METODE MATRIK
APLIKASI METODE MATRIK
UNTUK ANALISA STRUKTUR BALOK
PENGERTIAN UMUM
Metode matrik adalah suatu pemikiran baru pada analisa struktur, yang
berkembang bersamaan dengan populernya penggunaan computer
otomatis untuk operasi perhitungan aritmatika.
HAL UTAMA DALAM ANALISA UNTUK MENENENTUKAN BAIK ITU DEFORMASI ATAUPUN STRESS PADA STRUKTUR, IALAH SAMPAI JAUH MANA SUDAH DIKETAHUI SIFAT KARAKTERISTIK HUBUNGAN GAYA DAN DEFORMASI DARI ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR, DAN MEMAKSAKAN TERPENUHINYA SYARAT-SYARAT KOMPATIBILITI DAN KESETIMBANGAN, ADA TIGA HAL YANG
MENDASARI ANALISIS INI, YAITU:
1.
kesetimbangan
2.
hubungan stress dan strain, atau gaya
dalam dan deformasi
3.
kompatibiliti,atau kontinuitas
dari
DALAM ANALISIS MATRIK DIKENAL ADA DUA CARA :
1.
metode kekakuan (stiffness method, atau
displacement method )
2.
metode fleksibilitas (flexibility method, atau force
METODE KEKAKUAN
Dengan metode kekakuan ini sebenarnya dicari hubungan gaya dengan
lendutan, dinyatakan secara matematis :
D
K
Q
Q = gaya yang timbul pada titik-titik diskrit akibat adanya lendutan.
D = lendutan pada titik-titik diskrit
Metode Kekakuan Ini Juga Disebut Metode Lendutan
(Displacement Method), Karena Analisa Dimulai Dengan “
Lendutan” Sehingga Dengan Demikian Urutan Kerjanya Secara
Garis Besar Adalah Sebagai Berikut :
• kompabiliti; yaitu mencari hubungan antara deformasi dengan lendutan, atau secara tegasnya mencari deformasi apa yang terjadi pada elemen-elemen dititik-titik diskrit akibat diberikannya lendutan pada struktur dititik-titik tersebut.
• persamaan hubungan stress dan strain, yaitu mencari hubungan mengenai gaya-gaya dalam yang timbul sebagai akibat adanya deformasi pada elemen-elemen pada struktur tersebut.
• kesetimbangan, langkah terakhir yang menyatakan hubungan gaya luar dititik diskrit dengan gaya-gaya dalam atau mencari berapa besar gaya luar di ujung elemen-elemen yang tepat diimbangi oleh gaya-gaya dalam elemen titik-titik diskrit.
Metode Kekakuan Ialah Suatu Cara Untuk Analisa Struktur Dimana Dalam Proses Perumusan Dari Analisanya Diambil Lendutan Di Titik-titik Diskrit Sebagai Besaraan “Anu” Yang Hendak Dicari.Dalam Proses Menganalisa Akan Mengenal Beberapa Matrix Yang Penting Sebagai Berikut :
matrik deformasi
suatu matrik yang menyatakan
hubungan kompatibiliti atau hubungan deformasi dan
lendutan :
dimana :
= menyatakan deformasi dari elemen struktur
A
D
A
d
d
A
= adalah matrik deformasi
MATRIK KEKOKOHAN INTERNEN , SUATU MATRIX YANG MEMENUHI HOKUM HOOKE DALAM MANA DINYATAKAN HUBUNGAN ANTARA GAYA DAN DEFORMASI :
dimana
:
S
d
S
H
H
=menyatakan
gaya dalam elemenS
=elemenadalah matrix kekokohan internMATRIX STATIS
, SUATU MATRIX YANG MENYATAKAN
KESETIMBANGAN ANTARA GAYA LUAR DAN GAYA DALAM :
B
Q
=B
H
dimana :
Q
= menytakan gaya luar yang bekerja dititik diskritB
= matrix statisH
= gaya dalam elemenMaka ketiga matrix di atas digabungkan, maka akan didapatkan hubungan :
D K Q D A S B Q d S B Q H B Q
DIMANA
ADALAH MATRIX KEKAKUAN STRUKTUR, DENGAN
PENGERTIAN
:
Jadi salah satu tujuan terminal yang penting adalah proses analisa ini
ialah dapat menurunkan matrik kekakuan struktur
K
A
S
B
K
K
Selanjutnya akan mudah dicapai tujuan akhir, yaitu analisa
lendutan dan gaya dalam elemen.
DERAJAT KETIDAK-TENTUAN KINEMATIS
Untuk analisa ini akan dimulai dengan mengambil
lendutan di titik-titik diskrit sebagai sasaran yang
harus dihitung.
Untuk mengetahui dimana harus “dipasang” besaran
lendutan yang akan dicari tersebut, maka harus
diketahui dahulu beberapa derajat ketidak tentuan
kinematis atau istilah lainnya derajat kebebasan
Derajat ketidak-tentuan kinematis ialah suatu
besaran yang menyatakan jumlah komponen
bebas dari lendutan dititik diskrit yang mungkin
terjadiyang berhubungan dengan diberikannya
suatu pembebanan pada struktur. Di bawah ini
diberikan beberapa macam struktur bidang
yang akan ditujukkan berapa derajat
ketidak-tentuan kinematisnya.
struktur Komponen bebas dari lendutan di titik pertemuan Derajat ketidak-tentuan kinematis D1 D2 D2 D1 2 2 0 (a) (b) (c)
struktur Komponen bebas dari lendutan di titik pertemuan Derajat ketidak-tentuan kinematis 6 D1 D2 D3 D6 D4 D5 D1 D2 D3 3 Dengan mengabaikan
deformasi aksial dari eleme D1 D3 D6 D5 D7 D4 7 D1 D2 D3 D4 D6 D5 D7 D8 D9 D10 D11 D12 12 (d) (e) (f) (g)
Gambar 1.1 derajat ketidak-tentuan kinematis dari
struktur
ditunjukkan
oleh
banyaknya
vector
lendutan yang mungkin terjadi di titik bebas,
dimana arah vector pada gambar menunjukkan
arah vector yang positif.
