• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PERSUASI MELALUI PENGGUNAAN BUKU HIDUP SEHAT TANPA ROKOK TERHADAP PENURUNAN INTENSI MEROKOK PADA REMAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PERSUASI MELALUI PENGGUNAAN BUKU HIDUP SEHAT TANPA ROKOK TERHADAP PENURUNAN INTENSI MEROKOK PADA REMAJA"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PERSUASI MELALUI PENGGUNAAN BUKU

“HIDUP SEHAT TANPA ROKOK” TERHADAP PENURUNAN

INTENSI MEROKOK PADA REMAJA

Oleh:

DIAN AYU AMALIA SONNY ANDRIANTO

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI Dan ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2007

(2)

NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PERSUASI MELALUI PENGGUNAAN BUKU “HIDUP SEHAT TANPA ROKOK” TERHADAP PENURUNAN INTENSI

MEROKOK PADA REMAJA

Telah Disetujui Pada Tanggal:

________________________________________

Dosen Pembimbing Utama

(3)

PENGARUH PERSUASI MELALUI PENGGUNAAN BUKU “HIDUP SEHAT TANPA ROKOK” TERHADAP PENURUNAN INTENSI

MEROKOK PADA REMAJA

Dian Ayu Amalia Sonny Andrianto

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik apakah ada pengaruh persuasi melalui penggunaan buku “Hidup Sehat Tanpa Rokok” terhadap penurunan intensi merokok pada remaja. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan penurunan intensi merokok pada subjek yang tidak menggunakan buku “Hidup Sehat Tanpa Rokok” dengan subjek yang menggunakan buku tersebut, subjek yang menggunakan buku “Hidup Sehat Tanpa Rokok” akan mengalami penurunan intensi merokok sedangkan subjek yang tidak menggunakan buku tidak mengalami penurunan intensi merokok. Dugaan awal lainnya adalah ada perbedaan intensi merokok sebelum menggunakan buku “Hidup Sehat Tanpa Rokok” dengan intensi merokok setelah menggunakan buku tersebut pada kelompok eksperimen.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMU Negeri I Karanganom serta siswa SMU Muhammadiyah I Klaten, berjenis kelamin laki-laki dan merokok. Teknik pengambilan subjek yang digunakan adalah metode purposive sampling. Adapun skala yang digunakan adalah Skala Intensi Merokok yang disusun sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada konsep Theory of Planned Behavior dari Ajzen (2006) yang berjumlah 23 aitem sebelum uji coba. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen pretest-postest control group design.

Metode analisis data dilakukan dengan menggunakan fasilitas program SPSS versi 13.0. Nilai probabilitas dalam analisis independent sample test yang menguji perbedaan penurunan intensi merokok pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah p=0,1685 (p>0,05) yang berarti tidak terdapat perbedaan penurunan intensi merokok pada subjek yang menggunakan buku dengan subjek yang tidak menggunakan buku “Hidup Sehat Tanpa Rokok”. Sementara itu, analisis paired sample test yang menguji perbedaan intensi merokok subjek kelompok eksperimen pada saat sebelum menggunakan buku dengan setelah menggunakan buku mengahsilkan nilai p=0,044 (p<0,05). Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan intensi merokok subjek kelompok eksperimen dengan intensi merokok setelah menggunakan buku. Jadi, hipotesis penelitian ditolak.

(4)

A. Pengantar

Merokok memang telah menjadi bagian dari kehidupan anak manusia termasuk remaja. Andai semua sadar akan bahaya serta kerugian-kerugian yang dihasilkan setelah merokok, tentu setiap orang akan berpikir seribukali sebelum ia memutuskan untuk merokok. Tidak perlu diragukan bahwa perilaku merokok itu mengandung faktor resiko untuk kesehatan. Oskamp (1984) mengatakan bahwa resiko kematian bertambah sehubungan dengan banyaknya merokok dan umur awal merokok yang lebih dini (Smet, 1994).

Masih berkaitan dengan dampak negatif rokok, dalam bukunya Nainggolan (1990) menuliskan beberapa pengaruh buruk dari merokok. Pengaruh buruk yang dimaksud diantaranya biaya untuk merokok atau pemborosan, hilangnya hari-hari produktif karena merokok, pengaruh rokok yang dihisap terhadap orang disekitarnya, serta pengaruh terhadap kesehatan orang yang merokok.

Rokok ternyata tidak saja memberikan pengaruh buruk terhadap orang yang menghisapnya, tetapi juga dapat pula merugikan orang lain dan orang-orang yang berada di sekitar para perokok. Rokok dapat mengganggu kenyamanan sekaligus kesehatan orang-orang yang berada di sekitar orang yang merokok. Orang-orang yang berada di sekitar orang yang merokok atau dikenal de ri rokok tersebut. Sementara itu, pengaruh rokok terhadap konteks yang lain yaitu ngan istilah perokok pasif akan merasakan dampak yang lebih besar da pada keluarga adalah bahwa salah seorang anggota keluarga yang merokok akan memberikan

(5)

model bagi anggota keluarga yang lain untuk merokok juga dikemudian hari (Nainggolan, 1990).

