• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP LITERASI SAINS DALAM KURIKULUM 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONSEP LITERASI SAINS DALAM KURIKULUM 2013"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

KONSEP LITERASI

SAINS

DALAM KURIKULUM

2013

PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN JAKARTA, 2017 23 November 2017

(2)

KATA PENGANTAR

Literasi adalah kemampuan mengetahui, memahami, dan memaknai bahasa tertulis dalam kehidupan sehari-hari. Menurut UNESCO (2004), literasi dimaknai sebagai kemampuan mengenali, mengerti, menafsirkan, menciptakan, mengomunikasikan, menghitung, dan menggunakan bahan kajian, cetak, tertulis, dan berbagai moda yang berhubungan dengan beragam konteks. Literasi mencakup rentang pembelajaran yang membuat individu mampu untuk mencapai tujuannya, mengembangkan pengetahuan dan potensinya, dan berpartisipasi secara penuh dalam masyarakat sebagai keseluruhan. Perkembangan selanjutnya, literasi tidak hanya terbatas pada literasi bahasa di atas. Pada saat ini, berkembang enam jenis literasi, yaitu baca tulis, numerasi, keuangan, sains, digital dan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), serta literasi budaya dan kewarganegaraan.

Keenam literasi di atas sudah dikembangkan dalam Kurikulum 2013. Naskah ini pada dasarnya merupakan kajian konsep terhadap pengembangan literasi dalam Kurikulum 2013, khususnya literasi baca daan tulis. Di dalam naskah ini disajikan tentang definisi, misi pedagogis, tujuan, kompetensi, dan penjenjangan literasi.

Naskah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu, saran dan masukan sangat diharapkan dari pembaca

Jakarta, November 2017

Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan

Dr. Awaluddin Tjalla

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2016). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 tentang Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013. Jakarta, Indonesia: Kemendikbud.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2017). Peta Jalan Gerakan Literasi Nasional. Jakarta, Indonesia: Kemendikbud.

National Research Council (1996). National Science Education Standards. Washington DC, United States: National Academy Press.

Pisa, O. E. C. D. (2015). Draft Science Framework. diambil dari http://www. oecd. org/pisa/pisaproducts/Draft PISA 2015 Science Framework. pdf. Puskurbuk (2013). Naskah Akademik Kurikulum 2013. Jakarta, Indonesia:

Puskurbuk.

UNESCO (2004). The plurality of literacy and its implications for policies and programs: Position paper. Paris, Perancis: United National Educational, Scientific, and Cultural Organization.

Wenning, C. J. (2007). Assessing inquiry skills as a component of scientific literacy. Journal of Physics Teacher Education Online, 4(2), 21-24.

Wenning, C. J. (2006). Assessing nature-of-science literacy as one component of scientific literacy. Journal of Physics Teacher Education Online, 3(4), 3-14.

World Economic Forum (2015). New vision for education: Unlocking the potential of technology. Geneva, Switzerland: World Economic Forum.

(3)

VI. DAFTAR PUSTAKA

memfasilitasi berkembangnya potensi peserta didik sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.

Konsep literasi sains ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman bagi pendidik dalam mencapai kompetensi literasi. Konsep literasi ini dapat membawa perubahan terhadap pemahaman peserta didik sebagaimana literasi yang sebenarnya diterapkan dalam proses belajar mengajar di sekolah.

Curren, Randal (2010). Education for Global Citizenship and Survival dalam Yvonne Raley and Gerhard Preyer (Ed). Philosophy of Education in the Era of Globalization. New York: Routledge. Hlm 67-90

Dale, Philip S. and Thoreson, Catherine Crain (March 1999), Language and Literacy in a Developmental Perspective. Journal of Behavioral Education, 9, 1. Hlm. 23-33.

Korkmaz, Sedat and Korkmaz, Şule Çelik (2013). Contextualization or de-contextualization: student teachers’ perceptions about teaching a language in context. Social and Behavioral Sciences, 93. Hlm, 895 – 899.

Pole, D. The Concept of Reason. (1972), dalam R.F.Dearden P.H.Hirst and R.S.Peters (Eds). Education and the development of reason. London: Routledge. Hlm. 112-130.

Trilling, Bernie and Fadel, Charles (2009). 21st Century Skills: Learning for Life in Our Times. San Fransisco: John Wiley & Sons, Inc.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2016). Buku Saku Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta, Indonesia: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

DAFTAR ISI

I. Definisi ... Error! Bookmark not defined. II. Misi Pedagogis ... Error! Bookmark not defined. A. Misi Literasi ... - 9 - B. Literasi Sains dalam Kurikulum 2013 ... - 9 - C. Literasi Sains dalam Pembelajaran Lintas Mata Pelajaran ... - 10 - III. Tujuan Literasi Sains ... Error! Bookmark not defined. IV. Kompetensi Literasi Sains ... Error! Bookmark not defined. V. Penjenjangan Literasi Sains ... Error! Bookmark not defined. VI. Penutup ... Error! Bookmark not defined. VII. Daftar Pustaka ... Error! Bookmark not defined.

(4)

PENDAHULUAN Perspektif Literasi

Dari perspektif pedagogi, literasi tidak hanya merupakan satu entitas mata pelajaran, melainkan menjadi indikator dari keberhasilan implementasi kurikulum. Literasi dalam Kurikulum Australia merupakan proses untuk mencapai tahap pemaknaan (interpreting) teks melalui mendengar, membaca, dan mencermati. Meskipun pendefinisian literasi tersebut berada dalam konteks pengajaran bahasa, tetapi ruang lingkup dari definisi tersebut dapat berlaku untuk mata pelajaran lain. PISA (The Programme for International Studet Assessment) mendefinisikan literasi baca tulis sebagai refleksi kompetensi kognitif dari proses penerjemahan atas struktur dan karakteristik penyajian tekstual sampai dengan pemahaman pengetahuan tentang fenomena alam. Dalam upaya untuk mengembangkan pemahaman pengetahuan tersebut, kompetensi metakognitif menjadi sarana penerjemahan, baik pada tahap pemahaman terhadap struktur dan penyajian tekstual sampai dengan pemahaman pengetahuan tentang fenomena alam. Pengajaran bahasa merupakan titik tolak menuju literasi bidang lain. Frasa dan paragraf dalam bahasa mengekspresikan struktur logika bahasa dan sekaligus struktur logika cabang ilmu pengetahuan lainnya.

Proses pedagogi yang berlangsung melalui proses belajar mengajar di kelas merupakan proses interaksi fungsional antara guru dan siswa serta antarsiswa. Dalam proses interaksi tersebut, terdapat dua fenomena mengonstruksi pengetahuan dan menginternalisasikan nilai-nilai kehidupan sosial. Keduanya merupakan proses pengembangan kompetensi literasi. Dengan mempertimbangkan bahwa proses pemelajaran membawa misi mengonstruksi pengetahuan dan menginternalisasi nilai-nilai kehidupan, interaksi yang berlangsung di ruang kelas tidak hanya bersifat tekstual, tetapi juga kontekstual. Dengan mempertimbangkan kedua aspek tersebut, aspek tekstual dan kontekstual bersifat saling melengkapi. Aspek tekstual memberikan karangka

VII. PENUTUP

Literasi sains adalah salah satu literasi yang dikembangkan untuk kepentingan pendidikan di sekolah, khususnya, dan kemajuan pendidikan Indonesia, pada umumnya. Dengan demikian, pendidikan dapat memenuhi kriteria dan capaian yang diharapkan dan dapat memperbaiki kehidupan bangsa. Dengan literasi yang baik, diharapkan agar bangsa Indonesia mampu bersaing menyejajarkan diri di dunia internasional. Keberhasilan pencapaian literasi harus didukung oleh seluruh komponen yang ada di dunia pendidikan, terutama peran pendidik di sekolah yang berupaya membimbing, mengarahkan, mendidik, mengevaluasi,

Memaknai Sains dalam kehidupan Menggunaka n konsep sains untuk meningkatka n kepedulian diri sendiri dan lingkungan Menggunakan konsep sains untuk meningkatkan kepedulian diri sendiri dan lingkungan Menggunakan pengetahuan prosedural sains untuk membangun tanggung jawab Menggunakan pengetahuan konseptual dan prosedural untuk menyelesaikan masalah individu dan masyarakat sekitar terkait sains, secara bertanggung jawab Menggunakan kemampuan ilmiah untuk menyelesaikan masalah terkait sains secara produktif, kreatif, dan inovatif dengan berpihak pada kepentingan bersama Menunjukkan penghargaan terhadap kontribusi para ilmuwan sains dalam membangun peradaban

(5)

Memahami proses sains Mengidentifi kasi feno-mena alam sekitar melalui observasi, mengelom-pokkan, membanding kan Mengidentifi-kasi isu ilmiah melalui observasi, mengelompok -kan, membanding-kan, menalar, memutuskan Menjelaskan fenomena dan isu ilmiah, melalui langkah-langkah membangun hipotesis, melakukan eksperimen, mengumpulkan, mengolah, menginterpretasi data, dan mengkonstruksi pengetahuan Menggunakan bukti ilmiah dari berbagai sumber (bukti empirik dan literatur) untuk membangun kemampuan berargumentasi dan berpikir tingkat tinggi untuk menghasilkan karya/gagasan kreatif dan inovatif

pedagogis untuk menyeleksi konteks-konteks yang dapat diintegrasikan dalam proses belajar mengajar di kelas. Di lain pihak, aspek kontekstual memperkaya pokok bahasan suatu topik dari mata pelajaran.