DASAR PERHITUNGAN
Dalam bab ini, akan dijelaskan secara mendetail
urut-urutan analisa dari suatu konstruksi bidang (dua
dimensi)
dengan
berdasarkan
pada
metode
kekakuan.
Sekarang terlihat satu konstruksi seperti seperti
ditunjukkan pada gambar 2.(a) selanjutnya akan
diikuti urutan dari proses analisa.
D1 D2
D3
(b) derajat ketidak-tentuan kinematis : 3
D1 D2
D3
Q1 Q2 Q3
(c) diagram gaya luar ekivalen Q
yang koresponding dengan lendutan D sebagai pengganti darisistem pembebanan pada gambar (a)
EI1 EI2 EI3
L1 L2 L3
D1
d3 d2
(e) diberikan
D
1= 1 satuan
D2 d4 d5
(f) diberikan
D =1 satuan
2 d6 D3(g) diberikan
D3=1 satuan
d1 d2 d3 d4 d5 d6 H1 H2 H3 H4 H5 H6
(h) diagram H-d, dimana
H
merupakan
reaksi
elemen
yang
dikekang
terhadap diberikannya deformasi.
Q1 Q2 Q3
H2 H3
H4 H5 H6
(i) diagram kesetimbangan
Konstruksi Ini Ialah Balok Menerus Di Atas Empat Perletakan, Satu Jepit Dan
Tiga Sendi, Merupakan Suatu Konstruksi Dengan Derajat Ketidak-tentuan
Kinematis Sebesar 3 (Gambar 2.B)
Langkah pertama ialah menyelidiki kompatibilitas dari struktur,
dengan jalan memberikan berturut-turut lendutan
dan
(gambar 2.e, 2.f, dan 2.g).
Mudah dapat kita lihat, bahwa :
1
,
1
2 1D
D
D
31
0 1 3 6 2 5 4 1 3 2 d D d D d d D d datau disusun secara sistematis : 3 6 2 5 2 4 1 3 1 2 1 D d D d D d D d D d d
bila dinyatakan dalam hubungan matrix :
3 2 1 6 5 4 3 2 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 D D D d d d d d d atau
D
A
d
1
1
1
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
3 2 1 6 5 4 3 2 1D
D
D
d
d
d
d
d
d
A
Langkah kedua ialah menyelidiki hubungan gaya dalam dan deformasi dengan melihat tiap-tiap elemen sebagai bagian yang diskrit, seperti pada gambar 2.h.
Dari sifat elastis elemen,
didapatkan
hubungan :d1 d2 d3 d4 d5 d6 H1 H2 H3 H4 H5 H6 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1
3
1
6
1
6
1
3
1
EI
L
H
EI
L
H
d
EI
L
H
EI
L
H
d
dimana :
1
d
= menyatakan deformasi yang terjadi di ujung elemen
H
=
menyatakan gaya dalam yang ada di ujung elemen,
dalam hal ini momen lentur
diinverskan, akan didapat :
2 1 1 1 1 1 1
2
4
d
L
EI
d
L
EI
H
2 1 1 1 1 1 24
2
d
L
EI
d
L
EI
H
4 2 2 3 2 1 32
4
d
L
EI
d
L
EI
H
4 2 2 3 2 2 44
2
d
L
EI
d
L
EI
H
6 3 3 5 3 3 52
4
d
L
EI
d
L
EI
H
6 3 3 5 3 3 64
2
d
L
EI
d
L
EI
H
Bila hubungan ini dinyatakan dalam bentuk matrix, maka : 6 5 4 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 6 5 4 3 2 1
4
2
0
0
0
0
2
4
0
0
0
0
0
0
4
2
0
0
0
0
2
4
0
0
0
0
0
0
4
2
0
0
0
0
2
4
d
d
d
d
d
d
L
EI
L
EI
L
EI
L
EI
L
EI
L
EI
L
EI
L
EI
L
EI
L
EI
L
EI
L
EI
H
H
H
H
H
H
atau :
H
S
d
dimana matrix
S
merupakan matrix
:3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1
4
2
0
0
0
0
2
4
0
0
0
0
0
0
4
2
0
0
0
0
2
4
0
0
0
0
0
0
4
2
0
0
0
0
2
4
L
EI
L
EI
L
EI
L
EI
L
EI
L
EI
L
EI
L
EI
L
EI
L
EI
L
EI
L
EI
S
6 5 4 3 2 1 d d d d d dJadi Sebenarnya Matrix
Ialah Suatu Matrix Yang Menyatakan
Berapa Besar Gaya Dalam
Yang Timbul Diujung Elemen Bila Di
Titik-titik Tersebut Diberikan Satu Satuan Deformasi .