Kenyataan yang terjadi adalah semakin banyak orang merokok bahkan semakin banyak pula orang yang merokok dengan umur awal merokok yang lebih dini. Data yang dihimpun oleh Global Tobacco Youth Survey (GTYS) atau survei merokok pada remaja memperlihatkan bahwa 34% remaja di Jakarta pernah merokok dan 16,6% hingga kini masih merokok (http//www.kompas.co.id/12/01/06).

Sementara itu, survei awal yang dilakukan oleh peneliti di SMU Negeri 2 Ngaglik, Sleman untuk mendapatkan data mengenai siswa SMU yang merokok menghasilkan data sebanyak 44,3% siswa merokok dari keseluruhan siswa laki-laki kelas XII yang berjumlah 97 orang. Sedangkan di SMU Negeri 1 Karanganom, Klaten terdapat 55% siswa merokok dari beberapa siswa laki-laki kelas XII yang berjumlah 40 orang. Berdasarkan hasil survei diatas, kasus merokok memang merupakan masalah yang menyertai perkembangan perilaku remaja dan harus dilakukan upaya preventif agar tidak semakin berkembang kearah yang tidak diinginkan.

Sejalan dengan matangnya perkembangan kognitif remaja, seharusnya remaja lebih mampu memahami resiko kesehatan, lebih memikirkan perilaku mereka serta memperhatian akibat jangka panjang dari tindakan mereka. Hal ini menurut Piaget (Santrock, 2003), remaja dengan rentang usia 15-20 tahun akan mencapai tahap pemikiran operasional formal berupa tahap dimana seseorang akan lebih mampu menimbang bahaya atau resiko atas tindakan yang akan

(6)

dilakukannya. Sama halnya dengan remaja usia SMU yang merokok, seharusnya mereka juga lebih mampu menimbang resiko-resiko yang akan ditimbulkan oleh rokok. Untuk itu, upaya preventif atau pencegahan harus terus dilakukan agar kesadaran para perokok akan bahaya-bahaya rokok semakin tinggi yang selanjutnya akan membantu dalam menghentikan kebiasaan serta menurunkan niat merokok.

Kesenjangan diatas seringkali menyulitkan pihak terkait atau praktisi kesehatan dalam usahanya memerangi masalah merokok. Dalam kaitannya dengan hal ini pemerintah juga telah melakukan usaha dalam penanganan masalah merokok, seperti kampanye anti rokok yang dilakukan melalui kerjasama dengan pihak terkait, memasang pamflet, spanduk yang bertuliskan bahaya-bahaya merokok. Namun yang terjadi sampai saat ini konsumsi rokok semakin bertambah dari hari kehari.

Melalui sebuah diskusi yang diprakarsai Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Manoppo (2006) selaku staf Pengajar Pascasarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia mengatakan bahwa:

“mata rantai regenerasi perokok harus diputuskan agar tidak terjadi ketergantungan merokok dikalangan anak dan remaja. Hal ini bisa dilakukan dengan cara merekonstruksi kurikulum sekolah sehingga mata pelajaran olah raga tidak hanya berisi permainan dan pertandingan tetapi juga gaya hidup sehat dilengkapi buku panduan”.

Pendapat ini di tujukan khusus pada penanganan kasus merokok untuk para siswa yang harus dilakukan oleh para pengajar dan pihak sekolah dimana siswa tersebut berada. Salah satu bentuk penanganannya adalah dengan merekonstruksi

(7)

kurikulum sekolah yang telah ada, misal dengan memberikan buku panduan yang berisi gaya hidup sehat.

Peneliti akan menggunakan metode sebuah buku yang dimaksudkan sebagai upaya untuk melakukan persuasi terhadap remaja yang merokok. Disamping itu, maksud dari pemberian buku yang nantinya akan digunakan oleh remaja tersebut adalah untuk meluruskan persepsi-persepsi yang keliru terhadap sebuah rokok maupun perilaku merokok itu sendiri. Peneliti mengasumsikan intensi merokok yang merupakan pendahulu dari perilaku merokok akan lebih mudah menurun setelah buku yang berisi persuasi tersebut diberikan dan digunakan oleh remaja yang merokok. Peneliti tertarik menggunakan variabel intensi karena menurut Fishbein dan Ajzen (1975), intensi dipandang sebagai sesuatu yang lebih spesifik dari sebuah perilaku serta merupakan prediktor atau penentu dari perilaku yang tampak. Disamping itu, mengacu pada kerangka theory

of planned behavior (Ajzen, 2006) perubahan perilaku atau tingkah laku akan

berawal dari berubahnya intensi yang mendasari munculnya tingkah laku tersebut. Pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh penggunaan buku “Hidup Sehat Tanpa Rokok” terhadap penurunan intensi merokok pada remaja?

