• Tidak ada hasil yang ditemukan

Data Penjualan Produk Perawatan Pria

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Data Penjualan Produk Perawatan Pria"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Skincare (perawatan kulit) pada umumnya hanya digunakan oleh wanita, dibuktikan dengan banyaknya produk kecantikan untuk wanita. Wanita menghabiskan Rp. 27,5 M untuk menggunakan Make up dan skincare sepanjang hidupnya, hal ini menandakan bahwa wanita menjadi konsumen utama produk skincare (Detik.com, 2016). Namun, saat ini tidak menutup kemungkinan bahwa pria juga dapat menjadi sasaran empuk para produsen produk kecantikan ditandai dengan data penjualan produk perawatan pria di bawah ini:

Bagan 1.1

Data Penjualan Produk Perawatan Pria di Indonesia

(Sumber: Spire Research and Connsulting, 2013 dalam Rahmah, 2017:3) Stigma bahwa pria yang dulunya dikenal tidak peduli dengan penampilannya terlebih untuk menggunakan skincare secara rutin telah terpatahkan dengan adanya data diatas. Data tersebut menjelaskan bahwa terjadi peningkatan pembelian produk

0 5,000 10,000 15,000 20,000 2009 2010 2012 2013

Data Penjualan Produk Perawatan Pria

(2)

perawatan pria setiap tahunnya di Indonesia. Hal inii membuktikan bahwa pria sudah mulai aware dengan perawatan kulit.

Survei MarkPlus & Co pada tahun 2003, bertajuk Future of Men, Study in Indonesia, mengatakan bahwa ada peningkatan pengguna skincare for men secara global dan nasional, di buktikan oleh data bahwa sebanyak 36.67% pria menghabiskan Rp 1–2 juta Rupiah per bulan untuk membeli produk-produk perawatan wajah, bahkan ada yang menghabiskan lebih dari Rp 5 juta Rupiah. Sedangkan secara global, jumlah penjualan produk perawatan di Amerika juga ikut meningkat pada tahun 2013, mencapai $ 7.7 juta yang mana pada tahun 1995 hanya $ 3.3 juta (Irawan & Widjaja, 2011).

Gambar 1.1 Poster iklan Garnier for men (Sumber: www.garnier.co.id)

Sudah begitu banyak produk skincare yang mulai menjangkau segmentasi pasar pria, dengan cara promosi produk “skincare for men” dan menggunakan artis papan atas berpenampilan gagah dan macho sebagai brand ambassador (Skalen, 2017). Seperti artis papan atas Indonesia yang satu ini, Joe Taslim terpilih sebagai

brand ambassador Garnier Men yang mana, Joe Taslim dipercaya menjadi

repesentasi produk Garnier Men karena, ia memiliki citra aktor yang maskulin dan pekerja keras namun tetap menggunakan skincare untuk merawat dirinya. Pemilihan ambassador Joe Taslim dianggap sebagai upaya merepresentasikan sebuah pesan

(3)

bahwa skincare bukan hanya digunakan oleh lelaki “ngondek” namun juga dapat digunakan oleh lelaki maskulin dan macho.

Pada tahun 1990-an maskulin digambarkan sebagai sosok laki-laki yang

macho yang sibuk akan dunia olahraga dan tidak melakukan perawatan (Rahmah,

2017). Namun fenomena maraknya “skincare for men” dan peningkatan penggunaan skincare pria di Indonesia menandakan bahwa sedang terjadi pergeseran makna maskulinitas yang tentunya tidak lepas dari peran media massa yang menampilkan pria-pria metroseksual berpenampilan menarik dan gagah, membuat pria ingin meniru apa yang mereka lihat, karena pada umumnya manusia ingin menjadi tampan dan cantik. Ditambah dengan dorongan dari masyarakat kalangan menengah Indonesia yang sudah sadar akan pentingnya merawat diri.

Masuknya globalisasi Korea atau disebut juga dengan Korean wave ke Indonesia pada tahun 2002 membuat perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia yang mengkonsumsi produk-produk kecantikan ala korea (Valentina, 2013). Munculnya boyband Korea Selatan seperti Super junior, Shinee, BigBang, yang menampilkan wajah yang mungil putih, bertubuh bugar, berbusana rapi dan

fashionable membuat pria Indonesia meniru Boyband tersebut dibuktikan dengan

munculnya boyband Indonesia seperti, Smash, Coboy Junior, Treeji yang meniru gaya boyband Korea Selatan tersebut. Dari peristiwa tersebut banyak dari pria di Indonesia ingin mengikuti gaya mereka.