Langkah ketiga adalah menyelidiki tentang kesetimbangan gaya luar
dan gaya dalam :
Melihat gambar
S
Hd
6 3 5 4 2 5 2 1H
Q
H
H
Q
H
H
Q
6 5 4 3 2 1 3 2 1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
H
H
H
H
H
H
Q
Q
Q
atau :
H
B
Q
dimana :
6 5 4 3 2 1 3 2 11
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
H H H H H HQ
Q
Q
B
Satu hubungan terminal, adalah mendapatkan hubungan :
D
K
Q
Dimana :
A
S
B
K
untuk mendapatkan lendutan, maka
dapat diinverskan
sebagai :
Q
K
D
1dimana :
Q
=menyatakan gaya-gaya luar yang bekerja di titik-titik diskrit.
D
menyatakan
lendutan
di
titik
bersangkutan
yang
berkoresponding dengan gaya
.
ternyata didapatkan :
T
A
B
prinsip kerja virtual.
Q*
a.gaya luar virtual
D
b. lendutan aktuil
Misalnya pada konstruksi yang sedang dibahas tersebut
dikerjakan gaya virtual
Q
gambar (1.3a ) sehingga timbul gaya dalam
H
pada elemennya, maka dari prinsip kerja virtuil akan
didapatkan
hubungan
(yang
dinyatakan
dalam
perkalian matrix).
d
H
D
Q
T
T
dengan melihat :
T T TB
H
Q
H
B
Q
D
A
d
maka persamaan ( ) bisa ditulis ;
D
A
H
D
B
H
T T TBila disederhanakan, akan memberikan :
T T A B A B
Dengan demikian persamaan, bisa ditulis :
A
S
A
Dengan demikian persamaan telah dipermudahkan,
yaitu untuk menurunkan matrix kekakuan
K
cukup hanya menurunkan dua matrik penbentuknya,
yaitu matrix deformasi
A
dan matrix kekokohan intern elemen S
.
Untuk menghitung gaya dalam digunakan hubungan :
d
S
H
D
A
S
H
atau
= matrik lendutan dititik diskrit.
D
APLIKASI
KONSTRUKSI BALOK MENERUS
selanjutnya akan diberikan beberapa contoh
pemakaian metode kekakuan ini pada analisa
struktur.
Contoh 3.1
Di bawah ini akan dibahas secara singkat analisa dengan
metode
kekakuan
dengan
derajat
ketidak-tentuan
kinematik tingkat 1.
10 m 8 m EI EI 600kg/m A B C
a. konstruksi yang akan dianalisa
b. konstruksi dasar yang dikekang
-5000 +5000 -3200 +3200
m
kg
M
M
m
kg
M
M
CB BC BA AB.
3200
4
.
600
.
12
1
.
5000
6
.
600
.
12
1
2 2Momen primer :
D1d. derajat ketidak-pastian kinematis : 1
Q1=1800kg.m
e. gaya luar ekivalen dititik diskrit yang koresponding
dengan lendutan
.)
.
(
3200
5000
1kg
m
Q
D1 d3 d2
f. diberikan
D
11
satuan
H2 d2 d1 H3 d3 d4 H4g. diagram
H - dH3
H2
h. diagram kesetimbangan
Gambar 1.4 balok diatas tiga tumpuan
Melihat gambar 1.4 (f), dengan mudah akan didapatkan
:1 1 4 3 2 1 0 1 1 0 D d d d d A
dari gambar 1.4 (g) :
4 3 2 1 4 3 2 1 8 4 8 2 0 0 8 2 8 4 0 0 0 0 10 4 10 2 0 0 10 2 10 4 d d d d H H H H EI EI EI EI EI EI EI EI S5
.
0
25
.
0
0
0
25
.
0
5
.
0
0
0
0
0
4
.
0
2
.
0
0
0
2
.
0
4
.
0
S
dari persamaan
:A
S
A
K
T =0
1
1
0
5
.
0
25
.
0
0
0
25
.
0
5
.
0
0
0
0
0
4
.
0
2
.
0
0
0
2
.
0
4
.
0
EI
0
1
1
0
=0
.
2
0
.
4
0
.
5
0
.
25
EI 0 1 1 0EI
K
EI
K
9
.
0
1
9
.
0
1Dengan mengubah gaya Q menjadi gaya titik ekivalen di
ujung elemen (gambar 1.4.c dan e) dan dengan melihat
persamaan (1.25) :
EI
D
EI
D
Q
K
D
2000
1800
9
.
0
1
1 1 1dari persamaan (1.36) :
D
A
S
H
5
.
0
25
.
0
0
0
25
.
0
5
.
0
0
0
0
0
4
.
0
2
.
0
0
0
2
.
0
4
.
0
H
.
2000
25
.
0
5
.
0
4
.
0
2
.
0
500
1000
800
400
4 3 2 1H
H
H
H
m
kg
H
m
kg
H
m
kg
H
m
kg
H
.
500
.
1000
.
800
.
400
4 3 2 1 400 800 1000 500 A B Chasil yang ditunjukkan oleh gambar 1.5 ialah menyatakan besarnya
momen lentur (dalam hal ini sebagai momen batang, bukan sebagai
momen titik) yang didistribusikan ke batang elemen AB dan BC sesuai
dengan kekakuan masing-masing . jadi gaya dalam
yang didapat
dari hasil perhitungan ini bukan merupakan memen lentur yang
sebenarnya bekerja.
H
H
Momen lentur
yang sebenarnya bekerja bisa diperoleh dengan
mengurangi gaya dalam dengan momen primer elemen struktur.
H
m
kg
M
m
kg
M
m
kg
M
m
kg
M
C BC BA A.
2700
)
3200
(
500
.
4200
)
3200
(
1000
.
4200
)
5000
(
800
.
5400
)
5000
(
400
Penting untuk dicatat pula di sini, bahwa hasil momen akhir
ini juga menyatakan momen batang bukan momen titik.