Dalam konteks ini, literasi tidak hanya bersandar pada kemampuan membaca teks yang berdasarkan prinsip struktur bahasa dan perbendaharaan kata pada teks tersebut, melainkan lebih jauh lagi sampai kepada pemaknaan teks. Proses pemahaman terhadap aspek tekstual dan kontekstual harus meningkat secara berjenjang, baik berdasarkan jenjang pendidikan maupun kompleksitas pokok bahasan pada setiap jenjangnya. Pembentukan kompetensi literasi atas setiap pokok bahasan pada setiap mata pelajaran meliputi tiga tahapan, yaitu mengetahui (knowing), memahami (understanding), dan tahapan tertinggi adalah memaknai (interpreting). Secara grafis, penjelasan dari setiap tahap disajikan pada Gambar 1.

(6)

I. DEFINISI

Literasi Sains (Scientific Literacy) adalah kemampuan mengidentifikasi memahami dan memaknai isu terkait sains yang diperlukan seseorang untuk mengambil keputusan

berdasarkan bukti-bukti saintifik. Literasi sains merupakan tujuan utama dari pendidikan sains (Wenning, 2006). Literasi Sains bersifat multidimensional, bukan hanya pemahaman terhadap pengetahuan sains, melainkan lebih dari itu. Melalui literasi sains, siswa dapat menanya, menemukan, dan menentukan keputusan yang dikembangkan dari rasa keingintahuannya berkaitan dengan pengalaman hidupnya sehari-hari untuk dapat dimaknai. Pemahaman dan pemaknaan terhadap karakteristik sains merupakan ciri seseorang yang melek sains. Pemahaman dan pemaknaan tersebut meliputi penyelidikan ilmiah, kesadaran akan sains dan teknologi yang membentuk lingkungan material, intelektual dan budaya, serta keinginan untuk terlibat dalam isu-isu terkait sains.

Siswa dapat meningkatkan pemahaman dan pemaknaan terhadap sains melalui kegiatan bertanya dalam proses inkuiri (Wenning, 2007). Proses tersebut meliputi: (1) mengidentifikasi masalah, (2) mengajukan hipotesis, (3) mendesain prosedur eksperimen untuk membuktikan prediksi, (4) melakukan eksperimen, observasi, dan simulasi, (5) mengumpulkan dan mengolah data, serta menganalisisnya secara akurat dan presisi, (6) mengaplikasikan metode numerik dan statistik untuk menarik kesimpulan, (7) menjelaskan berbagai hasil eksperimen yang tidak terprediksi, dan (8) menggunakan perangkat teknologi untuk memublikasikan dan mempertahankan hasil penelitian kepada khalayak sebagai bentuk profesionalisme dan keahliannya sebagai saintis.

Tabel 1. Penjenjangan Literasi Sains dalam Lingkup Sekolah

Aspek SD

(Kelas I – III)

SD (Kelas IV – VI)

SMP (Kelas VII – IX)

SMA (Kelas X – XII) Mengetahui konsep sains Pengetahuan faktual tentang sains Pengetahuan faktual tentang sains Pengetahuan faktual tentang konsep sains lebih kompleks Pengetahuan faktual tentang sains lebih kompleks, luas, dan dalam Pengetahuan konseptual tentang sains lebih kompleks Pengetahuan konseptual tentang sains lebih kompleks, luas, dan dalam Pengetahuan konseptual sederhana tentang sains Pengetahuan konseptual lebih kompleks tentang sains Pengetahuan prosedural sederhana (kualitatif) tentang sains yang melibatkan variabel yang diberikan Pengetahuan prosedural tentang sains melibatkan pengukuran kuantitatif dan akurat dengan variabel yang dikontrol

(7)

IV. KOMPETENSI LITERASI SAINS

V. PENJENJANGAN LITERASI SAINS

Literasi Sains ditandai dengan indikator kompetensi sebagai berikut: 1. mengetahui pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural

tentang makhluk hidup dan kehidupan, materi dan sifatnya, energi dan perubahannya, bumi dan antariksa, serta sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat;

2. memahami sains sebagai bagian penting dalam kehidupan sekitarnya dan memiliki keterhubungan dengan dimensi pengetahuan lain seperti lingkungan, sosial/masyarakat, ekonomi, dan teknologi; dan 3. memaknai sains dengan cara mengapresiasi peran sains dalam

kehidupan, menunjukkan tanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungan terkait penggunaan produk-produk sains.

Perjenjangan dalam literasi sains merupakan salah satu aspek dalam satu proses yang berkesinambungan mulai dari jenjang yang terendah sampai dengan jenjang yang tertinggi. Perjenjangan ini penting untuk dibuat agar capaian literasi mengarah pada kesesuaian kebutuhan peserta didik dan kesesuaian dengan pertumbuhan mental dan psikologis peserta didik serta kesesuaian dengan capaian kompetensi yang diharapkan.

Perjenjangan tersebut memudahkan pula pendidik untuk menentukan materi yang harus diberikan peserta didik dalam mencapai kompetensi tersebut. Dengan demikian, penting sekali untuk menentukan tingkatan kompetensi literasi peserta didik sesuai dengan jenjang peserta didik itu. Adapun perjenjangan itu disusun sebagai berikut.

Terdapat empat domain literasi saintifik menurut PISA (2015). Pertama, domain konteks berhubungan dengan permasalahan personal, permasalahan lokal, dan permasalahan global. Kedua, domain kompetensi menjelaskan fenomena sains, merencanakan dan mengevaluasi penelitian saintifik, menginterpretasi data dan bukti ilmiah. Ketiga, domain pengetahuan berhubungan dengan pengetahuan konten, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan empiris. Keempat, domain afektif berhubungan dengan ketertarikan siswa dalam sains dan teknologi, menginvestigasi sains dengan pendekatan saintifik, persepsi siswa, dan kepekaan mereka terkait dengan masalah-masalah lingkungan.

Penerapan konsep literasi dalam proses pendidikan sains tidak hanya ditujukan untuk memahami kumpulan fakta dan teori namun justru merupakan ranah dari sebuah proses pembelajaran menuju suatu “gagasan kunci” dalam memahami dan memaknai fenomena dan kejadian yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, dalam konteks pendidikan sains maka Literasi Sains merupakan puncak pencapaian dari proses pendidikan sains. Literasi Sains juga dipandang sebagai pengetahuan, pemahaman dan pemaknaan konsep-konsep sains dan proses ilmiah yang diperlukan dalam pengambilan keputusan personal, berpartisipasi dalam urusan sosial dan budaya serta produktivitas ekonomi (National Research Council, 1996). Implementasi Literasi Sains yang terintegrasi akan mewarnai pengalaman saintifik siswa dan kesempatan untuk mengerti, memahami, serta memaknai hubungan sains, teknologi dan masyarakat yang pada gilirannya akan berpengaruh pada kehidupan pribadinya, karir, dan masa depannya.

Literasi Sains merupakan bagian dari Literasi Dasar (fundamental literacy) yang sangat diperlukan dalam mendukung pencapaian Kecakapan Abad 21 (21st Century Skills). Karakteristik pembelajaran Abad 21

menggambarkan proses menuju tercapainya kompetensi-kompetensi inti seperti keterampilan berpikir kritis (critical thinking), penyelesaian

(8)

masalah (problem solving), kreativitas (creativity), komunikasi dan kerjasama (communication and teamwork) sebagaimana terlihat pada Gambar 2. Selain itu, Literasi Sains sangat potensial sebagai media untuk mengembangkan sikap positif seperti rasa ingin tahu (curiosity), inisiatif (initiative), gigih (persistence), kemampuan beradaptasi (adaptability), kepemimpinan (leadership) dan kepedulian sosial dan budaya (social and cultural awareness). pengalaman saintifik siswa dan kesempatan untuk mengerti, memahami, serta memaknai.

Gambar 2: Komponen Pendukung Kecakapan Abad-21 Sumber: World Economic Forum (2015)

Dari berbagai definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya Literasi Sains mengandung makna mengetahui konsep sains, memahami proses sains dibalik konten sains, dan memaknai konsep dan proses sains dalam penerapannya di berbagai bidang kehidupan serta terbangunnya sikap ilmiah dan afeksi menuju pembentukan karakter.

III. TUJUAN LITERASI SAINS

Membangun Literasi Sains tidak terlepas dari tujuan utama yakni untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang siap memasuki Abad 21. Oleh karena itu, tujuan operasional dari literasi sains adalah:

1. Mengenali dan menghubungkan konsep sains yang mencakup makhluk hidup dan kehidupan, materi dan sifatnya, energi dan perubahannya, bumi dan antariksa, serta sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat;

2. Menggambarkan konsep sains berdasarkan pengetahuan tentang sains;

3. Mengembangkan pengetahuan dari skema konseptual dan merelasikannya dengan pengetahuan umum yang berhubungan dengan sains;

4. Mengembangkan pengetahuan prosedural dan pengetahuan mengenai proses penemuan dalam sains serta model teknologi yang tercakup ke dalamnya;

5. Mengembangkan pemahaman sains lebih jauh mencakup dimensi lain seperti filosofis, sejarah, aspek sosial dari sains;

6. Mengapresiasi sains sebagai bagian penting yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari;

7. Menunjukkan sikap tanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungan berkaitan dengan penggunaan produk-produk sains; dan

8.

