaruh Model
Learning Cycle
Tipe 7E
Disertai Teknik Talking Stick Terhadap Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Protista.”
1. Penelitian Puspita,dkk
menggunakan model Learning Cycle Tipe 7E Disertai Teknik Talking Stick, sedangkan peneliti menggunakan model pemeblajaran CLIS 2. Penelitian
sebelumnya fokus penelitian pada materi protista, sedangkan peneliti fokus penelitian pada sub materi sistem pernapasan manusia.
1. Penelitian terdahulu dengan
penelitian ini sama-sama meneliti sikap ilmiah peserta didik.
2. Desain
penelitian yang digunakan sama-sama menggunakan Nonequivalent Group Posttest Only Design
5 Tia Anggraeni (2017).
“Pengaruh Model Generatif Terhadap Sikap Ilmiah Siswa dalam
Pembelajaran Biologi di Kelas X SMA Muhamadiyah 2 Palembang”.
1. Penelitian Anggraeni
menggunakan model generatif, sedangkan peneliti
menggunakan model pembelajaran CLIS 2. Metode penelitian
yang digunakan oleh Anggraeni yaitu true eksperimental design, sedangkan peneliti
menggunakan
desain quasi eksperimental design.
3. Fokus penelitian Anggraeni pada kelas X dengan materi fungi,
1. Penelitian terdahulu dan penelitian ini sama-sama meneliti
variabel terikat sikap ilniah.
2. Desain
penelitian yang digunakan sama-sama menggunakan Nonequivalent Group Posttest Only Design
No Nama dan Judul
Perbedaan Persamaan sedangkan peneliti
pada kelas XI dengan sub materi sistem pernapasan manusia.
B. Kajian Teori
1. Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS)
a. Pengertian Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) Pada dasarnya pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dan guru baik secara langsung atau tatap muka maupun pembelajaran tidak langsung dengan menggunakan media pembelajaran (Rusman, 2011 dalam Tayeb, 2017 : 48). Dalam setiap pembelajaran membutuhkan model dan media pembelajaran untuk menjadikan setiap proses pembelajaran lebih interaktif.
Menurut Winaputra (2005 : 3) model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur secara sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai pedoman bagi para penata pembelajar dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran (Tyaeb, 2017. 48).
Peran guru dan peserta didik sangat penting dalam sebuah proses pembelajaran. Guru berperan untuk memilih pendekatan, startegi, metode, dan teknkik pembelajaran agar materi pelajaran
tetap tersampaikan kepada peserta didik dengan baik. Sedangkan peserta didik berperan aktif dalam sebuah proses pembelajaran sesuai dengan tujuan dari kurikulum 2013 yang mengedepankan keaktifan peserta didik disetiap proses pembelajaran. Model pembelajaran menjadi solusi untuk peserta didik dapat melatih diri dan memperoleh hasil belajar yang tinggi (Irwan dan Sani, 2015 : 43). Model pembelajaran untuk memberikan kemudahan bagi para peserta didik untuk memahami dan menguasi suatu pengetahuan atau pelajaran tertentu, sehingga banyak model pembelajaran yang telah dikembangkan. Banyak model pembelajaran yang telah dikembangkan, salah satunya adalah model Children Learning In Science (CLIS). Menurut Septatiningtiyas (2021 : 20) model pembelajaran CLIS adalah kerangka berfikir untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar mengajar yang melibatkan peserta didik dalam kegiatan pengamatan dan percobaan. Model pembelajran CLIS dikembangkan oleh kelompok CLIS di Inggris dipimpin oleh Prof.
Rosalind H. Driver, model pembelajaran CLIS merupakan model pembelajaran yang berusaha mengembangkan suatu ide gagasan terhadap suatu masalah yang diberikan kepada peserta didik dan mengkontruksikan ide atau gagasan kedalam pembelajaran berdasarkan pengamatan atau percobaan (Ismail, 2017 : 13). Model pembelajaran CLIS mengarahkan peserta didik pada berbagai
aktifitas seperti mengamati, meramalkan, menafsirkan, menerapkan kosep, merencanakan, eksperimen, dan mengkomunikasikan. Hal ini sesuai dengan tahap pembelajaran sains.
b. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS)
Menurut Driver (1988 dalam Septantiningtiyas, dkk. 2021 : 20) model pembelajaran CLIS terdiri dari 5 tahapan antara lain : 1) Orientasi
Orientasi merupakan tahap guru untuk memusatkan perhatian peserta didik. Tahap ini bisa dilakukan dengan cara menunjukkan atau mencotohkan suatu fenomena yang terjadi atau yang pernah dialami di lingkungan sekitar peserta didik.