Kondisi tersebut menyadarkan kita bahwa perubahan gaya hidup akan selalu berubah-ubah setiap tahunnya sering dengan perkembangan zaman. Pada tahun 1994 muncul istilah “Metroseksual” yang di ciptakan oleh jurnalis dari Inggris yaitu Mark Simpson. Simpson mendefinisikan pria metroseksual sebagai pria yang terlalu peduli dengan penampilan, berbelanja secara royal dan tinggal di kota-kota besar dimana pria metroseksual dapat menemukan pusat perbelanjaan, klub, pusat kebugaran, salon untuk memenuhi kebutuhannya. Ciri-ciri lain dari pria metroseksual adalah mereka sosok yang berani bereksperimen dengan fashion.

(4)

Simpson mengambil analogi dari mitologi Yunani tentang pemuda yang terpesona menatap pantulan wajahnya sendiri dipermukaan air kolam (Nasution, 2018).

Perkembangan trend pria metroseksual di awali oleh seorang aktor James Bond di era 1990-an dan 2000-an yang diperan kan oleh Pierce Brosnan dengan penampilan pria berbusana dan aksesorias yang stylish dan branded akan tetapi tetap menampilkan sisi maskulin, sosok James Bond inilah yang kemudian disebut sebagai metroseksual (Hudiandy, 2010). Pria metroseksual dideskripsikan sebagai laki-laki yang sangat mencintai dirinya setengah mati (Raharjo, 2017:33).

Salah satu ikon pria metroseksual dunia adalah David Beckham, dengan hidup yang glamour selalu mengubah gaya rambut dan selalu menjaga penampilannya terutama di depan umum. Di Indonesia ikon pria metroseksual adalah Ferry Salim, yang sangat mencintai fashion, gaya rambut, perawatan wajah. Nicholas Saputra juga merupakan ikon untuk pria metroseksual, yang mana dia juga menjadi duta merek untuk perawatan L'Oreal Men Expert dari L'Oreal Indonesia (Nasution, 2016). Di Indonesia tren penggunaan kata metroseksual bisa dikatakan terlambat karena, saat itu Indonesia sedang mengalami krisis ekonomi pada tahun 1998 sehingga tren metroseksual di kenal masyarakat Indonesia sekitar tahun 2010.

Fenomena pria metroseksual semakin berkembang dengan seiring berjalannya mode tren fashion berikut dibawah ini adalah hasil survei pria metroseksual yang dilakukan oleh MarkPlus & Co bekerja sama dengan Euro RSCG AdWork terlihat pada table dibawah ini:

Table 1.1

Hasil Survey Pria Metroseksual secara Global Country Percentage of

Population

U.S 20%

(5)

INDONESIA 15,7% (Sumber: Kurniawan, 2018:20)

Penelitian ini melibatkan 400 pria dewasa yang dilakukan oleh, Markplus & Co bekerja sama dengan Euro RSCG AdWork pada November-Desember tahun 2003 (Kartajaya, 2006 dalam Kurniawan dkk, 2018:20). Jika melihat dari tabel diatas Indonesia memiliki Pria metroseksual yang telah mencapai populasi 15,7%, dan diatas Indonesia adalah negara-negara maju itu membuktikan bahwa pria di Indonesia sudah mulai menjadi pria metroseksual.

Dari penjelasan diatas peneliti merasa perlu meneliti lebih dalam mengenai konsep diri pria metroseksual di Kota Bandung pengguna skincare wajah karena, ada pergeseran penggunaan skincare, jika selama ini skincare hanya digunakan oleh wanita akan tetapi sekarang berbeda pria juga ikut menggunakan skincare wajah secara rutin untuk mempercantik diri. Maka dari itu peneliti perlu mengkaji lebih dalam mengenai konsep diri pria metroseksual pengguna skincare wajah, karena di dalam konsep diri terdapat banyak aspek yang dapat mengungkap alasan mengapa pria mempercantik dirinya.