Mengusulkan/mengomunikasikan solusi kritis, kreatif, dan inovatif terkait permasalahan/ide sains dalam kehidupan sehari-hari sebagai dampak penerapan sains di masyarakat.

(9)

yang tidak dapat didaur ulang berdasarkan fenomena pembusukan oleh secara sains. Kerajinan tangan yang dihasilkan, dapat diawetkan sehingga dapat memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Siswa memahami bahwa karya yang dihasilkan di pasaran nilai jualnya dipertimbangkan berdasarkan estetika dan ketahanan barang. Warna yang dihasilkan dalam proses pengecatan hasil karya, sebenarnya tidak lain akibat dari kandungan kimia yang ada pada bahan tersebut dan fenomena pemantulan cahaya. Siswa pun dapat membuat bahan warna alami dari bahan-bahan organik.

9. TIK

Sains dan teknologi saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Pembahasan teknologi dalam melatihkan literasi sains dapat mengarah kepada penggunaan media untuk pembelajaran sains. Saat ini, sudah tidak bisa dihindari lagi penggunaan multimedia untuk pembelajaran sains. Oleh karena itu, siswa perlu menguasai TIK untuk memudahkan mereka dalam memahami konsep sains. Multimedia flash dapat digunakan untuk mempelajari sains. Melalui media ini, pembelajaran sains akan lebih bermakna dengan visualisasi gambar tiga dimensi yang disajikan oleh guru, misalnya berkaitan dengan fenomena sistem surya. Sebaliknya, dengan memaknai penggunaan alat listrik secara sains, siswa dapat membuat robot sebagai produk teknologi sehingga dapat mencapai target yang ditentukan dalam kompetisi robotika. Selain itu, perkembangan perangkat lunak Android yang cukup pesat saat ini, siswa dapat menggunakan berbagai sensor pada telepon genggam Android untuk mempelajari fenomena gempa Bumi.

II. MISI PEDAGOGIS

A. Misi Literasi

Pembelajaran yang melatihkan Literasi Sains membawa misi pedagogis, yaitu menghasilkan Insan Indonesia yang kritis, kreatif, inovatif, dan produktif melalui upaya membangun keterampilan dan pengetahuan sains yang terintegrasi dengan pengetahuan lainnya, disertai dengan sikap dan afeksi sains (attitude and affective toward science) menuju insan berkarakter.

Misi pedagogis berimplikasi terhadap strategi pembelajaran IPA di sekolah yaitu pembelajaran harus dikemas menggunakan berbagai pendekatan yang inovatif dan terpadu. Beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk mengakomodasi misi pedagogis di atas diantaranya adalah collaborative learning, inquiry based learning, problem based learning, problem solving, project based learning, dan cooperative learning.

B. Literasi Sains dalam Kurikulum 2013

Karakter pembelajaran abad 21 sudah terakomodir dengan baik dalam Kurikulum Nasional sebagai kerangka kerja kebijakan pendidikan nasional untuk menghasilkan insan indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang integratif. Dalam kerangka kerja kurikulum nasional inilah sesungguhnya literasi sains dapat dibangun dengan efektif dan optimal.

Literasi sains sudah terlihat jelas pada Kurikulum 2013. Secara konseptual, Kurikulum 2013 berbasis kompetensi. Kurikulum 2013 terdiri atas 4 (empat) Kompetensi Inti (KI) yang dibagi menjadi 3 aspek, yaitu KI-1 dan KI-2 merupakan aspek sikap, KI-3 menyangkut aspek pengetahuan,

(10)

dan KI-4 menyangkut aspek keterampilan. Pendekatan yang digunakan dalam kurikulum ini adalah pendekatan ilmiah atau “scientific approach”. Pendekatan tersebut terdiri atas 5 kegiatan pengalaman belajar (5M), yaitu mengamati, menanya, melakukan percobaan/mengeksplorasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan/membuat jejaring. Beberapa literatur menyebut pendekatan ilmiah sama dengan pendekatan inkuiri. Jadi, berdasarkan pendekatan yang digunakan, Kurikulum 2013 juga sudah mengakomodasikan pengembangan literasi sains bagi siswa. Berdasarkan hasil identifikasi Kurikulum, untuk menilai bahwa suatu pembelajaran telah melatihkan literasi sains, kita dapat menganalisisnya berdasarkan kompetensi dasar dan/atau kegiatan pembelajaran yang dibangun oleh guru.

C. Literasi Sains dalam Pembelajaran Lintas Mata Pelajaran

Literasi sains dalam pemelajaran lintas mata pelajaran adalah literasi yang memuat konteks pada suatu mata pelajaran dan akan terlihat pemaknaan suatu pemelajaran antarmata pelajaran tersebut. Literasi tersebut tidak berdiri sendiri, namun terintegrasi dalam suatu konteks mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya yang memiliki fungsi dan tujuan tertentu sebagai muatan pemelajaran.

Literasi Sains merupakan pendekatan dalam proses pembelajaran sains secara konsisten dan menyeluruh di sekolah untuk mendukung pengembangan Literasi Sains setiap siswa. Literasi Sains secara eksplisit diajarkan di dalam mata pelajaran IPA, namun siswa diberikan berbagai kesempatan untuk menggunakan sains di luar mata pelajaran IPA di berbagai situasi. Mengaplikasikan literasi sains dalam lintas kurikulum dapat memperkaya pembelajaran bidang studi lainnya, dan pengalaman tersebut memberikan kesempatan pada siswa untuk melihat keterkaitan konsep IPA dengan konsep lainnya. Pada hakikatnya pembelajaran yang

esensial antara sains dan seni, keduanya berlandaskan pada proses yang sama, yaitu pengembangan daya, kreatifitas, imajinasi, dan kemampuan sintesis. Dalam berkarya, seorang saintis dan seniman didorong untuk merepresentasikan alam sesuai persepsinya. Seorang saintis berawal dari imajinasi dan keyakinan bahwa alam tidak serumit yang dibayangkan dan memiliki keteraturan. Hal tersebut dituangkan pada permodelan hukum-hukum alam sesuai dengan asas estetika. Walaupun karya yang dihasilkan berbeda, daya kreatif seorang saintis menerjemahkan konsep alam sama halnya dengan seorang seniman yang menghasilkan lukisan, lagu, ataupun novel. Dugaan bahwa sains dan seni berkaitan, dipicu oleh kenyataan bahwa timbulnya aliran-aliran baru dalam sains dan seni berjalan hampir bersamaan.

7. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)

Mata pelajaran PPKn mempelajari Pancasila, konsep kebangsaan, keberagaman, cinta tanah air, NKRI, HAM, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika. Literasi sains memiliki keterkaitan dengan mata pelajaran PPKn diantaranya perlindungan kepada makhluk hidup, baik satwa maupun tumbuhan sebagai proses penumbuhan afeksi siswa. Sikap mematuhi aturan, norma, dan tuntutan perilaku sebagai warga negara yang taat hukum harus dibangun dalam pembelajaran. Kegiatan melestarikan makhluk hidup, memelihara hewan dan merawat tumbuhan dengan baik merupakan sikap peduli terhadap lingkungan dalam menumbuhkan kepribadian siswa.

8. Prakarya

Keterkaitan antara literasi sains dengan literasi prakaraya dapat digambarkan pada kegiatan kerajinan tangan. Pada kegiatan terasebut, pemahaman sains siswa dapat dihubungkan dengan kegiatan prakarya. Siswa dapat mengolah sampah untuk didaur ulang menjadi kerajinan yang bisa dimanfaatkan oleh manusia. Siswa harus memahami sampah mana yang bisa didaur ulang dan sampah mana

(11)

harus menggunakan Bahasa Indonesia yang dapat dimengerti, dimaknai sehingga mampu menguasainya dengan jelas. Kemampuan keterbacaan siswa sangat memengaruhi kemampuan penguasaan IPA.

Keterkaitan antara literasi sains dengan mata pelajaran bahasa juga dapat dilakukan dengan memasukkannya konsep-konsep IPA ke dalam misalnya wacana-wacana yang akan dibahas bagaimana keterbacaannya, tata bahasanya, susunan kalimatnya, dan sebagainya, sehingga siswa mampu memaknai pemahaman IPA juga bahasa. Selain itu juga, siswa mampu membandingkan istilah-istilah sains yang memiliki pengertian berbeda dari penggunaan sehari-hari, menggunakan konteks IPA dalam berbagai teks.