Tinjauan Pustaka Intensi Merokok

Definisi mengenai intensi dipaparkan oleh Ancok (Dayakisni dan Hudaniah, 2003), pada dasarnya intensi berkaitan erat dengan pengetahuan

(8)

(belief) seseorang terhadap sesuatu hal, sikap (attitude) terhadap hal tersebut, serta terhadap perilaku yang merupakan perwujudan nyata dari intensi yang dimiliki. Psikolog sosial yang lebih banyak membahas masalah ini, Fishbein dan Ajzen (1975) menjelaskan bahwa intensi merupakan probabilitas atau kemungkinan subjektif yang dimiliki individu untuk melakukan suatu perilaku.

Sejalan dengan hal di atas, Ajzen (2006) menegaskan intensi sebagai pendahulu dari sebuah perilaku yang dimunculkan seseorang. Jadi, sebelum perilaku muncul terlebih dahulu terbentuk intensi atau niat untuk memunculkan perilaku tersebut. Intensi merokok dalam penelitian ini didefinisikan sebagai niat yang mendasari seseorang untuk menghisap rokok yang berkaitan erat dengan sikap yang dimiliki terhadap perilaku merokok.

Elemen-elemen yang disebutkan Ajzen (2006) dalam konsep Theory of

Planned Behavior sering dikenal dengan istilah TACT. TACT merupakan

kumpulan dari elemen-elemen yang membatasi intensi perilaku, terdiri dari: a. Target, yang berarti sasaran yang akan dituju oleh perilaku.

b. Action, yang berarti tindakan dan bisa diartikan pula sebagai perilaku yang akan diwujudkan secara nyata.

c. Context, yang berarti konteks atau situasi.

d. Time, yang berarti waktu menyangkut kapan sebuah perilaku akan diwujudkan.

Theory of planned behavior (Ajzen, 2006) menyebutkan tiga faktor yang

mempengaruhi intensi untuk melakukan tingkah laku tertentu. Adapun ketiga faktor yang dimaksud meliputi:

(9)

a. Sikap terhadap tingkah laku

Sikap terhadap tingkah laku disini diartikan sebagai keyakinan yang dimiliki seseorang mengenai akibat-akibat yang mungkin timbul bila melakukan tingkah laku tertentu. Disamping itu, sikap tidak saja berupa keyakinan tetapi juga evaluasi tentang akibat-akibat yang menyertai tingkah laku.

b. Keyakinan normatif

Keyakinan ini merupakan keyakinan mengenai harapan normatif orang lain serta keinginan untuk mengikuti harapan tersebut. Konsep ini memiliki kesamaan makna dengan norma subjektif yang merupakan penerimaan atau penolakan seseorang terhadap tingkah laku yang diwujudkan seseorang. c. Kontrol perilaku yang dipersepsikan

Merupakan penilaian yang dilakukan seseorang terhadap kemampuan sikap untuk mewujudkan tingkah laku. Dengan kata lain, kontrol perilaku ini merupakan sejauh mana seseorang mampu untuk melakukan tingkah laku tertentu.

Persuasi Melalui Penggunaan Buku “Hidup Sehat Tanpa Rokok”

Persuasi diartikan sebagai usaha yang disadari untuk mempengaruhi pendapat orang lain, perilaku, sikap, serta pemikiran yang dimiliki. Proses ini memiliki peran yang begitu penting karena pengaruhnya terhadap sikap dapat mengakibatkan perubahan pada perilaku (http//www.usu.csun.edu/20/03/07). Definisi lain dari persuasi dijelaskan oleh Baron dan Byrne (2004) yaitu sebuah usaha untuk mengubah sikap seseorang melalui berbagai jenis pesan.

(10)

Persuasi melalui penggunaan buku “Hidup Sehat Tanpa Rokok” dapat diartikan sebagai usaha untuk mempengaruhi sikap, keyakinan, serta pemikiran seseorang melalui buku yang berisi materi-materi mengenai hidup sehat tanpa merokok. Penggunaan buku “Hidup Sehat Tanpa Rokok” mengacu pada upaya membaca dan melakukan evaluasi harian.

Persuasi yang berisi pesan-pesan sistematis akan menghasilkan beberapa langkah atau tahapan yang dialami oleh seseorang yang menerima persuasi tersebut. Hovland (Brigham, 1991) menyebutkan tahap-tahap tersebut, yaitu: a. Perhatian (attention)

Merupakan tahap dimana seseorang menyadari atau memperhatikan pesan yang diterima.

b. Pemahaman (comprehend)

Tahap yang menuju kearah pemahaman setelah memperhatikan pesan yang diterima.

c. Penerimaan (acceptance)

Merupakan usaha seseorang untuk menerima sebuah pesan. d. Penyimpanan (retention)

Merupakan tahap tertinggi dari tahap sebelumnya, yakni mengarah pada usaha seseorang untuk mengingat dan bertindak sesuai dengan pesan.

(11)

B. Metode Penelitian

Subjek

Subjek penelitian dalam penelitian eksperimen ini adalah siswa SMU Negeri I Karanganom, Klaten dan siswa SMU Muhammadiyah 1 Klaten, dengan karakteristik sebagai berikut: berjenis kelamin laki-laki dan merokok.

Siswa SMU Negeri 1 Karanganom sebagai subjek dalam kelompok eksperimen, sedangakan siswa SMU Muhammadiyah 1 Klaten sebagai subjek dalam kelompok kontrol.

Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini diperoleh dari Skala Intensi Merokok yang diisi oleh subjek. Skala Intensi Merokok dimaksudkan untuk mengungkap intensi merokok subjek. Skala yang akan digunakan dalam penelitian ini merupakan skala intensi merokok yang disusun sendiri oleh peneliti. Penyusunan skala ini mengacu pada definisi dan batasan atau elemen dari intensi yang dikemukakan oleh Ajzen (2006) dalam kerangka theory of planned behavior yang meliputi:

Target, Action, Contex, serta Time (TACT).

Jumlah aitem dari skala intensi merokok ini adalah 23 aitem, yang seluruhnya termasuk aitem favorable. Respon subjek terhadap aitem-aitem dalam skala ini dikelompokkan menjadi empat, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Nilai bergerak antara 1-4. oleh karena seluruh aitem dalam skala ini favorable, maka nilai 4 untuk sangat sesuai (SS), nilai 3 untuk sesuai (S), nilai 2 untuk tidak sesuai (TS), dan nilai 1 untuk sangat

(12)

tidak sesuai (STS). Distribusi dari aitem skala intensi merokok sebelum uji coba dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.

Distribusi Aitem Skala Intensi Merokok Sebelum Uji Coba

Elemen Nomor aitem Jumlah %

Target (T) 5,6,7,16,17,18,20 7 30

Action (A) 1,8,10,11,19,22,23 7 30

Context (C) 4,12,13,21 4 18

Time (T) 2,3,9,14,15 5 22

Total 23 100

Prosedur dan Rancangan Eksperimen

Desain atau rancangan penelitian dalam penelitian ini adalah

pretest-posttest control group design, desain ini memiliki dua kelompok subjek yaitu

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Masing-masing kelompok dikenai

pretest dan posttest. Bentuk rancangan eksperimen pretest-posttest control group design adalah sebagai berikut:

Keterangan:

KK : Kelompok Kontrol KE : Kelompok Eksperimen Y1 : Pemberian Skala I (pretest) Y2 : Pemberian Skala II (postest) ~X : Tanpa Perlakuan

X : Perlakuan

KK : Y1 ~X Y2

(13)

Pretest diberikan pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen secara

bersama-sama. Setelah pretest selesai diberikan, kelompok eksperimen dalam penelitian ini akan menerima perlakuan yang berupa pemberian buku “Hidup Sehat Tanpa Rokok”.

Masa pemberian perlakuan pada kelompok eksperimen berlangsung selama 10 hari, selama waktu itu subjek dibebaskan untuk membawa buku yang telah diberikan tersebut kemanapun subjek pergi, membaca dan memahami seluruh informasi dan panduan yang ada dalam buku. Setiap hari subjek diharuskan untuk menuliskan evaluasi atas perubahan kebiasaan merokok yang dirasakan dan selanjutnya membuat keputusan berkaitan dengan intensi atau niat yang dimiliki apakah akan tetap merokok atau sebaliknya, berhenti merokok. Setelah masa pemberian perlakuan selesai, selanjutnya diberikan posttest untuk mengukur kondisi intensi merokok subjek kelompok eksperimen pasca menerima perlakuan serta posttest pada subjek kelompok kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan

Alat Eksperimen

Alat eksperimen yang dimaksud meliputi: Buku ”Hidup Sehat Tanpa Rokok”, kartu evaluasi, lembar keadaan diri, serta lembar kesediaan diri.

1. Buku “Hidup Sehat Tanpa Rokok”

Buku ini disusun sendiri oleh peneliti, terdiri dari 3 bagian isi yang meliputi informasi bahaya merokok, keterampilan untuk membantu menurunkan intensi merokok, dan evaluasi harian. Isi buku disusun dengan mengintegrasikan materi-materi dari berbagai sumber buku acuan dan artikel dari beberapa website.

(14)

Buku acuan dan website yang dimaksud diantaranya: Anda Mau Berhenti Merokok Pasti Berhasil (1990), STOP, Baca Buku Ini dan Berhenti Merokok (2001), 10 Kebiasaan Manusia Sukses Tanpa Batas, Mengembangkan kreativitas (1986), Replubika Online (2000), serta http://www.e-psikologi.com.

2. Kartu Evaluasi

Kartu evaluasi merupakan pelengkap buku ”Hidup Sehat Tanpa Rokok” yang diberikan pada subjek kelompok eksperimen. Kartu ini sejenis kartu presensi yang diisi paraf oleh eksperimenter yang dalam hal ini eksperimenter diperankan oleh Guru BK SMU Negeri I Karanganom, Klaten.

