• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PABRIK KARET PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR N I N G S I H NIM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG PABRIK KARET PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR N I N G S I H NIM."

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh

NIM. 070 500 139

N I N G S I H

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

JURUSAN PENGOLAHAN HASIL HUTAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ini disusun berdasarkan hasil Praktik Kerja Lapang yang telah dilaksanakan di PT. Budiduta Agromakmur Pabrik Karet Sheet/Rubber Smoke Sheet, Desa Margahayu Jonggon A Pondok Ulin, Kelurahan Loa Kulu, Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara Propinsi Kalimantan Timur yang dilaksanakan pada tanggal 01 Maret sampai dengan 01 April 2010.

Menyetujui,

Mengesahkan, Direktur

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

NIP. 19631028 198803 1 003 Ir. Wartomo, MP

Lulus Ujian tanggal 26 Mei 2010

Pembimbing,

Hamka, S. TP.

NIP. 19760408 200812 1 002

Penguji,

Mujibu Rahman, S. TP., M.Si NIP. 19711027 200212 1 002

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah S.W. T, yang telah melimpahkan rahmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas, selama praktek kerja lapangan (PKL) di PT. Budiduta Agromakmur hingga tersusunlah laporan ini.

Keberhasilan dan kelancaran dalam pelaksanan PKL ini juga tidak lepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan penulis mengucapkan terima kasih dan penghormatan sebesar-besarya kepada : 1. Orang Tua penulis yang senantiasa memberikan dukungan dan doa.

2. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 3. Bapak Edy Wibowo Kurniawan, S. TP., M. Sc. Selaku Ketua Program Studi

Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan.

4. Bapak Hamka, S. TP. Selaku dosen pembimbing Praktek Kerja Lapangan (PKL).

5. Bapak Mujibu Rahman, S. TP., M. Si Selaku dosen Penguji Praktek Kerja Lapangan (PKL)

6. Bapak Kunasegaran K.R. Sockalingan selaku Plantation Manager PT. Budiduta Agromakmur Pabrik Karet Sheet/Rubber Smoke Sheet.

7. Bapak Saptanto Wardoyo selaku Estate Manager PT. Budiduta Agromakmur Pabrik Karet Sheet/Rubber Smoke Sheet.

8. Bapak Teguh Prasetyo. S. Hut. Selaku Askep Divisi Karet PT. Budiduta Agromakmur.

(4)

9. Bapak Buasin selaku Pimpinan Pabrik PT. Budiduta Agromakmur Pabrik Karet Sheet/Ruber Smoke Sheet.

10. Bapak Affandi selaku Kabag Logistik Pabrik PT. Budiduta Agromakmur Pabrik Karet/Rubber Smoke Sheet.

11. Bapak Akmadi dan bapak Samsul selaku Mandor Kebun PT. Budiduta Agromakmur.

12. Bapak Jatim selaku Mandor Pengolahan Pabrik PT. Budiduta Agromakmur Pabrik Karet Sheet/Rubber Smoke Sheet.

13. Bapak Fadillah selaku Mandor Penggilingan dan Pengasapan Pabrik PT. Budiduta Agromakmur Pabrik Karet Sheet/Rubber Smoke Sheet.

14. Bapak MT. Hartono selaku Mandor Sortasi Dan Pengepakan Pabrik PT. Budiduta Agromakmur Pabrik Karet Sheet/Rubber Smoke House.

15. Seluruh Karyawan-karyawati PT. Budiduta Agromakmur Pabrik Karet Sheet. 16. Rekan-rekan mahasiswa dalam kelompok PKL, serta mahasiswa Program Studi

Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan, yang telah bersedia membantu penulis dalam menyelesaikan tulisan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini bukanlah suatu karya yang sempurna sekali, sehingga dengan sangat terbuka penulis akan menerima setiap kritik dan saran demi kesempurnaan laporan ini, dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

(5)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBARAN PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR ... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 2

C. Hasil Yang Diharapkan ... 3

II. Keadaan Umum Perusahaan A. Tinjauan Umum Perusahaan ... 4

B. Manajemen Perusahaan... 5

C. Lokasi dan Waktu Kegiatan... 6

III. Hasil P raktek Kerja Lapang (PKL) A. Penyadapan ... 7

B. Pengumpulan dan Timbangan... 13

C. Pengangkutan... 16 D. Penerimaan Lateks ... 18 E. Pengenceran Lateks ... 20 F. Pembekuan Lateks... 24 G. Penggilingan ... 27 H. Pengasapan... 30 I. Sortasi... 34 J. Pengepakan... 37

IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 40

B. Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

(6)

DAFTAR GAMBAR

No. Tubuh Utama Halaman

1. Diagram Alir Proses Pengolahan RSS ... 44

2. Alat dan Bahan dalam Penyadapan ... 45

3. Proses Penyadapan ... 45

4. Lateks Mengalir ke Mangkok ... 46

5. Pengumpulan Lateks dan Pencampuran Amoniak ... 46

6. Penimbangan Lateks ... 47

7. Pengambilan Sample KKK 100 ml ... 47

8. Penuangan Sample ke Gelas Ukur Sampai Busa Hilang ... 48

9. Pengadukan Sample Sampai Membeku ... 48

10. Sample di Cuci Lalu Digiling ... 49

11. Proses Penggilingan Hand Mangel ... 49

12. Pelipatan Slab Sample Menggunakan Kain ... 50

13. Penimbangan Sample KKK Kebun ... 50

14. Pengangkutan Lateks dari Kebun ... 51

15. Pemasangan Pipa ke Bak ... 51

16. Lateks di Saring Menggunakan Saringan 45 mesh ... 52

17. Bak Diisi Air dan Dicuci ... 52

18. Pengisian Lateks Kebak Koagulasi ... 53

19. Pengambilan Busa dan Buih ... 53

(7)

21. Pemberian Asam Semut 1000 cc ... 54

22. Pengambilan Busa ... 55

23. Proses Pengadukan Sebanyak 12 kali ... 55

24. Pemasangan Papan Partisi ... 56

25. Pembekuan Lateks Selama 20 menit ... 56

26. Pembukaan Papan Partisi ... 57

27. Penutupan Selama 12 jam Sebelum Panen ... 57

28. Proses Pengangkatan Lembaran Sheet dari Bak... 58

29. Proses Penggilingan Sheter dengan Cara Manual ... 58

30. Penggilingan Lembaran Sheet dengan Ketebalan 10 mm ... 59

31. Penggilingan Lembaran Sheet dengan Ketebalan 8 mm ... 59

32. Penggilingan Lembaran Sheet dengan Ketebalan 6 mm ... 60

33. Penggilingan Lembaran Sheet dengan Ketebalan 4 mm ... 60

34. Penggilingan Lembaran Sheet dengan Ketebalan 3 mm ... 61

35. Proses Penirisan Sebelum Diangkat ke Smoke House ... 61

36. Smoke House ... 62

37. Pengangkatan Lembaran Sheet ke Smoke House ... 62

38. Penyusunan Lembaran Sheet dalam Smoke House ... 63

39. Proses Pengasapan ... 63

40. Proses Pembalikan Lembaran Sheet ... 64

41. Lembaran Sheet Setelah 6 hari dan Siap Panen ... 64

42. Proses Sortasi ... 65

(8)

44. Proses Pengpressan Lembaran Sheet ... 66

45. Proses Balking dan Packing ... 66

46. Proses Pengecatan ... 67

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Tubuh utama Halaman

1. Hasil Perhitungan Praktek... 68 2. Jadwal Praktek Kerja Lapangan di PT. Budiduta Agromakmur ... 72 3. Daftar Nama Staff, PNS, dan BT. PT. Budiduta Agromakmur... 74 4. Peta Skala Situasi PT. Budiduta Agromakmur Tenggarong Kaltim 75 5. Sertifikat Praktek Kerja Lapangan di PT. Budiduta Agromakmuar 76 6. Struktur Manajemen PT. Budiduta Agromakmur Kaltim... 77

(10)

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Industri pengolahan karet merupakan salah satu industri hasil pertanian. Dengan memahami hasil pengolahan karet, diharapkan dapat memahami industri-industri hasil pertanian lainnya secara khusus dan industri-industri umum lainnya.

Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Di Indonesia karet merupakan salah satu hasil pertanian terkemuka karena banyak menunjang perekonomian negara. Hasil devisa yang diperoleh dari karet cukup besar. Bahkan, Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia dengan melibas negara-negara lain dan negara asal tanaman karet sendiri di daratan Amerika Selatan (Nazaruddin, dkk., 1996).