5. Sejarah

Keterkaitan sains dengan mata pelajaran sejarah di antaranya mempelajari sejarah para kaisar, raja, dan para ahli yang berhasil menemukan konsep sains. Pada sejarah sains, Aristoteles menjelaskan fenomena bahwa benda yang lebih berat akan jatuh lebih cepat daripada benda yang ringan. Galileo Galilei adalah seorang astronom penemu teleskop yang mendukung Nicolaus Copernicus dalam menjelaskan matahari sebagai pusat tata surya. Archimedes seorang penemu hukum Archimes. James Watt seorang penemu mesin uap. Tomas Alfa Edison seorang penemu bola lampu pertama. Ilmuwan juga membandingkan penemuan dan inovasi sains dari masa ke masa yang masih tetap relevan hingga saat ini, contohnya kertas, mesiu, irigasi, dan lain sebagainya. Hal ini juga dapat mengilhami siswa untuk belajar keras yang kelak akan menjadi penemu bidang sains.

6. Seni

Kaitan sains dan seni sebagai ilmu memiliki peran penting dalam membentuk peradaban dunia. Walau terdapat perbedaan yang

melatihkan Literasi Sains tidak lain memahami suatu hubungan antarkonsep yang berperan dalam kehidupan.

Contoh Penerapan Literasi Sains dalam Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran IPA

 Di dalam pembelajaran IPA siswa diharapkan mempunyai pemahaman yang berkaitan dengan fenomena alam sekitarnya, keanekaragaman, fakta-fakta yang bersifat lintas sains/ pengetahuan untuk memahami keterkaitan konsep satu dan yang lainnya. Karena belajar adalah proses untuk melihat suatu keterkaitan (learning is to see the connections). Siswa juga diberikan pembelajaran yang mengaplikasikan konsep-konsep sains di dalam kehidupan sehari-hari.

 Contoh pada lingkup Energi dan perubahannya: siswa diminta untuk mengembangkan pemahamannya atas konsep dan prinsip sains yang berhubungan dengan fenomena fisis serta memaknai bahwa energi terbatas, tidak dapat diciptakan, tetapi dapat berubah menjadi bentuk lain yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, hingga membentuk perilaku hemat energi karena asas keterbatasannya.  Pada Bidang Kajian Makhluk Hidup dan Proses Kehidupannya: siswa

diminta untuk mengembangkan konsep dan prinsip sains yang berhubungan dengan sistem organ pada manusia, dengan mengetahui organ-organ pada makhluk hidup, memahami sistem organ yang bekerja sangat sistematis dan kompleks diharapkan siswa dapat memaknainya dengan dengan cara menjaga kesehatan sistem organnya dengan baik sebagai wujud syukur kepada Sang Pencipta. Contoh Penerapan Literasi Sains dalam Proyeksi Kurikulum 2013 untuk Mata Pelajaran IPA

Penerapan literasi sains dalam Kurikulum 2013 dijabarkan dalam tiga aspek literasi yaitu yaitu mengetahui, memahami, dan memaknai.

(12)

1. Bidang Kajian Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan

Contoh KD di bawah ini adalah KD IPA literasi sains untuk aspek mengetahui.

Kelas IV

3.1 Menganalisis hubungan antara bentuk dan fungsi bagian tubuh pada hewan dan tumbuhan

4.1 Menyajikan laporan hasil pengamatan tentang bentuk dan fungsi bagian tubuh hewan dan tumbuhan

Jika dilihat dari KD keterampilan pada KD 4.1, siswa hanya diminta untuk menyajikan laporan hasil pengamatan. Sehingga aspek literasi sains yang dikembangkan baru sebatas aspek mengetahui. Pasangan KD 3.1 dan 4.1 dapat ditingkatkan aspek literasi sainsnya melalui pengalaman belajar siswa dimana dengan menganalisis bentuk dan fungsi bagian tubuh pada hewan dan tumbuhan tersebut, siswa dapat menjaga kelangsungan hidup hewan dan tumbuhan . Adapun KD IPA yang sudah sampai pada aspek literasi memahami adalah sebagai berikut.

Kelas V

3.5 Menganalisis hubungan antar komponen ekosistem dan jaring-jaring makanan di lingkungan sekitar

4.5 Membuat karya tentang konsep jaring-jaring makanan dalam suatu ekosistem

Ketika siswa dapat membuat jaring-jaring makanan suatu ekosistem berarti siswa mampu memahami peranan masing-masing komponen dalam suatu ekosistem yang terdiri dari produsen, konsumen, dan

mortalitas, dan migrasi penduduk. Fenomena tersebut dapat dianalisis menggunakan literasi sains, sedangkan dampak sosialnya dibahas dalam mata pelajaran IPS. Keterkaitan antara dampak peningkatan jumlah penduduk terhadap masalah lingkungan juga berkaitan dengan literasi sains, misalnya penurunan kualitas lingkungan akibat sampah, berkurang persediaan air bersih, persediaan udara bersih, persediaan lahan pertanian, dan dampak terhadap lingkungan tempat tinggal. Semua itu dibahas dalam mata pelajaran IPA. Sedangkan dampak sosialnya dipelajari dalam mata pelajaran IPS.

Interaksi antara literasi sains dengan mata pelajaran IPS itu terjadi akibat interaksi manusia, ekosistem dan lingkungan hidup. Selain itu, masih banyak lagi keterkaitan antara mata pelajaran IPA dan mata pelajaran IPS, misalnya: teknologi dalam lingkungan, bioteknologi, teknologi ramah lingkungan, zat aditif dan zat adiktif, gunung api, gempa, dan struktur bumi.

4. Bahasa

Dalam literasi Sains, kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dilakukan dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia. Oleh karena itu, literasi sains penting untuk dikuasai oleh siswa dalam kaitannya dengan bagaimana siswa dapat memahami lingkungan hidup, kesehatan, ekonomi, dan masalah-masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat moderen yang sangat bergantung pada teknologi dan kemajuan serta perkembangan ilmu pengetahuan.

Jika dikaji dengan seksama, bagaimana kemampuan mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami serta membuat keputusan, dan sebagainya, maka

(13)

2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan

Literasi sains dipahami sebagai tindakan memahami sains dan mengaplikasikannya bagi kebutuhan masyarakat. Literasi sains tersebut digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani Olah Raga dan Kesehatan (PJOK), antara lain pengaplikasian pemahaman IPA pada kebutuhan masyarakat. Contoh: mengapa kita harus berolahraga, adakah hubungan antara olah raga dengan kesehatan, apakah dampak olah raga terhadap kesehatan (misalnya denyut jantung dan respirasi, mengambil napas pada saat berolah raga) dan sebagainya.

Ketika siswa sudah mengetahui dan memahami hubungan antara olah raga dan kesehatan, maka siswa akan mampu memaknai (mengaplikasikan) paling tidak pada diri sendiri bahwa badan harus bergerak, harus berolah raga supaya sehat. Dari sini, siswa diharapkan mampu membuat alat atau sesuatu yang membuat olah raga itu menjadi menyenangkan, misalnya: menciptakan lagu untuk mengiringi senam, membuat alat yang digunakan untuk olah raga, misalnya membuat beban dan sebagainya. Sedangkan untuk memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan gerak badan digunakan juga literasi sains, misalnya pada pembelajaran IPA diadakan percobaan hubungan antara kecepatan denyut jantung dengan kegiatan yang dilakukan oleh manusia dan hasil laporannya dibuat grafik hubungan antara kecepatan denyut jantung dengan jenis kegiatan (duduk santai, berlari, berjalan), dan sebagainya.

3. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Literasi sains dipahami sebagai bentuk tindakan untuk memahami sains dan mengaplikasikannya bagi kebutuhan masyarakat. Upaya tersebut juga erat sekali dengan dengan mata pelajaran IPS antara lain pada materi kependudukan dan lingkungan. Pada pembelajaran tersebut, siswa membahas dinamika penduduk dan pengaruh kepadatan penduduk. Dinamika penduduk terdiri dari natalitas,

pengurai. Aspek memahami tersebut dapat ditingkatkan sampai pada tahap memaknai ketika siswa mampu menganalisis dampak yang terjadi ketika salah satu komponen dalam jaring-jaring makanan hilang dan tindakan yang harus dilakukan siswa untuk menanggulangi masalah tersebut.

Contoh KD IPA untuk aspek memaknai adalah sebagai berikut. Kelas V

3.2 Menjelaskan organ pernapasan dan fungsinya pada hewan dan manusia, serta cara memelihara kesehatan organ pernapasan manusia

4.2 Membuat model sederhana organ pernapasan manusia

Pada KD 3.2 tersebut, setelah siswa memahami fungsi organ pernafasan pada manusia, siswa harus sudah mampu menjaga kesahatan organ pernafasan dengan cara tidak merokok, berolah raga secara teratur, memakan makanan yang sehat, dan beristirahat secara teratur.

2. Bidang Kajian Energi dan Perubahannya

Contoh KD IPA untuk literasi Sains aspek memahami untuk Bidang Kajian Energi dan Perubahannya adalah sebagai berikut.