Contoh 1.2
Sebagai contoh kedua akan dibahas suatau konstruksi
kinematis tertentu seperti pada gambar 1.6 (a).
A C B
4m 6m
EI EI
Q=1000 kg
a. konstruksi yang akan dianalisa dengan beban
b. struktur dasar yang dikekang
C D1
D2
c. derajat ketidak-tentuan kinematis : 2
(d) diberikan
D
1= 1 satuan d4 d3 d2 d1 D1D2 d3 d2
e. diberikan
D
2= 1 satuan
H3 d1 d2 H2 H3 d3 d4 H4f. diagram H-d
H3+H4 H1+H2 6 4 Q2 Q1 H2 H3
g. diagram kesetimbangan
Langkah pertama yang dilakukan ialah menganggap
konstruksi ini terdiri atas dua elemen diskrit. AC dan
CB ( gambar 3.6 b). titik C segai titik diskrit
mempunyai dua derajat kebebasan, yaitu translasi
dan rotasi.
Melihat
gambar
3.6,
akan
didapat
hubungan-hubungan sebagai berikut :
1 2 1 4 3 2 1 0 4 1 1 4 1 1 6 1 0 6 1 D D d d d d A d4 d3 d2 d1 D1
6 5 4 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 6 5 4 3 2 1
4
2
0
0
0
0
2
4
0
0
0
0
0
0
4
2
0
0
0
0
2
4
0
0
0
0
0
0
4
2
0
0
0
0
2
4
d
d
d
d
d
d
L
EI
L
EI
L
EI
L
EI
L
EI
L
EI
L
EI
L
EI
L
EI
L
EI
L
EI
L
EI
H
H
H
H
H
H
4
4
4
2
0
0
4
2
4
4
0
0
0
0
6
4
6
2
0
0
6
2
6
4
EI
S
4
3
2
1
4
3
2
1
1
2
1
0
0
2
1
1
0
0
0
0
3
2
3
1
0
0
3
1
3
2
EI
selanjutnya dihitung matrix kekakuan
K
:A
S
A
K
T1
2
1
0
0
2
1
1
0
0
0
0
3
2
3
1
0
0
3
1
3
2
0
1
1
0
4
1
4
1
6
1
6
1
EI
0
4
1
1
4
1
1
6
1
0
6
1
EI
0
4
1
1
4
1
1
6
1
0
6
1
2
1
1
3
2
3
1
8
3
8
3
6
1
6
1
EI
K
6667
.
1
2083
.
0
2083
.
0
2430
.
0
2430
.
0
2083
.
0
2083
.
0
6667
.
1
3617
.
0
1
1EI
K
EI
EI
D
D
89
.
575
85
.
4607
2 1selanjutnya akan bisa dihitung gaya dalam :
D
A
S
H
= EI
1
2
1
0
0
2
1
1
0
0
0
0
3
2
3
1
0
0
3
1
3
2
0
4
1
1
4
1
1
6
1
0
6
1
EI EI 89 . 575 85 . 4607 = EI 2 1 8 3 1 8 3 3 2 6 1 3 1 6 1EI
EI
89
.
575
85
.
4607
1440 1152 1152 960 4 3 2 1 H H H H
4m
6m
1440
1152
1152
960
Gambar 1.7 Distribusi gaya dalam
Maka didapatkan hasil analisa ;
m kg M M m kg M m kg M CB CA B A . 1152 . 1440 . 960
Bila dibandingkan hasil ini dengan rumus yang sudah diketahui :
m
kg
M
m
kg
M
B A.
1440
10
4
.
6
.
1000
.
960
10
4
.
6
.
1000
2 2 2 2Contoh 1.3
Pada contoh soal selanjutnya ini, akan diperlihatkan
bagaimana proses analisa bila konstruksi pada contoh
1.2 dikombinasikan dengan suatu perletakan elastis di
titik C.
A B C 4m 6m EI Q=1000 kg k=0.5EI(a) konstruksi yang akan dianalisa, dengan satu perletakan elastis
dimana k = 0.5 EI
L L
D1
D2
(b) derajat ketidak-tentuan kinematsi : 2
d4 d3 d2 d1 D1
(c) deberikan
D
1= 1 satuan
Q=-1000
kD1
D1
(d) gaya ekivalen dititik diskrit yang koresponding dengan lendutan
1
D Q=-1000-kD1
kD1
(e) penyederhanaan dari gambar (d)
Persoalan pada contoh ini sebenarnya sama dengan contoh 1.2, karena memunyai elemen batang yang sama dengan derajat kebebasan yang sama pula . maka proses analisa tidak akan mendetail dibahas lagi disini, dan langsung akan matrik kekakuan :
EI
K
6667
.
1
2083
.
0
2083
.
0
2430
.
0
2430
.
0
2083
.
0
2083
.
0
6667
.
1
3617
.
0
1
1EI
K
Proses selanjutnya akan terlihat adanya perbedaan dengan analisa contoh soal yang lalu, yaitu dalam menetapklan vector gaya yang bekerja, yang disamping ditentukan oleh gaya luar yang dikethui
Q
1000kg
,
Q
K
D
1 2 1D
D
2430
.
0
2083
.
0
2083
.
0
6667
.
1
3617
.
0
1
EI
0 ) 1000 ( kD1 1D
EI
3617
.
0
1
)
1000
(
6667
.
1
.
kD
1 1 1 1 1304
.
2
4608
)
5
.
0
1000
(
3617
.
0
6667
.