Saat ini, pasokan karet alam yang paling besar masih diserap industri ban, yakni 70%. Sedangkan 15% masuk ke industri lateks serta sisanya untuk industri otomotif dan perlengkapannya. Bahan olah karet lateks dapat diolah menjadi berbagai jenis produk barang jadi lateks (lateks goods) dan karet padat (rubber smoke sheet atau RSS). Standar Indonesia Rubber (SIR) dijadikan bahan baku untuk menghasilkan berbagai jenis barang karet.

Barang jadi dari karet terdiri atas ribuan jenis dan dapat diklasifikasikan atas dasar penggunaan akhir (end use) atau menurut saluran pemasaran (market channel). Pengelompokan yang umum dilakukan adalah

(11)

menurut penggunaan akhir, yakni ban dan produk terkait serta ban dalam, kemiliteran, alas kaki dan komponennya serta barang jadi karet untuk penggunaan umum, kesehatan dan farmasi (Anonim, 2002).

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda khususnya Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan merupakan suatu wadah pembelajaran yang sangat berkaitan langsung dengan pengolahan komoditi hasil perkebunan terutama karet, yang juga merupakan komoditi perkebunan andalan negara kita Indonesia. Karet merupakan salah satu komoditas perkebunan yang dipelajari di Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan untuk mencapai sasaran tersebut, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda mewajibkan setiap mahasisw anya untuk mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada awal semester VI.

B. Tujuan

Adapun tujuan Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah :

1. Memahami penggunaan alat, bahan, sarana dan urutan kerja yang tepat serta efisien dalam pengolahan karet.

2. Sebagai sarana aplikasi dan perbandingan teori-teori yang didapatkan di perkuliahan.

3. Mendidik mahasiswa-mahasiswi agar lebih kritis dan tanggap terhadap perbedaan yang ditemui di PT. Budiduta Agromakmur dan di bangku kuliah.

4. Memantapkan dan mengembangkan pengalaman belajar mahasiswa di unit usaha yang bergerak dalam bidang Agrobisnis atau Agroindustri.

(12)

C. Hasil yang Diharapkan

Dari Praktek Kerja Lapang (PKL) ini diharapkan mahasiswa mampu mengembangkan keterampilan yang tidak didapatkan di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda terutama Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan, serta mampu mengaitkan atau mensinergikan antara teori-teori dengan praktek langsung di lapangan. Agar mahasiswa dapat menerapkan hasil PKL pada saat terjun langsung di lapangan kerja dan dapat dimanfaatkan dalam mengembangkan Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan di Indonesia.

(13)

II.KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

A. Tinjauan Umum Perusahaan

PT. Budi Duta Agromakmur adalah perusahaan cabang dari sungai Budi Group di Lampung dimana status permodalannya adalah modal individu (Pengusaha Pribumi) dengan pemilik yang bernama Bapak Widiarto, adapun perusahaan ini bergerak dibidang industri perkebunan yang mencakup perkebunan kelapa sawit dan perkebunan karet. Lokasi usaha perkebunan kelapa sawit dan karet PT. Budi Duta Agromakmur terletak di Desa Jahab, Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur. Sedangkan untuk pabrik pengolahan karet terletak di Desa Margahayu perkebunan karetnya terletak di Desa Jonggon, Kabupaten Kutai Kartanegara (Prasetyo, 2009).

Awalnya PT. Budi Duta Agromakmur adalah perusahaan yang bernama PT. Hasfarm Product Ltd, namun dikarenakan perusahaan tersebut mengalami take over (gulung tikar) maka perusahaan tersebut diambil alih dan berganti nama pada tahun 2007 menjadi PT. Budi Duta Agromakmur yang kemudian pemilik modalnya pun ikut berganti (Prasetyo, 2009).

Hingga tahun 2010 luas areal perkebunan kelapa sawit PT. Budi Duta Agromakmur adalah mencapai 1.250 Ha. Sedangkan luas perkebunan karet PT. Budi Duta Agromakmur adalah 1.100 Ha, termasuk didalamnya luas area pabrik (processing). Untuk kelapa sawit sendiri tidak ada proses pengolahan sehingga tidak disediakan pabrik pengolahan dan hasil dari

(14)

kelapa sawit yang berupa Tandan Buah Segar (TBS) dan brondolan kelapa sawit di distribusikan ke daerah Melak dan Paser (Prasetyo, 2009).

Tahap - tahap kegiatan yang berlangsung di perkebunan karet PT. Budi Duta Agromakmur meliputi, pembukaan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan serta panen dan produksi. Saat ini PT. Budi Duta Agromakmur telah mempekerjakan + 623 orang untuk areal perkebunan karet (Buasim, 2007).

PT. Budi Duta Agromakmur memiliki satu pabrik pengolahan sheet, dengan kapasitas produksi 3,5 - 4 ton/hari. Untuk fasilitas pabrik pengolahan tersedia 4 truk pengangkutan, 38 bak pembekuan, 2 buah mesin penggiling (sheter), 7 buah rumah pengasapan dan satu gudang yang meliputi tempat sortasi dan penyimpanan. Bahan olahan karet yang terdapat di PT. Budi Duta Agromakmur adalah mengolah bahan baku setengah jadi berupa sheet dengan penentuan mutu RSS 1, RSS 2, Cuting RSS dan juga

(15)

B. Manajemen Perusahaan

Susunan pengurus di PT. Budiduta Agromakmur Pabrik Pengolahan Karet Rubber Smoke Sheet adalah sebagai berikut :

Plantation Manager : Kunasegaran K.R. Sockalingam Estate Manager : Saptanto Puguh Wardoyo

Sekretaris : Tuti Triana

Pimpinan Pabrik : Buasim

Asisten Pabrik : Jatim

Jumlah karyawan yang terdapat dilokasi Pabrik PT. Budiduta Agromakmur yang terdiri dari staff sebanyak 15 orang, pegawai non staff sebanyak 12 orang, daftar nama BT sebanyak 33 orang. Sedangkan 500 orang terbagi menjadi 2 ship untuk karyawan produksi dan karyawan kebun.

C. Lokasi dan Waktu Kegiatan

Lokasi kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) dilaksanakan di PT. Budiduta Agromakmur Pabrik Karet Remah/Rubber Sheet, Desa Margahayu Jonggon A Pondok Ulin, Kelurahan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara Kegiatan PKL dilaksanakan dari tanggal 01 Maret sampai dengan 01 April 2010.

(16)

III. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG

A. Penyadapan 1. Tujuan

Penyadapan ini bertujuan untuk membuka pembuluh lateks pada kulit pohon agar lateks cepat mengalir.

2. Dasar Teori

Penyadapan karet (menderes, menoreh) adalah mata rantai pertama dalam proses produksi karet. Penyadapan dilakukan dikebun produksi dengan menyayat kulit batang dengan cara tertentu, dengan maksud untuk memperoleh lateks atau getah. Pada tanaman muda, penyadapan umumnya telah dimulai pada umur 5 – 6 tahun, tergantung kesuburan pertumbuhannya. Penyadapan pada tanaman muda, sebelum sadapan rutin berjalan, terlebih dahulu dilakukan bukaan sadapan yang merupakan saat – saat pertama dimulaikan penyadapan pada tanaman yang telah syarat untuk disadap (Setyamidjaja, 1993).

Kulit pohon karet merupakan modal utama bagi suatu perusahaan karet produksi lateks diperoleh dengan cara menyadap atau mengiris kulit pada pohon karet. Dengan kesalahan – kesalahan yang terjadi pada pemungutan hasil lewat penyadapan akan mengakibatkan nilai ekonomis pohon karet habis sebelum waktunya (Anonim, 2007).

(17)

Di dalam PT. Budiduta Agromakmur mempunyai prinsip – prinsip dasar yang harus ditaati pada penyadapan, yaitu pola dasar sadapan, teknik menyadap dan pengawasan sadapan, antara lain :

1. Pola dasar sadapan

a. Kriteria sadap (syarat bukaan sadapan pada suatu tahun tanam), sebagai berikut :

1) Umur 5 – 6 tahun.

2) Lilit batang telah mencapai mininum 40 – 45 cm diukur dari 1 m dari pertautan okulasi.

3) Jumlah pohon karet yang lilit batangnya 45 – 50 cm telah mencapai 60 % dari areal tanaman karet yang akan disadap.

4) Pembukaan sadapan dilakukan pada bulan Oktober pada saat sesudah lewat musim gugur daun.

b. Tinggi bukaan sadapan

1) Terendah 130 cm dan tertinggi 135 cm diukur dari titik pertautan okulasi yang tertinggi.