Kelas VI

3.4 Mengidentifikasi komponen-komponen listrik dan fungsinya dalam rangkaian listrik sederhana

4.4 Melakukan percobaan rangkaian listrik sederhana secara seri dan paralel

(14)

Ketika siswa SD dapat membedakan baterai sebagai sumber tegangan, lampu sebagai sumber cahaya, dan kabel listrik berbahan konduktor sebagai pengantar arus listrik, maka siswa telah mencapai aspek mengetahui. Aspek mengetahui dapat ditingkatkan menjadi aspek memahami ketika siswa dapat membedakan rangkaian seri dan rangkaian paralel dimana lampu pada rangkaian parallel tidak akan mati ketika sakelar pada lampu yang lain terputus. Ketika siswa dapat mengidentifikasi rangkaian listrik yang terpasang di rumah adalah rangkaian parallel, dan berupaya untuk menghemat listrik dirumah dengan memutus sakelar pada rangkaian listrik yang tidak terpakai, maka siswa telah mencapai aspek memaknai.

KD IPA untuk Literasi Sains pada aspek memaknai untuk Bidang Kajian Energi dan Perubahannya adalah sebagai berikut.

3.6 Menerapkan konsep perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari

4.6 Melaporkan hasil pengamatan tentang perpindahan kalor

Pada KD 3.6, siswa mampu menerapkan konsep perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari melalui radiasi, konveksi, dan konduksi. Ketika siswa menempatkan AC di bagian atas dinding, siswa dapat memaknai bahwa udara dingin akan bergerak ke bawah sedangkan udara panas bergerak ke atas sebagaimana siswa melakukan percobaan memanaskan air di atas tungku.

Contoh Penerapan Literasi Sains dalam Proyeksi Kurikulum 2013 untuk Mata Pelajaran Selain IPA

Dalam pembelajaran selain IPA, informasi yang disajikan dapat diperkaya dengan menggunakan konsep sains. Berikut ini contoh Literasi Sains lintas kurikulum untuk beberapa mata pelajaran selain IPA.

1. Matematika

Aspek matematika bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengidentifikasi, memahami, dan menggunakan dasar-dasar matematika yang diperlukan siswa dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Selain itu, masalah yang diidentifikasi ditujukan dalam rangka memahami fakta-fakta alam dan perubahan yang terjadi pada lingkungan kehidupan.

Keterkaitan antara literasi sains dengan mata pelajaran matematika antara lain digunakan dalam proses pengukuran berbagai besaran fisis dan konversi satuan, misalnya: pengukuran panjang, pengukuran massa, pengukuran waktu, pengukuran volume, pengukuran berat, pengukuran kuat arus listrik, pengukuran volume, pengukuran konsentrasi larutan, beda potensial, besar hambatan, dan sebagainya. Selain itu, siswa mampu menemukan sendiri cara mengukur besaran dengan tepat dan mengonversinya ke dalam satuan yang lain. Konversi berbagai satuan ini menggunakan konsep matematika, misalnya konversi satuan massa dari kilogram dikonversi ke dalam satuan lain misalnya ons, gram, dan miligram, begitu pula konversi satuan yang lain, sehingga siswa mampu menemukan cara mudah mengonversi satuan.

Konsep matematika dapat digunakan pula untuk mengidentifikasi hubungan antarvariabel. Sebagai contoh, siswa dapat mengidentifikasi hubungan antara luas dan gaya tekan terhadap tekanan pada sebuah benda padat. Siswa dapat mengidentifikasi pengaruh kerapatan benda akibat dari massa dan volume sebuah benda. Hubungan tersebut dapat digambarkan melalui persamaan matematika, maupun dapat digambarkan melalui grafik. Pada kasus yang lain, konsep perkalian, pembagian, penjumlahan, pengurangan, kuadrat, pangkat, bilangan baku, dan sebagainya dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah sains.

(15)

Ketika siswa SD dapat membedakan baterai sebagai sumber tegangan, lampu sebagai sumber cahaya, dan kabel listrik berbahan konduktor sebagai pengantar arus listrik, maka siswa telah mencapai aspek mengetahui. Aspek mengetahui dapat ditingkatkan menjadi aspek memahami ketika siswa dapat membedakan rangkaian seri dan rangkaian paralel dimana lampu pada rangkaian parallel tidak akan mati ketika sakelar pada lampu yang lain terputus. Ketika siswa dapat mengidentifikasi rangkaian listrik yang terpasang di rumah adalah rangkaian parallel, dan berupaya untuk menghemat listrik dirumah dengan memutus sakelar pada rangkaian listrik yang tidak terpakai, maka siswa telah mencapai aspek memaknai.

KD IPA untuk Literasi Sains pada aspek memaknai untuk Bidang Kajian Energi dan Perubahannya adalah sebagai berikut.

3.6 Menerapkan konsep perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari

4.6 Melaporkan hasil pengamatan tentang perpindahan kalor

Pada KD 3.6, siswa mampu menerapkan konsep perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari melalui radiasi, konveksi, dan konduksi. Ketika siswa menempatkan AC di bagian atas dinding, siswa dapat memaknai bahwa udara dingin akan bergerak ke bawah sedangkan udara panas bergerak ke atas sebagaimana siswa melakukan percobaan memanaskan air di atas tungku.

Contoh Penerapan Literasi Sains dalam Proyeksi Kurikulum 2013 untuk Mata Pelajaran Selain IPA

Dalam pembelajaran selain IPA, informasi yang disajikan dapat diperkaya dengan menggunakan konsep sains. Berikut ini contoh Literasi Sains lintas kurikulum untuk beberapa mata pelajaran selain IPA.

1. Matematika

Aspek matematika bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengidentifikasi, memahami, dan menggunakan dasar-dasar matematika yang diperlukan siswa dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Selain itu, masalah yang diidentifikasi ditujukan dalam rangka memahami fakta-fakta alam dan perubahan yang terjadi pada lingkungan kehidupan.

Keterkaitan antara literasi sains dengan mata pelajaran matematika antara lain digunakan dalam proses pengukuran berbagai besaran fisis dan konversi satuan, misalnya: pengukuran panjang, pengukuran massa, pengukuran waktu, pengukuran volume, pengukuran berat, pengukuran kuat arus listrik, pengukuran volume, pengukuran konsentrasi larutan, beda potensial, besar hambatan, dan sebagainya. Selain itu, siswa mampu menemukan sendiri cara mengukur besaran dengan tepat dan mengonversinya ke dalam satuan yang lain. Konversi berbagai satuan ini menggunakan konsep matematika, misalnya konversi satuan massa dari kilogram dikonversi ke dalam satuan lain misalnya ons, gram, dan miligram, begitu pula konversi satuan yang lain, sehingga siswa mampu menemukan cara mudah mengonversi satuan.

Konsep matematika dapat digunakan pula untuk mengidentifikasi hubungan antarvariabel. Sebagai contoh, siswa dapat mengidentifikasi hubungan antara luas dan gaya tekan terhadap tekanan pada sebuah benda padat. Siswa dapat mengidentifikasi pengaruh kerapatan benda akibat dari massa dan volume sebuah benda. Hubungan tersebut dapat digambarkan melalui persamaan matematika, maupun dapat digambarkan melalui grafik. Pada kasus yang lain, konsep perkalian, pembagian, penjumlahan, pengurangan, kuadrat, pangkat, bilangan baku, dan sebagainya dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah sains.

(16)

2. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan

Literasi sains dipahami sebagai tindakan memahami sains dan mengaplikasikannya bagi kebutuhan masyarakat. Literasi sains tersebut digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani Olah Raga dan Kesehatan (PJOK), antara lain pengaplikasian pemahaman IPA pada kebutuhan masyarakat. Contoh: mengapa kita harus berolahraga, adakah hubungan antara olah raga dengan kesehatan, apakah dampak olah raga terhadap kesehatan (misalnya denyut jantung dan respirasi, mengambil napas pada saat berolah raga) dan sebagainya.

Ketika siswa sudah mengetahui dan memahami hubungan antara olah raga dan kesehatan, maka siswa akan mampu memaknai (mengaplikasikan) paling tidak pada diri sendiri bahwa badan harus bergerak, harus berolah raga supaya sehat. Dari sini, siswa diharapkan mampu membuat alat atau sesuatu yang membuat olah raga itu menjadi menyenangkan, misalnya: menciptakan lagu untuk mengiringi senam, membuat alat yang digunakan untuk olah raga, misalnya membuat beban dan sebagainya. Sedangkan untuk memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan gerak badan digunakan juga literasi sains, misalnya pada pembelajaran IPA diadakan percobaan hubungan antara kecepatan denyut jantung dengan kegiatan yang dilakukan oleh manusia dan hasil laporannya dibuat grafik hubungan antara kecepatan denyut jantung dengan jenis kegiatan (duduk santai, berlari, berjalan), dan sebagainya.

3. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Literasi sains dipahami sebagai bentuk tindakan untuk memahami sains dan mengaplikasikannya bagi kebutuhan masyarakat. Upaya tersebut juga erat sekali dengan dengan mata pelajaran IPS antara lain pada materi kependudukan dan lingkungan. Pada pembelajaran tersebut, siswa membahas dinamika penduduk dan pengaruh kepadatan penduduk. Dinamika penduduk terdiri dari natalitas,

pengurai. Aspek memahami tersebut dapat ditingkatkan sampai pada tahap memaknai ketika siswa mampu menganalisis dampak yang terjadi ketika salah satu komponen dalam jaring-jaring makanan hilang dan tindakan yang harus dilakukan siswa untuk menanggulangi masalah tersebut.