1
D
EI
D
EID
EI
D
EI
D
EI
D
7
.
1394
4608
304
.
3
1 1))
7
.
1394
5
.
0
1000
(
2083
.
0
(
3617
.
0
1
2EI
EI
EI
D
EI
D
2174
.
3
berdasarkan hasil lendutan
D dan
12
D
yang didapat, bisa dihitung gaya dalam yang timbul
pada elemen struktur.
EI
H
2 1 8 3 1 8 3 3 2 6 1 3 1 6 1EI
EI
3
.
174
7
.
1394
9
.
435
7
.
384
7
.
348
5
.
290
4 3 2 1H
H
H
H
Dengan demikian didapatkan hasil analisa :
m
kg
M
m
kg
M
m
kg
M
m
kg
M
B CB CA A.
9
.
435
.
7
.
348
.
7
.
348
.
5
.
290
KONSTRUKSI PORTAL BIDANG TANPA
PENGGOYANGAN DIMANA DIFORMASI
AKSIAL DIABAIKAN
Dalam hal ini akan dibahas analisa dari konstruksi portal
bidang. Diketahui dua macam konstruksi portal bidang ,
yaitu portal tanpa penggoyangan dan portal dengan
penggoyangan, seperti ditunjukkan oleh gambar 1.2.
Dalam pasal ini akan dicoba dibahas analisa portal bidang
tanpa pergoyangan, dimana deformasi aksial dari
elemen-elemennya diabaikan.
(a)Portal tanpa penggoyangan.
b. portal menerus tanpa pergoyangan
(c) portal dengan penggoyangan
Contoh 1.1
Dalam pasal ini akan dibahas analisa portal bidang
tanpa pergoyangan, dimana deformasi aksial dari
elemen-elemennmya diabaikan.
600kg 600kg Q=300kg/m EI EI 5 m A B C C 2 m 3 m(a) portal bidang yang akan dianalisa, dengan bentuk konstruksi dan system pembebanan yang simetris
A
B C
D
( b) struiktur dasar yang dikekang Momen primer :
m
kg
M
AB288
.
5
2
.
3
.
600
2 2m
kg.
432
5
2
.
3
.
600
2 2 BAM
m
kg
M
M
BC CB.
300
.
5
625
.
12
1
2m
kg
M
M
CD BA432
.
m
kg
M
M
CD AB288
.
A B C D 432 625 625 432 288 288 cMomen primerD2
D1
d. derajat ketidak-pastian kinematis : 2
Q1=-193
Q2=-193
m
kg
Q
m
kg
Q
.
193
432
625
.
193
625
432
2 1 C D1 d3 d2 f. diberikan D =1 satuanD2 d5 d4
g. diberikan
D
2= 1satuan
H1 d1 H2 H3 d2 d3 d 4 H4 H5 d5 d6 H6 h. Diagram H-dH3 H2 Q1 Q2 H5 H4 (i ) diagram kesetimbangan
Gambar 1.3 Portal simetris
Dengan memperhatikan gambar 1.3 akan didapatkan :
1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 2 1 6 5 4 3 2 1 D D d d d d d d A
5 4 5 2 0 0 0 0 5 2 5 4 0 0 0 0 0 0 5 ) 2 ( 4 5 ) 2 ( 2 0 0 0 0 5 ) 2 ( 2 5 ) 2 ( 4 0 0 0 0 0 0 5 4 5 2 0 0 0 0 5 2 5 4 EI S =
5
2EI
6
5
4
3
2
1
2
1
0
0
0
0
1
2
0
0
0
0
0
0
4
2
0
0
0
0
2
4
0
0
0
0
0
0
2
1
0
0
0
0
1
2
6
5
4
3
2
1
3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1
4
2
0
0
0
0
2
4
0
0
0
0
0
0
4
2
0
0
0
0
2
4
0
0
0
0
0
0
4
2
0
0
0
0
2
4
L
EI
L
EI
L
EI
L
EI
L
EI
L
EI
L
EI
L
EI
L
EI
L
EI
L
EI
L
EI
S
Dengan demikian :
A
S
A
K
T0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
5
2EI
2
1
0
0
0
0
1
2
0
0
0
0
0
0
4
2
0
0
0
0
2
4
0
0
0
0
0
0
2
1
0
0
0
0
1
2
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
0
5
2EI
1 2 4 2 0 0 0 0 2 4 2 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0K
=5
2EI
6
2
2
6
Dengan mengubah gaya-gaya luar menjadi gaya ekivalen
terpusat di ujung elemen atau di titik-titik diskrit ( 1. 3.c dan e ),
dan dengan melihat persamaan :
Q
K
D
14
36
1
.
2
5
2 1EI
D
D
193
193
6
2
2
6
=1544
1544
64
5
EI
2 1D
D
=EI
EI
8
965
8
965
Jadi putaran sudut dititik B dan C ialah sebesar :
EI
D
D
8
965
2 1Dari persamaan ( 1.36)
D
A
S
H
=EI
2
5
2
1
0
0
0
0
1
2
0
0
0
0
0
0
4
2
0
0
0
0
2
4
0
0
0
0
0
0
2
1
0
0
0
0
1
2
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
0
EI
EI
8
965
8
965
4 1934 193 1 0 2 0 4 2 2 4 0 2 0 1 6 5 4 3 2 1 H H H H H H = 25 . 48 5 . 96 5 . 96 5 . 96 5 . 96 25 . 48
Melihat momen primernya pada gambar (1.3.c), maka akan didapat :
m kg M m kg M m kg M m kg M m kg M m kg M D CD CB BC BA AB . 75 . 239 ) 288 ( 25 . 48 . 50 . 528 ) 432 ( 50 . 96 . 50 . 528 ) 625 ( 50 . 96 . 50 . 528 ) 625 ( 50 . 96 . 50 . 528 ) 432 ( 50 . 96 . 75 . 239 ) 288 ( 25 . 48
Contoh 1.2 :
Sekarang Akan Dibahas Analisa Portal dengan adanya penahanan kesamping
400kg
q= 600kg/m
A
B
C
D
2EI
F
2EI
G
2EI
EI
EI
2.00
2.00
1.00
5.00
5.00
2.00
1000kg
A
B
E F
b. Struktur dasar yang dikekang
Momen primer :
m
kg
M
ED400
.