2) Bukaan sadapan susulan disesuaikan dengan ketinggian sadapan yang sedang berjalan agar ketinggian sadapan homongen.

(18)

1) Miring sudut sadapan adalah 40o diukur dari garis horizontal baik sadap bawah (downward tapping) maupun sadap atas (upward tapping ).

d. Kulit pohon 1) Tebal kulit :

a) Kulit pohon siap disadap apabila memiliki ketebalan 7 mm.

b) Pada kulit pulihan, pemulihan kulit pertama dalam waktu 7 tahun dapat mencapai 7 mm, sedang untuk pemulihan kedua dalam waktu 8 tahun.

2). Bidang sadap :

Bidang sadap dibedakan 4 bidang kulit perawan dan 2 bidang kulit pulihan, sebagai berikut :

a. Bidang sadap A : kulit perawan bawah yang disadap pada bukaan sadap baru tahun sadap ke 1 sampai ke 6.

b. Bidang sadap B : kulit perawan bawah (bersebelahan dengan bidang sadap A ) yang disadap mulai tahun ke 7 sampai ke 11.

c. Bidang sadap C : kulit perawan atas (diatas bidang sadap A) yang disadap mulai tahun ke 22, 24, dan 26.

(19)

d. Bidang sadap D : kulit perawan atas ( diatas bidang sadap B) yang disadap mulai tahun ke 23, 25, dan 27.

e. Bidang sadap A1 : kulit pulihan pertama A yang disadap tahun ke 12 sampai ke 16.

f. Bidang sadap B1 : kulit pulihan pertama B yang disadap tahun ke 17 sampai ke 21.

e. Sistem sadap

Sistem sadap yang dipakai di PT. Budiduta Agromakmur ini, memakai sistem sadap S2D4 (4 hari sekali dengan arah sadapan kebawah).

Keterangan :

a. S2 : irisan sadap sepanjang satu lingkaran / spiral. b. D4 : hari menunjukan hari sadap.

2. Teknik Sadapan

a. Waktu menyadap.

Waktu dimulai menyadap yang terbaik adalah pada saat tekanan turgo tanaman karet dalam keadaan optimal, yaitu kira–kira pada jam 04.00 pagi hari. Tanaman karet yang dimulai disadap pada jam tersebut akan menghasilkan produksi lebih tinggi dari pada siang hari, karena pada siang hari turgor didalam batang akan menurun disebabkan naiknya suhu udara.

(20)

b. Kedalaman Irisan.

Irisan kulit dengan kedalaman yang mendekati kambiun akan semakin banyak memotong cincin pembuluh lateks, sehingga hasil akan semakin bertambah dengan semakin dalamnya irisan sadapan. Pada PT. Budiduta Agromakmur, kedalaman irisan 0,2 mm (Anonim, 1999).

3. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah pisau sadap, talang, paku, asah, ember, dan mangkok. Sedangkan bahan yang digunakan pohon karet untuk disadap.

4. Prosedur Kerja

1) Mengambil scrap dari bekas irisan yang lalu dan mengumpulkan 2) Kemudian membetulkan letak talang sadap, letak sadap maksimun 10

cm dari alur irisan sadap terendah.

3) Setelah itu membuat alur depan dan belakang 4) Kemudian menyadap atau mengiris kulit. 5) Lalu memasang talang, paku dan mangkuk.

6) Kemudian penyadapan menunggu lateks yang dihasilkan selama 2 jam, tergantung dari penyadap – penyadapnya.

(21)

5. Hasil yang Diharapkan

Penyadapan untuk mendapatkan hasil lateks segar yang sangat bermutu tinggi dikebun pada saat di lakukan penyadapan. Penyadapan dilakukan pada waktu subuh, karena untuk mendapatkan lateks segar. 6. Pembahasan

Proses penyadapan untuk memperoleh hasil sadap yang baik, harus memperhatikan faktor kesehatan. Agar tidak terjadi kesalahan pada saat penyadapan dikebun. Selain itu, harus perhatikan cara menentukan kesiapan atau kematangan sadap dengan cara melihat umur dan mengukur lilit batangnya. Kebun karet yang mempunyai tingkat pertumbuhan normal siap disadap pada umur 5 tahun dengan masa produksi 25 – 30 tahun.

Alat yang dipakai haruslah bersih dan bahan terbuat dari alumunium, sedangkan mangkok terbuat dari plastik yang berwarna hitam. Sedangkan penyadapan dilakukan pada waktu subuh hari sekitar jam 4, karena penyadapan dilakukan subuh hari akan menghasilkan lateks lebih tinggi, akan tetapi kalau penyadapan dilakukan pada siang hari, karena siang hari lateks yang didalam batang akan menurun disebabkan naiknya suhu udara. Penyadapan dilakukan dengan 2 cara yaitu, sadapan bawah dan sadapan atas.

(22)

B. Pengumpulan dan Timbangan 1. Tujuan

Pengumpulan lateks dari kebun ini bertujuan untuk memperoleh lateks yang bermutu tinggi, penggumpulan lateks hasil penyadapan di kebun dan kebersihan harus diperhatikan. Dan untuk mencegahnya terjadinya prakoagulasi pada saat pengumpulan.

2. Dasar Teori

Pengumpulan lateks di kebun pada umumnya dilakukan 4-5 jam setelah penyadapan pertama. Lateks dalam mangkuk sadap dituangkan ke dalam ember atau bedeng dan sisa lateks dibersihkan dengan menggunakan sudip. Sudip terbuat dari kayu yang dibungkus dengan selembar karet ban dalam. Bentuk sudip dibuat sedemikian rupa sehingga dengan sekali gerak sisa lateks dalam mangkuk tersapu bersih. Sudip harus dibersihkan dan diperiksa secara teratur serta harus diperbaharui pada waktu tertentu.

Ember - ember pengumpul lateks yang terbaik ialah ember -ember yang dibuat dari aluminium atau bejana-bejana yang dilapisi timah putih dan memakai tutup. Ember - ember dari email lebih murah tapi lebih cepat aus. Untuk mencegah bergoncangnya lateks dalam ember kadang -kadang para penyadap meletakkan daun-daun di atas permukaan lateks. Hal ini tidak diperbolehkan karena lateks akan tercemar. Penggunaan drum besi bekas untuk pengumpulan lateks tidak diperkenankan. meskipun drum tersebut setiap pemakaiannya selalu dicuci.

(23)

Ember/wadah pengumpul lateks agar dihindarkan dari sinar matahari, karena suhu yang tinggi mempercepat terjadinya prakoagulasi (Anonim, 1977).

3. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah truk untuk pengangkutan lateks ke pabrik. Bahan yang digunakan adalah lateks.

4. Prosedur Kerja

1) Pengumpulan lateks dilakukan 3 – 4 jam setelah penyadapan.

2) Kemudian, lateks dari mangkok dituangkan ke dalam ember pengumpul dengan menggunakan sudip dan di campurkan amoniak sebanyak 20 cc.

3) Setelah laktes dicampur amoniak sebanyak 20 cc, lalu diaduk sampai merata.

4) Setelah itu, lateks dalam ember pengumpul telah penuh kemudian dipindahkan ke dalam ember pengumpul dan ditimbang.

5) Kemudian dibawa ke tempat pengumpulan hasil (TPH) atau langsung pabrik.

5. Hasil yang Diharapkan

Pengumpulan dan timbangan ini untuk mendapatkan hasil lateks yang bermutu tinggi dan mengetahui hasil timbangan yang didapatkan di TPH lateks.

(24)

6. Pembahasan

Pada pengumpulan dan timbang ini untuk mencegahnya terjadinya prakoagulasi, karena prakoagulasi terjadi dari pengotoran lateks oleh kotoran – kotoran yang sukar dihilangkan serta juga prakoagulasi terjadi karena pada saat pengumpulan lateks dari kebun dan di kumpulkan di TPH dan secepat mungkin diantar ke pabrik sebelum terjadinya lump. Karena terlambatan pada saat memberikan amoniak (NH3) untuk mencegah terjadinya prakoagulasi. Selain itu, air sadap yang memiliki reaksi kimia, biasanya bereaksi asam, apabila air sadap tercampur ke dalam lateks, maka prakoagulasi akan terjadi dengan cepat. Setelah selesai pengumpulan lateks, ember – ember pengumpul janganlah ditaruh di tempat yang panas atau terkena sinar matahari langsung, karena kenaikan suhu di dalam cairan lateks dapat menyebabkan permuaian butir – butir karet sehingga akan terjadi pembekuaan atau disebut prakoagulasi. Akan tetapi, lateks yang sudah membeku dikumpul di TPH. Lump yang membeku dijual langsung ke medan dan singapura. Pada saat penimbangan atau pengukuran hasil sadapan, para penyadap, mandor atau asisten penerima lateks harus berusaha membuang kotoran – kotoran atau lump yang kemungkinan ada dalam ember pengumpul.