Penelitian ini dilakukan di Kota Bandung, karena berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang menjadi referensi peneliti yang berjudul “Maskulinitas pria metroseksual Studi Fenomenologi tentang identitas diri pria pesolek di Bandung” didapatkan hasil bahwa adanya citra diri pria di kota Bandung yang

fashionable dan banyaknya tempat-tempat seperti kafe, mal, dan klinik perawatan

kulit ternama, dan gym yang menjadi penunjang kebutuhan pria metroseksual (Rahmah, 2017). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang menjadi refernsi peneliti, peneliti ingin mengetahui konsep diri pria pengguna skincare di Kota Bandung, bagaimana pria metroseksual tersebut menanggapi opini masyarakat, melihat dirinya sendiri, harga diri dan citra diri seperti apa pria metroseksual pengguna skincare ini. Perekonomian di kota Bandung berjalan dengan sangat cepat dengan di buktikan bertambahnya pusat perbelanjaan, banyaknya klinik kecantikan, salon kecantikan, termasuk munculnya gerai-gerai produk skincare dari korea yang

(6)

masuk ke Bandung yang menjadikan Kota Bandung sebagai kota yang besar di Indonesia (Jabarprov.go.id).

Dari hasil pra-penelitian yang lakukan oleh peneliti, terdapat cara pandang yang berbeda antara, pria yang menggunakan skincare dengan pria yang tidak menggunakan skincare dan apa yang di tampilkan oleh media massa. Hal ini membuat peneliti ingin meneliti lebih dalam tentang fenomena konsep diri pria metroseksual tersebut. Secara umum konsep diri tidak muncul dari sejak manusia itu lahir, konsep diri mengacu pada persepsi individu terhadap dirinya sendiri. Konsep diri pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya di pengaruhi oleh hubungannya dengan orang lain (Rahmah, 2017).

Jika seseorang menganggap dirinya berpikiran positif, maka ia akan menghargai pujian dan kritikan dari orang lain terhadap dirinya dan berusaha menjadi lebih baik lagi. Namun sebalik nya jika seseorang berpikiran negatif, ia selalu merasa bahwa dia tidak disukai orang lain dan tidak mau menerima kritikan dari orang lain. Pemikiran ini bisa didapatkan melalui hubungan individu dengan orang lain. Seperti yang di jelaskan oleh Herbert Mead bahwa, setiap manusia mengembangkan konsep dirinya melalui interaksi dengan orang lain yang dilakukan melalui komunikasi, selain untuk berinteraksi dengan masyarakat, konsep diri juga penting dalam pembentukan diri (Mulayana, 2007). Pembentukan konsep diri pria metroseksual sangat dipengaruhi oleh faktor luar dan dalam diri individu tersebut.

Berdasarkan dari pemaparan diatas, peneliti memutuskan untuk mengunakan metode fenomenologi pada penelitian kualitatif, karena fenomenologi merupakan metode yang dapat membangun penjelasan dan analisis psikologi untuk menjelaskan dan menganalisis pengalaman dan tindakan sadar seseorang (Kuswarno, 2013: 6). Fenomenologi menjelaskan fenomena dan maknanya bagi individu dengan melakukan wawancara pada sejumlah individu (Creswell, 1998:40). Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah teknik wawancara dokumentasi dan studi pustaka. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

(7)

paradigma konstruktivisme sosial karena tidak menunjukkan dirinya dalam bentuknya yang kasar, tetapi harus disaring terlebih dahulu melalui bagaimana cara seseorang melihat sesuatu (Morissan, 2009:107).

Penelitian ini menggunakan lima informan dan sesuai kriteria yang didapat dari referensi penelitian terdahulu. Untuk mendapatkan informan yang tepat sesuai dengan kriteria, penulis meminta bantuan kepada rekan-rekan penulis untuk merekomendasikan pria yang sesuai dengan kriteria yang peneliti ajukan. Peneliti berusaha mengembangkan penelitian yang bertujuan untuk memahami konsep diri pria metroseksual yang dilakukan oleh pria di Kota Bandung.

1.2 Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti melihat ada perseptif negatif dari masyarakat tentang pria metroseksual yang menggunakan

skincare sedangkan pria juga boleh menggunakan skincare dan dituntut juga untuk

berpenampilan menarik dimasyarakat, maka dari itu peneliti ingin melihat bagaimana konsep diri dari pria metroseksual yang menggunakan skincare.Untuk mempermudah peneliti dalam menganalisa hasil penelitian ini akan difokuskan, mengingat luasnya permasalahan yang ada. Sehingga fokus dari penelitian ini yaitu, “Konsep diri pria metroseksual di Kota Bandung (Studi fenomenologi pada pria pengguna skincare di Kota Bandung)”.