2
800
.
m
kg
M
M
EF FE.
800
.
5
1250
.
12
1
2m
kg
M
M
FC CF.
600
.
5
1250
.
12
1
2m
kg
M
M
FB BF.
1000
.
4
500
.
8
1800 1250 1250 1250 500 1250 500 b. Momen primer D1 D2
Q2=-500
Q1=-450
d. Gaya ekivalen Q dititik diskrit yang koresponding dengan lendutan D
D1
d3
d2
d7 D2 d5 d4 g. Diberikan D2 = 1satuan H3 H2 H1 H6 H4 H7 H5 d1 d2 d3 d4 d5 d6 d7 d8 h. Diagram H-d
Dimulai dengan menghitung matrik
A
danS
1
1
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
0
2 1 8 7 6 5 4 3 2 1D
D
d
d
d
d
d
d
d
d
A
5 ) 2 ( 4 5 ) 2 ( 2 0 0 0 0 0 0 5 ) 2 ( 2 5 ) 2 ( 4 0 0 0 0 0 0 0 0 4 4 4 2 0 0 0 0 0 0 4 2 4 4 0 0 0 0 0 0 0 0 5 ) 2 ( 4 5 ) 2 ( 2 0 0 0 0 0 0 5 ) 2 ( 2 5 ) 2 ( 4 0 0 0 0 0 0 0 0 5 4 5 2 0 0 0 0 0 0 5 2 5 4 EI S8 7 6 5 4 3 2 1 18 8 0 0 0 0 0 0 8 16 0 0 0 0 0 0 0 0 5 10 0 0 0 0 0 0 5 10 0 0 0 0 0 0 0 0 8 16 0 0 0 0 0 0 8 16 0 0 0 0 0 0 0 0 8 4 0 0 0 0 0 0 4 8 10 EI
S
Matrik kekakuan struktur dapat dihitung berdasarkan persamaan :
A
S
A
0
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
10
EI
18
8
0
0
0
0
0
0
8
16
0
0
0
0
0
0
0
0
5
10
0
0
0
0
0
0
5
10
0
0
0
0
0
0
0
0
8
16
0
0
0
0
0
0
8
16
0
0
0
0
0
0
0
0
8
4
0
0
0
0
0
0
4
8
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
0
=8
16
5
10
16
8
0
0
0
0
0
0
8
16
8
4
10
EI
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
0
K
10
EI
42 8 8 24 1 K10
EI
944
1
x
24
8
8
42
12
4
4
21
236
5
EI
2 1D
D
12 4 4 21 236 5 EI500
450
2 1D
D
EI
236
5
4200 7450 EI D EI D 236 21000 236 37250 2 1D
A
S
H
10
EI
18 8 0 0 0 0 0 0 8 16 0 0 0 0 0 0 0 0 5 10 0 0 0 0 0 0 5 10 0 0 0 0 0 0 0 0 8 16 0 0 0 0 0 0 8 16 0 0 0 0 0 0 0 0 8 4 0 0 0 0 0 0 4 8 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0EI
EI
236
21000
236
37250
8 0 16 0 5 0 10 0 16 8 8 16 0 8 0 4236
21000
236
37250
19 . 71 38 . 142 49 . 44 98 . 88 64 . 268 73 . 323 27 . 126 14 . 63 H
Dengan memperhatikan momen primer dari elemen-elemen struktur maka akan didapat :
m
kg
M
A63
.
14
0
63
.
14
.
m kg MEA 126.27 0 126.27 . m kg MED 0 ( 800) 800 .m
kg
M
EF323
.
73
(
1250
)
926
.
27
.
.
m
kg
M
FE268
.
64
(
1250
)
1518
.
64
.
m
kg
M
FB88
.
98
(
500
)
411
.
02
.
m kg MFC 142.38 ( 1250) 1107.62 . m kg MB 44.49 ( 500) 544.49 . m kg MC 71.19 ( 1250) 1321.19 .Sekarang ditinjau apakah kesetimbangan dititik-titik pertemuhan terpenuhi : EF ED EA E
M
M
M
M
= -126.27-800+926.27 = 0 (terpenuhi) FC FB FE EM
M
M
M
= -1518.64 + 411.02 + 1107.62 = 0 (terpenuhi)Setelah matrik kekakuan struktur di atas disusun sesuai
dengan kebutuhan yaitu untuk mendapatkan matrik
yang
berukuran 3 x 3, maka dilakukan kondensasi statik.
K oo ot to tt
K
K
K
K
K
!
!
Matrik
K
setelah dikakukan kondensasi adalah :
ot
oo
to
tt
x
K
K
K
K
K
3
3
1
KONSTRUKSI PORTAL BIDANG DENGAN PERGOYANGAN
DIMANA DEFORMASI AKSIAL DIABAIKAN
Setelah pada pasal yang lalu dibahas analisa portal tanpa
penggoyangan,
sekarang
akan
dicoba
menganalisa
kostruksi portal dengan pergoyangan, dimana deformasi
aksial masih diabaikan.