(25)

C. Pengangkutan 1. Tujuan

Pengangkutan ini bertujuan untuk mengantarkan lateks segar ke pabrik untuk diproduksi.

2. Dasar Teori

Pada umumnya ember -ember atau wadah lateks diangkut ke tempat penerimaan lateks dengan jalan dipikul kemudian ember-ember tersebut diangkut ke tempat pembekuan dengan menggunakan truk. Cara ini tidak cukup ekonomis dan dapat mempercepat terjadinya prakoagulasi. Cara yang lebih ekonomis adalah : lateks kebun yang sudah dibubuhi amoniak dituangkan melalui tabung atau pipa ke dalam tangki pengangkut. Tangki dilengkapi dengan penyaring 40 mesh yang ukurannya sesuai lubang masuk. Tangki pengangkut diletakkan dalam truk. Selain tangki pengangkut lateks, prakoagulump dan skrep yang telah terkumpul kemudian dimasukkan ke dalam suatu tempat lalu diangkut menuju pabrik.

Lateks yang telah dibubuhi amoniak bereaksi alkalis tidak diperbolehkan kontak dengan benda yang terbuat dari tembaga, kuningan, seng dan sebagainya karena latek beramoniak akan bereaksi dengan logam tersebut. Penyaring lateks juga sebaiknya terbuat dari baja tahan karat. Tangki lateks terbuat dari besi lunak (mild steel) dan dianjurkan dilapisi dengan lilin untuk mengurangi melekatnya lateks pada sisi -sisi dan alas tangki. Dengan pelapisan lilin juga memudahkan

(26)

pembersihkan karena film karet yang melekat dapat dikuliti dengan mudah (Anonim, 1974).

3. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam pengangkutan lateks dan lump yaitu truk dan bahan yang digunakan lateks dan lump.

4. Prosedur Kerja

a) Lateks yang sudah dikumpul di TPH.

b) Kemudian menunggu pengangkutan selama beberapa jam (paling jam 12 tengah hari).

c) Kemudian diangkut dengan menggunakan truk yang bermuatan 3.300 liter ke pabrik.

5. Hasil yang Diharapkan

Agar semua lateks dapat diangkut ke pabrik, agar dapat dilakukan pencampuran lateks dari semua bagian kebun dalam atau beberapa bak pencampur di pabrik, sehingga dapat diharapkan hasil seragaman.

6. Pembahasan

Pada saat pengangkutan lateks ke pabrik harus dijaga agar lateks tidak terlalu tergoncang dan tidak terlalu kepanasan karena dapat berakibatkan terjadinya prakoagulasi di dalam tangki. Pengangkutan dilakukan pada siang hari juga bisa membuat lateks beku. Karena lateks sampai di tempat pengolahan pada siang hari. Sebaiknya alat pengangkutan harus lebih dari 4 truk pengangkutan. Sedangkan di PT.

(27)

Budiduta Agromakmur ini menpunyai 8 devisi kebun yaitu pinang hijau dan pinang biru. Pada saat pengangkutan dilakukan truk – truk pengangkutan lateks bolak balik untuk mengambil lateks di TPH. Tangki pengangkutan lateks bermuatan 3.300 liter/tangki, tangki pengangkutan lateks ini terbuat dari besi dan baja sehingga mudah dipasang dan dilepas dari alat penarik (truk/traktor) serta dengan mudah dibersihkan.

D. Penerimaan Laktes dari Kebun (Penyaringan). 1. Tujuan

Penerimaan lateks dari kebun (penyaringan) ini bertujuan untuk memisahkan kotoran – kotoran yang terdapat di dalam lateks, agar kotoran – kotoran tidak terikut di dalam penerimaan.

2. Dasar Teori

Bahan olah karet adalah lateks yang diperoleh dari pohon karet

Hevea brasiliensis. Beberapa kalangan menyebut bahan olah karet adalah

produksi perkebunan-perkebunan besar. Biasanya lateks segar yang diolah untuk pengolahan karet sheet adalah lateks yang bermutu baik (Anonim, 2007).

3. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah saringan 40-60 mesh, pengaduk, dan bak penerimaan (bak koagulasi). Bahan yang digunakan lateks segar dari kebun.

(28)

a. Lateks yang di angkut oleh truk dari kebun diantar di Stasiun penerimaan lateks.

b. Kemudian volume lateks diukur.

c. Setelah itu pengambilan sample contoh kadar karet kering (K3) 100 ml.

d. Kemudian periksa kondisi lateks, setelah itu tuang kebak penerimaan dan di saring memakai saringan 45 mesh.

5. Hasil yang Diharapkan

Pada penerimaan laktes dari kebun ini untuk mengetahui K3 kebun, dan volume air yang akan dipakai serta untuk mengetahui berapa bak yang harus diisi lateks tersebut. Jaga pengawasannya maka lateks yang dihasilkan tidak terkandung lagi kotoran–kotoran atau gumpalan kecil yang terdapat di dalam lateks.

6. Pembahasan

Penanganan lateks pada saat penerimaan laktes dari kebun harus memperhatikan tempat pengencerannya, sebelum melakukan pengambilam sample. Karena apabila tempat pengambilan sample tidak bersih bisa mengakibat K3 berkurang. Dan selain itu juga tempat pengenceran harus dibersihkan sebelum melakukan penerimaan laktes dari kebun, agar tidak terjadi tersumbatnya agar kotoran – kotoran dan gumpalan lateks pada saat penyaringan. Supaya memudahkan laktes mengalir ke bak koagulasi dengan maksimal.

(29)

E. Pengolahan Laktes (pengenceran) 1. Tujuan

Pengolahan laktes ini bertujuan :

a) Untuk mengetahui kualitas dan penggunaan air untuk pengenceran. b) Untuk mendapatkan K3 kira-kira 10% dan mempermudahkan proses

penggilingan.

c) Pengambilan sampel untuk penentuan K3

2. Dasar Teori

Penerimaan laktes dari kebun dilakukan karena menjaga agar kadar karet kering lateks sewaktu diolah dapat dipertahankan, terkadang cuaca juga dapat mengakibatkan kualitas karet sheet tidak baik karena terjadinnya prakoagulasi atau lateks seperti bubur, selain itu kotoran-kotoran yang terdapat di dalam lateks akan mengapung atau memisah sewaktu diencerkan. Lateks yang telah diencerkan lebih mudah disaring, dan pengenceran juga bertujuan mengeluarkan gelembung-gelembung gas yang ada karena gelembung-gelembung gas yang terdapat pada lateks bila tidak dikeluarkan akan mengakibatkan smoke sheetnya akan jelek dan bisa menurunkan kualitas untuk mengolah lateks (Nazaruddin, dkk., 1996).

3. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah bak penerimaan, pipa penyalur laktes ke bak koagulasi, gayung, saringan 45 mesh, gilingan tangan, timbangan,

(30)

gelas ukur. Bahan-bahan yang digunakan adalah lateks segar, asam semut 5 cc dan air.

4. Prosedur Kerja

1) Laktes yang datang dari kebun, kemudian diambil samplenya untuk mengetahui berat basah.

2) Setelah diambil samplenya dengan menggunakan gayung, sample tersebut dituang ke dalam ember.

3) Kemudian dibawa ketempat penghitungan K3.

4) Setelah itu sampil diambil sebanyak 100 ml, dan dilakukan pencampuran asam semut sebanyak 5 cc, sambil diaduk agar cepat membeku.

5) Sample yang telah membeku kemudian digiling dengan menggunakan gilingan tangan sebanyak 6 kali.

6) Setelah sample digiling kemudian sample dikeringkan.