3. Lembar Keadaan Diri

Lembar keadaan diri terdiri dari 4 pertanyaan yang meliputi pertanyaan mengenai apakah subjek sebagai seorang perokok, sejak kapan merokok, berapa rokok yang dihisap setiap hari, serta alasan subjek merokok. Bagi subjek yang tidak merokok, cukup mengisi pertanyaan nomor satu. Lembar ini diberikan pada setiap siswa atau pelajar SMU disekolah yang telah dipilih oleh peneliti. Lembar 4. Lembar Kesediaan Diri

Lembar kesediaan diri berisi mengenai hak yang diterima dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh subjek yang terlibat dalam penelitian. Lembar ini diberikan setelah lembar keadaan diri diisi oleh subjek. Selanjutnya lembar keadaan diri yang telah terisi ini dikumpulkan dan dipilih siapa saja subjek yang merupakan perokok sesuai dengan jumlah yang diinginkan oleh peneliti.

(15)

Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik. Metode yang digunakan untuk melihat perbedaan penurunan intensi merokok antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol adalah metode statistik

independent sample test. Sementara itu, perbedaan antara intensi merokok subjek

pada saat sebelum menggunakan buku “Hidup Sehat Tanpa Rokok” dengan intensi setelah menggunakan buku tersebut dilihat melalui analisis paired sample

t-test. Analisis dari variabel-variabel tersebut dilakukan dengan bantuan program

komputer SPSS versi 13.0 for windows.

C. Hasil Penelitian

Uji Asumsi

Uji asumsi dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dilakukan pada tiap-tiap pengujian hipotesis, adapun hasil dari uji normalitas yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Pengujian hipotesis pertama yang menguji selisih skor pretest-postest menghasilkan nilai Z=0,642 dengan nilai p=0,804 (p>0,05) pada kelompok kontrol. Sementara itu, nilai Z=0,619 dengan nilai p=0,838 (p>0,05) pada kelompok eksperimen. Kedua uji normalitas tersebut menunjukkan bahwa sebaran data selisih skor pretest dan postest pda kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah normal.

2) Pengujian hipotesis kedua yang menguji skor pretest dan postest pada kelompok eksperimen juga menunjukkan hal yang sama yaitu sebaran data

(16)

yang diuji tersebut mengikuti kurva normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Z=0,758 dan nilai p=0,614 (p>0,05) pada saat pretest, sedangkan pada saat

postest memiliki nilai Z=0,815 dan nilai p=0,520 (p>0,05).

Sementara itu, hasil dari uji homogenitas menunjukkan bahwa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki skor variabel intensi merokok yang homogen. Hal ini ditunjukkan dari nilai p=0,694 (p>0,05).

Uji Hipotesis

Hasil analisis independent sample test dan paired sample test menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan tidak bisa diterima. Berikut ini merupakan hasil pengujian tiap-tiap hipotesis:

b. Hipotesis pertama, menguji selisih skor pretest-postest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Hasil analisis independent sample test menunjukkan nilai t= 0,972 dengan nilai p=0,1685 (p>0,05). Hal ini bisa diartikan bahwa selisih skor pretest-postest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tidak memiliki perbedaan, namun dari analisis ini dapat diketahui pula perbedaan mean selisih skor pretest-postest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yaitu sebesar -1,9. Perbedaan mean tersebut dapat diartikan bahwa mean selisih skor pretest-postest pada kelompok kontrol lebih kecil dari mean selisih pretest-postest pada kelompok eksperimen sehingga memiliki tanda negatif.

c. Hipotesis kedua, menguji skor pretest dan skor postest pada kelompok

eksperimen. Hasil analisis paired sample test menunjukkan nilai p=0,044 (p<0,05) yang berarti skor yang diuji tersebut memiliki perbedaan, yaitu

(17)

terdapat perbedaan intensi merokok subjek kelompok eksperimen pada saat sebelum menggunakan buku “Hidup Sehat Tanpa Rokok” dengan intensi setelah menggunakan buku tersebut.

Hasil Evaluasi Kualitatif

Analisis ini merupakan analisis terhadap evaluasi harian yang dilakukan oleh subjek kelompok eksperimen. Data dari evaluasi ini akan melengkapi serta memberi kontribusi pada analisis keseluruhan disamping data yang diperoleh secara kuantitatif.

Melalui evaluasi kualitatif ini dapat diketahui bahwa subjek yang membaca buku selama 10 hari secara teratur berjumlah 16 orang subjek, sedangkan sisanya membaca buku selama 10 hari tidak penuh. Keputusan untuk tetap merokok merupakan keputusan yang dominan atau terbanyak yang berjumlah 18 orang. Keputusan untuk tetap merokok atau tidak merokok sangat didasari oleh beberapa alasan yang menyertainya.

D. Pembahasan

Hasil dari analisis data secara kuantitatif menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan mengenai penurunan intensi merokok antara subjek yang menggunakan buku “Hidup Sehat Tanpa Rokok” dengan subjek yang tidak menggunakan buku tersebut. Sementara itu, pada pengujian hipotesis yang kedua menunjukkan bahwa terdapat perbedaan intensi merokok pada subjek kelompok eksperimen sebelum menggunakan buku “Hidup Sehat Tanpa Rokok” dengan intensi merokok setelah menggunakan buku tersebut.