Misalnya dengan menyebutkan fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Selanjutnya dihubungkan dengan topik yang dibahas.
2) Tahap Pemunculan Gagasan Awal
Pada tahap ini guru mengungkapkan konsep awal untuk memunculkan ide dengan mengahadapkan peserta didik terhadap sebuah permasalahan mengenai topik yang akan
dibahas dalam pembelajaran. Bagi guru, tahap ini merupakan eksplorasi pengetahuan awal peserta didik.
3) Tahap Penyusun Ulang Gagasan
Pada tahap ini guru memperjelas gagasan awal mengenai topik yang akan dipelajari. Selanjutnya dibentuk kelompok kecil, peserta didik diberikan Lembar Kerja Peserta didik untuk berdiskusi dan bertukar pikiran dalam memecahkan sebuah permaslahan.
4) Tahap Penerapan Gagasan
Pada tahap ini peserta didik dibimbing untuk menerapkan gagasan baru yang dikembagkan melalui sebuah observasi atau percobaan. Gagasan baru dalam praktiknya digunakan untuk menganalisis isu-isu yang terjadi ada dilingkungan sekitar.
5) Tahap Pemantapan Gagasan
Pada tahap pemantapan gagasan perlu adanya umpan balik gagasa baru atau pemahaman yang diperoleh peserta didik guna memperkuat konsep ilmiah.
c. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS)
Pada umumnya setiap model pembelajaran tidak ada yang benar-benar sempurna ketika diaplikasikan. Begitupula dengan model pembelajaran CLIS yang memilki keunggulan dan kelemahannya sendiri dibanding dengan model pembelajaran yang lain (S amatowa, 2011 : 77).
1) Kelebihan Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS)
a) Model pembelajaran ini dapat menciptakan proses pembelajaran yang terbuka dan memberikan kebebasan pada peserta didik untuk mengungkapkan ide dan gagasannya
b) Terciptanya kerja sama yang baik antar peserta didik serta peserta didik dapat terlibat langsung ketika percobaan dan observasi
c) Menciptakan suatu kreativitas peserta didik dalam belajar sehingga tercipta suatu pembelajaran yang aktif, kreatif, dan inovatif
d) Menghasilkan suasana belajar yang lebih bermakna karena timbulnya rasa bangga pada peserta didik dalam menemukan konsep ilmiah
e) Dengan terciptanya suasana pembelajaran yang menyenangkan, guru menjadi lebih efektif dalam mengajar.
2) Kekurangan Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS)
a) Kejelasan dari tahap dalam model pembelajaran ini tidak mudah dalam setiap tahapannya untuk direalisasikan.
b) Kesulitan yang sering terjadi yaitu berpindah dari satu fase ke fase selanjutnya.
2. Pembelajaran Biologi
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah “proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas dan kemampuan berpikir peserta didik serta dapat mengkonstruksikan pengetahuan baru sebagai upaya untuk meningkatkan penguasaan materi pelajaran. Peserta didik sebeagai pelaku utama dalam pembelajaran sedangkan guru sebagai fasilitator belajar peserta didik, oleh karena itu diharapkan peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran (Jayawardana, 2017 : 12).
Biologi merupakan cabang ilmu dari sains. Biologi sangat berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari seperti makanan, kese hatan, lingkungan, interaksi makhluk hidup, dan lain sebagainya.
Biologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari manusia (Jayawardana, 2017 :
13). Menurut Sari,dkk (2017) pembelajaran biologi bertujuan untuk memperoleh konsep dan teori terkait makhluk hidup dan lingkungan sekitar, oleh karena itu peserta didik didalam proses pembelajaran dilatih untuk mengamati, mengelompokkan, meneliti, dan kemudian mengkomunikasikannya.
Menurut Permendiknas No.21 tahun 2016 dalam pembelajaran biologi terdapat kompetensi yang harus dicapai peserta didik yaitu menerapkan proses kerja ilmiah dan keselamatan kerja di laboratorium dalam pengamatan dan percobaan untuk memahami masalah dalam biologi melalui berbagai objek. Menurut Cairn dan Sun (1990 dalam Suryaningsih, 2017 : 50) pembelajaran biologi idealnya dikembangkan sesuai dengan hakikat pembelajaran biologi yaitu scientific processes, scientific products, scientific attitudes. Pemebelajaran dengan menerapkan hakikat keterampilan sains dapat mengembangkan keterampilan dasar sains, berpikir kritis, dan sikap ilmiah peserta didik.