Contoh KD IPA untuk aspek memaknai adalah sebagai berikut. Kelas V

3.2 Menjelaskan organ pernapasan dan fungsinya pada hewan dan manusia, serta cara memelihara kesehatan organ pernapasan manusia

4.2 Membuat model sederhana organ pernapasan manusia

Pada KD 3.2 tersebut, setelah siswa memahami fungsi organ pernafasan pada manusia, siswa harus sudah mampu menjaga kesahatan organ pernafasan dengan cara tidak merokok, berolah raga secara teratur, memakan makanan yang sehat, dan beristirahat secara teratur.

2. Bidang Kajian Energi dan Perubahannya

Contoh KD IPA untuk literasi Sains aspek memahami untuk Bidang Kajian Energi dan Perubahannya adalah sebagai berikut.

Kelas VI

3.4 Mengidentifikasi komponen-komponen listrik dan fungsinya dalam rangkaian listrik sederhana

4.4 Melakukan percobaan rangkaian listrik sederhana secara seri dan paralel

(17)

1. Bidang Kajian Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan

Contoh KD di bawah ini adalah KD IPA literasi sains untuk aspek mengetahui.

Kelas IV

3.1 Menganalisis hubungan antara bentuk dan fungsi bagian tubuh pada hewan dan tumbuhan

4.1 Menyajikan laporan hasil pengamatan tentang bentuk dan fungsi bagian tubuh hewan dan tumbuhan

Jika dilihat dari KD keterampilan pada KD 4.1, siswa hanya diminta untuk menyajikan laporan hasil pengamatan. Sehingga aspek literasi sains yang dikembangkan baru sebatas aspek mengetahui. Pasangan KD 3.1 dan 4.1 dapat ditingkatkan aspek literasi sainsnya melalui pengalaman belajar siswa dimana dengan menganalisis bentuk dan fungsi bagian tubuh pada hewan dan tumbuhan tersebut, siswa dapat menjaga kelangsungan hidup hewan dan tumbuhan . Adapun KD IPA yang sudah sampai pada aspek literasi memahami adalah sebagai berikut.

Kelas V

3.5 Menganalisis hubungan antar komponen ekosistem dan jaring-jaring makanan di lingkungan sekitar

4.5 Membuat karya tentang konsep jaring-jaring makanan dalam suatu ekosistem

Ketika siswa dapat membuat jaring-jaring makanan suatu ekosistem berarti siswa mampu memahami peranan masing-masing komponen dalam suatu ekosistem yang terdiri dari produsen, konsumen, dan

mortalitas, dan migrasi penduduk. Fenomena tersebut dapat dianalisis menggunakan literasi sains, sedangkan dampak sosialnya dibahas dalam mata pelajaran IPS. Keterkaitan antara dampak peningkatan jumlah penduduk terhadap masalah lingkungan juga berkaitan dengan literasi sains, misalnya penurunan kualitas lingkungan akibat sampah, berkurang persediaan air bersih, persediaan udara bersih, persediaan lahan pertanian, dan dampak terhadap lingkungan tempat tinggal. Semua itu dibahas dalam mata pelajaran IPA. Sedangkan dampak sosialnya dipelajari dalam mata pelajaran IPS.

Interaksi antara literasi sains dengan mata pelajaran IPS itu terjadi akibat interaksi manusia, ekosistem dan lingkungan hidup. Selain itu, masih banyak lagi keterkaitan antara mata pelajaran IPA dan mata pelajaran IPS, misalnya: teknologi dalam lingkungan, bioteknologi, teknologi ramah lingkungan, zat aditif dan zat adiktif, gunung api, gempa, dan struktur bumi.

4. Bahasa

Dalam literasi Sains, kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dilakukan dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia. Oleh karena itu, literasi sains penting untuk dikuasai oleh siswa dalam kaitannya dengan bagaimana siswa dapat memahami lingkungan hidup, kesehatan, ekonomi, dan masalah-masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat moderen yang sangat bergantung pada teknologi dan kemajuan serta perkembangan ilmu pengetahuan.

Jika dikaji dengan seksama, bagaimana kemampuan mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami serta membuat keputusan, dan sebagainya, maka

(18)

harus menggunakan Bahasa Indonesia yang dapat dimengerti, dimaknai sehingga mampu menguasainya dengan jelas. Kemampuan keterbacaan siswa sangat memengaruhi kemampuan penguasaan IPA.

Keterkaitan antara literasi sains dengan mata pelajaran bahasa juga dapat dilakukan dengan memasukkannya konsep-konsep IPA ke dalam misalnya wacana-wacana yang akan dibahas bagaimana keterbacaannya, tata bahasanya, susunan kalimatnya, dan sebagainya, sehingga siswa mampu memaknai pemahaman IPA juga bahasa. Selain itu juga, siswa mampu membandingkan istilah-istilah sains yang memiliki pengertian berbeda dari penggunaan sehari-hari, menggunakan konteks IPA dalam berbagai teks.

5. Sejarah

Keterkaitan sains dengan mata pelajaran sejarah di antaranya mempelajari sejarah para kaisar, raja, dan para ahli yang berhasil menemukan konsep sains. Pada sejarah sains, Aristoteles menjelaskan fenomena bahwa benda yang lebih berat akan jatuh lebih cepat daripada benda yang ringan. Galileo Galilei adalah seorang astronom penemu teleskop yang mendukung Nicolaus Copernicus dalam menjelaskan matahari sebagai pusat tata surya. Archimedes seorang penemu hukum Archimes. James Watt seorang penemu mesin uap. Tomas Alfa Edison seorang penemu bola lampu pertama. Ilmuwan juga membandingkan penemuan dan inovasi sains dari masa ke masa yang masih tetap relevan hingga saat ini, contohnya kertas, mesiu, irigasi, dan lain sebagainya. Hal ini juga dapat mengilhami siswa untuk belajar keras yang kelak akan menjadi penemu bidang sains.

6. Seni

Kaitan sains dan seni sebagai ilmu memiliki peran penting dalam membentuk peradaban dunia. Walau terdapat perbedaan yang

melatihkan Literasi Sains tidak lain memahami suatu hubungan antarkonsep yang berperan dalam kehidupan.

Contoh Penerapan Literasi Sains dalam Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran IPA

 Di dalam pembelajaran IPA siswa diharapkan mempunyai pemahaman yang berkaitan dengan fenomena alam sekitarnya, keanekaragaman, fakta-fakta yang bersifat lintas sains/ pengetahuan untuk memahami keterkaitan konsep satu dan yang lainnya. Karena belajar adalah proses untuk melihat suatu keterkaitan (learning is to see the connections). Siswa juga diberikan pembelajaran yang mengaplikasikan konsep-konsep sains di dalam kehidupan sehari-hari.

 Contoh pada lingkup Energi dan perubahannya: siswa diminta untuk mengembangkan pemahamannya atas konsep dan prinsip sains yang berhubungan dengan fenomena fisis serta memaknai bahwa energi terbatas, tidak dapat diciptakan, tetapi dapat berubah menjadi bentuk lain yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, hingga membentuk perilaku hemat energi karena asas keterbatasannya.  Pada Bidang Kajian Makhluk Hidup dan Proses Kehidupannya: siswa

diminta untuk mengembangkan konsep dan prinsip sains yang berhubungan dengan sistem organ pada manusia, dengan mengetahui organ-organ pada makhluk hidup, memahami sistem organ yang bekerja sangat sistematis dan kompleks diharapkan siswa dapat memaknainya dengan dengan cara menjaga kesehatan sistem organnya dengan baik sebagai wujud syukur kepada Sang Pencipta. Contoh Penerapan Literasi Sains dalam Proyeksi Kurikulum 2013 untuk Mata Pelajaran IPA

Penerapan literasi sains dalam Kurikulum 2013 dijabarkan dalam tiga aspek literasi yaitu yaitu mengetahui, memahami, dan memaknai.

(19)

dan KI-4 menyangkut aspek keterampilan. Pendekatan yang digunakan dalam kurikulum ini adalah pendekatan ilmiah atau “scientific approach”. Pendekatan tersebut terdiri atas 5 kegiatan pengalaman belajar (5M), yaitu mengamati, menanya, melakukan percobaan/mengeksplorasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan/membuat jejaring. Beberapa literatur menyebut pendekatan ilmiah sama dengan pendekatan inkuiri. Jadi, berdasarkan pendekatan yang digunakan, Kurikulum 2013 juga sudah mengakomodasikan pengembangan literasi sains bagi siswa. Berdasarkan hasil identifikasi Kurikulum, untuk menilai bahwa suatu pembelajaran telah melatihkan literasi sains, kita dapat menganalisisnya berdasarkan kompetensi dasar dan/atau kegiatan pembelajaran yang dibangun oleh guru.

C. Literasi Sains dalam Pembelajaran Lintas Mata Pelajaran

Literasi sains dalam pemelajaran lintas mata pelajaran adalah literasi yang memuat konteks pada suatu mata pelajaran dan akan terlihat pemaknaan suatu pemelajaran antarmata pelajaran tersebut. Literasi tersebut tidak berdiri sendiri, namun terintegrasi dalam suatu konteks mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya yang memiliki fungsi dan tujuan tertentu sebagai muatan pemelajaran.