(18)

Pada dasarnya penolakan hipotesis pertama didasarkan pada perbedaan mean yang hanya sebesar -1,9 pada pengujian selisih skor pretest-postest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Perbedaan mean pada pengujian hipotesis tersebut tidak cukup berarti untuk menyatakan ada perbedaan skor-skor yang diuji. Hal ini bisa dikatakan pula, meskipun tidak terdapat perbedaan namun pada pengujian hipotesis pertama tersebut mengalami penurunan skor rata-rata atau mean. Sementara itu, hasil analisis pada hipotesis kedua yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan intensi merokok pada subjek kelompok eksperimen sebelum menggunakan buku “Hidup Sehat Tanpa Rokok” dengan intensi merokok setelah menggunakan buku didukung dengan pernyataan beberapa subjek yang menyatakan tetap akan merokok tetapi ada keinginan untuk mengurangi frekuensinya. Hal ini menunjukkan bahwa beberapa subjek tersebut telah memahami dan menyadari dampak negatif rokok.

Pendapat Sarwono (2004) bahwa remaja seolah tidak tahu bahaya dari rokok ada sedikit benarnya. Hal ini dikarenakan sebagian besar remaja yang merokok lebih menilai rokok sebagai penguat perasaan-perasaan negatif, rokok mampu memperbaiki kondisi yang tidak menyenangkan seperti cemas, stres, kecewa, serta masalah-masalah yang lain. Penilaian-penilaian tersebut mengalahkan pemahaman remaja akan bahaya rokok, sehingga pada akhirnya remaja yang masuk dalam kelompok tersebut dinilai seolah tidak mengetahui bahaya dan resiko yang ditimbulkan oleh rokok.

Hasil evaluasi harian yang dilakukan terhadap subjek kelompok eksperimen juga menunjukkan terdapat beberapa subjek yang mengalami

(19)

perubahan niat atau intensi merokok selama kurun waktu menggunakan buku “Hidup Sehat Tanpa Rokok” yaitu 10 hari. Subjek yang mengalami perubahan berjumlah 5 orang. Perubahan intensi merokok tersebut diringi dengan keinginan mengurangi frekuensi merokok, serta ada satu subjek yang menyatakan dalam 10 hari intensi merokok yang dirasakan berubah karena penyakit asma yang dimilikinya.

Temuan diatas memperlihatkan bahwa menurunkan intensi merokok merupakan proses bertahap. Tahapan tersebut salah satunya telah dialami subjek yang memiliki keinginan untuk mengurangi frekuensi merokok. Pendapat Chassin, dkk serta Leventhal dan Cleary (Taylor, 1995) yang menyatakan bahwa ketika seorang perokok menyadari resiko dari merokok maka mereka akan mengembangkan sikap untuk menghentikan kebiasaan merokok tidak bisa diartikan secara mutlak bahwa perokok akan menghentikan kebiasaannya merokok secara langsung atau instan. Hal ini ditunjukkan oleh evaluasi mengenai apa yang dirasakan subjek setelah membaca buku dan keputusan apakah akan tetap merokok atau tidak merokok yang telah dituliskan oleh beberapa subjek berikut:

Anang SP : “...menakutkan, tetap merokok karena merasa enak dan butuh konsentrasi”.

Hanin : “...cukup memberi pengetahuan, tetap merokok karena dapat menghilangkan stres meskipun berbahaya”.

M. Sofwan : “...mendapat pengetahuan baru, tetap merokokkarena belum ada niat yang kuat untuk berhenti”.

(20)

Phillip : “...takut bahaya rokok, tetap akan merokok tidak bisa berhenti merokok tetapi mau menguranginya”.

Evaluasi keempat subjek di atas semakin menegaskan bahwa proses bertahap benar-benar dibutuhkan untuk menurunkan intensi sama halnya ketika mengharapkan perilaku berubah. Perubahan yang terjadi dalam penelitian ini, berdasar pada tahapan sesuai dengan apa yang dirasakan subjek setelah menggunakan buku “Hidup Sehat Tanpa Rokok”.

Hovland (Brigham, 1991) menyebutkan empat tahap yang terjadi setelah proses persuasi dilakukan , diantaranya: (1) perhatian, (2) pemahaman, (3) penerimaan, dan (4) penyimpanan. Melalui buku “Hidup Sehat Tanpa Rokok”, tahap perhatian terjadi ketika subjek memperhatikan pesan atau informasi dalam buku yang diwujudkan dengan jadwal membaca buku, sedangkan tahap pemahaman terjadi ketika subjek mencoba untuk memahami pesan atau informasi yang telah diperhatikan tersebut diwujudkan melalui komentar setelah membaca buku. Sementara itu tahap berikutnya yaitu penerimaan yang terjadi ketika subjek memberikan penerimaan terhadap pesan setelah pesan tersebut diperhatikan dan dipahami. Tahap penerimaan diwujudkan melalui terjadinya perubahan intensi merokok dalam setiap hari selama 10 hari. Tahap penyimpanan terjadi ketika pesan atau informasi dalam buku “Hidup Sehat Tanpa Rokok” yang telah diperhatikan, dipahami, serta diterima akan disimpan dan diingat untuk digunakan dalam melakukan tindakan yang sesuai dengan pesan tersebut. Tahap penyimpanan diwujudkan melalui keputusan yang dibuat atau diambil subjek apakah akan tetap merokok atau tidak. Berdasar pada tahap-tahap ini, hasil dari

(21)

evaluasi harian subjek yang telah diringkas pada tabel 10 dapat dikelompokkan seperti pada tabel berikut:

Tabel 2.