Contoh 1 :
Di bawah ini diberikan satu contoh analisa portal
sederhana dengan penggoyangan kesamping.
3 2 1 6 5 4 3 2 1 0 0 4 1 1 0 4 1 1 0 0 0 1 0 0 1 4 1 0 0 4 1 D D D d d d d d d A 4 4 4 2 0 0 0 0 4 2 4 4 0 0 0 0 0 0 4 ) 2 ( 4 4 ) 2 ( 2 0 0 0 0 4 ) 2 ( 2 4 ) 2 ( 4 0 0 0 0 0 0 4 4 4 2 0 0 0 0 4 2 4 4 EI S
= 2 EI
6
5
4
3
2
1
6 5 4 3 2 1 2 1 0 0 0 0 1 2 0 0 0 0 0 0 4 2 0 0 0 0 2 4 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 0 1 2Selanjutnya bisa dihitung matrik kekakuan struktur
K
A
S
A
K
T 0 0 4 1 1 0 4 1 1 0 0 0 1 0 0 1 4 1 0 0 4 1 2 1 0 0 0 0 1 2 0 0 0 0 0 0 4 2 0 0 0 0 2 4 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 0 1 2 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 4 1 4 1 0 0 4 1 4 1 2 EI0
0
4
1
1
0
4
1
1
0
0
0
1
0
0
1
4
1
0
0
4
1
1
2
4
2
0
0
0
0
2
4
2
1
4
3
4
3
0
0
4
3
4
3
2
EI
K
=2
EI
6 2 4 3 2 6 4 3 4 3 4 3 4 3 =8
EI
24 8 3 8 24 3 3 3 363
15
48
15
63
48
48
48
512
1248
1
.
8
1EI
K
63
15
48
15
63
48
48
48
512
156
1
1EI
K
SetelahK
danK
1maka besar lendutan dan gaya-gaya dalam akan dapat dengan mudah ditentukan. dihitung,
D
K
1Q
3 2 1D
D
D
63 15 48 15 63 48 48 48 512 156 1 EI500
500
1000
3 2 1
D
D
D
EI
156
1
9000
87000
512000
EI
D
13282
.
05
/
EI
D
2557
.
69
/
EI
D
357
.
69
/
2
EI
H
2 1 0 0 0 0 1 2 0 0 0 0 0 0 4 2 0 0 0 0 2 4 0 0 0 0 0 0 2 1 0 0 0 0 1 20
0
4
1
1
0
4
1
1
0
0
0
1
0
0
1
4
1
0
0
4
1
EI
EI
EI
/
69
.
57
/
69
.
557
/
05
.
3282
2
1
1
0
4
1
2
0
4
1
4
2
0
2
4
0
0
2
4
3
0
1
4
3
69
.
57
69
.
557
05
.
3282
6
5
4
3
2
1
92
.
1201
07
.
1173
07
.
673
07
.
1173
07
.
673
92
.
951
H
Dengan memperhatikan momen primer dari elemen-elemen struktur, maka akan didapat :
m
kg
M
A951
.
92
0
951
.
92
.
m
kg
M
CA673
.
07
0
673
.
07
.
m
kg
M
CD1173
.
07
(
500
)
673
.
07
.
m
kg
M
DC673
.
07
(
500
)
1173
.
07
.
m
kg
M
DB1173
.
07
0
1173
.
07
.
m
kg
M
B1201
.
92
0
1201
.
92
.
Contoh 2
Dibawah ini akan dicoba menganalisa satu portal sederhana dengan
pergoyangan sate arah yaitu mendataryang dikombinasikan dengan pegas, dengan kontanta pegas k. Beban-beban dan ukuran konstruksi diambil sama dengan contoh : 1.
Persoalan kekakuan struktur pada contoh soal ini adalah sama dengan contoh 1, jadi proses menghitung kekakuan
K
adalah sama dengan contoh tersebut.K
8
EI
24 8 3 8 24 3 3 3 363
15
48
15
63
48
48
48
512
156
1
1EI
K
D
K
1Q
3 2 1D
D
D
63 15 48 15 63 48 48 48 512 156 1 EI 500 500 . 1000 k D1D
K
1Q
3 2 1D
D
D
1 1 1.
48
9000
48
37000
.
512
512000
156
1
D
k
kD
D
k
EI
)
.
512
512000
(
156
1
1 1k
D
EI
D
untukk
EI
4
1
1 13282
.
05
/
EI
08205
D
D
EI
D
3282
.
05
/
8205
.
1
1EI
D
11802
.
82
/
kg
kD
1450
.
70
2
D
.
1802
.
82
/
)
4
1
.
48
87000
(
156
1
EI
EI
EI
EI
D
2419
.
01
/
)
/
82
.
1802
.
4
1
.
48
9000
(
156
1
3EI
EI
EI
D
EI
D
380
.
986
/
D
A
S
H
EI
EI
EI
EI
/
986
.
80
/
01
.
419
/
82
.
1802
1
0
4
3
2
0
4
3
4
2
0
2
4
0
0
2
4
3
0
1
4
3
2
55
.
716
04
.
757
04
.
257
04
.
757
04
.
257
55
.
466
H
Dengan memperhatikan momen primer dari elemen-elemen struktur , maka akan didapatkan :
m
kg
M
A466
.
55
.
m
kg
M
CA257
.
04
.
m
kg
M
CD757
.
04
(
500
)
257
.