Literasi Sains merupakan pendekatan dalam proses pembelajaran sains secara konsisten dan menyeluruh di sekolah untuk mendukung pengembangan Literasi Sains setiap siswa. Literasi Sains secara eksplisit diajarkan di dalam mata pelajaran IPA, namun siswa diberikan berbagai kesempatan untuk menggunakan sains di luar mata pelajaran IPA di berbagai situasi. Mengaplikasikan literasi sains dalam lintas kurikulum dapat memperkaya pembelajaran bidang studi lainnya, dan pengalaman tersebut memberikan kesempatan pada siswa untuk melihat keterkaitan konsep IPA dengan konsep lainnya. Pada hakikatnya pembelajaran yang

esensial antara sains dan seni, keduanya berlandaskan pada proses yang sama, yaitu pengembangan daya, kreatifitas, imajinasi, dan kemampuan sintesis. Dalam berkarya, seorang saintis dan seniman didorong untuk merepresentasikan alam sesuai persepsinya. Seorang saintis berawal dari imajinasi dan keyakinan bahwa alam tidak serumit yang dibayangkan dan memiliki keteraturan. Hal tersebut dituangkan pada permodelan hukum-hukum alam sesuai dengan asas estetika. Walaupun karya yang dihasilkan berbeda, daya kreatif seorang saintis menerjemahkan konsep alam sama halnya dengan seorang seniman yang menghasilkan lukisan, lagu, ataupun novel. Dugaan bahwa sains dan seni berkaitan, dipicu oleh kenyataan bahwa timbulnya aliran-aliran baru dalam sains dan seni berjalan hampir bersamaan.

7. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)

Mata pelajaran PPKn mempelajari Pancasila, konsep kebangsaan, keberagaman, cinta tanah air, NKRI, HAM, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika. Literasi sains memiliki keterkaitan dengan mata pelajaran PPKn diantaranya perlindungan kepada makhluk hidup, baik satwa maupun tumbuhan sebagai proses penumbuhan afeksi siswa. Sikap mematuhi aturan, norma, dan tuntutan perilaku sebagai warga negara yang taat hukum harus dibangun dalam pembelajaran. Kegiatan melestarikan makhluk hidup, memelihara hewan dan merawat tumbuhan dengan baik merupakan sikap peduli terhadap lingkungan dalam menumbuhkan kepribadian siswa.

8. Prakarya

Keterkaitan antara literasi sains dengan literasi prakaraya dapat digambarkan pada kegiatan kerajinan tangan. Pada kegiatan terasebut, pemahaman sains siswa dapat dihubungkan dengan kegiatan prakarya. Siswa dapat mengolah sampah untuk didaur ulang menjadi kerajinan yang bisa dimanfaatkan oleh manusia. Siswa harus memahami sampah mana yang bisa didaur ulang dan sampah mana

(20)

yang tidak dapat didaur ulang berdasarkan fenomena pembusukan oleh secara sains. Kerajinan tangan yang dihasilkan, dapat diawetkan sehingga dapat memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Siswa memahami bahwa karya yang dihasilkan di pasaran nilai jualnya dipertimbangkan berdasarkan estetika dan ketahanan barang. Warna yang dihasilkan dalam proses pengecatan hasil karya, sebenarnya tidak lain akibat dari kandungan kimia yang ada pada bahan tersebut dan fenomena pemantulan cahaya. Siswa pun dapat membuat bahan warna alami dari bahan-bahan organik.

9. TIK

Sains dan teknologi saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Pembahasan teknologi dalam melatihkan literasi sains dapat mengarah kepada penggunaan media untuk pembelajaran sains. Saat ini, sudah tidak bisa dihindari lagi penggunaan multimedia untuk pembelajaran sains. Oleh karena itu, siswa perlu menguasai TIK untuk memudahkan mereka dalam memahami konsep sains. Multimedia flash dapat digunakan untuk mempelajari sains. Melalui media ini, pembelajaran sains akan lebih bermakna dengan visualisasi gambar tiga dimensi yang disajikan oleh guru, misalnya berkaitan dengan fenomena sistem surya. Sebaliknya, dengan memaknai penggunaan alat listrik secara sains, siswa dapat membuat robot sebagai produk teknologi sehingga dapat mencapai target yang ditentukan dalam kompetisi robotika. Selain itu, perkembangan perangkat lunak Android yang cukup pesat saat ini, siswa dapat menggunakan berbagai sensor pada telepon genggam Android untuk mempelajari fenomena gempa Bumi.

II. MISI PEDAGOGIS

A. Misi Literasi

Pembelajaran yang melatihkan Literasi Sains membawa misi pedagogis, yaitu menghasilkan Insan Indonesia yang kritis, kreatif, inovatif, dan produktif melalui upaya membangun keterampilan dan pengetahuan sains yang terintegrasi dengan pengetahuan lainnya, disertai dengan sikap dan afeksi sains (attitude and affective toward science) menuju insan berkarakter.

Misi pedagogis berimplikasi terhadap strategi pembelajaran IPA di sekolah yaitu pembelajaran harus dikemas menggunakan berbagai pendekatan yang inovatif dan terpadu. Beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk mengakomodasi misi pedagogis di atas diantaranya adalah collaborative learning, inquiry based learning, problem based learning, problem solving, project based learning, dan cooperative learning.

B. Literasi Sains dalam Kurikulum 2013

Karakter pembelajaran abad 21 sudah terakomodir dengan baik dalam Kurikulum Nasional sebagai kerangka kerja kebijakan pendidikan nasional untuk menghasilkan insan indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang integratif. Dalam kerangka kerja kurikulum nasional inilah sesungguhnya literasi sains dapat dibangun dengan efektif dan optimal.

Literasi sains sudah terlihat jelas pada Kurikulum 2013. Secara konseptual, Kurikulum 2013 berbasis kompetensi. Kurikulum 2013 terdiri atas 4 (empat) Kompetensi Inti (KI) yang dibagi menjadi 3 aspek, yaitu KI-1 dan KI-2 merupakan aspek sikap, KI-3 menyangkut aspek pengetahuan,

(21)

masalah (problem solving), kreativitas (creativity), komunikasi dan kerjasama (communication and teamwork) sebagaimana terlihat pada Gambar 2. Selain itu, Literasi Sains sangat potensial sebagai media untuk mengembangkan sikap positif seperti rasa ingin tahu (curiosity), inisiatif (initiative), gigih (persistence), kemampuan beradaptasi (adaptability), kepemimpinan (leadership) dan kepedulian sosial dan budaya (social and cultural awareness). pengalaman saintifik siswa dan kesempatan untuk mengerti, memahami, serta memaknai.

Gambar 2: Komponen Pendukung Kecakapan Abad-21 Sumber: World Economic Forum (2015)

Dari berbagai definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya Literasi Sains mengandung makna mengetahui konsep sains, memahami proses sains dibalik konten sains, dan memaknai konsep dan proses sains dalam penerapannya di berbagai bidang kehidupan serta terbangunnya sikap ilmiah dan afeksi menuju pembentukan karakter.

III. TUJUAN LITERASI SAINS

Membangun Literasi Sains tidak terlepas dari tujuan utama yakni untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang siap memasuki Abad 21. Oleh karena itu, tujuan operasional dari literasi sains adalah:

1. Mengenali dan menghubungkan konsep sains yang mencakup makhluk hidup dan kehidupan, materi dan sifatnya, energi dan perubahannya, bumi dan antariksa, serta sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat;

2. Menggambarkan konsep sains berdasarkan pengetahuan tentang sains;

3. Mengembangkan pengetahuan dari skema konseptual dan merelasikannya dengan pengetahuan umum yang berhubungan dengan sains;

4. Mengembangkan pengetahuan prosedural dan pengetahuan mengenai proses penemuan dalam sains serta model teknologi yang tercakup ke dalamnya;

5. Mengembangkan pemahaman sains lebih jauh mencakup dimensi lain seperti filosofis, sejarah, aspek sosial dari sains;

6. Mengapresiasi sains sebagai bagian penting yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari;

7. Menunjukkan sikap tanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungan berkaitan dengan penggunaan produk-produk sains; dan

8.

Mengusulkan/mengomunikasikan solusi kritis, kreatif, dan inovatif terkait permasalahan/ide sains dalam kehidupan sehari-hari sebagai dampak penerapan sains di masyarakat.

(22)

IV. KOMPETENSI LITERASI SAINS

V. PENJENJANGAN LITERASI SAINS

Literasi Sains ditandai dengan indikator kompetensi sebagai berikut: 1. mengetahui pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural

tentang makhluk hidup dan kehidupan, materi dan sifatnya, energi dan perubahannya, bumi dan antariksa, serta sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat;

2. memahami sains sebagai bagian penting dalam kehidupan sekitarnya dan memiliki keterhubungan dengan dimensi pengetahuan lain seperti lingkungan, sosial/masyarakat, ekonomi, dan teknologi; dan 3. memaknai sains dengan cara mengapresiasi peran sains dalam

kehidupan, menunjukkan tanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungan terkait penggunaan produk-produk sains.