Tahap yang Dicapai Subjek Berdasarkan Evaluasi Harian

Tahap Jumlah Subjek

Perhatian 16 subjek membaca penuh dalam 10 hari 4 subjek membaca tidak penuh dalam 10 hari Pemahaman 17 subjek menuliskan komentar apa yang dirasakan

setelah membaca buku

3 subjek tidak menuliskan komentar

Penerimaan 1 subjek intensi merokoknya berubah selama 10 hari

5 subjek selama 10 hari intensi merokoknya ada yang berubah

14 subjek intensi merokoknya tidak berubah selama 10 hari

Penyimpanan 2 subjek memutuskan tidak akan merokok setelah membaca buku

18 subjek memutuskan tetap akan merokok setelah membaca buku

Berdasar pada tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa disonansi yang mungkin dialami oleh subjek cenderung mendorong subjek untuk mencari pembenaran yang akan mengembalikan pada konsistensi sebelumnya. Disonansi yang merupakan keadaan dimana subjek merasa tidak nyaman atas ketidakkonsistenan antara sikap yang dimiliki terhadap rokok dengan informasi sisi negatif rokok seharusnya membuat subjek mengubah sikapnya kearah sikap yang diharapkan dalam informasi tersebut. Hal ini bisa dikatakan sebagai salah satu faktor yang menyebabkan penurunan atau perubahan intensi merokok pada subjek kelompok eksperimen tidak begitu signifikan.

(22)

Penolakan pada hipotesis pertama yang menyatakan bahwa penurunan intensi merokok pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen relatif sama bisa disebabkan oleh faktor-faktor seperti: adanya variabel-variabel luar yang ikut mempengaruhi menurunnya intensi merokok pada kelompok kontrol misalnya, larangan merokok di lingkungan sekolah serta kelompok kontrol menyadari bahwa skala yang diisi merupakan sebuah skala penelitian yang mengharapkan adanya penurunan intensi merokok.

Pembahasan hasil penelitian ini pada akhirnya dapat ditutup dengan pernyataan bahwa pada dasarnya persuasi merupakan proses yang kompleks dan tidak mudah karena membutuhkan kesabaran dan ketekunan dalam menjalankannya, akan tetapi seringkali persuasi merupakan cara yang kritis untuk mencapai kesuksesan dan keberhasilan seseorang atau sekelompok orang. Keterbatasan dalam penelitian ini terletak pada desain eksperimen yang digunakan serta perlu dikembangkannya bentuk persuasi yang telah dilakukan. Keterbatasan ini hendaknya diperhatikan agar penelitian selanjutnya menjadi lebih baik secara kualitas serta aplikasinya.

E. Kesimpulan

Kesimpulan yang bisa diambil dari penelitian mengenai pengaruh persuasi melalui buku “Hidup Sehat Tanpa Rokok” terhadap penurunan intensi merokok pada remaja adalah sebagai berikut:

1. Perbedaan penurunan intensi merokok pada subjek yang tidak menggunakan buku “Hidup Sehat Tanpa Rokok” dengan subjek yang menggunakan buku

(23)

tersebut sangat tipis atau kecil, sehingga dapat disimpulkan penurunan intensi merokok pada kedua kelompok subjek tersebut relatif sama.

2. Terdapat perbedaan intensi merokok pada subjek kelompok eksperimen sebelum menggunakan buku “Hidup Sehat Tanpa Rokok” dengan intensi merokok setelah menggunakan buku tersebut. Penurunan intensi pada subjek yang menggunakan buku “Hidup Sehat Tanpa Rokok” sebagian besar hanya sampai pada tahap pemahaman yaitu memahami dan menyadari bahaya-bahaya merokok. 3. Melalui evaluasi harian, peneliti dapat mengetahui keputusan subjek yang menggunakan buku “Hidup Sehat Tanpa Rokok” apakah akan tetap merokok atau tidak merokok. Subjek lebih banyak mengambil keputusan untuk tetap merokok dengan disertai alasan-alasan sebagai penguatnya.

F. Saran 1. Saran Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi pihak sekolah untuk lebih mengembangkan konsep buku yang diberikan agar lebih efektif dalam menunjang upaya intervensi masalah merokok khususnya dilingkungan sekolah. Konsep ini sebenarnya bisa diintegrasikan kedalam kurikulum sekolah sehingga pelaksanaannya menjadi lebih terkontrol.

2. Saran Bagi Subjek

Pada dasarnya melalui buku yang diberikan, sebagian besar subjek telah mencapai pada tahap pemahaman pesan dalam buku yang menginformasikan

(24)

bahaya merokok. Untuk itu, subjek perlu melakukan langkah yang lebih optimal agar intensi merokok benar-benar menurun.