Dalam pembelajarn biologi sangat dibutuhkan adanya kegiatan pembelajaran praktikum. Pada kegiatan praktikum pserta didik dalam mengembangkan keterampilan sains dan sikap ilmiah serta dapat memecahkan masalah sesuai dengan kajian ilmiah, berpikir secara logis dan krtis.
3. Kemampuan Berpikir Kritis
a. Pengertian Kemampuan Berfikir Kritis
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Berpikir kritis adalah menguatkan keterampilan atau strategi kognitif dalam mencapai tujuan. Tujuan berpirkir kritis untuk mencapai pertimbangan yang kritis terhadap apa yanng akan didapat dalam membuat keputusan dengan alasan yang kritis dan logis (Nurjaman, 2020 : 42). Setiap peserta didik sangat penting untuk memiliki kemampuan ini. Dengan berpikir kritis maka peserta didik dapat membentuk sistem konseptual melalui kegiatan mental untuk memecahkan suatu permasalahan yang terarah, lugas, dan jelas (Sumaryanta , 2018 : 50). Berpikir kritis merupakan bentuk pemikiran yang perlu dikembangkan dalam memecahkan sebuah masalah, merumuskan kesimpulan, menyususn berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan yang logis dan terstruktuk sehingga dapat mencari informasi terpercaya untuk dipakai sebagai bukti. Proses menumbuhkan kemampuan berpikir kritis membutuhkan bantuan dari pendidik, karena kemampuan ini dapat dipelajari dan diajarkan.
Keyakinan dan bentuk pengetahuan tersebut dikaji dengan menemukan bukti-bukti yang mendukung sebuah alasan dalam membentuk suatu keismpulan. Jika dikonotasikan negatif manusia yang berpikir kritis tidak dapat menerima secara mudah informasi dan pengetahuan yang diterimanya, melainkan masih menyaringnnya (Sihotang, 2019 : 33). Menurut pemikiran Facione
(2015 : 28) mengatakan bahwa berpikir kirtis merupakan kemampuan menalar, menarik kesimpulan, melakukan klarifikasi, penjelasan, dan pengaturan diri ketika memecahkan sebuah masalah.
Servien dan Paul (dalam Syahbana, 2013: 51) mendefinisikan berpikir kritis sebagai disiplin ilmu yang secara aktif dan terampil menganalisis, mengkonsep, menarapkan, dan mengevaluasi informasi ataupun ilmu yang diperoleh dari suatu pengalaman tertentu yang nantinya sebagai panduan untuk keyakinan dan tindakan kemudian. Menurut R. Stobaugh (2013 : 3 dalam Nurjaman, 2020 : 42) berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir yang tidak mengacu pada hafalan. Sebab berpikir kritis adalah pemikiran secara naluriah dan reaktif, bukan pemikiran yang sesederhana mengingat infromasi atau pengetahuan yang telah didapat serta bukan pula pemikiran yang tidak logis dan tidak rasional. Definisi tersebut mengatakan bahwa berpikir kritis sebagai suatu sikap berpikir secara mendalam tentang masalah, metode dan penalaran secara logis sehingga mampu untuk menerapkan metode- metode tersebut. Berpikir secara kritis juga upaya yang menekankan untuk memeriksa setiap informasi, keyakinan, dan pengetahuan yang bersifat asumtif berdasarkan bukti pendukung dan kesimpulan yang timbul diakibatkannya (Kowiyah, 2012 : 177).
Peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kritis mampu untuk memutuskan suatu masalah yang harus dipercaya dan memulai untuk memecahkannya. Dalam proses pembelajaran kemampuan berpikir kritis sangat dibutuhkan untuk memahami berbagai informasi dan pengetahuan yang kompleks dan mendalam.
Maka dapat disimpulkan bahwa semakin sering peserta didik menggunakan keterampilan berpikir kritis semakin terasah pula kemampuan mentalnya. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Rachmatullah (2015 : 289) kemampuan berpikir kritis merupakan bagian dari proses mental dalam menganalisis serta mengevaluasi informasi dan pengetahuan yang didapat oleh peserta didik.
Jika menghadapi suatu permasalahan, maka peserta didik harus menganalisis hal-hal yang perlu dilakukan untuk memecahakan suatu permasalah tersebut. Begitupula dalam kegiatan pembelajaran, apabila peserta didik dengan kemampuan berpikir kritis diberikan suatu infromasi mengenai ilmu tertentu akan menanyakan segala hal yang berkaitan dengan informasi atau pengetahuan yang diberikan dalam arti yang positif bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang kompleks mengenai suatu