Perjenjangan dalam literasi sains merupakan salah satu aspek dalam satu proses yang berkesinambungan mulai dari jenjang yang terendah sampai dengan jenjang yang tertinggi. Perjenjangan ini penting untuk dibuat agar capaian literasi mengarah pada kesesuaian kebutuhan peserta didik dan kesesuaian dengan pertumbuhan mental dan psikologis peserta didik serta kesesuaian dengan capaian kompetensi yang diharapkan.

Perjenjangan tersebut memudahkan pula pendidik untuk menentukan materi yang harus diberikan peserta didik dalam mencapai kompetensi tersebut. Dengan demikian, penting sekali untuk menentukan tingkatan kompetensi literasi peserta didik sesuai dengan jenjang peserta didik itu. Adapun perjenjangan itu disusun sebagai berikut.

Terdapat empat domain literasi saintifik menurut PISA (2015). Pertama, domain konteks berhubungan dengan permasalahan personal, permasalahan lokal, dan permasalahan global. Kedua, domain kompetensi menjelaskan fenomena sains, merencanakan dan mengevaluasi penelitian saintifik, menginterpretasi data dan bukti ilmiah. Ketiga, domain pengetahuan berhubungan dengan pengetahuan konten, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan empiris. Keempat, domain afektif berhubungan dengan ketertarikan siswa dalam sains dan teknologi, menginvestigasi sains dengan pendekatan saintifik, persepsi siswa, dan kepekaan mereka terkait dengan masalah-masalah lingkungan.

Penerapan konsep literasi dalam proses pendidikan sains tidak hanya ditujukan untuk memahami kumpulan fakta dan teori namun justru merupakan ranah dari sebuah proses pembelajaran menuju suatu “gagasan kunci” dalam memahami dan memaknai fenomena dan kejadian yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, dalam konteks pendidikan sains maka Literasi Sains merupakan puncak pencapaian dari proses pendidikan sains. Literasi Sains juga dipandang sebagai pengetahuan, pemahaman dan pemaknaan konsep-konsep sains dan proses ilmiah yang diperlukan dalam pengambilan keputusan personal, berpartisipasi dalam urusan sosial dan budaya serta produktivitas ekonomi (National Research Council, 1996). Implementasi Literasi Sains yang terintegrasi akan mewarnai pengalaman saintifik siswa dan kesempatan untuk mengerti, memahami, serta memaknai hubungan sains, teknologi dan masyarakat yang pada gilirannya akan berpengaruh pada kehidupan pribadinya, karir, dan masa depannya.

Literasi Sains merupakan bagian dari Literasi Dasar (fundamental literacy) yang sangat diperlukan dalam mendukung pencapaian Kecakapan Abad 21 (21st Century Skills). Karakteristik pembelajaran Abad 21

menggambarkan proses menuju tercapainya kompetensi-kompetensi inti seperti keterampilan berpikir kritis (critical thinking), penyelesaian

(23)

I. DEFINISI

Literasi Sains (Scientific Literacy) adalah kemampuan mengidentifikasi memahami dan memaknai isu terkait sains yang diperlukan seseorang untuk mengambil keputusan

berdasarkan bukti-bukti saintifik. Literasi sains merupakan tujuan utama dari pendidikan sains (Wenning, 2006). Literasi Sains bersifat multidimensional, bukan hanya pemahaman terhadap pengetahuan sains, melainkan lebih dari itu. Melalui literasi sains, siswa dapat menanya, menemukan, dan menentukan keputusan yang dikembangkan dari rasa keingintahuannya berkaitan dengan pengalaman hidupnya sehari-hari untuk dapat dimaknai. Pemahaman dan pemaknaan terhadap karakteristik sains merupakan ciri seseorang yang melek sains. Pemahaman dan pemaknaan tersebut meliputi penyelidikan ilmiah, kesadaran akan sains dan teknologi yang membentuk lingkungan material, intelektual dan budaya, serta keinginan untuk terlibat dalam isu-isu terkait sains.

Siswa dapat meningkatkan pemahaman dan pemaknaan terhadap sains melalui kegiatan bertanya dalam proses inkuiri (Wenning, 2007). Proses tersebut meliputi: (1) mengidentifikasi masalah, (2) mengajukan hipotesis, (3) mendesain prosedur eksperimen untuk membuktikan prediksi, (4) melakukan eksperimen, observasi, dan simulasi, (5) mengumpulkan dan mengolah data, serta menganalisisnya secara akurat dan presisi, (6) mengaplikasikan metode numerik dan statistik untuk menarik kesimpulan, (7) menjelaskan berbagai hasil eksperimen yang tidak terprediksi, dan (8) menggunakan perangkat teknologi untuk memublikasikan dan mempertahankan hasil penelitian kepada khalayak sebagai bentuk profesionalisme dan keahliannya sebagai saintis.

Tabel 1. Penjenjangan Literasi Sains dalam Lingkup Sekolah

Aspek SD

(Kelas I – III)

SD (Kelas IV – VI)

SMP (Kelas VII – IX)

SMA (Kelas X – XII) Mengetahui konsep sains Pengetahuan faktual tentang sains Pengetahuan faktual tentang sains Pengetahuan faktual tentang konsep sains lebih kompleks Pengetahuan faktual tentang sains lebih kompleks, luas, dan dalam Pengetahuan konseptual tentang sains lebih kompleks Pengetahuan konseptual tentang sains lebih kompleks, luas, dan dalam Pengetahuan konseptual sederhana tentang sains Pengetahuan konseptual lebih kompleks tentang sains Pengetahuan prosedural sederhana (kualitatif) tentang sains yang melibatkan variabel yang diberikan Pengetahuan prosedural tentang sains melibatkan pengukuran kuantitatif dan akurat dengan variabel yang dikontrol

(24)

Memahami proses sains Mengidentifi kasi feno-mena alam sekitar melalui observasi, mengelom-pokkan, membanding kan Mengidentifi-kasi isu ilmiah melalui observasi, mengelompok -kan, membanding-kan, menalar, memutuskan Menjelaskan fenomena dan isu ilmiah, melalui langkah-langkah membangun hipotesis, melakukan eksperimen, mengumpulkan, mengolah, menginterpretasi data, dan mengkonstruksi pengetahuan Menggunakan bukti ilmiah dari berbagai sumber (bukti empirik dan literatur) untuk membangun kemampuan berargumentasi dan berpikir tingkat tinggi untuk menghasilkan karya/gagasan kreatif dan inovatif

pedagogis untuk menyeleksi konteks-konteks yang dapat diintegrasikan dalam proses belajar mengajar di kelas. Di lain pihak, aspek kontekstual memperkaya pokok bahasan suatu topik dari mata pelajaran.

Dalam konteks ini, literasi tidak hanya bersandar pada kemampuan membaca teks yang berdasarkan prinsip struktur bahasa dan perbendaharaan kata pada teks tersebut, melainkan lebih jauh lagi sampai kepada pemaknaan teks. Proses pemahaman terhadap aspek tekstual dan kontekstual harus meningkat secara berjenjang, baik berdasarkan jenjang pendidikan maupun kompleksitas pokok bahasan pada setiap jenjangnya. Pembentukan kompetensi literasi atas setiap pokok bahasan pada setiap mata pelajaran meliputi tiga tahapan, yaitu mengetahui (knowing), memahami (understanding), dan tahapan tertinggi adalah memaknai (interpreting). Secara grafis, penjelasan dari setiap tahap disajikan pada Gambar 1.

Gambar

Tabel 1. Penjenjangan Literasi Sains dalam Lingkup Sekolah
Gambar 2: Komponen Pendukung Kecakapan Abad-21  Sumber: World Economic Forum (2015)
Gambar 2: Komponen Pendukung Kecakapan Abad-21  Sumber: World Economic Forum (2015)
Tabel 1. Penjenjangan Literasi Sains dalam Lingkup Sekolah

Referensi

Dokumen terkait

Penelitan ini bertujuan untuk: (1) mengembangkan buku ajar Biologi pencemaran lingkungan berbasis literasi sains kelas X SMA/MA; (2) mengetahui tanggapan guru bidang

Hasil analisis literasi sains pada buku C yaitu sains sebagai batang tubuh pengetahuan sebesar 42,74%, sains sebagai jalan penyelidikan sebesar 10,17%, sains sebagai cara

KONSEP DASAR IPA (Bervisi SETS Berbasis Literasi Sains) 11 Teacher Association (1971) mengemukakan bahwa seorang yang literat sains adalah orang yang menggunakan konsep

Kemudian pengertian ini disederhanakan kembali oleh Toharudin, dkk (2013) yang mendefinisikan literasi sains sebagai kemampuan seseorang untuk memahami sains,

Peningkatan Literasi Sains Secara Keseluruhan Capaian literasi sains secara keseluruhan mencakup nilai pretest dan posttest yang diperolah siswa pada domain kompetensi

Bagaimana kualitas modul literasi sains larutan asam basa untuk siswa SMA/MA kelas XI berdasarkan penilaian ahli materi, ahli media, dan reviewer (guru kimia

Dimensi literasi sains yang banyak muncul pada buku teks pelajaran IPA yang dianalisis adalah sains sebagai batang tubuh pengetahuan, diikuti sains sebagai

Dalam kaitannya dengan penilaian hasil belajar sains pada aspek kemampuan literasi sains yang mencakup “science processes, science concepts, and situation or context” Harlen, 1999 yang