3. Saran Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut atau mengembangkan konsep penelitian ini sebaiknya lebih memperhatikan desain eksperimen yang akan digunakan. Desain eksperimen yang memberikan perlakuan secara periodik serta mengukur

postest secara periodik akan lebih baik untuk mengetahui bahwa perlakuan yang

diberikan benar-benar mempengaruhi. Disamping itu, perlu juga dilakukan pengembangan terhadap alat eksperimen yang digunakan.

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, I. 2006. Constructing a TpB Questionnare: Conceptual and Methodological Considerations. http://www.people-umass.edu/ajzen/pdf/tpb.09/01/2007. Amanda. 2000. Potret Remaja 2000 Berani, Spontan dan Terbuka.

http://replubika.co.id/04/01/2007.

Azwar, S. 1997. Reliabilitas dan Validitas, Edisi III. Yogyakarta: Pusataka Pelajar.

________. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baron, R. A & Byrne, D. 2004. Psikologi Sosial Jilid 1 (Alih Bahasa: Ratna

Djuwita). Jakarta: Erlangga.

Brigham, J. C. 1991. Social Psychology. New York: Harper Collins Publisher, Inc.

Dayakisni, T & Hudaniah. 2003. Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.

Fishbein, M & Ajzen, I. 1975. Belief, Attitude, Intension, and Behavior: an

Introduction to Theory and Research. Canada: Addison – Wesley

Publishing Company.

http://www.kompas.co.id/12/01/2006.

http://www.republika.co.id/04/01/2007.

http://www.usu.csun.edu/20/03/07.

Ilmi, S. 2005. Hubungan Motif Berperilaku Merokok dengan Kecerdasan Emosional. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.

Jamal, S. 2006. Pria Desa Berpendidikan Rendah, Perokok Terbanyak. http://www.pdpersi.co.id/02/12/2006.

Karyani, U. 2000. Perubahan Perilaku Merokok Melalui Buku Bantu Diri. Tesis (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.

Komarasari, D & Helmi, A. F. 2000. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja. Jurnal Psikologi, No.1, 37-47.

(26)

Latipun. 2004. Psikologi Eksperimen. Malang: UMM Press.

Manoppo, G. P. 2006. Putuskan Mata Rantai Regenerasi Pengisapnya. Kompas, 22 Februari 2006.

Nainggolan, R. A. 1990. Anda Mau Berhenti Merokok? Pasti Berhasil!. Bandung: Indonesia Publishing House.

Novitawati, M., Rahayu, S. & Lasmono, H. K. 2001. Pengaruh Rational

Bibliotherapy Terhadap Penurunan Perilaku Merokok Dengan The Transtheoretical Model of Behavior Change Sebagai Acuan Pengukuran. Anima, No. 3, 252-271.

Rakhmat, J. 1985. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remadja Karya.

Santrock, J. W. 2003. Perkembangan Remaja (Alih Bahasa: Shinto B Adelar). Jakarta: Erlangga.

Sari, A. T. O., Ramdhani, N & Eliza, M. 2003. Empati dan Perilaku Merokok Di Tempat Umum. Jurnal Psikologi, No.2, 81-90.

Sarwono, S. 2004. Perlukah Diwaspadai Perilaku Remaja Sekarang: Penyalahgunaan Napza Melanda Mereka. Buana Minggu, 22 Oktober 2004. Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana.

Taylor, S. E. 1995. Health Psychology, third edition. New York: Mc Graw Hill, Inc

(27)

Identitas Penulis

1. Nama : Dian Ayu Amalia

2. Alamat : Kerun Baru RT 02 RW XIV No.11, Klaten Utara, Klaten 57436 3. Telp : 081 328 080 126

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pengintegrasian TQM ke dalam kurikulum di Universitas Negeri Jakarta memiliki kaitan dengan adanya tekanan dari luar.Hampir

Berdasarkan pedoman dari Kementerian Kesehatan Dinas Kesehatan menyusun Petunjuk Teknis (Juknis) sebagai pedoman operasional yang berisi tujuan, sasaran, indikator

Beberapa keuntungan yang dimiliki dari metode kromatografi lapis tipis antara lain yaitu membutuhkan penyerap dan cuplikan dalam jumlah yang sedikit dan noda-noda yang

Pembuatan laporan akhir ini dimaksudkan untuk mengetahui koordinasi kerja dari O ver Current Relay pada Interbus Transformator di Gardu Induk Keramasan dengan menghitung setting

Penulis juga ingin mengungkap lebih jauh tentang bagaimana proses pelaksanaan pemenuhan hak pekerja dalam mendapatkan DIKLAT, sampai kepada masalah- masalah apa saja yang

Puji syukur kepada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamatku atas segala rahmat, hikmat dan berkatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : Pelaksanaan

Hasil temuan di atas menunjukkan bahwa pada dasarnya banyak aktivitas yang dapat dilakukan oleh masjid untuk meningkatkan sinergi dan kerjasama dengan perbankan syariah dan dalam

Gambar 6 Diagram alir model sistem dinamik penangkaran labi-labi Gambar 6 menunjukkan diagram alir perkembangan populasi labi-labi/bulus di penangkaran yang bertujuan