7) Setelah sample dikeringkan, lalu sample ditimbang dan diketahui hasil timbangan merupakan penentuan untuk mengetahui K3 kebun. Adapun untuk perhitungan menentukan K3 kebun adalah menggunakan rumus sebagaian berikut :

K3 = Bs – 2 x 80% - 5 100%

Keterangan : Bs = Berat sample kering yang ditimbang (gram) K3lk = Kadar karet kering lateks kebun (liter/lateks)

JL = Jumlah lateks (liter/lateks) JA = Jumlah air (liter/air)

(31)

Contoh : Diketahui hasil sampel yang didapat setelah dilakukan penimbangan sebesar 34g, maka K3 kebunnya adalah :

- K3lk = ( BS x 0,8 – 0,5 + 2) = 34 x 0,8 – 0,5 + 2 = 34 x 0,8 – 0,5 x + 2 = 28,7 liter/ laktes - J laktes = 28,7 750 X 10% = 260 liter laktes - Jair = 750 – 260 = 490 liter / air.

5. Hasil Yang Dicapai

a) Diketahuinya K3 (kadar karet kering) = 28,7 liter / air.

b) Diketahuinya jumlah air yang ditambahkan untuk pengenceran = 490 liter / air.

c) Diketahui jumlah laktes = 26,0 liter /laktes. 6. Pembahasan

Kurangnya penanganan terhadap lateks kebun pada waktu di pabrik disaat lateks yang dialirkan ke bak pengenceran banyak terbuang, karena pipa untuk mengalirkan dari ke bak koagulasi kurang pas saat peletakan, ini disebabkan kurang telitinya pekerja saat peletakannya. Sebaiknya penggunaan pipa pengaliran tidak menggunakan cara bongkar pasang agar

(32)

lebih efi sien, serta mencegah lateks terbuang dan tercampur dengan kotoran dalam bak penampung buih yang menyebabkan lateks tidak bisa digunakan lagi. Lateks banyak terbuang ketika proses pengenceran dilakukan, karena lateks yang telah diperkirakan memisah dengan kotoran dan buih setelah ditambahkan air dibuang ke tempat penampungan buih. Tetapi, buih lateks yang dianggap hasil buangan belum benar-benar terpisah antara lateks dengan buih dan kotoran. Akan tetapi, buih yang ditampung bisa digunakan dengan mencampurkan asam semut, biasa buih ini diolah menjadi cutting kapuk. Dalam pengenceran ini bak yang dipakai 30 – 35 bak, jumlah keseluruhan bak 70 bak. Sebagaian bak tidak dipakai karena lateks diterima dari kebun cuma sedikit. Sedangkan jumlah bambu yang dipakai 436,5 bambu dan isi 1 lembar bambu ada 3 dan 4. Panjang bambu 173 cm dan ukuran bak panjang 293 cm x lebar 73,3 cm x tinggi 40 cm serta panjang, lebar dan tinggi tergantung dari ukuran bak karena jumlah bak yang di pabrik tidak sama ukurannya.

Berdasarkan K3 kebun yang diperoleh, maka berguna untuk menentukan seberapa besar air yang digunakan dalam pengenceran tergantung dalam perhitungan K3. Lateks yang telah diketahui volume dan K3 kebunnya kemudian disaring dengan saringan 45 mesh dan dialirkan ke bak pengenceran atau bak koagulasi. Lateks yang telah ditampung di bak pengenceran (koagulasi), kemudian ditambah air untuk pengenceran.

(33)

F. Pembekuaan lateks 1. Tujuan

Pembekuaan laktes ini bertujuan :

a. Agar lateks menjadi lembaran yang dapat digiling di mesin penggilingan.

b. Untuk mengetahui berapa lama proses pembekuan. 2. Dasar Teori

Pada permukaan lateks biasannya terdapat busa. Busa ini harus disingkirkan terlebih dahulu sebelum lateks dibekukan. Gumpalan-gumpalan bagian karet yang terjadi karena pengaruh prakoagulasi juga harus disingkirkan. Untuk membersihkan busa dapat digunakan plat-plat aluminium dan untuk membersihkan pengaruh prakoagulasi dapat digunakan saringan tarik.

Pelat-pelat yang berfungsi sebagai sekat dipasang dalam tangki setelah semua busa dan pengaruh prakoagulasi disingkarkan. Mula-mula plat bagian tengah dipasang terlebih dahulu. Lantas diikuti plat pembagi ruang hingga semua plat terpasang. Plat terlebih dahulu dibasahi untuk mencegah tertutupnya udara dalam koagulum. Bila udara tertutup, maka hasil smoke sheet akan bergelembung-gelembung kecil (Nazaruddin, dkk., 2006).

(34)

3. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah bak koagulasi, papan partisi, saringan 45 mesh, pengaduk, ember, sovel. Bahan-bahan yang digunakan adalah lateks, air dan asam semut.

4. Pros edur Kerja

a) Lateks yang sudah diencerkan, lalu dibersihkan dari busa dan gelembung dan kotoran kemudian ditambahkan as am semut sebanyak 1000 cc / bak. b) Lateks yang tertampung di bak koagulasi kemudian diaduk sebanyak 6

kali bolak balik untuk memisahkan antara lateks dengan buih. Buih yang memisahkan dengan lateks dibuang dengan menggunakan sovel. Setelah lateks benar-benar tidak berbuih lagi, lateks diberi bahan koagulan yaitu asam semut sebanyak 1000 cc lateks.

c) Kemudian dilakukan pengadukkan kembali agar gelembung-gelembung gas yang ada dilateks saat penambahan asam betul-betul tidak ada.

d) Pada bak pembeku terdapat sekat-sekat pemisah, sekat-sekat pemisah yang digunakan sebanyak 86 sekat.

e) Sekat-sekat pemisah dipasang setelah lateks diberi asam semut dan didiamkan selama 20 menit untuk pembekuan, agar menjadi slab-slab yang dapat digiling di mesin penggiling.

(35)

5. Hasil yang Diharapkan

Untuk mendapatkan lembaran – lembaran sheet yang lunak untuk mempermudahkan proses penggilingan. Karena terlalu keras bisa menyebabkan proses penggilingan lambat atau tidak berjalan lancar sesuai yang diinginkan dan membutuhkan waktu yang terlalu lama dalam proses penggilingan sheet.

6. Pembahasan

Perlunya penambahan asam semut karena lateks yang diangkut dari kebun terkadang terjadi prakoagulasi sehingga lateks menjadi gumpalan-gumpalan atau bisa disebut koagulasi.

Pada saat penambahan asam semut menggunakan gelas ukur 1000 cc dengan penambahan air, karena dalam pencampurann memudahkan pembekuaan. Lateks yang dicampur dengan asam semut diaduk hingga merata dan disaat pengadukan perlu berhati –hati karena takutnya lateks tumpah dari bak koagulasi. Kalau dalam pengadukan yang terlalu kasar bisa menyebabkan gelembung –gelembung yang terdapat berkurang mutu pada saat smoke sheet yang dihasilkan serta menyebabkan banyak terjadi cating pada lembaran sheet nanti yang dihasilkan.

Dengan adukan yang perlahan-perlahan, resiko timbulnya gelembung-gelembung dapat dikurangi dan mutu smoke sheet dapat dihasilkan dengan baik. Adukan sebanyak 6 kali sudah cukup, karena pengadukan ini dinamakan pengadukan bolak balik.

(36)

G. Penggilingan Lateks 1. Tujuan

Penggilingan lateks atau koagulum ini bertujuan :

a) Agar slab menjadi tipis dan permukaannya menjadi lebar.

b) Koagulum diubah menjadi smoke sheet melalui proses penggilingan.

2. Dasar Teori

Ketebalan koagulum hasil pembekuan ikut pula menentukan penggilingan. Koagulam yang lebih tebal dari 3 cm sulit untuk langsung digiling. Koagulum yang terlalu tebal perlu dilakukan penggilingan pendahuluan sebelum penggilingan yang sebenarnya.

Kecepatan penggilingan yang terlampau tinggi bisa merobek lembaran smoked sheet. Sedangkan kecepatan yang terlalu rendah bisa memperkecil kapasitas baterai sheet yang dipakai. Faktor kecepatan bukan hal yang bisa diabaikan begitu saja. Kecepatan yang tepat harus di temukan sendiri pada setiap tempat pengolahan (Nazaruddin, dkk., 2006).

3. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah mesin penggiling sheter secara manual, bambu, sandaran bambu, gelendeng/gerabak pengangkut. Bahan-bahan yang digunakan adalah lembaran slab, dan air.