04
.
m
kg
M
DC257
.
04
(
500
)
757
.
04
.
m
kg
M
DB757
.
04
.
m
kg
M
B716
.
55
.
CONTOH.3
GAMBAR 3.14 MENUNJUKKAN SATU PORTAL YANG DAPAT BERGOYANG PADA ARAH MENDATAR, DIMANA SATU KAKINYA BD MIRING, DENGAN SUDUT KEMIRINGAN .
Dengan memperhatikan gambar 3,14 dan memperhatikan bahwa deformasi
aksial akibat diberikannya lendutan dan adalah sama dengan
contoh-contoh yang lalu, maka akan dapat menurunkan
D
2D
3 matrik dan matrik .A
S
3 2 1 6 5 4 3 2 1 0 0 ) 5 )( 3 ( 5 1 0 ) 5 )( 3 ( 5 1 0 ) 4 )( 3 ( 4 0 1 ) 4 )( 3 ( 4 0 1 4 1 0 0 4 1 D D D d d d d d d A0 0 3 1 1 0 3 1 1 0 3 1 0 1 3 1 0 1 4 1 0 0 4 1 5 4 5 2 0 0 0 0 5 2 5 4 0 0 0 0 0 0 4 ) 2 ( 4 4 ) 2 ( 2 0 0 0 0 4 ) 2 ( 2 4 ) 2 ( 4 0 0 0 0 0 0 4 4 4 2 0 0 0 0 4 2 4 4 EI S
10
EI
6 5 4 3 2 16
5
4
3
2
1
8
4
0
0
0
0
4
8
0
0
0
0
0
0
20
10
0
0
0
0
10
20
0
0
0
0
0
0
10
5
0
0
0
0
5
10
Selanjutnya :A
S
A
K
T8
4
0
0
0
0
4
8
0
0
0
0
0
0
20
10
0
0
0
0
10
20
0
0
0
0
0
0
10
5
0
0
0
0
5
10
10
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
3
1
3
1
3
1
3
1
4
1
4
1
EI
0 0 3 1 1 0 3 1 1 0 3 1 0 1 3 1 0 1 4 1 0 0 4 1 =4
8
20
10
0
0
0
0
10
20
10
5
4
4
10
10
4
15
4
15
10
EI
0
0
3
1
1
0
3
1
1
0
3
1
0
1
3
1
0
1
4
1
0
0
4
1
K
28
10
6
10
30
25
.
6
6
25
.
6
208
.
11
10
EI
18
.
297
58
.
74
5
.
117
58
.
74
82
.
277
115
5
.
117
115
740
17
.
6870
1
.
10
1EI
K
433
.
0
109
.
0
171
.
0
109
.
0
404
.
0
167
.
0
171
.
0
167
.
0
007
.
1
1
EI
Q
K
D
1 3 2 1D
D
D
433
.
0
109
.
0
171
.
0
109
.
0
404
.
0
167
.
0
171
.
0
167
.
0
007
.
1
1
EI
500
100
34
.
333
3 2 1
D
D
D
EI
EI
EI
/
152
.
284
/
921
.
38
/
823
.
427
D
A
S
H
0 0 3 1 1 0 3 1 1 0 3 1 0 1 3 1 0 1 4 1 0 0 4 1 8 4 0 0 0 0 4 8 0 0 0 0 0 0 20 10 0 0 0 0 10 20 0 0 0 0 0 0 10 5 0 0 0 0 5 10 10 EI EI EI EI / 152 . 284 / 921 . 38 / 823 . 4274
0
4
8
0
4
20
10
10
10
20
10
0
10
4
15
0
5
4
15
10
EI
EI
EI
EI
/
152
.
284
/
921
.
38
/
823
.
427
790
.
284
451
.
398
560
.
101
514
.
122
513
.
121
973
.
140
H
Momen akhir :
primer
Momen
H
m
kg
m
kg
m
kg
m
kg
m
kg
m
kg
m
kg
M
M
M
M
M
M
M
B DB DC CD CE CA A.
790
.
284
.
440
.
389
.
440
.
389
.
487
.
278
.
400
.
513
.
121
.
973
.
140
)
500
(
)
500
(
)
400
(
790
.
284
451
.
398
560
.
101
514
.
221
513
.
121
973
.
140
KONSTRUKSI RANGKA BATANG DENGAN TITIK HUBUNG
ENGSEL
Pada pasal-pasal yang lalu, telah dibahas analisa struktur dengan sambungan kaku dimana deformasi normal masih diabaikan.
Sekarang akan dapat dianalisa konstruksi rangka batang yang justru dianggap hanya mengalami deformasi normal (aksial) saja.
Sebenarnya proses analisanya adalah sama dengan yang telah dilakukan pada pasal-pasal yang lalu, hanya berbeda pada cara memberikan vector lendutan, dimana hanya ada vector lendutan translasi saja, dan matrik S yang meyatakan hubungan gaya dalam dan deformasi, baik gaya dalam maupun deformasi yang timbul hanyalah bersifat aksial saja. Contoh terlihat di bawah ini.
Gamnbar 3.15 Konstruksi Rangka Batang
Memperhatikan gambar 3.15, akan dengan mudah dapat ditentukan matrik
A
, yaitu matrik yang menyatakan hubungan deformasi dan lendutan.Dari gambar 3.15 e, untuk
D
11
0 0 1 0 0 5 4 3 2 1 d d d d d
Dari gambar 4.15.f, untuk
0
0
0
1
1
5 4 3 2 1d
d
d
d
d
1
2D
Dari gambar 4.15.g, untuk
1 3 D