1.3 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, identifikasi masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana koonsep diri dria metroseksual pengguna skincare di Kota Bandung? 2. Bagaimana citra diri dan harga diri pria metroseksual pengguna skincare di Kota

Bandung?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan pada peneltian ini adalah sebagai berikut:

(8)

1. Untuk mengetahui konsep diri pria metroseksual pengguna skincare di Bandung. 2. Untuk mengetahui citra diri dan harga diri pria metroseksual di Kota Bandung. 1.5 Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan ini adalah sebagai berikut: 1.5.1 Secara Teoritis

1. Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi ilmu sosial khususnya untuk pria metroseksual dan konsep diri.

2. Selain itu penulis juga berharap bahwa penulisan ini dapat menjadi rujukan bagi penulisan selanjutnya sehingga dapat memperkaya bidang pengetahuan.

3. Penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan memperkaya bahan referensi, bahan penelitian, serta sumber bacaan di lingkungan Universita Telkom.

1.5.2 Secara praktis

a. Bagi akademis, penulisan ini dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran dalam membuat penulisan.

b. Bagi Jasa Pelayanan Kecantikan, di harapkan dapat mengatahui, manfaat

skincare bagi kesehatan kulit, dan mampu membuat peluang bisnis baru

untuk produk skincare for men diharapkan dapat menjadi acuan dalam peningkatan pelayanan konsumen jasa perawatan tubuh dan kecantikan. c. Bagi penulis, untuk dapat menerapkan ilmu di bangku kuliah, dan dapat

memberikan edukasi tentang makna metroseksual. 1.6 Lokasi dan Waktu Penulisan

(9)

Penulisan dilakukan melalui wawancara dengan pria metroseksual pengguna

skincare yang berlokasi di Bandung.

1.6.2 Waktu Penulisan

Periode penulisan ini dilakukan selama kurang lebih enam bulan terhitung mulai pertengahan bulan Agustus sampai januari 2019.

1. Penentuan dan Pengajuan Tema Penulisan

Penentuan ini dilakukan pada awal pada pertengahan bulan Agustus-September Akhir sehingga mendapatkan tema yang sudah pasti untuk melanjutkan tahap selanjutnya.

2. Observasi Awal

Observasi ini dilakukan mulai September – awal November untuk membantu menentukan tema penulisan hingga akhirnya tema penulisan menjadi fix sehingga penulisan dapat dilanjutkan.

3. Pelaksanaan Penulisan

Pelaksanaan penulisan ini dilakukan mulai dari Agustus 2018 hingga Desember 2018 dimana penulis menjalaninya mulai dari penentuan tema hingga pemberian proposal dapat diterima.

Tabel 1.2

Waktu dan Periode Penulisan No. Nama

kegiatan

2018

(10)

1. Mencari topik Penulisan, pengamatan objek yang akan diteliti, mencari referensi dan menentukan kasus penelitian. 2. Penyusunan Proposal Skipsi (Bab 1-3). 3. Pengumpulan data melalui wawancara dengan informan. 4. Proses analis dan pengolahan data 5. Penyusunan hasil penulisan berupa kesimpulan dan saran.

Gambar

Gambar 1.1 Poster iklan Garnier for men  (Sumber: www.garnier.co.id)

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan pembelian impulsif pada mahasiswa pria dan wanita pengguna jejaring sosial instagram ditinjau dari

Dari kerangka konsep di atas, peneliti akan melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi pria dalam program Keluarga Berencana di

Hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini adalah ada perbedaan kematangan cinta antara pria dan wanita usia dewasa awal.. Uji statistik yang digunakan untuk

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis segmentasi pasar yang terbentuk berdasarkan faktor psikografis konsumen pria produk parfum di Kabupaten Jember

Sehingga, dari deskripsi hasil penelitian yang telah diuraikan diatas maka peneliti akan membahas mengenai Impression Management Penyiar Pria Di Station Radio Di Kota

Hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini adalah ada perbedaan kematangan cinta antara pria dan wanita usia dewasa awal.. Uji statistik yang digunakan untuk

melakukan penelitian mengenai interaksi sosial pria dewasa awal yang menjadi. gay di

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan kemampuan seksual antara lansia pria yang berolahraga dan tidak berolahraga.. Metode: Penelitian ini