(37)

4. Prosedur Kerja

a. Sesudah lateks membeku dan telah menjadi slab, selanjutnya slab-slab yang telah jadi ditambahkan air agar tidak menempel dengan sekat-sekat pemisah dibuka dan untuk mencegah terjadinya oksidasi. b. Slab dikeluarkan dengan cara mencabut sekat-sekat pemisahnya

secara hati-hati agar tidak ada yang rusak.

c. Slab yang sudah jadi diangkat menuju mesin penggilingan. Pada mesin pengilingan, siap digiling dengan tujuan agar slab menjadi tipis dan permukaannya menjadi lebih lebih lebar.

d. Jenis mesin giling yang digunakan adalah penggilingan sheter bermerek aristo yang memiliki 5 patron dan mempunyai ketebalan patron yang berbeda-beda. Untuk patron yang pertama mempunyai ketebalan 10 mm, kedua dengan ketebalan 8 mm, patron ketiga dengan ketebalan 6 mm, patron keempat ketebalannya 4 mm, patron yang terakhir atau patron keenam memiliki ketebalan 3 mm, pada patron terakhir terdapat patron yang disebut dengan printer dan berbentuk spiral.

e. Patron terakhir ini bertujuan untuk memberikan merek dan memberikan alur-alur pada permukaan lembaran sheet.

f. Slab yang ditelah digiling menjadi lembaran kemudian dicuci kembali untuk menghilangkan bahan kimia yang melekat di lembaran.

(38)

g. Lembaran sheet yang telah digiling, kemudian digantungkan di sandaran bambu yang berukuran 173 cm, untuk meniriskan air yang terdapat pada lembaran sheet.

h. Setelah pencucian dan digantungkan di sandaran bambu selesai kemudian slab diangkut ke ruang pengasapan.

5. Hasil yang Diharapkan

a. Lembaran-lembaran slab menjadi lembaran sheet yang mempunyai ukuran panjang, lebar, dan tebalnya tertentu 3 – 5 mm.

b. Memberikan gambaran (print) atau alur pada permukaan lembaran sheet.

6. Pembahasan

Selama proses penggilingan berlangsung maka harus memperhatikan mesin pada penggilingan, karena takutnya pada proses penggilingan terjadi kemacetan mesin atau patronnya tidak berputar. Selain itu, mesin penggilingan harus dibasahi air agar lembaran sheet yang digiling tidak berlipat dan sangkut pada patronnya sehingga bisa membuat lembaran sheet robek.

Air yang digunakan untuk pengolahan haruslah mepunyai syarat, tidak berbau, bereaksi netral, ada tidak mengadung zat besi. Sebelum air di ambil secara langsung dari sumber airnya (air sungai), air sungai haruslah dilakukan penyaringan.

(39)

H. Proses Pengasapan 1. Tujuan

Proses pengasapan bertujuan :

a) Untuk menghilangkan kadar air yang terkandung di dalam sheet dan dilakukannya proses pematangan sheet.

b) Untuk menghilangkan bahan-bahan pengawet yang terdapat pada asap terserap oleh lembaran-lembaran karet.

c) Untuk menghambat spora cendawan atau bakteri pada lembaran karet.

2. Dasar Teori

Selama pengasapan, suhu, ventilasi, dan jumlah asap harus diatur dan dijaga. Lantai ruangan perlu disemen dan dibuat miring, agar air yang masih ada dalam sheet tidak keluar. Pada hari pertama biasannya banyak sekali uap air sehingga perlu dikeluarkan secepatnya dari ruangan. Pentingnya penganturan ventilasi dan pengairan disebabkan karena tempat yang selalu lembab mudah menjadi sarang bakteri, cendawan, atau mokroorganisme lainnya.

Pengasapan dan pengeringan biasannya berlangsung selama 4 hari hingga selesai. Lama pengeringan tergantung dari ketebalan sheet yang akan diolah. Sheet yang tebal membutuhkan waktu pengeringan yang lama, makin tipis sheetnya, makin cepat waktu pengeringannya (Nazaruddin, dkk., 2006).

(40)

3. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan smoke sheet (rumah pengasapan), alat pengatur suhu, bambu, kayu bakar. Bahan yang digunakan lembaran sheet dan kayu bakar.

4. Prosedur Kerja

a. Lembaran sheet yang telah digiling diangkut dirumah pengasapan. b. Kemudian lembaran yang masih basah digantung dan disusun diatas

bambu, setiap lembaran yang disusun tidak boleh tertumpuk dengan lembaran yang lain karena menyebabkan ketidak kematangan pada lembaran.

c. Lembaran yang disusun dan digantung dibiarkan selama berapa menit untuk penirisan sambil menunggu lembaran sheet diangkut kerumah pengasapan.

d. Setelah penirisan air dari lembaran sheet, kemudian dipanaskan dengan sistem pengasapan.

e. Adapun waktu untuk proses pengasapan ini berlangsung selama 6 hari dengan suhu yang berbeda – beda setiap hari untuk proses pembalikan.

f. Dalam proses pengasapan, kayu bakar dipakai 3m3kubik/hari. g. Adapun suhu kamar pengasapan sebagai berikut :

1. Hari ke 1 : 350C 2. Hari ke 2 : 400C 3. Hari ke 3 : 450C

(41)

4. Hari ke 4 : 500C 5. Hari ke 5 : 550C 6. Hari ke 6 : 600C

h. Proses hari keenam dan selanjutnya dilakukan pengecekkan untuk mengetahui apakah sheet siap dipanen atau belum.

i. Apabila sheet siap dipanen, maka bara ditungku dimatikan kemudian sheet dipanen dan dibawa di tempat sortasi.

5. Hasil yang Diharapkan

Lembaran sheet tidak ditumbuhi jamur, lembaran sheet berkualitas bagus dan pemasakannya merata.

6. Pembahasan

Pengasapan dilakukan selama 6 hari lebih hingga selesai, lama pengeringan tergantung dari ketebalan sheet yang diolah dan lamanya proses pengasapan tergantung dari lembaran sheet siap panen. Sesudah dilakukan proses pengasapan perlu diperhatikan pengecekkan tiap berapa menit untuk memperlihat suhu supaya stabil sesuai standar.

Selain itu juga, penggunaan bambu untuk penjemuran yang menyebakan lembaran sheet mudah terkontaminasi dengan kotoran yang menempel pada bambu yang digunakan hendaknya dilakukan pencucian secara merata untuk membersihkan kotoran yang menempel di bambu, serta peletakan lembaran sheet saat penirisan juga membuat lembaran kurang matang dan membuat lembaran sheet mudah terkena jamur.

(42)

Proses pengasapan ini berpengaruh juga dengan cuaca atau hujan karena kalau hujan, rumah pengasapan bisa lembab karena air hujan yang jatuh yang kena lembaran sheet menjadikan lembaraan sheet berjamur dan pemasakkan tidak merata. Sebaiknya dalam meletakan lembaran harus diberi jarak, agar lembaran tidak saling menumpuk pada saat penirisan, sehingga memudahkan proses pemasakkan. Sebaiknya pengawasan terhadap ruang pengasapan, serta dalam penambahan kayu pengasapan.

Lembaran sheet yang berjamur pada saat di proses pengasapan, bisa menggunakan farmalin untuk menghilangkan jamur dengan cara farmalin dicampur air lalu lembaran sheet disikat sampai jamur hilang, lalu dilakukan proses pengasapan selama 3 hari. Ini disebut dengan cating kapuk atau sisa potongan sheet. PT. Budiduta Agromakmur ini mempunyai delapan rumah pengasapan atau smoke house, tapi yang dipakai cuma tujuh, karena satu tidak dipakai disebabkan tiangnya terbakar, sebaiknya menggunakan pendasi semen.

I. Sortasi 1. Tujuan

Sortasi bertujuan :

1. Untuk mengetahui dan menentukan dari masing – masing sheet, yang termasuk RSS 1, 2,4 serta cating kapuk.

(43)

2. Dasar Teori

Setelah diasapi dan dikeringkan smoke sheet harus diseleksi atau disortasi. Ini penting karena menyangkut mutunya dihasilkan dan harga jualnya, dalam satu pak atau bandela tidak boleh digabungkan smoke sheet yang berlainan mutunnya karena bisa merusak kepercaayaan serta hubungan baik dengan pembeli.

Meja sortasi dari kaca berwarna susu dengan dinding di sebelah bawah yang berwarna putih membentuk sudut 450dapat digunakan untuk pemeriksaan cahaya sewaktu melakukkan pengontrolan harus cukup dan mengenai dinding putih. Bila ruangan gelap, dapat digunakan cahaya dari lampu listrik yang dikontrol terutama adalah kotoran-kotoran dan gelembung-gelembung udara. Selain itu juga diperiksa ketebalan, panjang dan lembaran serta warna smoke sheet yang dihasilkan (Nazaruddin, dkk., 2006).

3. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan gunting dan bahan yang digunakan lembaran sheet. 4. Prosedur Kerja

a. Lembaran sheet yang berada di rumah pengasapan selama 6 hari sudah matang.

b. Lembaran sheet yang dipanen kemudian disortasikan berdasarkan kualitasnya dari Rss 1, dan Rss 2 hingga cutting sheet atau cating kapuk.

(44)

c. Setelah itu, pisahkan antara Rss 1 dan Rss 2 serta cutting pada tempat yang berbeda.

5. Hasil Yang diharapkan

a. Rss 1 yaitu warna tidak gelap merata dan hampir tidak ada gelembung.

b. Rss 2 yaitu warna tidak gelap dan gelembung udara kecil maksimal 5 %.

c. Rss 4 yaitu warna tidak gelap merata dan gelembung maksimal 20 %. d. Cutting yaitu sisa – sisa lembaran sheet potongan yang masih gelap,

masih mentah, dan jelek. 6. Pembahasan

Sebelum lembaran sheet dipanen sebaiknya lembaran sheet diatur dulu atau disusun, agar lembaran sheet tidak robek, sebelum dibawa ke tempat sortasi. Karena perlunya dilakukan sortasi adalah untuk memisahkan sheet yang kurang matang dan untuk memisahkan RSS 1, RSS 2, dan cutting kapuk atau cutting sheet. sedangkan RSS 4 jumlah sangat sedikit disortasi. Jika dibangingkan dengan RSS 1 dan RSS 2 jumlah cukup banyak, sedangkan warna dari RSS 1 dan RSS 2 hampir sama.

Lamanya sortasi tergantung dengan banyak cutting yang terdapat pada potongan sheet, untuk menggunting cutting dan untuk melihat yang belum matang perlu waktu yang cukup lama. Sebaiknya, sortasi dilakukan diatas meja kaca agar hasil sortasi baik. Apabila pada lembaran

(45)

sheet yang terdapat jamur dan kurang matang perlu dilakukan pencucian dan diasapi kembali.

J. Pengepakan 1. Tujuan

Tujuan dari pengepakan adalah :

a) Agar packing dan pengepresan lebih mudah dibungkus dengan lembaran sheet.

b) Untuk membedakan RSS 1, 2, dan cutting.

2. Dasar Teori

Setelah disortir dan diperiksa, sheet yang telah jadi di bak ke dalam bandela serta dibungkus dengan lembaran karet dari kelas mutu yang sama atau lebih bagus satu bandela mempunyai berat antara 224 – 250 lbs. Untuk kelas RSS 1, dan RSS 2 pada kulit luarnya dilumuri tepung agar tidak saling melekat. Sisi luar bandela semuanya dilumuri dengan campuran kapur, minyak atau larutan kimia, dan pada sisi yang berdampingan diberi tanda.

Terakhir bandela-bandela ditimbang kembali agar sama beratnya. Bila ada bandela yang beratnya kurang atau melebihi 1% dari berat seharusnya, maka harus dipak ulang. Pengolahan sheet seperti itu umunya dilakukan diperkebunan-perkebunan karet besar, milik pemerintahan atau swasta. Sedangkan di perkebunan karet rakyat pengolahanya tergong sederhana. Karet sheet yang dihasilkan oleh petani

(46)

atau karet sheet rakyat umumnya tidak melalui proses pengasapan, berupa sheet angin (Nazaruddin, dkk., 2006).

3. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah timbangan, kotak press, mesin press, pengikat ball, wadah dan jarum penusuk.

Bahan yang digunakan adalah lembaran sheet, kapur talak, minyak tanah dan cat.

4. Prosedur Kerja

a. Hasil dari sortasi yang telah dipisahan berdasarkan kualitasnya kemudian ditimbang seberat 113 kg.

b. Lembaran sheet yang telah ditimbang, kemudian dimasukan kedalam kotak pres dengan cara disusun rapi menyilang.

c. Pres lembaran sheet yang telah berada dalam kotak.

d. Letakkan satu bahan papan pres di atas gelendeng peluncur dengan memberikan lapisan plastik atau lembaran sheet.

e. Biarkan lembaran sheet yang telah diberi pengikat selama lebih 5 jam. f. Kemudian buka pengikat ball sheet.

g. Bungkus ball sheet dengan sheet yang telah disiapkan sebanyak 8 lembar, dengan cara ditusuk menggunakan jarum penusuk.

h. Setelah dibungkus, lumuri dengan campuran kapur talk dan minyak tanah dengan perbandingan 5 : 2.

(47)

5. Hasil yang Diharapkan

Ball yang didapatkan sesuai dengan ketentuan pabrik 113 kg, sedangkan cating sesuai dengan ketentuan pabrik 105 kg tanpa pembungkus lembaran karet. Sedangkan satu lembaran sheet dijual dengan harga Rp. 25.000/ lembaran sheet. kemudian ball dilumuri dengan campuran kapur dan minyak tanah supaya tidak saling melekat, serta ball diberi nama sesuai kualitas RSS.

6. Pembahasan

Proses pengepakan dilakukan setelah disortasi dan dipacking, kemudian ball diberi nama sesuai kualitas RSS. Ball yang telah dipacking dengan lembaran sheet, kemudian dilumuri dengan campuran kapur dan minyak tanah dengan perbandingan 5 : 2 agar tidak saling melekat.

(48)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil kegiatan PKL yang kami laksanakan di PT. Budiduta Agromakmur, kami dapat mengetahui penggunaan alat, bahan, sarana dan urutan kerja yang efisien dalam pengolahan karet. Bukan hanya itu tetapi kami juga mendapatkan banyak perbandingan antara teori-teori yang didapatkan di perkulihan, selain itu banyak ilmu dan pengalaman yang belum kami dapatkan sewaktu masih di bangku kuliah yang bermanfaat bagi kami untuk bekal apabilah kami setelah lulus nanti ingin membuka usaha yang bergerak dalam bidang Agrobisnis atau Agroindustri

Dari uraian kegiatan PKL yang dilaksakan di PT. Budiduta Agromakmur dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Kami dapat memahami penggunaan alat, bahan, sarana,dan proses kerja yang tepat efisien dalam pengolahan karet Rubbed Smoke Sheet (RRS) adalah mengolah lateks segar menjadi lembaran-lembaran melalui proses penyadapan, pengenceran, pembekuan, penggilingan, pengasapan, sortasi, pengepakan, pengapuran. Dalam proses pengolahan Rubbed Smoke Sheet (RRS) melalui proses perhitungan kadar karet kering untuk mengetahui air lateks yang akan diolah.

2. Dari Praktek Kerja Lapangan yang telah dilakukan di PT. Budi Duta Agromakmur ternyata sangat banyak perbedaan dengan yang

(49)

didapatkan di bangku kuliah dengan praktek yang langsung penulis lakukan mulai dari bahan – bahan kimia yang digunakan, bahkan sampai dengan rumus pengenceran yang digunakan untuk menghitung kadar karet kering yang digunakan diperusahaan dengan yang ada di dalam teori sangat berbeda.

3. Kami dapat mengetahui proses penggunaan alat dan proses pengolahan Rubbed Smoke Sheet (RRS) selama melakukan PKL di PT. Budiduta Agromakmur dan kami mampu menanggapi perbedaan teori yang diberikan dikampus dan di PT. Budiduta Agromakmur.

4. Dengan praktek kerja lapangan yang telah dilakukan dirasakan oleh penulis serba sedikit dapat menambah pengalaman didalam bidang usaha yang bergerak di bidang Agrobisnis dan Agroindustri.

B. Saran

Dari hasil pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Budiduta Agromakmur, penulis memberikan saran agar kegiatan tahun berikutnya dapat lebih baik. Saran – saran itu antara lain :

a) Agar selalu memperhatikan kesejahteraan, keselamatan dan kesehatan karyawannya dan mengganti mesin-mesin pengolahan yang sudah rusak dan tidak layak pakai dengan yang baru, agar tingkat produksi makin tinggi dan tidak menyebabkan polusi bising.

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1974. Pedoman Bercocok Tanam dan Pengolahan Karet. Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian. Jakarta.

Anonim, 1977. Pedoman Pengolahan Karet. Balai Penelitian Perkebunan, Bogor. Anonim, 1999. Pedoman Manejemen Operasinal Budidaya Karet. PT. Perkebunan

XVIII ( PERSERO ). Semarang.

Anonim, 2002. Ragam Produk Karet yang Dihasilkan. Derpartemen Pertanian, Jakarta.

Anonim. 2007. Asal Tanaman Karet. Suara Karya. Kanisius, Jakarta. Buasim. 2007. PT. Budiduta Agromakmur. Tenggarong. Kalimantan Timur. Budi Prasetyo. 2009. PT. Budiduta Agromakmur. Tenggarong. Kalimantan

Timur.

Nazaruddin et al., Farry. B. Paimin, dan Dok. Trubus. 2006. Budidaya Tanaman Karet. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.

Nazaruddin dan Paimin FB. 1996. Strategi Pemasaran Tahun 2000, dan Budidaya dan Pengolahan. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Setyamidjaja, D., 1993. Budidaya Karet dan Pengolahannya. Kanisius, Yogyakarta.

(51)

PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR

Gambar 1. Diagram Proses Pengolahan Rubber Smoke Sheet Proses Penyadapan

Pengumpulan dan Timbangan

Penerimaan Lateks dari dari Kebun (Penyaringan)

Pengenceran

Pembekuan

(penambahan bahan koagulan, pembekuan selama ±12 jam)

Penggilingan sheet

Smoke House ( Diasap sekitar 6 hari suhu 35o-60oC)

Sortasi

Pengepakan

(52)

Gambar 2 .Alat dan Bahan dalam Proses Penyadapan

(53)

Gambar 4.Lateks Mengalir ke Mangkok

Gambar 5. Pengumpulan Lateks dan Pencampuran Amoniak (NH3) 20 cc

(54)

Gambar 6. Penimbangan Lateks

(55)

Gambar 8. Penuangan Sample ke Gelas Ukur Sampai Busanya Hilang

(56)

Gambar 10. Setelah Membeku di Cuci lalu Digiling

Gambarn 11. Proses Penggilingan Slab Sample Sebanyak 6 kali Menggunakan Gilingan Hand Mangel

(57)

Gambar 12. Pelipatan Slab Sample Menggunakan Kain

(58)

Gambar 14. Pengangkutan Lateks dari Kebun

(59)

Gambar 16. Lateks Disaring Menggunakan Saringan 45 mesh

(60)

Gambar 18.Pengisian Lateks Kebak Koagulasi

(61)

Gambar 20. Bak Koagulasi untuk Penampungan Busa dan Buih

(62)

Gambar 22. Pengambilan Busa

(63)

Gambar 24. Pemasangan Papan Partisi

(64)

Gambar 26. Pembukaan Papan Partisi

(65)

Gambar 28. Proses Pengangkatan Lembaran Sheet dari Bak

(66)

Gambar 30. Penggilingan Lembaran Sheet dengan Ketebalan 10 mm

(67)

Gambar 32. Penggilingan Sheter dengan Ketebalan 6 mm

(68)

Gambar 34. Penggilingan Sheter dengan K etebalan 3 mm

(69)

Gambar 36. Smoke House

(70)

Gambar 38. Penyusunan Lembaran Sheet dalam Smoke House

(71)

Gambar 40. Proses Pembalikan Lembaran Sheet

(72)

Gambar 42. Proses Sortasi

(73)

Gambar 44. Proses Pengperssan Lembaran Sheet

(74)

Gambar 46. Proses Pengecatan

(75)

Lampiran 1. Hasil Perhitungan Praktek A. Perhitungan Kadar Karet Kering (K3)

1. Alat a. Mangkok kecil. b. Gayung 1 liter. c. Ember. d. Timbangan. e. Pengaduk. f. Gelas ukur. g. Kain.

h. Mesin giling hand mangel. 2. Bahan

a. Air.

b. asam semut 5 cc. c. Lateks.

3. Prosedur Kerja

a. Ambil sampel lateks sebesar 100 ml.

b. Kemudian dicampurkan dengan asam semut 5 cc, lalu dituang kedalam mangkok kecil lalu dilakukan pengadukan lateks dengan asam semut sampai membeku.

c. Sample yang telah membeku kemudian digiling dengan menggunakan mesin tangan (hand mangel) sebanyak 6 kali gilingan, sambil dicuci dengan air.

(76)

d. Kemudian sample dipukul – pukul sambil airnya menghilang, lalu dilipat menggunakan kain sambil diberas untuk menghilangkan airnya sebelum ditimbang.

e. Setelah sample di pukul dan diberas, lalu sample ditimbang untuk mengetahui K3 kebun.

4. Perhitungan

Adapun untuk perhitungan menentukan K3 kebun adalah dengan menggunakan rumus sebagaim berikut :

Keterangan : Bs = Hasil berat basah yang sudah ditimbang

Diketahui hasil sampel yang didapat setelah dilakukan penimbangan sebesar 36 gram, maka K3 kebunnya adalah

1. K3 = 36 – 2 x 0,8 – 0,5 + 2 = 28,7%

Jadi K3 kebun adalah 28,7 %

Setelah diketahui k3 kebunnya dilakukan perhitungan jumlah lateks jika Sp 12%, maka jumlah lateks/bak adalah:

2. Jlateks/bak = ( Vb x Sp ) : k3 lk = ( 750 x 12% ) : 28,7 = 313,5 liter/ lateks Jadi Jlateks/bak adalah 313,5 liter/ bak

(77)

Keterangan : Vb = Jumlah lateks (standar volume bak 750) Sp = Standar pengolahan

K3lk = K3 lateks kebun

Setelah diketahui jumlah lateks/bak dilakukan perhitungan jumlah air/bak, maka jumlah air/bak adalah :

Jair/bak = Vb – Jl = 750 – 313,5 = 436,5 liter/air Jadi jumlah air/bak 436,5 liter air. Keterangan: Vb = Volume bak

Jl = Jumlah lateks

Setelah diketahui jumlah air/bak 436,5 liter/air dilakukan perhitungan air yang diperlukan jika lateks 4000 liter, maka air yang diperlukan jika lateks 4000 liter adalah :

Jair = k3lk – Sp Sp x Jl = 28,7 – 12 % 12 % x 4000 liter = 5567 liter

Setelah diketahui air yang diperlukan 5567 liter dilakukan perhitungan jumlah bak yang diperlukan jika lateks 4000 liter, maka jumlah bak yang diperlukan jika lateks 4000 liter adalah :

(78)

J bak = Jair :Jbak = 4000 : 314 = 12,74 bak = 13 bak

Setelah diketahui jumlah bak 13 bak dilakukan perhitungan jumlah asam semut 1300 cc/ bak jika lateks 4000 liter, maka jumlah asam semut adalah :

J asam semut = As x Jbak = 1300 cc x 12,74 = 16,510 cc

Setelah diketahui jumlah asam semut 16,510 cc dilakukan perhitungan jumlah bambu dalam isi lembaran 1 bak jika 100 lembar/ set, maka jumlah bambu adalah :

J bambu = 3 J bak x 100 = 3 12,7 x 100 = 424,66 bambu

Setelah diketahui jumlah bambu dilakukan perhitungan jumlah Dry , maka jumlah Dry adalah :

J Dry = Jl x k3lk = 4000 x 28,7 = 1.148 kg

Referensi

Dokumen terkait

14 Dengan latihan McKenzie, maka akan terjadi perbaikan pada diskus dan akan mendorong diskus masuk ke dalam, sehingga penekanan terhadap akar saraf berkurang dan nyeri

dalam pakan ikan yang berfungsi sebagai immunostimulan mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh ikan terhadap bakteri Streptococcus iniae pada ikan nila GIFT (Oreochromis

Dalam hal Surat Panggilan disampaikan secara langsung dan Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak menolak untuk menerima Surat Panggilan tersebut, Wajib Pajak, wakil, atau

Untuk mengetahui model yang terbaik berdasarkan nilai keakuratan dalam melakukan peramalan data temperatur Kota Surabaya maka antara model ARIMA dan ANN dibandingkan.

Dosen tetap/tidak tetap, Doktor, Profesor, S2 Reguler = 3 SKS Honorarium Bruto Maksimum per Sesi (Bulan/4 Sesi)... Tarif honorarium kelas independen sudah termasuk honor pembuatan

Pada waktu beban puncak itu sendiri, yaitu pada pukul 18.00-20.00 dapat dilihat bahwa error yang dihasilkan oleh ARIMA lebih baik dibandingkan dengan ROH P3B sehingga

Selanjutnya, dilakukan uji signifikansi parameter sehingga diperoleh hasil seperti yang tertera pada Tabel 4.Karena setiap parameter signifikan, maka dapat dilakukan

Pada model extended Cox dengan fungsi waktu logaritma tersebut terlihat bahwa faktor yang berpengaruh signifikan terhadap lama pasien berada di IGD adalah pasien